Вы находитесь на странице: 1из 27

LAPORAN KASUS

Seorang Wanita 52 Tahun dengan Keluhan Badan Terasa


Lemas
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
di RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing :
dr. Hersa Donantya, Sp.PD

Disusun oleh :
Inggit Azzahra Herfianti
H2A012033

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD TUGUREJO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Inggit Azzahra Herfianti


NIM : H2A012033
Fakultas : Kedokteran Umum
Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Dalam
Pembimbing : dr. Hersa Donantya Sp.PD

Telah dipresentasikan pada Februari 2017

Pembimbing

dr. Hersa Donantya, Sp.PD

2
DAFTAR MASALAH

No. Masalah Aktif Tgl No. Masalah Tgl


Pasif
1. Diabetes Mellitus 10/01/2017
Tipe II
2. LBP 10/01/2017

3
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tuguejo RT 07/III Tugu, Semarang
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Bangsal : Dahlia 3
Tanggal Masuk RS : 8 Januari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 10 Januari 2017

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di bangsal Dahlia 3 tanggal 10 Januari 2017
pukul 10.00 WIB secara autoanamnesis dan alloanamnesis.
a. Keluhan Utama : Badan terasa lemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo dengan keluhan badan
terasa lemas sejak pagi hari. Lemas membuat pasien terkantuk sehingga
pasien lebih nyaman dalam posisi berbaring. Pasien merasa cepat lelah
sehingga pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Pasien
mengeluh sering merasa lapar dan haus, sehingga pasien makan lebih
dari 3x sehari. Pasien juga mengeluh sering BAK pada malam hari
kurang lebih sebanyak 5x. Pasien juga mengeluh nyeri kepala senut-
senut yang hilang timbul, leher terasa kaku. Pasien juga mengeluhkan
nyeri pinggang seperti tertusuk-tusuk yang dirasakan terus menerus
kadang menjalar sampai ke tungkai bawah kanan dan kiri serta sulit
untuk berdiri tegak. Pasien tidak mengeluhkan sesak nafas ketika lelah
beraktivitas. Pasien juga menyangkal adanya nyeri dada. Mual dan
muntah disangkal. Pasien tidak memiliki tanda-tanda perdarahan. BAB

4
lancar setiap hari warna dan konsistensi dalam batas normal. BAK
sering warna jernih, tidak nyeri.
1 tahun yang lalu pasien mondok di RSUD Tugurejo dan
didiagnosis diabetes. Sejak saat itu pasien rutin mengonsumsi OHO dan
rutin kontrol di puskesmas sebulan sekali. 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit pasien mengaku setiap hari pasien makan sebanyak lebih
dari 3-4x sehari setiap makanan yang dimakan terdiri dari nasi dan lauk.
Pasien mengakui sering memakan makanan dan minuman manis.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat mondok sebelumnya : diakui, dengan keluhan yang sama
1 tahun yang lalu
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat DM : (+) sejak tahun 2016 rutin kontrol
dan minum obat metformin dan glibenklamid
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit ginjal : disangkal
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
c. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
d. Riwayat sosial ekonomi
Pasien tinggal bersama suaminya, dan 2 orang anaknya, saat ini pasien
sudah tidak bekerja, dahulu pasien bekerja sebagai pedagang sayur di
pasar dan sering membawa dagangan dengan cara menggendong setiap
harinya selama 10 tahun. Pasien juga mengaku jarang berolahraga.
Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Kesan: ekonomi cukup.

Anamnesis Sistemik:
Keluhan utama Lemas
Kepala Pusing (+) senut-senut, cekot cekot (-)
Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),
Mata
berkunang-kunang (-)

5
Hidung mimisan (-), tersumbat (-)
pendengaran berkurang (-), gembrebeg (-), keluar
Telinga
cairan (-), darah (-).
sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-
Mulut
pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).
Leher Pembesaran kelenjar limfe (-), leher terasa kaku (+)
Nyeri menelan (-), Sulit Menelan (-), suara serak (-),
Tenggorokan
gatal (-).
Sistem respirasi Sesak nafas (-), batuk berdahak (-)
Sistem Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),
kardiovaskuler berdebar-debar (-), keringat dingin (-)
Polifagi (+) polidipsi (+), mual (-), muntah (-),nyeri
Sistem
ulu hati (-), nafsu makan menurun (-), BAB (+)
gastrointestinal
normal
Sistem Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-), badan
muskuloskeletal lemas (+) luka yang tidak sembuh (-)
Poliuri (+) Kencing seperti warna teh(-), sering
Sistem
kencing (-), nyeri saat kencing (-), kencing nanah(-),
genitourinaria
sulit memulai kencing (-), anyang-anyangan (-).
Luka (-), kesemutan (-), kebas (-), kaku digerakan (-),
Ekstremitas atas
bengkak (-), sakit sendi (-) akral dingin (-)
Ekstremitas Luka (-), kesemutan (-),kebas (-) kaku digerakan (-),
bawah bengkak (-) sakit sendi (-) akral dingin (-)
Sistem Kejang (-), gelisah (-)mengigau (-), emosi tidak stabil
neuropsikiatri (-)
Sistem Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-) tampak kering (-)
Integumentum

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 10 Januari 2017 pada pukul 10.00
WIB
a. Keadaan Umum : Tampak lemas
b. Kesadaran : Composmentis, GCS 15
c. Vital sign : TD : 138/88 mmHg
Nadi : 82 x/menit,
RR : 19 x/menit
T : 36.0C (axiler)
d. Tinggi badan : 158 cm

6
e. Berat badan : 60 kg
Status Gizi : 24 kg/m2overweight
f. Lingkar Perut : 80cm
g. Kepala : Mesocephal, distribusi rambut merata
1. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil
isokor diameter 3mm/3mm, reflek cahaya direk (+/+), reflek cahaya indirek (+/+)
h. Telinga : discharge (-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),
gangguan fungsi pendengaran(-/-)
i. Hidung : secret (-), napas cuping hidung (-)
j. Mulut : lidah kotor (-), pernapasan mulut (-),
bibir kering (-), sianosis (-),
k. Kulit : pucat (-), hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
l. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi
trakea (-), peningkatan JVP (-), penggunaan otot
bantu pernafasan strenocleudomastoideus (-)
m. Thoraks

Jantung
Inspeksi : ictus codis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, pulsus parasternal (-),
pulsus epigastrik (-)
Perkusi
Kanan jantung : ICS 4 linea parasternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5, 2 cm medial linea
midclavikula sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-), gallop (-), HR 88x/menit

Pulmo
PULMO DEXTRA SINISTRA

Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada Datar Datar
Hemitorak Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis

7
Warna Sama dengan kulit sekitar Sama dengan kulit sekitar
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus (+) normal,Kanan = kiri (+) normal, Kanan = kiri
3. Perkusi sonor seluruh lapang paru sonor seluruh lapang paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
Wheezing - -
Ronki - -
Stridor - -
Belakang
1. Inspeksi

Warna Sama dengan kulit sekitar Sama dengan kulit sekitar


2. Palpasi

Nyeri tekan (-) (-)


Stem Fremitus Tidak ada pengerasan dan Tidak ada pengerasan dan
pelemahan pelemahan
3. Perkusi
Lapang paru sonor seluruh lapang paru sonor seluruh lapang paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
Wheezing - -
Ronki - -
Stridor - -

n. Abdomen
Inspeksi : datar, warna sama dengan sekitar
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
Perkusi : Timpani, Pekak sisi (-), Pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Hepar : tidak teraba, Lien :
tidak teraba, undulasi (-),
o. Ekstremitas

Extremitas superior Extremitas inferior

8
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - + +
Akral dingin - - - -
Luka - - - -
Fungsi motorik 5 5 5 5
Fungsi sensorik N N N N

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Darah Rutin (8 Januari 2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Lekosit 8.26 10^3/ul 3,8 10,6
Eritrosit 4.77 10^3/ul 4,4 5,9
Hemoglobin 14.20 g/dl 13,2 17,3
Hematokrit 40.90 % 40 52
MCV 85.70 Fl 80 100
MCH 29.80 Pg 26 34
MCHC 34.70 g/dl 32 36
Trombosit 285 10^3/ul 150 440
RDW 12.40 % 11,5 14,5
Eosinofil absolute 0.36 10^3/ul 0,045 0,44
Basofil absolute 0.02 10^3/ul 0 0,02
Neutrofil absolute 4.21 10^3/ul 1,8 8
Limfosit absolute 2.91 10^3/ul 0,9 5,2
Monosit absolute 0.76 10^3/ul 0,16 1
Eosinofil 4.40 H % 24
Basofil 0.20 % 01
Neutrofil 51.00 % 50 70
Limfosit 35.20 % 25 40
Monosit 9.20 H % 2 8

b. Kimia klinik (8 Januari 2017)


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Kalium 3,5 mmol/L 3,5 - 5,0
Natrium 136 mmol/L 135 145
Klorida 95,1 mmol/L 95,0 105
Glukosa Sewaktu 400 H mg/dL <125
Ureum 27,2 mg/dL 10,0 - 50,0
Kreatinin 0.97 mg/dL 0,70 - 1,10

c. Radiologis
X Foto lumbo-Sacral AP Lateral (10 Januari 2017)

9
- Kedudukan tulang vertebra lumbo-sakral baik
- Korpus dan pedikel intak
- Tampak spur antero lateral VT 10-VT 12 dan VL 1-VL 5
- Diskus dan foramina intervertebralis setinggi VL 5-VS 1 menyempit
- Sendi sakroiliaka baik
Kesan : Spondilosis Thoraco-lumbalis
Stenosis diskus intervertebralis setinggi VL 5- VS 1

V. DAFTAR ABNORMALITAS

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


1. Lemas 14. Tampak lemas 16. Eosinofil H 4.40
2. Polifagi
15. Status Gizi : 17. Monosist H 9.20
3. Polidipsi
4. Poliuri 24kg/m2 overweight 18. Glukosa Sewaktu H 400
5. Nyeri kepala senut-senut 19. X Foto lumbo-Sacral AP
6. Leher terasa kaku
LateraL: Spondilosis
7. Nyeri Pinggang menjalar ke
Thoraco-lumbalis
tungkai
8. Makan sebanyak 4x sehari 20. Stenosis diskus
9. Riwayat opname dengan intervertebralis setinggi
VL 5- VS 1
keluhan yang sama
10. Riwayat DM 1 tahun
11. Riwayat sering makan
makanan manis
12. Riwayat suka angkat berat

10
selama 10 tahun
13. Riwayat Jarang Olahraga

VI. DAFTAR MASALAH


1. Diabetes Melitus tipe 2 : 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 18
2. LBP : 7, 12, 13, 14, 19, 20
VII. RENCANA PENYELESAIAN MASALAH
1. Diabetes Melitus Tipe 2
Assessment
a. Etiologi
Sekresi insulin abnormal
Resistensi terhadap kerja insulin
b. Factor resiko

Usia >45 tahun


Aktivitas fisik kurang
Berat badan lebih >110% BB ideal atau IMT >23 kg/m2
c. Komplikasi
1. Akut
KAD
HONK
Hipoglikemia
2. Kronis
Mikroangiopati : retinopati diabetikum, nefropati
diabetikum, neuropati diabetikum
Makroangiopati : Stroke, Peripheral Vaskular
Disease , penyakit jantung koroner.

Initial plan
1. Diagnosis
Pemeriksaan C peptida
2. Terapi
Farmakologi
Inj. Novorapid 10-10-8 sc

11
Non farmakologi
Diet DM
- Berat badan ideal = (TB cm 100)kg - 10%
= (158cm 100)kg 10%
= 58 10%
= 58 5,8 = 52,2kg
- Status gizi = (BBaktual : BB ideal) x
100%
= (58kg : 52,2kg)x100%
= 111% Berat badan lebih
- Jumlah kebutuhan kalori perhari :
Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 30kalori
52,2 x 30 = 1566 kalori
Kebutuhan untuk aktivitas ditambah 10%
= 10% x 1566 =156,6 kalori
Koreksi karena kelebihan berat badan dikurangi
10% = 10% x 1566 =156,6 kalori
Koreksi karena umur diatas 40 tahun dikurangi
5%
= 5% x 1566 =78,3 kalori

Total kebutuhan kalori perhari untuk penderita


=1566 + 156,6 156,6 78,3
= 1487,7
Dibulatkan 1500 kalori
Distribusi makanan :
- Karbohidrat 60% = 60% x 1500 = 900 kalori =
225 gram karbohidrat.
- Protein 20% = 20% x 1500 = 300 kalori = 75
gram protein.

12
- Lemak 20% = 20% x 1500 = 300 kalori = 33,3
gram lemak.
Latihan Jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit :
jalan/jogging/bersepeda
3. Monitoring
KU
Vital sign
GDS
4. Edukasi
Jaga pola makan
Kurangi makan makanan manis
Memakai obat secara teratur
Mencegah timbulnya luka pada kaki dengan cara memakai
alas kaki, dan menjaga kebersihan kaki

2. LBP (Low Back Pain)


Assesment:
1. Etiologi
LBP karena trauma: Perubahan pada sendi sacroiliaca dan sendi
lumba sacral
LBP karena perubahan jaringan : osteoartritis, penyakit fibrositis
2. Faktor risiko
Usia > 40 tahun
Berat badan berlebih
Angkat beban yang berat yang berulang
Duduk lama
Sering membungkuk
3. Komplikasi
Skoliosis
Osteoporosis
Initial Plan
1. Diagnosis:

13
Pemeriksaan neurology pada tungkai : sensibilitas, motorik, tonus
otot, reflek fisiologis, patologis, pemeriksaan nyeri radikuler
(laseque, kernig, Bragard, sicard, Patrick dan kontrapatrick)
X-foto rontgen lumbal
2. Terapi :
Farmakologi:
Meloxicam 2x15 mg p.o
Gabapentin 1x300 mg p.o
Mecobalamin 1x500 mg p.o
Non-Farmakologi:
Fisioterapi
3. Monitoring :
- KU
4. Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
penyakit dan penyebabnya
Menjelaskan kepada pasien untuk istirahat yang cukup, jangan
terlalu lama duduk dan berdiri dan jangan sering mengangkat
beban berat
Hindari berat badan yang berlebihan
Olahraga yang teratur dan melakukan fisioterapi

14
PROGRESS NOTE

Tanggal Senin, 9 Januari 2017


S Lemas (+) nyeri kepala (+), Nyeri Punggung bawah menjalar
O sampai tungkai kaki kanan dan kiri
Kesadaran : CM
TD 130/88mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC
GDS : 400
A DM tipe II, Susp. LBP
P Infus RL 20 tpm
Novorapid 10-10-8
Inj. Ketorolac 2x1
Inj. Omeprazole 3x1
Paracetamol 3x1 p.o
X Foto lumbo-Sacral AP Lateral
Cek GDS/hari
Monitor KU dan TTV
Tanggal Selasa, 10 Januari 2017
S Lemas (+), Nyeri Punggung bawah (+)
O Kesadaran : CM

15
TD 110/70mmHg
HR : 82 x/menit
RR : 21 x/menit
T : 36,5oC
GDS 196
Hasil rontgen: Spondilosis Thoraco-lumbalis
Stenosis diskus intervertebralis setinggi VL 5- VS 1
Diabetes Mellitus Tipe 2
LBP
A
Monitor KU dan TTV

P GDS/hari
Terapi lanjut
Tanggal Rabu, 11 Januari 2017
S Lemas berkurang, nyeri punggung berkurang
O Kesadaran : CM
TD 120/80 mmHg
HR : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC
GDS 156
A Diabetes Mellitus tipe 2
LBP
P Monitor KU dan TTV
GDS/hari
Terapi lanjut

16
ALUR PIKIR

Riwayat membawa Usia >50 tahun


barang berat selama 10
tahun

Ujung saraf spinal Kurang Olahraga


tertekan
Hiperinsulinemia
LBP

Berat badan lebih


Nyeri Punggung
menjalar hingga ke >110% BB ideal atau Resistensi insulin
tungkai Sekresi insulin
IMT >23 kg/m2
abnormal

Diabetes mellitus tipe


2

Gejala : Kronis Akut


Lemas Mikroangiopati : KAD
Polifagi
Polidipsi retinopati diabetikum HONK
Poliuri
nefropati diabetikum Hipoglikemia
neuropati diabetikum
Makroangiopati :
Stroke
Peripheral Vaskular
Disease
Penyakit jantung
17
koroner.
ANALISIS PIKIR
Pada kasus pasien berumur >45 tahun dengan IMT berat badan lebih, dan
aktivitas kurang dengan riwayat diabetes mellitus selama 1 tahun, pasien mengaku
kontrol rutin ke puskesmas tiap bulan dan meminum OHO. Namun pasien memiliki
kebiasaan makan sebanyak 4x sehari dan tidak melakukan olahraga secara teratur.
faktor resiko untuk terjadinya Diabetes mellitus.
Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :

- Riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus


- Umur.Risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.
- Riwayat pernah menderita Diabetes Mellitus gestasional
Riwayat lahir dengan BB rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir
dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding bayi
yang lahir dengan BB normal.

Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :

- Berat badan lebih


- Kurang aktifitas fisik
- Hipertensi
- Dislipidemia
- Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan
meningkatkan risiko menderita prediabetes dan DM tipe 2

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :

- Penderita polycictic ovary syndrome (PCOS)

- Penderita sindroma metabolik .

Etiologi

Diabetes Tipe 1

18
Diabetes melitus tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel -
pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun
maupun idiopatik. Sistem imun pasien merusak sekresi insulin oleh sel
beta pancreas. DT1 merupakan penyakit autoimun multifaktorial yang
dikarakteristikkan dengan adanya defisiensi insulin, dikarenakan
perusakan sel beta pancreas yang dimediasi oleh sel T. Pada DM tipe 1
sekresi insulin berkurang atau terhenti.
Diabetes Tipe 2

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes


Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan
relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.3
Sel tidak mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti
sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.3
Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan klinis Diabetes
Melitus (DM). Sel pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga
terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau baru
sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi kelelahan sel pankreas, baru
terjadi diabetes melitus klinis, yang ditandai dengan adanya kadar glukosa
darah yang meningkat, memenuhi kriteria diagnosis diabetes melitus.

Patofisiologi
- Diabetes melitus tipe 1
Pada DM tipe I (DM tergantung insulin (IDDM), sebelumnya
disebutdiabetes juvenilis), terdapat kekurangan insulin absolut sehingga
pasienmembutuhkan suplai insulin dari luar. Keadaan ini disebabkan oleh
lesi padasel beta pankreas karena mekanisme autoimun, yang pada

19
keadaan tertentudipicu oleh infeksi virus. DM tipe I terjadi lebih sering
pada pembawaantigen HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-DR4), hal ini
terdapat disposisigenetik. Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak
(bahasa Inggris: childhood-onsetdiabetes, juvenile diabetes, insulin-
dependent diabetes mellitus, IDDM)adalah diabetes yang terjadi karena
berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasidarah akibat defek sel beta
penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhanspankreas. IDDM dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa, namunlebih sering didapat
pada anak-anak5.
- Diabetes Melitus tipe 2
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM),
sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan
diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga
berperan penting. Namun terdapatdefisiensi insulin relatif; pasien tidak
mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat
normal atau bahkan meningkat, tetapi organ targetmemiliki sensitifitas
yang berkurang terhadap insulin.Sebagian besar pasien DM tipe II
memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik,
asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu
sedikit.Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi
meningkatkan konsentrasiasam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya
akan menurunkan penggunaanglukosa di otot dan jaringan lemak.
Akibatnya, terjadi resistensi insulin yangmemaksa untuk meningkatkan
pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun padareseptor, resistensi insulin
semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yangpenting, namun
bukan merupakan penyebab tunggal diabetes tipe II. Penyebab yanglebih
penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas
insulin.Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa
gen telah diidentifikasi sebagai gen yang meningkatkan terjadinya obesitas
dan DM tipe II.Diantara beberapa faktor, kelainan genetik pada protein
yang memisahkan rangkaian dimitokondria membatasi penggunaan

20
substrat. Jika terdapat disposisi genetik yangkuat, diabetes tipe II dapat
terjadi pada usia muda.Penurunan sensitifitas insulin terutama
mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan
pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapatdipertahankan
dengan baik. Jadi, diabetes tipe II cenderung menyebabkanhiperglikemia
berat tanpa disertai gangguan metabolisme lemak5.
Manifestasi Klinis
Berdasarkan keluhan klinik, biasanya pasien Diabetes Melitus akan
mengeluhkan apa yang disebut 4P : polifagi dengan penurunan berat badan,
Polidipsi dengan poliuri, juga keluhan tambahan lain seperti sering kesemutan,
rasa baal dan gatal di kulit .
Pada kasus ini pasien mengeluhkan lemas, polifagi, polidipsi dan poliuri.
Tabel 1. Kriteria diagnosis DM

Pada pasien ini diagnosis Diabetes Mellitus ditengakkan dengan


pemeriksaan GDS hasilnya yaitu 400mg/dL (>200mg/dL)

21
Tabel 2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis diabetes melitus.

22
23
Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis

Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan danlatihan jasmani


selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabilakadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukanIntervensifarmakologis dengan obat hipoglikemik
oral (OHO)dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapatsegera
diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuaiindikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnyaketoasidosis, stres berat, berat badan yang
menurun dengancepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaanpenyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien,keluarga dan masyarakat. Tim
kesehatan mendampingi pasiendalam menuju perubahan perilaku sehat.
Untuk mencapaikeberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yangkomprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Berbagai haltentang
edukasi dibahas lebih mendalam di bagian promosiperilaku
sehat.Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,tanda dan
gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harusdiberikan kepada pasien.

24
Pemantauan kadar glukosa darahdapat dilakukan secara mandiri, setelah
mendapat pelatihankhusus2.

2. Terapi Nutrisi Medis


Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan
secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas
kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya).
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.
A. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi.
Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang
berserat tinggi.
Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal
tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted-Daily
Intake)
Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan

25
makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari 2.
Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu penuh (whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari2.

Protein
Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang) 2.

3. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.

Obat hipoglikemik oral


Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
C. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidasealfa.
E. DPP-IV inhibitor2 .

Pada pasien juga mempunyai riwayat mengangkat beban berat yaitu


mengangkat/menggendong barang dagangannya selama 10 tahun, jarang berolahraga

26
sehingga hal ini merupakan risikio terjadinya LBP (Low Back Pain) karena trauma,
sehingga muncul gejala-gejala seperti nyeri punggung bawah yang menjalar hingga
bagian tungkai bawah kaki.

DAFTAR PUSTAKA

1. W. Sudoyo Aru, Setiohadi Bambang, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
IV. Jakarta : Balai Penerbit Interna Publishing : Juni 2006.

2. Rani A.Aziz, Nafrialdi, dkk. Panduan Pelayanan Medik PB PAPDI. Jakarta :


Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Agustus 2008.

27

Вам также может понравиться