Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KAJIIAN PUSTAKA
3.1 Batubara
Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai
unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Hal ini
mudah dimengerti karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah
mengalami proses pembatubaraan (coalification).
Dalam mempelajari cara terbentuknya batubara, dikenal 2 macam teori,
sebagai berikut :
1. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,
terbentuknya pada tempat di mana tumbuhan itu berasal dan berkembang,
hingga tumbuhan itu tumbang dan tertutupi oleh tanah.
2. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terjadi di tempat yang berbeda dengan tempat di mana tumbuhan semula hidup
dan berkembang
(Sukandarrumidi, 1995 : hal 11-12).
Selain itu pembentukan batubara juga dipengaruhi oleh adanya tekanan,
perbedaan suhu, dan waktu. Adapun konsep pembentukan batuan meliputi :
1. Prinsip Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk kedalam jenis batuan sedimen.
Batuan sedimen terbentuk dari material yang terendapkan di dalam suatu
cekungan dalam kondisi tertentu dan mengalami kompaksi serta transformasi
baik secara fisik, kimia dan biokimia. Pada saat pengendapan material ini selalu
membentuk perlapisan yang horizontal.
2. Skala waktu geologi
Proses sedimentasi, kompaksi, transforamasi oleh material dasar
pembentuk menjadi batuan sedimen berjalan selama jutaan tahun. Untuk dapat
memahami lamanya kisaran waktu dari pembentukan batuan sedimen tersebut
maka dikenal suatu skala waktu yang disebut skala waktu geologi.
3-1
Gambar 3.1
Proses Pembentukan Endapan Batubara
3-2
4. Bituminous
Dalam tahap keempat atau tahap pembentukan batubara bituminous,
kandungan hidrogen turun dengan menurunnya oksigen secara perlahan-lahan.
5. Anthracite
Tahap kelima adalah antrasitisasi. Dalam tahap ini oksigen hampir
konstan sedangkan hidrogen turun lebih cepat dibandingkan tahap-tahap
sebelumnya.
3-3
umumnya, strip mining digunakan untuk menambang pasir dan batu bara. Teknik
ini juga disebut sebagai open cast, atau stripping.
3-4
(berlebihan), karena akan menambah biaya tahap kominusi yang umumnya
relatif mahal.
Unit pengolahan (crushing plant) merupakan rangkaian peralatan
mekanis yang digunakan untuk mereduksi ukuran hasil penambangan.
Pengolahan batubara hasil penambangan perlu dilakukan terutama untuk
memenuhi atau menyesuaikan dengan permintaan konsumen akan kualitas dan
ukuran butiran.
Secara umum peralatan yang digunakan didalam proses pengolahan
ialah semua peralatan yang dipakai dan diperlukan didalam siklus kegiatan
pengolahan bahan galian. Adapun peralatan yang dipakai pada siklus
pengolahan bahan galian antara lain terdiri dari :
1. Hopper, Grizzly dan Dust Supression
Hopper adalah tempat penumpahan material atau dengan kata lain
sebagai mulut crusher. Hopper kebanyakan dibuat posisi tinggi, akan tetapi
karena posisi tinggi membuat waktu kurang efisien, saat ini hopper yang efisien
dan cepat menyalurkan material adalah hopper model bunker. Hopper
merupakan wadah penyimpan yang terbuat dari baja dan mencakup sebuah
tempat pemberhentian truk, grizzly, side wings, wear plates dan sistem
penyemprot debu spinkler.
Batubara dimuat ke dalam hopper dengan alat support dan jatuh ke jeruji
grizzly. Pengayak statis jenis grizzly umumnya dipakai sebagai pengayak primer.
Grizzly terdiri dari satu set jeruji yang diantaranya diberi spasi, yang berfungsi
untuk menahan ukuran bongkah batubara tertentu yang diijinkan lolos ke dalam
hopper. Anyaman besi siku disusun bersilangan saling sejajar pada jarak yang
ditentukan dan ditempatkan di lubang masuk hopper.
Setiap bongkahan batubara yang bertahan saat pembuangan awal akan
tetap bertahan di atas grizzly hingga tekanan dari pembuangan berikutnya akan
menyebabkan batubara tersebut hancur. Batubara dengan ukuran dibawah 700
mm masuk ke dalam hopper dan bergerak melalui feeder untuk diumpankan
menuju breaker.
Fungsi hopper dan grizzly adalah untuk :
1. Menyediakan ruangan bagi batubara untuk diumpan ke feeder breaker.
2. Bertindak sebagai surge bin, sehingga pasokan batubara yang dijatuhkan
oleh alat support dapat diatur secara konstan menuju feeder breaker.
3. Agar keluaran bin tidak terhalang oleh batubara oversize.
3-5
Debu yang dihasilkan selama proses dumping dapat ditekan/ dikurangi
melalui dust supression, biasanya berupa penyemprot air. Semprotan air
disediakan oleh sebuah pompa air dengan sebuah akumulator bertekanan
pneumatik yang terletak berdekatan dengan pompa. Air dari akumulator
ditransfer ke semprotan air melalui pipa yang terhubung dengan katup pengatur
tekanan dan katup pembuangan air.
Kapasitas produksi hopper menurut Raymond A. Kulwiec sebagai berikut:
P = ( /3 ) ( /)
144 2 /2
/
/
P = ...(3.1)
Keterangan :
P = Produktivitas (ton/jam)
3-6
yang diinginkan dari mineral pengotornya. Crushing biasanya dilakukan dengan
proses kering, dan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Prymary Crushing, Secondary
Crushing, dan Fine Crushing.
a. Primary Crushing
Primary Crushing merupakan peremukan tahap pertama, alat peremuk
yang biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory
Crusher. Umpan yang digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan
dengan ukuran berkisar 1500 mm, dengan ukuran antara 30 mm sampai 100
mm. Ukuran terbesar dari produk peremukan tahap pertama biasanya kurang
dari 200 mm.
b. Secondary Crushing
Secondary Crushing merupakan peremukan tahap kedua, alat peremuk
yang digunakan adalah Jaw Crusher ukuran kecil, Gyratory Crusher ukuran
kecil, Cone Crusher, Hammer Mill dan Rolls. Umpan yang digunakan berkisar
150 mm, dengan menghasilkan produk ukuran antara 12,5 mm sampai 25,4
mm.
Salah satu alat dengan tahap Secondary Crushing adalah Roll Crusher,
yang merupakan mesin pereduksi ukuran yang menekan material antara dua
permukaan yang keras. Permukaan yang digunakan biasanya berbentuk roll
yang berputar atau dua roll dengan diameter sama yang berputar pada
kecepatan sama namun arahnya berlawanan.
c. Fine Crushing
Fine Crushing merupakan peremukan tahap lanjut dari Secondary
Crushing, alat yang digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring
Mills. Untuk memperkecil material hasil penambangan yang umumnya masih
berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Material hasil dari peremukan
kemudian dilakukan pengayakan atau screening yang akan menghasilkan dua
macam produk yaitu produk yang lolos ayakan yang disebut undersize yang
merupakan produk yang akan diolah lebih lanjut atau sebagai produk akhir,
dan material yang tidak lolos ayakan yang disebut oversize yang merupakan
produk yang harus dilakukan peremukan lagi.
Crusher adalah sebuah mesin yang dirancang untuk mengurangi ukuran
batu-batu besar ke batu kecil, kerikil, atau serpihan batu. Crusher/penghancur
dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan material yang akan digiling/dihancurkan.
Berikut adalah jenis-jenis crusher dan kegunaanya :
3-7
Double Roll crusher untuk batubara/semen
Jaw crusher untuk batu kali/batu besi
Impact crusher untuk batu besi
3-8
Bentuk gigi akan sangat mempengaruhi bentuk partikel yang dihasilkan dari
peremukan. Tingkat keausan gigi tergantung pada jenis material umpan. Bijih
logam bersifat lebih abrasif dari batubara, karena itu peremuk roller jarang
digunakan untuk operasi peremukan bijih logam (Sudarsono, 2003).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi crusher
adalah sebagai berikut :
a. Sifat fisik material meliputi kekerasan, berat jenis, dan kandungan air.
b. Impurities yaitu ada tidaknya pengotor yang terdapat pada batubara.
c. Kondisi roll crusher.
d. Kemampuan feeding batubara baik dari tambang maupun ROM Stockpile ke
hopper.
Kapasitas Roll Crusher Menurut A.Gupta dan D.S. Yan (ton/jam) sebagai
berikut :
Q = x 60 x D x W x x L x b .(3.2)
atau
Q = 188,5 .(3.3)
D = Diameter Roll (m)
W = Lebar Roll (m)
= Kecepatan Putar Roll (rpm)
L = Jarak antara Roll (m)
b = Spesifik Gravity dari material (ton/m3)
4. Conveyor
Conveyor loading atau Conveyor muat adalah suatu alat yang terdiri dari
banyak roll yang di atasnya terdapat putaran ban/karet berjalan. Conveyor
loading banyak membantu di dalam pekerjaan pemuatan barang. Dalam hal ini
kami membicarakan Conveyor loading untuk pemuatan batubara ke Stockpile.
Sistem Conveyor digunakan apabila ingin memindahkan suatu material dalam
jumlah yang banyak dari suatu tempat ke tempat lain yang melewati suatu jalur
tertentu yang tetap (fixed path), dimana perpindahan material yang terjadi yaitu
secara kontinyu. Keuntungan dalam menggunakan Conveyor adalah :
a. Menurunkan biaya dan waktu dalam memindahkan material
b. Meningkatkan efisiensi pemindahan material
c. Menghemat ruang
d. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja
3-9
Belt Conveyor digerakkan oleh motor penggerak yang dipasang pada
head pulley. Sabuk akan kembali ke tempat semula karena dibelokkan oleh
pulley awal dan pulley akhir. Material yang didistribusikan melalui pengumpan
akan dibawa oleh belt conveyor dan berakhir pada head pulley. Pada proses
kerja di unit peremuk dimulai belt conveyor harus bergerak terlebih dahulu
sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini bertujuan mencegah terjadinya kelebihan
muatan pada belt.
Belt Conveyor merupakan salah satu alat transportasi yang digunakan
untuk mengangkut material. Pemakaian belt conveyor dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sifat fisik, keadaan material, jarak pengangkutan dan produksi.
a. Sifat Fisik dan Kondisi Material
Kemampuan belt conveyor dalam mengangkut material sangat
berhubungan dengan material yang diangkatnya. Kondisi material tersebut
antara lain :
1) Ukuran dan Bentuk Material
Belt Conveyor dapat digunakan untuk mengangkut material yang
mempunyai ukuran tidak terlalu besar. Hal ini disesuaikan dengan
bentuk belt conveyor yang mempunyai penampang melintang yang
kecil. Untuk ukuran material yang kecil akan memudahkan dalam
pengangkutan dan tidak mudah tumpah keluar dari belt. Agar memenuhi
persyaratan tersebut maka material hasil penambangan perlu diperkecil
ukurannya.
2) Kandungan Air
Kandungan air pada material dapat mempengaruhi kondisi belt
conveyor. Material dengan kandungan air tinggi tidak dapat diangkut
dengan Belt Conveyor yang memiliki kemiringan besar. Sebaliknya bila
kandungan air terlalu sedikit maka material yang terlalu kecil akan
beterbangan. Agar kandungan air tetap tidak bertambah yang
diakibatkan oleh adanya air hujan, maka belt conveyor harus dilengkapi
dengan penutup sehingga memiliki kandungan air tetap.
3) Komposisi Material
Material yang berada di kuari tidak hanya berupa material saja, tetapi
juga tersisipi oleh tanah (soil). Pada saat kandungan air pada material
besar, tanah akan menjadi lengket. Apabila kondisi demikian maka
dapat menyebabkan material lengket atau menempel pada return idler,
3-10
sehingga jalannya belt akan bergelombang dan daya motor akan
semakin bertambah besar.
4) Jarak Pengangkutan
Belt conveyor dapat digunakan untuk mengangkut material jarak dekat
maupun jarak jauh. Untuk pengangkutan jarak jauh belt conveyor dibuat
dalam beberapa unit. Hasil kerja pengangkutan material dengan belt
conveyor berlangsung berkesinambungan, sehingga dapat
menghasilkan produksi belt conveyor yang besar. Tetapi jika pada suatu
saat belt conveyor mengalami kerusakan, maka produksi akan menurun
atau bahkan tidak bisa berproduksi sama sekali. Dengan demikian
pertimbangan terhadap kemungkinan ini perlu dilakukan dalam
penggunaan belt conveyor.
3.4 Stockpile
Stockpile merupakan tempat penimbunan batubara setelah diproses
sebelum dikirim ke pembeli. Biasanya pada Stockpile, batubara dipisahkan
berdasarkan karakteristik tertentu dari batubara tersebut sesuai parameter
batubaranya. Stockpile digunakan pada :
1. Coal Mines
2. Coal Preparation Plants
3. Coal Terminal
4. End User Sites
Pengaturan penyimpanan batubara di Stockpile memegang peranan
penting dalam manajemen Stockpile karena dapat menjaga mutu dan kualitas
dari batubara tersebut. Dalam mengatur penyimpanan batubara di Stockpile, hal-
hal yang perlu diperhatikan adalah desain Stockpile dan sistem penumpukannya.
Fungsi utama suatu Stockpile adalah untuk mempersiapkan dan
menopang kegiatan antara delivery (pengiriman) dan processing (pengolahan),
dalam hal ini berperan strategis dalam mengatasi kemungkinan interupsi short
dan long term supply serta untuk homogenisasi batubara blending sebagai
jaminan kualitas batubara yang merata. Homogenisasi adalah kegiatan untuk
menyediakan satu produk material, yang fluktuasi kualitasnya dan ukuran variasi
tidak terlihat lagi. Blending adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu
produk FC (Fine Coal) yang tidak mengarah ke pemunculan satu produk tertentu,
melainkan kualitas merata sama denan produk akhir.
3-11
Tempat penyimpanan (stockyard) yang baik seharusnya dapat :
1. Menyediakan kemudahan akses untuk penumpukan dan penyimpanan.
2. Mampu menampung batubara stacking (tumpukan) dan reclaiming dengan
aktivitas minimum.
3. Memenuhi homogenisasi dan kebutuhan blending
4. Minimalisasi kebutuhan tenaga manusia
5. Maksimalisasi kemampuan peralatan
6. Aman dan dapat mengatasi potensial api
7. Dapat secara eviromental mengatasi emisi debu, polusi suara dan drainase
yang baik.
8. Future expansion.
Penanganan batubara di Stockpile harus dilakukan karena sangat penting
untuk menjaga kualitas batubara yang akan dipasarkan. Masalah yang sering
timbul di Stockpile antara lain yang menyebabkan kualitas batubara menjadi
turun, yaitu terjadi pembakaran spontan pada batubara (spontaneous
combustion) dan Stockpile sering tergenang air. Adapun cara untuk mencegah
hal-hal tersebut, yaitu :
1. Membuat dasar permukaan stockpile miring agar air yang masuk ke dalam
stockpile dapat dialirkan ke luar.
2. Membuat paritan-paritan di pinggir stockpile
3. Adanya biding coal (batubara yang rendah kalori yang digunakan sebagai
dasar di atas permukaan tanah).
4. Menyimpan batubara tidak boleh terlalu lama (first in first out).
5. Mencegah atau meminimalkan tekanan angin terhadap stockpile batubara.
6. Membatasi tinggi stockpile.
7. Melakukan pemadatan terhadap batubara yang akan disimpan.
3-12
hal 30). Klasifikasi untuk peralatan tambang untuk penggalian-pemuatan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Klasifikasi Untuk Peralatan Penggalian dan Pemuatan
Operasi Kategori atau
Mesin (Aplikasi)
Tambang Metoda
Sumber :
Gambar 3.4
Power Shovel
b. Back Hoe
Backhoe adalah alat penggali yang cocok untuk menggali parit atau
saluran-saluran. Gerakan bucket atau dipper dari backhoe pada saat menggali
arahnya adalah ke arah badan (body) backhoe itu sendiri.
3-13
Tipe backhoe dibedakan dalam beberapa hal antara lain dari alat kendali
dan undercarriage-nya. Sebagai alat kendali dapat digunakan kabel (cable
controlled) atau hidrolis (hydraulic controlled), dan sebagai undercarriage-nya
dapat digunakan crawler mounted atau roda karet (whell mounted). Tetapi pada
umumnya backhoe dengan alat kendali kabel untuk saat ini sudah jarang
dijumpai, dan yang banyak saat ini adalah backhoe dengan kendali hidrolis
Keterangan :
ET = Excavating time (detik) DT = Dumping Time (detik)
STL = Swing time Loaded (detik) STE = Swing time empty (detik)
(Komatsu edisi 28, 2007 hal :15A-10)
Produktivitas excavator (backhoe) merupakan produktivitas untuk
memuatkan sejumlah material sesuai dengan spesifikasi alat tersebut
Rumus perhitungan produksi per siklus alat gali muat dapat
menggunakan persamaan dibawah ini:
q = q1 x K ......................(3.5)
Keterangan :
q = Produksi per siklus (m3)
q1 = Kapasitas Munjung Bucket (m3)
K = Bucket Fill Factor
Kemudian untuk melakukan perhitungan produktivitas alat gali muat
dapat menggunakan persamaan dibawah ini :
3-14
xqxE .........................(3.6)
Keterangan :
Q = Produktivitas alat gali muat (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
E = Efisiensi Kerja
CT = Cycle time (detik)
(Nurhakim, 2004)
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas excavator (backhoe)
sebagai berikut :
a. Cycle time
Berikut cycle time standar alat gali muat untuk merk Komatsu dapat dilihat
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Cycle Time Standar untuk Excavator Merk Komatsu
Swing Angle (s) Swing Angle (s)
Model o o o o
Model
45 90 90 180 45 90o
o
90o 180o
PC80 10 13 13 16 PC300, 15 18 18 21
PC100 11 14 14 17 PC380 16 19 19 22
PW100,PW130 11 14 14 17 PC400,PC 16 19 19 22
PC120, PC130 11 14 14 17 PC750 18 21 21 24
PC150 13 16 16 19 PC800 18 21 21 24
PW170ES 13 16 16 19 PC1250 22 25 25 28
PC180 13 16 16 19 PC1800 24 27 27 30
PC200,PC210 13 16 16 19 PC1400 24 30 30 37
PW210 14 17 17 20 PC3000 24 30 30 37
PC220,PC230 14 17 17 20 PC4000 24 30 30 37
PC240 15 18 18 21 PC5500 25 31 31 38
PC250 15 18 18 21 PC8000 25 31 31 38
(Sumber : Komatsu performance handbook 30th )
Waktu edar alat gali muat terdiri dari waktu untuk menggali, waktu ayunan
bermuatan, waktu untuk menumpahkan muatan, waktu ayunan kosong .
Cycle time = ET + STL
+ DT + STE ......(3.7)
Keterangan :
ET = Excavating time (detik) DT = Dumping Time (detik)
STL = Swing time Loaded (detik) STE = Swing time empty (detik)
(Komatsu edisi 30, 2010 hal :14A-9)
3-15
b. Efisiensi kerja
Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat
factor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi kerja. Efektifitas alat
tersebut bekerja tergantung dari beberapa hal yaitu :
1) Kemampuan operator pemakai alat
2) Pemilihan dan pemeliharaan alat
3) Perencanaan dan pengaturan letak alat
4) Topografi dan volume pekerjaan
5) Kondisi cuaca
6) Metode pelaksanaan alat
Dalam pelaksanaannya agar alat yang digunakan bekerja secara efisien,
alat yang akan digunakan harus disesuaikan dengan letak dan kondisi material
yang akan dikerjakan.
Untuk penentuan efisiensi kerja dapat ditentukan berdasarkan table
efisiensi kerja seperti pada table 3.3.
Tabel 3.3
Efisiensi kerja Standar untuk Backhoe Tipe Komatsu
Keterangan :
Eff = Efisiensi kerja (%)
CT = Cycle time (detik)
DT = Delay time (detik)
(Nurhakim, 2006 : 6)
c. Bucket Fill factor
Bucket fill factor untuk excavator dapat diperoleh dengan mengacu pada
parameter penggalian yang dapat dilihat pada table 3.4.
3-16
Tabel 3.4
Bucket fill factor untuk Backhoe Tipe Komatsu
Bucket Fill
No Condition Excavating Conditions
Factor
1 Easy Excavating natural ground of clayey soil, clay, or soft soil 1.1 1.2
2 Average Excavating natural ground of soil such as sandy soil and
1.0 1.1
dry soil
3 Rather Excavating natural ground of sandy soil with gravel 0.8 0.9
4 Difficult Loading Blasted Rock 0.7 0.8
(Sumber : Komatsu performance handbook 30th)
Bucket fill factor actual adalah perbandingan antara kapasitas nyata alat muat
dengan kapasitas baku alat muat yang dinyatakan dalam persen/ Semakin besar
factor pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut.
Bff = 100% . (3.9)
Keterangan :
Bff = Faktor pengisian
Vn = Kapasitas nyata alat (m3)
Vb = Kapasitas baku alat (m3)
(Sudarsono, 1993: 11)
3-17
Tabel 3.5.
Klasifikasi Metoda Pengangkutan
Gradeability (o)
Operasi Metode Jarak Angkut Rata-
Maks.
rata
Surface
Rain, Train Tidak terbatas 2 3
Truk, trailer 0,3 - 8 km 0,2-5 mil 8 12
Scrapper (ban karet) 150-1500 m 500-5000 ft 12 15
Siklus
Front-end loader 300 m <1000 ft 8 12
(Cyclic)
Dozer 150 m <500 ft 15 20
Skip 2400 m <8000 ft Tidak terbatas
Aerial Tramway 0,8-8 km 0,5-5 mil 5 20
Belt Conveyor 0,3-16 km 0,2-10 mil 17 20
High-angle
Kontinu 40 60
Conveyor 1,6 km < 1 mil
(Continuous) Hydraulic Conveyor
(pipeline) Tidak terbatas Tidak terbatas
3-18
R = Jumlah jam untuk perbaikan, yaitu waktu yang dilakukan untuk
perbaikan dan juga waktu yang hilang karena menunggu saat perbaikan
termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang.
3-19
3.7 Produksi
Produksi berdasarkan nilai PA dan UA menurut Projosumarto, 1989 : 68-
69.
Productivity = Kapasitas produksi x waktu kerja x PA x UA ...(3.14)
3-20