Вы находитесь на странице: 1из 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas

berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Vulkanologi

yang membahas tentang Magmatisme dan Sistem Geotermal dalam bidang studi

Geotermal.

Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Vulkanologi, selama

penyusunan makalah ini kami dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh

karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah

membantu menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis telah berusaha semaksimal

mungkin , namun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca.

Tondano, September 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................1

Daftar Isi ..2

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ...4

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan.........5

BAB II ISI

2.1 Magmatisme ......6

2.2 7 Busur Magmatik.....11

2.3 Magmatisme Pada Zona Subduksi....16

2.3.1 Pembentukan Magma pada Zona Subduksi ...18

2.3.2 Komposisi Magma .19

2.3.3 Diferensiasi Magma 20

2.4 Sistem Geotermal dalam kerangka Tektonik Lempeng...22

2.5 Komponen Sistem Geotermal .25

2.6 Klasifikasi dan Model Konseptual Sistem Geotermal ...27

2.7 Manifestasi Permukaan Magmatic Hydrothermal System .37

2
BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ..42

3.2 Saran ...42

DAFTAR PUSTAKA...43

LAMPIRAN.44

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Magmatisme berada di zona penunjaman atau dengan istilah zona

subduksi. Dua lempeng bertumbukan akan mengakibatkan goncangan.

Magmatisme akan menjaga keseimbangan, sehingga goncangan dapat diperkecil.

Magmatisme ini akan menghasilkan gunung berapi sehingga bumi tidak

bergoyang.

Panas bumi yaitu panas didalam bumi yang diakomodasi oleh adanya

material panas dengan kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan

yang menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber tersebut hingga ke

permukaan.

Sumber energi panas bumi merupakan sebuah sumber energi panas yang

terdapat dan terbentuk di dalam kerak Bumi. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun

2003 tentang Panas Bumi, Panas Bumi adalah sumber energi panas yang

terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas

lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem

panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.

4
Sistem panas bumi ialah terminologi yang digunakan untuk berbagai hal

tentang sistem air-batuan dalam temperatur tinggi di laboratorium atau lapangan

(Santoso, 2004).

Daerah panas bumi (geothermal area) atau medan panas bumi (geothermal

field) ialah daerah dipermukaan bumi dalam batas tertentu dimana terdapat energi

panas bumi dalam suatu kondisi hidrologi-batuan tertentu (Santoso, 2004).

Komponen utama pembentuk suatu sistem panasbumi (Dwikorianto, 2006)

adalah: Sumber panas (heat source), Batuan reservoir (permeable rock), Batuan

penutup (cap rock), Serta aliran fluida (fluida circulation).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari magmatisme ?

2. Apasajakah 7 busur magmatik ?

3. Apa pengertian system geothermal ?

4. Apa saja komponen dalam system geothermal ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari magmatisme

2. Untuk mengetahui 7 busur magmatik

3. Untuk mengetahui pengertian system geothermal

4. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam system geothermal

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. MAGMATISME

Magmatisme adalah seluruh kegiatan magma, mulai dari saat peleburan,

proses ketika magma naik ke permukaan bumi, sampai membeku membentuk

batuan. Magmatisme berada di zona penujaman atau dengan istilah zona subduksi.

Dua lempeng bertumbukan akan mengakibatkan goncangan. Magmatisme akan

menjaga keseimbangan, sehingga goncangan dapat diperkecil. Magmatisme ini

akan menghasilkan gunung berapi sehingga bumi tidak bergoyang.

Sumberdaya panas bumi (geotermal) tidak mungkin dapat dipahami tanpa

mempelajari mekanisme pembentukan magma dan kegiatan vulkanisme. Sistem

panasbumi dengan suhu yang tinggi terletak pada tempat-tempat tertentu, yaitu di

sepanjang zona vulkanik punggungan pemekaran benua, di atas zona subduksi,

dan di daerah anomali pelelehan dalam lempeng. Batas-batas pertemuan lempeng

yang bergerak merupakan pusat lokasi kemunculan sistem hidrotermal magma.

Transfer energi panas secara konduktif pada lingkungan tektonik lempeng

diperbesar oleh gerakan magma dan sirkulasi hidrotermal. Energi panas bumi 50%

ada di dalam magma, 43% di dalam batu kering panas (hot dry rock), dan 7% di

dalam sistem hidrotermal.

6
Pada Gambar 1.1. diperlihatkan sistem magmatisme berkomposisi asam sampai

dengan basa. Sumber panas yang menggerakkan konveksi hidrotermal terdiri dari

beberapa macam geometri dan karakteristik, yaitu

1. Sistem magma asam yang besar, membentuk kaldera utama dan kaldera yang

diisi oleh aliran riolit.

2. Zona dapur magma intermediate sampai dengan magma asam.

3. Rangkaian tubuh magma basaltik, andesitik, dasitik, dan riolitik

4. Kompleks tubuh magma basaltik kecil dan riolitik

5. Rangkaian korok/dyke basaltik.

7
Gambar 1.1. Evolusi dapur magma asam sebagai fungsi kedudukan tektonik

(Hidreth, 1981).

Menurut Hochstein dan Muffler (1995), transfer panas dari kerak terdiri dari:

1. Transfer panas dari busur vulkanik:

- Transfer panas oleh erupsi vulkanik.

- Pelepasan panas secara hampir terus menerus dalam jangka tertentu dari

gunungapi aktif dan pelepasan gas dari kerak yang terintrusi.

- Anomali transfer konduktif yang tinggi.

- Transfer konveksi yang hampir terus menerus oleh fluida panasbumi.

2. Transfer panas oleh plume, letaknya tidak berkaitan dengan tektonik lempeng,

tetapi selalu berasosiasi dengan pengangkatan dan banjir basalt 58 yang banyak.

Plume mantel mempunyai jari-jari sekitar 500-1000 km, sedangkan pada plume

astenosfer, akibat subduksi, mempunyai jari-jari sekitar 100 km.

3. Transfer panas dari pelelehan subcrustal oleh underplating akibat pengumpulan

dan pemadatan lelehan kerak di bawah kerak benua.

4. Transfer panas yang berasosiasi dengan subcrustal atau pemekaran kerak.

5. Panas yang terjadi akibat deformasi plastis.

Panas dapat berpindah secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas

secara konduksi adalah perpindahan panas melalui bahan akibat adanya interaksi

8
atomik/molekul penyusun batuan tersebut dalam mantel. Proses konveksi

perpindahan panas terjadi karena molekul penyusun batuan dapat berpindah atau

dengan kata lain perpindahan panas diikuti oleh perpindahan massa. Kedua proses

inilah yang dominan terjadi di dalam bumi.

Sumber panas di dalam kerak akibat magma felsik (asam) yang dihasilkan oleh

kerak yang leleh sebagian adalah:

1. Panas akibat konduksi lokal dari mantel bersuhu tinggi. Konduksi sangat sulit

untuk memanaskan kerak di atas suhu leleh pada jarak antara mantel bersuhu

tinggi dan Moho (>18-19 km).

2. Panas yang didapat dari pengumpulan magma basaltik. Tingkat akumulasi

magma di bagian bawah kerak tergantung dari stress/tegasan di lapangan. Tegasan

tensile menyebabkan pengumpulan magma basaltik di atas tegasan hidrostatik dan

mengurangi jarak antara mantel bersuhu tinggi dan Moho sehingga secara mekanik

mempercepat pelelehan kerak.

Menurut Wright et.al. (1985) sumber daya panasbumi yaitu:

1. Sumberdaya batu panas (lebur sebagian >6000 C , padat/hot dry rock 900 C

-6500 C).

2. Sumberdaya konveksi hidrotermal (dominasi uap 2400 C, dominasi air panas

30-3500 C).

3. Sumberdaya hidrotermal lainnya yaitu:

9
- Cekungan pengendapan/fluida panas pada akifer regional 300 C - 1500 C.

- Geopressured/fluida panas yang tertekan sampi dengan di atas tekanan hidrostatis

900 C -2000 C

- Radiogenic/panas yang dihasilkan oleh peluruhan alamiah unsur radioaktif U,

Th, K 300 C -3500 C.

Geometri reservoar hidrotermal di daerah vulkanik merupakan hasil

interaksi yang kompleks dari proses vulkano-tektonik aktif antara lain stratigrafi

yang lebih tua dan struktur geologi. Reservoar panasbumi yang produktif harus

memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi, ukuran cukup besar, suhu tinggi,

dan kandungan fluida yang cukup. Permeabilitas dihasilkan oleh karakteristik

stratigrafi (misal porositas intergranular pada lapilli, atau lapisan bongkah-

bongkah lava) dan unsur struktur (misalnya sesar, kekar, dan rekahan). Sistem

hidrotermal akan kehilangan permeabilitas bersamaan dengan berjalannya waktu

oleh tekanan larutan atau pengendapan mineral-mineral dari air saat mendingin

atau kehilangan CO2. Sehingga pemeliharaan permeabilitas memerlukan

perekahan periodik. Re-injeksi pada lapangan panasbumi sangat diperlukan untuk

pengisian kembali reservoar yang uapnya telah digunakan untuk menggerakan

turbin dan mencegah polusi kimia.

10
Gambar 1.2. Kompleks lava dome, dimana tefra/piroklastik berperan sebagai

reservoar, intrusi lava yang baru sekaligus menjadi sumber baru yang memanaskan

reservoar (Wohletz dan Heiken, 1992).

2.2 7 BUSUR MAGMATISME

Gambar. 1.3 Busur magmatisme

Gambar diatas merupakan proses magmatisme dan zona dimana magma

dikeluarkan. Proses ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng yang berbeda

baik secara fisik maupun kimia serta adanya suhu tingi dan tekanan tinggi yang

berasal dari dalam bumi. Dalam hal ini dibagi kedalam 7 busur magmatisme yaitu

sebagai berikut.

11
1. Mid Oceanic Redge

Gambar.1.4 Mid oceanic ridge

Zona MOR adalah zona dimana lempeng samudera dan samudera saling

menjauh atau divergen. Ini sangat dikontrol oleh arus konveksi yang terjadi pada

mantel bumi sehingga magma keluar dan membentuk pegunungan lantai

samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basah-ultra basah

2. Continental Rift Zone

Gambar.1.5 MOR dan Continental rift zone

12
Continenal rift zone merupakan zona yang hampir sama dengan zona MOR

(MOR diatas dan continental rift zone dibawah). Bedanya, pada zona continental

rift zona terjadi pada lempeng continental yang tetap dikontrol oleh arus konveksi

pada mantel bumi sehingga lempeng continental saling menjauh atau divergen dan

membentuk sebuah pecahan celah yang panjang hingga ribuan kilometer dan

lebarnya ratusan kilometer atau mirip dengan graben. Magma yang dihasilkan

pada zona ini adalah magma basah intermediet karena berasal dari astenosfer yang

bersifat ultra basah bertemu dengan lempeng benua yang bersifat asam sehingga

menghasilkan magma basah intermediet.

3. Island Arc

Gambar.1.6 Island arc

13
Island arc merupakan busur kepulauan yang terbentuk akibat terjadinya

pergerakan lempeng samudera dari MOR yang secara terus menerus sehingga

membentuk suatu busur kepulauan. Dilihat dari gambar 1 diatas island arc terletak

pada zona subduction karena island arc yang sudah terbentuk dibawa oleh

pergerakan lempeng samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basah.

4. Volcanic Arc

Gambar.1.7 Volcanic arc

Volcanic arc merupakan busur gunung api yang terbentuk pada zona

subduction dimana terjadi penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng

benua sehingga lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi

melting dan terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat

intermediet.

5. Back Arc Basin

Back arc basin merupakan suatu cekungan dibelakang zona subduction (lihat

gambar 1.4). Proses ini hampir sama dengan zona MOR yang terjadi pada lempeng

samudera. Ketika lempeng samudera bergerak saling menjauh (rifting) sementara

diatas lempeng samudera ada lempeng benua sehingga terbentuk cekungan

14
dibelakang zona subduction. Ini biasanya terbentuk bersamaan dengan island arc.

Magma yang dihasilkan bersifat basah.

6. Oceanic Intraplate

Oceanic intraplate terjadi pada zona hotspot yang berasal dari mantel. Ini

terjadi karena pergerakan lempeng sehingga kerak samudera menipis yang

memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar

samudera sehingga membentuk gunungapi atau pulau-pulau gunungapi di tengah

samudera. Karena lempeng samudera terus bergerak, maka terbentuk deretan

pulau-pulau tengah samudera.(lihat gambar 1 bagian 6). Magma yang dihasilkan

bersifat ultra basah karena langsung berasal dari astenosfer dalam bumi.

7. Continental Intraplate

Continental intraplate ini juga terjadi pada zona hotspot tepatnya pada

lempeng continental. Dari peregerakan lempeng tersebut menjadikan kerak benua

mulai menipis namun magma tidak bisa keluar karena berada paling jauh dibawah

sehingga hanya terbentuk gunung. Dari lempeng continental yang terus bergerak

maka terbentuk deretan pegunungan. (lihat gambar 1 bagian 7). Magma yang

dihasilkan bersifat ultra basah yang berasal dari astenosfer dalam bumi.

2.3 MAGMATISME PADA ZONA SUBDUKSI

Konsep tektonik lempeng menjelaskan bahwa kulit bumi terdiri dari

beberapa bagian lempeng yang kaku (rigid), yang bergerak satu sama lain diatas

massa astenosfer yang plastis dengan kecepatan rata-rata 10cm/tahun atau 100

km/10 juta tahun (Morgan, 1968; Hamilton, 1970 dalam Alzwar dkk., 1988).

Berdasarkan konsep tersebut, maka pergerakan lempeng bumi dapat dibagi

15
menjadi tiga yaitu konvergen (saling bertumbukan), divergen (saling menjauh)

dan transform (saling berpapasan) (Lockwood & Hazlett, 2010), dimana kegiatan

magmatisme akan terjadi pada batas-batas lempeng ini.

Gambar 1.8. Lokasi-lokasi terbentuknya magma dalam konteks tektonik lempeng.

Pada ilustrasi diatas terlihat jelas bahwa punggungan tengah samudera

(MOR) menempati urutan pertama sebagai penghasil magma terbesar, diikuti oleh

zona subduksi, oceanic intraplate dan continental intraplate(Schmincke, 2003).

Batas lempeng konvergen salah satunya berupa zona subduksi. Zona

subduksi adalah bagian dari permukaan bumi yang dibentuk oleh penenggelaman

(subduksi) dari lempeng litosfer yang dingin dan tebal sampai ke mantel bumi

(Tatsumi & Eggins, 1995). Zona subduksi dicirikan oleh pembentukan palung-

palung laut dalam, rantai gunung api (Perfit & Davidson, 2000) serta konsentrasi

hiposenter gempa bumi yang tinggi (kebanyakan pada kedalaman 100 km sampai

> 600 km) pada zona Wadati-Benioff (Schmincke, 2003). Subduksi ini akan

membawa batuan dengan komposisi kimia beragam ke dalam mantel seperti

kerak samudera basaltik, peridotit dan sedimen laut dalam (Tatsumi & Eggins,

16
1995). Proses subduksi biasanya akan termanifestasi dalam bentuk magmatisme

dan vulkanisme seperti pada Ring of Fire di Samudera Pasifik (Tatsumi & Eggins,

1995). Proses magmatisme ini terutama dipengaruhi oleh volatil (H2O) yang

terbawa oleh kerak samudera yang menunjam dimana akan mendorong terjadinya

pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan sebagian ini disebabkan oleh

dehidrasi mineral-mineral pembawa air pada kerak samudera yang menunjam

seperti amfibol (d=110 km) dan plogophit (d=200 km) (Tatsumi & Eggins, 1995).

Gambar 1.9. Vulkanisme diatas zone subduksi.

Penunjaman dari kerak samudera yang dingin menyebabkan upwelling dari mantel

panas dibawah busur vulkanik. Senyawa volatil seperti H2O dilepaskan dari kerak

samudera ke mantel diatasnya sehingga menyebabkan pelelehan (Sigurdsson,

2000)

2.3.1 Pembentukan Magma pada Zona Subduksi

Proses pembentukan magma diperoleh modelnya menggunakan titik leleh

batuan peridotit. Peridotit dipilih karena merupakan penyusun mantel sebagai

sumber asal magma. Pada batuan ini, pelelehan dapat terjadi karena perubahan 3

17
parameter dasar :tekanan (P), temperatur (T) dan komposisi kimia (X), yaitu

(Schmincke, 2003):

1. Kenaikan temperatur (T) pada kondisi P dan X yang konstan

2. Penurunan tekanan P pada T dan X yang konstan

3. Perubahan X pada P dan T yang konstan (terutama penambahan fluida

khususnya H2O dan CO2)

4. Kombinasi antara satu faktor dengan faktor yang lain (Lockwood & Hazlett,

2010)

2.3.2 Komposisi Magma

Magma merupakan istilah yang diberikan untuk campuran material padat

dan cair yang bersifat mudah bergerak. Pada bumi, material cair (liquid) ini

merupakan campuran dari silikat kompleks dan gas-gas terlarut seperti air,

karbondioksida dan senyawa-senyawa lainnya (Rogers & Hawkesworth, 2000).

Karena batuan beku merupakan manifestasi magma yang paling mudah

diidentifikasi, maka komposisi magma biasa ditentukan menggunakan komposisi

batuan beku. Komposisi batuan beku diuraikan dalam bentuk unsur mayor, unsur

minor dan unsur jarang (Rogers & Hawkesworth, 2000). Unsur-unsur tersebut

menurut Rogers & Hawkesworth (2000) antara lain:

1. Unsur mayor adalah unsur yang mempunyai kelimpahan oksida > 1wt.%,

mengontrol sifat magma serta merupakan penyusun utama mineral esensial.

Contoh: SiO2, Al2O3, FeO, Fe2O3, CaO, MgO dan Na2O

18
2. Unsur minor mempunyai kelimpahan oksida 0,1-1 % , sebagai pengganti dari

unsur mayor pada mineral esensial atau bisa membentuk sejumlah kecil mineral

aksesoris. Contoh: K2O, TiO2, MnO dan P2O5

3. Unsur jarang mempunyai kelimpahan oksida < 0,1 % berat serta sebagai

pengganti dari unsur mayor maupun unsur minor pada mineral esensial maupun

aksesoris. Contoh: LILE (Cs, Rb, K, Ba, Sr, Pb), HFSE (Sc, Y, Th, U, Pb, Zr)

4. Unsur volatil dan oksida, pada bagian bumi yang dalam semua unsur volatil

akan larut dalam magma, tetapi ketika tekanan berkurang karena pergerakan

magma keatas maka gas akan membentuk fase uap yang terpisah dari magma

(Nelson, 2012) Contoh: H2O, CO2, SO2, F, Cl, etc.

2.3.3 Diferensiasi Magma

2.3.3.1 Proses Fraksinasi Kristalisasi Magma

Diferensiasi adalah proses dimana terbentuk magma turunan yang secara

kimia dan mineralogi berbeda dari magma asal (parental magma) (Schmincke,

2003).

19
Gambar 1.7. Ilustrasi proses fraksinasi kristalisasi pada dapur magma

(Tarbuck & Lutgens, 2004)

Diferensiasi diperkirakan terjadi pada dapur magma dengan kedalaman

lebih dari 10 kilometer di kerak bumi, ketika magma dalam kondisi stagnan,

mendingin secara perlahan dan mulai mengkristal (Schmincke, 2003). Proses

diferensiasi meliputi dua hal yaitu fraksinasi kristalisasi (mekanisme utama) dan

asimilasi (Schmincke, 2003).

Selama proses fraksinasi kristalisasi, kristal-kristal mineral yang lebih berat

(berat jenis tinggi) akan tenggelam dalam magma yang berkomposisi lebih asam

membentuk timbunan kristal (cumulates) (Schmincke, 2003).

2.3.3.2 Proses Asimilasi dan Magma Mixing

Proses diferensiasi yang lain yakni asimilasi dan percampuran magma

(magma mixing). Asimilasi ini merupakan perubahan komposisi magma, sebagai

akibat adanya reaksi antara magma dengan batuan dinding yang berkomposisi

berbeda (Schmincke, 2003). Proses asimilasi ini bisa mengubah komposisi kimia

magma secara lebih jauh (Schmincke, 2003). Sedangkan percampuran magma

(magma mixing) ini terjadi ketika magma dari dua dapur magma yang berbeda

menyatu sehingga membentuk magma baru dengan komposisi campuran antara

keduanya.

20
Gambar 1.8. Ilustrasi proses asimilasi dan proses percampuran magma

yang terjadi pada dapur magma (Tarbuck & Lutgens, 2004)

Selanjutnya, proses diferensiasi ini akan menyebabkan perubahan komposisi kimia

pada magma menjadi lebih asam (felsic) pada perjalanannya keatas sebelum

mencapai permukaan bumi. Magma yang sudah mengalami perubahan komposisi

kimia akibat proses diferensiasi ini disebut magma turunan (Schminke, 2003).

2.4. Sistem Geotermal dalam Kerangka Tektonik Lempeng

Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan

sebagai sistem penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak bumi dimana

panas dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source) menuju suatu tempat

penampungan panas (heat sink). Dalam hal ini, panas merambat dari dalam bumi

(heat source) menuju permukaan bumi (heat sink). Proses penghantaran panas

pada sistem panas bumi melibatkan fluida termal yang bisa berupa batuan yang

meleleh, gas, uap, air panas, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, fluida termal

yang berupa uap dan atau air panas dapat tersimpan dalam suatu formasi batuan

21
yang berada diantara sumber panas dan daerah tampungan panas. Formasi batuan

ini selanjutnya dikatakan sebagai reservoir.

Sistem panas bumi yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau air

panas dikatakan sebagai sistem hydrothermal. Sistem ini sering berasosiasi dengan

pusat vulkanisme atau gunung api di sekitarnya. Jika fluida magmatik dari gunung

api lebih mendominasi sistem hidrotermal, maka dikatakan sebagai sistem

vulkanik hidrotermal (volcanic hydrothermal system). Sistem panas bumi dapat

berada pada daerah bermorfologi datar (flat terrain) dan dapat pula berada pada

daerah bermorfologi curam (step terrain). Di Indonesia, sistem panas bumi yang

umum ditemukan adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat

vulkanisme pada daerah bermorfologi step terrain.

Suhu yang sangat tinggi pada mantel cukup untuk memanasi batuan di

sekitarnya dan menyebabkan terjadinya pelelehan (melting). Batuan yang meleleh

ini disebut magma. Magma yang bersifat liquid ini memiliki densitas yang rendah

daripada batuan kompak di sekitarnya, sehingga cenderung untuk bergerak ke atas

menuju permukaan bumi. Dalam perjalanannya menuju permukaan bumi,

kebanyakan magma tidak sampai permukaan melainkan tinggal di bawah

permukaan bumi dan memanasi batuan sekitarnya dan air yang terkandung dalam

batuan tersebut. Magma juga dapat keluar ke permukaan bumi melalui aktifitas

vulkanisme sebagai lava.

22
Energi geotermal yang digunakan oleh manusia bukanlah energi yang

berasal secara langsung dari magma. Manusia mengekstraksi air yang dipanaskan

oleh magma sebagai sumber energi panas bumi. Energi inilah yang dipergunakan

untuk berbagai 62 macam keperluan, seperti pembangkit tenaga listrik, pemakaian

langsung untuk kolam air panas, dan sebagainya.

Untuk memahami kondisi alamiah dan mengetahui keberadaan sumberdaya

geotermal, perlu dipelajari proses-proses yang menghasilkan anomali panas bumi

tersebut. Secara umum dapat dikatakan proses yang menghasilkan pembentukan

anomali geotermal adalah proses transfer panas ke permukaan bumi yang

disebabkan oleh magma. Proses ini akan menghasilkan anomali geotermal yang

disebabkan oleh aktivitas magmatik. Panas yang dibawa ini kemudian disimpan

untuk sementara (sementara dalam kerangka skala umur geologi) di dalam kerak

bumi dekat permukaan.

Magma yang bergerak ke atas menuju kerak bumi dibedakan antara magma

basaltik dan magma silisik. Magma basaltik berasal dari material dalam mantel

yang mengalami partial melting. Apabila magma ini muncul ke permukaan dan

membentuk dyke-dyke serta thin sheet (sill) maka energi panasnya dilepas dengan

cepat sehingga tidak akan terbentuk tubuh intrusi yang besar. Tetapi apabila

magma ini membeku di kerak bumi pada regime ekstensi, maka dapat

meningkatkan heat flow regional yang kemudian memicu konveksi hidrotermal di

sepanjang sesar-sesar yang terbentuk karena regime konveksi ini.

23
Magma silisik dapat dihasilkan dari material-material mantel yang

mengalami partial melting ataupun dari diferensiasi magma basaltik. Magma ini

memiliki viskositas yang besar (dibandingkan dengan magma basaltik) sehingga

seringkali terperangkap beberapa kilometer di dalam kerak bumi. Di daerah

kontinen, sumber daya panas bumi umumnya berasosiasi dengan vulkanisme

silisik daripada basaltik.

Aktivitas magmatik dalam skala regional dapat diamati dalam kerangka

tektonik lempeng. Dengan mengetahui jalur aktifitas magmatik ini maka dapat

ditentukan daerah-daerah yang secara geografis memiliki potensi sumber panas

bumi. Konsep tektonik lempeng menyebutkan bahwa magma yang menuju ke

permukaan bumi umumnya berada di sepanjang tepian lempeng (plate

boundaries).

Gambar 1.9. Distribusi daerah geotermal dunia dalam kerangka tekoniknya

(Raybach dan Muffler 1981).

24
Dengan demikian dapat ditarik suatu hipotesa bahwa sumberdaya panasbumi yang

disebabkan oleh aktifitas magmatik atau intrusi magma diduga akan berada di

sepanjang daerah pemekaran lempeng (spreading ridges), daerah subduksi

(convergent margin), dan peluruhan batuan di tengah lempeng (intraplate melting

anomalies). Gambar 1.9. memperlihatkan kerangka tektonik bumi dan daerah

geotermal yang telah diketahui.

2.5 KOMPONEN SISTEM PANAS BUMI

Sistem panasbumi yang terbentuk di kulit bumi memiliki 4

komponen utama yaitu:

1. Sumber Panas

Pembentukan sumber panasbumi memerlukan panas asal

yang akan membentuk perputaran (cycle) fluida hidrothermal

dalam bentuk perbandingan uap dan airpanas. Massa panas ini

dapat berupa :

- Massa panas padat, berupa berbagai macam batuan yang

bersifat pembawa atau penghantar panas (matriks batuan) hasil

kontak yang berasal dari aktivitas volkanik, seperti batuan

ekstrusif maupun batuan inrusif.

- Massa panas cair, dapat sebagai fluida pembawa atau

penghantar panas (out flow dan down flow sumber panasbumi

yang berkaitan dengan proses kontaminasi air tanah) dari daur

panasbumi dan pengaruh struktur geologi (penekanan)

sistem hidrologi yang terjebak pada perlapisan batuan

25
- Massa panas mineral radioaktif, timbul dari decay mineral-

mineral radioaktif yang terdapat dibagian pluton.

- Reaksi kimia (eksotermik).

2. Fluida

Fluida berfungsi sebagai media penyimpan panas dan

mengalirkan panas dari sumber panas ke permukaan bumi.

Manifestasi adanya aliran panas tesebut di permukaan bumi

dapat berupa mata air, fumarol, solfatara

maupunmud volcano.Interaksi antara fluida hidrotermal dengan

batuan mengakibatkan perubahan komposisi batuan. Hasil dari

ubahan (alterasi) hidrotermal tersebut tergantung pada beberapa

faktor, yaitu suhu, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fluida

atau tingkat keasaman fluida, dan lamanya interaksi antara fluida

panasbumi denganbatuan asal (Browne, 1984). Fluida yang

berasal langsung dari reservoir panasbumi berupa air klorida,

yaitu air atau fluida panasbumi yang mempunyai kandungan

anion utama berupa klorida, bersifat netral atau sedikit asam

(dipengaruhi oleh jumlah CO2 terlarut). 3.

Batuan Reservoir

Batuan reservoir yaitu sebagai batuan yang bertindak sebagai

tempat terakumulasinya fluida panasbumi (uap, airpanas).Zona

ini tersusun oleh batuan yang bersifat permeabel.Reservoir

panasbumi yang produktif harus memiliki porositas dan

26
permeabilitas yang tinggi, mempunyai geometri yang besar, suhu

tinggi, dan kandungan fluida yang cukup.

4. Batuan Penudung

Batuan penudung (cap rock) merupakan zona yang tidak lolos

atau kedap air (impermeable) atau permeabilitas rendah yang

disusun oleh berbagai jenis batuan dan berada di atas batuan

reservoir, berfungsi mencegah konveksi fluida reservoir yang

panas ke luar permukaan..Dimana batuan ini bertindak sebagai

perangkap sumber-sumber panasbumi uap dan air panas. Pada

umumnya pengaruh ubahan hidrothermal cukup intensif

berlangsung pada zona ini, sehingga sangat penting untuk

menginterpretasikan sifat-sifat fisik tertentu, seperti densitas dan

daya hantar listrik atau kemagnetan. Zona ini tidak selalu

terbentuk oleh tekstur batuan kedap air tetapi dapat pula oleh

pengaruh ubahan hidrothermal atau disebut sebagai tertudung

sendiri oleh aktivitasnya,akibat dari pengersikan maupun

pengisian mineral silika atau mineral lempungan.

2.6. Klasifikasi dan Model Konseptual Sistem Geotermal

Berdasarkan temperatur reservoarnya (Hochstein dan Browne, 2000), sistem

geotermal diklasifikasikan menjadi:

a) Temperatur tinggi (>2250 C),

b) Temperatur sedang (1250 C -2250 C)

27
c) Temperatur rendah (

Klasifikasi berikut adalah klasifikasi panas bumi yang umum dijumpai di

literaturliteratur.

1. Sistem geotermal konduktif (Raybach dan Muffler,1981, Robert Bowen 1989,

Keith Nicholson, 1993)

a. Low Temperature (Low Enthalpy Aquifers)

Sistem panas bumi dalam akifer sedimen dengan porositas dan

permeabilitas yang tinggi, bercirikan temperatur rendah/entalpi rendah dan

berada di daerah dengan heatflow normal atau agak tinggi. Termasuk dalam

kategori ini adalah geopressured zone

b. Hot Dry Rock

Sistem hot dry rock berada di dalam lingkungan temperatur tinggi dengan

permeabilitas rendah. Pada sistem ini sedikitnya dua sumur harus dibor pada

kedalaman kira-kira 4,000 m. Satu sumur digunakan untuk menekan air ke

dalam pori batuan. Air tersebut akan terpanaskan dan masuk ke dalam sumur

ke dua, kemudian mengalir ke atas, mengisi unit tenaga panas yang

memproduksi listrik.

2. Sistem geotermal konvektif (Hochstein dan Browne, 2000, Rybach dan

Muffler,1981, Robert Bowen, 1989, Keith Nicholson, 1993).

a. Volcanic hydrothermal system

28
Umumnya terdapat di gunung api bertipe stratovolcano atau kaldera

berumur muda. Gambar 6.5. menggambarkan model konseptual sistem ini.

Gambar 1.10. Volcanic hydrothermal system (Hochstein dan Browne, 2000).

b. High temperature system (Sistem temperatur tinggi) Sistem geotermal

temperatur tinggi yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme pada elevasi

tinggi.

Sistem geotermal temperatur tinggi ini paling banyak dijumpai di seluruh

dunia. Sistem ini dibagi lagi menjadi 3 tipe berdasarkan permeabilitas batuan

reservoar dibandingkan dengan batuan sekitarnya dan recharge area

(infiltrasi air bawah tanah).

29
Pada sistem geotermal temperatur tinggi, umumnya panas yang mencapai

permukaan adalah panas yang dibawa oleh sirkulasi air meteorik dalam yang

menyapu sumber panas di bawah permukaan, biasanya berupa batuan

plutonik yang membeku. Kemudian air meteorik yang membawa panas ini

naik ke permukaan dengan cara konveksi. Berdasarkan karakteristik batuan

reservoar dan batuan sekitarnya serta infiltrasi meteorik ke dalam sistem,

sistem geotermal temperatur tinggi yang berasosiasi dengan pusat

vulkanisme pada elevasi tinggi ini dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Liquid dominated system, k reservoar tinggi, tetapi k dalam recharge area

sedang. Saturasi air dalam reservoar adalah 0,7 < (SI) < 1.

Gambar 1.11. Liquid dominated system (Hochstein dan Browne, 2000).

2. Natural 2-phase system (sistem dominasi dua fasa; uap dan air), jika k reservoar

dan k recharge area sedang. Saturasi air dalam reservoar adalah 0,4 < (SI) < 0,7.

30
Gambar 1.12. Sistem dominasi dua fasa; uap dan air (Hochstein dan Browne,

2000).

3. Vapour dominated system (sistem dominasi uap), jika k reservoar tinggi dan k

dalam recharge area kecil (sedikit sekali infiltrasi air meteorik). Saturasi air (Sl)

dalam reservoar adalah 0.4<(Sl)

Gambar 1.13. Sistem dominasi uap (Hochstein dan Browne, 2000).

c. Sistem geotermal temperatur tinggi yang berada pada elevasi sedang (moderate

terrain).

31
Sumber panas pada sistem ini adalah batuan kerak bumi yang panas dan luas.

Energi panas dihasilkan dari:

1. Partial melting bagian atas kerak bumi (contoh: New Zealand).

2. Intrusi dyke pada daerah pemekaran lempeng berada dalam batuan basalt

(contoh: Iceland) atau sedimen (contoh: California).

3. Batuan plutonik yang mendingin yang berada sangat dalam di bawah permukan

bumi (bekas jalur subduksi tua yang telah mati).

Pada ketiga model di atas, dapat juga ditemukan liquid dominated geothermal

system, vapour dominated geothermal system, ataupun 2-phase geothermal

system.

Berdasarkan sumber panasnya, sistem geotermal temperatur tinggi yang

berada pada elevasi sedang (moderate terrain) dapat dibagi lagi menjadi:

1). Sistem geotermal bertemperatur tinggi pada elevasi sedang dengan heat source

berasal dari batuan kerak bumi yang panas yang sangat luas penyebarannya.

Morfologi yang mengelilingi sistem ini tidak curam dan vulkanisme berbentuk

kerucut berumur muda yang berada di pinggirpinggir reservoar geotermal (Gambar

6.9).

32
Gambar 1.14. Liquid dominated system pada morfologi relatif datar (Hochstein

dan Browne, 2000)

2). Sistem geotermal bertemperatur tinggi pada jalur pemekaran lempeng. Sistem

geotermal ini berada pada batuan basaltik muda pada jalur pemekaran lempeng

seperti di Iceland. Sumber panasnya berasal dari dykedyke atau sill-sill.

3). Sistem geotermal bertemperatur tinggi dengan reservoar berupa batuan

sedimen. Sistem ini terbentuk di batuan sedimen sampai metamorf derajat rendah

dengan sumber panas berasal dari batuan beku dalam yang mendingin (deep

cooling pluton) yang kemungkinan adalah hasil subduksi yang lebih tua daripada

subduksi saat ini. Umumnya berada agak jauh dari zona subduksi saat ini.

4). Sistem geotermal temperatur tinggi dengan sumber panas berupa batuan kerak

bumi yang panas pada lingkungan tabrakan lempeng (plate collision). Sumber

33
panas sistem ini berasal dari batuan granit berumur muda yang kemungkinan

dihasilkan dari proses shear-heating dari tabrakan lempeng.

d. Sistem temperatur sedang dan rendah (Intermediate and low temperature

system)

Sistem ini terbentuk di berbagai kerangka geologi dan hidrologi, baik di sepanjang

batas lempeng aktif maupun di luar batas lempeng aktif. Semua sistem

bertemperatur sedang adalah reservoar liquid dominated (Hochstein dan Browne,

2000). Umumnya sistem ini menghasilkan energi dari air meteorik yang masuk

sangat dalam ke bawah permukaan, kemudian terpanaskan oleh batuan yang panas

di kerak bumi. Energi ini kemudian dibawa ke permukaan melalui rekahan-

rekahan.

Berdasarkan geologi dan hidrologi model sistem ini dapat dikelompokkan lagi

menjadi:

1. Sistem geotermal temperatur sedang-rendah berada di atas jalur vulkanisme.

Umumnya geotermal sistem di jalur vulkanisme adalah sistem bertemperatur

tinggi, tetapi beberapa diantaranya bertemperatur sedang sampai rendah.

Temperatur sedang sampai rendah ini mungkin berasal dari sumber panas yang

awalnya bertemperatur tinggi namun dalam perjalanan waktu mengalami

pendinginan. Selain itu juga, sistem ini juga ditemui pada daerah busur vulkanik

yang telah mati yang batuan kerak di bawahnya telah mendingin, contohnya di Te

Aroha, New Zealand.

34
2. Sistem Heat Sweep

Reservoar sistem ini dapat berupa batuan vulkanik atau batuan sedimen. Sistem ini

tidak banyak dideskripsi secara detil tetapi beberapa sistem telah dieksplorasi

sampai tingkat lanjut.

Sistem ini dapat dikelompokkan lagi menjadi:

a. Sistem Heat Sweep

pada jalur pemekaran lempeng aktif. Contoh yang sangat baik untuk sistem ini

adalah East African Rift. Daerah ini berada sepanjang kerak bumi yang panas

dengan sumber panas berupa batuan intrusi. Contoh skematik sistem ini dapat

dilihat pada Gambar 6.10. berikut.

Gambar 1.15. Heat sweep system (Hochstein and Browne, 2000)

35
b. Sistem Heat Sweep pada daerah tumbukan lempeng (plate collision). Sumber

panasnya berupa kerak benua yang mengalami deformasi (shearing). Infiltrasi air

hujan maupun air meteorik yang berasal dari lelehan salju, masuk dan menyapu

sumber panas ini, kemudian mengalir ke permukaan kembali. Sistem ini banyak

ditemukan di daerah Tibet, Yunan Barat, dan India Utara.

c. Sistem Heat Sweep pada zona rekahan. Sistem ini dapat terbentuk di daerah

dengan topografi agak datar jika fluida mengalir menuju permukaan bumi melalui

zona rekahan di kedalaman yang cukup dalam pada batuan yang memiliki

permeabilitas sangat tinggi (>100 milidarcy). Batuan tersebut memiliki heat flux

yang tinggi (>70 mW/m 2 ). Heat flux yang tinggi ini dapat terbentuk pada batuan

granit yang elemen-elemen radioaktifnya menghasilkan panas dari peluruhan

radiaktif. Zone rekahannya dapat berukuran sempit (200 m).

Gambar 1.16. Sistem Heat Sweep pada zone rekahan (Hochstein dan Browne,

2000).

36
3. Sistem temperatur rendah

Sistem ini memiliki suhu kurang dari 1250 C. Sistem umumnya bersifat konvektif

dengan sistem heat sweep yang dikontrol oleh struktur. Reservoarnya berupa

fracture network. Sistem ini jarang terdapat di jalur gunung api tetapi banyak

terdapat di lingkungan geologi yang kerangka tektonik dan keadaan topografinya

memungkinkan terjadi sistem heat sweep.

2.7. Manifestasi Permukaan Magmatic Hydrothermal System

Pada sistem panas bumi konvektif yang memiliki sirkulasi fluida dari

daerah recharge masuk ke dalam reservoar kemudian keluar menuju permukaan

melalui daerah upflow dan outflow, fluida dengan temperatur yang umumnya

tinggi tersebut akan bereaksi dengan batuan sekitar dan kemudian keluar melalui

rekahan-rekahan dalam batuan. Interaksi fluida dengan batuan sekitarnya

menghasilkan mineralmineral ubahan (mineral alterasi) yang dapat diamati di

permukaan bumi, misalnya mineral-mineral lempung illite, montmorilonite dan

sebagainya. Selain itu juga karena perubahan keadaan kesetimbangan (P, pH, T)

fluida di dalam bumi dengan di permukaan bumi maka beberapa mineral

terdeposisi di permukaan bumi atau dalam bentuk vein-vein. Air panas yang keluar

melalui rekahan-rekahan keluar sebagai mata air panas apabila laju alirnya sangat

cepat dan jumlah massa yang ditrasfer besar. Air panas ini ini mungkin juga akan

mendingin dan keluar sebagai mata air hangat. Fluida berupa gas juga dapat keluar

melalui rekahan-rekahan dalam batuan. Segala bentuk gejala sebagai hasil proses

sistem panas bumi tersebut disebut manifestasi permukaan (surface manifestation).

37
Pengamatan manifestasi permukaan merupakan salah satu cara mengenali sistem

geotermal. Manifestasi permukaan bervariasi luas kenampakannya dan sering

mencerminkan kondisi reservoar di bawahnya. Parameter lain yang mengontrol

manifestasi permukaan adalah temperatur reservoar, tipe fluida, jenis batuan

reservoar, dan keadaan sumber panasnya. Keadaan sumber panas (heat source)

sangat penting dalam mengontrol terbentuknya manifestasi tersebut. Sumber panas

ini dapat dibagi menjadi:

(1) Magma dalam kerak bumi (lokal maupun regional).

(2) Intracrustal nonmagmatic.

3) Konduktif heat flow.

Secara umum, manifestasi permukaan akan banyak ditemukan apabila

temperatur sistem geotermalnya tinggi. Sistem panas bumi temperatur sedang

sampai rendah sedikit sekali menunjukkan manifestasi permukaan, bahkan

beberapa diantaranya tidak memiliki manifestasi permukaan. Tidak semua

manifestasi permukaan dapat diamati secara langsung. Namun, kondisi vegetasi di

sekitar daerah thermal mungkin akan mengalami kelainan atau yang disebut

dengan stressed vegetation sehingga dapat dijadikan petunjuk adanya anomali

panas. Stressed vegetation memperlihatkan kondisi vegetasi yang tidak lagi

berwarna hijau tetapi kemerahan atau coklat.

Beberapa contoh manifestasi permukaan antara lain,

38
1. Acid Crater Lake (Danau Kawah Asam)

Merupakan danau di dalam kawah gunungapi, memiliki suhu yang tinggi dan pH

air yang rendah (acid). Air dalam kawah berasal dari air meteorik yang bercampur

dengan air hasil kondensasi uap dan gas-gas magmatik dari dalam gunung api.

Contohnya, danau yang dijumpai di Kawah Ijen, Jawa Timur.

2. Fumarol

Fumarol adalah uap panas (vapour) yang keluar melalui celah-celah dalam batuan

dan kemudian berubah menjadi uap air (steam). Pada mulanya istilah ini

digunakan untuk mendeskripsi manifestasi yang mengeluarkan gas vulkanik.

Fumarol yang berasosiasi dengan sistem hidrotermal vulkanik dapat mengeluarkan

uap air dengan kecepatan >150 m/s dan umumnya mengandung gas magmatik

yang sangat agresif seperti HF, HCl, dan SO2. Apabila kandungan SO2 dominan

maka suhu uap air dapat mencapai >1300 C.

3. Solfatara

Istilah ini diambil dari nama sistem hidrotermal vulkanik aktif di Italia, yaitu

Phlegrean Fieds. Solfatara adalah rekahan dalam batuan yang menyemburkan uap

air (steam) yang bercampur dengan CO2 dan H2S (kadang-kadang SO2). Di

sekitar lubang rekahan tersebut diendapkan sulfur dalam jumlah yang banyak.

Endapan sulfurnya dapat ditambang, seperti yang terdapat di Kawah Ijen, Jawa

Timur.

39
4. Steaming Ground

Apabila uap air (steam) yang keluar sedikit jumlahnya dan keluar melalui pori

dalam tanah atau batuan, maka terbentuklah steaming ground, bukan lagi fumarol.

Kenampakannya hanya berupa uap putih dan hangat, tidak terdengar bunyi dari

tekanan uap yang tinggi seperti pada fumarol.

5. Warm Ground

Gas-gas dan uap air yang naik ke permukaan akan menaikkan suhu di sekitar

daerah thermal area sehingga suhu di sekitar daerah ini akan lebih tinggi dari

sekitarnya dan juga lebih tinggi dari suhu udara di dekat permukaan bumi yang

kadang-kadang mencapai 300 C - 400 C.

6. Neutral Hot Springs

Neutral Hot Springs merupakan mata air panas dengan pH netral atau mendekati

netral (pH 6-7). Mata air ini diassosiasikan sebagai direct discharge fluida dari

reservoar ke permukaan bumi. Umumnya mengandung ion klorida yang tinggi

sehingga seringkali disebut air klorida. Mata air ini memiliki suhu yang tinggi

bahkan kadang-kadang sampai mendekati titik didih (>75o C) sehingga seringkali

diselimuti oleh uap putih yang tidak lain adalah uap air panas. Di sekitar mata air

sering dijumpai endapan silika sinter dan mineral-mineral sulfida, seperti galena,

7. Acid Hot Springs

Acid Hot Springs merupakan mata air panas, dengan pH asam (pH < 6) yang

terbentuk dari hasil kondensasi gas-gas magmatik dan uap panas (vapour) di dekat

40
permukaan bumi kemudian melarut dan bercampur dengan air meteorik. Air ini

kemudian keluar menjadi mata air dengan pH asam. Fluida asam ini melarutkan

batuan sekitar mata air menjadi partikel-partikel kecil yang terdiri dari silika dan

lempung. Apabila partikel-partikel ini bercampur dengan air dari mata air, maka

akan terbentuk mudpools/mudpots. Apabila tidak bercampur dengan air, tetapi

hanya berupa uap asam panas, maka batuan yang terdisintegrasi ini akan

menyebabkan ground collapse dan membentuk lubang besar.

41
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Magmatisme adalah seluruh kegiatan magma, mulai dari saat peleburan,

proses ketika magma naik ke permukaan bumi, sampai membeku membentuk

batuan. Magmatisme berada di zona penujaman atau dengan istilah zona

subduksi. Dua lempeng bertumbukan akan mengakibatkan goncangan.

2. Tujuh busur magmatik yaitu Mid Oceanic Redge, Continental Rift Zone, Island

Arc ,Volcanic Arc, Back Arc Basin, Oceanic Intraplate, dan Continental Intraplate

3. Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan sebagai

sistem penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak bumi dimana panas

dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source) menuju suatu tempat

penampungan panas (heat sink).

4. Komponen-komponen sitem panas bumi yaitu sumber panas, reservoir, batuan

penudung, dan fluida.

3.2 SARAN

Semoga dengan membaca makalah ini dapat menambah lagi wawasan pembaca

42
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Prihadi Sumintadireja A, 2005. Vulkanologi dan Geotermal

Zul Hayaddin Hasibuan. 7 Busur Magmatisme.

http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html (dilihat 2

September 2016 16:13PM )

Galuh Saina van Bemmelen. Magmatisme Pada Zona Subduksi.

http://belajarsejarahfun.blogspot.co.id/2015/01/magmatisme-pada-zona-

subduksi_69.html ( Dilihat 2 September 2016 16:35 PM )

Moch. Hilmi Zaenal Putra. Definisi Panasbumi, Konsep Dasar Panasbumi,

Komponen Panasbumi Dan Manifestasi Panas Bumi.

http://mochhim23.blogspot.co.id/2015/09/definisi-panasbumi-konsep-dasar.html

( Dilihat 2 September 2016 16:47 PM )

43
LAMPIRAN

1. Sebutkan ciri-ciri Reservoar Panas Bumi yang Produktif ?

- Porositas dan permeabilitas yang tinggi.

- Ukuran cukup besar.

- Suhu tinggi.

- Kandungan Fluida yang cukup.

2. Apa yang membedakan Continental Rift Zone dan Mid Ocean Ridge ?

- Pada zona continental rift zona terjadi pada lempeng continental yang

tetap dikontrol oleh arus konveksi pada mantel bumi sehingga lempeng

continental saling menjauh atau divergen dan membentuk sebuah

pecahan celah yang panjang hingga ribuan kilometer dan lebarnya

ratusan kilometer atau mirip dengan graben.

3. Jelaskan unsur mayor , unsur minor , unsur jarang dan unsur volatil &

oksida pada komposisi batuan beku menurut Rogers & Hawksworth ?

- Unsur mayor adalah unsur yang mempunyai kelimpahan oksida > 1wt.%,

mengontrol sifat magma serta merupakan penyusun utama mineral

esensial. Contoh: SiO2, Al2O3, FeO, Fe2O3, CaO, MgO dan Na2O

- Unsur minor mempunyai kelimpahan oksida 0,1-1 % , sebagai pengganti

dari unsur mayor pada mineral esensial atau bisa membentuk sejumlah

kecil mineral aksesoris. Contoh: K2O, TiO2, MnO dan P2O5

44
- Unsur jarang mempunyai kelimpahan oksida < 0,1 % berat serta sebagai

pengganti dari unsur mayor maupun unsur minor pada mineral esensial

maupun aksesoris. Contoh: LILE (Cs, Rb, K, Ba, Sr, Pb), HFSE (Sc, Y, Th,

U, Pb, Zr)

- Unsur volatil dan oksida, pada bagian bumi yang dalam semua unsur

volatil akan larut dalam magma, tetapi ketika tekanan berkurang karena

pergerakan magma keatas maka gas akan membentuk fase uap yang

terpisah dari magma (Nelson, 2012) Contoh: H2O, CO2, SO2, F, Cl, etc.

4. Jelaskan tentang sistem panas bumi ?

- Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan

sebagai sistem penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak

bumi dimana panas dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source)

menuju suatu tempat penampungan panas (heat sink).

5. Jelaskan komponen utama sistem panas bumi ?

1) Sumber Panas

Pembentukan sumber panasbumi memerlukan panas asal yang akan

membentuk perputaran (cycle) fluida hidrothermal dalam bentuk

perbandingan uap dan airpanas. Massa panas ini dapat berupa :

- Massa panas padat, berupa berbagai macam batuan yang bersifat

pembawa atau penghantar panas (matriks batuan) hasil kontak yang berasal

dari aktivitas volkanik, seperti batuan ekstrusif maupun batuan inrusif.

45
- Massa panas cair, dapat sebagai fluida pembawa atau penghantar panas

(out flow dan down flow sumber panasbumi yang berkaitan dengan proses

kontaminasi air tanah) dari daur panasbumi dan pengaruh struktur geologi

(penekanan) sistem hidrologi yang terjebak pada perlapisan batuan

- Massa panas mineral radioaktif, timbul dari decay mineral-mineral

radioaktif yang terdapat dibagian pluton.

- Reaksi kimia (eksotermik).

2) Fluida

Fluida berfungsi sebagai media penyimpan panas dan mengalirkan panas

dari sumber panas ke permukaan bumi. Manifestasi adanya aliran panas

tesebut di permukaan bumi dapat berupa mata air, fumarol, solfatara

maupunmud volcano.Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan

mengakibatkan perubahan komposisi batuan. Hasil dari ubahan (alterasi)

hidrotermal tersebut tergantung pada beberapa faktor, yaitu suhu, tekanan,

jenis batuan asal, komposisi fluida atau tingkat keasaman fluida, dan

lamanya interaksi antara fluida panasbumi denganbatuan asal (Browne,

1984). Fluida yang berasal langsung dari reservoir panasbumi berupa air

klorida, yaitu air atau fluida panasbumi yang mempunyai kandungan anion

utama berupa klorida, bersifat netral atau sedikit asam (dipengaruhi oleh

jumlah CO2 terlarut).

46
3) Batuan Reservoir

Batuan reservoir yaitu sebagai batuan yang bertindak sebagai tempat

terakumulasinya fluida panasbumi (uap, airpanas).Zona ini tersusun oleh

batuan yang bersifat permeabel.Reservoir panasbumi yang produktif harus

memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi, mempunyai geometri

yang besar, suhu tinggi, dan kandungan fluida yang cukup.

4) Batuan Penudung

Batuan penudung (cap rock) merupakan zona yang tidak lolos atau kedap

air (impermeable) atau permeabilitas rendah yang disusun oleh berbagai

jenis batuan dan berada di atas batuan reservoir, berfungsi mencegah

konveksi fluida reservoir yang panas ke luar permukaan..Dimana batuan ini

bertindak sebagai perangkap sumber-sumber panasbumi uap dan air panas.

Pada umumnya pengaruh ubahan hidrothermal cukup intensif berlangsung

pada zona ini, sehingga sangat penting untuk menginterpretasikan sifat-

sifat fisik tertentu, seperti densitas dan daya hantar listrik atau kemagnetan.

Zona ini tidak selalu terbentuk oleh tekstur batuan kedap air tetapi dapat

pula oleh pengaruh ubahan hidrothermal atau disebut sebagai tertudung

sendiri oleh aktivitasnya,akibat dari pengersikan maupun pengisian mineral

silika atau mineral lempungan.

47

Вам также может понравиться