Вы находитесь на странице: 1из 7

Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak...

(Warsinah, dkk)

UJI AKTIFITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL


KULIT BATANG Bruguiera gymnorhiza TERHADAP SEL MEYLOMA

Warsinah1, Puji Lestari2, Trisnowati3


1,3
Program Studi Farmasi, FKIK Unsoed Purwokerto
2
Program Studi Kimia, Jurusan MIPA Unsoed Purwokerto

ABSTRACT
Mangrove vegetation especially tanjang (Bruguiera gymnorhiza) known as a kind
of plant that used as an ingredients for traditional medicine. Bioactive compound in
tanjang bark has potential medical. Although there is no previous experiment about
tanjang bark, few compounds from Bruguiera genus has been experimented and has an
activity as an anti-cancer and anti-tumor. The purpose of this experiment is to conduct
sitotoxicity tanjang bark against Meyloma cell. Tanjang bark sample that used obtained
from Tritih beach at Cilacap. Tanjang bark that has been cleaned and dried is cut and then
crused until it obtain powder. The powder is been maceration with 96% ethanol and been
evaporation. The extract that obtain is used in sitotoxicity test using MTT (3-(4,5-
dimethylthiazoil-2-il)-2,5-diphenil tetrazolium bromide) method toward Meyloma cell
after 24 hour of incubation using several concentration variation. Tanjang bark extract in
ethanol has LC50 value 508.19 g/ml. Morphology analyze and nuclear staining shows
that there is apoptosis activity even in small amount. The result shows that tanjang bark
extract has a potency as an anti-cancer toward Meyloma cell. .

Keywords : Bruguiera gymnorhiza, antiproliferatif, meyloma

PENDAHULUAN beberapa periode waktu saja. Oleh karena


Kanker adalah suatu penyakit sel itu, pilihan pengobatan baru yang aman,
dengan ciri gangguan atau kegagalan efektif dan selektif pada penyakit kanker
mekanisme pengatur multiplikasi dan sangat penting.
fungsi homeostatis lainya pada organisme Salah satu strategi untuk
multiseluler. Sel kanker mempunyai ciri pengembangan obat kanker adalah
khusus pada fenotipnya, yang disebabkan dengan menemukan senyawa-senyawa
karena adanya mutasi pada genotifnya, yang mendasarkan target aksinya pada
yaitu mampu mencukupi kebutuhan gen-gen pengatur pertumbuhan atau
sinyal pertumbuhannya sendiri, tidak proliferasi sel (Gibbs,2000). Dean (1998),
sensitif terhadap sinyal antiproliferatif, mengatakan Cell cycle progresion
mampu menginduksi angiogenesis serta merupakan parameter utama dalam
mampu menginvasi jaringan di sekitarnya mengukur sifat proliferatif sel. Proses ini
dan membentuk metastasis (Hanahan diatur oleh regulator positif (onkogen)
and Winberg, 2000) dan regulator negatif (minor supressor
Terapi pengobatan kanker yang gen).
utama seperti pembedahan dan radiasi Beberapa penelitian melaporkan
hanya dapat dilakukan pada kanker lokal bahwa bahan-bahan dari tanaman
stadium awal. Pengobatan ini gagal ternyata memiliki potensi sebagi
digunakan untuk kanker yang telah regulator negatif onkogen dan regulator
berkembang pada stadium lanjut dan positif gen tumor supresor, sehingga
mengalami metastasis. Sementara berpotensi sebagai antikanker (Cardenas,
pengobatan kanker dengan obat-obatan et.al, 1998). B. gymnorhiza (Bakau)
khemoterapi hanya efektif untuk merupakan salah tanaman yang

23
Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : 23 - 29

mempunyai potensi antitumor. Daun kultur ke dalam sumuran sampai


tanaman ini mengadung saponin, volumenya 200 L, selanjutnya
alkaloid, flavanoid, senyawa polifenol, diinkubasi di dalam inkubator
kulit batang mengandung senyawa menggunakan suhu 37C dengan aliran
alkaloid dan polifenol yang hingga kini CO2 5% konstan selama 24 jam. Akhir
masih diteliti aktifitasnya sebagai inkubasi, masing-masing sumuran
antikanker. diambil sebanyak 170 L dan ditambah
Berdasarkan kenyataan empiris dengan media kultur sebanyak 100 L.
tersebut, maka tidak menutup Kontrol media menggunakan 100 L
kemungkinan tanaman B. gymnorhiza media kultur. Tiap sumuran ditambahkan
memiliki potensi untuk dikembangkan 15 L MTT 5 mg/mL dalam medium
sebagai bahan antikanker. Penelitian ini RPMI. Setelah penambahan MTT, plate
bertujuan untuk mengetahui aktivitas ditutup rapat dan dimasukkan dalam
ekstrak etanol kulit batang B gymnorhiza inkubator selama 4 jam. Selanjutnya
terhadap sel Meiloma. reaksi di dalam plate dihentikan dengan
menggunakan larutan SDS 10% (reagen
BAHAN DAN METODE stoper) dan dibiarkan dalam suhu kamar
PENELITIAN (27C) selama 24 jam. Sel yang hidup
akan bereaksi dengan MTT membentuk
Bahan Penelitian warna ungu. Serapan dibaca dengan
Bahan yang digunakan adalah sel
menggunakan ELISA reader pada
Meiloma diperoleh dari koleksi
panjang gelombang 550 nm.
laboratorium Ilmu Hayati Universitas
Pengecatan DNA
Gadjah Mada, bahan tanaman berupa
Pada akhir inkubasi (jam ke
kulit batang diperoleh tanaman yang
24,48 dan 72), medium diambil, sel
tumbuh di pantai Nusakambangan
difiksasi dengan metanol pada obyek
Cilacap, tanaman tersebut selanjutnya
glass kemudian ditambahkan RNA-ase
diidentifikasi di bagian Taksonomi
dan Etidium Bromida 0,1%, kemudian
Fakultas Biologi Unsoed sebagai
ditutup dengan deck glass. Sel diamati
B. Gymnorhiza
setelah 30 menit di bawah mikroskop
Preparasi Ekstrak
flouresensi. Sel dianalisis secara kualitatif
Kulit batang tanaman Bruguiera
dengan mengamati adanya perubahan
gymnorhiza L yang telah dikumpulkan
morfologi.
dicuci dengan ait, dikeringkan, ditumbuk
Analisis Data
dan diayak dengan ayakan B40. serbuk
Potensi aktifitas sitotoksik
diektraksi dengan pelarut etanol 90%
ditentukan dengan pengamatan
dalam labu Soxhlet. Ekstrak dipekatkan
perubahan morfologis melalui analisis
dengan evaporator.
kualitatif dan nilai LC50 melalui analisis
Uji Sitotoksisitas dengan Metode MTT
probit. Angka probit merupakan konversi
(Dai, 2003)
% sel hidup.
Masing-masing seri kadar ekstrak
% sel hidup = ( A-B)/Ax100%
yang telah dibuat didistribusikan ke
A= jumlah sel hidup pada kontrol
dalam sumuran dari well plate. Enam
B= Jumlah sel hidup pada perlakuan
buah seri kadar dimasukkan ke dalam
sampel
satu kolom sumuran. Seri kadar
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan tiga buah replikasi.
Uji sitotoksisitas
Kemudian sel Hela dengan kerapatan
Uji toksisitas dilakukan untuk
3 x 104 didistribusikan bersama-sama ke
memastikan bahwa ekstrak etanol kulit
dalam seri kadar, blanko, dan media
batang B gymnorhiza benar-benar bersifat

24
Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak...(Warsinah, dkk)

toksik terhadap sel meiloma . uji kematian sel sebesar 50% dari populasi
sitotoksisitas dengan Pengamatan sel atau LC50. hal ini perlu karena dosis
intensitas warna menggunakan ELISA yang relatif tidak mematikan dan untuk
reader menghasilkan harga serapan yang memastikan bahwa apabila terjadi
berbeda-beda untuk setiap perlakuan. kematian sel adalah benar-benar karena
Harga serapan dari setiap sumuran ekstrak bersifat toksik terhadap sel,
berkorelasi langsung dengan jumlah sel bukan karena dosis yang terlalu besar
yang hidup. Persentase kematian sel yang dapat mengganggu keseimbangan
Meiloma berdasarkan harga absorbansi media. Hasil perhitungan menunjukan
(tabel 1) dari uji sitotoksisitas dapat adanya korelasi antara sel yang mati
diperoleh dosis yang menyebabkan dengan kenaikan kadar sampel.

Tabel 1. Persentase kematian sel Meiloma akibat penambahan sampel


Kadar Rata-rata Kontrol Kontrol Log kadar % Kematian Probit
Absorbansi Sel Media
B 1000 0,361 0,795 0,196 3 72,06 5,5
C 800 0,4555 0,822 0,186 2,9 59,9 4,98
D 600 0,491 0,684 0,197 2,77 51,57 5,15
E 100 0,5615 1,038 0,205 2 42,01 4,7
F 50 0,7155 0,941 0,206 1,7 22,93 4,26
G 25 0,821 0,931 0,218 1,4 7,11 3,52

Pada Tabel 1 memperlihatkan senyawa uji. Selain kematian sel sebagai


bahwa pada kadar ekstrak etanol kulit implementasi ketoksikan ekstrak etanol
batang B gymnorhiza 1000 g/mL kulit batang B gymnorhiza, juga dapat
persentase kematian sel Meiloma dilihat dari morfologi sel Meiloma.
mencapai 76,06% dan cenderung Pengamatan mikroskopik menunjukan
menurun bila kadar ekstrak etanol yang adanya perbedaan morfologi pada sel
diinkubasikan bersama sel Meiloma kontrol dan perlakuan (Gambar 1). Sel
menurun. Hal ini berarti potensi kontrol tampak berbentuk seperti daun,
ketoksikan ekstrak etanol kulit batang B menempel di dasar sumuran, sedangkan
gymnorhiza tergantung dosis (dose sel dengan pelakuan kadar 1000 g/ml
dependent). Persentase kematian sel yang tampak banyak yang mati dan berubah
diinkubasikan dengan DMSO relatif bentuknya, keruh dan mengapung.
rendah yaitu dibawah 10%, berarti Pengamatan morfologi menunjukkan
DMSO yang digunakan sebagai pelarut karakteristik sel Meiloma, pada sampel
ekstrak relative tidak toksik terhadap sel sel Meiloma mati dan tidak terbentuk
Meiloma dan memungkinkan serabut formazan.
penggunaan DMSO sebagai pelarut
Sel Meiloma Kontrol (A) Sel meiloma dengam pelarut DMSO (B)

Gambar 1. Morfologi Sel Meiloma dalam sumuran, perbesaran 150x.

25
Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : 23 - 29

Sel kontrol (A) sel hidup berbentuk pada sumuran perlakuan sampel berubah
seperti daun, menempel pada dasar warnanya dari merah muda menjadi
sumuran,sel dengan pelarut DMSO (B), kuning muda, dan perlakuan kontrol
sel mati berbentuk bulat, keruh dan pelarut DMSO dan kontrol sel berubah
mengapung dalam media. Selanjutnya warnanya dari merah muda menjadi ungu
Pereaksi MTT ditambahkan ke dalam dan terdapat serabut formazan berwarna
sumuran dan dilakukan pengamatan ungu berbentuk jarum. Pengamatan
visual maupun morfologinya secara morfologi setelah penambahan MTT
mikroskopik. Hasil pengamatan visual dapat dilihat pada Gambar 2.
menunjukkan terjadi perubahan warna

(1) (2)
Gambar 2. Morfologi sel Meiloma dengan Penambahan MTT
(1) Sel Meiloma yang hidup berwarna ungu dan dikelilingi oleh serabut formazan
(2) Sel Meiloma yang mati berwarna gelap berbentuk bulat tanpa dikelilingi serabut
formazan.

Data uji sitotoksis selanjutnya adanya DNA yang masih utuh, tampak
digunakan untuk perhitungan LC50 terang sebagai spot jingga terang
dengan metode analisis probit . Hasilnya berbentuk bulat, dan ada yang telah
memperlihatkan harga LC50 untuk terfragmentasi atau tidak utuh lagi. Hal
ekstrak etanol kulit batang sebesar 508,19 ini berarti ada sel yang masih hidup dan
g/mL. Harga tersebut diperoleh dari ada juga yang mati. Adanya DNA yang
persamaan linier antara harga log kadar terfragmentasi menunjukkan kematian sel
dihubungkan dengan harga probit dengan adalah dengan mekanisme apotopsis.
persamaan linier y = 2,31 + 1,08x. Pada kontrol sel Meiloma tidak
terjadi apotopsis, karena pada sel
Pengecatan DNA
Meiloma, regulator apotopsis yaitu p53
Pengecatan DNA dilakukan untuk
diikat dan didegradasi oleh protein E6
memperoleh data kualitatif morfologi sel
dari HPV (Desaintes. et al., 1999). Pada
dengan menggunakan etidium bromida
kadar ekstrak 200 g/mL
berdasarkan sifat etidium bromida yang
mengindikasikan terjadinya mekanisme
dapat berinteraksi dengan DNA maupun
cell cycle arrest dan diduga ada kematian
RNA. Hasil pengecatan ini dapat diamati
sel. Data pengecatan DNA mendukung
di bawah mikroskop Flouresensi.
dugaan adanya kematian sel dengan
Hasil pengecatan DNA ditampilkan
kemungkinan melalui mekanisme
pada gambar 4. Perlakuan kadar 200
apotopsis.
g/mL, ekstrak kulit batang terlihat

26
Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak...(Warsinah, dkk)

A B
Gambar 4. Penampakan morfologi DNA sel Meiloma setelah pengecatan dengan
Etidium bromide pada jam 48 dengan perbesaran 100x.

Pengecatan DNA sel Meiloma menghambat karsinogenesis. Kebanyakan


dengan etidium bromida dilakukan diterpen dilakton aktif pada human non-
dengan memfiksasi sel menggunakan small cell lung tumor (A-549) dan sel
metanol kemudian dicat. Sampel, sel kanker kolon pada kultur sel.
dengan ekstrak etanol kulit batang B Ada beberapa kemungkinan titik
gymnorhiza (A) dan kontrol sel tangkap molekuler senyawa alam yang
diinkubasikan dengan media saja (B). terkandung dalam ekstrak etanol kulit
Pada kontrol tampak adanya spot hijau batang B gymnorhiza, sehingga berefek
terang yang menunjukkan DNA yang sebagai anti kanker. Kemungkinan
utuh sedangkan perlakuan ekstrak tampak pertama , senyawa alam tersebut mampu
adanya DNA yang utuh namun ada juga menghambat signal tranduksi. Signal
yang terfragmentasi yang tranduksi dimulai dengan adanya
mengindikasikan terjadinya apotopsis rangsangan dari luar sel yang berupa
(tanda panah pada gambar A). faktor pertumbuhan yang ditangkap oleh
Senyawa alam yang terdeteksi di reseptor. Reseptor akan menyampaikan
dalam senyawa uji yaitu alkaloid, signal proliferatif ke protein di
terpenoid, senyawa fenol, secara sinergis sitoplasma. Aktivasi signal transduksi ini
atau individual mampu diduga mampu melalui proses fosforilasi dengan
menghambat cell cycle progression dari melibatkan ATP dan protein yang terlibat
sel Hela. Hal ini didukung oleh banyak umumnya adalah jenis protein kinase
data tentang aktivitas antitumor dari (Gibbs,2000). Proses signal transduction
senyawa-senyawa alam tersebut. cassades ini dapat dihambat oleh
Flavanoid yang tersebar luas dalam beberapa senyawa alam yang termasuk
tanaman (Harborne,1987) telah disintesis inhibitor fosfatase dan inhibitor kinase
bermacam-macam turunannya dan (Cardenas et al, 1998). Senyawa uji
dievaluasi aktivitas antitumornya secara mungkin mengandung zat inhibitor
invitro terhadap sel kanker payudara kinase sehingga dapat menghambat
manusia MCF-7. 2hidroxychalcones dan signal transduction cassades. Misalnya
methoxylated flavonones menunjukan adanya senyawa alkaloid dan terpenoid
aktivitas antiproliferatif yang paling yang dapat berkompetisi dengan ATP
poten terhadap sel kanker payudara dalam fosforilasi sehingga proses
MCF-7. Terpenoid tertentu mampu fosforilasi terhambat.

27
Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : 23 - 29

Kemungkinan kedua, mempenga- dapat menghambat aktifitas Protein E 6


ruhi program cell cycle yaitu dan E7 sehingga enzim telomerase
menghambat cell cycle progression dan terhambat aktifitasnya dan sel mati .
menginduksi cell cycle arrest. Rangkaian Seluruh kemungkinan mekanisme
signal tranduksi berakhir di nukleus dan tersebut masih perlu diteliti
sel dari Go masuk ke G1 phase. Signal kebenarannya, dan juga adanya
tranduksi menginisiasi faktor transkripsi mekanisme lain dan kiranya akan
yang akan mentranskripsi gen-gen yang menjadi topik yang menarik untu
dibutuhkan untuk jalanya cell cycle. Gen- penelitian yang akan datang.
gen tersebut antara lain cyclins dan
cyclins dependent kinase (cdk). Untuk DAFTAR PUSTAKA
memfasilitasi G1 progression, kedua Cardenas ME, Sanfridson A, Cuter NS,
protein D-type cyclins dan cdk 4 atau 6 and Heitman J, 1998, Signal
harus membentuk kompleks untuk Tranduction Cascade as targets
memfosforilasi pRb sehingga memacu For Therapetics Intervevtion by
cell cycle progression. Senyawa uji natural Products. Tibtech. Vol 16.
mungkin dapat menghambat fosforilasi October, 427 - 433
pRb atau menginduksi INK4 family
proteins yang merupakan protein Dai, M. 2003. Uji aktivitas anti
penghambat CDK. Hambatan cell cycle proliferatif Pentagamavunon-O
progression ini juga dapa terjadi pada Terhadap sel Raji, sel HeLa dan
tiap : S phase, G2/M transition yang Sel Myeloma. Tesis. Fakultas
biasanya berupa cell cycle arrest (Shapiro Farmasi UGM. Yogjakarta (tidak
and Harper,1999). dipublikasikan).
Kemungkinan ketiga , aktivitas
protein p53 dan pRb dijaga. Pada sel hela Dean M. 1998. Cancer as a Complex
protein p53 dan pRb dalam keadaan development Disorder. Cancer Res
normal atau tidak termutasi, hanya diikat 58: 5633 5636
kemudian didegradasi oleh protein E 6 dan
E7 dari HPV ( Desaintes et al, 2001). Desaintes, C., Goyat,S., Garbay, S.,
Senyawa uji kemungkinan mengandung Yaniv,M. and Thiery,F., 1999,
zat yang dapat mencegah terjadinya Papillomavirus E2 Induces p53-
degradasi p53 sehingga terjadi apotopsis. independent Apotopsis in Hela
Kemungkinan keempat, terjadinya Cells, Oncogene 18, 4583-4545
penghambatan enzim telomerase.
Telomer merupakan penutup ujung Gibbs Jb. 2000. Anticancer Drugs
kromosom yang terdiri dari puluhan ribu Targets, Growth Factors ans
pasangan basa yang merupakan sekuen growth factor Signaling. J Clin
berulang. Enzim telomerase bekerja inves, 105 (1) 9- 13
dengan terus memperpanjang telomer
sehingga sel bersifat imortal dan Hanahan D, and Weinberg RA. 2000,
aktifitasnya tidak ditemukan dalam sel The Hallmarks of Cancer, Cell
normal somatik ( Sasaki,2001). Protein Vol 100: 57 70
E6 dan E7 dari HPV yang menginfeksi sl
Hela dapat menginduksi protein c-myc Harborne JB, 1987, metode Fitokimia
yang dapat memacu enzim telomerase Penuntun Modern menganalisis
dan akibatnya sel bersifat imortal.. tumbuhan, Edisi II, Penerbit ITB.
ekstrak kulit batang B gymnorhiza Bandung
mungkin mengandung senyawa yang

28
Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak...(Warsinah, dkk)

Saphiro Gl and Harper JW. 1999.


Anticancer Drugs Targets, Cell
Cycle and Checkpoint Control. J
Clin Inves. 104(12) 1645-1676

Sasaki.S,2001. Development of Novel


Telomerase Inhibitor Based on A
Bisindole Unit, Bioorg, Med.
Chem. Lett. 11, 583-585

Sonlimar, M., Sismindari and Mustofa.


2002. Uji Sitotoksik in Vitro
Ekstrak Kloroform Brucea javanica
L. (Meer), Ipomoea batatas Poir,
Mussaenda pubescens Ait.f., dan
Portulaca oleracea L., terhadap Sel
HeLa. Majalah Farmasi Indonesia,
14 (3), 132-141

29

Вам также может понравиться