Вы находитесь на странице: 1из 10

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 10, No. 4, Hlm. 178 - 187, Desember 2015


ISSN 1412-5064, e-ISSN 2356-1661

Simulasi Pengaruh Kandungan CO2 dalam Gas Umpan terhadap


Reforming dan Shift Converter Sistem Pabrik Amoniak

Simulation of Effect of CO2 Content in Feed Gas Towards Reforming and


Shift Converter System in Ammonia Plant
Jefry Yusuf1*, Husni Husin2, Marwan2
1
PT. Pupuk Iskandar Muda
Jln. Medan-Banda Aceh PO. BOX 021 Krueng Geukueh Aceh Utara, Indonesia
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jln. Tgk. Syech Abdurrauf 7 Darussalam Banda Aceh 23111, Indonesia
*
E-mail: jefryyusuf@outlook.co.id

Abstrak

Perubahan produksi dan pangsa pasar gas alam domestik maupun global mempengaruhi
suplai terhadap pabrik pupuk-amoniak baik dari sisi jumlah, komposisi maupun harga. Kondisi
ini memungkinkan pabrik amoniak menerima jenis gas alam berat kaya dengan CO 2 (raw gas)
maupun gas alam ringan minim CO2 (treated gas). Pada penelitian ini telah dilakukan analisa
pengaruh perubahan komposisi gas alam terutama kandungan CO2 dengan variasi 0, 5, 10,
15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 dan 50% vol terhadap operasional reforming dan shift converter
sistem pabrik amoniak-2 PT. PI Mexisting dengan metodelogi simulasi mengggunakan Aspen
HYSYS V8.0. Untuk memproduksi amoniak dengan jumlah yang sama, hasil studi
menunjukkan penambahan CO2 dalam gas umpan akan meningkatkan pressure drop sistem,
laju pembentukan komponen hidrogen turun sementara konsumsi energi bertambah di
reforming, beban katalis shift converter dan beban feed gas compressor meningkat.
Kandungan CO2 sebesar 7% vol masih mungkin diaplikasikan, mengingat ada batasan beban
peralatan.

Kata kunci: energi, gas umpan, kandungan CO2, reforming, simulasi, shift converter

Abstract

Changes in production and market share of natural gas globally and domestically has affected
the supply to the fertilizer-ammonia plants both in terms of quantity, composition and price.
This condition allows the ammonia plant receive vary specification of natural gas, heavy
natural gas (raw gas) rich in CO2 and lean natural gas (treated gas) minimum of CO2. In this
study was conducted an analysis effect of changes the composition of natural gas mainly CO2
content with the variation of 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 and 50% vol towards
operating system of reforming and shift converter in existing ammonia-2 plant of PT. Pupuk
Iskandar Muda using simulator Aspen HYSYS V8.0. To produce ammonia at the same
quantity, the study result indicated that the addition of CO 2 in the feed gas increases the
pressure drop of system, the formation rate of the hydrogen component is decreases while
energy consumption increased in reforming. Load of shift converter and feed gas compressor
are increased. CO2 content about 7% vol could be applied by considering load limits of
equipment.

Keywords: CO2 content, energy, feed gas, reforming, simulation, shift converter

1. Pendahuluan Badan Energi Internasional, permintaan gas


alam ini diharapkan dapat meningkat dari
Gas alam merupakan sumber daya energi 3,4 tm3 (triliun meter kubik) pada tahun
yang efisien dan bersih yang digunakan di 2011 sampai 5 tm3 (triliun meter kubik)
seluruh dunia (Lin, dkk., 2010; Xiong, dkk., pada tahun 2035, dengan tingkat kenaikan
2015). Selama beberapa dekade terakhir, 1,6% (International Energy Outlook, 2013;
peranan gas alam dalam konsumsi gas Xiong, dkk., 2015).
primer meningkat dari 11% pada tahun
1960 menjadi 22% pada tahun 2010 (Newell Gas alam adalah salah satu dari banyaknya
& Iler, 2013; Xiong, dkk., 2015). Dengan sumber energi yang penting, karena nilai
meningkatnya kebutuhan ekonomi, kon- kalori tinggi, efisiensi tinggi dan rendah
sumsi gas alam terus berkembang seperti polusi. Gas alam mengandung banyak
yang diharapkan. Berdasarkan perkiraan komponen yang berbeda dan bervariasi dari

178
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

sumber ke sumber (Sun, dkk., 2015). Tidak steam reforming. Selanjutnya untuk mem-
hanya untuk produksi listrik, namun gas produksi amoniak, gas sistesis ini akan
alam juga mendominasi bahan baku untuk direaksikan dengan nitrogen dengan rasio
produksi massal beberapa bahan kimia hidrogen dan nitrogen mulai dari 3:1
seperti amoniak, metanol dan dimetil eter (Aasberg-Petersen dkk, 2011).
(Makogon, 2010). Gas alam mengandung
banyak komponen yang berbeda dan Tingginya pertumbuhan permintaan pasar
bervariasi dari sumber ke sumber. Gas alam domestik dan global akan gas alam, dipre-
mengandung metana (khususnya 75%- 90% diksikan supplai untuk domestik termasuk
dari total) dan hidrokarbon yang lain, seperti pabrik pupuk akan mengalami perubahan
etana, propana dan butanan. Didalam adisi, baik dari sisi jumlah, harga dan komposisi.
gas mengandung beberapa pengotor yang Kemungkinan gas alam sebagai bahan baku
tidak diiinginkan seperti, air, nitrogen, utama yang digunakan pada pabrik pupuk
karbondioksida, dan hidrogen sulfida (Sun, tidak hanya gas alam berat atau raw gas
dkk., 2015). tetapi juga gas alam ringan atau treated gas
(similar to LNG). Komposisi LNG memiliki
Komposisi dari gas alam sangat bervariasi rasio CO2/CH4 sekitar 0,0/92,13. Perban-
untuk satu sumber dengan sumber lainnya dingan komposisi raw gas dengan treated
misalnya, rasio CO2/CH4 untuk gas alam gas atau LNG seperti yang ditunjukkan Tabel
Natuna yang terletak di Laut Cina Selatan 1.
(Suhartanto dkk, 2001) dan zona D pada
Dalan formation yang terletak di sebelah PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)
selatan Iran, masing-masing adalah 71/28 merupakan salah satu perusahaan yang
dan 85/2,5 (Galimov dan Rabbani, 2001). bergerak di bidang petrokimia yang
Untuk gas alam Point A Aceh rasio CO2/CH4 menggunakan gas alam sebagai bahan baku
adalah 19,39/72,5. Amoniak disintesis dari utama untuk memproduksi pupuk dan
hidrogen dan nitrogen. Sumber Reaksi produk samping lainnya. Pabrik amoniak-2
sistesis amoniak adalah sebagai berikut : didesain untuk menerima bahan baku raw
gas untuk memproduksi 1200 MTPD
3H2 + N2 2NH3 (1) amoniak. Diagram alir proses pabrik ini
secara umum seperti yang ditunjukkan
Gas alam digunakan sebagai bahan baku dalam Gambar 1.
untuk memproduksi gas sintesis melalui

Tabel 1. Spesifikasi gas alam sebagai bahan baku

Komponen Raw gas (% vol) Treated gas (% vol)


CH4 70,79 72,50 93,05 93,43
C2H6 3,11 4,55 4,67 4,48
C3H8 0,98 1,65 0,68 0,71
i-C4H10 0,26 0,51 0,21 0,21
n-C4H10 0,28 0,39 0,17 0,15
i-C5H12 0,16 0,23 - -
n-C5H12 0,11 0,13 - -
C6H14 + 0,10 0,31 - -
N2 0,91 0,34 1,22 1,02
CO2 23,30 19,39 0,00 0,00
H2S, ppm 80-200 80-200 Trace Trace
Mercury, g/nm3 3-300 3-300 Trace Trace
Mass LHV, kcal/gr 6618 7438 11640 11683
(Sumber : PIM, 2014)

NG Fuel NH3 Recovered

H2 Recycle

Pretreatment Reforming Purification Synloop Refrigerant Recovery


NG Section Section Section Section Section Section
Proses
Steam +
udara Proses CO2 Produk NH3 Produk

Gambar 1. Flow diagram sederhana amoniak secara keseluruhan

179
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

Menurut Twigg, 1989; Yexin dan Gosnell, tidak melibatkan proses penghilangan sulfur
2004; Broadhurst dan Cotton, 2005, dan mercuri tetapi hanya proses treatment
keberadaan karbon dioksida dalam bahan kandungan CO2 dalam gas umpan,
baku akan menurunkan efisiensi proses compressor, steam reforming dan shift
reforming. Perubahan temperatur keluaran converter. Detail boundary sistem dari
reaktor merupakan fungsi dari jumlah penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
karbon dioksida dalam gas alam sebagai
umpan. Selain itu pressure drop akan Parameter-parameter proses aktual untuk
meningkat hingga 25% baik di upstream dan membangun simulator diambil dari pabrik
downstream reforming sistem. dan dimasukkan ke Aspen HYSYS 8.0. Pre-
simulator yang telah jadi diuji, dengan cara
Penelitian ini bertujuan hanya untuk melihat membandingkan kondisi proses aktual
pengaruh kandungan CO2 dalam gas alam pabrik dengan hasil simulasi. Jika selisih
sebagai bahan baku produksi amoniak keduanya sangat dekat maka proses validasi
terhadap beban feed gas compressor dan simulator telah selesai dan siap untuk
waste heat boiler, temperatur dan pressure digunakan untuk penelitian.
operasional serta laju pembentukan
komponen kunci di reforming dan shift Variabel bebas dalam penelitian ini berupa
converter sistem dengan metode simulasi komposisi gas umpan dengan variasi
menggunakan Aspen HYSYS V8.0. komponen CO2 yaitu 0, 5, 10, 15, 20, 25,
30, 35, 40, 45 dan 50% vol merujuk pada
2. Metodelogi dan Bahan kondisi yang pernah dan akan terjadi seperti
pada Tabel 1. Variabel terikat atau tetap
2.1. Prosedur penelitian merupakan nilai parameter kontrol aktual
pabrik seperti yang ditunjukkan pada Tabel
Penelitian ini bersifat prediksi yang akan 2.
terjadi terhadap pabrik amoniak-2 PT. PIM
seandainya komposisi gas alam sebagai Kedua variabel ini dijadikan sebagai input
bahan baku pembuatan amoniak berubah. terhadap simulator, proses berjalan dan
Secara umum prosedur penelitian ini dimulai diperoleh hasil untuk setiap variabel bebas.
dari penyiapan sebuah simulator. Software Secara sederhana, prosedur penelitian ini
yang digunakan sebagai simulator adalah dapat dilihat pada Gambar 3.
Aspen HYSYS V8.0. Simulator yang disetup

NG Fuel

Elec. H2
Steam Steam
Power Recycle
+
Chemicals

CO2 Feed Gas Primary & Waste HTS Steam LTS


Pretreatment Compressor Secondary Heat Converter Gen. Converter
NG Unit Reformer Boiler
Proses

Steam Steam +
Udara To CO2
Turbin
Proses BFW BFW Removal

Gambar 2. Flow diagram sederhana pretreatment, reforming dan shift converter system

Tabel 2. Variabel-variabel tetap penelitian

Parameter Gas Suc FG In. Out. Out. Out Out


alam Compressor Pri. Ref. Pri. Ref. Sec. Ref. HTSC LTSC
Temperatur (oC) 27 28 498 - - - -
Pressure 29,4 27,8 - - - - 33
(kg/cm2g)
CH4 (kmol/jam) - - - 554 26 - -
CO2 (kmol/jam) - - - - - - -
CO (kmol/jam) - - - - - 263 23
Rasio S/C - - - - - - -
Rasio H/N - - - - - - 2,9
(Sumber : PIM, 2004)

180
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

2.2. Proses simulasi 2.2.3. Kapasitas pabrik, unit operasi dan


kondisi operasi
Aspen HYSYS V8.0 telah digunakan untuk
melakukan simulasi berdasarkan penelitian Kapasitas pabrik telah dispesfikasi yaitu
yang telah dilakukan oleh (Amin dkk., 1200 metrik ton per hari produk ammonia,
2013). Prosedur untuk pengembangan setara dengan 4576 kmol/jam komponen
proses simulasi terdiri dari pemilihan hidrogen dan 1578 kmol/jam komponen
komponen bahan kimia untuk proses dan nitrgoen di outlet LTSC. Beberapa kondisi
juga model thermodinamikanya. Selain itu operasi (variabel terikat) yang diperlukan
unit operasi dan kondisi operasi, kapasitas untuk simulasi proses telah didefinisikan
pabrik daninput kondisi harus semuanya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Unit-
dipilih dan dispesifikasi. unit proses yang terlibat antara lain splitter,
reaktor, heat exchanger, compressor dan
2.2.1. Komponen bahan kimia expander.

Aspen HYSYS V8.0 berisi informasi untuk Data desain dan aktual
komponen berikut yang digunakan pada pabrik
simulasi: metana, etana, propana, n-butana,
i-butana, n-pentana, i-pentana, n-hexana, Aspen Hysys 8.0 (setup)
hidrogen, karbon dioksida, carbon monok-
sida, nitrogen, argon dan air.
No
2.2.2. Model thermodinamika Pre-simulator

Melihat komponen bahan kimia yang terlibat


dalam simulasi ini terdiri dari hidrokarbon,
Peng-Robinson thermodinamika model dipilih Aktual Simulasi
untuk digunakan sebagai property package
Yes
untuk kalkulasi. Property package PR
mampu memecahkan satu, dua, atau tiga
Variabel
fase sistem dengan tingkat efisiensi yang Simulator bebas
tinggi dan kehandalan serta berlaku atas
berbagai kondisi: range temperatur > -
271C atau -456F dan range tekanan <
100,000 kPa atau 15,000 psia. Property Hasil Simulasi

package PR ini juga berisi parameter


interaksi biner yang ditingkatkan untuk
semua perpustakaan pasangan hidrokarbon-
hidrokarbon (kombinasi dilengkapi dan Pengolahan
dihasilkan interaksi parameter), serta untuk Data

binari hidrokarbon bebas. Persamaan


keadaan Peng-Robinson sangat direkomen-
dasikan untuk oil, gas, atau petrochemical
aplikasi. Selesai

Gambar 3. Diagram alir prosedur penelitian

Gambar 4. Proses flow diagram simulasi

181
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

3. Hasil dan Analisis katalis nikel dan bereaksi membentuk


hidrogen, karbon dioksida dan karbon
3.1. Verifikasi Simulator monoksida (PIM, 2004).

Pertama, setiap reaktor seperti primary Gas keluaran primary reformer masuk ke
reformer, secondary reformer, HTSC dan secondary reformer-adiabatic oxidative
LTSC serta heat exchanger yang terlibat reformer bersamaan dengan injeksi udara
dalam proses produksi amoniak sesuai pada line yang berbeda. Temperatur Jumlah
dengan scope penelitian diset-up dan udara yang ditambahkan diatur dibatasi oleh
dirangkai dengan software Aspen HYSYS temperatur dan rasio komponen hidrogen
V8.0 seperti yang ditunjukkan pada Gambar dan nitogen di inlet amoniak converter
4, kemudian nilai aktual industri yang adalah 2,8 3 atau setara dengan rasio 2,9
merujuk pada (PIM, 2004) dimasukkan ke 2,92 dioutlet LTSC (PIM, 2004).
dalam rangkaian simulator dan dijalankan.
Perbandingan hasil simulasi dengan data Ada dua jenis reaksi yang terjadi didalam
industri dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil steam reforming secara bersamaan yaitu
perbandingan menunjukkan akurasi reaktor reaksi reforming dan shift. Reaksi utama di
simulator sangat bagus. Persen error rata- steam reforming dapat dilihat pada reaksi 2,
rata untuk reaktor primary reformer, 3, dan 4. Total reaksi konversi ini bersifat
secondary reformer, HTSC dan LTSC endotermis, dimana panas reaksi disedia-
berturut-turut adalah 0,18; 0,42; 0,12; dan kan/berasal dari downward firing gas fuel
0,01. diantara rows tubes pada area seksi radian
pada primary reformer sementara pada
3.2. Hasil simulasi secondary reformer disediakan/berasal dari
reaksi combustion (Aasberg-Petersen dkk,
3.2.1. Steam Reforming 2011). Reaksi metana reforming dan shift
dibatasi oleh kesetimbangan reaksi.
Steam reforming pada pabrik amoniaknya
umumnya terdiri dari dua reaktor berkatalis Reaksi reforming :
yaitu primary dan secondary reformer. CH4 + H2O 3H2 + CO (2)
Primary reformer-fired reformer adalah
CnHm + nH2O H2 + CO (3)
tempat pertama dimana hidrokarbon di
konversi. Gas alam dicampur dengan steam
dengan rasio tertentu, mixed feed ini Reaksi shift :
dipanaskan terlebih dahulu di area konveksi CO + H2O CO2 + H2 (4)
seksi dari primary reformer. Hot mixed
process feed distribusikan ke tube-tube Reaksi combustion :
katalis reformer yang berada pada radian 2H2 + O2 H2O (5)
seksi primary reformer. Feed turun melewati

Tabel 3. Perbandingan kondisi reaktor industri dengan simulator


Primary reformer Secondary reformer
Industri Simulasi % Error Industri Simulasi % Error
Molar flow (kmol/h) 4392 4392 0,00 6772 6772 0,00
Temperatur (oC) 823 823 0,00 998 997,6 0,04
Pressure (kg/cm2g) 36,23 36,23 0,00 34,82 34,82 0,00
Outlet (kmol/h)
H2 2899 2898 0,03 3700 3706 0,16
N2 25 25 0,00 1581 1578 0,19
Ar 0 0 0,00 19 19 0,00
CO 431 435 0,93 917 904 1,42
CO2 483 480 0,62 529 540 2,08
CH4 554 554 0,03 26 26 0,00
HTSC LTSC
Industri Simulasi % Error Industri Simulasi % Error
Molar flow (kmol/h) 7414 7414 0,00 7654 7653 0,01
Temperatur (oC) 317 370,8 0,05 205 205 0,00
Pressure (kg/cm2g) 33,79 33,79 0,00 33,41 33,41 0,00
Outlet (kmol/h)
H2 4347 4347 0,00 4587 4587 0,00
N2 1578 1578 0,00 1578 1578 0,00
Ar 19 19 0,00 19 19 0,00
CO 262 263 0,38 23 23 0,00
CO2 1181 1181 0,60 1420 1421 0,07
CH4 26 26 0,03 26 26 0,00

182
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

Hasil studi menunjukkan penambahan 1% vol CO2 penambahan panas dalam


kandungan atau volumetrik karbon dioksida bentuk fuel rata-rata yang diperlukan adalah
dalam gas umpan akan menurunkan laju 0,18 Gcal/jam. Fenomena ini sesuai dengan
pembentukan komponen hidrogen dan tulisan (Yexin dan Gosnell, 2004).
karbon dioksida di primary reformer.
Sebaliknya, laju pembentukan CO mening- Temperatur operasional primary reformer
kat. Penurunan dan peningkatan laju ketiga mengarah turun untuk penambahan volume
komponen rata-rata adalah 9,38 kmol/jam CO2. Profil temperatur dan panas yang
untuk kenaikkan 1% vol CO2. Profil laju dibutuhkan untuk memanaskan tubes katalis
pembentukan komponen di primary reformer dapat dilihat pada Gambar 6. Inefisiensi
ditunjukkan pada Gambar 5. primary reformer terjadi jika penambahan
sejumlah volume CO2 dalam gas umpan, ini
Untuk mendapatkan jumlah metan yang berdasarkan fakta tingginya konsumsi panas
sama pada outlet primary reformer, dimana akan menaikkan jumlah gas fuel
penambahan volumetrik CO2 harus yang diperlukan di primary reformer, disisi
diimbangi oleh pemberian panas dari luar lain komponen hidrogen yang dihasilkan
terhadap tube catalyst. Untuk penambahan jauh lebih rendah.

H2 CO2 CO H2 CO2 CO
3000
Laju Pembentukan (kmol/jam)

Laju Pembentukan (kmol/jam)


900

2500 800
700
2000
600
1500 500
400
1000
300
500 200

0 100
0 10 20 30 40 50 0
0 10 20 30 40 50
Kandungan CO2 Gas Umpan (% Vol)
Kandungan CO2 Gas Umpan (% Vol)
Gambar 5. Laju pembentukkan komponen H2, Gambar 7. Laju pembentukkan komponen H2,
CO2 dan CO pada primary reformer. CO2 dan CO pada secondary
reformer.

Temp Heat Duty T Temp


826 74 160 1000
Temperatur Udara Proses (oC)
Heat Duty Tubes Katalis (Gcal/jam)

824 72
Temperatur (oC)

140 995
822 70 120
Temperatur (oC)

990
820 68 100
985
818 66 80
816 64 980
60
814 62 975
40
812 60 20 970
810 58
0 965
0 10 20 30 40 50
0 10 20 30 40 50
Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol) Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol)
Gambar 6. Profil temperatur dan heat duty tubes Gambar 8. Profil temperatur udara proses dan
katalis pada primary reformer. temperatur outlet pada secondary
reformer

183
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

Laju pembentukan komponen hidrogen dan reaksi menurun dengan naiknya temperatur.
karbon dioksida juga mengalami penurunan Reaksi secara termodinamika lebih menyukai
pada secondary reformer. Sebaliknya, laju pada temperatur rendah dan secara kinetika
pembentukan CO meningkat seperti yang lebih menyukai temperatur tinggi (Smith,
ditunjukkan pada Gambar 7. Untuk menge- 2010). Reaksi shift hampir selalu dioperasi-
jar metan slip yang sama di secondary kan secara adiabatik.
reformer, diperlukan panas yang berlebih.
Pada studi ini, untuk menjaga rasio H/N di Ketika reaksi berlangsung, temperatur
synloop, maka adjusment panas ini tidak meningkat hingga mencapai kesetimbangan.
dilakukan dengan penambahan udara proses Pada pabrik amoniak, syngas yang akan
seperti reaksi 5. Tetapi hanya dengan masuk ke seksi atau unit sintesa amoniak
menaikkan temperatur udara proses. harus benar-benar bebas dari komponen
yang memiliki unsur oksigen seperti CO dan
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa, CO2, sehingga sangat penting CO leakage
semakin tinggi kandungan CO2 didalam dari shift converter ini harus serendah
reaktor secondary maka temperatur udara mungkin. Oleh karena itu, sudah menjadi
proses juga semakin tinggi. Menaikkan kebiasaan untuk menggunakan dua reaktor
temperatur udara proses berarti menaikkan yang terhubung secara seri inter-stage
jumlah fuel ke primary reformer. Panas cooling, yaitu high temperatur shift
udara proses ini memanfaatkan panas fuel converter (HTSC) dan low shift temperatur
gas convection section primary reformer. converter (LTSC). Prinsip kinerja HTSC dan
Meskipun panas yang ditambah sudah cukup LTSC sangat dipengaruhi oleh temperatur
besar, tetapi trending temperatur keluaran dan steam to gas ratio (mol/mol). Kondisi
secondary reformer mengarah turun. operasi HTSC berada pada presure
atmosperic hingga 50 kg/cm2 dengan
Zhanga dkk., 2003, Zamaniyan dkk., 2008, temperatur 300 hingga 500oC. LTSC
dan Nikoo dan Amin, 2011 menulis bahwa merupakan WGSR pada temperatur rendah.
reaksi shift yang diharapkan mampu mem- Umumnya kondisi operasi LTSC berada pada
bantu kekurangan panas pada kasus tinggi- presure atmosperic hingga 50 kg/cm2
nya volume CO2 pada kedua reaktor steam dengan temperatur 175 hingga 275oC .
reforming diatas, tidak berkontribusi signifi-
kan sehingga diperlukan panas dari luar Bertambahnya volume CO2 dalam gas
yang lebih besar. Pada reaksi shift keberada- umpan meningkatkan jumlah CO keluaran
an CO2 intial menggeser kesetimbangan steam reforming ke HTSC. Untuk mendapat-
reaksi ke arah kiri. kan nilai setingan CO slip HTSC, kerja atau
beban rektor ini lebih besar. Ini ditandai oleh
3.2.2. Shift Converter tingginya temperatur bed katalis seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 9. Laju
Syngas hasil proses reforming seperti yang konversi CO menjadi CO2 meningkat tajam
telah dijelaskan sebelumnya memiliki kom- seperti pada Gambar 10 dengan penamba-
ponen utama berupa hidrogen, karbon han laju pembentukkan rata-rata adalah
oksida, nitrogen, argon dan sisa metana 12,12 kmol/jam untuk setiap penambahan
dalam konsentrasi tertentu tergantung pada 1% vol CO2. Merespon tingginya CO di up-
propertis dan jumlah material umpan dan stream, temperatur inlet HTSC yang diperlu-
kondisi operasi pada seksi reforming. kan menjadi lebih rendah (Zamaniyan dkk,
Tergantung pada tujuan akhir penggunaan 2008). Hal ini dikarenakan jumlah CO yang
syngas ini dan itu mungkin perlu dilakukan besar mendorong reaksi ke arah kanan.
perubahan komposisi. Pada pabrik amoniak, Reaksi berjalan sebagai fungsi termodina-
carbon oxides perlu dihilangkan secara mika. Profil temperatur inlet HTSC dan LTSC
keseluruhan melalui tahapan shift konversi, dapat dilihat pada Gambar 9 dan 11.
carbon dioxide removal dan methanasi
(Aasberg-Petersen dkk., 2011). Umpan inlet LTSC memiliki steam to gas
lebih rendah dan jumlah hidrogen dan CO
Untuk mengoptimalkan yield hydrogen dan sama untuk setiap kenaikkan CO2 dalam gas
untuk menghilangkan carbon monoksida, umpan steam reforming, temperatur inlet
syngas selanjutnya dialirkan ke shift LTSC bisa lebih rendah merespon kondisi
converter sistem dimana reaksi water gas umpan untuk mencapai kesetimbangan
shift (WGS) atau sering disebut juga reaksi (Zamaniyan dkk., 2008). Untuk beban kon-
shift memainkan peran untuk merubah CO versi LTSC yang sama, selisih temperatur
menjadi CO2 seperti yang ditunjukkan pada inlet dengan outlet konverter ( temperatur
reaksi 4. Reaksi WGS adalah reaksi ekso- reaktor) lebih rendah.
termis reversible. Konstanta kesetimbangan

184
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

Tin T Tin T
400 120 220 28

110 210 27

Temperatur Inlet (oC)


350
Temperatur Inlet (oC)

Temperatur (oC)

Temperatur (oC)
26
100 200
300 25
190
90 24
250 180
80 23
170
22
200
70
160 21
150 60 150 20
0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50

Kandungan CO2 (% vol) Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol)


Gambar 9. Profil temperatur bed katalis dan Gambar 11. Profil temperatur bed katalis dan
temperatur inlet pada HTSC temperatur inlet pada LTSC.

1300 WHB HE
Laju Pembentukan (kmol/jam)

85
1200
75
Heat Duty (Gcal/Jam)

1100

1000 65

900 55

800 45

700 35

600 25

500 15
0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50

Kandungan CO2 Gas Umpan (% Vol) Kandungan CO2 Gas Umapan (% Vol)

Gambar 10. Laju konversi CO menjadi CO2 pada Gambar 12. Heat duty WHB dan HE steam
HTSC generator

Press. drop Press. Disch Power Steam turbin


1 18
Press. Disch. Comp. (kg/cm2g)

13 46
0,9
Steam turbin (ton/jam)

16
Pressure drop (kg/cm2g)

12 45
0,8
Power (Gcal/jam)

44 14
11
0,7
43 12
10 0,6
42
10
9 0,5
41
8 0,4 8
40

7 39 0,3 6
0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50
Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol)
Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol)

Gambar 13. Pressure drop sistem Gambar 14. Kinerja feed gas compressor dan
kebutuhan steam turbin

185
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

3.2.3. Steam Generator 7% vol dalam gas umpan masih mungkin


dioperasikan pada plant existing.
Ada dua exchanger sebagai pembangkit
steam pada sistem ini yaitu Waste Heat Tabel 4. Batasan pengoperasian
Boiler (WHB) dan HE steam generator. WHB
Item Unit Limit
memanfaatkan panas syngas dari secondary
Min. Max.
reformer ke HTSC, HE steam generator
Temp. Pri. Reformer o
C 750 850
memanfaatkan panas syngas dari HTSC ke Heat duty tubes catalyst Gcal/h - 64,27
LTSC (PIM, 2004). Temp. Sec. Reformer o
C 950 1050
Heat duty WHB Gcal/h - 57,42
Hasil simulasi Gambar 12 menunjukan Temp. HTSC o
C 330 380
bahwa beban panas WHB meningkat dengan Temp. LTSC o
C 190 245
bertambahnya volume CO2 didalam gas Heat Duty HE Steam Gcal/h - 20,60
umpan. Penambahan panas ini semata-mata Gen.
hanya disebabkan oleh penambahan massa (Sumber : PIM, 2004)
dari CO2, padahal temperatur gas yang
4. Kesimpulan
menuju ke WHB lebih rendah. Beban HE
steam generator cenderung menurun.
Penambahan CO2 dalam gas umpan akan
Penambahan 1% vol CO2 meningkatkan
menurunkan efisien di reforming dan shift
beban WHB 0,42 Gcal/jam dan menurunkan
converter sistem atau pabrik amoniak secara
beban HE steam generator 0,04 Gcal/jam.
keseluruhan.
3.2.4. Feed Gas Compressor
Untuk penambahan 1% vol CO2 akan
Feed gas compressor berfungsi menaikkan mengakibatkan :
pressure gas umpan hingga bernilai tertentu, o Laju pembentukan komponen hidrogen
menjaga nilai ini sesuai dengan kebutuhan di primary dan secondary reformer
sistem steam reforming, shift converter dan menurun sebesar 9,38% vol dan 2,74%
purifikasi (PIM, 2004). vol.
o Sebaliknya konsumsi energi dalam
Bertambahnya volume CO2 gas umpan bentuk heat duty primary reformer
menaikkan menaikkan pressure drop sistem. meningkat 0,18 gcal/jam dan temperatur
Untuk penambahan 1% vol CO2 akan udara proses secondary reformer naik
meningkatkan pressure drop sistem rata- sebesar 2,78oC.
rata 0,08 kg/cm2g. Profil pressure drop o Beban katalis shift converter meningkat
untuk setiap penambahan CO2 dapat lihat terutama HTSC yang ditandai dengan
pada Gambar 13. Untuk mencapai back meningkatnya temperatur bed katalis
pressure di LTSC sebesar 33 kg/cm2g, sebesar 0,98oC.
kenaikan pressure drop ini akan menambah o Pressure drop sistem meningkat 0,08
kerja feed gas compressor. Ini dapat dilihat kg/cm2g yang disertai oleh penambahan
pada Gambar 14 bahwa pressure discharge beban feed gas compressor sebesar 0,01
memiliki trending yang sama dengan power gcal/jam dengan penambahan konsumsi
compressor. steam turbin 0,08 ton per jam .
o Beban WHB meningkat sebesar 0,42
Secara otomatis kebutuhan steam untuk gcal/jam.
menggerakkan turbin compressor ini juga
akan meningkat seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 14. Ucapan Terima kasih

3.2.5. Limit Plant Existing Rasa terima kasih dan penghargaan


disampaikan kepada PT. Pupuk Iskandar
Peralatan-peralatan pada plant existing telah Muda atas dukungan data operasional dan
dirancang dengan batasan operasional data pendukung lainnya pada penelitian ini.
tertentu. Perubahan % vol CO2 dalam gas
umpan harus mengikuti batasan yang ada Referensi
untuk memenuhi unsur proses dan
Aasberg-Petersen K., Dybkjr I., Ovesen
mechanical. Bila semua parameter hasil
C.V., Schjdt N.C., Sehested J.,
studi dengan nilai tertentu seperti yang
Thomsen S.G. (2011) Natural gas to
tertera pada Gambar 5 - 14 di masukkan ke
synthesis gas e Catalysts and catalytic
Tabel 4, maka beban WHB menjadi kunci
processes, Journal of Natural Gas
seberapa besar % vol CO2 gas umpan yang
Science and Engineering, 3(2), 423 -
dibolehkan. Kandungan CO2 sebesar 6,91
459.

186
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

Amin M. R., Sharear S., Siddique N., Shaidul of Chemical Reactor Engineering, 8, 1 -
Islam (2013) Simulation of ammonia 34.
synthesis, American Journal of Chemical
Engineering, 1(3), 59 - 64. Suhartanto, T., York, A.P.E., Hanif, A.
(2001) Potential utilisation of
Broadhurst V. P., Cotton J. B. (2005) Taking Indonesias natuna natural gas field via
Feed Stock, Hydrocarbon Engineering. methane dry, Catalyst Letter, 71, 49 -
54.
Galimov E.M., Rabbani A.M. (2001)
Geochemical characteristics and origin Sun, C.Z., Wen, B.Y., Bai, B.F. (2015)
of natural gas in Southern Iran, Application of nanoporous graphene
Geochem. Int., 39, 780 - 792. membranes in natural gas processing:
Molecular simulation sof CH4/CO2,
International Energy Outlook, (2013) U.S. CH4/H2S and CH4/N2 separation,
Energy Information Administration.. Chemical Engineering Science, 138, 616
- 621.
Lin, WS., Zhang, N., Gu, AZ. (2010) LNG
(liquefied natural gas): a necessary Twigg, V. M. (1989) Catalyst Handbook
part in China's future energy infra- Second Edition, Wolfe Publishing Ltd.
structure, Energy, 35, 4383 - 4391.
Xiong, X.O., Lin, W.S., Gu, A.Z. (2015)
Makogon Y. F. (2010) Natural gas hydrates- Integration of CO2 cryogenic removal
A promising source of energy, Journal with a natural gas pressurized
of Natural Gas Science and Engineering, liquefaction process using gas
2, 49 - 59. expansion refrigeration, Energy, 35, 1 -
9.
Newell, RG., Iler, S. (2013) The global
energy outlook, National Bureau of Yexin Y., Gosnell H. J. (2004) New fertilizer
Economic Research, Cambridge, MA. plant- cnooc chemical ltd, The 49th
Annual Safety in Ammonia Plants and
Nikoo, M. K., Amin, N.A.S. (2011) Related Facilities Symposium Denver,
Thermodynamic analysis of carbon Colorado, USA.
dioxide reforming of methana in view of
solid carbon formation, Fuel Processing Zamaniyan A., Zoghi, A.T., Ebrahimi H.
Technology, 92, 678 691. (2008) Software development for
design and simulation of terraced wall
PIM (2004) Manual Operating Ammonia and top fired primary steam reformers,
Plant, PT. Pupuk Iskandar Muda. Computers and Chemical Engineering,
32, 1433 1446.
PIM (2014) Natural Gas Laboratorium
Analysis, PT. Pupuk Iskandar Muda. Zhanga X., Colleen S.M. L., Mingosa P. M.,
and Haywarda O. D. (2003) Carbon
Smith R. J. B., Loganathan M., Shanta M.S. dioxide reforming of methane with Pt
(2010) A review of the water gas shift catalysts using, Catalyst Letters, 88, 3 -
reaction kinetics, International Journal 4.

187

Вам также может понравиться