Вы находитесь на странице: 1из 29

Etika Profesi Kedokteran dalam Dugaan Kasus Malpraktek

Kelompok D5

Fakultas Kedoktera Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Pendahuluan

Dalam menjalani profesinya sehari-hari dokter senantiasa selalu dituntut untuk


memiliki sikap profesional. Dokter juga dalam melakukan perkerjaannya harus
memperhatikan etika, disiplin dan hukum kedokteran.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu
pengetahuan tentang azas akhlak. Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku
para dokter dan dokter gigi dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat dan mitra kerja. Rumusan perilaku para anggota profesi disusun oleh organisasi
profesi bersama-sama pemerintah menjadi suatu kode etik profesi yang bersangkutan. Tiap-
tiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki Kode Etiknya, namun Kode Etik tenaga kesehatan
tersebut mengacu pada Kode Etika kedokteran Indonesia (KODEKI).
Dalam kesempatan ini akan dibahas mengenai seorang dokter yang diminta
pendapatnya oleh pasien atas kasus kecurigaan kelalaian medik yang dilakukan oleh sesama
dokter. Semoga tulisan ini dapat dimengerti dan membantu para pembaca.

Skenario 6

Seorang pasien bayi dibawa orangtuanya datang ke tempat praktek dokter A, seorang dokter
anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang dokter obgyn B sewaktu

1
melahirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter anak C. Baik dokter B mahupun C tidka pernah
mengatakan bahwa anaknya menderita penyakit atau cedera sewaktu lahir dan dirawat disana.
Sepuluh hari pasca lahir orang tua bayi menemukan benjolan di pundak kanan bayi.

Setelah diperiksa oleh dokter A dan pemeriksaan radiologi sebagai penunjang, pasien
dinyatakan fraktur klavikula kanan yang sudah berbentuk kalus. Kepada dokter A mereka
meminta kepastian apakah benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira kira
terjadinya. Bila benar bahwa patah tulang tersebut terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan
menuntut dokter B karena telah mengakibatkan patah tulang dan dokter C karena lalai tidak
dapat mengdiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompeten sehingga
sebaiknya ia merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berpikir apa sebaiknya ia katakan.

Rumusan Masalah

Orang tua bayi ke dokter A untuk memastikan apakah benar terjadi patah tulang
klavikula pada anaknya akibat kelalaian dokter B dan C.

1. Prinsip Etika Kedokteran

1.1 Prinsip-prinsip etika profesi :


1. Tanggung jawab
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
2. Keadilan untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi menuntut agar setiap kaum profesional diberi kebebasan menjalankan
profesinya1.

1.2 Peranan etika dalam profesi:


1. Suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan
bersama kerana nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan
orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil
yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa.
2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam
pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama

2
anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian
karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik
profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para
anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut2.

1.3 Tujuan kode etik profesi:


1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat3.

1.4 Prinsip-prinsip moral


Praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-
prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam
menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari
segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika
biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat
keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di
bidang medis. Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan
memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti :
Autonomy: menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan
hak membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya

Beneficence: melakukan tindakan untuk kebaikan pasien

non maleficence: tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien

justice:bersikap adil dan jujur2.

3
1.5 Kode Etik Kedokteran
Kewajiban Umum

Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam

4
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani
pasien
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal 7d
Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat, harus saling menghormati3.

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien


Pasal 10
Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada
dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

5
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendri

Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.
A. Hubungan Dokter Pasien

Hubungan dokter-pasien merupakan tunjang praktek kedokteran dan asas kepada etika
kedokteran. Deklarasi Geneva menyatakan bahwa seorang dokter harus meletakkan kesehatan
pasiennya sebagai perkara yang paling utama. Kode Etik Medis Internasional pula
menyatakan bahwa seorang dokter wajib memberikan pelayanan terbaik sesuai sarana yang
tersedia atas kepercayaan yang telah diberikan pasien kepadanya. Prinsip utama moral profesi
adalah autonomy, beneficence, non maleficence dan justice. Prinsip turunannya pula adalah
veracity (memberikan keterangan yang benar), fidelity (kesetiaan), privacy, dan
confidentiality (menjaga kerahasiaan).

Hubungan dokter-pasien pada awalnya merupakan hubungan paternalistic dengan


memegang prinsip beneficence sebagai prinsip utama. Namun cara ini dikatakan mengabaikan
hak autonomy pasien sehingga sekarang lebih merujuk kepada teori social contract dengan
dokter dan pasien sebagai pihak bebas yang saling menghargai dalam membuat keputusan.

6
Dokter bertanggungjawab atas segala keputusan teknis sedangkan pasien memegang kendali
keputusan penting terutama yang terkait dengan nilai moral dan gaya hidup pasien.

Hubungan dokter-pasien yang baik memerlukan kepercayaan. Maka, dengan


memegang pada dasar kepercayaan pasien terhadap dokter yang merawatnya, seorang dokter
tidak boleh menjalin hubungan di luar bidang profesinya dengan pasien yang sedang dirawat1.

Menghormati Dan Pelayanan Sama Rata

Isu hak sama rata merupakan suatu hal yang rumit buat dokter. Menuruk Deklarasi
Geneva, dokter tidak boleh mendiskriminasi pasien baik secara umur, penyakit, ras, jenis
kelamin, kewarganegaraan, orientasi seksual, maupun status social. Tetapi pada masa yang
sama dokter juga dibenarkan untuk menolak pasien yang datang kepadanya kecuali pada
kasus gawat darurat dengan alasan kurang kemahiran dan penyakit pasien bukan di dalam
bidang kompetensi nya.

Dokter juga harus menyadari bahwa perilaku terhadap pasien turut berpengaruh dalam
hubungan dokter-pasien untuk mewujudkan kepercayaan dalam diri pasien kepada dokternya.
Dokter juga tidak boleh meninggalkan pasien di bawah jagaannya sehingga Kode Etika Medis
Internasional dari World Medical Association(WMA) menyatakan bahwa dokter hanya boleh
meninggalkan pasiennya dengan cara merujuk pasien ke dokter lain apabila tindakan lanjut
yang diperlukan adalah di luar bidang kompetensinya.

Selain itu, dokter juga tidak dibenarkan untuk menolak pelayanan kesehatan terhadap
pasien dengan HIV/AIDS. Ini karena menurut WMA, pasien dengan HIV/AIDS harus
diperlakukan seperti pasien lain dan dokter hanya boleh melepaskan tanggungjawabnya
melalui rujukan ke dokter lain yang lebih kompeten1.

Komunikasi dan Informed consent

Informed consent merupakan alat paling penting dalam hubungan dokter-pasien pada
masa kini. Informed consent yang benar harus disertai dengan komunikasi baik antara dokter
dan pasien. Keterangan yang dapat diberikan kepada pasien sebelum mendapatkan informed
consent termasuklah menerangkan diagnosis penyakit, prognosis dan pilihan pengobatan
penyakit. Perlu juga kebaikan dan keburukan masing-masing tindakan yang bakal dilakukan.

7
Informed consent harus memuatkan pilihan untuk pasien menerima atau menolak
tindakan medic yang bakal dilakukan dokter selain mencantumkan pilihan terapi lain. Pasien
yang kompeten boleh memilih untuk menolak tindakan medik walaupun tanpa tindakan ini
dapat mengancam nyawa pasien. Terdapat dua kondisi di mana informed consent dikecualikan
yaitu:

1. Pasien menyerahkan sepenuhnya keputusan tindakan medik terhadap dirinya kepada


dokter. Apabila pasien menyerahkan semua keputusan kepada dokter yang
merawatnya, dokter tetap harus menerangkan secara lengkap tindakan yang bakal
dilakukan.
2. Keadaan apabila pemberitahuan tentang kondisi penyakit pasien dapat berdampak
besar terhadap pasien secara fisik, psikologis dan emosional. Contohnya adalah
apabila pasien cenderung untuk membunuh diri apabila mengetahui tentang
penyakitnya. Namun, dokter pada awalnya harus menganggap bahwa semua pasien
dapat menerima berita tentang penyakitnya dan memberikan informasi selengkapnya
sesuai dengan hak pasien3.

Informed Consent untuk Pasien Inkompeten

Pasien inkompeten adalah mereka yang tidak mampu membuat keputusan untuk diri
mereka sendiri seperti anak, individu dengan gangguan psikologi atau neurologi berat dan
pasien yang tidak sadar. Mengikut WMA Declaration on the Rights of the Patients, apabila
pasien tidak mampu membuat keputusan untuk dirinya sendiri, perlulah mendapat kebenaran
dari wakilnya. Apabila tidak dapat ditemukan wakil dan pasien memerlukan tindak medis
segera, dokter perlulah memikirkan bahwa pasien sudah bersetuju dengan tindakan yang
bakal dilakukan melainkan telah tercatat bahwa pasien tidak bersetuju dengan tindakan
tersebut sebelumnya3.

Apabila pasien adalah anak, hak diberikan kepada mereka yang bertanggungjawab
terhadapnya. Namun, pasien harus ikut serta dalam pembuatan keputusan dan memahami
tindakan yang bakal dilakukan.

Kerahasiaan Pasien

Dasar dari kerahasiaan pasien adalah autonomy, rasa hormat dan kepercayaan pasien.
Kepercayaan adalah bagian paling penting dalam hubungan dokter-pasien sehingga seorang
dokter tidak dibenarkan untuk membuka rahasia pasien tanpa kebenaran dari pasien itu sendiri

8
kecuali diminta oleh hukum. Dokter juga dibenarkan untuk membuka rahasia pasien apabila
pasien tidak mampu untuk mengambil keputusan sendiri.

Dalam keadaan di mana pasien dapat menimbulkan bahaya kepada orang sekitarnya,
dokter dapatlah memberitahu mereka yang mungkin beresiko terhadap penyakit pasien
tersebut. Contohnya adalah memberitahu pasangan pasien dengan HIV/AIDS tentang
penyakitnya apabila pasien enggan untuk melakukan seks dengan perlindungan3.

B. Hubungan Dokter Teman Sejawat

Profesi kedokteran merupakan profesi yang berjalan di bawah satu sistem hirarki baik
secara internal maupun eksternal. Hirarki internal dapat dibagi kepada tiga yaitu perbedaan
kedudukan dokter berdasarkan kepakaran, perbedaan berdasarkan pencapaian akademik, dan
perbedaan kompetensi dan pengalaman dalam menangani pasien. Secara eksternal pula,
dokter sering diletakkan di bagian tertinggi dibanding petugas kesehatan lain2.

Dalam perkembangan ilmu kedokteran, seorang dokter harus menyadari bahwa dia
tidak mampu menangani semua penyakit dan memerlukan kerjasama baik antara tenaga
kesehatan lain seperti perawat, pharmacist, ahli fisioterapi, teknisi laboratorium, dan lain-lain.

Hubungan Teman Sejawat

Hubungan antara dokter dan teman sejawat dinyatakan dalam Declaration of Geneva
yang menyatakan hubungan antara petugas kesehatan adalah seperti saudara. Menurut Kode
Etik Medik Internasional pula, terdapat dua larangan dalam hubungan sesama dokter yaitu:

1. Membayar atau menerima bayaran dari dokter lain dalam menangani pasien
2. Mengambil alih tugas perawatan pasien dari dokter lain tanpa rujukan dokter tersebut.

Sering dalam praktek sehari-hari, akan timbul perbedaan pendapat antara dokter
tentang penanganan yang tepat untuk seorang pasien2. Dengan menganggap isu yang timbul
hanya untuk kebaikan pasien dan tidak ada penyimpangan dari etika kedokteran, hal ini dapat
diselesaikan dengan cara:

9
1. Dilakukan secara informal yaitu melalui rundingan dan perbincangan antara pihak
yang terlibat. Perbincangan hanya akan dilakukan secara formal apabila cara informal
tidak member hasil.
2. Opini semua pihak yang terlibat perlu didengarkan dan dipertimbangkan.
3. Pasien berhak menentukan tindakan medis untuk dirinya dan pilihan pasien ini akan
menjadi penunjang utama dalam pengambilan keputusan isu terkait.
4. Apabila semua rundingan tidak disepakati, maka penyelesaian isu dapat melibatkan
pihak wewenang dan hukum.

Hubungan Guru Mahasiswa Kedokteran

Hubungan antara tenaga pengajar dan mahasiswa kedokteran juga penting dalam etika
kedokteran. Mahasiswa kedokteran harus menghormati dan memanfaatkan ilumu yang
diperoleh sebaiknya. Tenaga pengajar fakultas kedokteran juga harus menghormati mahasiswa
dan membimbing mahasiswa sebaiknya sesuai etika profesi kedokteran3.

Pelaporan Malpraktek

Kewajiban melaporkan malpraktek dan praktek tidak kompeten dinyatakan dalam


Kode Etik Medis Internasional yaitu A physician shall report to the appropriate authorities
those physicians who practice unethically or incompetently or who engage in fraud or
deception. Dokter sering kali sulit untuk membuat pelaporan tentang tindakan malpraktek
dokter lain atas dasar simpati atau persahabatan tetapi perlu diingatkan bahwa pelaporan
adalah salah satu tugas professional seorang dokter3.

Namun, tindakan pelaporan ke pihak wewenang harus menjadi pilihan terakhir apabila
metode lain seperti menegur dan memberi peringatan kepada dokter yang bersangkutan tidak
dapat menyelesaikan tindakan malprakteknya.

Hubungan Dokter dan Tenaga Pelayanan Kesehatan Lain

Dokter seharusnya mempunyai hubungan non diskriminasi dan saling hormat-


menghormati sesama tenaga pelayanan kesehatan lain. Perlu diingatkan bahwa semua tenaga
pelayanan kesehatan, walaupun berbeda dari tingkat pendidikan, berpegang pada prinsip yang
sama yaitu memberikan pelayanan terbaik untuk kesehatan pasien3.

C. Hak Pasien

10
WMA telah mengeluarkan Declaration of Lisbon on the Rights of the Patient (1991)
yang menyatakan hak pasien adalah sebagai berikut3:

1. Hak memilih dokter secara bebas


2. Hak klinis dan etis
3. Hak untuk menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi yang
adekuat
4. Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya
5. Hak untuk mati secara bermartabat
6. Hak untuk menerima atau menolak dukungan spiritual atau moral.

UU Kesehatan pula menyebutkan beberapa hak pasien yaitu:

1. Hak atas informasi


2. Hak atas second opinion
3. Hak untuk memberi persetujuan atau menolak suatu tindakan medis
4. Hak untuk kerahasiaan
5. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
6. Hak untuk memperoleh ganti rugi apabila ia dirugikan akibat kesalahan tenaga
kesehatan.

Selain itu, UU Praktik Kedokteran menyatakan hak pasien sebagai berikut:

1. Hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis (Pasal 45
ayat (3)). Penjelasan sekurang-kurangnya meliputi diagnosis, tatacara tindakan, tujuan
tindakan medis yang bakal dilakukan, alternative tindakan lain dan risikonya, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang akan
dilakukan.
2. Hak untuk memeinta pendapat dokter lain
3. Hak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis
4. Hak untuk menolak tindakan medis
5. Hak untuk mendapatkan isi rekam medis3.

2. Aspek Hukum

2.1 ASPEK HUKUM MALPRAKTEK


1. Penyimpangan dari Standar Profesi Medis
2. Kesalahan yang dilakukan dokter, baik berupa kesengajaan ataupun kelalaian
3. Akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan medis yang menimbulkan kerugian
materiil atau non materiil maupun fisik atau mental4

11
2.2 SANKSI HUKUM PIDANA
Pasal 267 KUHP (surat keterangan palsu)
1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang
ada atau tidaknya penyakit , kelemahan atau cacat, diancam dengan dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang kedalam
rumah sakit gila atau menahannya disitu , dijatuhkan pidana paling lama delapan tahun
enam bulan.
3. Di ancam dengan pidana yang sama ,barangsiapa dengan sengaja memakai surat
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran
Pasal 268 KUHP
1. Barang siapa membuat secara palsu atau memalsu surat keterangan dokter tentang
ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat , dengan maksud untuk menyesatkan
penguasa umum atau penanggung (verzekeraar), diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
2. Diancam dengan pidana yang sama ,barangsiapa dengan maksud yang sama
memakai surat keterangan yang tidak benar atau yang dipalsu, seolah-olah surat itu
benar dan tidak dipalsu
PASAL 359 KUHP
Barangsiapa karena kelalainnya menyebabkan matinya orang lain , diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun
PASAL 360 KUHP
1. Barangsiapa karena kelalainnyamenyebabkan orang lain menderita luka
berat,diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun
2. Barangsiapa karena kelalaiannya menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa
sehingga menderita sakit untuk sementara waktu atau tidak dapat menjalankan jabatan
atau perkejaannya selama waktu tertenu diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana kurungan enam bulan atau denda paling tinggi empat ribu
lima ratus rupiah5,6

2.3 Sanksi Hukum Perdata


Pasal 1338 KUH Perdata ( wan prestasi )

12
1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.
2. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak,
atau karena alas an-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
3. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
Pasal 1365 KUH Perdata
1.Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang
lain,mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.
Pasal 1366 KUH Perdata( Kelalaian )
1.Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya , tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalainnnya atau
kurang hati hatinya
Pasal 1370 KUH Perdata
Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lain ) dengan sengaja atau kurang
hati hatinya seeorang, maka suami dan istri yang ditinggalkan, anak atau korban orang
tua yang biasanya mendapat nafkah dari pekerjaan korban mempunyai hak untuk
menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukanya dan kekayaan kedua
belah pihak serta menurut keadaan .
Pasal 55 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan .
2. Ganti rugi sebagaimana diatur dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku5,6

2.4 Dampak Hukum

A. Perlidungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan


malpraktek medik
Perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan
malpraktek medik menggunakan Pasal 48, Pasal 50, Pasal 51 Ayat 1 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran, Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992

13
tentang Kesehatan dan Pasal 24 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan. Seorang dokter dapat memperoleh perlindungan hukum
sepanjang ia melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan Standar Operating
Procedure (SOP), serta dikarenakan adanya dua dasar peniadaan kesalahan dokter,
yaitu alasan pembenar dan alasan pemaaf yang ditetapkan di dalam KUHP.

Hubungan dokter dengan pasien haruslah berupa mitra. Dokter tidak dapat
disalahkan bila pasien tidak bersikap jujur. Sehingga rekam medik (medical record)
dan informed consent (persetujuan) yang baik dan benar harus terpenuhi. Cara dan
tahapan mekanisme perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan
tindakan malpraktek medis adalah dengan dibentuknya Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang bekerja sama dengan pihak Kepolisian
Republik Indonesia (POLRI) atas dasar hubungan lintas sektoral dan saling
menghargai komunitas profesi. Dalam tahapan mekanisme penanganan pelanggaran
disiplin kedokteran, MKDKI menentukan tiga jenis pelanggarannya yaitu pelanggaran
etik, disiplin dan pidana. Untuk pelanggaran etik dilimpahkan kepada Majelis Kode
Etik Kedokteran (MKEK), pelanggaran disiplin dilimpahkan kepada Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI), dan pelanggaran pidana dilimpahkan kepada pihak
pasien untuk dapat kemudian dilimpahkan kepada pihak kepolisian atau ke pengadilan
negeri. Apabila kasus dilimpahkan kepada pihak kepolisian maka pada tingkat
penyelidikannya dokter yang diduga telah melakukan tindakan malpraktek medik tetap
mendapatkan haknya dalam hukum yang ditetapkan dalam Pasal 52, Pasal 54, Pasal
55, Pasal 57 Ayat 1, Pasal 65, Pasal 68, dan Pasal 70 Ayat 1 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dan apabila kasus dilimpahkan kepada tingkat
pengadilan maka pembuktian dugaan malpraktek dapat menggunakan rekam medik
(medical record) sebagai alat bukti berupa surat yang sah (Pasal 184 Ayat 1 KUHAP).9

B. Hukum kedokteran akibat kelalaian


Akhir-akhir ini tuntutan hukum yang diajukan oleh pasien atau keluarganya
kepada pihak rumah sakit dan atau dokternya semakin meningkat kekerapannya.
Tuntutan hukum tersebut dapat berupa tuntutan pidana maupun perdata, dengan
hampir selalu mendasarkan kepada teori hukum kelalaian. Dalam bahasa sehari-hari,
perilaku yang dituntut adalah malpraktik medis, yang merupakan sebutan genus

14
(kumpulan) dari kelompok perilaku profesional medis yang menyimpang dan
mengakibatkan cedera, kematian atau kerugian bagi pasiennya.

Gugatan perdata dalam bentuk permintaan ganti rugi dapat diajukan dengan
mendasarkan kepada salah satu dari 3 teori di bawah ini, yaitu :
Kelalaian sebagaimana pengertian di atas dan akan diuraikan kemudian
Perbuatan melanggar hukum, yaitu misalnya melakukan tindakan medis tanpa
memperoleh persetujuan, membuka rahasia kedokteran tentang orang tertentu,
penyerangan privacy seseorang, dan lain-lain.
Wanprestasi, yaitu pelanggaran atas janji atau jaminan. Gugatan ini sukar
dilakukan karena umumnya dokter tidak menjanjikan hasil dan perjanjian tersebut,
seandainya ada, umumnya sukar dibuktikan karena tidak tertulis4.

3. Prosedur Medis

3.1 Informed Consent


Informasi dalam lingkup medis sangat penting bagi memberi peluang kepada pasien
untuk mengetahui tentang status sebenar kesehatan diri dan tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien. Para professional dalam pelayanan kesehatan perlu meningkatkan perhatian
terhadap pentingnya informed consent sebagai sebagian dari prosedur pengobatan atau
clinical trial.
Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Persetujuan boleh dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Informed consent ini juga merupakan sebagian dari prosese komunikasi antara dokter-pasien
tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan. Formulir informed consent
merupakan tanda bukti yang disimpan dalam arsip rekam medis pasien7.
Dalam Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, telah diatur tentang Informed Consent ini pada Pasal 45 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi yang isinya antara lain:
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.

15
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:
diagnosis dan tata cara tindakan medis.
tujuan tindakan medis yang dilakukan.
alternative tindakan lain dan resikonya.
risikonya dan komplikasi yang mungkin terjadi.
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara
tertulis maupun lisan.
5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi
harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.

Dalam penjelasan atas UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut disebutkan bahwa pada
prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien
yang bersangkutan. Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah pengampuan,
persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat antara lain
suami/istri/ibu kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara kandung.
Jika sesuatu tindakan medis dilakukan tanpa izin pasien, ia digolongkan sebagai
tindakan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault ).
Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, sebelum dimulai tindakan
(1), persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan oleh yang memberi persetujuan dan
pembatalan tersebut harus secara bertulis oleh yang memberi persetujuaan (2)6,7.
Elemen-elemen yang terdapat dalam informed consent adalah penjelasan mengenai:
penyakit dan atau tindakan yang akan dilakukan.
Harapan dari tindkan dan prognosisnya.
Alternative tindakan dan tingkat harapan serta keberhasilannya.
Resiko, komplikasi dan biaya.
Dokter hanya boleh bertindak melebihi yang telah disepakati apabila gawat-darurat dan butuh
waktu yang singkat.

Seperti yang terjadi dalam kasus ini pula, telah terjadinya informed consent antara
dokter A kepada keluarga si bayi mengenai keadaan anaknya. Bagi dokter B dan C pula,

16
kurang komunikasi kepada keluarga bayi mengenai apa yang terjadi pada bayi tersebut
sehinggakan dicurigai telah melakukan kesalahan dalam merawat bayi tersebut dan bisa
dituntut ke pengadilan oleh keluarga si bayi.
Kurangnya komunikasi yang terjalin antara dokter dan keluarga pasien merupakan
salah satu sebab ketidak puasan pasien. Komunikasi merupakan kunci penting hubungan
dokter dengan pasien atau keluarga selain dari memeriksa dan member obat. Pasien atau
keluarga juga perlu sama menanyakan ke dokter dan minta dijelaskan kemungkinan
penyakitnya.
Dokter harus bertanggungjawat terhadap perbuatannya jika terdapat kasus yang
berunsur kelalaian dari pihak dokter. Dari pihak pasien pula, perlu adanya bukti yang kukuh
terhadap kelalaian tersebut jika mahu menuntut. Jika hal tersebut adalah resiko dari tindakan
yang telah dinyatakan dalam informed consent, maka penuntutan tidak boleh dilakukan7.

3.2 Rekam Medis


Rekam medis mempunyai berbagai pengertian menurut pelbagai kepustakaan, antaranya
adalah:

a. Menurut Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: Rekam medis merupakan


berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
b. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989:
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada
sarana pelayanan kesehatan.
c. Menurut Edna K Huffman: Rekam Medis adalab berkas yang menyatakan siapa, apa,
mengapa, dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleb seorang pasien
selama dirawat atau menjalani pengobatan.

d. Menurut Gemala Hatta: Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan
seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan
saat lampau yang ditulis oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

e. Waters dan Murphy: Kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi tentang keadaan
pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan6

17
Kesemua catatan mengenai keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data tentang
identitas dan data medis seorang pasien merupakan isi di dalam rekam medis. Secara umum
isi Rekam Medis dapat dibagi dalam dua kelompok data yaitu:

a. Data medis atau klinis: segala data tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, rontgen, diagnosis, pengobatan serta hasilnya, laporan
dokter, perawat dan sebagainya. Segalam data medis ini merupakan rahsia dan tidak
boleh dibuka kepada orang lain tanpa izin pasien kecuali ada alasan lain yang
berkaitan peraturan atau undang-undang.
b. Data sosiologis atau non-medis: data selain data medis yaitu identitas pasien, data
sosial ekonomi, alamat, pekerjaan, status perkahwinan dan sebagainya. Data ini bagi
sebagian orang tidak rahsia tetapi ade juga yang mengatakan ianya rahsia6.

Terdapat pelbagai jenis rekam medis antaranya adalah:

a. Rekam medis konvensional


b. Rekam medis elektronik

Berdasarkan Pasal 2:

(1) Rekam meds harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.

(2) Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur
lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

Selain itu, rekam medis juga terbagi kepada:

a. Rekam medis bagi pasien rawat jalan.


b. Rekam medis pasien rawat inap.
c. Rekam medis untuk pasien gawat darurat.
d. Rekam medis pasien dalam keadaan bencana.

Yang berkewajiban membuat rekam medis adalah tenaga kesehatan yang terdiri daripada:

a. Dokter dan dokter gigi


b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
e. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
f. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

18
g. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analisi kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi
dan perekam medis.

Menurut Permenkes no. 749a tahun 1989, rekam medis mempunyai 5 manfaat yaitu:

a. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.


b. Bahan bukti dalam perkara hukum.
c. Bahan bagi kepentingan penelitian.
d. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan.
e. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam
Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Pasal 10 Permenkes
No. 749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan
kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung
sejak tanggal terakhir pasien berobat. Oleh sebab itu, di setiap institusi pelayanan kesehatan,
Unit Rekam Medis dibentuk bagi menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan
Rekam Medis6.

Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam
Medis yang bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis
di institusi tersebut. Karena isi Rekam Medis merupakan milik pasien, maka pada prinsipnya
tidak pada tempatnya jika dokter atau petugas medis menolak memberitahu tentang isi Rekam
Medis kepada pasiennya, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk
bertindak sebaliknya. Sebaliknya, karena berkas Rekam Medis merupakan milik institusi,
maka tidak pada tempatnya pula jika pasien meminjam Rekam Medis tersebut secara paksa,
apalagi jika institusi pelayanan kesehatan tersebut menolaknya

3.3 Fisiologi Persalinan

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktiviti otot polos miometrium yang relatif
tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai
puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum.
Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan,
persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini maaih belum jelas.

19
Proses fisiologi kehamilan pada manusia yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan
persalinan belum diketahui secara pasti. Sampai sekrang, pendapat umum diterima bahwa
keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia bergantung pada aktivitas progesteron
untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai mendekati akhir kehamilan. Posisi atau
letak janin sangat erat kaitannya dengan penentuan tehnik persalinan dan keberhasilan proses
persalinan. Ada tiga posisi atau letak janin yang kita kenal dalam kebidanan,yakni posisi
kepala, posisi sungsang, dan posisi melintang.

Diantara ketiga posisi tersebut, posisi janin dengan letak kepala merupakan posisi
terbaik untuk prestasi keberhasilan persalinan spontan, yaitu proses alamiah melalui jalan
lahir. Posisi ini memungkinkan janin dengan mudah melewati pintu panggul ibu dan hampir
sebagian besar harapan untuk lahir secara spontan alami dapat terpenuhi. Pada kehamilan
trimester ke tiga, pemeriksaan Antenatal Care sangat penting karena pada saat ini, dokter
kandungan maupun bidan akan melakukan pemeriksaan letak janin yang berada dalam rongga
panggul. Pemeriksaan ini berkaitan dengan sikap bidan dalam penentuan tehnik persalinan
yang akan dilakukan pada ibu, apakah bisa spontan alami ataukah memerlukan tindakan
rujukan ke rumah sakit.

Ada tiga syarat yang perlu dipenuhi untuk persalinan spontan:

1. Passage/jalan lahir

Tulang panggul ibu cukup luas untuk dilewati janin. Leher rahim membuka lengkap,
sampai pembukaan 10 cm.

2. Power/tenaga mengejan

Kontraksi atau rasa mulas terjadi dengan sendirinya, tanpa obat. Ibu cukup kuat
mengejan saat pembukaan telah lengkap.

3. Passenger/bayi

Kepala bayi ada di bawah, dengan presentasi belakang kepala. Taksiran berat janin
normal (2.500-3.500 gram). Detak jantung janin normal(120-160 bpm).

3.4 Fraktur Klavikula2

20
Trauma persalinan salah satunya terjadi akibat lamanya persalinan berlangsung,
sehingga ibu merasakan sakit yang lama pula. Normalnya persa linan berjalan kurang lebih 8-
10 jam mulai fase awal, pembukaan satu sampai dengan fase akhir, pembukaan sepuluh, dan
tahap mengejan. Tapi karena berbagai hal, ada ibu yang harus melalui persalinan cukup lama,
hingga tiga hari bahkan berminggu-minggu dari fase awal hingga fase akhir. Itu artinya, ibu
akan merasakan his atau mulas lebih lama.

Kemungkinan perlamaan ini disebabkan berbagai faktor. Faktor pertama hambatan


fisik, meliputi kecilnya lingkar panggul ibu sehingga bayi sulit keluar. Kedua, penebalan
rahim, sehingga pembukaan berjalan sangat lambat. Ketiga, ketegangan vagina, sehingga
vagina menjadi keras dan otot-otot saluran jalan rahim tidak lentur. Keempat, pembukaan
terhambat karena posisi janin sungsang.

Tanda dan Gejala Fraktur Klavikula

Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara
lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan
ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak
adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang
disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.

Bayi dapat memperlihatkan pseudoparalisis. Pseudoparalisis yaitu suatu kondisi di


mana seseorang tampaknya tidak mampu untuk memindahkan lengan atau kaki tetapi tidak
lumpuh. Pada pemeriksaan didapatkan krepitasi, perabaan tulang yang ireguler, dan spasme
otot sternokleidomastodius.

Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur greenstick, yaitu fraktur
dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok. Secara klinis fraktur
jenis greenstick sering tidak diketahui segera setelah bayi lahir, tetapi baru ditemukan 1 2
minggu kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus.

Beberapa gejala klinis fraktur klavikula greenstick:

1 Gerakan tangan kiri dan kanan tidak sama

2 Refleks moro asimetris

21
3 Bayi akan menangis pada perabaan klavikula

4 Gerakan pasif pada tangan yang sakit

5 Riwayat persalinan yang sukar.

Jenis fraktur klavikula yang sakit:

1 Adanya krepitasi

Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

2 Deformitas (kelainan) pada tulang klavikula yang sakit.

Jika dilakukan pemeriksaan, maka akan menunjukkan:

1 Adanya pembengkakan pada sektor daerah fraktur

2 Krepitasi

3 Pergerakan lengan kurang

Irritable selama pergerakan lengan

3.5 Indikasi Terapi Medis


Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuantanya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur.

- Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan
kakuatan trauma.
- Intrinsik meliputi kepasitas tulang mengabsorbsi trauma, kelenturan, kukuatan dan
densitas tulang.

Riwayat

Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan
kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera atau fraktur
sebelumnya, riwayat social ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok,
riwayat alergi serta penyakit lain harus ditanyakan kepada yang terkait.8

22
Pemeriksaan Luar

a. Inspeksi deformitas : angulasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak


b. Palpasi status neurologis dan vaskuler dibagian distalnya perlu diperiksa.
Lakukan palpitasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi
persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi dan
krepitasi. Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi asteri, warna
kulit, pengembalian cairan kapiler sensasi
c. Gerakan
d. Pemeriksaan trauma tempat lain : kepala, toraksm abdomen, pelvis

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test dan
urinalisa
2. Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two terdiri dari :
a. 2 gambaran, anterioposterior (AP) dan lateral
b. Memuatkan dua sendi di proksimal dan distal fraktur
c. Memuat gambaran foto dua ekstrimitas, yaitu ekstrimitas yang cedera dan yang
tidak terkena cedera ( pada anak); dan du kali yaitu sebelum dan sesudah tindakan.

Komplikasi Fraktur

1. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan atau oleh kerana nyeri, koagulopati diffus dan
gangguan fungsi pernapasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam 24jam pertama pasca
trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme,
berupa peningkatan katabolisme. Komlikasi umum lain dapat berupa emboli lemak,
trombosis vena dalam(DVT), tatanus, atau gas gangren.
2. Komplikasi lokal
a. Komplikasi dini : adalah kejadian koplikasi dalam satu minggu pasca trauma,
sedangkan apabila sesudah satu minggu komplikasi lanjut
Pada tulang
(i) Infeksi, terutama pada fraktur terbuka
(ii) Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada
fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi
kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenarasi
Pada jaringan lunak

23
(i) Lepuh, kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena
edema. Terapinya adala menutupnya dengan kasa kering steril dan melakukan
pemasangan elastik verban.
(ii) Dekubitus, terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh
kerana iti perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang
menonjol8
Pada otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut
terganggu. Hal ini terjadi kerana serabut otot yang robek melekat pada serabut
yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit
dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus
Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkompliy akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan
pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan
perdarahan berhenti spontan.
Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis(kerusakan
akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus.
b. Komplikasi lanjut : pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non
union. Pada pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan
atau perpanjangan.
Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada
pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung
fraktur
Non union
Dimana secara klinin dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Beberapa
faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas,
hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak
memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan
penyakit tulang.
Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menumbulkan deformitas.
Tidakan refraktur atau osteotomi koreksi.
Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi
lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,
perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu

24
imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan
perlengketkan secara pembedahan hanya dilakukan [ada penderita dengan kekauan
sendi menetap8.

Penatalaksanaan

Prinsip 4R

- Recognition
- Reduction
- Retention
- Rehabilitation

Penatalaksaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint.
Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun sesudah
reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi
awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan
definitive fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF
maupun OREF8.

Tujuan pengobatan fraktur :

1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi.


Tertutup : fiksasi eksterna, traksi
Terbuka : indikasi
o Reposisi tertutup gagal
o Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan
o Memobilisasi dini
o Fraktur multiple
o Fraktur patologis

2. IMOBILISASI / FIKSASI
Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.
Jenis fiksasi :
a) Eksternal / OREF
- Gips (plester cast)
- Traksi

Indikasi :

Pemendekan
Fraktur unstabel : oblique, spiral
Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar
- Traksi gravitasi : U-slab pada fraktur humerus

25
- Skin traksi : untuk menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan
kembali ke posisi semua. Beban maksimal 4-5kg karena bila kelebihan kulit akan
lepas.
- Skeletal traksi : K-wire, Steinmann pin, atau Denham pin
- Komplikasi traksi
Gangguan sirkulasi darah akibat beban >12kg
Trauma saraf peroneus (kruris) akibat droop foot
Sindroma kompartemen
Infeksi akibat tempat masuknya pin
b) Internal / ORIF : k-wire, plating, screw, k-nail

3. UNION

4. REHABILITASI

Proses Penyembuhan Luka ada 5 Stadium

A. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah


B. Organisasi Hematom / inflamasi : dalam beberapa jam post fraktur terbentuk fibroblast
ke hematom dalam beberapa hari terbentuk kapiler kemudia terjadi jaringan granulasi
C. Pembentukan KALLUS : Fibroblast pada jaringan granulasi menjadi kolagenoblast
kondroblast kemudian dengan partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus setelah 7-10
hari pasca trauma.
D. Konsolidasi : Woven bone berubah menjadi lamellar bone
E. Remodelling : Kalus berlebihan menjadi tulang normal

Prinsip terjasinya UNION :

- Dewasa : kortikal 3 bulan,


kanselus 6 minggu
- Anak-anak : separuh dari orang dewasa8

26
Gambar 1

27
Kesimpulan

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar
profesi atau standar prosedur operasional. Untuk malpraktek dokter dapat dikenai hukum
kriminal dan hukum sipil. Malpraktek kedokteran kini terdiri dari 4 hal :

Tanggung jawab kriminal


Malpraktik secara etik
Tanggung jawab sipil
Tanggung jawab publik

Elemen kelalaian medis:

tugas yang mestinya dikerjakan


tugas yang dilalaikan
kerugian yang ditimbulkan
Penyebabnya
Antisipasi yang dilakukan.

Situasi yang dapat membuat dokter lepas dari tanggung jawab:

resiko perawatan yang dilakukan telah diketahui oleh pemohon dan ia setuju untuk
tetap melanjutkan perawatan (resiko diketahui dengan informed consent / surat tanda
persetujuan tindakan)
Pemohon memiliki andil pada terjadinya luka atau sakitnya itu sendiri dengan tidak
mematuhi instruksi dokter atau melanggar pantangan pantangan yang ada
Bahwa luka atau kerugian disebabkan oleh pihak ketiga dan bukan merupakan
dampak dari instruksi yang diberikan dokter.

Penegakkan diagnosis tanpa bantuan pemeriksaan penunjang yang tersedia dapat


membawa kesalahan. Hal ini dianggap sebagai kelalaian dokter dalam melakukan sesuatu
yang mestinya ia lakukan contohnya saat dokter lalai dalam menjalankan tugas yang akhirnya
menyebabkan kerugian pada pasien. Hal ini merupakan dasar dan alasan yang penting dalam
kaitan terhadap standar praktik kedokteran yang berlaku namun jika ia benar terbukti
kesalahnya, maka dokter tersebut dapat dikenakan tindak pidana.

Daftar Pustaka

28
1. Etika Kedokteran Indonesi. [online]. 2008. [cited 25 January 2011]. Available from:
http://www.freewebs.com/etikakedokteranindonesia/
2. Kode Etik Kedokteran. [online]. 2009. [cited 25 January 2011]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/652/1/Kode%20Etik
%20Kedokteran.pdf
3. Williams J. World Medical Association : Medical Ethics Manual 2nd Edition. 2009.
4. Rizaldy Pinzon. Strategi 4s untuk pelayanan medik berbasis bukti. Cermin dunia
kedokteran 163:Vol 36;2009;208.
5. Bagian kedokteran forensik. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran.
Hukum perdata yang berkaitan dengan profesi dokter. FKUI. Jakarta:1994;51
6. Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja, Bioetik dan Hukum
Kedokteran, Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum, Penerbit Pustaka
Dwipar, Oktober 2005
7. Penerangan informed consent dalam pelayanan kesihatan [online]. 2009. [cited 25
January 2011]. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/1133/1/A_1_Informed_Consent_Journal__RS.pdf
8. Fraktur Tulang, Bahagian Orthophedi UGM [online]. 2007. [cited 25 January 2011].
Available from: http://www.bedahugm.net/fraktur/

29

Вам также может понравиться

  • Varikokel
    Varikokel
    Документ23 страницы
    Varikokel
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Vaskuler
    Referat Vaskuler
    Документ26 страниц
    Referat Vaskuler
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Kolitis Referat
    Kolitis Referat
    Документ28 страниц
    Kolitis Referat
    Asty Amelia
    Оценок пока нет
  • Referat Endometriosis
    Referat Endometriosis
    Документ18 страниц
    Referat Endometriosis
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Kolitis Referat
    Kolitis Referat
    Документ28 страниц
    Kolitis Referat
    Asty Amelia
    Оценок пока нет
  • Ipd Sle
    Ipd Sle
    Документ49 страниц
    Ipd Sle
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat RSAU Dr. Esnawan Antariksa
    Referat RSAU Dr. Esnawan Antariksa
    Документ28 страниц
    Referat RSAU Dr. Esnawan Antariksa
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Vertigo
    Referat Vertigo
    Документ36 страниц
    Referat Vertigo
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Penurunan Kesadaran
    Referat Penurunan Kesadaran
    Документ20 страниц
    Referat Penurunan Kesadaran
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Status Anak MUTIA
    Status Anak MUTIA
    Документ10 страниц
    Status Anak MUTIA
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Vertigo
    Referat Vertigo
    Документ36 страниц
    Referat Vertigo
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Stroke
    Referat Stroke
    Документ15 страниц
    Referat Stroke
    Brenda Japar
    Оценок пока нет
  • Stroke Non Hemoragik: Laporan Kasus
    Stroke Non Hemoragik: Laporan Kasus
    Документ34 страницы
    Stroke Non Hemoragik: Laporan Kasus
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat SLE
    Referat SLE
    Документ37 страниц
    Referat SLE
    Andaru Kusuma Praja
    100% (5)
  • Demam Tifoid
    Demam Tifoid
    Документ20 страниц
    Demam Tifoid
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat SLE
    Referat SLE
    Документ37 страниц
    Referat SLE
    Andaru Kusuma Praja
    100% (5)
  • Presentasi Kasus Demam Berdarah Dengue Grade 1: Oleh
    Presentasi Kasus Demam Berdarah Dengue Grade 1: Oleh
    Документ30 страниц
    Presentasi Kasus Demam Berdarah Dengue Grade 1: Oleh
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Case THT Mutia, Kee Zhen
    Case THT Mutia, Kee Zhen
    Документ21 страница
    Case THT Mutia, Kee Zhen
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • PENYULUHAN - DBD Fix
    PENYULUHAN - DBD Fix
    Документ10 страниц
    PENYULUHAN - DBD Fix
    Frenytha Anggreini
    100% (7)
  • IPD - Sirosis
    IPD - Sirosis
    Документ13 страниц
    IPD - Sirosis
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Документ18 страниц
    Pendahuluan
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Demam Tifoid
    Demam Tifoid
    Документ20 страниц
    Demam Tifoid
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Askep Pneumonia
    Askep Pneumonia
    Документ12 страниц
    Askep Pneumonia
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • PENYULUHAN - DBD Fix
    PENYULUHAN - DBD Fix
    Документ10 страниц
    PENYULUHAN - DBD Fix
    Frenytha Anggreini
    100% (7)
  • Penyuluhan DBD
    Penyuluhan DBD
    Документ15 страниц
    Penyuluhan DBD
    Dina Rasmita
    100% (1)
  • Askep
    Askep
    Документ26 страниц
    Askep
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan DBD
    Penyuluhan DBD
    Документ15 страниц
    Penyuluhan DBD
    Dina Rasmita
    100% (1)
  • Sosialisasi Pencegahan Pemberantasan DBD Bagi Masyarakat Dan Pemeriksaan Jentik
    Sosialisasi Pencegahan Pemberantasan DBD Bagi Masyarakat Dan Pemeriksaan Jentik
    Документ49 страниц
    Sosialisasi Pencegahan Pemberantasan DBD Bagi Masyarakat Dan Pemeriksaan Jentik
    Tery Haryono
    67% (3)
  • Cover Junal THT 2-1
    Cover Junal THT 2-1
    Документ1 страница
    Cover Junal THT 2-1
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Gastritis
    Gastritis
    Документ15 страниц
    Gastritis
    Mutiara M J
    Оценок пока нет