Вы находитесь на странице: 1из 33

ANALISA PENGARUH PUTARAN TURBIN TERHADAP

GENERATOR DI PT. PLN (PERSERO) KERAMASAN


PALEMBANG

PROPOSAL LAPORAN AKHIR

Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat laporan akhir

Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik

Politeknik Negeri Sriwijaya

Oleh :

Bayu Ichwanul Rizki

0614 3031 0172

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG
2017

LEMBAR PENGESAHAAN

Rancang Bangun Alat Proteksi Otomatis pada Instalasi Listrik


Rumah Tinggal

Oleh :

Bayu Ichwanul Rizki

0614 3031 0172

Palembang, Februari 2017


Pembimbing I, Pembimbing II,

Rumiasih,S.T.,M.T Ir.Bambang Guntoro, M.T.


NIP. 196711251992032002 NIP. 196505121995021001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua Program Studi


Teknik Listrik Teknik Elektro

Mohammad Noer, S.S.T.,M.T. Yudi Wijanarko,S.T.,M.T


NIP. 196505121995021001 NIP. 196705111992031003
Judul : ANALISA PENGARUH PUTARAN TURBIN
TERHADAP GENERATOR PADA PLTGU
KERAMASAN

Bidang Ilmu : Teknik Listrik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting, laju


pertumbuhan ekonomi, industri dan tingkat pendapatan perkapita
penduduk yang semakin tinggi menuntut meningkatnya penyediaan energi
listrik yang semakin besar dan handal.

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik membuat manusia


berusaha untuk memamfaatkan segala sumber energi yang dapat di
konvensikan menjadi energi istrik. Pembangkit energi listrik di pusat-pusat
pembangkit yang jauh dari konsumen. Selain itu juga pada pembangkit di
perlukan perbaikan secara berkala untuk menjaga mutu dan keandalan
yang memberikan kepuasan pelanggan dalam pelayanan tenaga listrik.

Khususnya Pada

1.2 Perumusan Masalah

Beradasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskanlah masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang alat proteksi yang dapat bekerja memutus dan


menyambung rangkaian instalasi listrik secara otomatis.
2. Bagaimana menghasilkan alat proteksi yang handal dan efisien.

1.3 Batasan Masalah

Penulis memberikan batasan masalah yaitu :


1. Merancang alat proteksi yang dapat bekerja memutus dan menyambung
rangkaian instalasi listrik secara otomatis.
2. Menghasilkan alat proteksi yang handal dan efisien.

1.4 Tujuan dan Manfaat


1.4.1 Tujuan
Tujuan dari pembahasan laporan akhir ini adalah :
1. Mengetahui alat proteksi otomatis yang dapat digunakan pada rumah
tinggal.
2. Mengetahui alat yang dapat menggantikan fungsi MCB yang sering
digunakan.

1.4.2 Manfaat
Manfaat dari pembahasan laporan akhir ini adalah :

1. Dapat menjadi alat proteksi jaringan instalasi otomatis yang handal dan efisien
2. Dapat menggantikan fungsi MCB yang digunakan saat ini.

1.5 Metodologi Penulisan


Dalam penulisan laporan akhir, penulis menggunakan 2 macam metode,
yaitu :
1.5.1 Metode Literatur

Mengumpulkan bahan-bahan yang terkait dengan judul berdasarkan buku


maupun artikel di internet.

1.5.2 Metode Wawancara

Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai pembahasan


laporan akhir, penulis dapat melakukan tukar pendapat maupun konsultasi kepada
dosen pembimbing.
1.6 Sistematika Penulisan
Tiap-tiap bab pada laporan akhir ini diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini membahas tentang pengertian sistem proteksi, MCB,
dan jenis-jenis komponen yang akan digunakan pada alat proteksi otomatis
rumah tinggal.

BAB III : RANCANG BANGUN


Berisikan tentang perencanaan alat proteksi secara otomatis di
mulai dari pembuatan blok diagram, gambar rangkaian, prosedur kerja,
dan prosedur pengujian alat proteksi otomatis.

BAB IV : PEMBAHASAN
Berisikan tentang pengoprasian dan pengujian rangkaian alat
proteksi otomatis rumah tinggal.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil
yang telah dilakukan sesuai dengan masalah yang dibahas dalam
penyusunan laporan akhir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pegertian Sistem Proteksi

Sistem proteksi adalah suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi atau
memberikan umpan balik pada suatu keadaan yang normal atau gangguan pada
jaringan instalasi. Secara umum sistem proteksi berfungsi untuk melepaskan
dengan cepat berbagai elemen saat sistem tersebut mengalami gangguan saat
bekerja dalam keadaan normal.

Fungsi dari proteksi juga dapat dikatakan untuk mendeteksi perubahan


parameter sistem, mengevaluasi besar perubahan parameter dan membandingkan
dengan besaran dasar yang telah ditentukan sebelumnya untuk memberi perintah
lebih lanjut pada perlatan untuk melakukan proses switching yang berfungsi untuk
menghubungkan atau memisahkan bagian tertentu dari sistem.

Secara garis besar, fungsi sistem proteksi yaitu :


1. Mendeteksi adanya gangguan atau terjadinya keadaan abnormal pada
bagian sistem yang diamankan,

2. Memberitahukan operator tentang adanya gangguan.

Adanya gangguan yang terjadi dapat menyebabkan antara lain:


1. Kurangnya kestabilan sistem energi listrik

2. Rusaknya peralatan-peralatan elektonik

3. Adanya bunga api akibat hubung singkat

2.2 Transformator Ukur


Sebuah transformator ukur bekerja dengan prinsip yang sama dengan
transformator daya tetapi dirancang khusus untuk digunakan bersama-sama
dengan alat ukur listrik untuk memperluas rentang ukur dari amperemeter atau
voltmeter.

Pada dasarnya transformator terdiri dari dua kumparan yang saling


tersekat secara elektrik dan terlilit di atas dua bahan inti biasa yang berbentuk
sirkit magnetis tertutup, sehingga kedua kumparan tadi terhubung secara
berbalasan. Kumparan primer dihubungkan dengan sumber AC dan kumparan
sekunder dihubungkan ke terminal yang menghasilkan tegangan bolak-balik.

Pada dasarnya Trasformator digunakan untuk :


1. Mengubah tegangan tinggi bolak balik, yaitu menaikkan atau
menurunkannya

2. Menyesuaikan impedansi

3. Menggabungkan

4. Menyekat sirkit
Pada Transformator ukur akan dikenakan tegangan dan arus riil yang
mengalir pada rangkaian sementara alat ukur dihubungkan pada belitan sekunder
transformator.
Dengan cara ini maka alat ukur akan mengukur arus atau tegangan yang
lebih kecil tetapi berbanding lurus terhadap arus dan tegangan sesungguhnya
sesuai dengan perbandingan belitan yang digunakan.
Keuntungan penggunaan transformator ukur ini antara lain :
a. Sisi sekunder transformator ukur dililit untuk menghasilkan tegangan
yang lebih rendah sehingga dapat menyederhanakan isolasi untuk
peralatan pengukuran yang digunakan serta membukanya menjadi
lebih aman.
b. Transformator sekaligus berfungsi juga untuk mengisolasi alat ukur
dari rangkaian utama sehingga antara rangkaian ukur dan rangkaian
listrik utama tidak terdapat hubungan listrik langsung.
c. Peralatan ukur dapat dibaca melalui jarak jauh dari posisi yang aman
dengan menggunakan kawat penghubung yang panjang untuk
menghubungkan alat ukur dan transformator ukur.
d. Tegangan sekunder atau arus sekunder dapat distandarisasi (biasanya
110 V dan 5 A) yang akan menyederhanakan perubahan alat ukur.
Sesuai dengan fungsinya, maka Transformator ukur terbagi dua yakni;

1. Transformator Tegangan

Konstruksi dari sebuah transformator tegangan (VT) adalah serupa dengan


transformator daya. Belitan sekunder dari transformator tegangan ini dihubungkan
dengan alat ukur voltmeter. Transformator tegangan dioperasikan sebagai penurun
tegangan. Belitan primer memiliki jumlah lilitan yang jauh lebih besar daripada
belitan sekunder karena :
Vp Np
=
Vs Ns
.(2.1)

Pembacaan voltmeter harus dikalikan dengan rasio lilitan untuk


menentukan tegangan beban.

2. Transformator Arus
Transformator arus digunakan untuk mengukur arus beban suatu
rangkaian. Dengan menggunakan transformator arus maka arus beban yang besar
dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (ammeter) yang tidak terlalu besar.

Operasi dari sebuah transformator arus (CT) berbeda dengan transformator


daya meskipun prinsip-prinsip dasar transformator tetaplah sama.
Belitan sekunder dari transformator arus memiliki jumlah lilitan yang
banyak yang terhubung pada amperemeter. Amperemeter biasanya di standarisasi
pada nilai 1 A atau 5 A sehingga rasio transformator dipilih agar arus sebesar 1 A
atau 5 A mengalir pada belitan sekunder ketika rangkaian listrik utama yang
terhubung dengan sisi primer transformator arus mengalirkan arus beban penuh.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Vp Is
=
Vs Ip .(2.2)

Belitan primer hanya memiliki beberapa lilitan saja dan dalam beberapa
kasus tertentu arus-arus besar yang akan diukur cukup dialirkan melalui satu
lilitan saja.

Trafo arus dalam rangkaian proyek akhir ini berfungsi sebagai sensor Arus
yang gunanya untuk mendeteksi arus yang lewat pada jaringan. Rangkaian sensor
arus ini menggunakan sifat dari prinsip induktansi dan sebuah induktansi yang
dialiri oleh arus yang besar akan menghasilkan beda potensial dari kedua ujung
lilitan.

Jika seutas tembaga diberi aliran listrik, maka sekeliling kawat tembaga
akan terbentuk medan listrik. Dengan aturan tangan kanan dapat diketahui arah
medan listrik terhadap arah arus listrik. Caranya sederhana yaitu dengan
mengacungkan jari jempol tangan kanan sedangkan keempat jari lain
menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah keempat jari lain adalah
arah medan listrik yang mengitarinya.
Gambar 2.1. Arah medan magnet

Dengan adanya medan magnet tersebut maka dimanfaatkan untuk


menghasilkan beda potensial yang terjadi pada induksi tersebut. Beda potensial
yang terjadi dari kedua ujung kumparan yang dililitkan pada sebuah ferit yang
berbentuk selenoid yang ditengahnya terdapat kawat yang dilaliri arus listrik
maka terjadilah beda potensial. Semakin besar arus yang dilewati kawat
tersebut semakin besar pula beda potensial yang terjadi dikedua ujung kawat
tersebut. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut :
AC 220 v RL

DC
out

Gambar 2.2. Sensor arus

2.3 Dioda

Dioda adalah komponen


semikonduktor yang mengalirkan arus satu arah saja. Dioda terbuat dari
germanium atau silikon yang lebih dikenal dengan dioda junction. Ada banyak
tipe dioda menurut karakteristik operasi dan aplikasinya misalnya dioda Zener,
dioda pemancar cahaya (Light Emitting Diode, LED) dan lain-lain.
Gambar 2.3. Simbol dan bentuk dioda

Struktur dari dioda ini, sesuai dengan namanya, adalah sambungan antara
semikonduktor tipe P dan semikonduktor tipe N. Semikonduktor tipe P berperan
sebagai anoda dan semikonduktor tipe N berperan sebagai katoda. Dengan
struktur seperti ini arus hanya dapat mengalir dari sisi P ke sisi N.

Sambungan PN bagian P konsentrasi lubangnya lebih besar dibandingkan


dengan konsentrasi lubang bagian N, sebaliknya konsentrasi elektron di bagian N
lebih besar dibandingkan dengan di bagian P. karena perbedaan konsentrasi
pembawa muatan tadi, mengakibatkan terjadi peristiwa difusi lubang dari bagian
P ke N dan elektron dari bagian N ke P.

Sesaat setelah lubang masuk ke bagian N yang kaya akan elektron, maka
terjadi rekombinasi (penggabungan kembali) antara lubang dan elektron.
Demikian pula halnya elektron yang masuk ke bagian P yang kaya akan lubang
akan segera bergabung dengan lubang.

Sambungan Ion donor


Ion akseptor

- - - - - + + + + +
Lubang Elektron
- - - - - + + + + +
- - - - - + + + + +
p n
Daerah transisi

Sehingga hasil rekombinasi ini menyebabkan daerah di sekitar sambungan


menjadi kekurangan pembawa muatan dan disebut daerah deplesi (kekurangan)
atau daerah muatan ruang (space charge region) atau daerah transisi.
Gambar 2.4. Diagram skematis sambungan PN

1. Forward Bias
Pada kondisi forward bias ini diperoleh dengan menghubungkan
bagian P dengan kutup positif sedangkan bagian N pada kutup negatif
sehingga arus yang melewati dioda menjadi besar.

Gejala ini terjadi karena elektron-elektron di sisi N mendapat


tambahan energi sehingga mereka mampu menyebrangi junction. Selanjutnya
masuk kedalam hole dan menjadi elektron valensi. Perjalanan elektron valensi
berlanjut hingga ke ujung sisi P dan meninggalkan sisi P lalu mengalir ke
dalam kutub positif sumber. Terjadilah arus listrik.

p n
(a) (b)

Gambar 2.5. a) Sambungan PN diberi forward bias

b) Simbol dioda sambungan PN yang mendapat

forward bias

2. Reverse Bias (Prasikap Balik)


Kondisi reverse ini diperoleh dengan menghubungkan bagian P
dengan kutup negatif dan bagian N dengan kutup positif sehingga, bias
elektron pada sisi N menjauhi junction. Begitu pula dengan hole pada sisi P.
Akibatnya daerah pengosongan menjadi makin lebar dan beda potensialnya
semakin tinggi. Akhirnya beda potensial pada lapisan pengosongan sama
dengan beda potensial sumber. Pada saat itu elektron dan hole berhenti
bergerak serta tidak terjadi arus listrik.

Pada frekuensi rendah dioda-dioda yang biasa dapat dengan mudah


terputus (turn off) bila pra tegangannya berubah dari maju ke balik. Tetapi bila
frekuensinya naik, dioda mencapai titik di mana ia tak dapat terputus dengan
cukup cepat untuk menghindari arus yang cukup besar selama sebagian dari
setengah siklus balik.
Gambar 2.6. Rangkaian dioda sambungan PN yang mendapat

Reverse bias

Dengan menggunakan sifat yang dimiliki oleh dioda yaitu,


perlawanan yang maju sangat kecil dan perlawanan terbalik yang sangat
tinggi maka pada perancangan kali ini, digunakan pula dioda sebagai
pelindung pada saat mensaklarkan arus listrik ke beban-beban yang
memiliki induktansi tinggi. Beban induktif yang digunakan yakni relay.
Posisi dioda sebagai pelindung dapat dilihat pada gambar berikut:

Dioda Sebagai pelindung


12 Vdc
Gambar 2.7. Dioda sebagai pelindung transistor

Dioda tersebut akan mengalirkan dan membuang arus berlebihan secara


aman saat terputusnya arus ke transistor.

2.4 Transistor

Transistor merupakan komponen aktif dengan arus, tegangan atau daya


keluarannya dikendalikan oleh arus masukan. Transistor mempunyai tiga terminal
elektroda yakni, basis, kolektor, dan emitor. Penamaan transistor tersebut didasari
oleh prinsip kerjanya, yaitu mentransfer atau memindahkan arus.

Dalam beberapa keadaan transistor dapat digunakan dengan berbagai


fungsi seperti, dalam sistem komunikasi, transistor dipergunakan sebagai penguat
untuk memperkuat sinyal, sedangkan dalam untai elektronis komputer transistor
digunakan sebagai saklar elektronis laju tinggi.

Pada perancangan rangkaian tugas akhir ini akan digunakan transistor sebagai
fungsi saklar elektronis. Hal ini dikarenakan saklar elektronis mempunyai
beberapa kelebihan yaitu:
1. Tidak memakan banyak tempat

2. Tidak bisa aus

3. Dapat bekerja jauh lebih cepat

4. Hanya memerlukan tenaga yang sangat kecil

2.5 Transistor Sebagai Saklar


Seperti halnya pada saklar mekanik, fungsi transistor sebagai saklar juga
memiliki dua keadaan, yaitu on dan off. Keadaan ini menggunakan titik cutoff dan
titik jenuh transistor. Jika transistor dipergunakan pada dua titik tersebut berarti
transistor dipakai sebagai saklar. Kedua keadaan tersebut dapat dilihat pada grafik
output di bawah ini.

Gambar 2.8. Grafik karakteristik output transistor


Transistor memiliki tiga terminal semikonduktor pada satu terminal dan
banyak dibuat dari bahan silikon. Tiga kaki yang berlainan membentuk transistor
bipolar, yaitu emitor, basis dan kolektor. Mereka dapat dikombinasikan menjadi
transistor berjenis N-P-N atau P-N-P.

p n p E n p n C
E C
JE JC JE JC

B B
E C
E C

B B
(a) (b)

Gambar 2.9.a) Konstruksi & Simbol Transistor Bipolar NPN (kanan)

b) Konstruksi & Simbol Transistor Bipolar PNP (kiri)

Tanda anak panah menunjukkan arah aliran arus, bila emitter-basis diberi
prasikap maju. Bila transistor tidak diberikan prasikap (terbuka) maka semu arus
di dalam transistor adalah nol.

Pada rangkaian saklar elektronik, sinyal inputnya berlogika 1 (5 volt) atau


0 (0 volt). Nilai ini selalu dipakai pada basis transistor dengan kolektor dan emitor
sebagai penghubung untuk pemutus (short) atau sebagai pembuka rangkaian
(open circuit).

Aturan/prosedur transistor adalah sebagai berikut:

1. Pada transistor NPN, pemberian tegangan positif dari basis ke emitor


menyebabkan kolektor dan emitter terhubung singkat sehingga transistor
aktif (on). Memberikan tegangan negatif atau 0 volt dari basis ke emitor
menyebabkan hubungan kolektor dari emitor terbuka atau transistor mati
(off).
2. Pada transistor PNP, memberikan tegangan negatif dari basis ke emitor
akan menyalakan transistor (on), sedangkan memberikan tegangan positif
atau 0 volt dari basis ke emitor akan membuat transistor mati (off).
Dalam mendesain fungsi transistor sebagai saklar, maka suatu pedoman
desain untuk saturasi adalah mempunyai arus basis kira-kira sepersepuluh dari
harga saturasi arus kolektor. Supaya transistor berada dalam keadaan saturasi pada
saat on, arus basis (IB) transistor haruslah lebih besar atau sama dengan IB (sat).
Pada saat arus basis IB transistor menjadi nol, transistor akan off dalam keadaan
cutoff.

Pada Rangkaian interface dalam rangkaian proyek akhir ini, juga


menggunakan transistor sebagai saklar dari beban relay. Transistor menggunakan
jenis NPN dan sebuah relay yang akan mengontrol beban. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat gambar berikut :

Gambar 2.10. Rangkaian interface dengan beban relai

Untuk mengaktifkan relay didapatkan rumus sebagai berikut :

I relay = VVcc ............................................................................ (2.1)


R relay

IB = I relay ............................................................................ (2.2)

hfe

2.6 Relay
Relay merupakan saklar magnetis yang menghubungkan rangkaian beban
ON atau OFF dengan pemberian tegangan pada kumparannya sehingga
menghasilkan energi elektromagnetis yang membuka atau menutup kontak pada
rangkaian. Relay dalam pemakaiaannya memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Perlawanan kumparan ditentukan oleh tebal kawat dan banyaknya lilitan,


perlawanan ini dapat berharga 1 ohm sampai 50 Kilo ohm.
2. Kuat arus yang diperlukan untuk mengaktifkan relay tergantung besar
kecilnya perlawanan kumparan. Kepekaan relay dinyatakan dalam ampere
perlilitan. Misalnya 50 A/lilitan, ini berarti pula 50 ampere dalam 100
lilitan.
3. Tegangan yang diperlukan untuk mengaktifkan relay, adalah besarnya arus
yang melewati kumparan dikali dengan besarnya perlawanan ohm
kumparan relay.
4. Jarak antara kontak-kontak menentukan tinggi tegangan maksimum yang
boleh ada di antara kontak-kontak.
5. Ada pula relay yang dapat melepas dan menutup lebih dari satu kontak
sekaligus.

b
Gambar 2.11. Simbol Relai

Relay mempunyai variasi aplikasi yang luas baik digunakan pada kontrol
dari kran, daya, cairan dan banyak kontrol urutan mesin, misalnya operasi
pemboran tanah, pemboran pelat, penggilingan dan pengerindaan.

Relay biasanya hanya mempunyai satu kumparan, tetapi relay dapat


mempunyai beberapa kontak. Relay elektromagnetis berisi kontak diam dan
kontak bergerak. Kontak yang bergerak dipasangkan pada plunger. Kontak
ditunjuk sebagai normaly open (NO) dan normaly close (NC). Apabila kumparan
diberi tenaga, terjadi medan elektromagnetis. Aksi pada medan pada gilirannya
menyebabkan plunger bergerak pada kumparan menutup kontak NO dan
membuka kontak NC.

Kontak normaly open akan membuka ketika tidak ada arus mengalir pada
kumparan, tetapi tertutup secepatnya setelah kumparan menghantarkan arus atau
diberi tenaga. Kontak normaly close akan tertutup apabila kumparan tidak diberi
daya dan membuka ketika kumparan diberi daya.

Kelebihan yang dimiliki oleh relay dikarenakan, relay yang bekerja


dengan arus dan tegangan yang kecil dapat mengoperasikan peralatan yang
menggunakan arus dan tegangan yang besar.

2.7 Optocoupler

Optocoupler atau biasa disebut optoisolator, merupakan perangkat


elektronika yang mampu mengubah besaran cahaya yang datang menjadi besaran
listrik. Optocoupler dibentuk dalam satu kemasan plastik yang terdiri atas dua
buah komponen yaitu, komponen LED dan Fototransistor.
Di dalam kemasan ini, LED ditempatkan berhadapan dengan
fototransistor, jika LED diberi arus , maka LED tersebut memancarkan cahaya
yang mencapai fototransistor, sehingga fototransistor menjadi (On) dan jika LED
tidak diberi arus maka LED tersebut tidak menghasilkan cahaya, sehingga
mengakibatkan fototransistor menjadi (Off).

Keuntungan utama dari Optocoupler yaitu adanya isolasi listrik antara


rangkaian input dan output, sehingga dapat digunakan pada dua sistem yang
memiliki impedansi atau besar arus dan tegangan yang berbeda.

6
1

2 5

NC 4
3

Gambar 2.12. Optocoupler

Keterangan gambar :

Pin 1. Anoda 4. Emiter

2. Katoda 5. Kolektor

3. Kontak NO 6. Basis

Keuntungan besar dari optocoupler adalah adanya isolasi listrik (elektrical


isolation) antara rangkaian input dan output. Dinyatakan dengan cara lain, bahwa
common untuk rangkaian input berbeda dengan common untuk rangkaian output.
Karena itu, tidak ada bagian yang konduktif antara dua rangkaian tersebut, ini
berarti bahwa anda dapat mengground salah satu dari rangkaian tersebut,
sedangkan rangkaian yang lain dibuat mengambang. Sebagai contoh, rangkaian
input dapat ditanahkan pada casis (chassis) dari peralatan, sementara common dan
bagian output tidak ditanahkan.

Adapun kelebihan yang dimiliki optocoupler ialah pemisahan secara listrik


antara rangkaian masuk dan rangkaian keluarnya. Dengan optocoupler, hubungan
yang ada antara masukan dan keluaran hanya seberkas cahaya. Karena hal ini, kita
dapat memperoleh resistansi penyekatan di antara dua rangkaian itu dalam ribuan
mega ohm. Pemisahan seperti ini kebetulan dibutuhkan dalam pemakaian-
pemakaian bertegangan tinggi yang potensial diantara dua rangkaian itu dapat
berbeda sampai beberapa ribu volt.

2.8 Kapasitor
Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan
dengan huruf "C" adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik
di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal
dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
2
Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir
menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke
ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positif dan negatif di awan.
Bila kapasitor dihubungkan ke baterai kapasitor terisi hingga beda
potensial antara kedua terminal sama dengan tegangan baterai. Jika baterai
dicabut, muatan-muatan listrik akan habis dalam waktu yang sangat lama,
terkecuali bila sebuah konduktor dihubungkan pada kedua terminal kapasitor.

Kapasitansi sebuah kapasitor adalah kemampuan kapasitor untuk


menyimpan muatan listrik. Kapasitansi diukur dengan satuan farad. Kapasitansi
bergantung pada luas permukaan keping dan dielektrik yang digunakan.
Kapasitansi akan besar jika luas permukaan keping besar. Dengan kata lain
kapasitansi berbanding lurus dengan luas permukaan keping dan berbanding
terbalik dengan jarak antara dua keping sejajar.

Gambar 2.13. Prinsip Dasar Kapasitor

Bila rangkaian kapasitor dipasang secara seri maka akan mengakibatkan


nilai kapasitansi total semakin kecil. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai
secara seri.

Gambar 2.14. Kapasitor seri

Pada rangkaian kapasitor yang dirangkai secara seri berlaku rumus :

.(2.1)
Rangkaian kapasitor secara paralel
akan mengakibatkan nilai kapasitansi
pengganti semakin besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara
paralel.

Gambar 2.15. Kapasitor Paralel

Pada rangkaian kapasitor paralel berlaku rumus :

.(2.2)

Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian :


1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain
2. Sebagai filter dalam rangkaian PS
3. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antena
4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon
5. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar.

Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya.


Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor
electrostatic, electrolytic dan electrochemical.

2.9 Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian.

Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari
bahan karbon. Dari hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan
jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor
disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol W (Omega).

Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan


dayanya. Berbagai macam resistor dibuat dari bahan yang berbeda dengan sifat-
sifat yang berbeda. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor
pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor
bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas
sebesar W=I2 R watt.

Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar
kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Resistor dalam teori dan prakteknya di
tulis dengan perlambangan huruf R. Nilai hambatan resistor di sebut resistansi.

2.9.1 Jenis-jenis Resistor


Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor
dibedakan menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam.

Namun demikian dalam perdagangan resistor-resistor tersebut


dibedakan menjadi resistor tetap (fixed resistor) dan resistor variabel.
Pengunaan untuk daya rendah yang paling utama adalah jenis tahanan tetap
yaitu tahanan campuran karbon yang dicetak. Ukuran relatif semua tahanan
tetap.

Tahanan yang berubah-ubah, seperti yang tercantum dari namanya,


memiliki sebuah terminal tahanan yang dapat diubah harganya dengan
memutar dial, knob, ulir atau apa saja yang sesuai untuk suatu aplikasi.
Mereka bisa memiliki dua atau tiga terminal, akan tetapi kebanyakan
memiliki tiga terminal. Jika dua atau tiga terminal digunakan untuk
mengendalikan besar tegangan, maka biasanya di sebut potensiometer.

2.9.2 Karakteristik Berbagai Macam Resistor


Karakteristik berbagai macam resistor dipengaruhi oleh bahan yang
digunakan. Resistansi resistor komposisinya tidak stabil disebabkan pengaruh
suhu, jika suhu naik maka resistansi turun. Resistansi sebuah resistor
komposisi berbeda antara kenyataan dari resistansi nominalnya.

Suhu memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap suatu hambatan.


Di dalam penghantar ada elektron bebas yang jumlahnya sangat besar sekali,
dan sembarang energi panas yang dikenakan padanya akan memiliki dampak
yang sedikit pada jumlah total pembawa bebas. Kenyataannya energi panas
hanya akan meningkatkan intensitas gerakan acak dari partikel yang berada
dalam bahan yang membuatnya semakin sulit bagi aliran elektron secara
umum pada sembarang satu arah yang ditentukan. Hasilnya adalah untuk
penghantar yang bagus, peningkatan suhu akan menghasilkan peningkatan
harga tahanan.

Gambar 2.16. Simbol Resistor Tetap

Gambar 2.17. Simbol Resistor Trimpot

Gambar 2.18. Simbol Resistor Potensiometer


DAFTAR PUSTAKA

Lister, 1993, Mesin dan Rangkaian Listrik, Jakarta : Erlangga.

Muslis, Supari, 2008, Teknik Pembangkit Tenaga Listrik, Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Rinjono, Jon, 1997, Dasar Teknik Listrik, Yogyakarta : Andi Offset.

Wijaya, Mochtar, 2001, Dasar-dasar Mesin Listrik, Jakarta : Djambatan.


LANGKAH KERJA DAN JADWAL KEGIATAN PENULISAN

LAPORAN AKHIR

a. Langkah Kerja
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam penulisan Laporan Akhir
ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengumpulan Data
3. Tahap Pengelolaan Data
4. Tahap Penyusunan dan Penulisan Laporan Akhir
5. Tahap Penggandaan Laporan Akhir

b. Jadwal Kegiatan
Penulisan Laporan Akhir ini dijadwalkan akan selesai dalam jangka waktu
lima bulan dengan jadwal sebagai berikut :

JADWAL KEGIATAN PENULISAN LAPORAN AKHIR

Tahun 2017
No Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni

1 Tahap Persiapan

2 Tahap Pengumpulan Data

3 Tahap Perancangan Alat

4 Tahap Pengoprasian Alat

5 Tahap pengujian Alat

Prakiraan Biaya Penyusunan Laporan Akhir

1. Biaya Konsumsi Selama Proses Pembuatan Alat : Rp. 250.000,-


2. Pembelian Kertas A4 : Rp. 100.000,-

3. Pembelian Tinta Printer Hitam + Warna : Rp. 200.000,-

4. Pembeliaan Komponen Alat :

Transformator 12 v/100 mA : Rp. 12.000,-

Transformator arus (CT) Type MFO 100 H&G : Rp. 200.000,-

Kabel : Rp. 20.000,-

Relay 8 pin 5 A : Rp. 20.000,-

Papan PCB Matrix : Rp. 20.000,-

Saklar 8 Buah : Rp. 32.000,-

Transistor C1573 2 buah : Rp. 8.000,-

Transistor C1815 : Rp. 5.000,-

Capasitor 2200f, 35 V : Rp. 5.000,-

Capasitor 100n/400v 3 buah : Rp. 15.000,-

Resistor 150K ohm 2 Buah : Rp. 2.000,-

Resistor 5K6 ohm : Rp. 1.000,-

Resistor 8K2 ohm : Rp. 1.000,-

Resistor 2K7 ohm : Rp. 1.000,-

Resistor 1M ohm : Rp. 1.000,-


Dioda IN4002 2 Buah : Rp. 2.000,-

Dioda Brigde 2 A 2 Buah : Rp. 10.000,-

Optocoupler (TLP621) : Rp. 3.000,-

IC AN7812 : Rp. 8.000,-

Potensiometer 50 K ohm : Rp. 10.000,-

Banana plug : Rp. 10.000,-

Fitting duduk 7 Buah : Rp. 35.000,-

Stop kontak : Rp. 15.000,-

Lampu Pijar 5 Watt : Rp. 10.000,-

Lampu Pijar 10 Watt : Rp. 15.000,-

Lampu Pijar 15 Watt : Rp. 20.000,-

Lampu Pijar 100 Watt : Rp. 30.000,-

Lampu Pijar 200 Watt 3 Buah : Rp. 100.000,-

Lampu Pijar 250 Watt : Rp. 30.000,-

Lampu TL 18 Watt : Rp. 15.000,-

IC LM741 : Rp. 10.000,-

Fiber 2,5 mm : Rp. 250.000,-


Total Biaya : Rp. 1.466.000,-

LEMBAR IDENTITAS LAPORAN AKHIR

1. a. Judul Laporan Akhir : Rancang Bangun Alat Proteksi

Otomatis pada Instalasi Listrik

Rumah Tinggal

b. Bidang Ilmu : Teknik Listrik

2. a. Nama/ Nim Mahasiswa : Tri Bari Prayuni / 0614 3031 0189

b. Jumlah Anggota : 1 (satu) Orang.

3. Lokasi Pembuatan Alat : Politeknik Negeri Sriwijaya

4. Waktu yang Dibutuhkan : 5 (lima) bulan.

5. Biaya yang Diperlukan : Rp. 1.466.000,-

Вам также может понравиться