Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL SURVEI

a. Bagian Pemilihan Barang


1. Fisik : pencahayaan yang kurang dari lampu serta hanya mengandalkan
cahaya matahari dapat mengganggu visualiasi dari pekerja dan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Pengaturan temperature yang hanya
menggunakan kipas angin berukuran kecil dapat mengganggu
kenyamanan pekerja.

2. Kimia : Partikel debu yang dihasilkan dari industri meubel biasanya


berasal dari proses penggeregajian dan pengamplasan.

3. Biologi : faktor kebersihan dan pencahayaan yang kurang baik dapat


mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk yang dapat menganggu
pekerja dalam melakukan setiap jenis pekerjaan. Hygen perorangan juga
kurang baik mengingat tidak tersedianya tempat cuci tangan.
4. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah dapat mengakibatkan
penyakit musculoskeletal.

5. Psikososial : Pekerjaan yang berulang, kerja berlebih, pertanggung


jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik.

6. Alat yang digunakan : tidak ada alat khusus yang digunakan dan hanya
menggunakan tangan.

7. Alat pelindung diri : Tidak ada APD yang digunakan oleh karyawan

8. Pemeriksaan kesehatan : belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam


perusahaan. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus).

9. Rambu K3 ditempat kerja : Belum ada tentang peraturan K3 di tempat


kerja, tidak terdapat petugas K3 dan rambu-rambu penggunaan APD.

10. Keluhan kesehatan atau sakit : Keluhan atau penyakit yang sering terjadi
pada pegawai yaitu keluhan sakit punggung, tidak ditemukan surat izin/
cuti sakit.

11. Upaya K3 lainnya : Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan upaya
kesehatan keelamatan kerja bagi para pekerja mebel.

12. Pencegahan penganggulanagan kebakaran : Belum ada komitmen dan


kebijakan pimpinan mengenai pelatihan kebakaran dan tidak ditemukan
alat pemadaman kebakaran.

13. Konstruksi bangunan : lantai yang digunakan hanya berupa tanah dan
tidak terdapat plafon. Sementara konstruksi lainnya seperti
dinding,pintu,ventilasi,kamar mandi dalam kondisi baik.
14. Hygenitas : terdapat tempat sampah pada setiap proses pengerjaan, tempat
cuci tangan tidak tersedia dan hal ini akan berpengaruh pada hygenitas
perorang pekerja.

b. Bagian Pemotongan Kayu


1. Fisik : pencahayaan yang kurang dari lampu serta hanya mengandalkan
cahaya matahari dapat mengganggu visualiasi dari pekerja dan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Pengaturan temperature yang hanya
menggunakan kipas angin berukuran kecil dapat mengganggu
kenyamanan pekerja. Factor bising dari suara mesin pemotong dapat
menimbulkan gangguan pada pendengaran pekerja.

2. Kimia : Debu jalan, dan debu kayu

3. faktor kebersihan dan pencahayaan yang kurang baik dapat mempengaruhi


perkembangbiakan nyamuk yang dapat menganggu pekerja dalam
melakukan setiap jenis pekerjaan. Hygen perorangan juga kurang baik
mengingat tidak tersedianya tempat cuci tangan.

4. Ergonomik : Posisi yang sama dan lama dalam pemotongan kayu

5. Psikososial : Pekerjaan yang berulang, kerja berlebih, pertanggung


jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik

6. Alat yang digunakan : menggunakaan tangan untuk alat gergaji dan


menggunakan mesin pemotong kayu.

7. Alat pelindung diri : Tidak ada APD yang digunakan oleh karyawan

8. Pemeriksaan kesehatan : belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam


perusahaan. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus).
9. Rambu K3 ditempat kerja : Belum ada tentang peraturan K3 di tempat
kerja, tidak terdapat petugas K3 dan rambu-rambu penggunaan APD.

10. Keluhan kesehatan atau sakit : Keluhan atau penyakit yang sering terjadi
pada pegawai yaitu keluhan sakit punggung, tidak ditemukan surat izin/
cuti sakit.

11. Upaya K3 lainnya : Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan upaya
kesehatan keelamatan kerja bagi para pekerja mebel.

12. Pencegahan penganggulanagan kebakaran : Belum ada komitmen dan


kebijakan pimpinan mengenai pelatihan kebakaran dan tidak ditemukan
alat pemadaman kebakaran.

13. Konstruksi bangunan : lantai yang digunakan hanya berupa tanah dan
tidak terdapat plafon. Sementara konstruksi lainnya seperti
dinding,pintu,ventilasi,kamar mandi dalam kondisi baik.

14. Hygenitas : terdapat tempat sampah pada setiap proses pengerjaan, tempat
cuci tangan tidak tersedia dan hal ini akan berpengaruh pada hygenitas
perorang pekerja.

c. Bagian Pengamplasan
1. Fisik :pencahayaan yang kurang dari lampu serta hanya mengandalkan cahaya
matahari dapat mengganggu visualiasi dari pekerja dan dapat menimbulkan
kecelakaan kerja. Pengaturan temperature yang hanya menggunakan kipas angin
berukuran kecil dapat mengganggu kenyamanan pekerja. Factor bising dari suara
amplas dapat menimbulkan gangguan pada pendengaran pekerja.

2. Kimia : Debu dari kayu pada saat proses pengamplasan.

3. faktor kebersihan dan pencahayaan yang kurang baik dapat mempengaruhi


perkembangbiakan nyamuk yang dapat menganggu pekerja dalam melakukan
setiap jenis pekerjaan. Hygen perorangan juga kurang baik mengingat tidak
tersedianya tempat cuci tangan.

4. Ergonomik : posisi yang sama dan dalam waktu lama

5. Psikososial : Pekerjaan yang berulang, kerja berlebih, pertanggung


jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik

6. Alat yang digunakan : hanya menggunakan tangan dengan amplas.

7. Alat pelindung diri : Tidak ada APD yang digunakan oleh karyawan

8. Pemeriksaan kesehatan : belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam


perusahaan. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus).

9. Rambu K3 ditempat kerja : Belum ada tentang peraturan K3 di tempat


kerja, tidak terdapat petugas K3 dan rambu-rambu penggunaan APD.

10. Keluhan kesehatan atau sakit : Keluhan atau penyakit yang sering terjadi
pada pegawai yaitu keluhan sakit punggung, tidak ditemukan surat izin/
cuti sakit.

11. Upaya K3 lainnya : Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan upaya
kesehatan keelamatan kerja bagi para pekerja mebel.

12. Pencegahan penganggulanagan kebakaran : Belum ada komitmen dan


kebijakan pimpinan mengenai pelatihan kebakaran dan tidak ditemukan
alat pemadaman kebakaran.

13. Konstruksi bangunan : lantai yang digunakan hanya berupa tanah dan
tidak terdapat plafon. Sementara konstruksi lainnya seperti
dinding,pintu,ventilasi,kamar mandi dalam kondisi baik.

14. Hygenitas : terdapat tempat sampah pada setiap proses pengerjaan, tempat
cuci tangan tidak tersedia dan hal ini akan berpengaruh pada hygenitas
perorang pekerja.

d. Bagian pendempulan dan penyemprotan cat

1. Fisik : pencahayaan yang kurang dari lampu dapat menimbulkan


kecelakaan kerja, pngaturan temperature yang kurang maksimal dari kipas
angin.

2. Kimia : bahan iritan yang terkandung dalam cat (Titanium dioksida, Poly
Vinly Acrylic) dan dempul.

3. faktor kebersihan dan pencahayaan yang kurang baik dapat mempengaruhi


perkembangbiakan nyamuk yang dapat menganggu pekerja dalam
melakukan setiap jenis pekerjaan. Hygen perorangan juga kurang baik
mengingat tidak tersedianya tempat cuci tangan.

4. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah dapat menimbulkan


penyakit musculoskeletal.

5. Psikososial : Pekerjaan yang berulang, kerja berlebih, pertanggung


jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik

6. Alat yang digunakan :tangan dengan menggunakan kuas.

7. Alat pelindung diri : Tidak ada APD yang digunakan oleh karyawan

8. Pemeriksaan kesehatan : belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam


perusahaan. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus).

9. Rambu K3 ditempat kerja : Belum ada tentang peraturan K3 di tempat


kerja, tidak terdapat petugas K3 dan rambu-rambu penggunaan APD.

10. Keluhan kesehatan atau sakit : Keluhan atau penyakit yang sering terjadi
pada pegawai yaitu keluhan sakit punggung, tidak ditemukan surat izin/
cuti sakit.

11. Upaya K3 lainnya : Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan upaya
kesehatan keelamatan kerja bagi para pekerja mebel.

12. Pencegahan penganggulanagan kebakaran : Belum ada komitmen dan


kebijakan pimpinan mengenai pelatihan kebakaran dan tidak ditemukan
alat pemadaman kebakaran.

13. Konstruksi bangunan : lantai yang digunakan hanya berupa tanah dan
tidak terdapat plafon. Sementara konstruksi lainnya seperti
dinding,pintu,ventilasi,kamar mandi dalam kondisi baik.

14. Hygenitas : terdapat tempat sampah pada setiap proses pengerjaan, tempat
cuci tangan tidak tersedia dan hal ini akan berpengaruh pada hygenitas
perorang pekerja.

e. Bagian finishing
1. Fisik : pencahayaan yang kurang dapat menimbulkan kecelakaan kerja
karena terjatuh akibat barang yang berserakan, cedera akibat pecahan kaca
dan alat yang tajam, pngaturan temperature yang kurang maksimal dari
kipas angin.

2. Kimia : Bahan dari proses finishing yaitu Volatile Organic Compounds

3. faktor kebersihan dan pencahayaan yang kurang baik dapat mempengaruhi


perkembangbiakan nyamuk yang dapat menganggu pekerja dalam
melakukan setiap jenis pekerjaan. Hygen perorangan juga kurang baik
mengingat tidak tersedianya tempat cuci tangan.

4. Ergonomik : Posisi pemasangan finishing yang sama dan dalam waktu


lama

5. Psikososial : Pekerjaan yang berulang, kerja berlebih, pertanggung


jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik.

6. Alat yang digunakan : tangan dengan menggunakan kuas.

7. Alat pelindung diri : Tidak ada APD yang digunakan oleh karyawan

8. Pemeriksaan kesehatan : belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam


perusahaan. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus).

9. Rambu K3 ditempat kerja : Belum ada tentang peraturan K3 di tempat


kerja, tidak terdapat petugas K3 dan rambu-rambu penggunaan APD.

10. Keluhan kesehatan atau sakit : Keluhan atau penyakit yang sering terjadi
pada pegawai yaitu keluhan sakit punggung, tidak ditemukan surat izin/
cuti sakit.

11. Upaya K3 lainnya : Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan upaya
kesehatan keelamatan kerja bagi para pekerja mebel.

12. Pencegahan penganggulanagan kebakaran : Belum ada komitmen dan


kebijakan pimpinan mengenai pelatihan kebakaran dan tidak ditemukan
alat pemadaman kebakaran.

13. Konstruksi bangunan : lantai yang digunakan hanya berupa tanah dan
tidak terdapat plafon. Sementara konstruksi lainnya seperti
dinding,pintu,ventilasi,kamar mandi dalam kondisi baik.

14. Hygenitas : terdapat tempat sampah pada setiap proses pengerjaan, tempat
cuci tangan tidak tersedia dan hal ini akan berpengaruh pada hygenitas
perorang pekerja.
f. Bagian Distributor barang
1. Fisik: kebisingan berasal dari kendaraan lalu-lintas.
2. Ergonomik : posisi menyetir yang terus menerus
3. Kimia : debu di jalan
4. Biologi : tidak terdapat faktor biologi pada tahap distribusi barang
5. Psikososial : kerja berlebih, shift malam, hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik
6. Alat yang digunakan :tangan untuk menyetir kendaraan.
7. Alat pelindung diri : Tidak ada APD yang digunakan oleh karyawan
8. Pemeriksaan kesehatan : belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam
perusahaan. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus).
9. Rambu K3 ditempat kerja : Belum ada tentang peraturan K3 di tempat
kerja, tidak terdapat petugas K3 dan rambu-rambu penggunaan APD.
10. Keluhan kesehatan atau sakit : Keluhan atau penyakit yang sering terjadi
pada pegawai yaitu keluhan sakit punggung, tidak ditemukan surat izin/
cuti sakit.
11. Upaya K3 lainnya : Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan upaya
kesehatan keelamatan kerja bagi para pekerja mebel.
12. Pencegahan penganggulanagan kebakaran : Belum ada komitmen dan
kebijakan pimpinan mengenai pelatihan kebakaran dan tidak ditemukan
alat pemadaman kebakaran.
13. Konstruksi bangunan : lantai yang digunakan hanya berupa tanah dan
tidak terdapat plafon. Sementara konstruksi lainnya seperti
dinding,pintu,ventilasi,kamar mandi dalam kondisi baik.
14. Hygenitas : terdapat tempat sampah pada setiap proses pengerjaan, tempat
cuci tangan tidak tersedia dan hal ini akan berpengaruh pada hygenitas
perorang pekerja.
PEMBAHASAN

Mebel CV. Asriani Indah adalah sebuah tempat usaha pembuatan furnitur
bangunan yang terletak di Jl. AP. Pettarani II-H Lr VII 6. Panakkukang, Kota
Makassar. Pemiliknya, bernama Bapak Hj. Nur Asriani, adalah seorang wiraswasta.
Mulanya, usaha pembuatan furnitur ini hanya usaha kecil-kecilan, semakin lama
berkembang dan menjadi makin besar seperti sekarang.
Usaha pembuatan furnitur ini melayani permintaan pembuatan kursi, rangka
meja, rangka pintu, rangka kusen dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan disini
adalah, usaha meubel yang dirintis ini menatangkan bahan dasar yang berasal dari
papua untuk selanjutnya pekerjaan lainnya sampai ke usaha finishing dikerjakan di
tempat usaha.
Pada saat ini jumlah pekerja sebanyak 10 orang. Pekerjaan membuat furnitur
dilakukan di halaman depan tempat usaha yang sekaligus digunakan menjadi tempat
menjual barang jadi hasil produksi usaha mebel.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan furnitur di meubel CV. Asriani
Indah adalah sebagai berikut :
1. Alat penghalus / gurinda

2. amplas

3. Alat bor

4. Palu dan Paku

5. Penyemprot cat, dengan bahan hilamin dan campurannya

6. pernis

7. Gergaji

8. Compressor

9. Kabel listrik
10. Gunting

11. Tang

12. Obeng

a. Penyediaan Air Bersih


Air bersih untuk MCK pekerja yang berada di kamar mandi
merupakan air yang berasal dari PDAM. Keadaan air tersebut sudah memenuhi
kriteria air bersih dari segi fisik dan berdasarkan wawancara, menurut ibu
Asriani dan pekerja, sejauh ini air untuk MCK tersebut tidak pernah
menimbulkan masalah kesehatan bagi pekerja.
Air bersih di kamar mandi ditampung dalam bak kramik berukuran
sedang dan difasilitasi sebuah gayung dan sabun. Lantai kamar mandi bersemen
dan cukup baik karena tidak licin. Dinding kamar mandi terbuat dari tembok
yang sudah dicat
Untuk minum, pemilik meubel menyediakan air galon. Sedangkan
untuk makanannya ibu Asriani menyediakan makanan untuk pekerja setiap
harinya. Makanan dibuat sendiri oleh ibu Asriani ataupun membeli di luar saat
tidak sempat memasak untuk para tukang.

b. Pengelolaan Limbah
Dari hasil survey ada beberapa limbah yang dihasilkan dari proses
pembuatan meubel berupa limbah padat antara lain :
a. Sisa amplas

b. Serbuk kayu

c. Sisa wadah pernis

d. Kaleng bekas hilamin


e. Sisa kain dan spons

f. Sisa potongan triplek

Dari limbah yang dihasilkan pada meubel tersebut tidak dilakukan


pengolahan oleh pihak pemilik meubel. Sehingga limbah tersebut hanya
dibuang begitu saja.

Tahap Pembuatan Meubel


Pada proses pembuatan meubel ini,pada saat awal dilakukan proses
pemesanan bahan baku berupa kayu,triplek yang didatangkan ari Papualalu
masuk pada proses pemotongan,perakitan , penghalusan dan memperjelas
ukiran yang ada, memplitur/ pernis dan siap untuk di jual.
Jadi secara garis besar proses pembuatan meubel ini ada beberapa tahapan
yang harus dilalui yaitu :
a. Mendatangkan bahan baku yang telah dipesan/ telah ada di meubel
tersebut. Barang baku ini dipesan dari Papua. Sebelumnya, disiapkan
terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan, seperti pahat, palu, siku,
meteran, bor, grinda, alat pengecat, dan peralatan bantu lainnya. Bahan
yang di perlukan berupa pernis dan cat.

b. Proses pemotong

Bahan bahan yang telah didatangkan selanjutnya dipotong dengan


menggunakan alat potong sesuai kebutuhan dan pesanan.

c. Proses menghaluskan

Sebelumnya, disiapkan terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan,


seperti pahat, palu, siku, meteran, bor, grinda, alat pengecat, dan
peralatan bantu lainnya. Bahan yang di perlukan berupa pernis dan cat.
Pada proses ini, menghaluskan barang dengan alat grinda dan amplas.
Grinda pada tahap ini cukup berbahaya apabila tidak digunakan
dengan hati- hati, misal dapat mengenai tangan pekerja saat
menghaluskan barang. Sedangkan ampelas cenderung tidak berbahaya.
Dari proses penghalusan menghasilkan debu, kebisingan. Barang-
barang yang ada di haluskan untu selanjutnya di pernis atau dicat.

d. Penyemprotan

Tahapan yang dilakukan adalah mengecat atau melapisi pernis ke


barang meubel yang sudah halus tadi proses ini menghasilkan
kebisingan, uap cat yang dapat mengganggu pernafasan pekerja jika
tidak menggunakan masker.

e. Finishing Proses

berikutnya adalah meberikan lapisan pada permukaan barang meubel,


terutama pada bagian luar yang terlihat. Proses ini disebut finisihing.
Finishing bertujuan selain untuk menambah keindahan juga
menambah keawetan dari meubel. Perakitan pada tahap ini hanya
memasang gagang pintu, memasang kaca, beberapa bagian yang
mungkin ada yang belum tersambung, memasang spon dan kain pada
kursi. Alat yang digunakan pada tahan ini berupa palu, paku, alat bor,
gunting, alat paku tembak. Pada tahap ini cukup berbahaya dimana
terdapat beberapa alat tajam yang dapat mengenai pekerja dan bahaya
fisik seperti debu yang beterbangan. saat pekerja melakukan proses ini,
hampir semua peralatan tidak tertata dengan rapi, berserakan termasuk
kabel- kabel yag dapat membahayakan pekerja baik tersandung
maupun tersengat listrik.

F. Proses distribusi

Pada tahapan ini bahan baku yang telah diproses menjadi meja, kursi,
lemari dll. Di distribusikan kepada konsumen yang telah memesan
atau distributor furniture dengan menggunakan mobil bak terbuka.

a. Faktor hazard yang dialami karyawan di Mebel CV. Asriani Indah


Dari hasil survei langsung di tempat kerja karyawan mebel yang kami
lakukan didapatkan adanya faktor hazard yang dapat dialami para karyawan
tersebut, seperti Faktor fisik : serbuk kayu, bahaya tertimpa kayu, penerangan
yang kurang, bahaya tertusuk, tergores, dan tangan terpotong. Faktor kimia: bisa
berasal dari bahan cat dan finishing. Faktor biologis: vektor, misalnya nyamuk.
Faktor ergonomi juga berpengaruh dimana posisi tubuh saat berkerja
posisi membungkuk pada pekerja pemotongan kayu, pengamplasan, distributor
barang.
b. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja
Mebel CV. Asriani Indah
Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan, yaitu
grinda, palu, paku, pernis, gergaji, kabel listrik, gunting, tang, obeng. Dimana
alat ini terus-menerus digunakan dan bisa menimbulkan luka pada para pekerja.

c. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pekerja Mebel CV. Asriani
Indah
Pada saat survey tidak ada APD yang digunakan karyawan pada segala
proses pengerjaan meubel. Hal ini tentunya akan mengakibatkan risiko kerja
yang meningkat dinilai dari segi bahaya pada setiap proses pengerjaan meubel.
d. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja pekerja Mebel CV. Asriani Indah
Pada saat survei tidak tampak ketersediaannya obat P3K (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan). Hal ini tentu saja perlu diperhatikan mengingat ada
bahaya kerja yang dapat dialami oleh para karyawan di tempat kerja.Alangkah
lebih baik jika ada obat P3K karena apabila sewaktu-waktu ada pekerja yang
terluka, misalnya luka akibat benda tajam, bisa ditangani segera.
e. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan
(sebelum kerja, berkala, dan khusus) di Mebel CV. Asriani Indah
Pemeriksaan kesehatan bagi para karyawan di CV. Asriani Indah
Mebel masih sangat kurang dan cenderung dilakukan pada saat sakit saja,
dan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan secara berkala belum
dilakukan.
f. Peraturan pimpinan tentang K3 di tempat kerja
Peraturan pimpinan tentang K3 di tempat kerja belum ada
g. Penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan pada pekerja
Mebel CV. Asriani Indah
Keluhan kesehatan atau penyakit yang sering dialami oleh pekerja CV.
Asriani Indah Mebel adalah keluhan musculoskeletal berupa nyeri punggung
terutama pada yang seing mengangkat beban berat. Selain itu, mereka juga
sering mengalami luka akibat benda tajam yang disebabkan seringnya mereka
kontak dengan barang berat yang menyebabkan mereka cedera dan terjatuh
akibat pengangkatan barang.
h. Upaya K3 lainnya di Mebel CV. Asriani Indah
Upaya K3 lainnya yang di jalankan seperti penyuluhan/pelatihan,
pengukuran/pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan
yaitu penyuluhan dan pelatihan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan mengenai pelatihan kebakaran,
namun alat pemadam api ringan sudah tersedia di dekat pintu masuk.
i. Untuk mengetahui upaya-upaya pencegahan bencana (terutama
kebakaran)
Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan mengenai pelatihan
kebakaran, serta tidak tersedianya alat-alat untuk memadamkan api.

j. Konstruksi Bangunan CV. Asriani Indah

Konstruksi bangunan pada CV. Asriani Indah tampak belum memenuhi


persyaratan yang layak di lihat dari segi keselamatan kerja. Konstruksi yang
terdapat pada CV. Asriani Indah berupa dinding dan atap yang terbuat dari seng.
Tidak ditemukan adanya plavon, serta lantai yang hanya berupa tanah dan
banyak ditutupi oleh serbuk-serbuk kayu. Ventilasi yang terdapat konstruksi CV.
Asriani indah dinilai cukup. Terdapat pula pintu dan jendela untuk akses ke
dalam rumah dan kamar mandi.

Narasi

Survey kami dilakukan pada hari selasa, tanggal 26 juli 2016. Kami
melakukan survey pada pukul 11.00 hingga pukul 01.00 WITA. Survey yang kami
lakukan bertempat di CV. Asriani Indah, Jl. AP. Pettarani II-H Lr VII 6. Panakkukang,
Kota Makassar. Selama melakukan survey di Mebel CV. Asriani Indah kami disambut
dengan hangat oleh Pekerja Mebel. CV. Asriani Indah merupakan sebuah rumah
yang berlantai 2, dimana lantai 1 digunakan untuk menjual barang dan pembuatan
mebel dan lantai 2 digunakan untuk ruang manajer, sekaligus menjadi rumah tinggal
pemilik usaha.

Mebel CV. Asriani Indah memiliki 10 orang karyawan. Dari 10 orang


karyawan tersebut mereka bekerja pada bagian pemilihan barang, pemotongan kayu,
pengamplasan, pendempulan dan cat, pemfinishing, distributor barang.
Setelah kami mengamati keadaan di area tempat kerja, kami kemudian
mewawancarai pemilik dan salah satu pegawai mebel mengenai checklist dan
penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja di mebel CV. Asriani Indah
tersebut. Setelah itu kami meminta izin untuk mengambil gambar di sekitar area
tempat kerja tersebut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan walk through survey, maka didapatkan beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Terdapatnya beberapa faktor hazard di Tempat Kerja Mebel yaitu:
Faktor fisik : bising dari mesin pemotong kayu, bahaya tertimpa kayu,
penerangan yang kurang, bahaya tertusuk, tergores, dan tangan
terpotong. Pengaturan temperature yang kurang maksimal.

Faktor kimia: debu dari kayu, dan cat serta dempul yang dapat
mengiritasi pekerja.

Faktor ergonomi yang berasal dari cara kerja pekerja dalam posisi
membungkuk

Faktor Psikososial : pekerjaan yang berulang, kerja berlebih,


pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan
interpersonal dengan karyawan lain baik

2. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan, yaitu


gunting (atau benda tajam lainnya), mesin pemotong kayu pada proses
pemotongan dan alat tajam lainnya pada bagian finishing dan
distributor barang ketika packing.
3. Alat Pelindung Diri (APD) tidak tersedia pada semua proses
pengerjaan mebel sehingga risiko kerja yang dihadapi karyawan
meningkat.
4. Tidak tersedianya obat P3K di tempat kerja mebel tersebut sehingga
sehingga tidak ada pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan
kerja.
5. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus). Para pekerja
memeriksakan kesehatannya hanya saat sakit saja di rumah sakit
terdekat, namun belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam
perusahaan.
6. Tidak ada peraturan tentang K3 yang di atur oleh pemilik usaha.
7. Keluhan kesehatan atau penyakit yang sering dialami oleh pekerja CV.
Asriani Indah Mebel adalah keluhan musculoskeletal berupa nyeri
punggung terutama pada yang seing mengangkat beban berat. Selain
itu, mereka juga sering mengalami luka akibat benda tajam yang
disebabkan seringnya mereka kontak dengan barang berat yang
menyebabkan mereka cedera dan terjatuh akibat pengangkatan barang.
8. Tidak adanya upaya K3 lainnya seperti penyuluhan dan pelatihan
kepada karyawan.
9. Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan mengenai pelatihan
kebakaran serta penanggulangan kebakaran yang ditandai dengan tidak
tersedianya alat-alat pemadam kebakaran.
10. Konstruksi bangunan secara keseluruhan belum cukup memadai
dinilai dari aspek dinding, atap, lantai, plavon.

B. Saran
1. Memberikan safety talk kepada para pekerja sebelum memulai pekerjaan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja sehingga pekerja mengetahui
potensi hazard yang ada di lingkungan kerjanya.
2. Penguanan masker yang sesuai, agar serbuk kayu tidak masuk ke
pernafasan. Selain itu juga pengguaan APD lain seperti sarung tangan.
3. Pemilik memberlakukan peraturan yang tegas mengenai penggunaan APD
pada pekerja.
4. Pemilik memperhatikan kondisi fisik bangunan pada lingkungan kerjanya
seperti pengaturan pencahayaan sehingga dapat meminimalkan kelelahan
mata pada pekerja dan mengurangi resiko kecelakaan kerja.
5. Pemilik memperhatikan ketersidiaan P3K sehingga dapat melakukan
pertolongan pertama yang timbul dari kecelakaan kerja.
6. Pemilik memperhatikan ketersidiaan alat pemadam kebakaran sehingga
dapat meminimalisasi akibat yang timbul dari kecelakaan kerja.

Вам также может понравиться