Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ilmu katalis sangat dipengaruhi oleh teknologi. Katalisis tersebut
memainkan peranan dominan dalam industri kimia. Banyak proses manufaktur
melibatkan kimia katalitik. Perkembangan kimia katalitik akan terus
ditingkatkan dalam berbagai penelitian, terutama yang dikaitkan dengan kimia
anorganik dan organologam. Katalis meningkatkan laju reaksi kimia tanpa
mempengaruhi keseimbangan. Katalis biasanya membentuk ikatan dengan
reaktan dan membuka urutan langkah-langkah reaksi baru. Katalisis
diklasifikasikan menurut fasa dari campuran reaktan-katalis. Dikatakan katalis
homogen bilamana katalis dan reaktan berada dalam fasa yang sama, dan
dikatakan katalis heterogen bilamana katalis dan reaktan berada dalam fasa
terpisah (berbeda). Katalis heterogen biasanya melibatkan katalis padat, dan
reaktan terikat ke permukaan katalis melalui proses chemisorption.
Kinerja katalis berkaitan dengan kinetika kimia. Aktivitas adalah ukuran
dari seberapa cepat reaksi katalitik terjadi (mungkin aktivitas laju reaksi, dengan
laju konstan, atau konversi); selektivitas adalah ukuran distribusi produk, seperti
rasio tingkat laju kehilangan kegiatan atau selektivitas selama operasi sebagai
katalis mengalami perubahan struktur dan komposisi. Permukaan katalisis
sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Katalis padat diklasifikasikan
berdasarkan jenis bahan katalisnya, yang terdiri dari jenis logam, oksida logam,
dan logam sulfida. Selanjutnya, klasifikasi juga dapat didasarkan pada reaksi
katalisis dan struktur peralihan. Sebagai contoh, katalitik yang melibatkan
transfer proton dengan donor proton (akseptor) adalah molekul atau ion yang
larut atau kelompok fungsional pada permukaan. Contoh lain, katalisis yang
melalui perantara organologam mungkin melibatkan larut kompleks logam
transisi, metaloenzim, atau permukaan logam. Namun, katalisis oleh metalisis
jauh lebih rumit daripada katalisis asam-basa, dan analog antara kompleks
logam larut dan permukaan belum dapat dikembangkan.
Latar belakang pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui proses
katalitik reforming, hidrocracking dan isomerisasi pada kilang minyak bumi.

4
Serta untuk mempelajari tentang katalis yang digunakan dalam proses tersebut.
Dalam proses pengolahan minyak bumi banyak proses yang melibatkan reaksi
kimia. Minyak bumi adalah salah satu zat yang sangat dibutuhkan dalam
kondisi sekarang ini, minyak bumi dibutuhkan oleh banyak kalangan
diantaranya untuk industri digunakan sebagai energi dalam proses produksi,
untuk rumah tangga digunakan sebagai bahan bakar, untuk kendaraan bermotor
digunakan sebagai bahan bakar dan masih banyak kegunaan minyak bumi yang
lainnya. Karena sangat banyaknya kegunaan minyak bumi ini maka kita harus
mengetahui proses pengolahan minyak bumi tersebut dan banyak pelajaran
yang bisa dipelajari dari proses pengolahan minyak bumi.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui katalitik yang digunakan pada proses kilang minyak
bumi.
2. Untuk mempelajari proses katalitik reforming, hidrocracking dan
isomerisasi.
1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang
kinerja katalis dalam proses pengolahan minyak bumi dengan katalis reforming,
hydrocracking, dan isomerisasi.

BAB II
ISI
2.1 Deskripsi Katalis
1. Pengertian Katalis
Katalis merupakan suatu zat yang mempercepat reaksi dengan
menurunkan energy aktifasi. Katalis dapat mempercepat reaksi kimia dan

5
dapat dipercepat dengan meningkatkan fraksi molekul yang memilioki
energi melebihi energi aktifasi. Hal ini dapat dibuat dengan meningkatkan
suhu/tenmperatur. Cara lain yang tidak memerlukan peningkatan suhu
adalah dengan menetukan jalan reaksi melalui energi aktivasi yang lebih
rendah.Fungsi katalis dalam suatu reaksi kimia adalah menyajikan reaksi
alternatif . Dalam reaksi kimia,katalis sendiri tidak mengalami perubahan
yang permanen. Katalis dapat menentukan suatu reaksi berhasil atau tidak
dimana keberhasilan reaksi ersebut tergantung kepada penggunaan katalis
yang cocok. Selang suhu dan tekanan yang dapat digunakan dalam proses
industri tidak mungkin barlangsung dalam reaksi biokimia. Tersedianya
katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak bagi makluk hidup.
2. Jenis-jenis Katalis
a) Katalis homogen adalah katalis yang dapat bercampur secara homogen
dengan zat pereaksinya karena mempunyai wujud yang sama. Contoh
Katalis Homogen :
Katalis dan pereaksi berwujud gas
NO(g)
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

Katalis dan pereaksi berwujud cair


H+(aq)
C12H22O11(aq) + H2O(l) C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)
glukosa fruktosa

b) Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang tidak dapat bercampur secara
homogen dengan pereaksinya karena wujudnya berbeda. Contoh
Katalis Heterogen :
Katalis berwujud padat, sedang pereaksi berwujud gas.

Ni(s)
C2H4(g) + H2(g) C2H6(g)

c) Autokatalis

6
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis.
Contoh Autokatalis :
CH3COOH yang dihasilkan dari reaksi metil asetat dengan air
merupakan autokatalis reaksi tersebut.
CH3COOCH3(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + CH3OH(aq)
Dengan terbentuknya CH3COOH, reaksi menjadi bertambah cepat.
d) Biokatalis
Biokatalis adalah katalis yang bekerja pada proses metabolisme,
yaitu enzim. Contoh Biokatalis :
Enzim hidrolase mempercepat pemecahan bahan makanan melalui
reaksi hidrolisis.
e) Inhibitor
Inhibitor adalah zat atau senyawa yang kerjanya memperlambat
reaksi atau menghentikan reaksi. Contoh Inhibitor :
I2 atau CO bersifat inhibitor bagi reaksi:
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)

f) Racun Katalis
Racun katalis adalah inhibitor yang dalam jumlah sangat sedikit
dapat mengurangi atau menghambat kerja katalis. Contoh Racun
Katalis :
CO2, CS2, atau H2S merupakan racun katalis pada reaksi:
Pt
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)

2.2 Deskripsi minyak bumi


1. Pengertian minyak bumi
Minyak bumi atau Petroleum merupakan hasil dari pelapukan fosil-fosil
tumbuhan dan hewan di zaman purba yang terpendam selama ribuan tahun
yang lalu di dalam lapisan kulit bumi. Minyak bumi adalah campuran dari
beberapa senyawa hidrokarbon baik yang jenuh atau yang tidak jenuh, baik
yang alifatik maupun yang siklik. Komponen terbesar atau terbanyak dari
minyak bumi adalah senyawa-senyawa alkana. Sebelum minyak bumi itu

7
diolah, minyak bumi itu masih berupa cairan hitam atau kental dan belum
dapat dimanfaatkan.
2. Proses Pengolahan Minyak Bumi
Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak
bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang
diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke
stasiun tangki atau ke kilang minyak. Minyak mentah (cude oil) berbentuk
cairan kental hitam dan berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat
digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi
harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis
hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon
meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam
molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui
destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam
kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.

2.3 Catalytic Reforming Process/Platforming Process


Fungsi utama proses catalytic reforming adalah menaikkan nilai naptha
yang memiliki nilai oktan yang rendah menjadi komponen campuran mogas
(motor gasoline/bensin motor) dengan bantuan katalis melalui serangkaian
reaksi kimia. Naphtha yang dijadikan umpan catalytic reforming harus di
treating terlebih dahulu di unit naphtha hydrotreater untuk menghilangkan
pengotor seperti sulfur, nitrogen, oksigen, halida, dan metal yang merupakan
racun berbahaya bagi katalis catalytic reformer yang tersusun dari platina.
Selain itu, catalytic reforming juga memproduksi produk samping berupa
hydrogen yang sangat bermanfaat bagi unit hydrotreater maupun hydrogen plant
atau jika masih berlebih dapat juga digunakan sebagai fuel gas bahan bakar
fired heater. Butane, produk samping lainnya, sering digunakan untuk mengatur
tekanan uap gasoline pool.
1. Teori Catalytic Reforming
Feed naphtha ke unit catalytic reforming biasanya mengandung C6 sampai
C11, paraffin, naphthene, dan aromatic. Tujuan proses catalytic reforming
adalah memproduksi aromatic dari naphthene dan paraffin. Kemudahan
reaksi catalytic reforming sangat ditentukan oleh kandungan paraffin,

8
naphthene, dan aromatic yang terkandung dalam naphtha umpan. Aromatic
hydrocarbon yang terkandung dalam naphtha tidak berubah oleh proses
catalytic reforming. Sebagian besar naphthene bereaksi sangat cepat dan
efisien berubah menjadi senyawa aromatic (reaksi ini merupakan reaksi
dasar catalytic reforming). Paraffin merupakan senyawa paling susah untuk
diubah menjadi aromatic. Untuk aplikasi low severity, hanya sebagian kecil
paraffin berubah menjadi aromatic. Sedangkan pada aplikasi high severity,
konversi paraffin lebih tinggi, tetapi tetap saja berlangsung lambat dan tidak
efisien.
2. Reaksi-reaksi yang Terjadi di Catalytic Reforming
a) Dehidrogenasi Naphthene
Naphthene merupakan komponen umpan yang sangat diinginkan
karena reaksi dehidrogenasi-nya sangat mudah untuk memproduksi
aromatic dan produk samping hydrogen. Reaksi ini sangat endotermis
(memerlukan panas). Reaksi dehidrogenasi naphthene sangat terbantu
oleh metal catalyst function dan temperatur reaksi tinggi serta tekanan
rendah.
b) Isomerisasi Napthene dan Paraffin
Isomerisasi cyclopentane menjadi cyclohexane harus terjadi terlebih
dahulu sebelum kemudian diubah menjadi aromatic. Reaksi ini sangat
tergantung dari kondisi operasi.
c) Dehydrocyclization Paraffin
Dehydrocyclization paraffin merupakan reaksi catalytic reforming yang
paling susah. Reaksi dehydrocyclization terjadi pada tekanan rendah
dan temperature tinggi. Fungsi metal dan acid dalam katalis diperlukan
untuk mendapatkan reaksi ini.
d) Hydrocracking
Kemungkinan terjadinya reaksi hydrocracking karena reaksi
isomerisasi ring dan pembentukan ring yang terjadi pada
alkylcyclopentane dan paraffin dank area kandungan acid dalam katalis
yang diperlukan untuk reaksi catalytic reforming. Hydrocracking
paraffin relative cepat dan terjadi pada tekanan dan temperature tinggi.
Penghilangan paraffin melalui reaksi hydrocracking akan
meningkatkan konsentrasi aromatic dalam produk sehingga akan
meningkatkan octane number. Reaksi hydrocracking ini tentu

9
mengkonsumsi hydrogen dan menghasilkan yield reformate yang lebih
rendah.
e) Demetalisasi
Reaksi demetalisasi biasanya hanya dapat terjadi pada severity operasi
catalytic reforming yang tinggi. Reaksi ini dapat terjadi selama startup
unit catalytic reformate semi-regenerasi pasca regenerasi atau
penggantian katalis.
f) Dealkylation Aromatic
Dealkylation aromatic serupa dengan aromatic demethylation dengan
perbedaan pada ukuran fragment yang dihilangkan dari ring. Jika alkyl
side chain cukup besar, reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi
cracking ion carbonium terhadap rantai samping. Reaksi ini
memerlukan temperature dan tekanan tinggi.
3. Racun Katalis
Beberapa racun katalis catalytic reforming adalah sebagai berikut :
a) Sulfur
Konsentrasi sulfur maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha
adalah 0,5 wt-ppm. Biasanya diusahakan kandungan sulfur dalam
umpan naphtha sebesar 0,1-0,2 wt-ppm untuk menjamin stabilitas dan
seletivitas katalis yang maksimum. Beberapa sumber yang membuat
kandungan sulfur dalam umpan naphtha tinggi adalah : proses
hydrotreating yang tidak baik (temperature reactor kurang tinggi atau
katalis sudah harus diganti), recombination sulfur dari naphtha
hydrotreater ( dan terbentuknya sedikit olefin) akibat temperatur
hydrotreater yang tinggi dan tekanan hydrotreater yang rendah,
hydrotreater stripper upset, memproses feed yang memiliki end point
tinggi.
b) Nitrogen
Konsentrasi nitrogen maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha
adalah 0,5 wt-ppm. Kandungan nitrogen dalam umpan naphtha akan
menyebabkan terbentuknya deposit ammonium chloride pada
permukaan katalis. Beberapa sumber yang membuat kandungan
nitrogen dalam umpan naphtha tinggi adalah : proses hydrotreating
yang tidak baik (temperatur reactor kurang tinggi atau katalis sudah
harus diganti), penggunaan filming atau neutralizing amine sebagai
corrosion inhibitor di seluruh area yang tidak tepat guna.

10
c) Air
Kandungan air dalam recycle gas sebesar 30 mol-ppm sudah
menunjukkan excessive water, dissolved oxygen, atau combined
oxygen di unit catalytic reforming. Tingkat moisture di atas level ini
dapat menyebabkan reaksi hydrocracking yang excessive dan juga
dapat menyebabkan coke ladydown. Lebih lanjut lagi, kondisi ini akan
menyebabkan chloride ter-strip dari katalis, sehingga mengganggu
kesetimbangan H2O/Cl dan menyebabkan reaksi menjadi terganggu.
Beberapa sumber yang membuat kandungan air dalam system tinggi
adalah : proses hydrotreating yang tidak sesuai, kebocoran heat
exchanger yang menggunakan pemanas/pendingin steam/water di
upstream unit, system injeksi water catalytic reforming, kebocoran
naphtha hydrotreater stripper feed effluent heat exchanger, proses
drying yang tidak cukup di drying zone di dalam regeneration tower,
dan kebocoran steam jacket diregeneration section.
d) Metal
Karena efek reaksi irreversible, maka kontaminasi metal ke dalam
katalis catalytic reforming sama sekali tidak dibolehkan, sehingga
umpan catalytic reforming tidak boleh mengandung metal sedikit pun.
Beberapa sumber kandungan metal dalam umpan naphtha adalah :
arsenic (ppb) dalam virgin naphtha, timbal mungkin timbul akibat
memproses ulang off-spec leaded gasoline atau kontaminasi umpan
dari tangki yang sebelumnya digunakan untuk leaded gasoline, produk
korosi, senyawa water treating yang mengandung zinc, copper,
phosphorous, kandungan silicon dalam cracked naphtha yang berasal
dari silicon based antifoam agent yang diinjeksikan ke dalam coke
chamber untuk mencegah foaming, dan injeksi corrosion inhibitor yang
berlebihan ke stripper naphtha hydrotreater.
e) High feed end point
Catalytic reforming didisain untuk memproduksi aromatic
hydrocarbon. Produksi aromatic ini tidak dapat terjadi tanpa
kondensasi single ring aromatic menjadi mulgi-ring polycyclic
aromatic, yang merupakan petunjuk adanya coke. Endpoint naphtha
maksimum yang diijinkan sebagai umpan catalytic reforming adalah

11
204 oC. Pada endpoint > 204 oC, konsentrasi polycyclic aromatic
dalam umpan naphtha akan meningkat tajam. Jika umpan catalytic
reforming merupakan hasil blending dari berbagai sumber (straight run
naphtha, hydrocracker naphtha, cracked naphtha), maka tiap arus
umpan harus dianalisa secara terpisah dan tiap stream tidak boleh
memiliki endpoint > 204 oC. Hasil blending antara high end point
stream dengan low end point stream akan mengaburkan kandungan
fraksi endpoint yang tinggi.
4. Feed dan Produk Catalytic Reforming Unit
Feed unit catalytic reforming adalah heavy naphtha yang berasal dari unit
naphtha hydrotreating yang telah mengalami treating untuk menghilangkan
impurities seperti sulfur, nitrogen, oxygen, halida, dan metal yang
merupakan racun bagi katalis catalytic reforming. Boiling range umpan
heavy naphtha antara 70 s/d 150 oC. Produk unit catalytic reforming berupa
high octane motor gasoline component (HOMC) yang digunakan sebagai
komponen blending motor gasoline. Produk unit catalytic reforming ini
mempunyai RONC > 95 dan bahkan dapat mencapai RONC 100. Produk
lain adalah LPG dan byproduct hydrogen
5. Variabel Proses Catalytic Reforming Unit
Beberapa variabel proses yang berpengaruh pada operasi Catalytic
Reforming adalah sebagai berikut :
a) Catalyst Type
Tipe katalis berpengaruh terhadap operasi catalytic reforming terutama
dalam hal basic catalyst formulation (metal-acid loading), chloride
level, platinum level, dan activator level.
b) Temperatur Reaksi
Catalytic reformer reactor catalyst bed temperature merupakan
parameter utama yang digunakan untuk mengendalikan operasi agar
produk dapat sesuai dengan spesifikasi. Katalis catalytic reformer dapat
beroperasi hingga temperatur yang cukup tinggi, namun pada
temperatur di atas 560 oC dapat menyebabkan reaksi thermal yang akan
mengurangi reformate dan hydrogen yield serta meningkatkan
kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis. Temperatur
reactor dapat didefinisikan menjadi 2 macam, yaitu :

12
Weighted Average Inlet Temperature (WAIT), yaitu total (fraksi
berat katalis dalam bed dikali temperature inlet bed).
Weighted Average Bed Temperature (WABT), yaitu total (fraksi
berat katalis dalam bed dikali rata-rata temperatur inlet dan outlet).
Dari kedua macam definisi tersebut di atas, WAIT paling sering
digunakan dalam perhitungan karena kemudahan perhitungan,
walaupun WABT sebenarnya adalah ukuran yang lebih baik dari
kondisi reaksi dan temperatur katalis rata-rata.
c) Space Velocity
Space velocity merupakan ukuran jumlah naphtha yang diproses untuk
jumlah katalis yang tertentu selama waktu tertentu. Jika volume umpan
naphtha per jam dan volume katalis yang digunakan, istilah yang
digunakan adalah Liquid Hourly Space Velocity (LHSV). Sedangkan
jika berat umpan naphtha per jam dan berat katalis yang digunakan,
maka istilah yang digunakan adalah Weight Hourly Space Velocity
(WHSV). Satuannya sama, yaitu 1/jam. Semakin tinggi space velocity
atau semakin rendah residence time, maka semakin rendah octane
number (RONC) produk atau semakin rendah jumlah reaksi yang
terjadi pada WAIT yang tetap. Jika space velocity naik, untuk
mempertahankan RONC produk, maka kompensasi yang dilakukan
adalah dengan menaikkan temperatur reaktor.
d) Reactor Pressure
Sebenarnya lebih tepat mengatakan hydrogen partial pressure sebagai
variabel proses dibandingkan reactor pressure, namun untuk
kemudahan penggunaan, maka reactor pressure dapat digunakan
sebagai variabel proses (hydrogen partial pressure = purity hydrogen x
tekanan reactor). Penyederhanaan ini dapat diterima karena hydrogen
yang ada dalam sistem merupakan produk samping reaksi sehingga
juga tergantung tekanan reaktor, berbeda dengan di unit hydrocracker
yang menggunakan supply hydrogen dari hydrogen plant. Tekanan
reaktor akan mempengaruhi struktur yield produk, kebutuhan
temperatur reaktor, dan kecepatan pembentukan coke pada permukaan
katalis. Menurunkan tekanan reaktor akan meningkatkan jumlah
hydrogen dan yield reformate, mengurangi kebutuhan temperatur untuk

13
membuat produk dengan octane number yang sama, dan meningkatkan
kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis.
e) Hydrogen/Hydrocarbon Ratio
Hydrogen/hydrocarbon ratio didefinisikan sebagai mol recycle
hydrogen per mol naphtha umpan. Kenaikan H2/HC ratio akan
menyebabkan naphtha melalui reaktor dengan lebih cepat (residence
time lebih singkat), sehingga akan menurunkan kecepatan
pembentukan coke pada permukaan katalis dengan pengaruh yang
kecil terhadap kualitas dan yield produk.

2.4 Hydrocracking Process


1. Teori Hydrocracking
Hydrocracking merupakan proses mengubah umpan berupa minyak berat
menjadi produk-produk minyak yang lebih ringan dengan kehadiran
hydrogen dengan bantuan katalis dan menggunakan tekanan tinggi (hingga
100 s/d 200 kg/cm2; umumnya 175 kg/cm2) dan temperatur medium (290
s/d 454 oC). Catalyst yang digunakan berbasis silica alumina dengan
kombinasi nikel, molybdenum, tungsten. Feed hydrocracking yang umum
adalah heavy atmospheric gas oil, heavy vacuum gas oil, catalytically gas
oil, atau thermally cracked gas oil. Feedstock ini diubah menjadi produk-
produk dengan berat molekul yang lebih ringan dan biasanya dengan
memaksimalkan produk naphtha atau distillates (kerosene atau diesel).
2. Reaksi Kimia Hydrocracking
Bersamaan dengan proses hydrocracking, impurities yang terkandung
dalam feed, seperti senyawa sulfur, nitrogen, oksigen, halide, dan metal
juga dihilangkan.Selain itu senyawa olefin juga dijenuhkan.
Penghilangan sulfur dilakukan dengan cara mengubah senyawa sulfur
organic menjadi hydrogen sulfide dan hydrocarbon.
Penghilangan nitrogen dilakukan dengan cara mengubah senyawa
nitrogen organic menjadi ammonia dan hydrocarbon.
Penghilangan oksigen dilakukan dengan cara mengubah senyawa
oksigen organic menjadi air dan hydrocarbon.
Penghilangan halida dilakukan dengan cara mengubah senyawa
halide menjadi chloride acid dan hydrocarbon.
Penjenuhan olefin dilakukan dengan cara meng-hydrogenasi
senyawa olefin menjadi parafin. Tujuan penjenuhan olefin adalah

14
untuk peningkatan stabilitas produk saat penyimpanan (warna dan
sediment).
Penghilangan metal : senyawa organik metal akan terdekomposisi
dan metal akan secara permanen diserap atau beraksi dengan
katalis. Metal ini merupakan racun katalis yang permanen (tidak
dapat dihilangkan).
Semua reaksi di atas bersifat eksotermis sehingga temperatur akan naik
saat feed melewati unggun katalis (catalyst bed). Urutan kemudahan reaksi
yang terjadi di hydrocracking adalah sebagai berikut (mulai dari yang
paling mudah hingga yang paling susah) :
Penghilangan logam
Penjenuhan olefin
Penghilangan sulfur
Penghilangan nitrogen
Penghilangan oksigen
Penjenuhan cincin (heteroaromatic multiring aromatic
monoaromatic)
Cracking naphthene (multiring naphthene mono naphthene)
3. Katalis Hydrocracking
a) Catalyst Properties
Katalis yang digunakan dalam proses hydrocracking adalah bi-
functional catalyst (mempunyai dua fungsi, yaitu metal function dan
acid function). Metal function digunakan untuk sulfur removal,
nitrogen removal, olefin saturation, dan aromatic saturation. Sedangkan
acid function digunakan untuk hydrocracking. Berkaitan dengan katalis
hydrocracking, dikenal istilah supports dan promoters.
Supports menyediakan acid function
Amorphous
Zeolite
Promoters menyediakan metal function
Grup VI A (Mo/Molybdenum, W/Tungsten)
Grup VIII A (Co/Cobalt, Ni/Nikel, Pd/Palladium, Pt/Platinum)
Biasanya promoter berupa Pd, Pt, NiW, NiMo, CoMo, dan CoW.
Kekuatan hydrogenation-nya berturut-turut adalah Pt > Pd > NiW >
NiMo > CoMo > CoW > PdS > PtS. Namun Pd dan Pt sangat tidak
toleran terhadap sulfur dan harganya sangat mahal.
Umumnya katalis hydrocracking dikelompokkan menjadi 2 tipe
berdasarkan support-nya, yaitu amorphous dan zeolite. Tipe amorphous

15
digunakan jika diinginkan maksimasi produk distilat (kerosene dan
diesel), sedangkan tipe zeolite digunakan jika diinginkan maksimasi
produk naphtha.
4. Variabel Proses Hydrocracking
a) Fresh Feed Quality
Kualitas feed hydrocracker akan mempengaruhi :
Temperatur yang dibutuhkan untuk mencapai konversi penuh
Jumlah hydrogen yang dikonsumsi
Umur katalis
Kualitas produk
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan kualitas feed
hydrocracker adalah sebagai berikut :
Boiling range (Rentang Titik Didih)
Peningkatan boiling range umpan akan mengakibatkan umpan
tersebut lebih susah untuk diproses, sehingga membutuhkan
temperatur yang lebih tinggi yang kemudian akan
menyebabkan umur katalis menjadi lebih pendek. Umpan
dengan end point tinggi biasanya juga mengandung sulfur dan
nitrogen lebih banyak. Initial boiling point umpan yang rendah
(< 370oC) tidak berpengaruh buruk terhadap operasi, namun
akan mengurangi efisiensi operasi karena fraksi < 370 oC tidak
mengalami konversi di katalis.
Kandungan Sulfur dan Nitrogen
Kenaikan jumlah senyawa sulfur dan nitrogen organik akan
meningkatkan severity operasi. Kandungan sulfur tinggi akan
meningkatkan konsentrasi H2S dalam recycle gas sehingga
akan menurunkan purity recycle gas dan kemudian
menurunkan tekanan partial hydrogen. Namun hal ini tidak
terlalu berpengaruh terhadap aktivitas katalis karena
konsentrasi H2S hanya berkisar ratusan ppm (part per million).
Namun kandungan senyawa nitrogen organik yang terkonversi
menjadi ammonia dan terakumulasi dalam recycle gas akan
menurunkan aktivitas katalis. Oleh karena itu, umpan dengan
kandungan nitrogen organik tinggi akan lebih sulit diproses
dan membutuhkan temperatur lebih tinggi.
Kandungan Senyawa Tak Jenuh

16
Jumlah senyawa tak jenuh seperti olefin dan aromatik yang
terkandung dalam umpan akan meningkatkan kebutuhan gas
hidrogen dan meningkatkan panas reaksi yang dilepas. Secara
umum untuk boiling range umpan tertentu, penurunan API
gravity mengindikasikan peningkatan kandungan senyawa
aromatik tak jenuh. Selain itu parameter lain yang
mengindikasikan peningkatan senyawa tidak jenuh adalah
tingginya angka insoluble normal Heptane (n-C7). Kandungan
hidrokarbon tak jenuh yang berlebihan dapat menyebabkan
permasalahan kesetimbangan energi bila suatu unit tidak
dirancang khusus untuk jenis umpan tersebut.
Komponen Cracked Feed
Catalytically cracked feed dan thermally cracked feed
biasanya memiliki kandungan sulfur, nitrogen, dan particulate
yang lebih besar. Selain itu juga mengandung aromatik dan
senyawa pembentuk HPNA yang lebih banyak. Hal ini
menyebabkan cracked feed lebih sulit diproses dan
membutuhkan hidrogen lebih banyak. Pengolahan cracked
feed akan meningkatkan laju deaktivasi katalis dan juga
pressure drop reaktor.
Racun Katalis Permanen
Pada proses penghilangan logam dari umpan, senyawa logam
organic terdekomposisi dan menempel pada permukaan
katalis. Jenis logam yang biasanya menjadi racun katalis
hydrocracker adalah nikel, vanadium, ferro, natrium, kalsium,
magnesium, silica, arsenic, timbal, dan phospor. Keracunan
katalis oleh logam bersifat permanent dan tidak dapat hilang
dengan cara regenerasi. Keracunan logam dapat dicegah
dengan membatasi kandungan logam dalam umpan. Best
practice batasan maksimum kandungan logam yang
terkandung dalam umpan hydrocracker adalah 1,5 ppmwt
untuk nikel dan vanadium, 2 ppmwt untuk ferro dan logam
lain, serta 0,5 ppmwt untuk natrium.

17
Racun Katalis Tidak Permanen (Regenerable Catalyst
Contaminant)
Racum katalis tidak permanen adalah pengotor yang dapat
dilepaskan dari katalis dengan cara regenerasi katalis. Contoh
racun katalis tidak permanen adalah coke. Kandungan
asphaltene yang tinggi akan mengakibatkan pembentukan
coke di permukaan katalis dan menurunkan aktivitas katalis.
Kandungan asphaltene diukur dengan menggunakan
parameter insoluble normal heptane (n-C7). Batasan
maksimum insoluble n-C7 dalam umpan adalah 0,05 %wt.
Selain insoluble n-C7, parameter lain untuk mengetahui
jumlah kandungan asphalthene adalah Conradson Carbon
Ratio (CCR). Batasan maksimum CCR dalam umpan adalah
1 %wt.
b) Fresh Feed Rate atau LHSV (Liquid Hourly Space Velocity)
LHSV didefinisikan sebagai (fresh feed, m3/jam)/(volume katalis, m3),
sehingga satuan LHSV adalah 1/jam. Kenaikan feed rate dengan
volume katalis yang tetap akan menaikkan nilai LHSV. Untuk
memperoleh tingkat konversi reaksi yang sama, maka sebagai
kompensasinya maka temperatur reaksi (temperature inlet reactor)
harus dinaikkan. Namun kenaikan temperatur catalyst akan
menyebabkan peningkatan kecepatan pembentukan coke pada
permukaan katalis sehingga akan mengurangi umur katalis.
c) Combined Feed Ratio (CFR)
CFR didefinisikan sabagai (fresh feed + recycle feed)/(fresh feed).
Bottom fraksionator yang tidak terkonversi dikembalikan ke reaktor
dengan tujuan untuk:
Menurunkan panas yang dilepaskan oleh reaksi, karena recycle
feed tersebut telah terdesulfurisasi dan telah jenuh serta hanya
membutuhkan reaksi hidrocracking. Hal ini dapat menurunkan
beban katalis.
Menurunkan severity reaksi.
Efek langsung kenaikan CFR adalah pengurangan yield naphtha
(dan kenaikan yield produk 150 oC+) dan dari kenaikan yield

18
produk 150 oC+ yang tertinggi adalah kenaikan jumlah produksi
diesel.
CFR optimum untuk operasi Hydrocracker adalah antara 1,6 s/d 1,65.
CFR > 1,65 berarti unit dijalankan dengan low severity, sedangkan jika
CFR < 1,6 berarti unit dijalankan dengan high severity. CFR ini bisa
juga untuk mensiasati umur katalis; jika peak temperature fresh feed
reactor sudah tercapai, CFR dapat dinaikkan untuk menurunkan
severity operasi fresh feed reactor.
d) Hydrogen Partial Pressure
Selain digunakan untuk reaksi, hydrogen juga berfungsi untuk menjaga
tingkat kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis.
Hydrogen partial pressure yang rendah akan meningkatkan kecepatan
deaktivasi katalis. Hydrogen partial pressure dikendalikan dengan cara
menjaga tekanan reaktor dan purity hydrogen dalam recycle gas. Purity
hydrogen dapat ditingkatkan dengan cara :
Meningkatkan kandungan hydrogen dari make up compressor.
Venting recycle gas dari High Pressure Separator untuk membuang
impurities seperti NH3 dan H2S.
Menurunkan temperatur High Pressure Separator.
e) Hydrogen to Hydrocarbon Ratio (H2/HC Ratio)
Peningkatan laju alir recycle gas akan meningkatkan rasio H 2/HC.
Pengaruh perubahan H2/HC sama dengan pengaruh tekanan parsial
hidrogen terhadap severity reaksi. Variabel yang dikendalikan untuk
menjaga H2/HC adalah laju recycle gas, hydrogen purity dalam recycle
gas, dan laju umpan.
f) Kualitas Make up Hydrogen
Seperti telah dijelaskan pada point d dan e di atas, kualitas make up
hydrogen penting untuk menjaga tingkat kemurnian hydrogen dalam
recycle gas.
g) Temperatur
Kenaikan temperatur akan menaikkan konversi yang kemudian akan
menyebabkan kenaikan laju deaktivasi katalis. Kenaikan temperature
yang mendadak dan sangat tinggi disebut dengan istilah temperature
runaway atau temperature excursion. Temperature runaway atau
temperature excursion didefinisikan sebagai berikut :

19
T reaktor (peak inlet temperature) > 28 oC (untuk 1st stage
amorphous catalyst) atau > 14 oC (untuk 2nd stage amorphous
catalyst) atau > 42 oC (untuk 1st stage zeolite catalyst) atau > 21 oC
(untuk 2nd stage zeolite catalyst), dan
Peak temperature reaktor melebihi batasan disain (untuk
amorphous catalyst > 454 oC).
h) Wash Water Injection
Injeksi wash water pada unit hydrocracker diperlukan untuk :
Menghilangkan ammonia dalam recycle gas
Adanya ammonia dalam recycle gas walaupun dalam jumlah
sangat kecil (biasanya sekitar 200-400 ppm tergantung dari jenis
umpannya) akan sangat mengganggu aktivitas katalis karena
ammonia akan mengisi active site katalis.
NH3 + H2O NH4OH
Mencegah terjadinya fouling akibat pembentukan garam ammonia
(terutama pada fin fan cooler effluent reactor, upstream high
pressure separator karena pada temperatur rendah senyawa garam
mudah mengendap).
NH3 + H2S NH4HS
Pembentukan NH4HS adalah akibat dari reaksi senyawa ammonia
anorganik (NH3) dengan senyawa sulfur anorganik (H2S). Fungsi
wash water adalah melarutkan NH4HS agar tidak mengendap pada
bagian dalam fin fan cooler yang akan menyebabkan plugging.
Best practice jumlah injeksi wash water yang direkomendasikan
biasanya antara 3 s/d 8% volume on feed hydrotreater. Atau untuk
implementasi yang lebih akurat adalah dengan melihat kandungan
NH4HS yang terlarut dalam sour water di high pressure separator.
Kandungan NH4HS dalam sour water diusahakan sekitar 8%wt (di
bawah 8%wt pelarutan oleh wash water dianggap kurang efektif
sehingga injeksi wash water harus ditambah dan di atas 8%wt akan
menyebabkan sour water yang dialirkan ke unit sour water stripper
menjadi korosif sehingga injeksi wash water harus dikurangi.
Injeksi wash water biasanya dilakukan pada inlet fin fan cooler
upstream high pressure separator. Temperatur wash water tidak
boleh terlalu tinggi. Best practice-nya, temperatur wash water
harus cukup rendah sehingga minimal 20% dari injeksi wash water

20
masih tetap berbentuk cair pada outlet fin fan cooler (inlet high
pressure separator).
Jika injeksi wash water terganggu dalam waktu lebih dari 30 menit
maka efeknya akan langsung terasa, yaitu jumlah unconverted oil
meningkat (karena konversi menurun akibat meningkatnya
kandungan ammonia pada recycle gas yang berebut untuk
menempati active site katalis). Oleh karena itu, jika dalam waktu
30 menit gangguan injeksi wash water tidak dapat diatasi, maka
unit hydrocracker harus turun feed atau bahkan harus shutdown
jika injeksi wash water sama sekali tidak ada karena ketidakadaan
wash water akan menyebabkan plugging pada fin fan cooler
upstream high pressure separator.

2.5 Isomerisasi
Proses isomerisasi adalah proses dimana paraffin rantaia lurus dikonversi
menjadi senyawa-senyawa rantai cabang yang sinambung dengan menggunakan
katalis. Misalnya normal hexane menjadi iso hexane :

1. Proses Isomerisasi
Proses isomerisasi katalitik ditujukan untuk mengkonversi umpan nafta
ringan (C5C6) berangka oktana rendah (RON 6570) menjadi produk
isoparafin berangka oktana tinggi RON 8792 dengan sensitivitas (RON
MON) rendah (baik) dengan bantuan katalis bifungsional. Umpan normal
parafin dan isoparafin bercabang tunggal mengalami isomerisasi menjadi
isoparafin bercabang banyak, berangka oktana tinggi. Angka oktana produk
isomerat dengan proses isomerisasi langsung (satu tahap) hanya mencapai
RON 8284, tetapi dengan pemisahan normal parafin dari isoparafin
bercabang satu dari produk campuran isomerat dan mensirkulasikannya
kembali bersama umpan nafta ringan (proses isomerisasi dua tahap) akan

21
diperoleh kenaikan angka oktana produk isomerat sekitar 68 angka, yaitu
RON 92.(1,6,28) Proses isomerisasi dapat pula dipakai untuk pembuatan
produk isobutana yang merupakan salah satu umpan proses alkilasi dengan
penambahan satu kolom deisobutanizer pada unit proses tersebut. Katalis
isomerisasi adalah identik dengankatalis reformasi bifungsional yang
mengandung inti aktif logam platina dan inti aktif asam alumina klor
dan/atau zeolit yang juga berfungsi sebagai penyangga katalis.
Proses isomerisasi pentana (C5) dengan sirkulasi umpan dapat
menaikkan angka oktana dari umpan RON 7075 menjadi produk isomerat
RON 92. Peningkatan angka oktana dari proses isomerisasi heksana (C 6)
adalah lebih rendah daripada proses isomerisasi pertama tersebut, yaitu
sekitar 1015 saja. Kenaikan angka oktana dari proses isomerisasi C 5/C6
dipengaruhi oleh komposisi C5 dan C6 dari umpan nafta ringan. Isomerisasi
heptana hanya memberikan isoparafin rendah bercabang satu yang angka
oktananya tidak begitu besar. Pada isomerisasi C6 dan C7 dapat terjadi
reaksi samping hidrorengkah.
Dapat dicatat bahwa isomerat yang dihasilkan berkadar paraffin tinggi
dengan angka oktan tinggi dan sensitivitas yang rendah (ROM = MON)
(baik). Sehubungan dengan dua komponen utama bensin lainnya (bensin
perengkahan katalitik dan reformat) berkadar aromatic tinggi mempunyai
sensitivitas yang lebih tinggi (MON << RON) (kurang baik), maka hal ini
membuat isomerat menjadi komponen bensin berharga didalam industri
pembuatan bensin ramah lingkungan.
a) Reaksi Isomerisasi Parafin
Reaksi isomerisasi parafin dengan bantuan katalis biofungsional
yang terdiri dari inti aktif logam dan inti aktif asam mempunyai
mekanisme reaksi sebagai berikut :
Senyawa antara molekul ion karbonium. Selanjutnya senyawa
antara ion isokarbonium tersebut berisomerisasi menjadi isomer ion
karbonium dan dengan melepas kembali proton (H+) ke inti asam
katalis kemudian dihidrogenasi dengan bantuan inti aktif logam
menjadi produk iso-parafin.

22
b) Umpan Isomerisasi Parafin
Umpan proses isomerisasi adalah nafta ringan 3075C yang
mengandung sebagian besar pentana (C5) dan heksana (C6) dengan
sedikit campuran siklopentana dan metil siklopentana. Umumnya
parafin adalah normal parafin dan sedikit isoparafin bercabang satu
sehingga angka oktana umpan nafta ringan ini adalah rendah, yaitu
sekitar RON 6570.
c) Katalis isomerisasi paraffin
Katalis isomerisasi adalah katalis bifungsional yang identik
dengan katalis proses reformasi katalitik, yaitu terdiri atas dua jenis inti
aktif: inti aktif logam (platina) dan inti aktif asam (Al 2O3-Cl dan Al2O3-
SiO2), yaitu antara lain :
Platinaklor alumina, Pt/Al2O3-Cl
Platinazeolit, Pt/Al2O3-SiO2
Sulfated metal oxide platina alumina, Al2O3
d) Unit Proses Isomerisasi
Proses isomerisasi umpan nafta dengan menggunakan katalis
biofungsional terdiri dari dua jenis yaitu :
Isomerisasi 1 tahap (Proses Isomerisasi TIP)
Umpan digabung dengan sirkulasi gas hydrogen dan
dipanasi sampai temperature panas reaksi lalu dimasukkan
kedalam reaktor . Produk keluar dari bagian bawah reactor,
didinginkan dan dilewatkan pada satu separator dan dari atas
separator keluar gas hidrogen yang disirkulasikan kembali ke unit.
Isomerat cair yang keluar dari bawah separator dimasukkan ke
kolom stabilizer untuk menghilangkan produk gas LPG dari
produk isomerat tersebut. Benzena di dalam umpan nafta ringan
dihidrogenasi menjadi siklo-heksana yang selanjutnya terkonversi
sebagian menjadi parafin. Jika proses zeolit satu tahap ini
digabung dengan sistem Iso Sieve Molecular diperoleh proses
isomerisasi dua tahap Zeolitic Process/TIP. Pada proses ini normal
parafin (yang tidak terkonversi) dari produk isomerat dipisahkan

23
dalam kolom absorben berisi pengayak molekul (molecular sieve)
berukuran pori tertentu, dan selanjutnya normal-parafin yang telah
dipisahkan dari produk disirkulasikan kembali ke dalam reaktor.
Proses isomerisasi dua tahap ini dapat menghasilkan produk
isomerat berangka oktana tinggi RON 88 yaitu lebih tinggi sekitar
8 angka daripada proses zeolit satu tahap tersebut.
Tahap isomerisasi 2 tahap (Proses PENEX UOP)
Proses Penex UOP memakai katalis yang lebih aktif yang
dioperasikan pada temperatur lebih rendah (120180oC) dengan
dua reaktor, dan temperatur reactor kedua lebih rendah daripada
reaktor pertama yang akan meningkatkan derajat isomerisasi
umpan parafin. Untuk temperatur operasi rendah ini tidak
diperlukan suatu pemanasan khusus dan begitu juga dengan
kebutuhan hidrogen yang rendah tidak diperlukan suatu sistem
sirkulasi gas hidrogen. Proses Penex satu tahap ini dapat
menghasilkan produk isomerat berangka oktana 8285 dengan
perolehan isomerat mencapai 100% volume.
e) Proses Penex UOP dengan Sirkulasi Deisoheksaniser
Unit proses isomerisasi dengan sirkulasi umpan dapat
menghasilkan isomerat berangka oktana RON 91 dan MON 90 yang
mendekati angka oktana dari komponen utama bensin alkilat; kedua
komponen bensin tersebut sama-sama bebas dari kandungan olefin dan
aromatik. Peranan isomerat ini dalam pembuatan bensin ramah
lingkungan cukup penting, yaitu sekitar 11% vol pada pembuatan
bensin ramah lingkungan.
Proses isomerisasi katalitik telah dioperasikan pada UP VI
Pertamina Balongan. Unit pengolahan yang telah mengoperasikan
proses refomasi katalitik mempunyai potensi untuk memenuhi
kebutuhan gas hidrogen pada unit pemurnian umpan nafta ringan dan
proses isomerisasinya sehingga memungkinkan untuk dibangun suatu
unit proses isomerisasi nafta ringan pada unit pengolahan Pertamina
lainnya yaitu pada UP II Dumai, UP IV Pertamina Cilacap, UP V

24
Balikpapan dan UP VII Kasim, agar supaya dapat ditingkatkan potensi
untuk pembuatan bensin ramah lingkungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada proses pengolahan minyak bumi terdapat katalis reforming,
hydrocracking, dan isomerisasi. Reforming merupakan proses pengubahan
naphtha menjadi aromatic agar menaikkan nilai oktan. Katalis yang digunakan
pada reforming adalah katalis Pt/Platina. Hydrocracking merupakan proses
mengubah umpan dari minyak berat menjadi minyak lebih ringan dengan
kehadiran hydrogen dan bantuan katalis pada tekanan tinggi. Katalis yang
digunakan pada hydrocracking adalah metal function dan acid function.
Isomerisasi merupakan proses dimana paraffin/senyawa rantai lurus di konfersi
menjadi senyawa-senyawa rantai cabang dengan bantuan katalis. Katalis yang
digunakan pada proses isomerisasi adalah platina.
3.2 Saran
Saran untuk para pembaca agar dapat lebih memahami dan menerapkan bentuk
dan makna yang semestinya digunakan agar tidak menyalahi kaidah bahasa yang
seharusnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Maarif, H. 2009. Reaksi Kompetisi antara Perengkahan dan Polimerisasi Tir Karet
dari Ban Bekas dengan Katalis Mo-Ni/Zeolit Y. Skripsi Program Studi
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rodiansono, C. Irawan., & D.R Mujiyanti. 2009. Preparasi dan Karakterisasi Katalis
Ni, Co yang Diembankan pada Zeolit-Zcp-50 Menggunakan Metode Matrik
Polimer. Sains dan Terapan Kimia. 2 (1): 113.
Trisunaryanti, W., S. Purwno, & Hastanti. 2007. Preparasi dan Karakterisasi Katalis
Fe2O3 yang Dibebankan Pada Katalis Alam. Prosiding Symposium Dan Kongres
Masyarakat Katalis Indonesia Kedua, Jurusan Tekhnik Kimia UNDIP dan Jurusan
Kimia FMIPA UNNES, Semarang 2007, pp 6-7.
Triyono. 2000. Kimia Katalis. FMIPA UGM, Yogyakarta.

26

Вам также может понравиться