Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat
dielakkan.Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula.Tanpa berubah tidak ada
pertumbuhan dan tidak ada dorongan.Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan
dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain.
Merubah orang lain bisa bersifat implisit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka.
Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen.Pemimpin secara
konstan mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan
masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain
dan memecahkan masalah.
1.3 TUJUAN
1. Mendefinisikan konsep berubah
2. Mendefinisikan prinsip dan strategi berubah
3. Mendefinisikan tahap tahap dalam perubahan
4. Mendefinisikan reaksi terhadap perubahan
5. Mendefinisikan ekologi perubahan
6. Mendefinisikan perubahan dalam keperawatan
7. Mendefinisikan penerapan proses berubah dan mendefinisikan issu
BAB II
PEMBAHASAN
1.Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda
dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987).
2. merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi
(Brooten,1978).
3. Perubahan adalah proses membuat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya ( Sullivan dan
Decker,2001).
Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam perubahan dapat tercapai
secara tepat, efektif dan efisien.
Strategi ini didasarkan karena manusia sebagai komponen dalam perubahan memiliki
sifat rasional untuk kepentingan diri dalam berperilaku. Untuk mengadakan suatu perubahan
strategi rasional dan empirik yang didasarkan dari hasil penemuan atau riset untuk diaplikasikan
dalam perubahan manusia yang memiliki sifat rasional akan menggunakan rasionalnya dalam
menerima sebuah perubahan. Langkah dalam perubahan atau kegiatan yang diinginkan dalam
strategi rasional empirik ini dapat melalui penelitian atau adanyadesiminasi melalui pendidikan
secara umum sehingga melalui desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa perubahan yang
akan dilakukan benar-benar sesuai dengan rasional.Strategi ini juga dilakukan pada penempatan
sasaran yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki sehingga semua perubahan
akan menjadi efektif dan efisien, selain itu juga menggunakan sistem analisis dalam pemecahan
masalah yang ada.
Strategi ini dilaksanakan berdasarkan standar norma yang ada di masyarakat. Perubahan
yang akan dilaksanakan melihat nilai nilai normatif yang ada di masyarakat sehingga tidak akan
menimbulkan permasalahan baru di masyarakat. Standar norma yang ada di masyarakat ini di
dukung dengan sikap dan sistem nilai individu yang ada di masyarakat. Pendekatan ini
dilaksanakan dengan mengadakan intervensi secara langsung dalam penerapan teori-teori yang
ada.Strategi ini dilaksanakan dengan cara melibatkan individu, kelompok atau masyarakat dan
proses penyusunan rancangan untuk perubahan. Pelaku dalam perubahan harus memiliki
kemampuan dalam berkolaborasi dengan masyarakat.Kemampuan ilmu perilaku harus dimiliki
dalam pembaharu.
1).Edukasi
Strategi ini memberikan suatu presentasi fakta yang relatif tidak bisa yang dimaksudkan
untuk berfungsi sebagai justifikasi rasional atas tindakan yang terencana.
2). Fasilitatif
Strategi ini memberikan sumber penting untuk berubah.Strategi ini mengasumsikan
bahwa orang ingin berubah, tetapi membutuhkan sumber-sumber untuk membuat
perubahan tersebut.
3). Teknostruktural
Strategi ini mengubah teknologi untuk mengakses struktur sosial dalam kelompok atau
mengubah srtuktur sosial untuk mendapatkan teknologi.Strategi ini memengaruhi
hubungan antara teknologi, ruang dan struktur. Penggunaan ruang dapat diubah untuk
memengaruhi struktur sosial.
4). Data-based
Strategi ini mengumpulkan dan menggunakan data untuk membuat perubahan sosial.Data
digunakan untuk menemukan inovasi yang paling baik guna memecahkan masalah yang
dihadapi.
5). Komunikasi
Strategi komunikasi menyebarkan informasi sepanjang waktu melalui saluran dalam
sistem sosial.
6). Persuasif
Pemakaian penalaran, debat,dan bujukan dilakukan untuk menyebabkan perubahan.
7). Koersif
Terdapat hubungan wajib antara perencan dan pengadopsi.Kekuasaan digunakan untuk
menyebabkan perubahan.
Secara umum tahap tahap perubahan akan meliputi tiga tahap: persiapan, penerimaan,
dan komitmen. Pada tahap persiapan dilakukan berbagai kontak melalui ceramah, pertemuan,
maupun komunikasi tertulis. Tujuannya agar tercapai kesadaran akan pentingnya perubahan
(change awareness). Ketidakjelasan tentang pentingnya oerubahanakan menjadi penghambat
upaya-upaya dalam pembentukan komitmen. Sebaliknya kejelasan akan menimbulkan
pemahaman yang baik terhadap pentingnya perubahan, yang mendukung upaya-upaya
dalampembentukan komitmen.Dalam penerimaan, pemahaman yang terbentuk akan bermuara ke
dalam dua kutub, yaitu persepsi yang positif di satu sisi atau persepsi negatif di sisi yang lain.
Persepsi yang negatif akan melahirkan keputusan untuk tidak mendukung perubahan, sebaliknya
persepsi positif yang melahirkan keputusan untuk memulai perubahan dan merupakan suatu
bentuk komitmen untuk berubah.
Tahap komitmen melalui beberapa langkah yaitu instalasi, adopsi, instusionalisasi, dan
internalisasi.Langkah instalasi merupakan periode percobaan terhada p perubahan yang
merupakan preliminary testing terdapat dua konsekuensi dari langkah ini.Konsekuensi pertama,
perubahan dapat diadopsi untuk pengujian jangka panjang. Kedua, perubahan gugur setelah
implementasi pendahuluan yang mungkin disebabkan oleh masalah ekonomi-finansial
politik,perubahan dalam tujuan strategis, dan tingginya vested interest.
Bagi sebagian individu perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam
meningkatkan prestasi atau penghargaan.Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai
sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini
didapat.apakah seseorang memandang perubahan sebagai suatu hal yang penting atau negatif.
Umumnya dalam perubahan sering muncul resistensi atau adanya penolakan terhadap perubahan
dalam berbagai tingkat dari orang yang mengalami perubahan tersebut.
Menolak perubahan atau mempertahankan status quo ketika berusaha melakukan
perubahan, bisa saja terjadi.Karena perubahan bisa merupakan sumber stress.Oleh karenanya
timbullah perilaku tersebut. Penolakan sering didasarkan pada ancaman terhadap keamanan dari
individu, karena perubahan akan mengubah perilaku yang ada. Jika perubahan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah maka harus diberitahukan mengenai dampak yang mungkin
timbul akibat perubahan.
Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku,
individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya,
maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Hersey dan Blanchard (1977) menyebutkan dan mendiskusikan empat tingkatan perubahan.
Perubahan peratama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah
dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan
perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif.
Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan.
Tingkat kesulitan berikutnya adalah perilaku individu.Misalnya seorang manajer mungkin saja
mengetahui dan mengerti bahwa keperawatan primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa
model asuhan keperawatan lainnya, tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena
berbagai alasan, misalnya merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut. Perilaku kelompok
merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan banyak orang .Disamping
kita harus merubah banyak orang, kita juga harus mencoba mengubah kebiasaan adat istiadat,
dan tradisi juga sangat sulit.
Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua
sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. Perubahan Partisipatif
akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-
tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap
positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-
sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar.
Sesudah berprilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya
mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan
partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif.
Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah
umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang terjadi tertanam secara
instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.Perubahan diarahkan atau paksaan Bertolak
belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan menggunakan
kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tengatng aarah dan perilaku
untuk system dari masalah : aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun
dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya.Harapan mengembangkan sikap
positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut.Jenis perubahan
ini bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk
menerapkannya.
1. Keperawatan Sebagai Profesi Keperawatan sebagai profesi yang diakui oleh masyarakat
dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut
untuk selalu berubahkearah kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai
profesi akan mengalami perubahan kearah professional dengan menunjukan agar profesi
keperawatan diakui oleh profesi bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
2. Keperawatan Sebagai Bentuk Pelayanan Asuhan Keperawatan Keperawatan sebagai bentuk
pelayanan asuhan keperawatan professional yang diberikan kepada masyarakat akan terus
memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan dalam penerapan
model asuhan keperawatan yang tepat, sesuai dengan lingkup praktek keperawatan.
3. Keperawatan Sebagai Ilmu Pengetahuan Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus
selalu berubah dan berkembang sejalan dengan tuntutan zama dan perubahan teknologi,
karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan melalui penelitian keperawatan sehingga
ilmu keperawatan diakui secara bersama oleh disiplin ilmu lain yang memiliki landasan yang
kokoh dalam keilmuan.
4. Keperawatan Sebagai Komunikasi Keperawatan sebagai komunikasi dalam masyarakat
ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa professional dalam tugas dan tanggung jawabnya dan
selalu mengadakan perubahan sehingga citra sebagai profesi tetap bertahan dan berkembang.
Telenursing akan berkaitan dengan issu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan
pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara
bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima
telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian.issu
legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan
umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan.Kegiatantelenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan
prakte keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan dan sistem pendidikan dan
pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek. Adapun isu lainnya adalah Sebagai
berikut perubahan ekonomi
1. Kependudukan
2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Keperawatan
3. Tuntutan profesi Keperawatan
Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan perubahan-
perubahan yang cepat di segala bidang, menuju pada keadaan yang lebih baik. Di bidang
kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antardaerah dan antargolongan, kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa,
dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga.
Reformasi bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan, yaitu perubahan
pada dinamika kependudukan, temuan substansial iptek kesehatan/kedokteran, tantangan global,
perubahan lingkungan, dan demokrasi di segala bidang. Berdasarkan pemahaman terhadap
situasi dan adanya perubahan pemahaman terhadap konsep sehat sakit, serta makin kayanya
khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tentang determinan kesehatan bersifat multifaktor,
telah mendorong pembangunan kesehatan nasional ke arah paradigma baru, yaitu paradigma
sehat. Paradigma sehat yang diartikan di sini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada
peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit,
sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan maksud
melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan produktif serta tidak mudah
jatuh sakit. Di sisi lain, dipandang dari segi ekonomi, melakukan investasi dan intervensi pada
orang sehat atau pada orang yang tidak sakit akan lebih efektif dari segi biaya daripada intervensi
terhadap orang sakit. Pada masa mendatang, perlu diupayakan agar semua kebijakan pemerintah
selalu berwawasan kesehatan, motonya akan menjadi Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal
kemampuan teknis, dan moral. Hal ini bisa ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat
melalui pendidikan lanjutan pada program Pendidikan Ners. Dengan demikian, diharapkan
terjadi perubahan yang mendasar dalam upaya berpartisipasi aktif untuk menyukseskan program
pemerintah dan berwawasan yang luas tentang profesi keperawatan. Perubahan tersebut bisa
dicapai apabila pendidikan tinggi keperawatan tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan
perkembangan pelayanan dan program pembangunan kesehatan seiring dengan perkembangan
iptek bidang kesehatan serta diperlukan proses pembelajaran baik institusi pendidikan maupun
pengalaman belajar klinik di rumah sakit dan komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi di
era global akan berdampak positif dan negatif terhadap pelayanan keperawatan.
Dampak positif akibat perubahan yang terjadi meliputi:
1) Makin meningkatnya mutu pelayanan keperawatan yang diselenggarakan.
2) Makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
3) Bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.
Era kesejagatan oleh tenaga keperawatan hendaknya dipersiapkan secara benar dan
menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan dan kejadian atau peristiwa yang terjadi atau
sedang dan akan berlangsung dalam era tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir dan
menghadapi masa depan, khususnya memasuki Milenium III, perkembangan iptek terjadi dengan
sangat cepat. Proses penyebaran iptek, serta penyebaran berbagai macam barang dan jasa
menjadi bertambah cepat, bahkan terjadi dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan adanya
perkembangan pesat dari teknologi transportasi dan telekomunikasi serta perkembangan
teknologi lainnya. Hal ini mencerminkan terjadinya proses pensejagatan dengan segala ciri dan
konsekuensinya. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional bersifat humanistik,
menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Demikianlah kira-kira secara umum
tentang keperawatan profesional yang merupakan tanggung jawab seorang perawat profesional
yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan. Perawat dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etikal. Apabila
ditinjau dari perkembangan iptekkep dan ditinjau dari etika keprofesian dan sosial, bertolak dari
pengertian singkat di atas, empat faktor yang terkait erat dengan proses profesionalisasi adalah:
(1) Pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan.
(2) Pengembangan Pusat Penelitian Keperawatan.
(3) Penataan standar praktik keperawatan profesional melalui Undang-undang Praktik
Keperawatan.
(4) Pendayagunaan Konsil Keperawatan-Pokja Keperawatan.
Pendidikan keperawatan merupakan institusi yang berperan besar dalam
mengembangkan dan menciptakan proses profesionalisasi para tenaga keperawatan. Pendidikan
keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak tenaga keperawatan pada lulusannya berupa
tingkat kemampuan yang sekaligus mampu untuk memfasilitasi pembentukan komunitas
keperawatan dalam memberikan suara dan sumbangsih bagi profesi dan masyarakat (Marifin,
1999). Dengan kata lain pengembangan pendidikan keperawatan yang profesional merupakan
salah satu unsur strategis dalam mencapai profesionalisme keperawatan. Keperawatan di
Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global, mengingat setiap perkembangan
dan perubahan memerlukan pengelolaan yang profesional serta memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan
mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan tersebut merupakan
dampak perubahan ekonomi, kependudukan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. (1) Perubahan Ekonomi
Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai anggaran untuk
pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap orientasi manajemen kesehatan/keperawatan
dari lembaga sosial ke orientasi bisnis. Pelayanan kesehatan dihadapkan pada suatu dilema, di
satu sisi harus mengurangi beberapa alokasi anggaran, sementara di sisi lain mutu asuhan
kesehatan/keperawatan harus ditingkatkan. Keadaan ini ditunjang dengan keadaan politik yang
semakin tidak menentu. Para elit politik, baik eksekutif maupun legislatif, lebih berperan sebagai
seorang penguasa yang selalu membenarkan semua tindakannya untuk kepentingan
golongan/kelompok tertentu, sedikit sekali peduli dengan masalah yang dihadapi anak bangsa,
khususnya masalah kesehatan. (2) Kependudukan
Perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dan
bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa dampak terhadap masalah kesehatan
dan lingkup dari praktik keperawatan. Masalah kesehatan ditandai dengan munculnya penyakit
baru (re-merging diseases), yaitu penyakit lama yang timbul lagi karena pengaruh faktor
lingkungan dan mutasi gen, seperti flu burung, HIV/AIDS, chikungunya, dan penyakit lainnya.
Lingkup praktik terjadi pergeseran yang dulunya lebih menekankan pada pemberian pelayanan
kesehatan/keperawatan pada hospitalbased ke community-based. Keadaan ini menuntut
perawat untuk lebih mandiri dan berpandangan jauh ke depan dalam melaksanakan perannya
secara profesional.
(3) Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kesehatan/Keperawatan
Era kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat dituntut untuk
menguasai teknologi komputer di dalam melaksanakan MIS (Management Information System)
baik di tatanan pelayanan maupun pendidikan keperawatan.
(4) Tuntutan Profesi Keperawatan
Keyakinan bahwa keperawatan merupakan profesi yang harus disertai dengan realisasi
pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi yang disebut dengan profesionalisasi
(Kelly dan Joel, 1995). Karakteristik profesi yaitu:
1. Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan (body of knowledge) melalui
penelitian.
2. Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.
3. Pendidikan yang memenuhi standar.
4. Terdapat pengendalian terhadap praktik.
5. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountable) terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan.
6. Merupakan karier seumur hidup.
7. Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi.
Praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional masyarakat dalam
penggunaan pengetahuan teoretis yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu
keperawatan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnosis, menyusun
perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, dan teknikal, perawat juga harus
mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung risiko, bertanggung jawab,
dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan
mengatur dirinya sendiri.
DAMPAK PERUBAHAN Perubahan sosial ekonomi dan politik, kependudukan, dan
iptek akan berdampak terhadap perubahan praktik keperawatan, pendidikan keperawatan dan
perkembangan iptek keperawatan. Perawat pada abad mendatang akan menghadapi suatu
kesempatan dan tantangan yang sangat luas sekaligus suatu ancaman (Chitty, 1997: 470).
1. PRAKTIK KEPERAWATAN Tantangan terhadap praktik keperawatan dapat
diidentifikasi sebagai tantangan terhadap:
(1) Pengurangan anggaran dalam sistem pelayanan kesehatan;
(2) Otonomi dan akuntabilitas;
(3) Perkembangan teknologi;
(4) Tempat praktik; dan
(5) Perbedaan batas kewenangan praktik.
1) Pengurangan anggaran Perawat Indonesia saat ini dihadapkan pada suatu dilema,
disatu sisi dia harus terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan, di lain pihak
pemerintah memotong alokasi anggaran untuk pelayanan keperawatan. Dalam melaksanakan
tugasnya, sering kali perawat jarang mengadakan hubungan interpersonal yang baik karena
mereka harus melayani pasien lainnya dan dikejar oleh waktu. Keadaan tersebut sebagai suatu
tantangan bagi perawat dalam berpegang terus dalam nilai-nilai moral dan etik.
2) Otonomi dan Akuntabilitas Melibatkan perawat dalam pengambilan suatu keputusan di
Pemerintahan merupakan hal yang sangat positif dalam meningkatkan otonomi dan akuntabilitas
perawat Indonesia. Peran serta tersebut perlu terus ditingkatkan dan dipertahankan. Kemandirian
perawat dalam melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya otonomi
perawat berarti semakin tingginya tuntutan kemampuan yang yang harus dipersiapkan.
3) Teknologi Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan iptek dalam praktik
keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu keharusan. Penguasaan IPTEK juga akan
berperan dalam menepis dan meyeleksi iptek yang sesuai dengan kebutuhan dan sosial budaya
masyarakat Indonesia yang akan diadopsi. Apabila kita tetap tidak mampu menerapkan teknologi
yang ada, maka kita akan menjadi orang yang tertinggal dan ditinggalkan oleh konsumennya.
4) Tempat Praktik Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan
klinik (RS); komunitas; dan praktik mandiri di rumah/berkelompok (sesuai SK Menkes R.I
1239/2001 tentang registrasi dan praktik keperawatan dan diharapkan sudah berlakunya tentang
Undang-undang Praktik Keperawatan bagi perawat Indonesia). Gambaran tempat praktik dapat
dilihat pada diagram di bawah ini:
5) Perbedaan Batas Kewenangan Praktik Belum jelasnya batas kewenangan praktik
keperawatan pada setiap jenjang pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan.
Berdasarkan hasil kajian penulis, hal tersebut terjadi karena belum dipahaminya atau
dikembangkannya body of knowledge keperawatan. Selama menempuh pendidikan, perawat
mendapatkan ilmu dan pola pikir yang hampir sama dengan profesi kedokteran. Sehingga bukan
sesuatu yang aneh setelah lulus, para perawat akan praktik melakukan hal yang sama seperti apa
yang didapatkannya di sekolah. Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema karena tidak
jelasnya batas kewenangan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Keadaan ini jelas akan
berdampak terhadap peran perawat dalam peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
KESIMPULAN
Konsep berubah merupakan bahan ajar yang memudahkan saya sebagai
seorang mahasiswa perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sistem
akan berjalan lancar apabila digerakkan secara bersama- sama tanpa mengesampingkan yang
lainnya. Begitu juga dengan konsep perubahan.
Karena dalam kehidupan kita di dunia ini kita harus senantiasa mengadakan perubahan menuju
pada kehidupan yg lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA