Вы находитесь на странице: 1из 2

Berbicara mengenai Papua, Pulau yang terletak di ujung Nusantara ini, kita lantas membayangkan keindahan

pulaunya, taman laut yang terkenal hingga ke mancanegara, hutan belantara dan gunung-gunung tinggi yang
menjadikan Papua masih terasa seperti pulau surga yang terpelihara. Sungguh karunia terindah yang di berikan
Allah kepada Indonesia, memelihara dan menjaganya adalah hal paling penting yang harus kita lakukan sebagai
wujud rasa terima kasih kita kepada-Nya. Hanya saja di beberapa tempat di pulau nan indah ini masih banyak yang
belum tertata rapi dan tersentuh oleh tangan-tangan jahil yang mencoba merusak beberapa hasil alam yang di
bangga-banggakan itu serta minimnya penanganan yang serius dari pemerintah. Dari beberapa film documenter
yang di tayangkan di berbagai TV swasta ataupun media lain menggambarkan bahwa Papua adalah pulau yang
sangat jauh dari kehidupan-kehidupan seperti yang kita rasakan sekarang di berbagai kota-kota besar, tapi
sebenarnya tidak, justru disinilah tempat yang nyaman,kata orang Papua identic dengan kekerasan dan tertinggal
jauh, tapi sebenarnya disini ada kok yang namanya mall dengan pengunjung yang lumayan tinggi setiap harinya,
berbagai tempat-tempat wisata ,tempat ibadah, saling menghormati antar suku dan agama, di setiap hari minggu
yang sebagian besar penduduk sini beragama Kristen melaksanakan ibadah mereka dengan nyaman dan aman,
begitu pula sebaliknya yang beragama islam mereka mendirikan sholat jumat dan sholat 5 waktu dengan aman dan
nyaman pula, serta para penganut agama yang lain yang mengerjakan ibadah mereka masing-masing, di kota kami
pun bukan hanya penduduk asli papua, banyak yang merantau dari pulau seberang seperti dari Jawa, Sulawesi,
Sumatra, Maluku, bahkan wisatawan asing pun tidak sedikit yang menetap untuk tinggal di tempat ini walaupun ada
beberapa yang masih meragukan kesetiaan dari penduduk non-papua tapi lama-kelamaan mereka pun menjadi
mengerti dan mulai saling memahami satu dengan yang lainnya. Pernah menonton film lost in Papua? sedikit me-
review sebuah film baru karyaIrham Acho Bachtiar yang menceritakan tentang sebuah suku di Papua. Di bintangi
oleh Fauzi Baadilah dan Fanni Febriani dan didukung oleh figuran orang asli Papua. Sebenarnya dari film itu
beberapa orang beranggapan bahwa papua memiliki penduduk yang tidak ramah, dan sebagainya dan membuat
orang-orang merasa ketakutan memikirkan dan menangkap bahwa seperti itulah masyarakat Papua terutama untuk
suku korowai yang diceritakan dalam film itu bahwa Perempuan Papua digambarkan sebagai perempuan yang lebih
baik bisa berhubungan seks dan mendapat bibit penerus dari lelaki Jawa. Suku Korowai digambarkan sebagai suku
yang hanya terdiri dari kaum perempuan dan juga pemerkosa laki-laki. Ini merendahkan perempuan., ini tentu tidak
benar. Korowai sebuah kelompok etnik yang dulu hidup di pepohonan di daerah Boven Digul. Mereka tentu saja
bukan eksklusif perempuan. Banyak lelaki Korowai. Lelaki Korowai adalah salah satu suku di Papua yang tidak
memakai koteka. Kaum lelaki suku ini memasukan alat kelamin mereka ke dalam kantong jakar (scrotum) dan pada
ujungnya mereka balut ketat dengan sejenis daun. Kaum perempuan hanya memakai rok pendek terbuat dari daun
sagu. Sagu adalah makanan utama mereka. Ulat sagu juga menjadi makanan tambahan yang terlebih dulu dibakar.
Untuk menghindari binatang buas dan ancaman perang antar suku, mereka membuat rumah di atas pohon bahkan
ada rumah yang mencapai tinggi 40 meter (http://yulankurimameke.wordpress.com/2011/12/12/23/) hal ini tentu
menjadikan orang-orang menjadi berfikir dua kali untuk melakukan perjalanan wisata ke Papua. Untuk
membuktikannya cobalah tengok keindahan dan keramahan masyarakat papua dan buatlah kesimpulan sendiri.
Selain keindahan alam yang ditawarkan oleh pulau cendrawasih ini serta keragaman suku dan budaya masyarakat
Papua, ternyata sebagian penduduk pulau ini juga sangat menghargai hewan, tapi jangan salah dan meremehkan
hal yang satu ini, berbicara mengenai hewan saya akan berbagi cerita kepada teman teman semua mengenai
perilaku masyarakat Papua tepatnya di kota Sorong-Papua Barat (Sorong adalah nama kota yang berada tepat di
awal pulau papua-pent). Jangan salah kalau di daerah kalian yang berada di luar papua adalah daerah yang begitu
menyayangi hewan peliharaan terutama hewan Anjing dan Babi. Ternyata di Kota Sorong ini mereka lebih
menyayangi kedua hewan ini, bagaimana tidak ketika berjalan di sekitar kota ini sepanjang jalan kalian akan
menemui beberapa hewan peliharaan mereka, dan berhati-hatilah ketika melewati daerah yang banyak di singgahi
oleh kedua hewan ini, karena ketika menabrak anjing atau pun babi milik mereka kalian akan dikenai denda, apalagi
yang kalian tabrak adalah hewan babi atau anjing betina, setiap puting-nya akan di hitung dan di kenai biaya sendiri
hingga mencapai total puluhan juta rupiah , itulah mengapa banyak pengendara motor atau mobil lebih memilih
mencelakakan diri mereka sendiri di banding menabrak seekor anjing atau babi yang harganya berlipat ganda
dibanding harga perawatan rumah sakit. Sudah banyak kasus serupa yang terjadi di kota sorong ini, yang lebih
parahnya lagi jika sampai terjadi pertikaian masalahnya lebih panjang dan rumit dan imbasnya bisa kepada orang-
orang lain. Dari beberapa data yang saya ambil, jalan keluar yang biasa di ambil ketika terkena kasus penabrakan
hewan ini adalah jalan damai dan kesepakatan yang di wakili langsung oleh Tokoh masyarakat dari pelaku dan si
pemilik hewan yang mana kedua belah pihak melakukan kesepakatan dengan membayar denda tapi nilai denda
yang tidak begitu tinggi seperti permintaan sebelumnya.

Вам также может понравиться