Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
2
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektifitas Pemberian Infus dan
Bubuk Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Penampilan dan
Kajian Ekonomi Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria maxima adalah karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
ABSTRACT
RINGKASAN
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
7
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Sains Veteriner
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
8
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Drh. Sri Utami Handajani, MS
9
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
Dr. Drh. Bambang Pontjo P., MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya
sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Januari sampai April 2008 adalah tentang penggunaan
temulawak sebagai terapi berak darah pada ayam, dengan judul Efektifitas
Pemberian Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Penampilan dan
Kajian Ekonomi Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria maxima.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS
dan Dr. Drh. Wiwin Winarsih, M.Si selaku pembimbing serta Dr. Drh. Bambang
Pontjo P., MS selaku ketua program studi Sains Veteriner. Penghargaan penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Sugiat
Kuntadi, BA dan Ibunda Sukartini, Astria R, Adrian AK serta Ayu Chendra atas
segala doa, semangat dan kasih sayangnya.
Semoga karya ini bemanfaat.
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil penapisan fitokimia temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) ... 23
6. Jumlah ookista per gram feses kelompok perlakuan dari hari ke-5
sampai hari ke-13 setelah infeksi E. maxima dengan pemberian
infus dan bubuk temulawak dosis bertingkat ....................................... 31
7. Pendapatan diluar ransum dan bibit (Income Over Feed and Chick
Cost /IOFCC) selama penelitian ........................................................ 33
8. Pendapatan kotor per 100 ekor ayam (Sun et al. 2005) kelompok
perlakuan yang diinfeksi E maxima dengan pemberian infus dan
bubuk temulawak dosis bertingkat ...................................................... 35
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ookista E. maxima......................................................................... 4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
pertambahan bobot badan ayam pedaging yang diinfeksi E maxima......... 44
Latar Belakang
radang, dan menurunkan panas serta menghaluskan kulit. Selain itu, juga
bermanfaat mencegah penyakit hati dan melancarkan air seni. Khasiat temulawak
dapat digunakan untuk mengurangi gangguan penyakit: hepatitis, batu empedu,
sakit maag, ginjal, asma, bisul, kolesterol, eksem, menambah nafsu makan, bau
badan, sembelit, memperbanyak ASI, sariawan, menghilangkan nyeri haid, dan
batuk, anti diare, dan anti inflamasi.
Kemampuan anti diare dan anti inflamasi serta manambah nafsu makan
ini diharapkan temulawak dapat menjadi alternatif bagi pengobatan dan
pencegahan koksidiosis di Indonesia.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Eimeria maxima
Klasifikasi
Menurut Levine (1985), Eimeria maxima diklasifikasikan sebagai berikut ;
Kingdom : Protista
Phylum : Apicomplexa
Class : Conoidasida
Subclass : Coccidiasina
Order : Eucoccidiorida
Family : Eimeriidae
Genus : Eimeria
Species : Eimeria maxima
Morfologi
Siklus Hidup
Parasit ini akan menyerang pada sepanjang usus halus, sebagian besar
terdapat pada pertengahan usus halus. Fase aseksual terjadi di permukaan usus
halus kemudian masuk ke dalam inti sel epitel dan masuk kedalam fase seksual
yang sangat besar jika dibandingkan dengan fase aseksual. Hal ini terjadi karena
ukuran pada fase seksual ini lebih besar dari fase aseksual sehingga fase
seksual berada pada tempat yang lebih dalam dari sel epitel yaitu pada dasar
lapis retikuler epitel usus. Ookista dikeluarkan pada hari ke-6 (Morgan & Hawkins
1949)
Siklus hidup Eimeria maxima terdiri dari dua stadium, yaitu stadium
endogenous dan eksogenous. Stadium endogenous terjadi dalam tubuh induk
semang meliputi fase aseksual (merogoni/skizogoni) dan fase seksual
(gametogoni). Stadium eksogenus terjadi di luar induk semang (Levine 1985).
Fase aseksual dimulai dari masuknya ookista bersporulasi sampai terbentuk
makrogamon dan mikrogamon yang akan berkembang menjadi makrogamet dan
mikrogamet (McDauglad & Reid 1997) dilanjutkan dengan fase seksual
(fertilisasi) hingga menjadi ookista.
Infeksi koksidiosis pada ayam terjadi karena ayam memakan makanan
yang terkontaminasi ookista bersporulasi. Ookista yang keluar bersama tinja
belum bersporulasi, berisi satu sel yang disebut sporont dan tidak infektif. Ookista
bersporulasi memerlukan oksigen, temperatur, dan kelembapan yang sesuai
(Levine 1985). Ookista E. maxima akan bersporulasi 30 jam setelah keluar
5
bersama feses (Calnek et al. 1994). Tampubolon (1996) suhu optimum agar
terjadi proses sporulasi berkisar antara 25-29oC.
Mekanisme terjadinya infeksi E. maxima diawali ketika ayam menelan
ookista bersporulasi. Dinding ookista akan dihancurkan secara mekanik oleh
gizard. Proses ini disebut ekskistasi; ekskistasi adalah proses pecahnya dinding
ookista dan sporokista yang dimakan oleh ayam. Sporozoit yang ada di dalam
sporokista akan keluar. Keluarnya sporozoit diaktivasi oleh enzim kemotripsin,
lipase dan empedu. Proses ini berlangsung setelah sporokista mencapai epitel
usus halus ayam (Calnek et al. 1994). Sporozoit akan masuk ke dalam epitel vili
dan masuk kedalam intra epitelial lymposit. Sporozoit selanjutnya membulat dan
tumbuh menjadi meron generasi I (skizon/skizogoni). Meron generasi I
memproduksi 900 merozoit generasi I yang kemudian melepaskan diri keluar dari
sel induk semang. Merozoit generasi I ini kemudian memasuki sel-sel epitel usus
yang baru dan berkembang menjadi meron generasi kedua (Levine 1985). Proses
lepasnya merozoit generasi I yang kemudian masuk ke sel epitel baru ini terjadi
pada hari ke-3 setelah infeksi (Calnek et al. 1994). Meron generasi II selanjutnya
menghasilkan 350 merozoit generasi II dan keluar dari sel induk semang (Levine
1985) hal ini terjadi pada hari ke-5 setelah infeksi (Calnek et al. 1994). Beberapa
merozoit generasi II masuk kedalam epitel usus baru dan membulat membentuk
merozoit III yang menghasilkan 4-30 merozoit generasi III. Merozoit-merozoit
generasi II juga masuk ke sel epitel usus induk semang dan memulai fase
seksual yang dikenal sebagai gametogoni (Levine 1985).
Merozoit generasi III mengalami gametogoni, yaitu membentuk
makrogamon yang berkembang menjadi makrogamet (penghasil gamet betina)
dan beberapa menjadi mikrogamon yang berkembang menjadi mikrogamet
(penghasil gamet jantan). Makrogamet dibuahi oleh mikrogamet dan terbentuklah
zigot. Zigot melindungi dirinya dengan sebuah dinding yang tebal dan menjadi
ookista muda. Ookista memecah sel induk semang kemudian keluar bersama
tinja pada hari ke-6 setelah infeksi (Morgan & Hawkins 1949). Bila lingkungan
sesuai dan memungkinkan maka dapat terjadi sporulasi dan siklus hidup ini akan
kembali berulang (Levine 1985).
6
Perubahan Organ
Infeksi Eimeria maxima tidak seperti Eimeria tenella yang menyebabkan
kematian yang sangat tinggi, namun menyebabkan penurunan bobot badan dan
meningkatkan konversi ransum sehingga menyebabkan kerugian yang sangat
besar. E. maxima menyebabkan perbarahan berupa enteritis kataralis. Kondisi
perbarahan akibat infeksi E. maxima lebih sulit diidentifikasikan dengan skor lesio
yang terjadi dibandingkan dari temuan ookista pada kerokan mukosa usus.
Karakteristik lesio adalah ptekia atau perdarahan titik yang lebih mudah untuk
dikenali pada membran serosa dibandingkan pada membran mukosa. Adanya
infeksi E. maxima ditandai dengan kehadiran usus yang menggelembung dengan
mukus berwarna orange (merah bata) (Calnek et al. 1994).
Calnek et al. (1994) menyatakan bahwa infeksi Eimeria menyebabkan
kerusakan ringan pada siklus aseksual karena pada fase ini siklus terjadi di
permukaan sel epitel mukosa. Kerusakan usus ini semakin parah pada fase
seksual (hari ke-5 dan ke-8 setelah infeksi) karena siklus berjalan pada bagian
lebih dalam usus dibanding fase aseksual. Lesio pada usus yang terjadi adalah
edema, infiltrasi sel radang, dan penebalan mukosa. Hemoragi di dekat ujung vili
dan fokus infeksi terdapat pada lapisan serosa. Usus ayam terinfeksi E. maxima
berisi cairan berwarna kuning atau merah bata dan darah, akibatnya usus akan
menggelembung (balloning).
7
Patogenesis Eimeria
hari bila terpapar lagi akan mengalami kehilangan bobot badan saja sedangkan
ketahanan tubuhnya relatif akan terjaga.
Infeksi Eimeria menginduksi imunitas protektif yang bersifat spesifik
spesies. Ookista dalam jumlah banyak secara umum akan menginduksi reaksi
imun yang tinggi pula, beberapa pengecualian adalah E maxima yang dapat
menginduksi imunitas yang tinggi walaupun terinfeksi ookista yang relatif sedikit.
Tahap merozoit dalam siklus hidup Eimeria lebih imunogenik dibandingkan fase-
fase seksual berikutnya (Rose & Hesketh 1976; Rose et al. 1984; Calnek et al.
1994) walaupun demikian, dilaporkan bahwa gamet (makrogamet dan
mikrogamet) E. maxima menunjukan imunogenitas yang tinggi dan mampu
menginduksi proteksi terhadap uji tantang dengan parasit hidup (Wallach et al.
1992).
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Deskripsi
Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai
923 cm dan lebar 46 cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi
atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu,
panjang 813 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang
keseluruhan 4.5 cm, helai bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih
dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1,252 cm dan
lebar 1 cm (Sidik et al. 1995).
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) banyak ditemukan di hutan-
hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar
pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah
berkembang menjadi besar. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai
bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah
berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Daerah
tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada
ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.
induk, tumbuh tiga atau empat rimpang anakan yang bentuknya memanjang. Bila
rimpang diiris, maka akan menebarkan aroma khas temulawak. Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tumbuhan tahunan yang hidup
merumpun dan berbatang semu berupa gabungan beberapa pangkal daun yang
terpadu.
Manfaat Tanaman
Metode
Persiapan kandang pemeliharaan
Tahapan persiapan kandang percobaan adalah sebagai berikut :
1. Kandang dibersihkan dari kotoran, debu, sekam, dan sarang laba-laba
dengan sapu
2. Kandang dicuci bersih dengan air dan campuran detergen sampai bersih,
demikian pula dengan tempat ransum dan tempat minum yang akan
digunakan dalam penelitian
3. Persiapan kandang tahap dua dilaksakan satu minggu sebelum masuk
ayam perlakuan dengan menggunakan kapur panas yang disapukan
merata pada permukaan kandang
4. Selama tahap persiapan kedua dilakukan penyemprotan desinfektan,
termasuk tempat ransum dan tempat minum
15
5. Sehari sebelum ayam masuk, sekam ditabur merata 3-5 cm. Koran digelar
merata menutup 2-3 lapis untuk persiapan masa indukan buatan
6. Pemanas (brooder) dipersiapkan dengan menggunakan lampu dengan
standar 120 watt untuk 100 ekor DOC dengan penyebaran merata dengan
suhu 39oC.
Penapisan Fitokimia
tambahkan air suling, akan terjadi 2 lapisan yaitu lapisan kloroform dan
lapisan air. Lapisan kloroform diteteskan pada plat tetes dan dibiarkan
sampai kering, tambahkan beberapa tetes asam asetat anhidrat dan asam
sulfat pekat (pereaksi Libermann Burchard). Apabila terbentuk warna merah
atau merah muda (pink) menandakan adanya terpenoid, terbentuk warna
biru menandakan adanya steroid. Satu mililiter lapisan air dikocok sampai
berbusa, jika busa tidak hilang selama 5 menit menandakan adanya
saponin. Beberapa tetes lapisan air diteteskan pada tabung reaksi dan
ditambah besi (III) klorida apabila terdapat hijau sampai ungu menandakan
adanya senyawa fenolik. Beberapa tetes lapisan air diteteskan pada tabung
reaksi dan ditambah asam klorida pekat dan magnesium, jika nampak
adanya warna merah menandakan adanya senyawa flavanoid.
Kelompok Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
menggunakan 200 ekor ayam pedaging yang didistribusikan kedalam 10
kelompok perlakuan dengan 5 kali ulangan masing-masing 4 ekor. Kelompok
perlakuan tersebut adalah :
perlakuan melalui minum dan makanan dengan dosis rendah, sedang dan tinggi
selama 6 hari.
Pelaksanaan Penelitian
1. Ayam umur sehari (Day Old Chicken/DOC) dipelihara 1-14 hari, dilakukan
penimbangan, pemberian nomor, penimbangan kebutuhan pakan, kebutuhan
air minum kemudian dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan
2. Ayam umur 14 hari diinfeksi dengan Eimeria maxima 1 x 104 ookista/ekor per
oral menggunakan spuit
3. Dua jam setelah infeksi dilakukan pengobatan dengan 3-2-3 (ESB3) untuk
kontrol obat dan perlakukan temulawak selama 6 hari
4. Pengambilan tinja pada hari 5 setelah infeksi sampai hari 21 setelah infeksi
untuk melihat produksi ookista pada tinja
5. Pengamatan terhadap penampilan ayam dilakukan dengan menghitung
konsumsi, penambahan bobot badan, dan Feed Conversion Ratio (FCR)
6. Setiap kelompok diambil 3 ekor ayam pada hari ke-3, 6, 9 setelah infeksi
untuk dibuat preparat histopatologi usus. Ayam dibunuh kemudian dibedah
untuk diambil usus halusnya pada bagian 1-2 cm sekitar diverticulum merckel
dan disimpan dalam buffer neutral formalin 10 % sampai proses selanjutnya
7. Penilaian penampilan karkas dilakukan pada minggu kelima dengan
melakukan penyembelihan ayam dan penilaian terhadap kualitas karkas.
kripta (cript depth) usus, dan jumlah vili.mm-1. Ketinggian vili (VH) diukur
dari dasar yang berbatasan dengan kripta usus hingga ujung vili,
kedalaman kripta (CD) diukur dari dasar vili hingga berbatasan dengan
tunika muskularis, jumlah vili dihitung dengan menghitung jumlah vili
setiap 1000 m. Pengamatan dilakukan sebanyak enam kali pengulangan
perhitungan.
(d)
Jumlah vili/1000 m
(c)
Kedalaman
Kedalaman
kripta
kripta(b)
A B
Gambar 4. Pengukuran histomorfometri vili usus; tinggi villi (a), kedalaman kripta
(b), lebar dasar villi (c) dan lebar ujung villi (d) (4a) serta perhitungan
jumlah villi tiap 1000 m (4b).
Analisis Data
Penapisan Fitokimia
Penampilan Ayam
Tabel 2. Bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, feed conversion ratio,
efisiensi ransum dan persentase karkas pada berbagai penambahan
temulawak pada ayam yang diinfeksi E. maxima umur 35 hari
Pertambahan Persentase
Feed conversion Efisiensi
Peubah bobot badan/PBB karkas
ratio/FCR ransum/ER (%)
(g) (%)
Kplus 809,5 88,79 c 3,57 0,38 a 28,28 3,10 b 76,57 1,77 ab
abc bc
Ko 859 61,42 2,79 0,18 35,92 2,57 ab 74,11 8,7 ab
a c
Kmin 1.063 75,28 2,45 0,17 40,89 2,70 a 72,96 9,69 ab
ab c
K tem 1.028,5 101,20 2,55 0,25 39,46 3,89 a 72,76,02 ab
c bc
PKC1 798,25 15 1,75 2,90 0,52 35,33 6,72 ab 76,44 5,3 ab
PKC2 946,25 239,29 abc 2,59 0,61 c 40,38 10,21 a 83,89 6,32 a
abc c
PKC3 955,25 205,15 2,58 0,39 39,5 6,70 a 67,5 7,12 b
ac abc
PKB1 833,5 63,97 3,04 0,32 34,03 2,61 ab 70,53 2,88 ab
c ab
PKB2 743 58,26 3,28 0,25 30,61 2,40 b 75,72 13,53 ab
c bc
PKB3 788,25 86,18 2,91 0,33 34,67 3,80 ab 79,273,63 ab
Keterangan:
Nilai dengan superskip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
-1
Kplus : kontrol positif PKC2 : Pemberian infus temulawak 180 mg.kg BB
-1
Ko : kontrol obat PKC3 : Pemberian infus temulawak 360 mg.kg BB
-1
Kmin : kontrol negatif PKB1 : Pemberian bubuk temulawak 90 mg.kg BB
-1
Ktem : kontrol temulawak PKB2 : Pemberian bubuk temulawak 180 mg.kg BB
-1 -1
PKC1 : Pemberian infus temulawak 90 mg.kg BB PKB3 : Pemberian bubuk temulawak 360 mg.kg BB
Tabel 4. Perkembangan pertambahan bobot badan (PBB) mingguan berbagai penambahan temulawak pada ayam yang diinfeksi E maxima
Kelompok Perlakuan
PBB (g)
Kplus Ko Kmin K tem PKC1 PKC2 PKC3 PKB1 PKB2 PKB3
1 minggu
346.08 353.76 432.67 448 345.43 359.33 404.03 283.67 349.77 288.33
setelah j j ij hij j j j j j j
16.02 27.77 12.86 35.16 4.69 65.96 29.87 53.29 39.29 23.52
infeksi
2 minggu
603.17 588.68 737.13 738.03 567.14 603.24 642 579.75 586.75 562.14
setelah fgh fghi def def ghi fgh efg fghi fghi ghi
10.1 6.51 177.23 44.58 21.08 20.967 27.37 37.5 25.4 34.85
infeksi
3 minggu
809.57 859 1063 1028.5 798.25 946.25 955.25 833.5 743 788.25
setelah
88.77 bcd 61.42 bcd 75.28 a 101.2 a 151.75 bcde 239.29 abc 205.15 ab 63.96 bcd 58.26 def 86.18 cde
infeksi
Nilai dengan superskip berbeda menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
Tabel 5. Perkembangan Feed conversion Ratio (FCR) mingguan berbagai penambahan temulawak pada ayam yang diinfeksi E maxima
Kelompok Perlakuan
FCR
Kplus Ko Kmin K tem PKC1 PKC2 PKC3 PKB1 PKB2 PKB3
1 minggu
2.24 2.38 2.03 1.94 2.18 2.23 2.09 2.66 2.28 2.61
setelah
0.10 efgh 0.19 defgh 0.06 gh 0.16 h 0.03 fgh 0.38 efgh 0.15 fgh 0.46 cdef 0.26 efgh 0.21 cdef
infeksi
2 minggu
2.78 2.62 2.41 2.21 2.49 2.42 2.54 2.59 2.65 2.59
setelah bcde cdef defgh efgh cdefgh defgh cdefg cdefg cdef cdefg
0.046 0.03 0.64 0.14 0.09 0.09 0.11 0.17 0.12 0.16
infeksi
3 minggu
3.56 2.79 2.45 2.55 2.90 2.59 2.58 3.04 3.28 2.91
setelah a bcde defgh cdefg bcd cdefg cdefg bc ab bcd
0.38 0.18 0.17 0.24 0.52 0.61 0.39 0.32 0.25 0.33
infeksi
Nilai dengan superskip berbeda menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
29
1200
kontrol positif
1000
kontrol obat
4
3.5 kontrol positif
3 kontrol obat
kontrol temulaw ak
2
infus temulaw ak 90 mg/kg BB
1.5
infus temulaw ak 180 mg/kg BB
1 infus temulaw ak 360 mg/kg BB
0.5 bubuk temulaw ak 90 mg/kg BB
0 bubuk temulaw ak 180 mg/kg BB
bubuk temulaw ak 360 mg/kg BB
1 minggu 2 minggu 3 minggu
minggu (setelah infeksi)
Tabel 6 Jumlah ookista per gram feses kelompok perlakuan dari hari ke-5 sampai
hari ke-13 setelah infeksi E. maxima dengan pemberian infus dan bubuk
temulawak dosis bertingkat
Nilai ookista per gram feses hari ke-5 setelah infeksi semua kelompok
ayam yang diberikan perlakuan lebih tinggi dan berbeda nyata jika dibandingkan
dengan kontrol positif (p<0,05) kecuali pada pemberian infus temulawak 90
mg.kg-1 bobot badan. Hal yang sama hari ke-6 setelah infeksi produksi ookista
semua perlakuan lebih tinggi dibanding kontrol positif (p<0,05). Kelompok yang
diberikan bubuk temulawak 180 mg.kg-1 bobot badan menghasilkan ookista
tertinggi dibandingkan dengan kontrol positif. Kontrol obat, infus temulawak 90
dan 180 mg.kg-1 bobot badan, dan bubuk temulawak 360 mg.kg-1 bobot badan
tidak berbeda nyata secara statistik (P>0,05).
Nilai ookista per gram feses hari ke-7 setelah infeksi, infus temulawak
180 dan 360 mg.kg-1 bobot badan secara nyata mampu menurunkan jumlah
ookista dibandingkan kontol positif (P<0,05), namun infus temulawak 90 dan
bubuk temulawak 360 mg.kg-1 bobot badan tidak berbeda statistik (P>0,05)
artinya bahwa penambahan infus temulawak 90 mg.kg-1 bobot badan dan bubuk
temulawak 360 mg.kg-1 bobot badan pada ransum tidak berpengaruh terhadap
produksi ookista. Produksi ookista kontrol obat, infus temulawak 180, 360 dan
temulawak bubuk 90 mg.kg-1 bobot badan memiliki rataan ookista yang tidak
berbeda nyata (P>0,05). Kelompok bubuk temulawak 180 mg.kg-1 bobot badan
memiliki produksi ookista terbesar diantara semua kelompok seperti hari-hari
sebelumnya. Hal serupa juga terjadi pada hari ke-8 setelah infeksi yaitu dengan
kelompok pemberian infus temulawak memiliki nilai ookista per gram feses lebih
32
Analisis Ekonomi
Nilai ekonomis dari penambahan temulawak cair dan bubuk dengan dosis
bertingkat dideskripsikan dengan nilai income over feed and chick cost (IOFCC),
yaitu perbedaan antara rata-rata pendapatan (dalam rupiah) yang diperoleh dari
hasil penjualan satu ekor ayam pedaging pada akhir penelitian dengan rata-rata
pengeluaran berupa nilai pembelian satu ekor ayam umur sehari pada awal
penelitian dan harga dari ransum yang dikonsumsi selama penelitian. Secara
ekonomis suatu teknologi baru harus memberikan sebuah kontribusi bagi
peternak. Nilai pendapatan diluar ransum dan bibit atau IOFCC dapat dijadikan
parameter efisiensi usaha peternakan (Bintang & Nataatmijaya 2003). Nilai
pendapatan usaha peternakan ditentukan oleh nilai bibit, konsumsi ransum, dan
penerimaan hasil penjualan (Rasyaf 2001).
Tabel 7. Pendapatan diluar ransum dan bibit (Income Over Feed And Chick
Cost /IOFCC) selama penelitian
Variabel Kplus ko kmin ktem pkc 1 pkc2 pkc3 pkb1 pkb2 pkb3
Harga doc (Rp) 1.300 1.300 1.300 1.300 1.300 1.300 1.300 1.300 1.300 1.300
Harga ransum
(Rp./Kg) 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400
Rataan
konsumsi
(kg/ekor/5 2,86 2,39 2,59 2,60 2,25 2,34 2,54 2,44 2,42 2,27
minggu)
Biaya Konsumsi
ransum (Rp) 12.595 10.521 11.438 11.468 9.941 10.309 11.177 10.778 10.679 10.003
Biaya konsumsi
ransum dan 13.895 11.821 12.738 12.768 11.241 11.609 12.477 12.078 11.979 11.303
DOC (Rp)
Rataan berat
hidup (Kg/ekor) 0,89 0,85 1,08 1,02 0,85 0,86 0,98 0,80 0,86 0,83
Harga ayam
(Rp/Kg)
1 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
Hasil penjualan
(Rp/ekor) 15.113 14.369 18.338 17.263 14.438 15.056 16.530 13.578 14.565 14.191
IOFCC (Rp/Kg) -560,77 857,28 3.442 2.463,77 1.498,81 1.675,1 2.108,42 -97,166 872,23 1.219
Keterangan :
1
: harga karkas bulan februari 2008
-1
Kplus : kontrol positif PKC2 : Pemberian infus temulawak 180 mg.kg BB
-1
Ko : kontrol obat PKC3 : Pemberian infus temulawak 360 mg.kg BB
-1
Kmin : kontrol negatif PKB1 : Pemberian bubuk temulawak 90 mg.kg BB
-1
Ktem : kontrol temulawak PKB2 : Pemberian bubuk temulawak 180 mg.kg BB
-1 -1
PKC1 : Pemberian infus temulawak 90 mg.kg BB PKB3 : Pemberian bubuk temulawak 360 mg.kg BB
34
Tabel 8. Pendapatan kotor per 100 ekor ayam (Sun et al. 2005) kelompok
perlakuan yang diinfeksi E. maxima dengan pemberian infus dan
bubuk temulawak dosis bertingkat
variabel Kplus ko kmin ktem pkc 1 pkc2 pkc3 pkb1 pkb2 pkb3
Harga ransum
(Rp./Kg) 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400 4.400
Rataan
konsumsi (5 2,86 2,39 2,59 2,60 2,25 2,34 2,54 2,44 2,42 2,27
minggu)
Biaya Konsumsi
ransum 12.595 10.521 11.438 11.468 9.941 10.309 11.177 10.778 10.679 10.003
(Rp/ekor)
Rataan berat
hidup (Kg) 0,89 0,85 1,08 1,02 0,85 0,86 0,98 0,80 0,86 0,83
Harga ayam
(Rp/Kg)
1 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
Pendapatan
Kotor (Rp/100 73.922 215.728 474.204 376.377 279.881 297.510 340.842 120.283 217.223 251.902
ekor)
Keterangan :
1
: harga karkas bulan februari 2008
-1
Kplus : kontrol positif PKC2 : Pemberian infus temulawak 180 mg.kg BB
-1
Ko : kontrol obat PKC3 : Pemberian infus temulawak 360 mg.kg BB
-1
Kmin : kontrol negatif PKB1 : Pemberian bubuk temulawak 90 mg.kg BB
-1
Ktem : kontrol temulawak PKB2 : Pemberian bubuk temulawak 180 mg.kg BB
-1 -1
PKC1 : Pemberian infus temulawak 90 mg.kg BB PKB3 : Pemberian bubuk temulawak 360 mg.kg BB
Histomorfometri Usus
Tabel 9. Histomorfometri kelompok perlakuan ayam yang diinfeksi E maxima dengan pemberian infus dan bubuk temulawak dosis bertingkat
Pengamatan tinggi vili hari ke-3 setelah infeksi semua kelompok perlakuan
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata bila dibandingan dengan kontrol positif
(P>0,05), demikian pula untuk pengamatan hari ke-6 dan 9 setelah infeksi. Tinggi vili
usus hari ke-6 relatif lebih tinggi dibanding hari ke-3, namun secara statistik tinggi
semua kelompok yang diinfeksi E. maxima baik yang diberikan obat, perlakuan
maupun kontrol negatif tidak berbeda nyata (P>0,05). Pengaruh pemberian dosis
bertingkat infus temulawak dan pertambahan hari terhadap tinggi vili bila dianalisis
dengan regresi berganda didapatkan persamaan Y=564+35,2hari + 0,167 dosis. Dari
persamaan tersebut nampak bahwa jika hari bertambah satu hari pada dosis yang
sama maka tinggi vili akan bertambah 35,2 m, namun bila dosis ditambah pada hari
yang sama maka tinggi vili akan bertambah sebesar 0,167 m pada taraf 10%. Jika
dibandingkan dengan persamaan regresi akibat penambahan bubuk temulawak dan
hari terhadap tinggi vili (Y=579+26,7 hari + 0,251 dosis) nampak bahwa pemberian
infus temulawak lebih baik dalam meningkatkan tinggi vili usus pada pertambahan hari
yaitu dengan meningkatkan 35,2 m.hari-1 dibanding penambahan bubuk temulawak
yang hanya mampu meningkatkan tinggi vili sebesar 26,7 m.hari-1.
Kedalaman kripta usus pada hari ke-3 juga tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata secara statistik (P>0,05) kecuali kelompok dengan pemberian infus temulawak
360 mg.kg-1 bobot badan lebih tinggi dari kelompok perlakuan yang lain. Kedalaman
kripta pada hari ke-6 menunjukkan bahwa kelompok dengan pemberian infus
temulawak 90 mg.kg-1 bobot badan memiliki kedalaman kripta paling kecil dibanding
kelompok perlakuan lainnya (P<0,05).Uji duncan menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang nyata tinggi vili untuk hari ke-3,6,9. Pengaruh hari dan peningkatan
dosis infus dan bubuk temulawak terhadap kedalaman kripta usus berturut-turut
sebagai berikut Y=239+13,8 hari + 0,339 dosis dan Y=265+14,3 hari + 0,104 dosis.
Kedalaman kripta usus dengan penambahan infus temulawak pada dosis tetap akan
meningkatkan 13,8 m.hari-1 sedangkan penambahan bubuk hanya meningkatkan
sekitar 14,3 m.hari-1.
Pengamatan jumlah vili per milimeter hari ke-3, 6 dan 9 setelah infeksi tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata secara statistik (P>0,05), demikian pula dengan
jumlah vili pada pertambahan hari. Luas permukaan vili (villus surface area)
merupakan estimasi luas permukaan vili yang mengindikasikan luasan permukaan bagi
penyerapan nutrien. Luas permukaan vili antar kelompok dan antar hari tidak berbeda
nyata secara statistik (P>0,05).
38
Kerusakan vili akibat infeksi E. maxima terjadi pada hari ke-3 setelah infeksi
(Calnek et al. 1994). Skizon akan merusak vili usus untuk melepaskan merozoit I.
Kerusakan vili usus ini berakibat perubahan struktur usus1c, dalam penelitian ini
secara deskriptif nampak bahwa kelompok ayam yang diinfeksi E. maxima dan tidak
diberikan obat memiliki kecenderungan tinggi vili paling rendah dibanding kontrol
negatif dan kelompok yang diberi infus atau bubuk temulawak, namun secara statistik
tidak berbeda nyata (P>0,05). Hari ke-3 setelah infeksi (umur ayam 17 hari)
merupakan fase pertumbuhan ayam. Iji et al. (2001b) menyatakan bahwa hingga hari
ke-21 tinggi vili akan terus bertambah, dan kripta pun akan bekerja dengan cepat
apabila tejadi kerusakan vili tersebut sehingga perbaikan dapat cepat terjadi. Hal ini
menyebabkan tinggi vili pun masih akan terus bertambah panjang seiring perjalanan
waktu. Walaupun secara statistik tinggi vili antar hari pengamatan tidak berbeda nyata
(P>0,05), namun dengan analisis regresi nampak bahwa pertumbuhan itu masih terus
terjadi. Penggunaan peubah tinggi vili sebagai indikator penampilan ayam didasarkan
pada pernyataan Iji et al. (2001b) bahwa tinggi vili dapat digunakan sebagai parameter
penampilan saluran cerna karena adanya hubungan positif dengan kemampuan
absorbsi nutrisi dan pengaturan pertumbuhan dengan dua proses seluler yaitu;
penggantian dan kehancuran sel. Kripta yang lebih tinggi merupakan respon inang
dalam menstimulasi proliferasi sel yang makin intensif untuk menggantikan vili yang
rusak akibat infeksi E. maxima (Alfaro et al. 2007).
44
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
SARAN
1. Perlu dilakukan pengujian lanjut untuk menetapkan dosis efektif dan lama
penggunaan temulawak yang paling efektif bagi peningkatan penampilan ayam
2. Perlu dilakukan pengujian fitokimia untuk mengetahui zat aktif dalam temulawak
Curcuma xanthorriza Roxb. yang bekerja sebagai bahan aktif yang berperan
dalam mengtasi koksidiosis
3. Perlu pengujian lebih lanjut menggunakan media ekstraksi lain agar dapat
mengekstrak zat aktif potensial lainnya dalam tanaman temulawak.
PUSTAKA
Adams, LB., Hibbs JB.Jr. Taintor RR, Krahenbuhl JL. 1990. Microbiostatistic effect of
murine macrophages for Toxoplasma gondii; role of synthesis of inorganic nitrogen
oxides from L-arginine. J. Immunol. 144:2725-2729
45
Alfaro, DM., et al. 2007. Use of Yucca schidigera extract in broiler diets and Its effects on
performance result obtain with different coccidiosis control method. J. Appl. Poult.
Res. 16:248-258
Allen, PC. 1997. Production of free radical spesies during Eimeria maxima infection in
Chickens. Poultry Science. 76:814-821
[Anonim]. 2005. Buku Penuntun Praktikum Ternak Unggas 2. Politeknik Negeri Lampung.
Bandar Lampung
Berliana, DC. 2007. Karakteristik karkas dan lemak babi dengan pemberian ransum
mengandung kurkumin. tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Calnek, BW., Barnes HJ, Beard CW, Reid WM, Wiyodi H.Jr. 1994. Disease of poultry. 9th
Ed. Iowa State University. Iowa
Chapman, HD. 2003. Origins of coccidiosis research in the fowl-the first fifty years. Avian
Dis. 47:1-20
Conway, DP., McKenzie ME. 1991. Poultry coccidiosis, diagnostic and testing procedures.
2nd ed. Pfizer Inc. New York
Dakpogan, HB. 2006. Free-range chick survivability in improved conditions and the effect
of 3 medicinal plants on Eimeria tenella. tesis. Department of Veterinary
Pathobiology, The Royal Veterinary and Agricultural University
Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorim dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam
Hayati. Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Bidang Kimia
Organik Bahan Alam Hayati. Universitas Andalas Padang
Drozdowski L, Woudstra T, Wild G, Clandinin MJT, Thomson ABR. 2005. Dietary lipids
modify the age-associated changes in intestinal uptake of fructose in rat. Am J.
Physiol Gastointest Liver Physiol. 288:125-134
Goodwin, MA, Denise IB, John B, Mark AD. 1999. Clinical application of a light
microscopic scoring method to make decisions regarding the pharmacotherapy of
an Eimeria maxima abatement programme. Avian Pathology 28:305-308
Gulbinowicz, M., et al. 2004. Morphometric analysis of the small intestine in wild type
mice C57BL/6J a developmental study. Folia Morphol. 63:423-430
46
Hendrawati, A. 1999. Penurunan kadar kolesterol daging dengan penambahan
temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) dalam ransum. tesis. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Iji, PA, Hughes RJ, Choct M, Tivey DR. 2001a. Intestine structure and function of broiler
chickens on wheat-based diets supplemented with a microbial enzyme. J. Anim.
Sci. 14:54-60
Iji, PA, A. Saki, Tivey DR. 2001b. Intestinal structure and function of broiler chicken on
diets swith a mannano. J. Sci. Food Agric. 80:1186-1192
JanSuszkiw. 1997. Broiler chicks may from spicier feed. International Journal of Poultry
Science 2 (5): 351-353
Kasahara K, et al. 2007. Anti-babesial compounds from Curcuma zedoaria. Planta Med.
71(5):482-4
Koide, T. 2002 Leishmanicidal effects of curcumin in vitro. Biol. Pharm. Bull. 25(1):131-
133.
Levine ND. 1985. Veterinary Parasitology. Ames: Iowa State University Press. Hlm: 130
185.
Lillehoj, HS., Ruff MD. 1987. Comparison of disease susceptibility and subclass-specific
antibody response In SC and FP chickens experimentally inoculated with Eimeria
tenella, E. acervulina, E. maxima. Avian Dis. 31:112-119
Lillehoj, HS., Choi KD. 1998. Recombinant chicken interferon gamma mediated inhibition
of Eimeria tenella development in vitro and reduction of oocyst production and
body weight loss following Eimeria acervulina chalange infection. Avian Dis.
42:307-314
Maiwald, L., Schwantes PA. 1991. Curcuma xanthoriza Roxb. Zeitschrift for
Phytotherapic. 12: 35-45
Matsuura H, et al. 2007. Anti-babesial compounds from Curcuma xanthorrhiza. Nat Prod
Res. 21(4):328-33
McDougald, LR. 2003. Coccidiosis. Eds. Diseases of poultry. 11th ed. Ames: Iowa State
University Press, pp. 974-976
McDauglad, Reid 1997. Disease of poultry. USA Iowa State University Press
Oei BL. 1985. Penentuan efek antiinflamasi minyak atsiri Curcuma domestica dan
Curcuma xanthorrhiza secara in vitro. Pt Darya Varia Laboratoria.
Ozaki, Y., Oei BL. 1988. Cholagogic action the essential oil obtained from Curcuma
xanthorrhiza Roxb. Shoyaku zasshi. 24 : 257-263
47
Ozaki, Y. 1990. Antiinflamatory effect of Curcuma xanhorriza and its active Principles.
Chem Pharm, Bull. 38: 1045-1048
Rose, ME., Hesketh P. 1976. Immunity to coccidiosis: stage of the cycle of Eimeria
maxima which induce and are affected by the response of the host. Parasitology
73:25-57
Rose, ME., Lawn AM, Millard BJ, 1984. The effect of immunity on the early events in the
life cycle of Eimeria tenella in the caecal mucosa Pf the chicken. Parasitol. 88:
199-210
Saleheen, D. 2002. Latent activity of curcumin against leishmaniasis in vitro. Biol. Pharm.
Bull. 25(3):386-389
Sidik, Moelyono MW., Muhtadi A. 1995. Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb. Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.
Sumertajaya IM, Mattjik AA. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan
Minitab. IPB Press. Bogor
Sun, X, McElroy A, Webb KE.Jr., Sefton AE, Novak C. 2005. Broiler performance and
intestinal alterations when fed drug-free diets. Poultry Science 84:12941302
Tampubolon, MP. 1996. Protozologi. Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB
Ukil, A., et al. 2003. Curcumin, the major component of food flavour turmeric, reduces
mucosal injury in trinitrobenzene sulphonic acid-induced colitis. British Journal of
Pharmacology. 139: 209218
Wallach, M., et al. 1992. Maternal imunization with gametocyte antigen as a means of
providing protective immunity against Eimera maxima in chicken. Infect. Immun.
60:2036-2039
Williams, RB. 1999. A compartmentalized model for the estimation of the cost of
coccidiosis to the worlds chicken production industry. Internat J Parasitol. 29:
1209-1229.
Witlock, DR., Lushbaugh WB, Danforth HD, Ruff MD. 1975. Electron microcopy of cecal
mucosa in Eimeria tenella infected and uninfected. Avian Dis. 19: 293-304
48
Lampiran 1 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak dan bubuk
temulawak 90, 180 dan 360 mg.kg -1 bobot badan terhadap pertambahan bobot badan
ayam pedaging yang diinfeksi E maxima
HasilAnalisisRagamRAL
AnalysisofVarianceProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
PERL10kminkokplusktempkb1pkb2pkb3pkc1pkc2pkc3
Numberofobservationsindataset=40
AnalysisofVarianceProcedure
DependentVariable:PBB(pertambahanbobotbadan)
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model9427905.9000000047545.100000002.880.0140
Error30494562.0000000016485.40000000
CorrectedTotal39922467.90000000
RSquareC.V.RootMSEPBBMean
0.46387114.54989128.39548279882.45000000
SourceDFAnovaSSMeanSquareFValuePr>F
PERL9427905.9000000047545.100000002.880.0140
HasilAnalisisRagamRAL
AnalysisofVarianceProcedure
LevelofPBB
PERLNMeanSD
kmin41063.0000075.281693
ko4859.0000061.422037
kplus4809.5000088.786260
ktem41028.50000101.201120
pkb14833.5000063.966137
pkb24743.0000058.258047
pkb34788.2500086.179561
pkc14798.25000151.750618
pkc24946.25000239.291141
pkc34955.25000205.154210
AnalysisofVarianceProcedure
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,nottheexperimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=30MSE=16485.4
NumberofMeans2345678910
CriticalRange185.4194.9201.0205.3208.6211.2213.3215.0216.4
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERL
A1063.004kmin
BA1028.504ktem
BAC955.254pkc3
BAC946.254pkc2
BAC859.004ko
BC833.504pkb1
C809.504kplus
C798.254pkc1
C788.254pkb3
C743.004pkb2
Lampiran 2 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak dan bubuk
temulawak 90, 180 dan 360 mg.kg -1 bobot badan terhadap feed convertion ratio ayam
pedaging yang diinfeksi E maxima
HasilAnalisisRagamRAL
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
TREAT10kminkokplusktempkb1pkb2pkb3pkc1pkc2pkc3
49
Numberofobservationsindataset=40
AnalysisofVarianceProcedure
DependentVariable:FCR(FeedConvertionRatio)
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model94.503343020.500371453.770.0029
Error303.984156750.13280523
CorrectedTotal398.48749978
RSquareC.V.RootMSEFCRMean
0.53058512.713550.364424512.86642500
SourceDFAnovaSSMeanSquareFValuePr>F
PERL94.503343020.500371453.770.0029
AnalysisofVarianceProcedure
LevelofFCR
PERLNMeanSD
kmin42.454500000.17305972
ko42.786000000.18180759
kplus43.565500000.37780462
ktem42.552500000.24498503
pkb143.038250000.31552536
pkb243.281250000.24904267
pkb342.910750000.32848579
pkc142.903750000.52009254
pkc242.591000000.61160499
pkc342.580750000.38504058
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:FCR
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,nottheexperimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=30MSE=0.132805
NumberofMeans2345678910
CriticalRange.5263.5531.5704.5828.5922.5995.6054.6102.6142
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERL
A3.56554kplus
BA3.28134pkb2
BAC3.03834pkb1
BC2.91084pkb3
BC2.90384pkc1
BC2.78604ko
C2.59104pkc2
C2.58084pkc3
C2.55254ktem
C2.45454kmin
Lampiran 3 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak dan bubuk
-1
temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg bobot badan terhadap efisiensi ransum ayam
pedaging yang diinfeksi E maxima
HasilAnalisisRagamRAL
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
TREAT10kminkokplusktempkb1pkb2pkb3pkc1pkc2pkc3
Numberofobservationsindataset=40
DependentVariable:ER(EfisiensiRansum)
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model9647.9690916071.996565732.760.0177
Error30782.8834055026.09611352
CorrectedTotal391430.85249710
RSquareC.V.RootMSEERMean
0.45285514.226915.1084355335.90685000
SourceDFAnovaSSMeanSquareFValuePr>F
PERL9647.9690916071.996565732.760.0177
50
HasilAnalisisRagamRAL
AnalysisofVarianceProcedure
LevelofER
PERLNMeanSD
kmin440.89025002.8959497
ko435.92425002.5688826
kplus428.27750003.1016398
ktem439.45850003.8824340
pkb1434.02500002.6111733
pkb2430.61175002.3974545
pkb3434.67350003.7906223
pkc1435.33075006.7164169
pkc2440.383250010.2125326
pkc3439.49375006.7038107
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:ER
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=30MSE=26.09611
NumberofMeans2345678910
CriticalRange7.3777.7537.9968.1708.3018.4048.4868.5548.610
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNTREAT
A40.8904kmin
A40.3834pkc2
A39.4944pkc3
A39.4594ktem
BA35.9244ko
BA35.3314pkc1
BA34.6744pkb3
BA34.0254pkb1
B30.6124pkb2
B28.2784kplus
51
Lampiran 4 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
persentase karkas ayam pedaging yang diinfeksi E maxima
HasilAnalisisRagamRAL
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
TREAT10kminkokplusktempkb1pkb2pkb3pkc1pkc2pkc3
Numberofobservationsindataset=30
DependentVariable:PC(PersentaseCarcas)
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model9566.0055498562.889505541.180.3578
Error201064.2601348553.21300674
CorrectedTotal291630.26568469
RSquareC.V.RootMSEPCMean
0.3471869.7302017.2947245874.96992333
SourceDFAnovaSSMeanSquareFValuePr>F
PERL9566.0055498562.889505541.180.3578
HasilAnalisisRagamRAL
AnalysisofVarianceProcedure
LevelofPC
PERLNMeanSD
kmin372.96333339.6881414
ko374.11203338.7003444
kplus376.56733331.7660222
ktem372.70000006.0187039
pkb1370.53766672.8717871
pkb2375.721166713.5321075
pkb3379.27436673.6275699
pkc1376.43633335.2956662
pkc2383.88700006.3243425
pkc3367.50000007.1179079
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:PC
ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=20MSE=53.21301
NumberofMeans2345678910
CriticalRange12.4213.0413.4313.7113.9114.0614.1814.2814.36
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNTREAT
A83.8873pkc2
BA79.2743pkb3
BA76.5673kplus
BA76.4363pkc1
BA75.7213pkb2
BA74.1123ko
BA72.9633kmin
BA72.7003ktem
BA70.5383pkb1
B67.5003pkc3
Lampiran 5 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
bobot badan ayam pedaging minggu ke-3, 4 dan 5 setelah diinfeksi E
maxima
TheSASSystem
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
52
MGG3345
PERL16PKB1PKB2PKB3PKC1PKC2PKC3kminkokplusktempkb1pkb2pkb3
pkc1pkc2pkc3
MGG_PERL303PKB13PKB23PKB33PKC13PKC23PKC33kmin3ko3kplus3ktem
4PKB14PKB24PKB34PKC14PKC24PKC34kmin4ko4kplus4ktem
5kmin5ko5kplus5ktem5pkb15pkb25pkb35pkc15pkc25pkc3
Numberofobservationsindataset=120
GeneralLinearModelsProcedure
DependentVariable:WGWeightGain
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model295841088.40807627201416.8416578017.330.0001
Error901045942.254559301621.58060621
CorrectedTotal1196887030.66263557
RSquareC.V.RootMSEWGMean
0.84812915.13361107.80343504712.34455833
SourceDFTypeISSMeanSquareFValuePr>F
MGG25051807.670232902525903.83511645217.350.0001
PERL15731720.4049163548781.360327764.200.0001
MGG_PERL1257560.332927024796.694410580.410.9551
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
MGG00.00000000...
PERL00.00000000...
MGG_PERL1257560.332927024796.694410580.410.9551
GeneralLinearModelsProcedure
LevelofWG
MGG_PERLNMeanSD
3PKB13317.6666753.294778
3PKB23387.7666739.289481
3PKB33322.3333323.521710
3PKC13384.433334.691837
3PKC23398.3333365.957057
3PKC33447.0333329.865755
3kmin3470.6666712.858201
3ko3392.7600027.769134
3kplus3382.0833316.016268
3ktem3487.0000035.156792
4PKB13613.7500037.502500
4PKB23624.7500025.400541
4PKB33596.1390034.854049
4PKC13606.1433321.079472
4PKC23642.2400020.966230
4PKC33685.0000027.373573
4kmin3775.13333177.231638
4ko3627.683336.510824
4kplus3639.1666710.103630
4ktem3777.0333344.576236
5kmin61090.6666763.377178
5ko6812.83333140.975766
5kplus6861.3333380.343430
5ktem61040.00000104.163333
5pkb16815.83333253.897945
5pkb26822.33333111.295403
5pkb36814.00000120.590215
5pkc16831.33333118.916217
5pkc26885.16667123.718094
5pkc36984.83333163.472832
GeneralLinearModelsProcedure
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:WG
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=90MSE=11621.58
WARNING:Cellsizesarenotequal.
HarmonicMeanofcellsizes=3.6
NumberofMeans234567891011
53
CriticalRange159.6168.0173.5177.6180.7183.2185.3187.1188.6189.9
NumberofMeans12131415161718192021
CriticalRange191.1192.1193.1193.9194.6195.3195.9196.5197.0197.4
NumberofMeans222324252627282930
CriticalRange197.9198.3198.6199.0199.3199.6199.9200.1200.4
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNMGG_PERL
A1090.6765kmin
BA1040.0065ktem
BAC984.8365pkc3
BDC885.1765pkc2
EDC861.3365kplus
EDC831.3365pkc1
EFDC822.3365pkb2
EFDC815.8365pkb1
EFDC814.0065pkb3
EFDC812.8365ko
EFDG777.0334ktem
EFDG775.1334kmin
EFG685.0034PKC3
FHG642.2434PKC2
FHG639.1734kplus
IHG627.6834ko
IHG624.7534PKB2
IHG613.7534PKB1
IHG606.1434PKC1
IHG596.1434PKB3
IHJ487.0033ktem
IHJ470.6733kmin
IJ447.0333PKC3
J398.3333PKC2
J392.7633ko
J387.7733PKB2
J384.4333PKC1
J382.0833kplus
J322.3333PKB3
J317.6733PKB1
Lampiran 6 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
pertambahan bobot badan ayam pedaging minggu ke-3, 4 dan 5 setelah
diinfeksi E maxima
TheSASSystem
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
MGG3345
PERL16PKB1PKB2PKB3PKC1PKC2PKC3kminkokplusktempkb1pkb2pkb3
pkc1pkc2pkc3
MGG_PERL303PKB13PKB23PKB33PKC13PKC23PKC33kmin3ko3kplus3ktem
4PKB14PKB24PKB34PKC14PKC24PKC34kmin4ko4kplus4ktem
5kmin5ko5kplus5ktem5pkb15pkb25pkb35pkc15pkc25pkc3
Numberofobservationsindataset=100
GeneralLinearModelsProcedure
DependentVariable:PBBPertambahanBobotBadan
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model295312981.00229225183206.2414583521.490.0001
Error70596707.587892668524.39411275
CorrectedTotal995909688.59018491
RSquareC.V.RootMSEPBBMean
0.89902914.2579292.32764544647.55347000
SourceDFTypeISSMeanSquareFValuePr>F
MGG24690057.324515552345028.66225777275.100.0001
PERL15583890.1874713538926.012498094.570.0001
MGG_PERL1239033.490305353252.790858780.380.9659
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
54
MGG00.00000000...
PERL00.00000000...
MGG_PERL1239033.490305353252.790858780.380.9659
GeneralLinearModelsProcedure
LevelofPBB
MGG_PERLNMeanSD
3PKB13283.6666753.294778
3PKB23349.7666739.289481
3PKB33288.3333323.521710
3PKC13345.433334.691837
3PKC23359.3333365.957057
3PKC33404.0333329.865755
3kmin3432.6666712.858201
3ko3353.7600027.769134
3kplus3346.0833316.016268
3ktem3448.0000035.156792
4PKB13579.7500037.502500
4PKB23586.7500025.400541
4PKB33562.1390034.854049
4PKC13567.1433321.079472
4PKC23603.2400020.966230
4PKC33642.0000027.373573
4kmin3737.13333177.231638
4ko3588.683336.510824
4kplus3603.1666710.103630
4ktem3738.0333344.576236
5kmin41063.0000075.281693
5ko4859.0000061.422037
5kplus4809.5000088.786260
5ktem41028.50000101.201120
5pkb14833.5000063.966137
5pkb24743.0000058.258047
5pkb34788.2500086.179561
5pkc14798.25000151.750618
5pkc24946.25000239.291141
5pkc34955.25000205.154210
GeneralLinearModelsProcedure
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:PBB
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=70MSE=8524.394
WARNING:Cellsizesarenotequal.
HarmonicMeanofcellsizes=3.272727
NumberofMeans234567891011
CriticalRange144.0151.5156.4160.0162.8165.1166.9168.5169.8171.0
NumberofMeans12131415161718192021
CriticalRange172.0172.9173.6174.3175.0175.5176.1176.5177.0177.3
NumberofMeans222324252627282930
CriticalRange177.7178.0178.3178.6178.8179.1179.3179.5179.7
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNMGG_PERL
A1063.0045kmin
A1028.5045ktem
BA955.2545pkc3
BAC946.2545pkc2
BDC859.0045ko
BDC833.5045pkb1
BDC809.5045kplus
BEDC798.2545pkc1
EDC788.2545pkb3
FED743.0045pkb2
FED738.0334ktem
FED737.1334kmin
FEG642.0034PKC3
FGH603.2434PKC2
FGH603.1734kplus
FIGH588.6834ko
55
FIGH586.7534PKB2
FIGH579.7534PKB1
IGH567.1434PKC1
IGH562.1434PKB3
IJH448.0033ktem
IJ432.6733kmin
J404.0333PKC3
J359.3333PKC2
J353.7633ko
J349.7733PKB2
J346.0833kplus
J345.4333PKC1
J288.3333PKB3
J283.6733PKB1
Lampiran 7 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
feed convertion ratio ayam pedaging minggu ke-3, 4 dan 5 setelah diinfeksi
E maxima
TheSASSystem
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
MGG3345
PERL16PKB1PKB2PKB3PKC1PKC2PKC3kminkokplusktempkb1pkb2pkb3
pkc1pkc2pkc3
MGG_PERL303PKB13PKB23PKB33PKC13PKC23PKC33kmin3ko3kplus3ktem
4PKB14PKB24PKB34PKC14PKC24PKC34kmin4ko4kplus4ktem
5kmin5ko5kplus5ktem5pkb15pkb25pkb35pkc15pkc25pkc3
Numberofobservationsindataset=100
GeneralLinearModelsProcedure
DependentVariable:FCRFeedConvertionRatio
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model2912.931302840.445906995.050.0001
Error706.186250620.08837501
CorrectedTotal9919.11755347
RSquareC.V.RootMSEFCRMean
0.67641011.497640.297279342.58556846
SourceDFTypeISSMeanSquareFValuePr>F
MGG26.321090773.1605453835.760.0001
PERL155.100247200.340016483.850.0001
MGG_PERL121.509964870.125830411.420.1760
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
MGG00.00000000...
PERL00.00000000...
MGG_PERL121.509964870.125830411.420.1760
GeneralLinearModelsProcedure
LevelofFCR
MGG_PERLNMeanSD
3PKB132.659280140.46117737
3PKB232.275926320.25949377
3PKB332.610719390.21497489
3PKC132.180111070.02974380
3PKC232.232621150.37889261
3PKC332.093397100.15342944
3kmin32.034884010.06141934
3ko32.379796260.18959894
3kplus32.243608340.10356760
3ktem31.942301310.15879627
4PKB132.593573630.17421236
4PKB232.652798700.11709511
4PKB332.591402620.15717421
4PKC132.496334850.09385064
4PKC232.422321620.08563194
4PKC332.536429430.10899314
56
4kmin32.408159580.64227221
4ko32.618089330.02892593
4kplus32.778854330.04636698
4ktem32.216006210.13739811
5kmin42.454500000.17305972
5ko42.786000000.18180759
5kplus43.565500000.37780462
5ktem42.552500000.24498503
5pkb143.038250000.31552536
5pkb243.281250000.24904267
5pkb342.910750000.32848579
5pkc142.903750000.52009254
5pkc242.591000000.61160499
5pkc342.580750000.38504058
GeneralLinearModelsProcedure
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:FCR
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=70MSE=0.088375
WARNING:Cellsizesarenotequal.
HarmonicMeanofcellsizes=3.272727
NumberofMeans234567891011
CriticalRange.4635.4877.5036.5153.5243.5315.5375.5425.5468.5505
NumberofMeans12131415161718192021
CriticalRange.5537.5566.5591.5614.5634.5652.5669.5684.5698.5710
NumberofMeans222324252627282930
CriticalRange.5721.5732.5741.5750.5758.5766.5773.5779.5785
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNMGG_PERL
A3.565545kplus
BA3.281345pkb2
BC3.038345pkb1
BCD2.910845pkb3
BCD2.903845pkc1
BECD2.786045ko
BECD2.778934kplus
FECD2.659333PKB1
FECD2.652834PKB2
FECD2.618134ko
FECD2.610733PKB3
GFECD2.593634PKB1
GFECD2.591434PKB3
GFECD2.591045pkc2
GFECD2.580845pkc3
GFECD2.552545ktem
GFECD2.536434PKC3
GFECDH2.496334PKC1
GFEDH2.454545kmin
GFEDH2.422334PKC2
GFEDH2.408234kmin
GFEDH2.379833ko
GFEH2.275933PKB2
GFEH2.243633kplus
GFEH2.232633PKC2
GFEH2.216034ktem
GFH2.180133PKC1
GFH2.093433PKC3
GH2.034933kmin
H1.942333ktem
Lampiran 8 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
tinggi vili usus ayam pedaging yang diinfeksi E maxima
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
57
HR3369
PERL10PKB1PKB2PKB3PKC1PKC2PKC3kminkokplusktem
HR_PERL303PKB13PKB23PKB33PKC13PKC23PKC33kmin3ko3kplus3ktemPKB16PKB2
6PKB36PKC16PKC26PKC36kmin6ko6kplus6ktem9PKB19PKB29PKB39PKC19PKC29PKC39kmin
9ko9kplus9ktem
Numberofobservationsindataset=180
GeneralLinearModelsProcedure
DependentVariable:VHVillusheight
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model293350779.11111112115544.107279693.860.0001
Error1504495303.9999999929968.69333333
CorrectedTotal1797846083.11111111
RSquareC.V.RootMSEVHMean
0.42706421.23528173.11468260815.22222222
SourceDFTypeISSMeanSquareFValuePr>F
HR21482098.3111111141049.1555555624.730.0001
PERL9363737.3333333340415.259259261.350.2167
HR_PERL181504943.4666666783607.970370372.790.0003
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
HR00.00000000...
PERL00.00000000...
HR_PERL181504943.4666666783607.970370372.790.0003
GeneralLinearModelsProcedure
LevelofVH
HR_PERLNMeanSD
3PKB16742.6666785.927101
3PKB26765.33333190.773863
3PKB36670.66667167.268248
3PKC16625.3333368.570159
3PKC26741.33333204.722902
3PKC36743.3333382.069889
3kmin6678.66667119.080925
3ko6669.33333145.737664
3kplus6562.66667130.222374
3ktem6670.0000057.117423
6PKB16784.00000171.674110
6PKB26596.0000091.494262
6PKB36999.33333230.594594
6PKC161068.66667318.621196
6PKC26752.66667148.408445
6PKC36766.00000108.657259
6kmin61066.00000102.754075
6ko6991.33333192.589373
6kplus6840.00000164.009756
6ktem6902.66667153.647215
9PKB16866.0000050.071948
9PKB26952.00000148.118871
9PKB36810.6666763.531619
9PKC16939.3333386.511656
9PKC26869.33333135.615142
9PKC36957.3333325.508169
9kmin6786.66667526.845202
9ko6892.00000212.490000
9kplus6752.66667109.731794
9ktem6994.6666763.430802
GeneralLinearModelsProcedure
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:VH
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=150MSE=29968.69
NumberofMeans234567891011
CriticalRange197.5207.9214.8219.9223.8227.0229.7232.0233.9235.6
NumberofMeans12131415161718192021
58
CriticalRange237.1238.5239.7240.8241.8242.7243.5244.3245.0245.6
NumberofMeans222324252627282930
CriticalRange246.2246.8247.3247.8248.3248.7249.1249.5249.9
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNHR_PERL
A1068.6766PKC1
A1066.0066kmin
BA999.3366PKB3
BAC994.6769ktem
BAC991.3366ko
BDAC957.3369PKC3
BDAC952.0069PKB2
BDAC939.3369PKC1
EBDAC902.6766ktem
EBDAC892.0069ko
EBDAC869.3369PKC2
EBDACF866.0069PKB1
EBDACF840.0066kplus
EBDGCF810.6769PKB3
EBDGHCF786.6769kmin
EBDGHCF784.0066PKB1
EBDGHCF766.0066PKC3
EBDGHCF765.3363PKB2
EDGHCF752.6769kplus
EDGHCF752.6766PKC2
EDGHF743.3363PKC3
EDGHF742.6763PKB1
EDGHF741.3363PKC2
EGHF678.6763kmin
EGHF670.6763PKB3
EGHF670.0063ktem
EGHF669.3363ko
GHF625.3363PKC1
GH596.0066PKB2
H562.6763kplus
Lampiran 9 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
kedalaman kripta usus ayam pedaging yang diinfeksi E maxima
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
HR3369
PERL10PKB1PKB2PKB3PKC1PKC2PKC3kminkokplusktem
HR_PERL303PKB13PKB23PKB33PKC13PKC23PKC33kmin3ko3kplus3ktem6PKB16PKB2
6PKB36PKC16PKC26PKC36kmin6ko6kplus6ktem9PKB19PKB29PKB39PKC1
9PKC29PKC39kmin9ko9kplus9ktem
Numberofobservationsindataset=180
GeneralLinearModelsProcedure
DependentVariable:CDCryptDepth
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model291737492.9777777859913.550957856.210.0001
Error1501448245.333333339654.96888889
CorrectedTotal1793185738.31111111
RSquareC.V.RootMSECDMean
0.54539727.1903098.25970125361.37777778
SourceDFTypeISSMeanSquareFValuePr>F
HR2606056.71111111303028.3555555631.390.0001
PERL9518591.6444444457621.293827165.970.0001
HR_PERL18612844.6222222234046.923456793.530.0001
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
HR00.00000000...
PERL00.00000000...
59
HR_PERL18612844.6222222234046.923456793.530.0001
GeneralLinearModelsProcedure
LevelofCD
HR_PERLNMeanSD
3PKB16301.33333358.387213
3PKB26308.00000054.669919
3PKB36278.66666750.002667
3PKC16282.00000028.593706
3PKC26285.333333129.828605
3PKC36396.000000125.500598
3kmin6287.33333381.207553
3ko6276.00000041.337634
3kplus6226.66666718.184242
3ktem6297.33333334.932316
6PKB16430.00000085.818413
6PKB26456.666667169.392641
6PKB36499.33333390.418287
6PKC16560.000000166.929925
6PKC26291.33333320.304351
6PKC36502.66666792.560611
6kmin6400.000000100.271631
6ko6396.00000092.017390
6kplus6444.000000233.567121
6ktem6375.333333138.435063
9PKB16256.66666737.130401
9PKB26602.666667154.933104
9PKB36279.33333325.476787
9PKC16306.00000079.629140
9PKC26392.00000099.919968
9PKC36503.333333104.565131
9kmin6243.33333385.805983
9ko6356.00000042.332021
9kplus6320.00000039.678710
9ktem6288.00000011.593101
GeneralLinearModelsProcedure
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:CD
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,nottheexperimentwise
errorrate
Alpha=0.05df=150MSE=9654.969
NumberofMeans234567891011
CriticalRange112.1118.0121.9124.8127.0128.9130.4131.7132.8133.7
NumberofMeans12131415161718192021
CriticalRange134.6135.4136.0136.7137.2137.7138.2138.6139.0139.4
NumberofMeans222324252627282930
CriticalRange139.8140.1140.4140.7140.9141.2141.4141.6141.8
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNHR_PERL
A602.6769PKB2
BA560.0066PKC1
BAC503.3369PKC3
BAC502.6766PKC3
BAC499.3366PKB3
BDC456.6766PKB2
BEDC444.0066kplus
FEDC430.0066PKB1
GFEDC400.0066kmin
GFEDC396.0066ko
GFEDC396.0063PKC3
GFEDCH392.0069PKC2
GFEDICH375.3366ktem
GFEDIJH356.0069ko
GFEIJH320.0069kplus
GFIJH308.0063PKB2
GFIJH306.0069PKC1
GFIJH301.3363PKB1
60
GFIJH297.3363ktem
GIJH291.3366PKC2
GIJH288.0069ktem
GIJH287.3363kmin
GIJH285.3363PKC2
GIJH282.0063PKC1
GIJH279.3369PKB3
GIJH278.6763PKB3
GIJH276.0063ko
IJH256.6769PKB1
IJ243.3369kmin
J226.6763kplus
Lampiran 10 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
jumlah vili ayam pedaging yang diinfeksi E maxima
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
HR3369
PERL10PKB1PKB2PKB3PKC1PKC2PKC3kminkokplusktem
HR_PERL303PKB13PKB23PKB33PKC13PKC23PKC33kmin3ko3kplus3ktem6PKB16PKB2
6PKB36PKC16PKC26PKC36kmin6ko6kplus6ktem9PKB19PKB29PKB39PKC1
9PKC29PKC39kmin9ko9kplus9ktem
Numberofobservationsindataset=180
GeneralLinearModelsProcedure
DependentVariable:JVJmlVili
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model29292.5611111110.088314188.040.0001
Error150188.166666671.25444444
CorrectedTotal179480.72777778
RSquareC.V.RootMSEJVMean
0.60858012.816501.120019848.73888889
SourceDFTypeISSMeanSquareFValuePr>F
HR286.8777777843.4388888934.630.0001
PERL966.005555567.333950625.850.0001
HR_PERL18139.677777787.759876546.190.0001
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
HR00.00000000...
PERL00.00000000...
HR_PERL18139.677777787.759876546.190.0001
GeneralLinearModelsProcedure
LevelofJV
HR_PERLNMeanSD
3PKB169.00000000.89442719
3PKB268.00000002.28035085
3PKB367.83333330.75277265
3PKC168.16666671.16904519
3PKC268.33333332.06559112
3PKC368.83333330.75277265
3kmin68.50000001.04880885
3ko68.16666671.94079022
3kplus68.16666670.75277265
3ktem68.33333330.81649658
6PKB1610.50000001.04880885
6PKB267.16666670.40824829
6PKB3611.66666670.51639778
6PKC1610.16666671.16904519
6PKC268.00000000.63245553
6PKC369.83333330.75277265
6kmin612.33333330.51639778
6ko67.83333331.16904519
6kplus610.16666672.40138849
6ktem69.50000000.54772256
61
9PKB167.50000000.54772256
9PKB267.33333330.81649658
9PKB368.16666670.40824829
9PKC167.66666670.51639778
9PKC268.66666670.81649658
9PKC367.00000000.89442719
9kmin67.66666671.21106014
9ko68.16666671.32916014
9kplus69.50000000.83666003
9ktem610.00000000.63245553
GeneralLinearModelsProcedure
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:JV
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,nottheexperimentwise
errorrate
Alpha=0.05df=150MSE=1.254444
NumberofMeans234567891011
CriticalRange1.2781.3451.3901.4221.4481.4691.4861.5011.5131.524
NumberofMeans12131415161718192021
CriticalRange1.5341.5431.5511.5581.5641.5701.5751.5801.5851.589
NumberofMeans222324252627282930
CriticalRange1.5931.5971.6001.6031.6061.6091.6121.6141.617
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNHR_PERL
A12.333366kmin
BA11.666766PKB3
BC10.500066PKB1
DC10.166766PKC1
DC10.166766kplus
DC10.000069ktem
DCE9.833366PKC3
DFCE9.500066ktem
DFCE9.500069kplus
DFGE9.000063PKB1
HDFGE8.833363PKC3
HDFGEI8.666769PKC2
HJFGEI8.500063kmin
HJFGEI8.333363ktem
HJFGEI8.333363PKC2
HJFGI8.166769ko
HJFGI8.166763ko
HJFGI8.166763PKC1
HJFGI8.166769PKB3
HJFGI8.166763kplus
HJFGI8.000063PKB2
HJFGI8.000066PKC2
HJGI7.833366ko
HJGI7.833363PKB3
HJGI7.666769PKC1
HJGI7.666769kmin
HJGI7.500069PKB1
HJI7.333369PKB2
JI7.166766PKB2
J7.000069PKC3
Lampiran 11 Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus temulawak
dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap
luas vili usus ayam pedaging yang diinfeksi E maxima
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
HR3369
PERL10PKB1PKB2PKB3PKC1PKC2PKC3kminkokplusktem
HR_PERL303PKB13PKB23PKB33PKC13PKC23PKC33kmin3ko3kplus3ktem6PKB16PKB2
PKB36PKC16PKC26PKC36kmin6ko6kplus6ktem9PKB19PKB29PKB39PKC1
9PKC29PKC39kmin9ko9kplus9ktem
62
Numberofobservationsindataset=180
GeneralLinearModelsProcedure
DependentVariable:VSALuasvili
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model290.239229010.008249282.980.0001
Error1500.415210410.00276807
CorrectedTotal1790.65443942
RSquareC.V.RootMSEVSAMean
0.36554825.346230.052612450.20757502
SourceDFTypeISSMeanSquareFValuePr>F
HR20.126403180.0632015922.830.0001
PERL90.035425150.003936131.420.1834
HR_PERL180.077400680.004300041.550.0795
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
HR00.00000000...
PERL00.00000000...
HR_PERL180.077400680.004300041.550.0795
GeneralLinearModelsProcedure
LevelofVSA
HR_PERLNMeanSD
3PKB160.178468600.03403954
3PKB260.190291360.04367943
3PKB360.179215120.04839756
3PKC160.146943840.01967675
3PKC260.194257300.04556542
3PKC360.179560180.00896640
3kmin60.175564450.02809730
3ko60.182051670.07050874
3kplus60.136635860.03834564
3ktem60.165466830.02339368
6PKB160.188571680.04372793
6PKB260.148962190.02716614
6PKB360.212903180.04814485
6PKC160.245125920.06907440
6PKC260.216622760.02506427
6PKC360.187015410.02077608
6kmin60.250553800.05183738
6ko60.247481000.02942334
6kplus60.197249780.03516665
6ktem60.232946400.03925034
9PKB160.240511850.02501076
9PKB260.276750770.07981806
9PKB360.197930220.02299589
9PKC160.264053330.03941335
9PKC260.239951990.05085299
9PKC360.236011090.02118978
9kmin60.233007300.16014766
9ko60.245175910.09628084
9kplus60.191227890.03114595
9ktem60.246742990.04669497
GeneralLinearModelsProcedure
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:VSA
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,nottheexperimentwise
errorrate
Alpha=0.05df=150MSE=0.002768
NumberofMeans234567891011
CriticalRange.06002.06317.06527.06682.06802.06900.06981.07049.07109.07161
NumberofMeans12131415161718192021
CriticalRange.07207.07248.07284.07317.07348.07375.07400.07424.07445.07465
NumberofMeans222324252627282930
CriticalRange.07484.07501.07517.07532.07546.07559.07571.07583.07594
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNHR_PERL
A0.2767569PKB2
63
BA0.2640569PKC1
BAC0.2505566kmin
BAC0.2474866ko
BAC0.2467469ktem
BAC0.2451869ko
BAC0.2451366PKC1
BAC0.2405169PKB1
BAC0.2399569PKC2
BDAC0.2360169PKC3
BDAC0.2330169kmin
BDAC0.2329566ktem
EBDAC0.2166266PKC2
EBDAC0.2129066PKB3
EBDFC0.1979369PKB3
EBDFC0.1972566kplus
EBDFC0.1942663PKC2
EBDFC0.1912369kplus
EBDFC0.1902963PKB2
EDFC0.1885766PKB1
EDFC0.1870266PKC3
EDFC0.1820563ko
EDFC0.1795663PKC3
EDFC0.1792263PKB3
EDFC0.1784763PKB1
EDFC0.1755663kmin
EDF0.1654763ktem
EF0.1489666PKB2
EF0.1469463PKC1
F0.1366463kplus
Lampiran 12. Gambaran Histopatologi usus halus ayam pedaging yang diinfeksi
E. maxima
64
Keterangan:
Perbesaran 800 x
-1
Kplus : kontrol positif PKC2 : Pemberian infus temulawak 180 mg.kg BB
-1
Ko : kontrol obat PKC3 : Pemberian infus temulawak 360 mg.kg BB
-1
Kmin : kontrol negatif PKB1 : Pemberian bubuk temulawak 90 mg.kg BB
-1
Ktem : kontrol temulawak PKB2 : Pemberian bubuk temulawak 180 mg.kg BB
-1 -1
PKC1 : Pemberian infus temulawak 90 mg.kg BB PKB3 : Pemberian bubuk temulawak 360 mg.kg BB
63