Вы находитесь на странице: 1из 5

Kejang Demam

I. Pengertian :
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium.

II. Etiologi :
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat
misalnya : tonsillitis, ostitis media akut, bronchitis, dll

III. Patofisiologi :
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi
ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel
neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.
IV. Manifestasiklinis :
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonikklonik, tonik, klonik, fokal
atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak
memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan
sadar tanpa ada kelainan saraf. Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria
Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam
sederhana, yaitu :
- Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
- Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
- Kejang bersifat umum
- Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam
- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
- Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
- Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali
V. Penatalaksanaan :

Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

1. Pemberantasan kejang secepat mungkin


Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI sebagai berikut :
Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :

1. Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata


0,3-0,5 mg/kg

Atau diazepam rectal dosis 10 kg : 5 mg


10 kg : 10 mg

bila kejang tidak berhenti


tunggu 15 menit
dapat diulang dengan cara/dosis yang sama kejang berhenti

berikan dosis awal fenobarbital dosis :


neonatus : 30 mg I.M
1 bulan 1 tahun : 50 mg I.M
1 tahun : 75 mg I.M

2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan


dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.

3. Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

4. Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari
pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.
Aspek penilaian kejang demam:

4.1.5.2 Anamnesis
I. Identitas :
- Orang tua : nama, alamat, umur, pekerjaan, pendidikan dan agama.
- Anak : Nama, umur, jenis kelamin
II. Riwayat penyakit
- Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
(keluhan utama)
Apakah betul ada kejang ?
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan
kejang si anak
Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan
kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.
Lama serangan?
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung
lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon
terhadap prognosa dan pengobatan.
Pola serangan?
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola
serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran
sepertiepilepsi mioklonik ?
Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan
kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara
tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
Frekuensi serangan (minggu, bulan, tahun)
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang?
terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada
umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan?
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang
dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-
lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya.
Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur,
kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya.
Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
(keluhan tambahan)
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), Dengue Hemoragic Fever, ISPA, OMA.
Riwayat Kehamilan

- Trauma?
- Riwayat minum alcohol, merokok?
- Pola makan dan hidup sewaktu kehamilan?

Persalinan

Persalinan normal apa secarea?


Melahirkan dengan dokter apa dengan bidan?
Cukup bulan tidak melahirkannya?
Penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil?
Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan
( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain?
Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau
menetek, dan kejang-kejang?
`
- Riwayat Imunisasi
BCG : 0-2 bulan
Hepatitis B: 0 =1, 1=2, 3-6=3
Polio : 0, 2, 4, 6, 18 bulan s.d 24 bulan dan 5 tahun.
DPT : 2, 4, 6, 18 bulan s.d 24 bulan dan 5 tahun
Campak : 9 bulan dan 6 tahun.
Yang sudah dan yang belum mendapatkan imunisasi. Seperti setelah
mendapatkan DPT badan menjadi panas.

- Riwayat makanan
Asupan makanan sehari-hari pada anak?
- Riwayat pengobatan
Pernah diobatin ga kejangnya? Pake apa bu?berobat nya dimana?

4.1.5.3 Pemeriksaan fisik


- Keadaan umum
- Kesadaran
- Vital sign TNRS lengkap
T : normal
N : normal diraba di A. brachialis / A. feroralis. Jiga lebih besar bisa A.
radialis
R : normal pernafasan abdominal/ diafragma
7-8 tahun thoracoabdominal
S : normal 360 370 c (hipotermia < 35 0 c, hipertermia >410 c)
Bayi < 2 tahun dapat diukur suhu rectal
Dan > 6 tahun diukur melalui mulut.

- Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman
penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
- Telinga (harus)
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
- Mulut (harus)
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah?
Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
- Tenggorokan (harus)
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan
eksudat ?

4.1.5.4 Menentukan diagnosis dan diagnosis banding


- Diagnosis : kejang demam dan faringitis (bila ada tanda radang)
- DD : meningitis, epilepsy (ayan), kaku kuduk, ensefalitis (setelah
kejang tidak sadar).

4.1.5.5 Menentukan usulan pemeriksaan


1. Darah
- Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <200 mq/dl)
- BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
- Elektrolit : K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang.
Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl ), Natrium ( N 135 144 meq/dl )

2. Cairan Cerebo Spinal:


Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.

3. Skull Ray :
Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

4. Tansiluminasi :
Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun)
di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

5. EEG :
Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk
mengetahui fokus aktivitas kejang,hasil biasanya normal.

6. CT Scan :
Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses,
tumor dengan atau tanpa kontras.

4.1.5.6 profesionalisme

Вам также может понравиться