Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kamar Gelap


Dalam proses radiografi processing room atau kamar gelap merupakan
salah satu pendukung penting dalam menunjang keberhasilan pemotretan.
Disebabkan karena dalam processing room dapat mengubah film dari bayangan
laten kedalam bayangan tampak, processing room disebut juga final proses akhir
karena processing room merupakan rangkaian terakhir dalam proses radiografi.
Pengertian Processing Room adalah suatu area dilakukan pengolahan film
sebelum dan sesudah di expose (bayangan laten menjadi bayangan tetap).
Menurut Jenkins (1980) kamar gelap dalam pelayanan radiologi berfungsi
sebagai berikut :
a. Tempat untuk mengeluarkan film dari dalam kaset dan memasukan ke
dalam kaset.
b. Tempat untuk memberikan Identitas pada film.
c. Tempat untuk proses film rontgen, baik secara manual maupun otomatis.
d. Tempat perawatan dan lembar penguat.
e. Tempat untuk mempersiapkan larutan kimia yang digunakan dalam proses
pengolahan secara manual maupun otomatis.
f. Tempat untuk perawatan mesin pengolahan otomatis.
g. Tempat untuk penyimpanan film yang belum tersinari.

2.1.1 Jenis Prosesing


Adapun jenis prosesing diradiologi ada 2 macam :
1. Manual prosesing.
Manual prosesing adalah proses pembangkitan bayangan laten menjadi
bayangan tampak dengan menggunakan tenaga manusia dengan melalui
proses diantaranya :
a. Pembangkitan bayangan laten (developer)
b. Pembilasan (rinsing)
c. Penetapan bayangan tampak (fixing)

4
5

d. Pembersihan dari sisa prosesing (washing)


e. Pengeringan film radiografi (drying)
Gambar yang dihasilkan dengan menggunakan prosesing manual
bergantung pada kemampuan sumber daya manusia dalam menentukan faktor
eksposi dan melakukan prosesing film.
2. Automatic prosesing.
Automatic prosesing adalah proses pembangkitan bayangan laten menjadi
bayangan tampak dengan menggunakan tenaga mesin. Dalam automatic
prosesing memiliki kesamaan dengan metode manual prosesing dalam
tahapannya, tetapi dalam automatic prosesing tidak melalui tahapan
pembilasan (rinsing).

2.2 Safelight
Safelight adalah Alat yang membantu penerangan dalam kamar gelap
radiologi yaitu sebuah lampu berdaya watt kecil yang dibungkus dengan filter
biasanya berwarna merah zaitun. Safelight berfungsi untuk menerangi ruangan
gelap atau darkroom pada saat melakukan prosesing film radiografi. Sehingga jika
ada cahaya atau penerangan kecuali dari safelight maka gambaran radiograf akan
timbul gambaran fog. Mengingat tidak kalah pentingnya safelight ini dengan
peralatan radiografi lain. Maka, perlu diadakan penanganan khusus terhadap
pengujian safelight. Tujuan pengujian safelight adalah untuk mengetahui apakah
safelight yang digunakan sebagai penerangan khusus di kamar gelap itu aman atau
tidak. Selain itu untuk menentukan waktu maksimal penanganan film yang aman
di bawah paparan safelight tanpa menimbulkan fog berlebih sehingga tidak
mengurangi kualitas gambar radiografi. Didalam kamar gelap ada dua jenis
penerangan yaitu:
1. Penerangan Umum yaitu berupa lampu pijar/lampu neon yang berguna
untuk membantu membersihkan kamar gelap, mengatur dan merawat
aksesoris di dalamnya.
2. Penerangan khusus yaitu safelight sebagai pembantu penerangan dalam
kamar gelap dan membantu mengontrol proses pengolahan film. Ada dua
6

macam tipe penerangan safelight yaitu Langsung (direct safelight) dan


tidak langsung (indirect safelight).
a. Direct safelight
Pada tipe ini, cahaya lampu langsung diarahkan ke meja kerja atau
cairan processing sehingga dapat membantu penglihatan pekerja,
cahaya dari safelight harus diletakkan dengan jarak minimum 1,2 m
dari tempat kerja.

Gambar 2.1 Tipe Direct safelight

b. Indirect safelight
Safelight ini memberikan penerangan secara umum pada kamar gelap,
pada safelight ini cahaya lampu mengarah ke langit-langit, yang
kemudian cahaya akan dipantulkan ke seluruh ruangan. Untuk itu,
maka langit-langit di kamar gelap sebaiknya dicat dengan warna putih
atau bahan yang mudah memantulkan cahaya agar pantulan cahaya
optimal. Safelight ini digantung pada ketinggian 2,1 m di atas lantai
untuk mencegah agar tidak terkena kepala petugas saat bekerja di
kamar gelap.
7

Gambar 2.2.Tipe Indirect safelight

2.2.1 Tingkat Keamanan Safelight


Menurut Plaats (1969), untuk tingkat keamanan safelight, cahaya safelight
diarahkan ke meja kerja agar cahaya safelight tidak langsung mengarah ke mata.
Tingkat keamanan safelight dipengaruhi oleh:
a. Jarak antara film dengan safelight.
b. Daya lampu yang digunakan.
c. Spektrum kepekaan film terhadap cahaya.
d. Lamanya film terpapar dengan safelight.

2.3 Film radiografi


Adalah bahan pencatat bayangan radiografi yang sangat peka terhadap
sinar-x dan cahaya. Ada dua kelompok besar pada jenis film yaitu :
1. Film radiografi adalah film yang diekspose oleh sinar-x saja atau
kombinasi antara sinar-x dengan cahaya (screen film).
2. Film yang diekspose oleh cahaya,misalnya film polaroid.

2.3.1 Konstruksi film radiografi


a. Base (lapisan dasar)
Terbuat dari bahan yang kuat, tipis dan transparan. Bahan yang digunakan
yaitu sellulose asetat yang mempunyai sifat tidak mudah terbakar.
Tebalnya 0,175-0,2 mm.Terbuat dari bahan tipis dan lemas yaitu polyester.
8

Base film mempunyai beberapa fungsi yaitu :


1. Sebagai tempat melekatnya lapisan emulsi.
2. Untuk meneruskan cahaya sehingga gambar dapat ditampilkan.
b. Adhesive (lapisan perekat)
Lapisan ini berfungsi sebagai alat perekat antara dua bahan yang
mempunyai sifat berbeda, yaitu lapisan dasar film (film base) yang tidak
meresap air sehingga dalam prosesing tidak mengalami perubahan dan
lapisan emulsi film, yang menyerap air dan membengkak bila basah.
Bahannya terbuat dari bahan campuran antara sellulose, gelatin dan
aceton. Tebalnya 0,01 mm.
c. Emulsi
Merupakan lapisan yang sangat penting dari semua lapisan karena pada
lapisan ini akan terbentuk radiograf yang diinginkan. Lapisan ini sangat
peka terhadap cahaya dan sinar-x dan terbuat dari bahan kristal perak
bromida. Tebalnya 0,01-0,02 mm.
d. Supercoat (lapisan pelindung)
Merupakan lapisan paling luar dari film rontgen yang terbuat dari lapisan
gelatin yang bersifat menyerap air. Berfungsi melindungi emulsi dari
rangsangan misalnya tekanan dan gesekan.

2.3.2 Jenis-Jenis Film Radiografi


Berdasarkan macamnya terbagi menjadi dua yaitu :
1. Non screen film
penggunaannya tanpa menggunakan lembaran penguat (IS). Lapisan
emulsi pada film ini lebih tebal dibandingkan dengan lapisan emulsi pada
screen film. Mempunyai kontras yang rendah tetapi detail yang tinggi.
2. Screen film
Film jenis ditempatkan pada kaset yang menggunakan lembaran penguat
(IS). Mempunyai kontras yang tinggi dan detail yang agak kurang bila
dibandingkan dengan non screen film.
9

2.3.3 Berdasarkan jenis emulsi film terbagi menjadi 2 jenis :


1. Film single emulsi
Film single emulsi adalah film sinar-x dengan satu lapisan emulsi dimana
lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan hanya pada satu sisi dasar
film saja. Apabila kita menggunakan film single emulsi, kita harus
mengidentifikasi letak lapisan emulsi, karena apabila dalam meletakkan
film terbalik, maka tidak akan terjadi gambaran yang diharapkan. Contoh
dari film single emulsi adalah mammografi film.

Gambar 2.3 Film single emulsi


2. Film double emulsi
Film double emulsi adalah film sinar-x dengan dua lapisan emulsi dimana
lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan pada kedua sisi dasar film.
Film ini dapat digunakan secara bolak balik. Film jenis ini banyak
digunakan untuk radiografi konvensional.

Gambar 2.4 Film double emulsi


10

2.3.4 Jenis film berdasarkan butir emulsi dibagi menjadi 3 :


1. Butir emulsi ukuran besar
Pada butir emulsi ukuran besar bahan fotografinya yaitu perak halogen
pada emulsi berukuran besar.Dengan ukuran perak halida yang besar,
maka jarak antara butir perak halida yang satu dengan yang lain lebih
renggang. Hal ini mengakibatkan emulsi mendapatkan sedikit cahaya
karena cahaya lebih banyak yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai
sifat nilai kontras yang rendah tapi kecepatannya cepat karena emulsi
mendapatkan sedikit cahaya.

Gambar 2.5 Butir emulsi ukuran besar


2. Butir emulsi ukuran sedang
Pada butir emulsi ukuran sedang bahan fotografinya yaitu perak
halogen pada emulsi berukuran sedang. Dengan ukuran butir yang sedang
ini maka sinar-x atau cahaya yang menembus emulsi akan lebih sedikit
karena banyak dihalangi butiran perak halida yang jaraknya tidak terlalu
renggang.
Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang cukup tinggi
tapi kecepatannya lebih lambat karena emulsi mendapatkan cukup
banyak cahaya.

Gambar 2.6 Butir Emulsi Ukuran Sedang


11

3. Butir emulsi ukuran kecil


Pada butir emulsi ukuran kecil bahan fotografinya yaitu perak
halogen pada emulsi berukuran kecil. Dengan ukuran butir yang kecil
mengakibatkan jarak atau celah antara butir perak halida agak rapat.
Sinar-x atau cahaya akan lebih banyak mengenai butiran perak halida dan
sedikit sinar yang diteruskan.
Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang tinggi tapi
kecepatannya lambat karena emulsi mendapatkan banyak cahaya.

Gambar 2.7 Butir emulsi ukuran kecil

2.4 Densitas
Pengertian densitas adalah kerapatan, akan tetapi pada radiografi sering
dihubungkan dengan derajat kehitaman film. Densitas merupakan parameter
radiografi yang mudah untuk dinilai. Densitas yang baik adalah yang mampu
menggambarkan struktur anatomi yang dapat dilihat oleh mata.Mata manusia
hanya mampu melihat densitas dalam rentang 0,25-2,5 (RR.Charlton,1992:186).
Densitas radiografi adalah derajat kehitaman dari perak metal hitam yang tersisa
dalam emulsi.

2.4.1 Densitas fog


Densitas fog adalah merupakan densitas yang dihasilkan melalui
pembangkitan butiran-butiran perak halida tanpa adanya eksposi yang diberikan.

2.4.2 Jenis-jenis fog berdasarkan penyebabnya :


1. Age fog
Fog yang disebabkan oleh pengaruh umur film. Age fog dihasilkan dari
film yang mempunyai usia yang melebihi waktu kadaluarsa (expired date).
12

Setiap film yang diproduksi oleh pabrik akan memiliki expired date
tertentu, biasanya satu tahun dari waktu produksi. Film yang digunakan
setelah melewati expired date akan menyebabkan film bertambah
densitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi alam yang mungkin masuk
kedalam tempat penyimpanan film. Penambahan densitas ini membuat
gambaran pada film tampak seperti kabut hitam saat film diproses
meskipun tanpa di eksposi oleh sinar-x terlebih dahulu.
2. Light fog
Light fog adalah fog yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang
berasal dari safelight. Safelight memiliki sifat yang aman terhadap emulsi
film tetapi bagaimanapun juga cahaya safelight akan mengakibatkan fog
jika waktu kontak antara cahaya safelight dengan film tergolong lama.
Secara spesifik penyebab light fog adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan warna safelight.
b. Filter bocor / cahaya safelight terlalu kuat.
c. Film terlalu lama terkena cahaya safelight.
d. Jarak safelight terlalu dekat dengan film.
3. Radiation fog
Radiation fog adalah fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan
radiasi. Radiasi bisa berasal dari sinar-x, bahan-bahan radioaktif dan juga
radiasi alam. Radiasi yang berinteraksi dengan film akan menyebabkan
densitas film bertambah. Radiasi bisa berinteraksi dengan film
dikarenakan kurangnya proteksi radiasi pada tempat penyimpanan film.
Tempat penyimpanan film biasanya dekat sekali dengan kamar
pemeriksaan dimana kamar pemeriksaan tersebut terdapat pesawat sinar-x.
Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi maka box film dalam keadaan
rapat sehingga tidak ada cahaya yang masuk sedikitpun kedalam box film.
Kemudian pastikan pintu dan dinding kamar gelap tempat biasa film
disimpan, telah dilapisi dengan Pb 2 mm sebagai proteksi radiasi.
4. Oksigen fog
Oksigen fog adalah fog yang disebabkan karena interaksi film dengan
oksigen di udara bebas. Saat dilakukan inspeksi, film akan diangkat keluar
13

dari tangki developer. Saat keluar dari developer, permukaan film masih
basah oleh cairan developer. Akibatnya developer yang berada
dipermukaan film akan berinteraksi dengan udara bebas terutama oksigen.
Oksigen akan mengoksidasi developer yang menempel pada permukaan
film. Akibat oksidasi ini akan menyebabkan film bertambah densitasnya
dan film mengalami fog. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi,
maka saat melakukan inspeksi sebaiknya tidak terlalu lama, meskipun
tidak menggunakan safelight saat melakukan inspeksi.
5. Chemical fog
Chemical fog adalah fog yang dihasilkan karena faktor kimia yang berada
di dalam cairan developer saat dilakukan pengolahan film. Secara spesifik
chemical fog diakibatkan oleh :
a. Film terlalu lama didalam cairan pembangkit.
b. Kesalahan komposisi cairan pembangkit.
c. Terkontaminasinya cairan pembangkit dengan bahan lain.
6. Back scatter fog
Back scatter fog adalah fog yang dihasilkan oleh radiasi hambur. Radiasi
hambur yang masih cukup besar masih bisa menyebabkan kehitaman pada
film. Pada beberapa pemeriksaan, kaset dibagi menjadi dua. Untuk
membagi kedua kaset ini biasanya hanya digunakan lampu kolimator
untuk membatasi lapangan penyinaran. Jika pesawat sinar-x yang
digunakan masih sangat bagus keluar berkasnya, maka pembagian ini akan
tergambar sempurna artinya tidak ada bagian lain yang bertambah
kehitamannya akibat radiasi hambur. Namun jika pesawat sinar-x yang
digunakan sudah tidak bagus lagi keluaran berkasnya, maka pasti akan
muncul penambahan kehitaman pada gambaran disebelahnya akibat
radiasi hambur. Untuk menghindari hal tersebut terjadi, jika harus
menggunakan kV yang tinggi pada pemeriksaan maka gunakanlah grid
diatas kaset yang fungsinya menyerap radiasi hambur. Kemudian jika kV
yang digunakan kecil, namun pesawat sinar-x keluaran berkasnya sudah
tidak bagus lagi maka gunakan penutup yang terbuat dari Pb 2mm untuk
membatasi lapangan penyinaran pada daerah sebelahnya.
14

7. Dechroic fog
Dechroic fog adalah fog yang dihasilkan akibat interaksi dari
developer dengan fixer pada film. Hal ini terjadi karena proses rinsing
tidak dilakukan dengan waktu yang cukup. Sebagaimana telah diketahui
bahwa cairan developer bersifat basa dan fixer bersifat asam. Untuk
menghindari interaksi langsung antara asam dan basa ini, film dibilas
dengan air ditangki rinsing. Pembilasan ini bertujuan untuk
menghilangkan developer dari permukaan film ketika hendak dimasukkan
kedalam fixer yang bersifat asam. Interaksi langsung antara developer dan
fixer akan mengakibatkan film mengalami fog.
Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi maka lakukan rinsing
dengan waktu yang cukup sehingga benar-benar yakin bahwa cairan
developer sudah tidak ada dipermukaan film atau setidaknya berkurang
banyak. Kemudiaan untuk menjaga agar proses rinsing berjalan baik,
pastikan air yang berada didalam tangki tetap bersih.
8. Artefact
Artefact adalah kesalahan pengolahan film yang membentuk
bayangan putih pada film setelah diproses. Artefact biasanya terjadi karena
permukaan IS yang tidak bersih.Permukaan IS mungkin tanpa sengaja
terdapat tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas. Akibat hal-hal
tersebut maka pendaran yang dihasilkan oleh IS akan tertahan sehingga
sedikit pendaran cahaya yang sampai ke film.
Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka pastikan IS
selalu dirawat dengan frekuensi yang sudah ditentukan. Namun untuk
lebih meyakinkan dalam penggunaan IS, sebaiknya lihat terlebih dahulu
permukaan IS untuk memastikan bahwa tidak ada tetesan air, serpihan
pasir atau serpihan kertas yang menempel pada permukaan IS.
9. Streaking
Streaking adalah jalur atau coretan yang terdapat pada film. Gambaran
streaking bisa berbentuk jalur berwarna hitam atau bisa berbentuk jalur
seperti berminyak pada permukaan film yang bisa dilihat saat film
dimiringkan. Penyebab streaking adalah sebagai berikut :
15

a. Selama pembangkitan film non agitasi.


b. Pada waktu pembangkitan film diangkat sehingga cairan developer
menetes kebawah.
c. Adanya residu fixer yang mengering.
10. Yellow patch
Yellow patch adalah bercak-bercak kuning yang terdapat pada film setelah
setelah film dikeringkan dan disimpan beberapa saat. Penyebab yellow
patch adalah penggunaan cairan prosesing yang sudah kadaluarsa. Secara
spesifik yellow patch disebabkan oleh :
a. Waktu pembangkitan terlalu lama di developer yang sudah lama.
b. Pembilasan yang tidak cukup pada film.
c. Memakai fixer yang sudah lama.
11. Reticulation
Reticulation adalah bergelombangnya film pada sisi emulsi.
Reticulation terjadi karena suhu yang tinggi baik pada developer, fixer
maupun pengeringan.
Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka suhu developer
dan fixer dijaga pada suhu standar yaitu 18C-20C dan suhu pengeringan
tidak boleh melebihi 50C.
12. Frilling
Frilling adalah proses lepasnya emulsi dari base film. Frilling
terjadi jika proses reticulation berlanjut, ini berarti frilling terjadi ketika
suhu yang digunakan baik pada developer, fixer dan pengeringan melebihi
dari suhu yang menyebabkan film mengalami reticulation.
Jika frilling terjadi maka film akan tampak bening karena emulsi
sudah lepas dari base film. Pencegahannya sama dengan reticulation yaitu
jaga suhu developer, fixer dan pengeringan pada suhu standar.
13. Light patch
Light patch adalah jalur terang yang berada pada film. Penyebab
terjadinya light patch adalah :
a. Film terlipat sebelum disinar akibatnya timbul bayangan terang seperti
tulang.
16

b. Adanya artefact pada IS (intensifying screen).


c. Terjadinya percikan fixer sebelum dilakukan pembangkitan.
14. Film terbakar
Film terbakar adalah istilah dari film yang tereksposi oleh cahaya
tampak. Sebagaimana diketahui bahwa film sangat sensitif terhadap
cahaya tampak, sedikit saja cahaya tampak mengenai film maka film akan
terbakar. Film terbakar biasanya diakibatkan oleh kamar gelap yang bocor,
dimana didalam kamar gelap masih masuk cahaya dari luar. Selain itu,
film terbakar juga bisa diakibatkan kelalaian petugas kamar gelap yang
lupa menutup box film saat membuka pintu kamar gelap.
Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi maka pastikan tidak ada
cahaya yang masuk kedalam kamar gelap dan pastikan juga box film
dalam keadaan tertutup sebelum keluar dari kamar gelap.
Dengan banyaknya faktor-faktor penyebab reject analysis film
maka kita harus lebih berhati-hati dalam pengolahan film agar tidak terjadi
penolakan bahkan pengulangan foto yang dapat merugikan berbagai pihak.

2.5 Densitometer
Densitometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kehitaman suatu titik pada sebuah film radiografi. Densitometer sangat diperlukan
untuk menghasilkan citra radiografi yang berkualitas baik. Densitometer
merupakan alat yang penting bagi operator radiografi karena dapat membantu
menghasilkan citra yang berkualitas sehingga mempermudah dokter dalam
menginterpretasikan citra tersebut dengan baik. Alat ini juga penting untuk
membantu operator dalam mencari metode paling efektif dan aman dalam proses
pemaparan radiasi untuk menghasilkan citra yang baik. Pada gilirannya, pasien
yang akan sangat diuntungkan karena tidak mendapat pemaparan radiasi yang
berlebihan.
17

Gambar 2.8 Densitometer

Jika dibuat dalam bentuk sketsa begini lah densitometer tersebut

Gambar 2.9 Sketsa densitometer

Cara Kerja densitometer adalah sebagai berikut :


a. Film diletakkan menempel diantara sumber cahaya dan sensor
b. Selanjutnya sumber cahaya dihidupkan sehingga lampu akan menyala
c. Cahaya yang melewati film akan ditangkap oleh sensor fotoelektrik.
d. Semakin hitam film yang diukur maka semakin sedikit cahaya yang
diterima oleh sensor maka nilai densitas akan semakin tinggi.
18

2.6 Fog level


Fog film merupakan kegagalan dalam radiografi berupa hasil film yang
tampak berkabut, hasil radiografi menghasilkan densitas film yang tidak
diinginkan (menghitam), sehingga kontras radiografinya berkurang. Fogadalah
densitas yang tidak berguna yang tampak seperti kabut dan menutupi sebagian
gambaran yang dibutuhkan. Fog disebabkan karena adanya radiasi hambur yang
tidak beraturan yang mengenai film atau kesalahan penggunaan cairan kimia.
Selain itu terjadinya fog disebabkan adanya kesalahan yang terjadi dalam kamar
gelap. Kesalahan ini sebagian besar terjadi karena penggunaan lampu pengaman
yang tidak tepat, diantaranya pemilihan warna lampu yang tidak sesuai dengan
jenis film rontgen dan jarak lampu pengaman yang terlalu dekat dengan meja
kerja.

2.7 Kurva Karakteristik

Gambar 2.10 Kurva karakteristik

Pada gambaran radiograf, nilai densitas bervariasi mulai dari 0,2 pada
bagian yang transparan s/d 3,5 atau 4 pada bagian yang paling gelap. Daerah abu-
abu yang merupakan daerah yang paling sering digunakan mempunyai densitas
mendekati 1. Seperti yang ditanyatan diatas bahwa nilai densitas bervariasi dari
19

nilai dari mulai 0,2 sampai dengan 4. Nilai paling bawah tidak bisa sampai 0
dikarenakan terdapatnya basic fog pada masing-masing film.
Seperti sudah diketahui bersama bahwa basic fogakan menyebabkan
adanya densitas yang telah dibentuk meskipun film belum dieksposi. Nilai
tertinggi yang bisa dicapai oleh sebuah film bisa sampai 4 jika film memiliki
kehitaman sempurna, namun biasanya film pada radiografi jarang yang
densitasnya mencapai 4.Nilai densitas yang bisa membentuk gambaran pada film
dan bisa dilihat oleh mata biasa disebut dengan usefull density. Nilai usefull
density berkisar antara 0,25 - 2. Pada kurva karakteristik, nilai usefull density
berada pada daerah staright line portion atau daerah yang lurus pada kurva
karakteristik.

Вам также может понравиться