Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
Oleh
Kelompok 14
1
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
MAKALAH
Oleh:
Nur Winingsih 132310101020
Umy Rufaida 142310101085
Rosita Amalia DL 142310101094
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1 Latar Belakang........................................................................................ 1
2 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
1 Contoh Kasus Defisit Perawatan Diri................................................... 3
2 Pengertian Defisit Perawatan Diri ........................................................ 3
3 Psikopatologi atau Psikodinamika........................................................ 8
4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan ....................................... 10
5 Penatalaksanaan ................................................................................... 10
BAB 3. PENUTUP ...................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 14
3.2 Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15
4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan
diri dan memberi pengetahuan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan kepada
klien dengan gangguan defisit perawatan diri.
1
a. Mampu melakukan pada pengkajian klien dengan gangguan defisit perawatan
diri.
b. Mampu membuat analisa data pada klien dengan gangguan defisit perawatan
diri.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan defisit
perawatan diri.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien denga gangguan
defisit perawatan diri.
e. Mengetahui teori dan konsep gangguan defisit perawatan diri.
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
3
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri
secara mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar
mandi.
b. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias
untuk diri sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,
menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.
c. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan, menangani
perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan
makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil
makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau menggunakan
pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan menyiram toilet atau kamar kecil.
4
c. ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
d. ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB
atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB atau BAK.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktulisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Rentang Respon
2.3 Psikopatologi/psikodinamika
Psikodinamika terjadinya deficit perawatan diri dijelaskan dengan
menggunakan model stress adaptasi stuart secara khusus pada pengkajian untuk
menjelaskan faktor predisposisi, faktor prespitasi, penilaian stressor, mekanisme koping,
dan sumber koping. Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
5
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal
hygienedipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Citra tubuh (Body Image) penampilan umum pasien dapat menggambarkan
pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan
konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang
baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart &
Sudeen, 1999 dalam setiadi, 2005). Citra tubuh dapat berubah, karena operasi,
pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha
ekstra untuk meningkatkan hygiene dimana citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Body image seseorang berpengaruhi dalam
pemenuhan personal hygiene karena adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien
berhubungandapat mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik
personal hygiene.Perawat harus menentukan apakah pasien dapat menyediakan
bahan-bahan yangpenting seperti deodorant, sampo, pasta gigi, dan kosmetik.
Perawat juga harus menentukan jika penggunaan dari produk-produk ini
merupakan bagian darikebiasaan sosial yang dipraktekkan oleh kelompok sosial
pasien.
c. Status sosial ekonomi menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi
(2008),pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
menyediakanfasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk
menunjang hidup dankelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi
seseorang mempengaruhi jenisdan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk
6
melakukan personal hygiene yang baikdibutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai, seperti kamar mandi, peralatanmandi, serta perlengkapan mandi yang
cukup (mis. sabun, sikat gigi, sampo, dll).
d. Pengetahuan. Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang
pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik
hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga
harus termotivasi untuk memelihara personal higiene. Individu dengan
pengetahuan tentang pentingnya personal higene akan selalu menjaga
kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit
(Notoatmodjo, 1998 dalam pratiwi, 2008).
e. Kebudayaan Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan
perawatan personal higiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang
berbeda, mengikuti praktek perawatan personal higiene yang berbeda.
Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan defenisi tentang kesehatan
dan perawatan diri. Dalam merawat pasien dengan praktik higiene yang
berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk
menentukan standar kebersihannya (Potter & Perry, 2005).
f. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang setiap pasien memiliki keinginan
individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan
perawatan rambut. Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani
operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan
personal higiene. Seorang pasien yang menggunakan gips pada tangannya atau
menggunakantraksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap. Kondisi
jantung, neurologis,paru-paru, dan metabolik yang serius dapat melemahkan
atau menjadikan pasien tidak mampu dan memerlukan perawatan personal
higiene total.
Proses terjadinya defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya proses berfikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan
diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting
(buang air besar [BAB] atau buang air kecil [BAK] secara mandiri.
7
Pohon Masalah
8
- ketidakmampuan mengakses kamar mandi
- ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
- ketidakmampuan mengatur air mandi
- ketidakmampuan mengeringkan tubuh
- ketidakmampuan menjangkau sumber air
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian
Batasan Karakteristik
- hambatan memilih pakaian
- hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan
- hambatan mengambil pakaian
- hambatan menggenakan pakaian pada bagian tubuh atas
- hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah
- hambatan menggunakan alat bantu
- hambatan menggunakan resleting
- ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis., blus, kaos kaki, sepatu)
- ketidakmampuan memadupadankan pakaian
- ketidakmampuan mengancing pakaian
9
2. Farmakoterapi
a. Golongan trisiklik, seperti: amitryptylin, imipramine, clomipramine dan
opipramol.
b. Golongan tetrasiklik, seperti: maproptiline, mianserin dan amoxapine.
c. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine
Oxsidase-A), seperti: moclobemide.
d. Golongan atipikal, seperti: trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
e. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti: sertraline,
paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
2.5.2 Pelaksanaan Terapi Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien :
NOC: Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien mampu
mengatasi masalah defisit perawatan diri
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien
mampu:
1. Klien terbebas dari bau badan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs
3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
1. BHSP kepada klien
a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b) Perkenalkan diri kepada klien dan tanyakan nama panggilan
klien yang disukai
c) Buat kontrak asuhan keperawatan yang akan perawat
lakukan bersama klien, lamanya waktu, dan tempat
pelaksanaan asuhan.
d) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
e) Yakinkan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi.
f) Tunjukkan sikap empati terhadap klien.
Rasional : Rasa saling percaya adalah fasilitas untuk ekspresi
pikiran/ perasaan secara terbuka
2. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
a) Ketahui kekuatan pribadi klien
b) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
10
c) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
3. Bantu klien menilai kemampuan yang dimiliki klien
a) Dorong klien untuk melakuan aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan yang dimiliki
b) dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya
c) ajarkan klien/keluarga untuk mendorong kemandiria, untuk
memberikan bantuan hanya jika klien tidak mampu
melakukannya.
4. Bantu klien untuk dapat memilih atau menetapkan kegiatan
a) berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan
b) pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
c) sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
5. Berikan reinforcement positif pada klien
a) Kaji perubahan-perubahan terbaru pada klien yang dapat
berpengaruh terhadap perawatan diri
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
setelah pelaksanaan kegiatan
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan klien
Rencana Tindakan Keperawatan pada Keluarga :
a. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kurang perawatan diri
b. Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan
cara perawatan diri yang baik, maka Anda harus
melakukan tindakan keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar
kemapuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat.
Tindakan yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai
berikut :
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat pasien
11
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk
mengurangi stigma
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk
menjaga perawatan diri pasien
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri
pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam
merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati)
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas
keberhasilan pasien dalam merawat diri
6) Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit
perawatan diri
12
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang
terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri
secaramandiri. Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala
meliputi kurang perawatan diri mandi atau hygiene, kurang perawatan diri berpakaian
atau berhias, kurang perawatan diri makan, dan kurang perawatan diri toileting. Kurang
perawatan diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala gangguan kebersihan diri,
ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan
kotor. Kedua, ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut
acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-
laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan. Ketiga, ketidakmampuan
makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri,
makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya. Keempat, ketidakmampuan
BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang optimal, salah satunya asuhan keperawatan jiwa. Mahasiswa harus
mampu memahami konsep dasar gangguan perawatan diri dan mampu melakukan
praktik asuhan keperawatan yang sesuai, sehingga mereka akan berkompeten dalam
memberikan asuhan keperawatan jiwa gangguan perawatan diri pada saat terjun ke
dunia kerja nanti.
13
DAFTAR PUSTAKA
Potter and Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta :
EGC.
Wilkinson, J. M. et al. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M. et al. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta: ECG.
14