Вы находитесь на странице: 1из 99

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JARIMATIKA


TERHADAP KETERAMPILAN BERHITUNGPERKALIAN
HASILNYA BILANGAN DUA ANGKA DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA KELAS II
SD NEGERI SEKECAMATAN BANYUDONO
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2009/2010
(Eksperimen Sekolah SD Negeri I Ngaru-Aru dana SD Negeri
II Ngaru-Aru)

Skripsi

Oleh:
Anis Fatati

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Anis Fatati. PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JARIMATIKA TERHADAP


KETERAMPILAN BERHITUNGPERKALIAN HASILNYA BILANGAN DUA
ANGKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA KELAS II
SD NEGERI SEKECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2009/2010 (Eksperimen Sekolah SD Negeri I Ngaru-Aru dana SD Negeri
II Ngaru-Aru), Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.

Tujuan Penelitian adalah (1) Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran


matematika dengan menggunakan metode pembelajaran jarimatika menghasilkan
keterampilan yang lebih baik daripada pembelajaran matematika konvensional (2) Untuk
mengetahui hubungan antara siswa yang mempunyai kemampuan awa tinggi
menghasilkan keterampilan hitung yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
kemampuan awal sedang dan rendah, (3) Untuk mengetahui adanya interaksi bersa,a
pembelajaran menggunakan metode jarimatika dan kemampuan awal siswa terhadap
keterampilan hitung siswa.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, sedang populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri se Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.
Dengan populasi sebanyak 930 Siswa . Sampel diambil secara cluster random sampling.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 71 siswa yang mewakili populasi. Instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data adalah tes keterampilan berhitung perkalian dalam
bentuk pilihan ganda. Sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk
mengetahui validitas , konsistensi internal dan reabilitas . Untuk uji validitas
menggunakan validitas konstruks dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktir dan
skor total . Untuk menghitung konsistensi internal untuk butir ke i , rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi produk dari korelasi pearson . Reabilitas soal tes
keterampilan berhitung perkalian dengan korelasi ( r ) yang diukur dengan rumus Kudre
dan Richardson 20 yang dikenal dengan rumus K R 20 dan diperoleh indeks reabilitas
r11 = 0,839 . Untuk reabilitas tes kemampuan awal diukur dengan teknik Alpha yaitu
dengan membelah instrumen menjadi n bagian yang berarti masing masing bagian
terdiri dari satu butir saj kemudian masing masing bagian dicari variansi skornya serta
variansi totalnya dan diperoleh indeks reabilitas r11 = 0,332 .
Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalur dengan frekuensi sel tak sama
dengan signifikansi 5% . Sebelumnya dilakukan uji pendahuluan yaitu uji keseimbangan ,
dan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji keseimbangan dengan uji t diperoleh hasil t hitung = 1,25 , sehingga ttabel =
1,76 < thitung = 1,25 < ttabel = 1,76 . Maka kedua kelomok tersebut seimbang . Uji
normalitas menggunakan metode Lilliefors , untuk untuk kelompok eksperimen diperoleh
harga Lmaks = 0,132 dan kelompok kontrol diperoleh harga Lmaks = 0,1331 . Karena harga
p = 0,132 > 0,05 = dan p = 0,1331 > 0,05 = . Mka H0 diterima . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang normal. Uji homogenitas
menggunakan metode BarHett dengan realistik uji Chi kuadrat diperoleh harga X2 tabel =
43, 775 . Karena harga X2 tabel = 43,775 > X2 obs = 0,998 maka H0 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari ppulasi yang homogen .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari hasil uji hipotesis dapat disimpulkan ( 1 ) terdapat perbedaan antara


penggunaan metode jarimatika terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya
bilangan dua angka . ( F1.2 = 8,135 > 4,00 = F0,05 ; 2; 68 ) (2 ) terdapat perbedaan antara
kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua
angka. ( F1.3 = 7,22 > 3,15 = F0,05 ; 2; 68 ) . ( 3 ) tidak ada perbedaan antara kemempuan
awal siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka . ( F2.3
= 0,73 < 3,15 = F0,05 ; 2; 68 )

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACTION

Anis Fatati. Influence Method Study of Jarimatika to Skill Count Which Result is
Number Two Number Evaluated From Ability Early Student of the Class 2nd SDN
Banyudono Regional of Sub-Province Boyolali School Year 2009/2010 (Experiment in
school of SDN I Ngaru-Aru and SDN II Ngaru-Aru), Thesis. Surakarta: Education and
Pedagogy Faculty in Sebelas Maret University of Surakarta, June 2010.
Target of Research are: (1) To know the difference of mathematics study by using
method of study jarimatika yield the skill which better than conventional mathematics
study, (2) To know the relation between student having high ability early yield the skill
better compared by a student owning ability of early and lower, (3) To know the
existence of interaction of study use the method of jarimatika and ability early student to
skill the student.
This research is experiment research; population medium in this research is all
student of class of II SD of Country se - District of Banyudono of Sub-Province Boyolali.
With the population counted 920 Students. Sample taken by cluster is random sampling.
Sample in this research counted 71 student deputizing population. Instrument used for the
data collecting of is test skill calculate the multiplication in the form of double helix.
Before test used beforehand conducted by test-drive to know the validity, internal
consistency and rehabilitee. To test the validity use the validity construct by correlation
of is amount of score of total score. To counting the internal consistency for the item 1st,
used by product correlation formula from correlation Pearson. Rehabilitee of problem of
test skill counting the multiplication with the correlation whats measured with the
formula of Kudre and Richardson 20 recognized with the formula K - R 20 and obtained
by index of rehabilitee r11 = 0,839. For the rehabilitee of test ability of early measured
with the technique Alpha that is by spited instrument become the shares meaning each of
part of consisted of only one item later; then each of part of searched the its variance
score and also its total variance and obtained by index of rehabilitee r11= 0,332.
Hypothesis examination use the Anava two bands with the cell frequency do not
equal to significantly of 5%. Is previously conducted by a antecedent test that is balance
test, and test the prerequisite that is test normality and test the homogeneity.
Test the balance with the test t obtained by result t counting = 1,25, so that ttable =
1,76 < t calculate = 1,25 < ttable= 1,76. Hence, second the group well balanced. Test the
normality use the method Lilliefors, to for the group of experiment obtained by price
Lmax= 0,132 and group control obtained by price Lmaks= 0,1331. Because price p =0,132 >
0,05 = a and p = 0,1331 > 0,05 = . So, Ho accepted. Inferential so those that sample
come from normal population. Test the homogeneity use the method Barhett by realistic
test the Chi square obtained by price 2 of tables of = 43,775. Because price 2 of is tables
of = 43,775 > 2 Obs = 0,998 hence H0 accepted inferential so that that sample come from
homogeneous populace
From result test the inferential hypothesis (1) There are difference of between usage of
method Jarimatika to skill count the its result multiplication number two number (F1.2 = 8,135 >
4,00 = F0,05; 2;68). (2) There are difference of between ability of early student to skill count the
its result multiplication number two number (F1.3 = 7,22 > 3,15 = F0,05;2;68. (3) There is no
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

difference of between ability of early student to skill counting the its result multiplication is
number two number (F2.3=0,73 < 3,15=F0,05;2; 68)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan dampak yang
besar di seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali di bidang pendidikan. Masalah
pendidikan sangat fundamental bagi perkembangan dan kemajuan suatu
bangsa.Melalui pendidikan akan melahirkan karakteristik manusia yang
berkualitas. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan
kehidupan manusia ke arah yang lebih sempurna, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan
pendidikan juga meningkat, sehingga mutu pendidikan juga harus ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan di masa mendatang. Upaya meningkatkan kualitas
pendidikan terus-menerus dilakukan, hal tersebut lebih terfokus setelah
dikeluarkan aturan mengenai pendidikan yang kemudian dituangkan dalam
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Selanjutnya fungsi pendidikan dapat dilihat pada Undang Undang Nomor 20
Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan pada setiap
jenis dan jenjang pendidikan dan martabat manusia Indonesia..
Sesuai dengan pendidikan di Indonesia, maka jenjang pendidikan terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menengah
keatas. Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan dasar dalam pembelajaran anak
didik,dimana pada jenjang ini anak belajar membaca, menulis, dan berhitung yang
sangat berpengaruh pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam bidang
matematika. Matematika memang merupakan salah satu bidang ilmu yang perlu
dipacu, sebab matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang lain,
commit
khususnya bagi perkembangan ilmu to user dan teknologi. Hal ini menuntut
pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

upaya bagaimana untuk meningkatkan tingkat penguasan dalam bidang


matematika.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dianggap anak sebagai
pelajaran yang sulit dimengerti bahkan membosankan dan salah satu mapel yang
tidak disukai oleh anak-anak. Matematika yang diberikan di sekolah dasar terdiri
atas beberapa bagian, yaitu aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri,
pengukuran, kajian data pengantar statistika. Sampai saat ini masih banyak orang
menganggap sulitnya tentang operasi hitung, soal-soal yang berkaitan dengan
perkalian.
Matematika yang terkesan berisi simbol-simbol dan verbalisme merupakan
tantangan tersendiri bagi guru matematika. Terutama di Sekolah Dasar siswa
harus didekatkan dengan hal-hal yang bersifat konkret dalam pemahaman konsep
dasar. Karena siswa Sekolah Dasar secara psikologi masih suka bermain, maka
guru harus masuk pada dunia anak untuk pencapaian secara optimal.
Sebelum mengoperasikan hitungan, siswa harus paham konsep dan prinsip
berhitung. Kemampuan operasi hitung meliputi penguasaan operasi hitung
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, sehingga dapat dikaji
sejauh mana tingkat keterampilan siswa dalam berhitung karena keterampilan
melakukan perhitungan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah matematika
atau masalah sehari-hari.
Keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
faktor-faktor intern dan faktor ekstern. Salah satu faktor intern yang menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar adalah keterampilan berhitung dan
kemampuan awal, sedangkan faktor ekstern menentukan keberhasilan proses
belajar-mengajar adalah pembelajaran yang digunakan, lingkungan sekitar dan
fasilitas belajar dan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru.
Kenyataannya dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran
matematika, metode yang masih digunakan guru adalah bersifat konvensional,
yang cenderung berjalan searah, berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa
dalam belajar mengajar sehingga commit to usersiswa kesulitan dalam memahami
menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

konsep atau materi yang diberikan. Karena matematika sebagai ilmu eksakta
merupakan pengetahuan yang bersifat deduktif, untuk mempelajarinya tidak
cukup hanya dengan hafalan dan membaca, tetapi memerlukan pemikiran dan
pemahaman. Penguasaan konsep matematika mutlak diperlukan untuk tiap anak
dalam upaya mempelajari ilmu pengetahuan yang lain maupun dalam pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari.
Di samping itu, seorang guru sebelum melakukan kegiatan belajar
matematika juga harus memperhatikan salah satu faktor internal dari siswa yaitu
kemampuan awal. Pembelajaran akan berhasil dengan baik bila dimulai dari apa
yang telah diketahui oleh peserta didik, baik pengetahuan dari tingkah laku dalam
arti luas prasyarat bagi bahan pembelajaran berikutnya. Apabila siswa mempunyai
kemampuan awal mengenai meteri yang disampaikan, maka ia akan lebih cepat
memahami konsep-konsepnya dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai
kemampuan awal tentang materi tersebut, karena di dalam pelajaran terutama
matematika terdapat prasyarat tertentu yang harus dimiliki siswa untuk dapat
mengikuti meteri tertentu mudah.
Sebelum guru melakukan kegiatan belajar, para guru penting untuk
mengetahui kemampuan awal dari para siswanya, karena dengan demikian dapat
diketahui apakah siswa telah memiliki keterampilan atau pengetahuan yang
merupakan prasyarat untuk mengikuti pelajaran. Dalam hubungannya dengan
belajar, kemampuan awal juga memegang peranan yang besar.
Keterampilan hitung merupakan sebuah kemampuan khusus dalam hitung-
menghitung dengan angka. Banyak dijumpai kesalahan hitung yang dilakukan
siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika. Hal ini tentu saja mempengaruhi
kemampuan siswa di dalam menyelesaikan soal-soal dalam matematika.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang kompleks yang melibatkan berbagai
faktor dan aspek secara keseluruhan, maka usaha-usaha untuk senantiasa
meningkatkan keterampilan hitung perlu ditingkatkan, sehingga untuk mengatasi
dan meningkatkan keterampilan hitung siswa, diharapkan guru mampu menguasai
metode pembelajaran karena suatu metode belum tentu cocok digunakan untuk
commitAda
setiap pokok bahasan yang berbeda. to user
kalanya guru harus menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

beberapa metode tertentu dalam penyampaian materi tertentu. Dengan adanya


variasi metode tertentu akan membuat suasana kelas lebih hidup dan tidak
membosankan.
Banyak metode pembelajaran dapat dipilih sebagai pengganti dari metode
konvensional dan tentunya pemilihan metode tersebut harus disesuaikan dengan
kondisi yang ada. Metode pembelajaran yang baik merupakan metode
pembelajaran yang tidak hanya didominasi oleh guru melainkan juga melibatkan
keaktifan siswa, selain itu juga tidak hanya menekankan pada aspek kognitif siswa
tetapi juga harus bisa meningkatkan kemampuan afektif dan psikomotorik siswa.
Dalam hal ini dapat digunakan metode atau cara alternatif untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam berhitung. Metode pembelajaran ini adalah metode
jaritmatika. Metode Jarimatika sedang berkembang beberapa tahun terakhir ini,
diperlukan pengkajian tentang efektivitasnya dalam meningkatkan keterampilan
berhitung perkalian hasilnya dua angka.
Menurut Septi Peni . W (2007: 17) Jarimatika adalah suatu metode
berhitung yang memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu untuk proses
berhitung operasi kali, bagi, tambah dan kurang dengan menggunakan tangan.
Jarimatika sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung
dasar kepada anak-anak menurut kaidah yang dimulai dengan memahamkan
secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan
operasi hitung dasar barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-
jari tangan. Prosesnya diawali, dilakukan, dan diakhiri dengan gembira. Dengan
metode ini siswa dapat mempelajari matematika dengan cara yang menyenangkan
menggunakan jarinya sendiri dan tidak membebani otak dengan bayangan.
Aktivitasnya membangun suasana gembira dan menyenangkan sehingga membuat
proses berhitung mudah dikerjakan.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini mengambil judul Pengaruh
Metode Pembelajaran Jaritmatika terhadap Keterampilan Berhitung Perkalian
hasilnya dua angka Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa pada Kelas II di SD
Se-Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi


permasalahan sebagai berikut:
1. Bidang studi matematika pada umumnya dianggap mata pelajaran yang sulit
bagi siswa. Dengan anggapan ini, mata pelajaran mtematika sering tidak
disukai bahkan dihindari, sehingga keterampilan hitung siswa kurang optimal.
2. Sebagian besar guru masih menggunakan pola pembelajaran konvensional,
yaitu menjelaskan materi, memberi contoh soal, selanjutnya memberikan
latihan soal, kadang pada akhir materi diberikan permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari merupakan permasalahan penerapan.
3. Kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum pembelajaran
matematika terhadap penggunaan metode pembelajaran kurang tepat.
4. Sebagian guru kurang memperhatikan tingkat pemahaman yang dimiliki oleh
masing-masing siswa yang berbeda yaitu kemampuan awal sebagai landasan
atau dasar-dasar dalam mempelajari hal-hal baru.
5. Metode jarimatika sedang berkembang beberapa tahun terakhir ini, diperlukan
pengkajian tentang efektifnya dalam meningkatkan keterampilan berhitung
perkalian hasilnya bilangan dua angka.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah


sebagai berikut:
1. Metode dalam hal ini adalah Metode Jarimatika yang memanfaatkan jari-jari
tangan sebagai alat bantu untuk proses berhitung.
2. Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa sebelum diberikan eksperimen.
3. Keterampilan berhitung dibatasi pada keterampilan hitung pada pokok
bahasan perkalian bilangan hasilnya dua angka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan


masalah, maka masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini dirumuskan
agar tujuan penelitian jelas dan terarah, sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara pembelajaran
matematika yang menggunakan metode pembelajaran jarimatika dengan
metode pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang dan rendah?
3. Apakah terdapat interaksi bersama pembelajaran matematika yang
menggunakan kedua metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa
terhadap keterampilan berhitung?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan, maka harus ditentukan


terlebih dahulu supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan terarah.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berhitung antara pembelajaran
matematika yang menggunakan metode pembelajaran jarimatika dengan
metode pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang dan rendah.
3. Untuk mengetahui interaksi bersama pembelajaran matematika yang
menggunakan kedua metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa
terhadap keterampilan berhitung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

F. Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis maupun


praktis bagi para pengajar atau guru khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap teori
pembelajaran yang berkenaan dengan keterampilan hitung, kemampuan
awal metematika dan metode pembelajaran dengan jarimatika
b. Hasil penelitian ini akan memperkaya khazanah ilmu khususnya dalam
bidang pengajaran dan mendorong peneliti lain untuk melaksanakan
penelitian sejenis yang lebih luas pada masa-masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk guru untuk memilih
metode pembelajaran yang sesuai untuk anak dalam meningkatkan
keterampilan berhitung
b. Bagi siswa dapat meningkatkan keterampilan berhitung
c. Bagi penulis dapat memberikan masukan, guna menambah pengetahuan
dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut, yang ada hubungannya
dengan masalah eksperimentasi metode pembelajaran dengan jarimatika
dari kemampuan awal siswa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Keterampilan Hitung Matematika

a. Pengertian Keterampilan Berhitung


Merril, M.David (1994), mengemukakan Skill is an ability to
demonstrate a sequence of behaviours that are functionaly related to obtain a
performance goal Artinya suatu kemampuan untuk mendemonstrasikan
berbagai macam tingkah laku yang mana berfungsi dikaitkan penampilan
seseorang. Azhar dalam Ridhwan (2002: 18), mengemukakan bahwa
keterampilan adalah Prosedur atau aturan-aturan yang digunakan untuk
memecahkan atau menyelesaikan soal-soal. Sedangkan, keterampilan
menurut Romiszwski (1981: 241) keterampilan ditunjukkan dengan aksi atau
reaksi yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan.
Penguasaan keterampilan berhitung dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1989: 311) dijelaskan bahwa hitung perihal membilang
(menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyak dan sebagiannya).
Karso,dkk (2000: 214), berpendapat bahwa siswa dianggap telah
menguasai keterampilan dan apabila siswa mampu memahami operasi
matematika berikut sifat-sifatnya, dapat menghitung dengan lancar dan dapat
menerapkan algoritma pada soal-soal terapan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan keterampilan berhitung
adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk melakukan
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian berikut sifat-
sifatnya, dapat menghitung dengan lancar dan dapat menerapkan algoritma
pada soal-soal terapan sesuai dengan prosedur atau aturan - aturan.

b. Pengertian Berhitung Perkalian


Kemampuan berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan
commit
matematika, sebab salah satu to user
prasyarat untuk belajar matematika adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

belajar berhitung yang keduanya saling mendukung. Oleh karena itu


matematika dan belajar berhitung tidak dapat dipisahkan. Berhitung
matematika yang dibahas dalam penelitian ini adalah berhitung perkalian.
Perkalian merupakan salah satu pokok bahasan dalam matematika yang
digunakan untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, memakai
bahasa simbolis yang universal, dan mencakup bilangan-bilangan.
Dari uraian di atas dapat diuraikan bahwa kemampuan melakukan
operasi perkalian yang dimaksud adalah kemampuan peserta didik
menentukan tepat satu jawaban hasil perkalian dua bilangan dari bilangan 6
sampai 10. Kemampuan tersebut dapat ditunjukkan dengan perolehan skor tes
hasil belajar peserta didik tentang perkalian dua bilangan 6-10. Konsep
perkalian ditanamkan sebagai penjumlahan berulang, sehingga kemampuan
dasar berhitung perkalian dua bilangan 1-10 seharusnya sudah dikuasai oleh
peserta didik kelas II, semester II, karena penguasaan materi perkalian ini
merupakan bekal prasyarat untuk mempelajari materi berhitung selanjutnya.
Peserta didik yang telah menguasai kemampuan melakukan operasi perkalian
dua bilangan 1-10, lebih dapat melakukan operasi-operasi hitung yang
lainnya, di antaranya operasi perkalian tiga bilangan, operasi hitung
pembagian operasi hitung campuran dan soal cerita.
Pada tingkat dasar sebelum peserta didik mengerjakan berhitung
perkalian, seorang siswa harus menguasai dari sifat-sifat perkalian pada
operasi perkalian. Sifat-sifat perkalian di kelas II semester 2 sebagai berikut:
1. Perkalian sebagai penjumlahan berulang
Contoh :

Gambar apel ada 4


Setiap piring ada 2 apel
Cara menghitungnya adalah : 2 + 2 + 2 +2 = 8
commit to user
Penjumlahan dapat dinyatakan dalam perkalian yaitu : 4 x 2 = 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

2. Sifat pertukaran pada perkalian

3 x 2 = 2 x 3
6 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 18
3 x 6 = 6 + 6 + 6 = 18
Jadi 6 x 3 = 3 x 6 = 18

3. Sifat perkalian bilangan satu angka dengan bilangan 1


Semua bilangan jika dikalikan dengan satu hasilnya adalah bilangan itu
sendiri
Contoh :
4x1=1+1+1+1=4 -1x2=2
-1x8=8

4. Mengalikan bilangan satu angka dengan 0


Semua bilangan jika dikalikan dengan 0 (nol) hasilnya sama dengan 0
(nol)
Contoh :
5x0=0+0+0+0+0=0
6x0=0+0+0+0+0+0=0

5. Mengalikan tiga bilangan satu angka


Contoh :
4 x 2 x 5 = ...
Perkalian tersebut diselesaikan dengan cara :
a. Bilangan pertama dan kedua dikalikan 4 x 2 = 8
b. Hasil kali dikalikan dengan bilangan ketiga 8 x 5 = 40

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

6. Menentukan pasangan bilangan satu angka yang hasil kalinya ditentukan


18
2 x 9 2 x 9 = 18
3 6 3 x 6 = 18
6 3 6 x 3 = 18
9 2 9 x 2 = 18

c. Keterampilan Berhitung Perkalian


Herman Hudoyo dalam Ridhwan (2002: 18), menyatakan bahwa
Keterampilan yang dimiliki peserta didik didasarkan atas pemahaman konsep
dan teorema yang dipelajari. Keterampilan hitung siswa dapat dikuasai bila
dalam mengajarkan keterampilan tersebut pengajar menerapkan konsep-
konsep dalam bentuk latihan-latihan, mengaitkan dengan ide-ide dasar seperti
fakta, konsep dan prinsip. Herman Hudoyo dalam Ridhwan (2002: 19)
menyatakan:

Agar latihan dapat memberikan hasil yang efektif, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah latihan mengingat, latihan verbal, konsentrasi
sejumlah kecil konsep dan mempelajari konsep kembali. Siswa
dianggap telah menguasai keterampilan apabila mereka mampu
memahami operasi matematika beserta sifat-sifatnya dan dapat
menerapkannya pada berbagai jenis soal yang berhubungan dengan
keterampilan tersebut.

Keterampilan melakukan operasi perkalian yang dimaksud adalah


keterampilan peserta didik menentukan tepat satu jawaban hasil perkalian dua
bilangan dari bilangan 6 sampai 10. Keterampilan tersebut dapat ditunjukkan
dengan perolehan skor tes hasil belajar peserta didik tentang perkalian dua
bilangan 6-10. Apabila konsep perkalian ditanamkan sebagai penjumlahan
berulang sudah dikuasai oleh peserta didik, sehingga dapat menerapkannya
pada berbagai jenis soal yang berhubungan dengan perkalian tersebut.
Jadi, siswa dinilai dapat menguasai keterampilan bila konsep yang
telah dipahami, dapat diterapkan untuk menyelesaikan berbagai jenis soal
dalam berbagai situasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

2. Hakikat Matematika

a. Hakikat Matematika
Ernest dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 067 (1991:3)
menyatakan matematika timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran, sehingga dalam mempelajari matematika
diperlukan adanya pengertian, pikiran dan penalaran, tidak cukup hanya
dengan hafalan saja.Russel dalam Bell (1978: 260) mengemukakan bahwa
Mathe-matics the queen and serves of the sciencis yang artinya matematika
adalah ratu dan pelayan ilmu-ilmu lainnya. Karso (2000: 4) berpendapat
bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan mengenai struktur yang
terorganisasikan, mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-
unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat dan akhirnya ke dalil. Dalam
Kurikulum 2004 (2003: 5), Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan
dalam matematika bersifat konsisten.
Dari pengertian di atas, matematika merupakan suatu sistem
yang diorganisasikan dari unsur-unsur pembentuknya yaitu unsur-unsur
yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, postulat/aksioma dan
dalil.
Matematika adalah ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak
menerima generalisasi yang berdasarkan observasi, eksperimen, coba-coba
(induktif) saja tetapi generalisasi yang harus dibuktikan secara deduktif.
Kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alasan yang logis dengan
menggunakan pembuktian deduktif. Hal ini berarti bahwa matematika
merupakan ilmu yang mensyaratkan adanya konsep yang logis dan rasional.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

b. Pengertian Matematika
Beberapa definisi matematika dikemukakan oleh para ahli matematika
dengan maksud agar pembaca dapat menangkap dengan mudah keseluruhan
pandangan dari masing-masing para ahli matematika tersebut. Dengan
demikian muncul definisi tentang matematika yang beragam. Di bawah ini
beberapa pendapat para ahli tentang matematika, antara lain:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir
secara sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan
berhubungan dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang
logis.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
(Soedjadi, 2001: 11)
Soedjadi (2001: 13-19), mengatakan bahwa ciri-ciri khusus atau
karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum
adalah sebagai berikut:
1) Memiliki objek kajian abstrak
Objek yang dipelajari dalam metematika meliputi:
a) Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol
tertentu. Simbol bilangan 3 secara umum dipahami sebagai bilangan
tiga. Jika disajikan angka 3 orang sudah dengan sendirinya
menangkap maksudnya yaitu tiga atau sebaliknya, jika seseorang
mengatakan kata tiga dengan sendirinya dapat disimbolkan dengan
tiga.
b) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan sekumpulan objek. Segitiga adalah suatu konsep.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

Dengan konsep ini sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai


contoh segitiga atau bukan.
c) Operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau
lebih elemen yang diketahui. Sebagai contoh, misalnya
penjumlahan, perkalian, dan sebagainya.
d) Prinsip adalah objek metematika yang kompleks. Prinsip terdiri atas
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi
ataupun operasi. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat
dan sebagainya.
2) Bertumpu pada kesepakatan
Dalam metematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.
Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma
diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian.
3) Berpola pikir deduktif
Dalam matematika sebagai ilmu hanya diterima pola pikir deduktif. Pola
pikir deduktif adalah pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat
umum diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
4) Memiliki simbol yang kosong dari arti
Secara umum huruf atau tanda dalam model matematika masih kosong
dari arti terserah yang akan memanfaatkan model itu.
5) Memperhatikan semester pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol dan tanda dalam model
metematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan
model matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu
dipakai. Benar atau salahnya ataupun tidaknya penyelesaian suatu model
matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya.
6) Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Di dalam masing-masing
sistem berlaku konsistensi. Ini berarti bahwa dalam setiap sistem tidak
boleh terjadi kontradiksi. Suatu teorema ataupun definisi harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan sebelumnya.


Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam nilai kebenarannya.
Berdasarkan beberapa pengertian matematika dan pendapat di atas,
maka dapat didefinisikan bahwa matematika adalah ilmu tentang struktur dan
hubungan-hubungan yang berupa simbol dimana terbentuk sebagai hasil
pemikiran manusia yang diproses dan diolah dengan penalaran serta
disimpulkan dalam konsep-konsep yang memudahkan manusia memecahkan
masalah.

c. Teori Belajar Matematika


Karso (2000: 33-34), mengatakan bahwa terdapat lima teori belajar
matematika yang populer dan cocok untuk pembelajaran matematika di
sekolah dasar, yaitu: (1) Teori belajar William Brownell; (2) Teori belajar
Zoltan P. Dienes; (3) Teori belajar Jean Piaget; (4) Teori belajar Jerome S.
Bruner; (5) Teori belajar Robert M. Gagne.
Dari kelima teori belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Teori belajar Brownell dan Van Engen
Teori belajar Brownell dan Van Engen menyatakan bahwa dalam
situasi pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (1)
adanya suatu kejadian, benda, atau tindakan, (2) adanya simbol yang
mewaikili unsur-unsur kejadian, benda, atau tindakan, (3) adanya individu
yang menafsirkan simbol
2) Teori belajar Zoltan P. Dienes
Ada enam tahapan menurut Teori Belajar Dienes antara lain: (a)
Tahap bermain bebas (Free Play), (b) Permainan (Games), (c) Penelaahan
Kesamaan Sifat (Searching for Coomunities), (d) Representasi
(Repretantion), (e) Simbolisasi (Symbolitation), (f) Formulasi
(Formulatition)
3) Teori belajar Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner menekankan bahwa setiap individu pada
waktu mengalami atau commit to user
mengenal peristiwa atau benda di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

lingkungannya, menemukakan cara untuk menyatakan kembali peristiwa


atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang
peristiwa atau benda yang dialaminya atau dikenalnya. Hal-hal tersebut
dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan
yaitu: (a) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive), tahap pertama
anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda riil atau
mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam
gerak refkles dan coba-coba, belum harmonis. Memanipulasikan,
menyusun, menjejerkan, mengutak-atik,dan bentuk bentuk gerak lainnya
( serupa dengan tahap sensori motor dari Piaget). (b) Tahap Ikonik atau
Tahap Gambar Bayangan (Iconic), pada tahap ini anak telah mengubah,
menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam pikirannya tentang
benda atau peristiwa yang dilami atau dikenalnya pada tahap enaktif,
walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu tidak lagi berada
dihadaspannya (tahap praoperasi dari Piaget). (c) Tahap simbolik
(Symbolic), pada tahap ini anak sudah mampu memahami simbol- simbol
dan menjelaskan dengan bahasannya (serupa dengan tahap operasi konkret
dan formal dari Piaget).
4) Teori belajar Robert M. Gagne
Robert M. Gagne menyatakan bahwa: (1) objek belajar matematika
ada dua yaitu objek langsung (fakta, operasi, konsep, dan prinsip), dan
obyek tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah,
disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar). (2)
tipe belajar berturut-turut ada 8, mulai dari sederhana sampai dengan yang
kompleks, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian verbal, belajar
membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah.
Berdasarkan teori belajar dari para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa teori belajar matematika sangat bermanfaat dalam pembelajaran
matematika. Dengan menggunakan teori belajar matematika di atas dapat
mempermudah siswa dalam menerima pelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

d. Pengertian Pembelajaran Matematika


Marpaung (2002: 5), mengemukakan bahwa pembelajaran matematika
dilakukan melalui matematisasi yaitu menemukan konsep matematika dengan
berbuat, menemukan refleksi terhadap tindakan/ aktivitasnya lalu menemukan
hasilnya berupa konsep-konsep, sifat-sifat konsep, hubungan antar konsep,
aturan-aturan dan prinsip-prinsip.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika
adalah suatu cara atau strategi yang tepat untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan melalui suatu proses penyelesaian masalah yang diubah secara
matematis.

e. Karakteristik Pembelajaran Matematika di tingkat Sekolah Dasar


1. Pembelajaran matematika dilakukan mulai dari konsep sederhana bergerak
menuju konsep yang lebih sukar.
2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.
3. Pembelajaran matematika menekankan pola pendekatan induktif.
4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

3. Matematika di Sekolah

a. Fungsi dan Tujuan Matematika di Sekolah


Matematika adalah pelajaran matematika yang diajarkan di pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Ruang lingkup materi matematika sekolah
menurut Kurikulum 2004 (2003: 7) adalah ruang lingkup materi pada standar
kompetensi matematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar
serta peluang dan statistik.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar,
dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan commit
dengan to user melalui model matematika yang
bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel
(Depdiknas, 2003: 6).
Sedangkan tujuan pembelajaran matematika di SD sesuai Kurikulum
2004 (2003: 6) adalah:
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum pembelajaran Matematika di jenjang
pendidikan dasar yaitu: (a) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, dan efektif, (b) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan ( Depdiknas, 2004).
Dengan demikian, tujuan umum pembelajaran matematika pada
jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar dan
pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan
dalam penerapan matematika.

b. Kemampuan matematika yang diharapkan


Tujuan matematika yang dikutip dari Kurikulum Pendidikan Dasar
(2004: 6) telah dapat dianggap berhasil bilamana peserta didik telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

menguasai berbagai kemampuan matematika yang diharapkan, antara lain


sebagai berikut:
1) Kemampuan membaca dan menulis bilangan.
2) Kemampuan membaca dan menulis bilangan.
3) Kemampuan melakukan pekerjaan hitung dasar, penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
4) Kemampuan menggunakan sifat-sifat sederhana pekerjaan hitungan
misalnya pertukaran suku penjumlahan, faktor perkalian dan lain-lain.
5) Kemampuan menemukan pola, misalnay bilangan genap atau gasal.
6) Kemampuan menunjukkan bangun ruang bangun datar sederhana.
7) Kemampuan melakukan dan menghitung panjang, lebar, tinggi, luas,
volume suatu bangun dasar dan ruangan keliling yang sederhana.
8) Kemampuan menafsir dan menulis data.
9) Kemampuan menyelesaikan masalah sederhana melalui kalimat soal
cerita.

c. Ruang Lingkup Bidang Studi Matematika


Menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurahman (2003: 254)
bidang studi matematika yang diajarkan mencakup tiga cabang yaitu:
1) Aritmatika atau berhitung
Aritmatika adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat
hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama
menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Secara
singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.
2) Aljabar
Yaitu penggunaan abjad dalam aritmatika yang tidak hanya sebagai
lambang bilangan yang diketahui atau yang belum diketahui tetapi juga
menggunakan lambang lain seperti titik-titik. (contoh : 3 + = 5), lebih
besar (>), lebih kecil (<) dan sebagainya.
3) Geometri
Menurut Alex Maryunis yang dikutip Mulyono Abdurahman (2003: 253)
commit to user
geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

garis. Titik adalah pernyataan tentang posisi yang tidak memiliki panjang
dan lebar sedangkan garis hanya dapat diukur panjangnya.
De Lange dalam Fadjar Shodiq (2007: 7), mengemukakan bahwa
beberapa kompetensi atau kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasi para
siswa selama proses pembelajaran untuk di kelas adalah:
1) Berfikir dan bernalar secara matematis.
2) Berargumentasi secara matematis.
3) Berkomunikasi secara matematis.
4) Pemodelan.
5) Penyusunan dan pemecahan masalah.
6) Representasi.
7) Simbol.
8) Alat dan teknologi.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000)
memperbarui standar yang dikembangkan untuk menyesuaikan kurikulum
matematika dan untuk menyediakan suatu dasar perubahan. Begitu pentingnya
pendidikan matematika bagi siswa saat sekarang dan yang akan datang, maka
keluarlah kebijakan dari pemerintah tentang persyaratan kelulusan siswa pada
jenjang pendidikan formal yang mempersyaratkan matematika sebagai salah
satu pelajaran yang menentukan kelulusan.
Dengan ditetapkannya batas kelulusan matematika di suatu sekolah,
maka akan menjadi tantangan untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dan
merangsang timbulnya ide-ide kreatif atau metode yang dapat memacu siswa.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa
dari SD hingga SLTA bahkan di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang
perlunya siswa belajar. Menurut Cornelius seperti dikutip Mulyono
Abdurahman (2003: 253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar
matematika, yaitu:
1) Sarana berpikir yang jelas dan logis.
2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
3) Sarana mengenal pola-polacommit to user
hubungan dan generalisasi pengalaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

4) Sarana untuk mengembangkan kreativitas.


5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Belajar matematika adalah belajar tentang konsep, keterampilan dan
pemecahan masalah, siswa tidak dapat mengerti konsep awal yang diajarkan
dialami siswa dalam belajar matematika dapat mengurangi minatnya untuk
mempelajari matematika, sehingga dapat menyebabkan rendahnya
keterampilan berhitung matematika yang mereka peroleh.

d. Strategi Pembelajaran Matematika


Dalam perhitungan matematika siswa harus memiliki kompetensi
tertentu untuk belajar fakta baru dan operasi dan harus mengembangkannya
secara cepat menggunakan strategi mediasi verbal untuk pemecahan masalah
dan menyediakan prosedur pemecahan masalah yang sistematis.
Untuk penelitian yang akan dilakukan, mengambil objek pelajaran
untuk kelas dua semester II khususnya bab perkalian. Kurikulum yang
digunakan adalah KTSP yang merupakan kurikulum terbaru setelah KBK,
adapaun standar kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa pada semester II
ini adalah seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Silabus Kelas II Sekolah Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
3. Melakukan perkalian dan 3.1 Melakukan perkalian bilangan yang
pembagian bilangan sampai hasilnya bilangan dua angka
dua angka 3.2 Melakukan pembagian bilangan
dua angka
3.3 Melakukan operasi hitung
campuran
Geometri dan Pengukuran 4.1 Mengelompokkan bangun datar
4. Mengenal unsur-unsur 4.2 Mengenal sisi-sisi bangun datar
bangun datar sederhana 4.3 Mengenal sudut-sudut bangun
datar.
Dengan mengacu pada standar kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa
kelas 2 Semester II, metode jarimatika dapat digunakan sebagai strategi pada
siswa yang keterampilan hitungnya rendah, khususnya dalam operasi
perkalian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

3. Tinjauan Mengenai Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran


Dalam proses belajar mengajar, pemilihan metode yang tepat
merupakan salah satu penunjang utama berhasil tidaknya seorang guru dalam
mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 740), metode adalah
cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu
pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Roestiyah N.K dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2001:
59) menyatakan:
Metode mengajar atau teknik penyajian pelajaran yaitu salah satu
langkah guru dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki
strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien
mengenai pada tujuan yang diharapkan.

Sementara itu, Muhibbin Syah (2006: 202) menjelaskan bahwa


metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada
siswa. Sedangkan Purwoto (2003: 70) mengemukakan, beberapa arti metode
antara lain:
1) Metode mengajar adalah suatu cara mengajarkan topik agar proses
dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik
2) Metode mengajar adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan
sebaik-baiknya agar guru berhasil dalam mengajarnya dan dapat
mencapai tujuan atau mengenai sasarannya.
3) Metode mengajar adalah cara mengajar yang umum diterapkan
atau dipakai umtuk semua bidang studi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran


adalah cara yang teratur dan terpikir untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode ini berkaitan erat dengan bahan yang diajarkan sehingga tidak semua
pokok bahasan yang ada pada setiap bidang studi dapat dipandang sempurna
dan cocok memakai salah satu metode tertentu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

b. Macam-macam Metode Pembelajaran


Beberapa metode pembelajaran yang telah dikembangkan antara lain
metode konvensional (metode ceramah), metode kooperatif, metode
ekspositori, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas,
metode eksperimen, metode demonstrasi dan lain-lain. Sedangkan metode
pembelajaran jarimatika merupakan suatu cara menyampaikan topik tertentu
kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka jarimatika
juga dianggap sebagai suatu metode mengajar. Dalam penelitian ini akan
diuraikan dua metode mengajar saja yaitu metode konvensional dan metode
jarimatika.
1) Metode Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud di sini adalah
pembelajaran biasa dilakukan sehari-hari. Pada pembelajaran konvensional
guru mengajar sejumlah siswa dalam ruangan yang kapasitasnya besar dan
siswa diasumsikan mempunyai kemampuan dan kecakapan yang sama. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 1208), konvensional adalah
tradisional, sedang tradisional sendiri diartikan sikap dan cara berfikir
serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun temurun.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran dimana guru memiliki sikap, cara
berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Dalam pembelajaran
konvensional, proses belajar mengajar didominasi oleh guru. Hal ini
mengakibatkan siswa bersifat pasif, reseptif sehingga antara siswa yang
pintar dan kurang pintar mendapat perlakuan yang sama. Karena siswa
hanya menerima apa yang disampaikan guru, ini akan mengakibatkan
siswa kurang inisiatif, sangat tergantung pada guru dan tidak terlatih untuk
mencoba memecahkan masalah sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

Wijaya dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (2006: 7),


mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika agar metode
konvensional efektif dan efisien, menyarankan guru sebagai berikut:
1. Persiapan / Pendahuluan
Guru membangkitkan perhatian dan minat siswa dengan
mengulangi bahan pelajaran yang telah diberikan, menerangkan
tujuan yang hendak dicapai serta masalah yang hendak
dipecahkan.
2. Penyajian bahan
Kegiatan belajar diciptakan secara variatif, membangkitkan
motivasi selama pembelajaran berlangsung, mempergunakan
media pembelajaran yang variatif sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.
3. Penutup
Guru menyimpulkan isi dari bahan pelajaran yang baru saja
disajikan, kemudian memberikan waktu kepada siswa untuk
mencatat, meresapi dan memahaminya, serta penilaian yang
komprehensif untuk mengukur perubahan tingkah laku.
Pada pembelajaran konvensional, kegiatan belajar berpusat pada
guru, sehingga guru memiliki peran penting dalam menjelaskan informasi
materi pelajaran atau konsep-konsep tentunya berkaitan dengan materi
pelajaran. Metode konvensional yang selama ini sering dan banyak
digunakan oleh guru dalam proses mengajar adalah metode ceramah.
Purwoto (2003: 67), mengemukakan bahwa Metode ceramah merupakan
metode yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin metode ceramah
dianggap guru sebagai metode mengajar yang paling mudah
penyampaiannya, guru tinggal memaparkan di kelas. Siswa tinggal duduk
memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan
membuat penggalan-penggalan catatan.
Adapun keunggulan dan kelemahan metode ceramah adalah
sebagai berikut: (Purwoto, 2003: 67)
a) Keunggulan
(1) Dapat menampung kelas besar, tiap murid mempunyai kesempatan
yang sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang
diperlukan relatif lebih murah;
(2) Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih urut
commit to yang
oleh guru, konsep-konsep user disajikan secara hierarki akan
memberikan fasilitas belajar kepada siswa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

(3) Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting


hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin;
(4) Isi silabus dapat diselesaikan dengan mudah karena guru tidak
harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa;
(5) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu
pelajaran tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan
ceramah.
b) Kekurangan/kelemahan
(1) Pelajaran berjalan membosankan murid dan murid pasif karena
tidak berkesempaatan untuk menemukan sendiri konsep yang
diajarkan. Murid hanya aktif membuat catatan;
(2) Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat membuat murid
tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan;
(3) Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat
terlupakan;
(4) Ceramah menyebabkan belajar murid menjadi belajar menghafal
(role learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
Dalam metode konvensional, guru memegang peranan utama
dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi
tersebut kepada siswa. Pada pengajaran dengan metode ini kegiatan belajar
mengajar didominasi oleh guru, sehingga keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar dan mengajar sangat berkurang, kurang
inisiastif dan bergantung pada guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang
berpegang teguh pada adat kebiasaan yang ada yaitu pembelajaran yang
terpusat pada guru yang siap mentransferkan ilmunya kepada siswa
sehingga siswa cenderung pasif selama belajar.
2) Metode Pembelajaran dengan Jarimatika
a) Pengertian Metode Jarimatika
Istilah Jarimatika diartikan pendapat Septi Peni. W (2007: 17)
suatu metode berhitung yang memanfaatkan jari-jari tangan sebagai
alat bantu untuk proses berhitung. Dikutip dari http/www.jarimatika-
pusat.com, jarimatika adalah cara berhitung operasi kali, bagi, tambah
dan kurang dengan menggunakan tangan.
Menurut pencipta metode jarimatika Septi Peni W, (2007: 5)
commit to user
matematika memang tidak mudah, tetapi kita bisa membuatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

menyenangkan, salah satu hal yang bisa membuat anak-anak senang


dengan matematika adalah kebebasan mereka bereksperimen dengan
matematika tersebut. Tentu saja untuk bereksperimen anak-anak harus
kaya akan metode tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan arti metode Jarimatika
adalah suatu metode berhitung yang menyenangkan dengan
memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu proses berhitung.
b) Sejarah dan Perkembangan Jarimatika
Berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi
pendidikan anak-anaknya, Septi Peni Wulandari memulai mencoba
mencari cara untuk membantu belajar berhitung bagi anak-anaknya.
Banyak cara yang telah ia pelajari tetapi semuanya memakai alat bantu
sehingga tidak praktis dan terkadang membebani anak dengan
bayangan hitungan rumit. Kemudian mulai tertarik dengan
menggunakan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu dibeli, dan
mudah.
Akhirnya, muncul gagasan belajar berhitung dengan
menggunakan jari yang dikombinasi dengan aneka permainan yang
sesuai dengan jiwa perkembangan anak dimana bagi pemikiran anak
semua hal dianggap sebagai permainan. Penelitian dari ke hari
mengotak-atik jari sehingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari
uniknya berhitung dengan jari dan dinamakan Jarimatika.
Pada dasarnya, metode ini adalah metode mempelajari
aritmatika dengan menggunakan alat bantu jari tangan sehingga
disebut Jarimatika. Aritmatika sendiri adalah salah satu cabang dalam
matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan
nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
Widiarsi Agustina dalam rubrik pendidikan majalah Tempo
edisi Juni 2006
menuliskan, di Indonesia Jarimatika yang
commit
dikembangkan Septi Peni to user pada 2000 merupakan metode
Wulandari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

berhitung dengan jari yang menggabungkan metode aritmatika dari


sempoa dan kerajinan latihan soal dari Kumon.
Perkembangan Jarimatika di Indonesia cukup pesat, pada awal
berdiri pada tahun 2000, masih belum banyak peminatnya. Namun,
setelah mengadakan workshop jarimatika untuk para orang tua yang
mengalami kesulitan mengajarkan berhitung pada anak-anaknya mulai
banyak yang mengenal jarimatika. Selanjutnya, digelar rangkaian
training di berbagai tempat yang menghasilkan para tentor yang
menguasai jarimatika. Jarimatika semakin dikenal oleh masyarakat
setelah beberapa stasiun TV swasta di Indonesia mengangkat
Jarimatika sebagai tema dalam acaranya. Sampai saat ini sudah berdiri
220 cabang Jarimatika di seluruh Indonesia.
Di Indonesia sendiri selain Jarimatika, berbagai metode
mempelajari matematika banyak berkembang. Ada metode mathmagic
yang digagas Bekti dan Srihari Ediati dalam majalah Tempo sejak
tahun 2003. Prinsipnya adalah berhitung secara sederhana, mudah, dan
cepat. Bekti, si penggagas, mengatakan dengan metode ini
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bisa dilakukan
dengan berbagai cara.
Hasil eksperimen pasangan ini meramaikan sejumlah metode
belajar matematika. Ada sempoa alias mental arithmethic yang
diadaptasi dari metode berhitung kuno menggunakan alat hitung dari
Cina. Ada Kumon yang intinya sama dengan sempoa, yaitu
mencongak dan mengandalkan kecepatan berhitung. Kumon adalah
metode belajar yang dikembangkan Toru Kumon, guru matematika
SMU di Jepang pada 1954 yang kini populer di 40 negara, termasuk
Indonesia.
Belakangan muncul lagi metode I Love Mathematics, disingkat
I-Maths, yang dikembangkan sejak 15 tahun lalu oleh penemunya, Lin
Qui Rong, peraih lima penghargaan matematika dari Taiwan. Masih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

ada lagi Sakamoto, metode belajar matematika dengan soal cerita yang
dikembangkan Hideo Sakamoto dari Jepang.
Menjamurnya kursus berhitung, menurut praktisi pendidikan
Arief Rachman, sebenarnya berguna untuk membantu membangun
logika anak. Repotnya, tidak semua metode itu cocok bagi anak karena
karakter yang berbeda. Apalagi bagi anak yang mengalami kesulitan
belajar matematika yang secara nyata membutuhkan perhatian lebih
bahkan pelayanan khusus.
Metode konvensional yang hanya mengandalkan ceramah dan
latihan ketat tanpa memperhatikan kebutuhan siswa sebagai anak yang
berkembang perlu dievaluasi kembali. Kunci belajar matematika bukan
sekedar pintar berhitung, tapi juga menguasai konsepnya. Memang
tidak mudah membuat anak menyukai matematika. Bila keliru memilih
metode, bisa jadi anak enggan setiap kali mengikuti pelajaran
matematika.
c) Kelebihan dan Kekurangan Jarimatika
Anak perlu mengusai keterampilan berhitung agar dapat
memahami alam semesta, dapat merancang dengan baik, membuat
perencanaan dan evaluasi dengan baik, berlaku adil, berbelanja dengan
baik dan sebagainya.
Begitu pentingnya keterampilan berhitung, sampai-sampai
orang tua secara sadar maupun tidak memaksa anak untuk segera
menguasainya dengan baik. Padahal seperti halnya mempelajari
keterampilan yang lain, mempelajari keterampilan berhitung sampai
menguasainya dengan baik memerlukan suatu proses.
Dibanding dengan metode lain, metode jarimatika lebih
menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru secara
cepatnya sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu
ini disampaikan secara fun sehingga anak akan merasa senang dan
gampang bagaikan tamasya belajar. (http//www. jarimatika-
pusat.com). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Septi Peni W (2007: 17) mengungkapkan, nilai lebih dari


penggunaan metode Jarimatika ini adalah:
(1) Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung, hal ini akan
membuat anak mudah melakukannya.
(2) Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin
mereka menganggapnya lucu, dengan begitu mereka akan
melakukannya dengan gembira.
(3) Relatif tidak memberatkan memori otak dengan bayangan.
(4) Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan atau
terlupa dimana menyimpannya.
Dikutip dari http//www.jarimatika-pusat.com, metode
jarimatika mempunyai pengaruh daya pikir dan psikologis antara lain:
(1) Karena diberikan secara menyenangkan maka system limbic di otak
anak akan sentiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam
menerima materi baru.
(2) Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kiri baik
secara motorik ataupun fungsional sehingga otak bekerja lebih
optimal.
(3) Tidak memberatkan memori otak, sehingga anak-anak
menganggap mudah, dan ini merupakan awal membangun rasa
percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika
secara luas.
Metode jarimatika tidak memberatkan memori anak-anak
meskipun menghitung dalam jumlah ribuan karena dalam praktiknya
otak masih dibantu dengan alat yaitu jari tangan. Jari tangan bisa
digunakan setiap saat ke manapun, di manapun, kapanpun anak bisa
menggunakan tangannya untuk berhitung tidak terkecuali saat ujian
berlangsung. (http//www.surya.co.id/web).
Setiap metode dalam mempelajari matematika mempunyai
keistimewaan sendiri-sendiri, dalam hal ini penulis memilih metode
commit
jarimatika di antara metode to yang
lain user sedang berkembang di Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

karena penyampaian metode jarimatika memudahkan untuk anak-anak


dalam belajar berhitung matematika.
Pada dasarnya metode jarimatika adalah menerapkan dari
metode aritmatika sempoa dan metode kumon tetapi menggunakan alat
dan dalam penyampaiannya dikombinasikan dengan permainan
sehingga anak termotivasi untuk belajar matematika. Inilah yang
menjadi alasan peneliti menggunakan metode tersebut.
Selain mempunyai kelebihan yang sudah dipaparkan, ada
beberapa kekurangan yang terdapat pada metode jarimatika yaitu:
(1) Metode ini fokus pada aritmatika, aritmatika sendiri adalah salah
satu cabang dalam matematika yang berkenaan dengan sifat
hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka
terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian, maka dari itu cakupannya kurang luas.
(2) Sifatnya membantu proses berhitung lebih mudah dan cepat, belum
pada pemecahan masalah.
d) Tahapan Mempelajari Jarimatika
Dalam setiap mempelajari ilmu, membutuhkan proses dan
beberapa tahapan begitu pula dalam mempelajari jarimatika. Tahapan
ini diperlukan agar anak benar-benar paham terhadap apa yang
dipelajarinya. Selain itu, melalui beberapa tahapan kita dapat
memantau perkembangannya.
Berdasarkan pendapat Septi Peni. W (2007: 18), tahapan
mempelajari Jarimatika adalah sebagai berikut:
(1) Sebelum mempelajari jarimatika, anak-anak terlebih dahulu perlu
memahamai angka atau lambang bilangan.
(2) Setelah itu, anak perlu mengenali konsep operasinya.
(3) Anak sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi.
(4) Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika.
Pengenalannya dengan praktik langsung dapat dengan senam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

gembira mendemonstrasikan formasi jari tangan yang digunakan


dalam jarimatika.
(5) Ajak anak terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk
menghafal lambang-lambang jarimatika.
(6) Mencoba melakuka operasi penambahan dan pengurangan
sederhana untuk hasil sampai dengan empat.
(7) Latihan terus menerus.

Gambar 2.1. Gerakan Sebelum Memulai Pembelajaran Jarimatika

Formasi jari-jari perkalian 1-10 (jari kanan)


Mengenal lambang jari yang digunakan. Diawali dengan
tangan kanan yang menunjukkan satuan 1 9.

Gambar 2.2. Formasi Jarimatika Satuan 1 9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Tangan kiri menunjukkan angka puluhan 10 90.

Gambar 2.3. Formasi Jarimatika Satuan 10 90

Konsep dasar perkalian

Gambar 2.4. Konsep Dasar Perkalian

Pada gambar di atas terdapat 4 buah piring dan pada setiap piring
terdapat 2 buah apel. Bentuk perkaliannya adalah 4 x 2.
Cara menghitungnya, 2 + 2 + 2 + 2.
Jadi, hasilnya 8.
Rumus: (T1 + T2) + (B1 x B2)
Keterangan:
T1 commit
= jari tangan kanan yang to user (puluhan)
ditutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

T2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan)


B1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan)
B2 = jari tangan kiri yang dibuka (satuan)

Gambar 2.5. Rumus Formasi Jarimatika


Kedua tangan memiliki dua nilai tempat tangan kanan untuk
satuan dan tangan kiri untuk puluhan. Cara membaca perlu dipahami
agar orang tua dapat menerangkan proses operasi jarimatika yang
sedang dijalani kepada anak-anak. Ini untuk tahap-tahap awal melatih
gerak jari anak-anak. Setelah lancar, dapat langsung ketemu hasilnya.
Agar dapat lancar, ada satu kunci yang perlu diperhatikan, yaitu latihan
berulang-ulang.
Dari proses tahapan mempelajari jarimatika tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa:
(1) Dalam mempelajari jarimatika, sebelumnya anak harus sudah
mengenal angka ataupun lambang bilangan.
(2) Anak dipahamkan dahulu konsep operasi bilangannya.
(3) Selalu melakukan kegiatan belajar dalam kondisi menyenangkan,
dapat dengan cara bermain dan bernyanyi.
(4) Mengenal lambang-lambang dalam jarimatika yaitu jari tangan
yang digunakan mewakili angka.
(5) Mendemonstrasikan gerakan jari berulang-ulang sampai hafal
dengan sendirinya.
(6) Tidak memaksakan anak untuk menghafal formasi jari tangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

(7) Memulai latihan mengoperasikan bilangan mulai dari yang


sederhana.
(8) Melakukan latihan secara rutin.

4. Hakikat Kemampuan Awal

Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya dipengaruhi oleh ciri-


ciri khas yang dimiliki siswa baik secara individu maupun kelompok, kenyataan
ini berakibat bagi guru mengikutsertakan ciriciri khas itu sebagai titik tolak bagi
perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar (Winkel, 2007: 79).
Menurut Gagne dalam Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 15) belajar tidak
merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah tetapi terjadi dengan adanya
kondisi-kondisi tertentu, yaitu:
a. Kondisi internal yang antara lain menyangkut kesiapan siswa dan apa yang
telah dipelajari sebelumnya.
b. Kondisi eksternal yang merupakan situasi belajar penyajian stimulti yang
secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar.
Dari uraian di atas penulis dapat menyebutkan bahwa keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar ditentukan oleh faktor dari dalam diri siswa yang
berupa penguasaan materi yang telah dipelajari sebelumnya sebagai kemampuan
awal dan faktor dari luar diri siswa antara lain lingkungan dan penyajian
pembelajaran. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam
menerima pelajaran yang akan diberikan guru.

a. Pengertian Kemampuan Awal


Pengertian kemampuan awal menurut Dewi Salma Prawiradilaga
(2008: 93) adalah sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah
mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran. Adapun Dick & Carey
(2008: 20) mengatakan bahwa perilaku awal (entry behaviors) adalah
kemampuan atau skill khusus yang sudah diketahui sekelompok siswa
commit to user
sebelum memulai suatu pembelajaran yang baru. Pernyataan Ausubel( dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

Ratna Wilis Dahar, 1989: 117) tersebut adalah The most important single
factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this
and teach him accordingly. Dalam penjelasan pernyatan tersebut adalah
faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui siswa. Dalam pernyataan tersebut menegaskan pentingnya struktur
kognitif siswa yang juga merupakan kemampuan awal untuk belajar
berikutnya. Senada dengan pernyataan West (1991) bahwa the cognitive
strategies are a collection of known ways that people learn. These strategies
become techniques in the hands of teachers and designers. Much of the
research on which the strategies are based has been conducted with people in
school- like or actual school situations and other contexts in which people
want or are expected to learn ( h.26 )
Dari uraian di atas penulis dapat menyebutkan bahwa kemampuan
awal yaitu pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa agar dapat
mengikuti pembelajaran yang baru untuk mencapai tujuan. Kemampuan awal
menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang
akan diberikan oleh guru. Kemampuan awal perlu dikondisikan oleh guru
sebelum mengajar agar siswa siap mengikuti pembelajaran dan tentu saja
materi yang disiapkan akan menarik. Dalam membuat perencanaan
pembelajaran guru perlu memperhatikan kemampuan awal siswa agar bobot
materi yang diajarkan bisa tepat, sebab kalau bobot materi terlalu berat maka
siswa akan sulit menangkap isi pembelajaran, akan tetapi kalau terlalu ringan
menjadi tidak menarik sebab siswa merasa tidak memerlukan materi itu.
Sedangkan Gagne (1990), menyatakan bahwa sebelum menentukan strategi
belajar mengajar yang sesuai, guru telah menetapkan prasyarat belajar yang
dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan.
Dari uraian di atas penulis kemukakan bahwa kemampuan awal adalah
pengetahuan atau keterampilan prasyarat yang harus dikuasai siswa untuk
menerima pengetahuan atau keterampilan yang baru. Guru mengajar harus
memperhatikan pengetahuan prasyarat yang harus ada pada siswa, agar
pembelajaran bisa lancar. Kemampuan prasyarat terpenuhi maka pembelajaran
commit to user
lancar, sebaliknya jika kemampuan prasyarat tidak terpenuhi maka siswa akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

merasa sulit atau bosan di dalam menerima materi pelajaran. Adapun


kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki
siswa agar dapat mengikuti pembelajaran yang baru untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam praktek sehari-hari seringkali guru-guru
merancang dan melaksanakan pengajaran berdasar asumsi bahwa murid telah
mempunyai pengetahuan atau keterampilan yang merupakan prasayarat.
Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila pengajaran menjadi tidak
efektif karena murid merasa kesulitan, dengan kata lain belum siap menerima
program pembelajaran dari guru. Dalam penelitian ini sebagai kemampuan
awal adalah hasil penilaian Matematika sebelum diberikan eksperimen di SD
Negeri Ngaru-Aru 1 dan SD Negeri 2 Ngaru-Aru Kecamatan Banyudono,
Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009 / 2010 kelas 2 semester II.

b. Faktor faktor yang mempengaruhi Kemampuan Awal


1. Faktor Intern
Pada dasarnya setiap siswa telah memiliki berbagai pengalaman dan
pengetahuan yang diperolehnya di jenjang pendidikan sebelumnya .Hal
tersebut merupakan modal awal bagi siswa dalam melakukan kegiatan
belajar selanjutnya. Dalam hal ini Oemar Hamalik mengatakan bahwa :
Entry Behavior ini sangat berpengaruh dalam proses dan kegiatan
belajar, yang pada gilirannya turut menetukan hasil belajarnya. Siswa akan
berhasil belajar jika dia melakukannya secara aktif (melakukannya sendiri)
dan kreatif (menciptakan gagasan dan konsep baru berdasarkan pengalaman
yang telah dimilikinya). Pengalaman dan pengertian-pengertian masa lalu
yang telah dimiliki besar pengaruhnya dalam belajar. Pengalaman dan
pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman dan
pengertian-pengertian baru. Jadi, dapat dipahami bahwa kemampuan awal
(Entry Behavior) turut berpengaruh terhadap belajar mahasiswa, terutama
dalam mata kuliah bahasa Indonesia.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

2. Faktor Ekstern (cara guru menyampaikan pembelajaran)


Cara guru atau pengajar menyampaikan pembelajaran besar
pengaruhnya terhadap belajar siswa. Cara penyampaian pembelajaran yang
kurang menarik menjadikan siswa kurang berminat dan bersemangat untuk
mengikutinya. Namun sebaliknya, jika pembelajaran disampaikan dengan
cara dan gaya yang menarik perhatian, menjadikan mereka tertarik dan
bersemangat untuk selalu mengikutinya dan kemudian mendorongnya untuk
terus mempelajarinya. Dari uraian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa
keterampilan berhitung siswa mata pelajaran matematika seorang siswa juga
sangat terkait dengan bagaimana cara guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran.

c. Cara Mengukur Kemampuan Awal


Dick & Carey (1985: 163), menyatakan tes dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan awal siswa.
Dari uraian di atas penulis dapat menyebutkan bahwa kemampuan
awal dapat diukur menggunakan kuesioner, interview, observasi dan tes.
Kemampuan awal matematika dalam hal ini diukur menggunakan tes dengan
maksud dapat mengungkap materi yang luas, ialah keseluruhan materi
matematika di kelas dua.
Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda agar mudah dalam
penyelenggaraannya dan koreksinya. Guru sebelum mulai pembelajaran perlu
mengukur kemampuan awal siswa untuk mengetahui seberapa jauh
penguasaan materi yang dimiliki siswa. Dalam membuat perencanaan
pembelajaran materi pengukuran kemampuan awal perlu ditulis sebagai
acuan. Guru yang tidak mengukur kemampuan awal sebelum melakukan
pembelajaran, tidak akan tahu kondisi awal siswa dan tidak akan bisa
menghubungkan secara baik dengan materi yang baru, maka siswa bisa
merasa kesulitan karena materi yang diberikan terlalu berat. Tapi bisa
menjadi tidak menarik atau membosankan karena materi baru terlalu ringan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Untuk memahami lebih lanjut kerangka keterkaitan ketiga bagian


pokok pembelajaran tersebut dapat dilihat paradigma proses belajar mengajar
pada diagram berikut:
Diagram Paradigma Proses Belajar Mengajar
Pendahuluan

Kemampuan Awal

Guru Proses Pembelajaran Siswa

Penutup

Hasil Akhir
Gambar 2.6. Proses Belajar Mengajar
Model paradigma di atas berlaku secara umum untuk setiap mata pelajaran.
Kaitannya dengan mata pelajaran kurikulum matematika, bagian pendahuluan,
guru mata pelajaran belum menyelenggarakan pengukuran kemampuan awal
siswa. Selama ini, pembelajaran dirancang tanpa memperhatikan kemampuan
awal siswa.
Pada bagian pendahuluan tiap pembelajaran, guru diharapkan
melakukan pengukuran kemampuan awal dengan menggunakan materi dari
seluruh pokok.

B. Penelitian yang Relevan

Ridhwan (2002), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh


Kemampuan Verbal dan Keterampilan Hitung terhadap Prestasi Belajar
Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan Linier dengan Dua Peubah..
Menyimpulkan bahwa siswa yang mempunyai keterampilan hitung tinggi akan
memperoleh prestasi belajar matematika yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang
mempunyai keterampilan hitung rendah akan mempunyai prestasi belajar yang
rendah pula. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

Penelitian Ridwan tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.


Persamaan dengan penelitian ini yaitu keterampilan berhitung ditinjau dari
kemampuan awal siswa. Kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu
penelitian yang dilakukan Ridwan pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi
belajar Matematika. Sedangkan penelitian ini pengaruh metode pembelajaran
jarimatika terhadap keterampilan berhitung perkalian pada siswa kelas II di SD
Banyudono , Boyolali tahun Ajaran 2009/2010.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Robertus Margana tesisnya yang
berjudul Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X
SMA Negeri di Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 Menyimpulkan bahwa
metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat menghasilkan hasil belajar
matematika siswa yang lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional
diperoleh harga statistik uji Fa = 44,113 dan Ftabel = 3,84, demikian pula hasil
belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik
dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang, dan hasil belajar
matematika siswa yang memiliki kemampuan awal sedang lebih baik daripada
siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, diperoleh harga statistik uji Fb
= 83,227 dan Ftabel = 3,00.Perbedaan hasil belajar matematika dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dan konvensional
konsisten pada tiap tiap kategori kemampuan awal siswa dan perbedaan hasil
belajar matematika antara tiap tiap kategori kemampuan awal siswa konsisten
pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dan konvensional diperoleh harga statistik
uji Fab = 1,809 dan Ftabel = 3,00.
Penelitian Robertus Margana tersebut di atas, relevan dengan penelitian
ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu kemampuan awal. Selain memiliki
persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang
dilakukan Robertus Margana dengan menggunakan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Kelas X SMANegeri di
Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 Sedangkan penelitian ini untuk pengaruh
metode pembelajaran jarimatikacommit to user
terhadap keterampilan berhitung perkalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

hasilnya bilangan dua angka pada kelas II SD Negeri Sekecamatan Banyudono


Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010.
Upik Tri Mulyani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Efekifitas
Metode Jarimatika Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Kelas II
SD Negeri Bulakrejo I Sukoharjo Tahun Ajaran 2008/2009 , Menyimpulkan
bahwa adanya pengaruh meode jarimatika terhadap peningkatan prestasi belajar
Matematika kelas II SD Negeri Bulakrejo 1 Sukoharjo tahun ajaran 2008/2009.
Hal ini ditunjukkan dari perbedaan nilai hasil tes yang semakin meningkat antara
kelompok kontrol dan eksperimen.Selain itu terlihat pada post tes kedua
kelompok didapatkan Z hitung -2,023 dengan probabilitas 0,043.
Penelitian Upik Tri Mulyani tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode jarimatika.
Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu
penelitian yang dilakukan Upik Tri Mulyani untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika anak berkesulitan belajar Matematika kelas II SDNegeri Bulakrejo I
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009. Sedangkan penelitian ini pengaruh
keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka ditinjau dari
kemampuan awal pada kelas II SD Negeri Sekecamatan Banyudono Kabupaten
Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.
Penelitian mengenai penerapan metode Jarimatika belum banyak diteliti
karena hal ini merupakan hal yang baru. Namun, telah banyak komentar dari yang
telah menggunakannya. Berikut pengalaman para pemakai Jarimatika:
Ibu rumah tangga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan berpikir positif bahwa
mereka telah melakukan pekerjaan mulia dengan jarimatika selain dapat mendidik
anak-anak, mereka juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan
(www.jarimatika.com).

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, pembahasan, perumusan,


commit
dan tinjauan pustaka dapat diketahui to user
bahwa belajar matematika dipengaruhi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

banyak faktor, diantaranya intern dan ekstern siswa. Faktor intern yang turut
mempengaruhi siswa antara lain motivasi belajar, aktifitas belajar, kondisi
intelektual, psikologi, dan kemampuan awal yang telah dikuasai sebelumnya.
Faktor ekstern yang turut mempengaruhi keterampilan berhitung siswa antara lain
kondisi lingkungan, keluarga, metode mengajar yang digunakan, guru, dsb.
Faktor ekstern yang turut mempengaruhi keterampilan berhitung siswa
antara lain metode mengajar yang digunakan oleh guru. Hal ini disadari adanya
suatu kenyataan bahwa suatu metode mengajar tidak dapat dilaksanakan untuk
semua kondisi. Baik adanya perbedaan kemampuan siswa, aspek psikologi, sosial
ekonomi, aktifitas , motifasi belajar, dsb.
Untuk meningkatkan keterampilan berhitung siswa diharapkan guru
mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam memilih serta menggunakan
metode pembelajaran yang tepat.
Metode Jaritmatika merupakan salah satu pendekatan yang dapat
digunakan oleh guru untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, dengan
metode Jaritmatika diharapkan keterampilan berhitung matematika dapat
meningkat.
Proses menyelesaikan soal berhitung perkalian dan pembagian pada tiap
siswa tidaklah sama. Hal ini dikarenakan kemampuan awal mereka yang berbeda-
beda. Siswa yang memiliki kemampuan awal yang lebih tinggi dimungkinkan
akan lebih cepat menyelesaikan soal berhitung perkalian dan pembagian
dibandingkan teman-temannya yang kemampuan awal lebih rendah. Pembelajaran
menggunakan metode jaritmatika akan berlangsung lancar dan berhasil baik jika
didukung dengan kemampuan awal siswa yang baik.
Berdasarkan pemikiran di atas, digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

Metode pembelajaran jarimatika

Keterampilan berhitung

Metode pembelajaran Konvensional

Gambar 2.7. Paradigma Penelitian

D. Hipotesis

Menurut Suharsini Arikunto (2002: 64) hipotesis adalah suatu jawaban


yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul. Demikian juga pendapat Mardalis (2002: 48) hipotesis
merupakan jawaban sementara atau simpulan yang diambil untuk menjawab
permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:


1. Terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara yang menggunakan
metode jarimatika dengan metode konvensional.
2. Terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal
sedang dan remdah
3. Terdapat interaksi bersama pembelajaran yang menggunakan kedua metode
pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat dimana memperoleh data yang


diperlukan dalam penelitian. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian ini yaitu
SD Negeri Se-Kecamatan Banyudono dengan subyek penelitian siswa-siswi kelas
II Tahun Ajaran 2009/2010. Alasan penulis memilih tempat tersebut sebagai
tempat penelitian karena:
a. Secara objektif
1) Tersedianya data yang diperlukan untuk penelitian.
2) Di lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian.
b. Secara subjektif
1) Adanya keterbukaan dari pihak lokasi penelitian dalam memberikan
informasi yang membantu pelaksananaan penelitian.
2) Letak lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal, sehingga mudah
dijangkau dan dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai awal tahun 2010. Tahap-tahap dapat
dirinci sebagai berikut:
a. Tahap persiapan dan perijinan penelitian
Pada tahap ini meliputi penyusunan, pengajuan dan mengurus perijinan
proposal.Tahap ini dilaksanakan mulai bulan Januari- Maret 2010.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap pelaksanaannya meliputi penyusunan instrumen, pelaksanaan penelitian
Tahap ini dilaksanakan mulai bulan Maret- Mei 2010.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

c. Tahap penyelesaian
Tahap ini meliputi analisis data dan penyelesaian laporan selengkapnya.Tahap
ini dilaksanakan mulai bulan Mei-Juni 2010.
d. Tahap pelaksanaan ujian
Tahap ini meliputi pelaksanaan ujian, revisi dan pengiriman laporan. Tahap ini
dilaksanakan mulai bulan Juni terakhir 2010.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


eksperimen semu (quasiexperimental research). Hal ini dikarenakan tidak dapat
mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang relevan. Seperti yang
dikemukakan Budiyono (2004: 82) bahwa tujuan eksperimental semu adalah
untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang
relevan.
Sebelum eksperimen dilakukan, diadakan pengecekan terlebih dahulu
mengenal kemampuan awal dari sampel yang diteliti. Kelompok eksperimen
diberikan perlakuan dengan metode jarimatika dan kelompok kontrol diberikan
dengan metode konvensional. Maksud pengecekan tersebut adalah untuk
mengetahui keadaan kelompok tersebut apakah seimbang. Data yang digunakan
untuk menguji keseimbangan adalah nilai siswa sebelum eksperimen .
Dalam penelitian ini kedua kelompok yang dibandingkan diasumsikan
sama dalam semua segi yang sesuai dan hanya berbeda dalam penggunaan metode
pembelajaran. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen,
kemudian data yang diperoleh diolah dan hasilnya dibandingkan dengan tabel uji
statistiknya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menuru Suharsimi Arikunto (2002: 108) yang dimaksud populasi adalah


"keseluruhan obyek penelitian". Menurut Kamus Riset karangan Komarudin yang
dikutip Mardalis (2006: 53) yang dimaksud dengan populasi adalah semua
individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Dari kedua pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian
atau kelompok dimana seseorang akan memperoleh hasil penelitian yang dapat
disamaratakan.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas II di SD Negeri Kecamatan Banyudono Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Sampel
Menurut Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi (2006: 107)
mengemukakan bahwa sampel adalah "elemen-elemen populasi yang dipilih atas
dasar keterwakiliannya". Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109)
sampel adalah "sebagian atau wakil populasi yang diteliti".
Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah wakil
populasi yang dipilih atas dasar kemewakilannya.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas II di
SD Negeri Ngaru-Aru I dan SD Negeri Ngaru-Aru II di Banyudono, Boyolali
Tahun Ajaran 2009/ 2010.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Sampel diambil dua kelas secara acak, dengan asumsi bahwa tidak adanya
kebijakan pihak sekolah dalam pengelompokan siswa dalam kelas unggulan serta
adanya kebijakan pemerataan tingkat kemampuan siswa, sehingga nilai rata-rata
ujian semester ganjil, khususnya mata pelajaran matematika tidak jauh berbeda,
sehingga populasi dianggap homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling dengan cara


memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas dipandang
sebagai satuan kelompok, kemudian pengambilan sampelnya berdasarkan daerah
populasi yang telah ditetapkan. Pengambilan sampel secara cluster sampling
dengan menggunakan dua tahap. Di sini 31 SD Negeri di kecamatan Banyudono
yang menjadi populasi, dan sampelnya dengan memasukkan kriteria yang mana
sekolah -diterapkan penggunaan metode jarimatika dan sebagai kelompok kontrol
digunakan dalam penelitian. Sekolah yang tidak masuk dalam kriteria tersebut
tidak digunakan sebagai sampel penelitian. Tahap berikutnya menentukan kelas
yang dijadikan sampel secara random dengan diberi nomor yang dipilih secara
acak.kelas yang dipilih adalah kelas 2.

D. Variabel Penelitian
1.Definisi Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai
berikut:
a. Variabel Bebas
1) Metode pembelajaran
a) Definisi Konseptual:
Metode matematika adalah cara yang tepat yang telah
direncanakan dengan baik oleh guru dalam menyampaikan materi
pelajaran, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
pada penelitian ini adalah metode konvensional dan metode
jaritmatika.
b) Skala pengukurannya adalah skala nominal. Siswa dibagi dalam dua
kelompok, yaitu:
(1) Kelompok eksperimen: siswa yang diberi pelajaran dengan
menggunakan metode jaritmatika.
(2) Kelompok kontrol: siswa yang diberi pelajaran metode
konvensional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

2) Kemampuan awal
a) Definisi konseptual: kemampuan awal merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran matematika pokok
bahasan perkalian bilangan sampai 100.
b) Indikatornya adalah tes awal yang diberikan sebelum penelitian
c) Skala pengukurannya adalah interval kemudian setelah itu dipandang
sebagai skala ordinal. Kemampuan awal diklasifkasikan dalam tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian tersebut
berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
(1) Kelompok tinggi: untuk Xtotal + Stotal
(2) Kelompok sedang: Xtotal - Stotal < nilai Xtotal
(3) Kelompok rendah : Xtotal - Stotal
Dimana Xtotal adalah nilai rata-rata gabungan dan Stotal adalah standar
deviasi gabungan. Pengelompokkan ini disesuaikan dengan asumsi
bahwa prestasi belajar yang diraih siswa tersaji dalam kurva normal
(Anas Sudijono, 2005: 36).

b. Variabel Terikat
1) Definisi konseptual: kemampuan berpikir siswa untuk melakukan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan prosedur-
prosedurnya dalam waktu yang cepat dan tepat.
2) Indikator: skor tes yang diujikan semester II kelas dua.
3) Skala pengukurannya: interval.

2. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan faktorial sederhana 2 x 3, untuk
mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

Kemampuan Awal
Tinggi Sedang Rendah
(B1) (B2) (B3)
Metode
Pembelajaran AB11 AB12 AB13
Metode Jarimatika
Pembelajaran (A1)
Konvensional
(A2) AB21 AB22 AB23

3. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Desain Penelitian

Kemampuan awal Perlakuan Keterampilan


berhitung
Pre test= kelas kontrol post test= kelas kontrol
Kelas eksperimen kelas eksperimen

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengambilan Data dan Penyusunan Instrumen


Penelitian ini memiliki variabel terikat yaitu keterampilan berhitung
matematika, sedangkan variabel bebas adalah penggunaan metode Jarimatika dan
kemampuan awal. Untuk pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan tes
sebagai teknik pengambilan data yang utama, sedangkan angket dan dokumentasi
sebagai teknik pengambilan data pendamping.

a. Dokumentasi
Budiyono (2004: 47), berpendapat bahwa "metode dokumentasi adalah
cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang
telah ada". Suharsimi Arikunto (2001: 188), mengatakaan bahwa "metode
commit to user
dokumentasi yaitu mencari data mengenail hal-hal atau variabel yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger
agenda dan sebagainya."
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan jalan melihat data yang sudah ada yang berguna
untuk penellitian.
Data yang diperlukan dalam dokumentasi terdiri dari:
1) Buku laporan (raport) digunakan untuk mengetahui keadaan awal siswa
dalam belajar matematika.
2) Data ulangan harian matematika sesuai subyek penelitian.
3) Buku induk untuk mengetahui data awal siswa.
4) Buku pelajaran matematika milik siswa guna mengetahui kemampuan
siswa dalam pelajaran matematika sehari-hari.
Seluruh dokumen di atas, digunakan untuk membantu dalam
melakukan penelitian, untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
eeksperimen dilakukan.
b. Tes
1) Pengertian Tes
Suharsimi Arikunto (2001: 32), menyatakan bahwa tes adalah
"serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Tuckam dan Mudjijo (1995: 3),
mengemukakan kegunaan tes adalah:
1. Untuk mendukung objektivitas pengamatan yang dilakukan.
2. Untuk menumbuhkan perilaku di bawah kondisi yang relatif
terkontrol.
3. Untuk mengukur sampel kemampuan individu (siswa).
4. Untuk memperoleh kemampuan-kemampuan dan mengukur
hasil yang sesuai dengan tujuan dan tolak ukurnya.
5. Untuk mengungkapkan perilaku yang tidak kelihatan.
6. Untuk mendeteksi karakteristik dan komponen-komponen
perilaku.
7. Untuk meramalkan perilaku yang akan datang.
8. Untuk menyediakan data sebagai umpan balik dan membuat
keputusan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan


sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek
penelitian (Budiyono, 2004: 54).
Slameto (2001: 31), menyatakan bahwa penggolongan tes menurut
isi dan tujuannya dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Tes hasil belajar, yaitu tes yang menilai sampai dimana hasil
belajar yang dicapai siswa setelah mereka menjalani perbuatan
belajar dalam waktu tertentu.
2. Tes diagnostik ialah tes untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatan siswa dalam pelajaran tertentu yang hasilnya
digunakan untuk membantu siswa tersebut dalam mengatasi
kesulitannya dalam pelajaran tersebut.
3. Tes psikologis, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan psikologi siswa terutama ciri-ciri kepribadiannya
yang dapat digunakan untuk mengetahui apabila ia mengetahui
kesulitan yang berhubungan dengan ciri-ciri tersebut. Tes
psikologis meliputi tes kecerdasan, tes minat, tes bakat khusus,
dan tes kepribadian.

Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes kekuatan yang
bermaksud mengukur kemampuan siswa yang dites dalam menjawab atau
memecahkan pertanyaan atau persoalan sehubungan dengan hal-hal atau
materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, tes hasil
belajar bermaksud mengukur sejauh mana para siswa telah menguasai atau
mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Mudjijo (1995: 29), menjelaskan jenis dan bentuk tes hasil belajar
sebagai berikut:
a) Tes lisan (oral test)
b) Tes tertulis (written test)
c) Tes tindakan atau perbuatan (performance test)

Slameto (2001: 32-40), menyatakan bahwa di dalam tes tertulis


dapat digunakan beberapa bentuk butir soal:
a) Tes bentuk uraian (essay test) yang terdiri dari tes uraian bebas
dan terikat.
b) Tes bentuk objektif (objective test) yang terdiri atas butir soal
benar-salah, pilihan ganda (multiple choice), isian (completion),
jawab singkat (short answer) dan menjodohkan (matching).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

a) Dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar dengan


jenis tes tertulis, dan bentuk tes pilihan berganda sebagai dasar
pertimbangan bahwa dengan tes pilihan berganda dapat
dievaluasi dengan hasil yang lebih luas dan menyeluruh serta
menghindari pengaruh subjektif, sedangkan penilaiannya tiap
satu nomor dengan jawaban benar akan mendapat nilai 1, dan
jawaban salah mendapat nilai 0, tes ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai keterampilan berhitung. Tes ini
diberikan setelah dikenai perlakuan.Dalam tes mengukur
keterampilan, untuk meyakinkan bahwa butir-butir soal telah
mewakili tujuan pembelajaran.

Untuk mempertinggi validitas isi, disarankan agar pembuat soal


melalui langkah-langkah:
a) Mengidentifikasi bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan
instruksionalnya.
b) Membuat kisi-kisi soal yang akan ditulis, cara yang ditempuh adalah
membuat tabel dua jalan yang membuat pokok bahasan yang akan
diukur dan aspek tingkah laku yang akan dinilai.
c) Menyusun soal tes beserta kuncinya.
d) Menelaah soal tes sebelum dicetak.
2) Kebaikan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda
Slameto (2001: 63), mengemukakan bahwa ada beberapa kebaikan
dan kelemahan metode tes pilihan ganda yaitu sebagai berikut:
a) Kebaikan tes pilihan ganda, yaitu:
1) Lebih fleksibel dan efektif.
2) Mencakup hampir seluruh bahan pelajaran.
3) Tepat untuk mengukur penguraian informasi, perbendaharaan kata,
pengertian, aplikasi prinsip, rumus serta kemampuan
menginterpretasikan data.
4) Dapat juga untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat
tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan
pendapat atas dasar alasan tertentu, dan menarik kesimpulan
5) Koreksi dan penilaiannya mudah.
6) Objektif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

7) Dapat dipakai berulang-ulang.


b) Kelemahan tes pilihan ganda, yaitu:
1) Sulit serta membutuhkan waktu yang lama dalam menyusun
soalnya.
2) Tidak dapat dipakai untuk mengukur kecakapan siswa dalam
mengorganisasi bahan.
Suharsimi Arikunto (2001: 57-63), mengemukakan bahwa sebuah
tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi syarat tes yaitu
mempunyai:
a) Validitas, artinya dapat mengukur apa yang hendak diukur.
b) Reliabilitas, artinya tes yang mempunyai keajegan maksudnya taraf
sejauh mana tes itu sama dengan dirinya sendiri, yaitu bahwa hasil
pengukuran dengan tes itu adalah relatif sama.
c) Objektivitas, artinya tes yang mampu menyingkirkan faktor subjektif
pada individu-individu yang bersangkutan dengan tes itu.
d) Praktisilitas artinya tes itu bersifat praktis dan mudah
pengadministrasiannya. Tes praktis itu adalah tes yang:
1) Mudah dilaksanakan
2) Mudah pemeriksaanya
3) Dilengkapi dengan petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan
oleh orang lain.
e) Ekonomis artinya bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
Sebelum instrumen tes digunakan terkebih dahulu diadakan uji coba
tes, yang dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrumen tes tersebut. Pada penelitian uji coba tes dilakukan di SD
Negeri Ngaru-aru 1 pada siswa kelas II tahun ajaran 2009/2010
berdasarkan kesamaan subjek uji coba dan subjek sampel penelitian.
Setelah dilaksanakan uji coba, selanjutnya dilakukan analisis item soal
yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

c. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang


kemampuan awal sejauh mana siswa sebelum memulai atau mengikuti
pembelajaran yang baru. Instrumen angket berbentuk pernyataan positif dan
negatif tentang kemampuan awal siswa.
Skala penilaian yang digunakan adalah Skala Likert. Skala Likert memuat
sejumlah pernyataan positif dan negatif mengenai suatu objek sikap (Arif Furchon
1982: 266). Dalam memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan dalam
skala ini subjek menunjukkan apakah ia sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
atau sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap pernyataan yang diberikan. Nilai angka
yang ditetapkan untuk setiap respons tergantung pada tingkat kesetujuan dan
ketidaksetujuan subjek kepada tiap-tiap pernyataan. Skor seorang subjek
ditetapkan dengan menjumlah nilai yang ditetapkan untuk tiap-tiap respons.
Langkah-langkah penyusunan angket sebagai berikut:
1) Menentukan kisi-kisi angket
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang aspek-aspek yang akan
diungkap/indikator-indikator apa saja yang diukur dalam penyusunan angket.
2) Menentukan jenis dan bentuk angket
Jenis dan bentuk angket yang digunakan adalah angket bersetruktur tertutup
dengan disediakan semua pilihan jawaban yang saling lepas.
3) Menyusun angket
Angket yang disusun terdiri atas item-item pernyataan atau pertanyaan yang
dibuat berdasarkan kisi-kisi angket. Angket yang digunakan untuk mengukur
kemampuan awal siswa berjumlah 20 butir pertanyaan dengan 5 (lima)
pilihan jawaban menggunakan skala sikap Likert. Dalam skala Likert,
Pernyataan sikap baik yang positif maupun negatif dinilai dengan jawaban
sangat setuju, setuju, tidak punya jawaban (netral), tidak setuju, dan sangat
tidak setuju.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

4) Menetapkan skor angket


Skor responden dijumlahkan berdasarkan hasil yang diperoleh setiap item.
Skor yang tinggi merefleksikan sikap yang positif, jadi semakin tinggi skor
yang diperoleh responden, maka semakin positif tingkah lakunya. Skor
untuk pernyataan positif merupakan kebalikan dari skor untuk pernyataan
negatif. Misalnya untuk responden yang menjawab sangat setuju akan diberi
skor 5 apabila pernyataanya positif, dan diberi skor 1 apabila pernyataanya
negatif. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka perhitungan
skor sikap dengan skala Likert disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3 : Perhitungan Skor Angket
Pernyataan Sikap Setuju Kadang-kadang Tidak Setuju
Pernyataan Positif 5 4 3
Pernyataan Negatif 3 4 5

Sebelum tes dan angket digunakan pada penelitian terlebih dahulu


diujicobakan pada siswa-siswa sekolah lain yang memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan tempat penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui
apakah instrumen yang digunakan valid, reliabel dan juga untuk mengetahui
tingkat kesukaran dan daya pembeda soal serta fungsinya pengecoh.
1) Validitas Tes
Suharsimi Arikunto (2006: 148), mengemukakan bahwa validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesalahan suatu instrumen. Mardalis (2006: 60), mengungkapkan "validitas
suatu instrumen menunjukkan suatu alat ukur yang dapat mengukur sejauh
mana kebenaran alat itu untuk mengukur suatu yang diperlukan atau seberapa
kesahihannya".
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengujian validitas dengan
menggunakan teknik korelasi antara item dan total item yang diolah dengan
rumus Korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

N xy ( x )( y )
rxy =
(N x ( x ))(N y ( y ))
2 2 2 2

(Suharsini Arikunto, 2002 : 146)


Keterangan :
rxy = Koefisian korelasi antara variabel x dan y
N = Jumlah subyek
x = Item
y = total item
xy = jumlah perkalian antara x dan y
x2 = jumlah kuadrat dari x
y2 = jumlah kuadrat dari y
Setelah diperoleh rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga kritik
r product moment. Apabila rxy rtabel maka dikatakan butir soal itu
konsisten,sedangkan apabila rxy > rtabel maka dikatakan butir soal itu
tidak konsisten (Suharsimi Arikunto, 2001: 75).
2) Reliabilitas
Budiyono (2004: 65) menyatakan:
Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan
instrument tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada
orang yang berlainan (tetapi memiliki kondisi yang sama) pada waktu
yang sama atau pada waktu yang berlainan.

Suharsimi Arikunto (2001: 60) mengatakan bahwa suatu tes


dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
Dengan kata lain, jika kepada siswa diberikan tes pada waktu yang sama pada
waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan
(rangking) yang sama dalam kelompoknya.
Suharsimi Arikunto (2002: 154) reliabilitas adalah "suatu instrumen
yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik".
Untuk mengetahui realiabilitas tes, maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan formula Kuder-Richardson 20 atau rumus K-R 20.

r11 =
(K ) (Vt pq )
K 1 commit
Vt to(Suharsini
user Arikunto, 2002: 188)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan
Vt = proporsi subyek yang menjawab betul pada sesuatu butir
(proporsi subyek yang mendapat skor 1) atau varians total

p = Banyaknya subyek yang skornya 1


N
q = Proporsi subyek yang mendapat skor 0
(q = 1 - p )
Hasil perhitungan dari uji reliabilitas diinterprestasikan sebagai
berikut:
a) 0,80 < r11 1,00 : sangat tinggi
b) 0,60 < r11 0,80 : tinggi
c) 0,40 < r11 0,60 : cukup
d) 0,20 < r11 0,40 : rendah
e) 0,00 < r11 0,20 : sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2006: 276)

3) Uji Daya Pembeda


Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks
diskriminasi (dayapembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya
bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks
diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi
digunakan jika sesuatu soal terbalik menunjukkan kualitas testee. Yaitu
anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian
ada tiga titik pada daya pembeda yaitu:

-1,00 0,00 1,00


daya pembeda daya pembeda daya pembeda
negatif commit to user
rendah tinggi (positif)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun
siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda.
Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak dapat
menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga karena tidak
mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab
benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.

Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu


kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau
kelompok bawah (lower group).
Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan
benar, sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut
mempunyai D paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya, jika semua kelompok atas
menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai
D-nya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah
sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal
tersebut mempunyai nilai D 0,00. Karena tidak mempunyai daya pembeda
sama sekali.
a) Cara menentukan daya pembeda (nilai D)
Untuk ini perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan
kelompok besar (100 orang ke atas).
(1) Untuk kelompok kecil
Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas
dan 50% kelompok bawah.
Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teatas sampai terbaah,
lalu dibagi 2.
(2) Untuk kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk
kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu
27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah

commit
sebagai kelompok bawah (JB). to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

JA = Jumlah kelompok atas


JB = Jumlah kelompok bawah
b) Rumus mencari D
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

B A BB
D= = PA PB (Suharsimi Arikunto, 2001: 213)
JA JB

Di mana:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
soal itu benar
BA
BB = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
JA
soal itu benar
BB
PA = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab
JB
benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab


benar

4) Derajat Kesukaran
Salah satu tugas tes ialah untuk membedakan siswa yang pandai dan
siswa yang kurang pandai berdasarkan Kriteria tertentu. Sebuah tes dikatakan
mempunyai daya pembeda yang sempurna apabila setiap siswa yang
menjawab benar soal tersebut mempunyai skor yang lebih tinggi dari pada
siswa yang menjawab salah soal tersebut.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
commit to user
indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan baha soal itu terlalu sukar,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.
0,0 1,0
sukar mudah
di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar),
singkatan dari kata proporsi. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70
lebih mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P =
0,30 lebih sukar daripada soal dengna P = 0,80.
Melihat besarnya bilangan indeks ini maka lebih cocok jika bukan
disebut sebagai indeks kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks
fasilitas, karena semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan
indeksnya. Akan tetapi telah disepakati bahwa walaupun semakin tinggi
indeksnya menunjukkan soal yang semakin mudah, tetapi tetap disebut indeks
kesukaran.
Rumus mencari P adalah:
B
P= (Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
JS
Di mana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
- Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
- Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
- Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis variansi
dua jalan 2x3. Dua faktor yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan
efek baris, efek kolom terhadap keterampilan berhitung adalah faktor A (metode
pembelajaran) dan faktor B (kemampuan awal). Teknik analisis data ini
digunakan untuk menguji ketiga hipotesis yang telah dikemukakan di depan.
Sebelum dilakukan analisis variansi, maka dilakukan pengujian data, yaitu
uji Z, metode Lilliefors, dan metode Bartlett. Uji Z digunakan untuk menguji
keseimbangan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode
Lilliefors digunakan untuk uji normalitas antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Metode Bartlett digunakan untuk uji homogenitas antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

1. Uji Keseimbangan

Sebelum penulis melakukan eksperimennya, terlebih dahulu harus menguji


kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut dalam keadaan
seimbang. Langkah-langkah untuk menguji keseimbangan dengan menggunakan
uji Z sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho;1 = 2 (kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama)
H1 :1 2 (kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda )
b. Taraf Signifikansi () = 0,05
c. Statistik Uji:

t=
(X 1 X2 )
1 1
Sp +
n1 n2

(n 1 1)s12 + (n 2 1)s 22
Dengan S p =
2

n1 + n 2 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Keterangan :
t : t ~ t (n1 + n2 2 )
X1 : Rata-rata nilai siswa pretes kelompok eksperimen

X 2 : Rata-rata nilai pretes Kelompok kontrol.


s12 : variansi dari kelompok eksperimen
s22 : variansi dari kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontrol

d. Daerah Kritik
DK : { t| | t | >t/2}
e. Keputusan Uji
Ho ditolak jika t DK
f. Kesimpulan
1) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama jika Ho
diterima.
2) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho
ditolak.
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
1) Hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berditribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal
2) Statistik Uji
Statistik Ujinya adalah:
L = Max {| F(zi)-S(zi)|}
Dengan Z ~ N (0,1)
S(zi) = proporsi cacah z < zi terhadap seluruh cacah zi
( xi-x)
zi =
s
commit to user
s : standar devisiasi sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

x : mean sampel
3) Daerah Kritik
DK= {L | L > L/2}
4) Keputusan Uji
H0 ditolak jika L DK atau H0 tidak di tolak jika L DK
(Budiyono, 2004: 171)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelas kelompok sampel
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian
ini menggunakan himpunan metode Bartlett, sebagai berikut:
1) Hipotesis
H 0 : 12 = 22 (populasi homogen)
H1 : paling sedikit satu variansi yang berbeda
2) Tingkat Signifikansi : = 0,05
3) Statistik Uji

2,203 k
2 =
c
f log RKG f j log S 2j
j =1
Dimana 2 terdistribusi x2 (k-l)
k = jumlah cacah sampel
j = 1, 2, 3, ..... k
N = cacah semua pengukuran
nj = cacah pengukuran pada sampel ke-j
f = N k = derajat bebas untuk RKG
fj = nj 1 = derajat bebas untuk S2j

( X ) ( 2

SS j = X 1)S 2j
2 j
j n j
nj

Rataan Kuadrat Galat = [ SS ]/ f


j j

1 1 1 k
c = 1+ commit
f =toNuser
3(k 1) f j f
k= fj
j =1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

4) Daerah Kritik (DK)


{
DK = 2 | 2 > 2 (k 1)}
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika 2 DK atau diterima jika 2 DK
(Budiyono, 2004 : 175 178)

3. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini digunakan uji hipotesis dengan Analisis Variansi Dua
Jalan dengan frekuensi sel tak sama, dengan asumsi bahwa populasi berdistribusi
normal dan populasi bervariansi sama, dengan model sebagai berikut:
Xijk = + i + i + ij + ijk
Dengan:
Xijk = penggunaan ke-k di bawah faktor A kategori I dan faktor B
kategori j
i = 1,2 untuk i 1 adalah pembelajaran dengan metode pembelajaran
jarimatika dan i = 2 adalah pembelajaran konvensional.
j = 1,2,3 untuk j = 1 adalah kemampuan awal siswa tinggi, j = 2
adalah kemampuan awal siswa sedang j = 3 adalah kemampuan
awal siswa rendah
k = 1,2,3,........nij ; nij = cacah pengamatan pada sel ij
= rerata dari seluruh data amatan
i = efek faktor A ke kategori i
j = efek faktor B ke kategori j
ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terkait
ijk = deviasi pengamatan terhadap rataan populasinya (ij)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Prosedur penelitian:
a. Hipotesis
1) H0A : i 0 untuk semua i
H1A : paling sedikit ada satu i yang tidak nol
2) H0B : j = 0 untuk semua j
H1B : paling sedikit ada j yang tidak nol.
3) H0AB : ij = 0 untuk semua pasang (ij)
H1AB : paling sedikit ada satu ()ij yang tidak nol
b. Statistik Uji
RKA
1) Fa =
RKG
RKB
2) Fb =
RKG
RKAB
3) Fab =
RKG
dengan :
JKA JKA
RKA = =
dkA p 1
JKB JKB
RKB = =
dkB q 1
JKAB JKAB
RKAB = =
dkAB (p 1)(q 1)
JKG JKG
RKG = =
dkG pq (n 1)
c. Komputasi

b
b1 b2 b3 Total
a
a1 ab11 ab12 a 1b 3 A1
a2 a2b1 a2 a 2b 3 A2
Total B1 B22 B32 G

Keterangan :
commit to user
+sel a1b1 memuat : Xn1; Xn2; ... ; Xnn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

nij : Cacah observasi pada sel abij


a1 : pembejaran dengan metode jarimatika
a2 : pembelajaran konvensional
b1 : kemampuan awal siswa tinggi
b2 : kemampuan awal siswa sedang
b3 : kemampuan awal siswa rendah
1) Menghitung komponen jumlah kuadrat
G2
.=
pq

a) . = SSij
ij

A i2
b) . =
i q

B2j
c) . =
i p

. = ABij
2
d)
ij

Dengan:
N : jumlah cacah pengamatan semua sel
G2 : kuadrat jumlah rerata pengamatan semua sel
2
A1 : jumlah kuadrat rerata pengamatan pad abaris ke-i
2
B1 : jumlah kuadrat rerata pengamatan pada kolom ke-j
ABij : jumlah kuadrat rerata pengamatan pada sel abij
2) Jumlah Kuadrat
JKA = n h {(3) (1)}

JKB = n h {(4 ) (1)}

JKAB = n h {(5) (4 ) (3) + (1)}


JKG = (2) +
JKT = n h {(5) (1)}+ (2 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

3) Derajat Kebebasan
dkA = p1
dkB = q1
dkAB = ( p 1 ) ( q 1 ) = pq = p - q + 1 +
dkT = N1

dengan SSij = X 2

( X )
ijk
2

ijk
k n ijk

= jumlah kuadrat deviasi pengamatan pada sel abij


pq
nh =

ij
1
n ij

= rerata harmonik cacah pengamatan pada semua sel


4) Rataan Kuadrat
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing
diperoleh rataan kuadrat berikut ini :
JKA
RKA =
dkA
JKB
RKB =
dkB
JKAB
RKAB =
dkAB
JKG
RKG =
dkG
d. Statistik Uji
RKA
1) Untuk H0A adalah Fa =
RKG
RKB
2) Untuk H0B adalah Fb =
RKG
RKAB
3) Untuk H0AB adalah Fa =
RKG

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

e. Daerah Kritik ( DK )

Fa = {F F > ; p 1, n pq}
Fa = {F F > ; q 1, n pq}
Fab = {F F > ; (p 1)(q 1), n pq}
f. Keputusan Uji

H0 ditolak apabila Fhit DK


g. Rangkuman Analisis
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber JK DK RK Fobs P
A(Baris) JKA P 1 RKA Fa < atau >
B(Kolom) JKB q1 RKB Fb < atau >
AB(Interaksi) JKAB (p 1)(q 1) RKAB Fab < atau >
G(Galat) JKG (n pq) RKG _ _
Total JKT n1 _ _ _

4. Uji Komparasi Ganda

Dalam uji hipotesis, yang diharapkan adalah penolakan H0. Oleh karena
itu direncanakan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe. Hal ini
dilakukan karena ingin mengetahui perlakuan manakah yang secara signifikan
berbeda dengan yang lain. Metode Scheffe dipilih dengan alasan bahwa metode
ini akan menghasilkan beda rata dengan tingkat signifikansi yang kecil. Jadi uji
komparasi ganda ini digunakan terhadap pasangan baris, setiap pasangan kolom
dan setiap pasangan sel yang daerah kritiknya ditolak.
Langkah-langkah menggunakan metode Scheffe :
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan
hipotesis yang bersesuaian dalam komparasi tersebut.
b. Menentukan tingkat signifikasi.
c. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

1) Untuk komparasi rataan antar baris ke-i dan ke-j

Fi-j =
(X X ) j
2

1 1
RKG +
ni nj
Fi-j = nilai Fobs pada pembagian baris ke-i dan baris ke-j
Xi = rataan baris ke-i ;
Xj = rataan pada baris ke-j
RKG = rataan kuadrat galat dari perhitungan anilisis variansi
nj = ukuran sampel baris ke-i ; nj = ukuran Smpel baris ke-j

2) Untuk Komparasi rataan antar kolom ke-I dan ke-j

3) Fi-j =
(X X )
i j
2

1 1
RKG +
n n
i j

4) Untuk komparasi rataan antar sel ij dan sel kj

Fij-kj =
(X ij X kj ) 2

1 1
RKG +
n
ij n kj
Keterangan:
Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada
sel kj
X ij
= rataan pada baris ke-i
X kj
= rataan pad abaris ke-j
RKG = rataan kuadrat galat
Nij = ukuran sampel baris ke-i
Nkj = ukuran sampel baris ke-j

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

5) Untuk Komparasi rataan antar sel ij dan kj

Fij-jk =
(X ij Xik )
2

1 1
RKG +
n
ij n ik
d. Menentukan tingkat signifikansi ()
e. Menentukan daerah kritik (DK)
{
DKi-j = Fi j Fi j > (p 1)F ;( p i ), n pq }
DKi-k = {F ik Fi k > (q 1)F;( q i ), n pq }
{
DKij-kj = Fij kj Fij kj > (pq 1)F ;( pq i ), n pq }
DKij-ik = {F ij ik Fij ik > (pq 1)F; ( pq i ), n pq }
f. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata.
g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).
(Budiyono, 2000: 208-210)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngaru - Aru 1 dan SD Negeri
Ngaru - Aru II. Tempat penelitian ini berlokasi sangat strategis karena terletak di
pinggir Jalan Raya Semarang - Boyolali. Tepatnya beralamat di Tegalsari
Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Sekolah berdekatan dengan
Kelurahan Ngaru - Aru.
Lingkungan fisik sekolah tempat penelitian cukup baik, hal ini terlihat
dari tata ruang dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada. Diantaranya
ruang kelas, kantor guru, halaman sekolah, kamar mandi, perpustakaan dan UKS.
Halaman sekolah yang luas digunakan sebagai tempat upacara, olahraga, dan
anak anak bermain pada jam waktu istirahat.
Sekolah ini juga memiliki kantin sekolah yang cukup terawat dan terletak
di dalam sekolah yang menjual makanan dan minuman yang cukup lengkap,
sehingga siswa tidak perlu membeli makanan keluar sekolah. Untuk mengindikasi
timbulnya penyakit pada siswa sejak dini, guru juga rajin memantau jajanan yang
dijual di kantin sekolah, sehingga siswa tetap terjaga kebersihan makanannya.
Ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas pembelajaran, SD Negeri Ngaru -
Aru 1 dan SD Negeri Ngaru Aru II sudah cukup baik. Karena ditunjang dengan
jumlah guru yang cukup, yaitu 12 orang terdiri dari : 6 guru kelas, 1 guru agama
islam, 1 guru penjaskes/olahraga, 2 guru bahasa inggris, 1 kepala sekolah, dan 1
penjaga sekolah. Para guru memiliki profesionalitas yang cukup tinggi karena
pengalaman mengajar yang sudah cukup lama. Selain itu, ada diantara guru telah
bersertifikasi, sehingga kinerjanya sudah tidak diragukan lagi. sehingga para wali
siswa tidak perlu khawatir karena anak-anaknya tidak bersekolah di tempat yang
salah.
Dilihat dari prestasi ini, sekolah ini terbilang cukup baik. Pada ujian
UASBNdi SD Negeri Ngaru Aru II masuk rangking 10 besar terus menerus.
commit
Dari hasil lomba SD Negeri Ngaru to Iuser
Aru mendapatkan juara yang cukup baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

yaitu juara tingakat 1 , 2 ,3 lomba melukis di tingkat kabupaten dan tingkat


provinsi se-Jawa Tengah .
Pada tahun ini, yaitu Tahun Ajaran 2009/2010 jumlah siswa SD Negeri
Ngaru Aru 1 sebanyak 221Siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 16 siswa,
kelas II sebanyak 16siswa, kelas III sebanyak 22 siswa, kelas IV sebanyak 14
siswa, kelas V sebanyak 15 siswa, dan kelas VI sebanyak 21siswa.Sedangkan,
jumlah siswa SD Negeri Ngaru Aru 2 sebanyak 205 Siswa, yang terdiri dari
kelas I sebanyak 33 siswa, kelas II sebanyak 39siswa, kelas III sebanyak 42 siswa,
kelas IV sebanyak 37 siswa, kelas V sebanyak 32 siswa, dan kelas VI sebanyak
40siswa. Jumlah siswa tahun ini tidak jauh berbeda dengan jumlah siswa pada
tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata berjumlah 100- 200 siswa tiap tahunnya.

Dari apa yang dilaksanakan guru dalam penyelenggaraan pendidikan,


menunjukkan bahwa guru di SD Negeri Ngaru - Aru1 dan SD Negeri Ngaru Aru
2 memiliki daya kreatif dan inovatif yang cukup tinggi. Ini ditunjukkan dengan
usaha keras guru dalam mengembangkan dan terus mempertahankan sekolah
dasar negeri yang berkualitas dan tidak tertinggal dengan sekolah-sekolah dasar
yang lain. Tetap terpacu untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, namun tetap
mengedepankan iman dan taqwa. Sesuai dengan mutu sekolah yaitu Unggul
dalam prestasi, santun budi pekerti, terampil mengaktualisasi diri, berdasarkan
iman dan taqwa.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan
awal mata pelajaran matematika siswa yang diambil dari nilai hasil tes sebelum
diberikan perlakuan pada materi perkalian bilangan yang hasilnya dua angka di
SD Negeri Ngaru Aru I dan SD Negeri Ngaru Aru II kelas II. Kelas
eksperimen adalah kelas yang digunakan sebagai objek yang diteliti dan diberi
perlakuan (menggunakan metode jarimatika) dalam penelitian. Kelas kontrol
merupakan kelas pembanding untuk kelas eksperimen dan tidak diberi perlakuan
dalam kegiatannya. Sedangkan data keterampilan berhitung diambil setelah
commit to user
dilakukan eksperimen pembelajaran. Selanjutnya data- data yang diperoleh akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut ini adalah uraian mengenai
data data yang diperoleh dari penelitian.
Data tentang kemampuan awal yang digunakan adalah nilai dari tes uji
coba yang diberikan kepada murid murid di SD Negeri Bendan 1, kemudian
digunakan sebagai pre tes pengadaan penelitian.Di dalam penelitian ini sekolah
yang dijadikan dalam penelitian ini SD Negeri Ngaru Aru II dengan jumlah 39
siswa, untuk kelompok kontrol di sekolah SD Negeri Ngaru Aru I dengan
jumlah 32 siswa selanjutnya dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan rata
rata gabungan.Hasil perhitungan rata rata gabungan untuk skor yang lebih dari atau
sama dengan 42,56dikategorikan tinggi dan sedang, rata rata gabungan kurang
dari42,56 dikategorikan rendah. Untuk kelompok eksperimen 4 siswa termasuk
kategori tinggi, 26 siswa kategori sedang dan 9 siswa termasuk kategori
rendah.Untuk kelompok kontrol 4 siswa termasuk kategori tinggi, 26 siswa
kategori sedang dan 2 siswa kategori rendah. ( Data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 24)
Tabel 4.1 Data Keterampilan Berhitung perkalian kelompok eksperimen
No No . Induk Nama Siswa Nilai Kategori Kemampuan
Siswa Awal
1 1158 Alviando Yoga P 65 Sedang
2 1159 Auliya Nurainy P 74 Tinggi
3 1160 Amanda Sofianingtyas 50 Rendah
4 1161 Ahyi Inayan S 60 Sedang
5 1162 Anggita Nur I 69 Sedang
6 1163 Apriyan Nur Selma 46 Rendah
7 1164 Arifah Nurul H 64 Sedang
8 1165 Angit Indra W 50 Rendah
9 1166 Azriel Arsyl A 40 Rendah
10 1167 Deni Fikron M 52 Sedang
11 1168 Dea Putra R 68 Sedang
12 1169 Delia Ayu R 60 Sedang
13 1171 Fawwas Arifin 42 Rendah
14 1172 Febri Nur Ardhianto 42 Sedang
15 1173 Gracia Cita C commit to user 54 Sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

No No . Induk Nama Siswa Nilai Kategori Kemampuan


Siswa Awal
16 1174 Isnaini Maisaroh 65 Sedang
17 1175 I Gede Yudha A 56 Sedang
18 1176 Kiky Amalia R 54 Sedang
19 1177 Luthfi Rivariyanto 58 Sedang
20 1178 Laurensia B P M 64 Sedang
21 1179 Mitha Wahyu S 70 Sedang
22 1180 Mustofa Ardi Y S 68 Sedang
23 1181 Mayang Nurul H 65 Sedang
24 1182 Novia Eka R 48 Rendah
25 1183 Nadiyah Patin N A 64 Sedang
26 1184 Nito Ibnu L N S 58 Sedang
27 1185 Nicholas Augusti C 69 Sedang
28 1186 Putri Qonaatul M 65 Sedang
29 1187 Riyan Candra P 52 Sedang
30 1188 Radya Prananda N 82 Tinggi
31 1189 Rangga Aji P 60 Sedang
32 1190 Rizal Tommy S 58 Sedang
33 1191 Rifki Dewangga K 64 Sedang
34 1192 Salsabila Hasna L A 70 Sedang
35 1193 Satria Buana P 80 Tinggi
36 1194 Sidharta W N 60 Sedang
37 1196 Wahyu Oktavianti 68 Sedang
38 1197 Yuliana Cahya A 60 Sedang
39 1202 Mujtahid Nur Y 63 Sedang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

Tabel 4.2 Data Keterampilan Berhitung perkalian kelompok control


No No . Induk Nama Siswa Nilai Kategori Kemampuan
Siswa Awal
1 1158 Yogik Praasetyo Handoko 52 sedang
2 1159 Akbar Aulia Rahman 66 Tinggi
3 1160 Ahmad Komarrudin 74 Tinggi
4 1161 Ridho Aprika Wibowo 60 Sedang
5 1162 Faqih Yoga Pratama 60 Sedang
6 1163 Dwi Bagus Budi Setyawan 70 Tinggi
7 1164 Dhian Trisati 46 Sedang
8 1165 Aji Tri Nugroho 56 Sedang
9 1166 Yoezer Maranata Pantalo 48 Sedang
10 1167 Hanif Seno Adji 38 Rendah
11 1168 Avita Kumala Sari 52 Sedang
12 1169 Ikhsan 48 Sedang
13 1171 Adam adji Pangestu 44 Sedang
14 1172 Anna silvia 40 Rendah
15 1173 Joko Waluyo 48 Sedang
16 1174 Elva Nova 40 Rendah
17 1175 Wahyu Nofa Aditama 84 Tinggi
18 1176 Limanto Sijabat 56 Sedang
19 1177 Umi 48 Sedang
20 1178 Dedi Tri Kurniawan 56 Sedang
21 1179 Endra Prasetyo 60 Sedang
22 1180 Wimpy Ardinata 48 Sedang
23 1181 Aprillia Dewi Savitri 48 Sedang
24 1182 Rio Prasetyo 72 Tinggi
25 1183 Zet Fawer Sianturi 56 Sedang
26 1184 Tiur Maulina Putri Sitompul 62 Sedang
27 1185 Elyta 42 Sedang
28 1186 Dian Eklesia 36 Rendah
29 1187 Paramitha Sabdaning Dyah 70 Tinggi
30 1188 Dwi Nur Cahyani 48 Sedang
31 1189 Mia 62 Sedang
32 1190 Noviyanto Sigit Purnomo 66 Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

Tabel4.3 Data pengelompokkan Kategori Kemampuan Awal


No Kategori kemampuan awal Nama Siswa
1 Tinggi Auliya Nurainy P
2 Tinggi Satria Buana P
3 Tinggi Radya Prananda N
4 Tinggi Akbar Aulia Rahman
5 Tinggi Ahmad Komarrudin
6 Tinggi Dwi Bagus Budi Setyawan
7 Tinggi Wahyu Nofa Aditama
8 Tinggi Rio Prasetyo
9 Tinggi Paramitha Sabdaning Dyah
10 Sedang Alviando Yoga P
11 Sedang Ahyi Inayan S
12 Sedang Anggita Nur I
13 Sedang Arifah Nurul H
14 Sedang Deni Fikron M
15 Sedang Dea Putra R
16 Sedang Delia Ayu R
17 Sedang Febri Nur Ardhianto
18 Sedang Gracia Cita C
19 Sedang Isnaini Maisaroh
20 Sedang I Gede Yudha A
21 Sedang Kiky Amalia R
22 Sedang Luthfi Rivariyanto
23 Sedang Laurensia B P M
24 Sedang Mitha Wahyu S
25 Sedang Mustofa Ardi Y S
26 Sedang Mayang Nurul H
27 Sedang Nadiyah Patin N A
28 Sedang Nito Ibnu L N S
29 Sedang Nicholas Augusti C
30 Sedang Putri Qonaatul M
31 Sedang Riyan Candra P
32 Sedang Rangga Aji P
33 Sedang Rizal Tommy S
34 Sedang Rifki Dewangga K
35 Sedang commit to user
Salsabila Hasna L A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

No Kategori kemampuan awal Nama Siswa


36 Sedang Sidharta W N
37 Sedang Wahyu Oktavianti
38 Sedang Yuliana Cahya A
39 Sedang Mujtahid Nur Y
40 Sedang Yogik Praasetyo Handoko
41 Sedang Ridho Aprika Wibowo
42 Sedang Faqih Yoga Pratama
43 Sedang Dhian Trisati
44 Sedang Aji Tri Nugroho
45 Sedang Yoezer Maranata Pantalo
46 Sedang Avita Kumala Sari
47 Sedang Ikhsan
48 Sedang Adam adji Pangestu
49 Sedang Joko Waluyo
50 Sedang Yahya
51 Sedang Limanto Sijabat
52 Sedang Umi
53 Sedang Dedi Tri Kurniawan
54 Sedang Endra Prasetyo
55 Sedang Wimpy Ardinata
56 Sedang Aprillia Dewi Savitri
57 Sedang Zet Fawer Sianturi
58 Sedang Tiur Maulina Putri Sitompul
59 Sedang Elyta
60 Sedang Dwi Nur Cahyani
61 Sedang Mia
62 Rendah Amanda Sofianingtyas
63 Rendah Angit Indra W
64 Rendah Azriel Arsyl A
65 Rendah Novia Eka R
66 Rendah Dian Eklesia
67 Rendah Hanif Seno Adji
68 Rendah Anna Silvia
69 Rendah Apriyan Nur Selma
70 Rendah Fawwas Arifin
71 Rendah Elva Nova
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

C. Instrumen Hasil Keterampilan Berhitung Perkalian

1. Data Kemampuan Awal Siswa


Deskripsi data yang disajikan adalah data kemampuan awal siswa dan data
keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka. Data kemampuan awal
siswa diambil sebelum dilakukan penelitian baik pada kelompok eksperimen
maupun pada kelompok kontrol.Sedangkan data keterampilan berhitung perkalian
yang hasilnya dua angka siswa setelah dilakukan eksperimen pembelajaran
matematika.
Tabel 4.3Dekripsi Data Kemampuan Awal Siswa
Variabel Eksperimen Kontrol
Anggota Sampel 39 32
Nilai mean 6,100 5,513
Nilia Median 61 42
Nilai Modus 60 48
Nilai Max 80 84
Nilai Min 40 38
Standar Deviasi 0,928 1,160

Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24


Berdasarkan data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi,sedang, dan
rendah . Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen mendapatkan nilai
rata-rata 6,100 dan kelompok kontrol mendapatkan nilai rata-rata5,513.

2. Data Keterampilan Berhitung Perkalian Matematika


a. Data Keterampilan Berhitung Matematika Kelompok Eksperimen
Data keterampilan berhitung matematika untuk kelompok
eksperimen yaitu 39 siswa kelas dua SD Negeri Ngaru Aru II .Dari 39
siswa untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai mean 69, 871 , median
74, modus 85 , nilai maksimum 97, nilai minimum 40 dan standar
commit to user
deviasi 16, 969. Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

menjadi tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi,


sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25
b. Data Keterampilan Berhitung Matematika Kelompok Kontrol
Data keterampilan berhitung untuk kelompok kontrol yaitu 32
siswa kelas dua SD Negeri Ngaru Aru I. Dari 32 siswa untuk kelompok
kontrol diperoleh nilai mean 71, 974, median 66,5, modus 72, nilai
maksimum 92, nilai minimum 50, standar deviasi 12, 09.Berdasarkan
data tersebut siswa juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendash.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25
Tabel 4.4 Deskripsi data keterampilan berhitung perkalian
matematika
No Kelompok Rerata Simpanan Baku N
1 Keterampilan berhitung 69,871 0,928 39
perkalian eksperimen
2 Keterampilan berhitung 71, 974 12, 09 32
perkalian kontrol

c. Hasil Uji Coba Instrumen


Pengumpulan data mengenai skor keterampilan berhitung
perkalian dengan metode tes yang terlebih dahulu diuji cobakan terhadap
33 siswa di SD Negeri Bendan Uji coba dilakukan untuk memperoleh
validitas, reabilitas, konsistensi internal dan tingkat kesukaran.
1. Tes Keterampilan Berhitung
a. Validitas
Untuk menguji validitas soal keterampilan berhitung menggunakan
validitas konstruksi.Untuk uji validitas dilakukan dengan cara
mengkorelasikan jumlah skor faktor dan skor total. Soal yang digunakan
dalam tes sebanyak 20 soal , setelah diuji cobakan ada 5 soal yang tidak
valid, untuk uji coba kedua soal sebanyak 20 soal ada 2 soal yang tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

valid.Untuk menguji tes keterampilan berhitung soal yang digunakan


sebanyak 18 soal, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran.
( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15)
b. Reliabilitas
Reliabilitas soal tes keterampilan berhitung dinyatakan dengan
korelasi ( r) yang diukur dengan rumus Kuder Richardson 20 yang
dikenal dengan rumus K- R 20. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
indeks reliabilitas r 11= 0,839 dan jika r11 0,344 maka instrumen dapat
dipakai untuk pengukuran. ( perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 15)
c. Daya Pembeda
Daya pembeda masing- masing butir soal dilihat dari korelasi
antara skor butir butir tersebut dengan skor totalnya. Dari 20 butir soal
keterampilan berhitung ada 2 butir soal sehingga 18 butir soal yang
dipakai.
d. Tingkat Kesukaran
Derajat kesukaran digunakan untuk tes keterampilan berhitung dari
20 butir soal diperoleh 7 soal dikategorikan sedang dan 11 soal
dikategorikan mudah.
( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16)
2. Angket
a.Validitas
Untuk menguji validitas soal angket kemampuan awal
menggunakan validitas konstruksi.Untuk uji validitas dilakukan dengan
cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dan skor total dan soal yang
disebarkan sebanyak 20 , soal termasuk valid dan diperoleh indeks
reliabilitas r11 = 0,332dan jika r11 0,235 maka instrumen dapat dipakai
untuk pengukuran. ( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 14)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87

a. Reliabilitas
Reliabilitas soal tes kemampuan awal dinyatakan dengan
teknik alpha yaitu dengan membelah instrumen menjadi n bagian yng
berarti masing masing bagian terdiri dari satu butir saja kemudian
masing- masing bagian dicari variansi skornya serta variansi totalnya
dan diperoleh indeks reliabilitas r11 = 0,700705 dan jika r11 0,254
maka instrumen dapat dipakai untuk pengukuran. ( perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14)
b. Konsistensi Internal
Konsistensi internal masinng- masing butir soal dilihat dari
korelasi antara skor butir butir tersebut dengan skor totalnya, jika
indeks konsistensi internal r XY 0, 254 maka butir soal tersebut tidak
dipakai.Dari 20 butir soal kemampuan awal yang harga r XY 0, 254
ada 20 butir yasng dipakai semuanya. ( perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran
2. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Pengujian Persyaratan Eksperimen

Uji persyaratan eksperimen menggunakan uji keseimbangan.


Data untuk uji keseimbangan ini diambil dari kemampuan awal siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Table 4.6 Rataan dan Variansi
Banyaknya
Kelompok Rataan Variansi
Siswa
Eksperimen 39 6,100 5,513
Kontrol 32 5,513 1,160

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel


penelitian yang dikenai metode pembelajaran yaitu kelompok
eksperimen ( pembelajaran dengan metode jarimatika ) dan kelompok
kontrol (pembelajaran commit
denganto metode
user konvensional ) mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

kemampuan matematika yang sama. Sebelum dilakukan uji


keseimbangan perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan
tujuan menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors
dengan taraf signifikan 0,05. Dari metode tersebut diperoleh statistik uji
sebagai berikut :

Tabel 4.7 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Jumlah
Sampel Lhit Ltab Keputusan Uji
Siswa
Kelompok 39 0,132 0.142 Ho tidak ditolak
Eksperimen
Kelompok 32 0,1331 0.157 Ho tidak ditolak
Kontrol

Dari tabel tampak bahwa Lhit untuk masing-masing sampel


tidak melebihi dari Ltab sehingga keputusan adalah Ho tidak ditolak
dengan kesimpulan bahwa masing-masing sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat di Lampiran 24 untuk normalitas kelas eksperimen, sedangkan
kelas kontrol pada Lampiran 25.
Hasil uji keseimbangan keadaan awal dengan menggunakan uji-t
diperoleh t obs = 1.475 bukan anggota daerah kritik

DK = { t | t < 2.016 atau t > 2.016 } maka Ho tidak ditolak. Hal


ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari
dua populasi yang memiliki keadaan awal sama sehingga bisa
disimpulkan kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran26.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

1. Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors. Taraf signifikan
yang digunakan adalah 0,05. Sehingga diperoleh harga statistik uji
berikut ini :
Tabel 4.8Hasil Analisis Uji Normalitas
Keputusan
Sumber n Lmaks Ltab Kesimpulan
Uji
Eksperimen 39 0,132 0.142 Ho tidak
Normal
ditolak
Kontrol 32 0,1331 0.157 Ho tidak
Normal
ditolak

Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa semua harga Lmaks bukan


merupakan anggota daerah kritik untuk masing-masing sumber,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya untuk uji normalitas
kelompok eksperimen, kontrol, kemampuan awal tinggi, sedang dan
rendah berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 29, 30, 32 33, dan
34.
b.Uji Homogenitas
Uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel random
data keterampilan berhitung kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol mempunyai variansi yang sama. Demikian juga apakah sampel
random data hasil keterampilan kategori kemampuan awal tinggi ,
sedang dan rendah mempunyai variansi yang sama.
Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan metode
Bartlett dengan realistik uji Chi Kuadarat dengan taraf signifikan yang
digunakan adalah 0,05 diperoleh hasil uji homogenitas sebagai berikut
ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Homogenitas


Keputusan
Sumber K 2 obs 2 tabel Kesimpulan
Uji
Metode 2 0,998 43,775 H0 tidak Homogen
pembelajaran ditolak

Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa semua harga 2 obs bukan merupakan
anggota daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari
populasi yang homogen. Perhitungan homogenitas model pembelajaran dapat
dilihat pada Lampiran 31, homogenitas angket pada Lampiran 35.
3. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis, menunjukkan bahwa
sampel berasal dari populasi yang berdisribusi normal dan homogen.
Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama ( 2 x 3 ) untuk hasil keterampilan berhitung . Hasil perhitungan
analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.10Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Keputusan
Sumber JK dK RK Fobs F
Uji
Metode 789,84 1 789,84 8,135 4,00 Ditolak
Pembelajaran(A)
Kemampuan 1402,53 2 701,265 7,22 3,15 Ditolak
Awal (B)
Interaksi (AB) 141,71 2 70,855 0,73 3,15 Diterima
Galat (G) 5631,6 65 97,09 8,135
Total 7965,68 70
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.10 dapat diperoleh
informasi sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

a. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak


Terdapat perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat. Hal
ini berarti kedua metode pembelajaran memberikan pengaruh yang
sama terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua
angka.
b. Pada efek utama kolom (B), H0B ditolak.
Ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap variabel terikat.
Hal ini berarti ketiga kategori kemampuan awal siswa memberikan
pengaruh yang terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya
bilangan dua angka.
c. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB diterima.
Tidak terdapat interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel
terikat yaitu antara penggunaan metode pembelajaran dan kemampuan
awal siswa terhadap tentang keterampilan berhitung perkalian hasilnya
bilangan dua angka.
(Perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Lampiran 36 dengan tata
letak data pada Lampiran 28).

2. Uji Komparasi Ganda


Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak
sama diperoleh bahwa Ho ditolak, jika Ho ditolak maka perlu dilakukan
uji lanjut pasca anava, yaitu uji komparasi ganda untuk melacak
perbedaan rerata khususnya untuk uji hipoitesis yang kedua. Dalam
penelitian ini uji lanjut menggunakan uji komparasi ganda dengan metode
Scheffe. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji komparasi
ganda menggunakan metode Jarimatika. Tujuan utama dari metode ini
adalah untuk melakukan pelacakan terhadap beda rerata setiap pasang
baris, setiap pasang kolom, dan setiap pasang sel.

1.Uji Komparasi Antar Kolom


Berdasarkan perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel
commit to user
tak sama efek utama kolom (B) HoB ditolak. Karena HoB ditolak berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung


perkalian hasilnya bilangan dua angka. Oleh karenanya perlu dilakukan
uji komparasi ganda untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan
kolom. Hasil perhitungan uji pasca anava disajikan dalam Tabel 4.11
Tabel 4.11Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Komparasi Fobs F0.05;2;68 Keputusan Uji

1 vs 2 8,135 4,00 Ho ditolak

1 vs 3 7,22 3,15 Ho ditolak

2 vs 3 0,73 3,15 Ho diterima

Berdasarkan rangkuman hasil yang diperoleh dari Tabel diatas dapat


disimpulkan bahwa:
a Ho ditolak karena F.1. 2 = 8,135 > 4,00= F0.05;2;68 Hal ini berarti ada

perbedaan rataan yang signifikan antara metode mengajar.


b Ho ditolak karena F.1. 3 = 7,22 > 3.15= F0.05;2;68 . Hal ini berarti ada

perbedaan rataan yang signifikan antara kemampuan awal siswa


terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka.
c Ho diterima karena F. 2. 3 = 0,73 < 3.15 = F0.05;2;68 . Hal ini berarti tidak

ada perbedaan rataan yang signifikan antara kedua metode pembelajaran


dan kemampuan siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian
hasilnya bilangan dua angka.
Dengan demikian dari ketiga kategori kemampuan awal siswa
yaitu tinggi, sedang, rendah tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda
terhadap kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung
perkalian hasilnya bilangan dua angka.

a. Uji Komparasi Antar Sel


Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh H0AB
tidak ditolak berarti tidak adacommit
interaksi antara metode pembelajaran dengan
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

kemampuan awal belajar siswa. Oleh karena itu, uji komparasi ganda pasca
anava antar sel tidak dilakukan.
Berdasarkan uji analisis di atas maka dapat diketahui bahwa tidak
adanya interaksi antara metoe pembelajaran dengan kemampuan awal belajar
siswa mungkin dikarenakan:
a. tingkat inteligensi siswa dimungkinkan lebih menentukan kemampuan siswa
untuk memahami suatu permasalahan sehingga siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi dan tingkat intelegensi yang relatif rendah keterampilan
berhitung juga rendah.
dimungkinkan juga faktor yang ada dalam diri siswa yaitu pada saat pengisian
angket turut mempengaruhi hasil nilai angket misalnya pengisian jawaban tidak
sesuai pada kondisi yang sebenarnya dialami oleh siswa. Hal ini akan
mempengaruhi skor angket yang diperoleh siswa.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data


Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas dapat
dijelaskan ketiga hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis anava dua jalan sel tak sama untuk efek utama faktor A (
metode pembelajaran ) diperoleh harga statistic uji Fobs = 8,135 dan F =
4,00, ternyata F obs > F sehingga Fobs DK dengan demikian Ho A
diterima.Hal ini berarti tingkat signifikansi = 0,05 terdapat perbedaan
antara kedua metode pembelajaran terhadap keterampilan berhitung. Hal ini
sesuai dengan hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa
Terdapat perbedaan hasil keterampilan berhitung yang menggunakan
metode pembelajaran jarimatika dengan menggunakan metode konvensional
Melihat hasil rataan marginal antara rerata hasil keterampilan berhitung
dengan menggunakan metode pembelajaran jarimatika diperoleh 76
sedangkan rerata hasil keterampilan berhitung perkalian matematika dengan
metode konvensional diperoleh 68,47. Tampak bahwa rerata hasil
commit to
keterampilan berhitung perkalian user
matematika dengan metode jarimatika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

lebih tinggi daripada rerata hasil keterampilan berhitung perkalian


matematika dengan metode konvensional. Hal ini sesuai dengan hipotesis
penelitian, hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor diantarannya
penggunaan metode jarimatika memberikan kemudahan dalam menghitung
perkalian dan tidak membebani otak sehingga menghasilkan keterampilan
berhitung perkalian yang berbeda beda lebih bagus.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
jarimatika menghasilkan keterampilan berhitung perkalian yang tinggi
daripada keterampilan berhitung perkalian dengan menggunakan metode
konvensional pada siswa kelas 2 pada materi perkalian yang hasilnya dua
angka.

2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama untuk efek utama
faktor B ( Kemampuan Awal ) diperoleh harga statistik uji Fobs = 7,22 dan
Ftabel = 3,15 , ternyata F obs > F tbel sehingga Fobs DK dengan demikian Ho
B ditolak.Hal ini berarti pada tingkat signifikansi = 0,05 terdapat
perbedaan efek kemampuan awal yang berbeda beda terhadap
keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka.Karena Ho B
ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu komparasi ganda.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20.
Hal ini sesuai dengan hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan
bahwa Terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang dan rendah.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dengan kolom 3 diperoleh
bahwa F1 2 = 17,13 dan F tab = 56,3 , ternyata F 1- 2 > Ftab sehingga F 1- 2
DK dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi
= 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan
keterampilan berhitung berbeda dengan siswa yang mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

kemampuan awal sedang dan rendah pada materi perkalian yang hasilnya
dua angka.
Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada tabel 4.6,diperoleh
rata-rata hasil keterampilan berhitung matematika yang mempunyai
kemampuan awal tinggi sebesar 83,9, sedang rerata hasil belajar siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 69,7, dan rerta hasil belajar
siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 72,57. Ini
menunjukkan bahwa rerata keteampilan berhitung perkalian matematika
pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinnggi daripada
rerata hasil keterampilan berhitung matematika yang mempunyai
kemampuan awal sedang. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang
mempunyai kemamuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang
memadai, lingkungan yang mendukung dan kondisi mental anak, sehingga
siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi
maupun secsra konsep.Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan
kemampuan awal tinggi mempunyai hasil keterampilan berhitung
matematika yamg lebih baik daripada hasil keterampilan berhtung
matematika siswa yang mempunyai kemampuan aweal sedang pada materi
perkalian yang hasilnya dua angka.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom3 diperoleh bahwa
F1 3 = 5,44 dan F tabel = 6,3 , ternyata F 1- 3 > Ftab sehingga F 1- 3 DK
dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi =
0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan
keterampilan berhitung matematikanya berbeda dengan siswa yang
mempunyai kemampuan awal rendah pada materi perkalian yang hasilnya
dua angka.
Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada tabel40 diperoleh
rata-rata hasil keterampilan berhitung matematika yang mempunyai
kemampuan awal tinggi sebesar 168,5,sedang rerta hasil belajar siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 139,25dan serta hasil belajar
commit to user
siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 102,5. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

96

menunjukkan bahwa rerata keteampilan berhitung perkalian matematika


pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada
rerata hasil keterampilan berhitung matematika yang mempunyai
kemampuan awal sedang.Hal ini dimungkinkan karena siswa yang
mempunyai kemamuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang
memadai, lingkungan yang mendukung dan kondisi mental anak, sehingga
siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi
maupun secsra konsep, sedang pada siswa dengan kemampuan awal rendah
materi prasyarat yang dimiliki sangat minim dan lingkungan kurang
mendukung sehingga siswa dengan kemampuan awal rendah,lambat untuk
menguasai matei yang diberikan.Siswa dengan kemampuan awal rendah
mengalami kesulitan untuk memahami materi yang baru karena tidak dapat
menghubungkan antara konsep baru denaga konsep lama. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil
keterampilan berhitung yang lebih baik dari siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah pada materi perkalian yang hasilnya dua angka.
Dengan demikian siswa dengan kemampuan awal tinggi,sedang akan
lebih baik memahami materi selanjutnya dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai hasil keterampilan berhitung matematika siswa kemampuan
rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh harga statistik uji
Fab= 0,73 dan Ftabel =3,15 ternyata Fab < Ftabel sehingga Fab DK dengan
demikian Ho ab ditolak .Hal ini berarti pada tingkat signifikan =0,05 tidak
terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran terhadap
keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka . Hal ini sesuai
dengan hipotesis ketiga dalam penelitian ini mengatakan bahwa Perbedaan
rataan yang signifikan antara tiap-tiap kategori kemampuan awal siswa
konsisten dengan hasil keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua
angka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

97

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh metode pembelajaran


terhadap hasil keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka
tidak tergantung oleh kemampuan awal.Dengan kata lain perbedaan hasil
keterampilan berhuitung perkalian yang hasilnya dua anagka dengan
menggunakan metode jarimatika dan konvenxsional , konsisten pada tiap-
tiap kategori kemampuan awal dan keterampilan berhitung matematika
antara tiap-tiap kata beri kemampuan awal siswa konsisten pada metode
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran jarimatika. Artinya siswa
yang diberi pembelajaran matematika dengan metode jarimatika mempunyai
hasil keterampilan berhitung yang lebih tinggi daripada siswa yang diberi
metode pembelajaran konvensional baik secara umum maupun ditinjau dari
kategori kemampuan awal.

E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu penulis
kemukakan, ini dimaksudkan agar dalam penggunaan hasil penelitian taidak
terdapat persepsi yang salah. Keterbatasan-keterbatasan yang dimaksud
berkaitan dengan beberapa aspek yaitu subjek penelitaian, metode
pembelajaran, pelasanaan eksperimen dan pengambilan data hasil
keterampilan berhitung maematika.
1. Populasi dalam penelitian ini terbatas pada SD Negeri sekecamatan
Banyudono sehingga dapat menghemat waktu.
2. Metode pembeljaran dalam penelitian ini terbatas pada metode
pembelajran jarimatika dan metode pembelajaran konvensional sehingga
mengabaikan metode pembelajaran yang lain Ada kemungkinan metode
pembelajaran lain dapat lebih meningkatkan hasil keterampilan berhitung
matematika
3. Pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini mengalami keterbatasan
peneliti hanya dapat mengajar dua sekolah sampel. Dalam hal ini peneliti
menjelasakan dan memberikan semua perangkat pembelajaran untuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

98

mengajar. Dan tidak dapat mengontrol semua kegiatan pembelajaran di


kelas karena keterbatasan waktu.
4. Selama pengerjaan soal tes uji coba instrumen maupun tes hasil
keterampilan berhitung perkalian ada kemungkinan sisa bekerjasama
karena keterbatasan waktu . Ini memungkinkan hasil tes uji coba dan hasil
keterampilan berhitung perkalian kurang murni.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

1. SIMPULAN

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis penelitian


yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan keterampilan berhitun g antara pembelajaran matematika
yang menggunakan metode pembelajaran jarimatika dengan metode
pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan a wal
sedang dan rendah.
3. Tidak ada interaksi antara kedua metode pembelajaran dan kemampuan awal
terhadap keterampilan berhitung.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama ditolak, sedangkan hipotesis
kedua ditolak dan ketiga diterima.
B.IMPLIKASI
Berdasarkan dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa penggunaan
metode pembelajaran Jarimatika dapat mempengaruhi keterampilan berhitung
perkalian hasilnya bilangan dua angka pada siswa kelas II SD Negeri
Sekecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Dengan
demikian, pengunaan metode Jarimatika perlu dikembangkan penggunaanya
dalam pembelajaran di sekolah dasar maupun sekolah untuk jenjang di atasnya.
Keberhasilan ini dimungkinkan karena dalam pembelaj aran yang
mengunakan Metode Jarimatika, siswa dapat menghitung perkalian dengan
menggunakan tangannya lebih cepat, anak lebih bersemangat untuk mencapai
keberhasilan dalam belajarnya, dan dapat membuat anak tidak bosan dan senang
dalam mengikuti pembelajaran. Siswa diberikan latihan dalam mengerjakan soal
serta melakukan perhitungan yang dapat meningkatkan keterampilan dalam
berhitung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Berpijak dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa keterampilan berhitung


perkalian yang hasilnya bilangan dua angka secara umum baik, hal ini terbukti
dengan adanya keterampilan berhitung siswa mendapatkan nilai yang bagus.
Secara teori, proses pembelaja ran sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai
oleh siswa. Karena peningkatan kualitas proses yang baik tentu akan diikuti oleh
peningkatan pada kualitas hasil pembelajaran itu sendiri.
Dalam pembelajaran matematika seorang guru atau calon guru harus
mengetahui kemampuan awal. Kemampuan awal adalah kemampuan yang
dimiliki siswa yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan baru yang lebih
tinggi tingkatannnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan efek kemampuan awal siswa terhadap ke terampilan berhitung
matematika. Keterampilan berhitung matematika siswa yang mempunyai
kemampuan awal yang tinggi lebih baik daripada keterampilan berhitung
matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan keterampilan
berhitung matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik
daripada keterampilan berhitung matematika siswa yang mempunyai kemampuan
awal rendah.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan guru dan calon guru
untuk meningkatkan kualitas proses belajar meng ajar dan membenahi dirinya
sehubungan dengan pembelajaran yang telah dilakukan dengan keterampilan
berhitung siswa yang telah dicapai. Keterampilan berhitung siswa dapat
ditingkatkan dengan memperhatikan metode pembelajaran yang tepat dan
kemampuan awal siswa.

C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada Siswa
Siswa hendaknya memperlihatkan terkait materi yang disampaikan oleh guru.
Seorang siswa diharapkan untuk beradaptasi dengan b aik berkaitan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

metode pembelajaran yang digunakan guru, sehingga keterampilan berhitung


matematika lebih maksimal. Selain itu, siswa juga harus membekali diri
dengan belajar atau membaca materi yang akan disampaikan pada pertemuan
selanjutnya.
2. Kepada Guru
Guru dalam proses pembelajaran hendaknya lebih banyak melibatkan siswa,
guru sebatas fasilitator dan motivator, guru tidak menguasai atau mendominasi
seluruh proses pembelajaran. Hendaknya guru mengikuti perkembangan
pembelajaran matematika dengan le bih aktif dan kreaktif, terlibat dalam
kegiatan guru, membaca buku -buku tentang metode-metode pembelajaran,
jurnal-jurnal penelitian pendidikan dan lain -lain, sehingga guru mampu
mengajar dengan menggunakan metode atau strategi pembelajaran matematika
dan dalam memilih metode hendaknya guru memperlihatkan faktor -faktor
yang mempengaruhi proses dan keterampilan berhitung siswa. Di antaranya
memperlihatkan kemampuan awal siswa sehingga dalam proses pembelajaran
hasil yang diperoleh dapat lebih optimal.

3. Kepada Orang Tua Siswa


Orang tua siswa hendaknya membangun suasana belajar dan menciptakan
lingkungan belajar yang baik dirumah sehingga siswa dapat belajar dengan
baik, sehingga keterampilan berhitung siswa lebih optimal.
4. Kepada Peneliti
Perlu diadakan penelitian yang sejenis dengan cakupan materi pelajaran yang
lebih luas serta melibatkan variabel penelitian yang lebih banyak.

commit to user

Вам также может понравиться