Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dua komponen utama yang terlibat di dalam rekayasa genetika, yaitu plasmid
dan enzim.
1) Plasmid
Plasmid adalah molekul DNA berantai rangkap dan berbentuk cincin. Plasmid
ditemukan didalam sel bakteri dan dapat berbiak secara bebas, lepas dari
kromosom induk. Dalam rekayasa genetika, plasmid berperan sebagai vektor
(kendaraan) yang digunakan untuk mentransfer dan memperbanyak gen asing.
Keuntungan penggunaan plasmid adalah dapat di pindahkan dari satu sel ke sel
yang lain, misalnya melalui cara transformasi. Ketika satu gen asing (biasanya
diekstrak dari satu kromosom sel eukariotik) telah disisipkan ke dalam satu
plasmid, ia akan bertindak seperti kendaraaan yang mengangkut gen ke dalam
sel bakteri. Plasmid yang membawa gen tersebut siap di absorpsi dan di
replikasikan oleh bakteri sehingga setiap anakan sel yang dihasilkan akan
mewarisi gen- gen baru. Selanjutnya, setiap bakteri didalam kultur gen- gen
akan menginstruksi, misalnya hasilkan hormon insulin manusia.
2) Enzim
Dalam rekayasa genetika dikenal dua macam bahan kimia yang berperan
penting. Kedua macam bahan kimia tersebut adalah enzim pemutus (retriksi
endonuklease) dan enzim perekat (ligase).
Enzim retriksi endonuklease merupakan enzim khusus dari bakteri yang berguna
sebagai alat pertahanan tubuh. Misalnya untuk melawan DNA asing yang
menyusup masuk, seperti yang berasal dari virus. Dalam dunia rekayasa
genetika, enzim tersebut bertindak sebagai gunting biologi yang berfungsi untuk
memotong/ menggunting rantai DNA pada tempat- tempat khusus. Enzim retriksi
endonuklease memiliki dua keutamaan. Pertama, memiliki fungsi kerja spesifik.
Dalam hal ini enzim mampu mengenal dan memotong urutan nukleotida tertentu
pada DNA. Kedua, mampu menghasilkan potongan- potongan runcingketika
memotong rantai ganda DNA. Fragmen- fragmen yang dihasilkannya adalah
berupa ujung runcing (ujung lengket) yang terdiri atas untaian tunggal. Setiap
ujung dari fragmen memiliki bagian yang menjorok dengan urutan basa yang
dapat dikenali dan dipasangi oleh basa yang terletak di ujung untaian lainnya.
Misalnya, ujung untaian tunggal dengan urutan basa AATT pada satu ujung dan
TTAA pada ujung yang lain. Kedua fragmen tersebut dapat disambungkan
sehingga membentuk satu untaian nukleotida lagi. Dalam hal ini, enzim
ligase berfungsi untuk merekatkan dan mempersatukan fragmen- fragmen/
potongan- potongan DNA.
Melalui teknk plasmid dalam rekayasa genetika, para ahli dibidang bioteknologi
dapat mengembangkan tanaman transgenik yang resisten terhadap hama dan
penyakit, adaptif kekeringan dan kondisi tanah yang tidak subur, hewan
transgenik dan lain- lain.
Gambar. Rekayasa genetika dengan plasmid bakteri
b) Teknik Hibridoma
Teknik hibridoma adalah penggabungan dua sel dari organisme yang sama
ataupun dari sel organisme yang berbeda sehingga menghasilkan sel tunggal
berupa sel hibrid (hibridoma) yang memiliki kombinasi sifat dari kedua sel
tersebut.
Terapi gen diartikan sebagai upaya memperbaiki atau mengganti gen- gen yang
menyebabkan suatu penyakit. Terapi ini dilakukan dengan mengganti gen- gen
yang tidak dapat bekerja dengan salinan gen yang normal ke dalam sel. Pada
pertengahan tahun 1990, terapi genetik untuk mengobati penyakit menurun dan
kanker kulit ganas.
Para ahli berusaha melawan gen- gen perusak dalam inti sel itu dengan berbagai
cara, upaya yang dirintis tersebut dikenal dengan terapi genetik. Sayangnya
penemuan itu tidak segera dapat diterapkan. Dalam rekayasa genetika ada kode
etik yang melarang keras percobaan ini pada manusia. Rekayasa ini
dikhawatirkan disalahgunakan untuk mengubah gen pembawa sifat manusia,
misalnya untuk membuat manusia super.
Namun para ahli tidak selamanya bersikap kaku sebab berbagai penyakit fatal
memang susah disembuhkan kecuali dengan terapi genetik. Maka munculah
pendapat tentang perlu adanya dispensasi. Dispensasi itu dikeluarkan oleh
Komite Rekayasa Genetik Nasional Institut of Healt (NIH) di Amerika Serikat yang
mengizinkan penerapan terapi genetik untuk dua jenis penyakit yaitu penyakit
menurun yang sangat jarang seperti Adenosine Deaminase Deficiency (ADD) dan
sejenis kanker kulit yang ganas.
b) Teknik Kloning
Kloning berasal dari kata Yunani kuno, clone yang berarti ranting atau
cangkokan. Dalam bahasa Inggris,clone (klona) digunakan untuk menyebut
sekelompok makhluk hidup yang dilahirkan tanpa proses seksual. Istilah clone
(klona) pertama diusulkan oleh Herbert Webber pada tahun 1903. Kloning dapat
dilakukan dengan transfer gen, transfer embrio dan transfer inti. Organisme hasil
kloning akan memiliki salinan genetika yang sama persis dengan makhluk hidup
yang lain.
1. Transfer Gen
Kloning ini dilakukan dengan menyisipkan potongan gen yang dikehendaki dari
suatu spesies lain sehingga spesies ke spesies lain sehingga spesies yang di klon
tadi akan memiliki sifat tambahan sesuai dengan gen yang telah di sisipkan ke
dalam sel tubuhnya.
2. Transfer Embrio
3. Transfer Inti
Prinsip dari transfer inti yaitu dengan memasukkan inti sel (nukleus) dari satu
spesies ke dalam sel spesies lain yang sebelumnya inti selnya telah dibuang atau
dikosongkan.
Pada tahun 1952, Robert Brigs dan Thomas J. King (AS) mencoba teknik kloning
pada katak. Sepuluh tahun kemudian (1962), John B. Gurdon juga mencoba
teknik kloning pada katak, namun prcobaannya menghasilkan banyak katak
yang abnormal atau cacat. Gurdon kemudian menyempurnakan percobaannya
sehingga menghasilkan banyak katak yang tumbuh normal dan berkembang
menjadi dewasa.
Pada tahun 1986, Steen Wikkadsen (Inggris) mengklona sapi dengan tujuan
komersial dengan metode transfer inti. Ia bekerja sama dengan Lembaga
Grenada Genetics.
Pada tahun 1996, Ian Wilmut mengklona domba. Ia menggunakan sel kelenjar
susu domba finn dorsetsebagai donor inti dan sel telur domba blackface sebagai
resipien. Sel telur domba blackface dihilangkan intinya dengan cara mengisap
nukleusnya keluar dari sel menggunakan pipet mikro. Kemudian, sel kelenjar
susu dombafinn dorset difusikan dengan sel telur blackface yang tanpa nukleus.
Hasil fusi ini kemudian berkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan
dan kemudian dipindahkan ke rahim domba blackface. Kemudian embrio
berkembang dan lahir dengan ciri- ciri sama dengan finn dorset. Domba hasil
kloning ini diberi nama Dolly. Dolly disuntik mati pada tanggal 14 februari 2003
karena menderita penyakit yang sulit disembuhkan.
Perlu diperhatikan bahwa Wilmut melakukan 277 percobaan kloning dan dari
sekian banyak percobaan, hanya 29 yang berhasil menjadi embrio domba yang
dapat ditransplantasikan ke rahim domba, dan hanya satu yang menjadi domba
normal. Dengan demikian, tingkatkeberhasilan kloning domba masih sangat
rendah (Purves et al. 2004).
http://edu-bio.blogspot.co.id/2012/01/rekayasa-genetika.html
2.1 Pengertian Rekayasa Genetika
1. Menyebabkan terbentuknya kombinasi gen-gen yang berasal dari dua sel yang
berbeda.
2. Terjadi pertukaran DNA atau gen dari satu sel ke sel yang lain. Mekanisme
seksual ini tidak bersifat reproduktif atau tidak menghasilkan keturunan.
Asam nukleat adalah molekul besar berupa utas rantai yang panjang.Rantai
asam nukleat disusun ole(fragmen) DNA organisme komponen-komponen yang
terdiri dari :
3. Basa
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga
cara, yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam
sel bakteri selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri
sehingga terbentuk kromosom rekombinan.
a. Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam
sel bakteri lainnya (sel resepien) melalui kontak fisik antara kedua sel. Sel donor
memasukkan sebagian DNA-nya ke dalam sel resepien. Transfer DNA ini melalui
pili seks yang dimiliki oleh sel donor. Sel resepien tidak memiliki pili seks. DNA
dari sel resepien berpindah ke sel resipien secara replikatif sehingga setelah
proses ini selesai, sel jantan tidak kehilangan DNA. Ke dua sel tidak mengalami
peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel anak. Oleh karena itu, proses
konjugasi disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang tidak
reproduktif.
c. Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya
melalui perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di
dalam sel bakteri. Virus-virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut
bakteriofag atau fage. Ketika virus menginfeksi bakteri, fage memasukkan DNA-
nya ke dalam sel bakteri. DNA tersebut kemudian akan bereplikasi di dalam sel
bakteri atau berintegrasi dengan kromosom baketri. DNA fage yang dikemas
ketika membentuk partikel fage baru akan membawa sebagian DNA bakteri yang
menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage tersebut menginfeksi bakteri yang lain,
maka fage akan memasukkan DNAnya yang sebagian mengandung DNA sel
inang sebelumnya. Jadi, secara alami fage memindahkan DNA dari satu sle
bakteri ke bakteri yang lain.
A. Enzim Restriksi
Enzim restriksi merupakan enzim yang memotong molekul DNA. Karena enzim ini
memotong di bagian dalam molekul DNA, maka enzim ini juga
dinamakanendonuklease restriksi. Enzim ini memotong (menghidrolisis) DNA
pada rangka gula-fosfat tepatnya pada ikatan fosfodiester. Enzim restriksi akan
mengenali dan memotong DNA hanya pada urutan nukleotida tertentu, biasanya
sepanjang 4 hingga 6 pasang basa.
c. Hasil dari masing-masing reaksi tersebut yakni dua buah fragmen DNA
untai ganda.
Ada tiga golongan enzim restriksi yang telah diketahui,yaitu enzim restriksi
golongan I, golongan II, dan golongan III. Enzim restriksi golongan I bekerja
dengan mengenal sekuens tertentu pada DNA, tetapi melakukan pemotongan di
luar (di sekitar) sekuens pengenal tersebut. Enzim restriksi yang berguna pada
prosedur kloning DNA adalah enzim restriksi dari golongan II karena golongan ini
memotong DNA pada posisi yang tertentu di dalam sekuens pengenal tadi.Enzim
restriksi golongan tiga memiliki cara kerja yang mirip dengan golongan I, dimana
pemotongan yang tidak spesifik dilakukan di sekitar sekuens pengenalnya.
Nama dari suatu enzim restriksi biasanya diambil dari nama bakteri asal enzim
tersebut diisolasi.Bakteria umumnya mensintesis satu atau lebih endonuklease
yang dapat memotong DNA.Endonuklease atau enzim restriksi ini berfungsi
terutama mengahalangi adanya DNA-DNA asing yang masuk ke dalam sel
bakteri tersebut. DNA dari sel yang mensintesis enzim restriksi itu sendiri
terlindungi dari aksi enzim restriksinya karena sel tersebut juga mensintesis
enzim modifikasi yang merubah struktur dari sekuens pengenal enzim restriksi
tadi.
Adapun tabel di bawah ini menunjukkan jenis-jenis enzim restriksi yang biasa
digunakan dalam teknologi DNA Rekombinan:
3---GGWCC---5
3'---CCTAG G---
5'
3'CGCCGGCG --3'
3'---CGCCGG CG-
--5'
3'GTCGTCN25NN CAGCAGN25NN --
-3'
3'---GTCGTCN25
NN---5'
C. Vektor
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan
dalam bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil
dan cocok dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Vektor disini bisa diartikan
sebagai alat yang membawa DNA ke dalam sel induk barunya. Agar suatu
metode dalam rekayasa genetika berhasil maka di dalam vektor DNA hasil
rekombinan hanya membawa DNA rekombinan yang digabungkan dengan DNA
vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA rekombinan tidak
termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Adapun contoh dari vektor
yang terdapat di alam adalah plasmid dan virus ataubacteriophage.
1. Plasmid
Plasmid adalah molekul DNA yang terpisah dan dapat bereplikasi secara
independen dari DNA kromosom. Di dalam satu sel bakteri, dapat ditemukan
lebih dari satu plasmid dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua
plasmid tidak mengkodekan fungsi yang penting untuk pertumbuhan sel
tersebut. Umumnya, plasmid mengkodekan gen-gen yang diperlukan agar dapat
bertahan pada keadaan yang kurang menguntungkan sehingga bila lingkungan
kembali normal, DNA plasmid dapat dibuang. Istilah ini pertama kali
diperkenalkan oleh ahli biologi molekuler Amerika Yosua Lederberg pada tahun
1952.
2. Bacteriophage
Salah satu vektor yang banyak digunakan dalam teknologi DNA rekombinan
adalah bacteriophage atau faga yaitu virus yang menginfeksi bakteri. Seperti
halnya virus, fage harus menginfeksi bakteri yang menjadi inangnya. Setelah
jumlahnya mencukupi, fage akan melisis sel inang dan dapat menghasilkan
banyak fage untuk setiap sel bakteri yang mengalami lisis. Oleh karena itu
jumlah fage menjadi sangat besar bila yang mengalami lisis adalah kumpulan
bakteri (koloni). Oleh karena itu vektor yang berupa bacteriophage sangat
menguntungkan jika DNA yang disisipkan ingin diperbanyak dalam jumlah besar.
Kontruksi pustaka genom juga banyak menggunakan fage sebagai vektornya.
Selain kemampuan membawa DNA sisipan lebih besar dari plasmid,
penyimpanan fage relatif lebih mudah dibandingkan dengan bakteri.
Penggunaan fage sebagai vektor juga menguntungkan dalam proses penapisan
untuk mengisolasi suatu gen atau DNA, karena rasio copy DNA atau gen target
terhadap genom total fage jauh lebih tinggi daripada rasio copy DNA terhadap
genom total bakteri bilamana menggunakan plasmid sebagai vektornua. Selain
itu proses purifikasi, denaturasi dan fiksasi DNA di membrane pada saat
persiapan hibridisasi dalam rangka penapisan DNA target, lebih mudah pada
fage yang menginfeksi bakteri sehingga membentuk plak (plaque) daripada
koloni bakteri yang mengandung plasmid.
E. Pustaka Genom
Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan melalui
teknologi DNA rekombinan melibatkan beberapa tahapan tertentu. Tahapan-
tahapan tersebut adalah isolasi DNA genomik/kromosom yang akan diklon,
pemotongan molekul DNA menjadi sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran,
penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor untuk menghasilkan molekul DNA
rekombinan, transformasi sel inang menggunakan molekul DNA rekombinan,
pengklonaan vektor pembawa DNA rekombinan, dan identifikasi klon sel yang
membawa gen yang diinginkan. Bakteri merupakan sel inang yang paling umum
digunakan untuk mengklonaan gen, terutama karena mudahnya DNA dapat
diisolasi dari dan dimasukkan kembali ke dalam sel tersebut. Kultur bakteri juga
tumbuh cepat dan secara cepat mereplikasi setiap gen asing yang dibawanya.
1. Isolasi DNA
Isolasi DNA diawali dengan mempersiapkan dua jenis DNA yaitu plasmid bakteri
yang akan digunakan sebagai vektor dan DNA yang mengandung gen yang
diinginkan. Plasmid yang dipilih merupakan plasmid yang mengandung amp-R
(gen pengkode sifat resisten terhadap antibiotik amphisilin) dan lac Z (pengkode
enzim -galaktosidase). Kemudian dilakukan perusakan dan atau pembuangan
dinding sel, yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi,
tekanan tinggi, beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian
lisozim. Langkah selanjutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak
dapat dengan mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik,
sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen
yang kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Pada
eukariot langkah ini harus disertai dengan perusakan membran nukleus.
Teknik isolasi DNA tersebut dapat diaplikasikan, baik untuk DNA genomik
maupun DNA vektor, khususnya plasmid. Untuk memilih di antara kedua macam
molekul DNA ini yang akan diisolasi dapat digunakan dua pendekatan. Pertama,
plasmid pada umumnya berada dalam struktur tersier yang sangat kuat atau
dikatakan mempunyai bentuk covalently closed circular (CCC), sedangkan DNA
kromosom jauh lebih longgar ikatan kedua untainya dan mempunyai nisbah
aksial yang sangat tinggi. Perbedaan tersebut menyebabkan DNA plasmid jauh
lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom.
Oleh karena itu, aplikasi kondisi denaturasi akan dapat memisahkan DNA
plasmid dengan DNA kromosom.
Tahap kedua dalam kloning gen adalah pemotongan molekul DNA, baik genomik
maupun plasmid. Perkembangan teknik pemotongan DNA berawal dari saat
ditemukannya enzim restriksi dan modifikasi DNA pada bakteri E. coli, yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteriofag (faga temperat).
Tempat pemotongan pada kedua untai DNA sering kali terpisah sejauh beberapa
pasang basa. Pemotongan DNA dengan tempat pemotongan semacam ini akan
menghasilkan fragmen-fragmen dengan ujung 5 yang runcing karena masing-
masing untai tunggalnya menjadi tidak sama panjang. Dua fragmen DNA dengan
ujung yang runcing akan mudah disambungkan satu sama lain sehingga ujung
runcing sering pula disebut sebagai ujung lengket (sticky end) atau ujung
kohesif.
Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor menggunakan enzim restriksi harus
menghasilkan ujung-ujung potongan yang kompatibel. Artinya, fragmen-fragmen
DNA genomik nantinya harus dapat disambungkan (diligasi) dengan DNA vektor
yang sudah berbentuk linier.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk meligasi fragmen-fragmen DNA
secara in vitro. Pertama, ligasi menggunakan enzim DNA ligase dari bakteri.
Kedua, ligasi menggunakan DNA ligase dari sel-sel E. coli yang telah diinfeksi
dengan bakteriofag T4 atau lazim disebut sebagai enzim T4 ligase. Jika cara
yang pertama hanya dapat digunakan untuk meligasi ujung-ujung lengket, cara
yang kedua dapat digunakan baik pada ujung lengket maupun pada ujung
tumpul. Sementara itu, cara yang ketiga yaitu pemberian enzim deoksinukleotidil
transferase untuk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3. Dengan untai
tunggal semacam ini akan diperoleh ujung lengket buatan, yang selanjutnya
dapat diligasi menggunakan DNA ligase.
Suhu optimum bagi aktivitas DNA ligase sebenarnya 37C. Akan tetapi, pada
suhu ini ikatan hidrogen yang secara alami terbentuk di antara ujung-ujung
lengket akan menjadi tidak stabil dan kerusakan akibat panas akan terjadi pada
tempat ikatan tersebut. Oleh karena itu, ligasi biasanya dilakukan pada suhu
antara 4 dan 15C dengan waktu inkubasi yang diperpanjang. Pada reaksi ligasi
antara fragmen-fragmen DNA genomik dan DNA vektor, khususnya plasmid,
dapat terjadi peristiwa religasi atau ligasi sendiri sehingga plasmid yang telah
dilinierkan dengan enzim restriksi akan menjadi plasmid sirkuler kembali. Hal ini
jelas akan menurunkan efisiensi ligasi. Untuk meningkatkan efisiensi ligasi dapat
dilakukan beberapa cara, antara lain penggunaan DNA dengan konsentrasi tinggi
(lebih dari 100g/ml), perlakuan dengan enzim alkalin fosfatase untuk
menghilangkan gugus fosfat dari ujung 5 pada molekul DNA yang telah
terpotong, serta pemberian molekul linker, molekul adaptor, atau penambahan
enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai tunggal
homopolimerik 3.
Tahap berikutnya setelah ligasi adalah analisis terhadap hasil pemotongan DNA
genomik dan DNA vektor serta analisis hasil ligasi molekul-molekul DNA tersebut
menggunakan teknik elektroforesis. Jika hasil elektroforesis menunjukkan bahwa
fragmen-fragmen DNA genomik telah terligasi dengan baik pada DNA vektor
sehingga terbentuk molekul DNA rekombinan, campuran reaksi ligasi
dimasukkan ke dalam sel inang agar dapat diperbanyak dengan cepat. Dengan
sendirinya, di dalam campuran reaksi tersebut selain terdapat molekul DNA
rekombinan, juga ada sejumlah fragmen DNA genomik dan DNA plasmid yang
tidak terligasi satu sama lain. Tahap memasukkan campuran reaksi ligasi ke
dalam sel inang ini dinamakan transformasikarena sel inang diharapkan akan
mengalami perubahan sifat tertentu setelah dimasuki molekul DNA rekombinan.
Teknik transformasi pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 oleh M. Mandel
dan A. Higa, yang melakukan transformasi bakteri E. coli. Sebelumnya,
transformasi pada beberapa spesies bakteri lainnya yang mempunyai sistem
transformasi alami seperti Bacillus subtilis telah dapat dilakukan. Kemampuan
transformasi B. subtilis pada waktu itu telah dimanfaatkan untuk mengubah
strain-strain auksotrof (tidak dapat tumbuh pada medium minimal) menjadi
prototrof (dapat tumbuh pada medium minimal) dengan menggunakan preparasi
DNA genomik utuh. Baru beberapa waktu kemudian transformasi dilakukan
menggunakan perantara vektor, yang selanjutnya juga dikembangkan pada
transformasi E.coli.
Hal terpenting yang ditemukan oleh Mandel dan Higa adalah perlakuan kalsium
klorid (CaCl2) yang memungkinkan sel-sel E. coli untuk mengambil DNA dari
bakteriofag l. Pada tahun 1972 S.N. Cohen dan kawan-kawannya menemukan
bahwa sel-sel yang diperlakukan dengan CaCl2 dapat juga mengambil DNA
plasmid. Frekuensi transformasi tertinggi akan diperoleh jika sel bakteri dan DNA
dicampur di dalam larutan CaCl2 pada suhu 0 hingga 5C. Perlakuan kejut panas
antara 37 dan 45C selama lebih kurang satu menit yang diberikan setelah
pencampuran DNA dengan larutan CaCl2 tersebut dapat meningkatkan frekuensi
transformasi tetapi tidak terlalu esensial. Molekul DNA berukuran besar lebih
rendah efisiensi transformasinya daripada molekul DNA kecil.
Ketika sumber DNA sedikit atau tidak murni, suatu metode yang disebut PCR bisa
melakukan lebih cepat dan lebih selektif. PCR adalah suatu metode untuk
mengamplifikasi/disalin beberapa kali sekuens gen (urutan DNA) target secara
eksponensial in vitro. Pada reaksi ini dibutuhkan: DNA target, sepasang primer,
polimerase DNA yang termostabil, buffer reaksi dan alat thermal cycler.
Prinsip dasar dari teknik PCR tersebut merupakan adanya enzim DNA polimerase
yang digunakan untuk membuat cetakan dari segmen DNA yang diinginkan.
3) Polimerisasi (sintesis) adalah suatu proses pemanjangan rantai DNA baru yang
dimulai dari primer.
1) Mendeteksi penyakit yang dapat menginfeksi, variasi dan mutasi dari gen.
3) DNA atau RNA yahg telah dianalisis dengan menggunakan teknik PCR
digunakan untuk meneliti penerapannya dalam bidang klinik dan obat-obatan
forensik, mengembangkan teknik-teknik dalam bidang genetika dan untuk
mendiagnosa.
4) Untuk membuat cDNA library, yaitu sebuah set dari hasil kloning yang
mewakili sebanyak mungkin mRNA dari suatu tipe sel tertentu dengan waktu
tertentu. Pembuatan cDNA library tersebut menggunakan teknik Transverse
Replication PCR.
PCR telah digunakan secara luas dalam bidang kedokteran, seperti dalam
pengobatan berbagai penyakit menular (deteksi berbagai bakteri, virus, jamur
dan parasit), keganasan sel (misalnya carcinoma, limfoma, leukimia,
retinoblastoma), kelainan genetika (Sickel cell anemia, -thalassemia,
Duchennes muscullar dystrophy, cystic fibrosis, hemophilia A, Tay-Sachs disease
dan phenylketonuria) dan kedokteran kehakiman.
b. Elektroforesis
Di dalam elektroforesis digunakan sumber arus listrik searah (DC), ruang untuk
elektroforesis (Comb, Well, platform dan cetakan wadah gel),
larutan buffer (bufferionik dan loading buffer), matriks elektroforesis, marker dan
gel.
c. Sekuens DNA
1) Metode Maxam-Gilbert
Metode sekuensing DNA yang pertama dikenal adalah metode kimia yang
dikembangkan oleh A.M. Maxam dan W. Gilbert pada tahun 1977. Pada metode
ini fragmen-fragmen DNA yang akan disekuens harus dilabeli pada salah satu
ujungnya, biasanya menggunakan fosfat radioaktif atau suatu nukleotida pada
ujung 3. Metode Maxam-Gilbert dapat diterapkan baik untuk DNA untai ganda
maupun DNA untai tunggal dan melibatkan pemotongan basa spesifik yang
dilakukan dalam dua tahap.
2) Metode Sanger
Metode Sanger pada dasarnya memanfaatkan dua sifat salah satu subunit enzim
DNA polimerase yang disebut fragmen klenow. Kedua sifat tersebut adalah
kemampuannya untuk menyintesis DNA dengan adanya dNTP dan
ketidakmampuannya untuk membedakan dNTP dengan ddNTP. Jika molekul dNTP
hanya kehilangan gugus hidroksil (OH) pada atom C nomor 2 gula pentosa,
molekul ddNTP atau dideoksi nukleotida juga mengalami kehilangan gugus OH
pada atom C nomor 3 sehingga tidak dapat membentuk ikatan fosfodiester.
Artinya, jika ddNTP disambungkan oleh fragmen klenow dengan suatu molekul
DNA, maka polimerisasi lebih lanjut tidak akan terjadi atau terhenti. Basa yang
terdapat pada ujung molekul DNA ini dengan sendirinya adalah basa yang
dibawa oleh molekul ddNTP.
Selama bertahun-tahun telah banyak sekuens DNA yang ditentukan oleh para
ilmuwan di seluruh dunia, dan saat ini kebanyakan jurnal ilmiah
mempersyaratkan penyerahan sekuens DNA terlebih dahulu untuk keperluan
pangkalan data publik sebelum mereka menerima naskah selengkapnya dari
para penulis/ilmuwan. Pengelola pangkalan data akan saling bertukar informasi
tentang sekuens-sekuens yang terkumpul dan menyediakannya untuk akses
publik sehingga semua pangkalan data yang ada akan menjadi nara sumber
yang sangat bermanfaat.
Ketika sekuens suatu fragmen DNA telah diketahui, hanya ada sedikit sekali
gambaran yang dapat diperoleh dari sekuens tersebut. Analisis sekuens perlu
dilakukan untuk mengetahui beberapa karakteristik pentingnya seperti peta
restriksi, rangka baca, kodon awal dan kodon akhir, atau kemungkinan tempat
promoternya. Di samping itu, perlu juga dipelajari hubungan kekerabatan suatu
sekuens baru dengan beberapa sekuens lainnya yang telah terlebih dahulu
diketahui. Biasanya, analisis semacam itu dilakukan menggunakan paket-paket
perangkat lunak.
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang
dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk
yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
1) Metode elektroporasi.
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah
elektroporasi dari protoplas, perlakuan polythyleneglycol (PEG) pada protoplas
dan kombinasi antara dua perlakuan tersebut diatas. PEG memudahkan
presipitasi DNA dan membuat kontak lebih baik dengan protoplas, juga
melindungi DNA plasmid mengalami degradasi dari enzim nuklease. Sedangkan
elektroporasi dengan perlakukan listrik voltase tinggi meyebabkan permeabilitasi
tinggi untuk sementara pada membran sel dengan membentuk pori-pori
sehingga DNA mudah penetrasi kedalam protoplas. Integritas membran kembali
membaik seperti semula dalam beberapa detik sampai semenit setelah
perlakuan listrik. Jagung dan padi telah berhasil dengan sukses ditransformasi
melalui elektorporasi dengan efisien antatar 0,1 1 %. Salah satu kelemahan
penggunaan protoplas sebagai eksplan untuk transformasi adalah sulitnya
regenerasi dari protoplas, dan variasi somaklonal akibat panjang periode kultur
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi
tanaman tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung, dan turfgrass
adalah penggunaan karbid silikon (silicon carbide). Suspensi sel tanaman yang
akan ditransformasi dicampur dengan serat silicon carbide dan DNA plasmid dari
gen yang diinginkan dimasukkan kedalam tabung Eppendorf, kemudian
dilakukan pencampuran dan pemutaran dengan vortex. Serat karbid berfungsi
sebagai jarum injeksi mikro (micro injection ) untuk memudahkan transfer DNA
kedalam sel tanaman. Metode ini telah digunakan dan menghasilkan tanaman
jagung transgenik yang fertil.
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media
vektorAgrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk melakukan
transformasi tanaman, terutama tanaman kelompok dikotil. Bakteri ini mampu
mentransfer gen kedalam genom tanaman melalui eksplan baik yang berupa
potongan daun (leaf disc) atau bagian lain dari jaringan tanaman yang
mempunyai potensi beregenerasi tinggi.
Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen spesifik
DNA plasmid Ti disebut T-DNA (transfer DNA ) yang berpindah dari bakteri ke inti
sel tanaman dan berintegrasi kedalam genom tanaman. Karena Agrobacterium
tumefaciensmerupakan patogen tanaman maka A. tumefaciens yang digunakan
sebagai vektor untuk transformasi tanaman adalah jenis bakteri yang plasmid Ti
telah dilucuti virulensinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi
oleh Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu
tanaman sehat hasil rekayasa genetik.
Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah
mencapai 1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta
ha. Negara- negara yang melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika
Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta
ha), Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta ha). Indonesia sendiri
pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan transgenik
berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung
687.000 ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung
(Jawa Tengah), kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan
padi (Jawa Tengah). Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih
dalam tahap penelitian di Indonesia adalah kacang tanah, kakao, tebu,
tembakau, dan ubi jalar.
Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk
menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan
produksi, kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil
pertanian. Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata
memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam
era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk
pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan
keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya
diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika
adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya
lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah
dikembangkan perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang
lebih tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat
kapas berwarna yang lebih kuat dan juga ketahanan tanaman terhadap hama,
dengan mengintroduksi gen Bt yang berhubungan dengan ketahanan serangga
hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang dapat memproduksi
protein kristal yang bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal protein) yang
dapat mematikan serangga hama (Macintosh et al., 1990). Bacillus
thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik
dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein
yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari protein kristal atau
cry Btsebagai agen pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan
isolasi Bt yang mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini
telah diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo
serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura.
Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena
mempunyai target yang spesifik yaitu mematikan serangga dan mudah terurai
sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan.
Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel kelenjar
Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah
(kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh
tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar
pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin,
disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa
obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen.
Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus
tergantung insulin (diabetes tipe I). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul
insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan
ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30
asam amino.
Rangkaian DNA yang mengkode insulin dapat diisolasi dari gen manusia yang
sebelumnya telah ditumbuhkan dalam kultur di laboratorium. Vektor yang
digunakan berupa plasmid dari bakteri Escherichia coli. Plasmid merupakan
molekul DNA kecil, sirkuler, dapat bereplikasi sendiri dan terpisah dari kromosom
bakteri. Adapun plasmid yang digunakan mengandung gen:
Tetapi jika suatu plasmid memiliki DNA asing yang diselipkan ke dalam genlacZ-
nya maka koloni sel yang mengandung DNA asing ini akan berwarna putih
karena sel tersebut tidak bisa menghasilkan -galaktosidase untuk
menghidrolisis X-gal.
Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet
yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju
keras (hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim
yang berasal dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food
additive seperti penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna
pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak menggunakan
produk organisme transgenik.
4. Bidang Lingkungan
Seperti yang diungkapkan oleh analisis RFLP, DNA dari noda darah pada
pakaian terdakwa sama persis dengan sidik jari DNA korban tetapi berbeda dari
sidik jari terdakwa. Ini membuktikan bahwa darah dari pakaian terdakwa berasal
dari korban bukan dari terdakwa sendiri.
1. Aspek Sosial
a. Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan
dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama
Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan
produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum
vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk
hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ
tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan
mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral
kemanusiaan universal. Demikian juga, xenotransplantasi(transplantasi organ
hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk
kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap
norma agama.
Penggunaan bakteri E. coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan
diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan
terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan
tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni
kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.
2. Aspek Ekonomi
3. Aspek Kesehatan
WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan
kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun
produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor
pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam
kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah Neisseria
gonorrhoeae (GO). Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik
streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik
itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO
dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik.
Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan
kapas transgenik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
http://tirmaputri.blogspot.co.id/2015/03/makalah-rekayasa-genetika.html
1.1 LATAR BELAKANG
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus
merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya
virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus
menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun
protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.Istilah virus biasanya merujuk
pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan
banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag
digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan
terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah
protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan
dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B
memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus
bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid,
namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian
sel.Seperti yang telah dijelaskan pada virus campak, beberapa jenis virus
memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang. Virus pada
hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid. Selubung
ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung
protein dan glikoprotein yang berasal dari virus. Selain protein selubung dan
protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam
kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang
melekat pada kepala kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag
untuk menempel pada suatu bakteri.Partikel lengkap virus disebut virion. Virion
berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan
kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.
SIKLUS LITIK
Siklus litik dari bakteriofage
1. adsorbsi & penetrasi
2. Pengabungan DNA virus dengan DNA sel
3. Replikasi DNA virus
4. Pembentukan kapsid
5. Pembentukan tubuh dan ekor bakteriofage
6. Lisis
Siklus litik dalam virologi merupakan salah satu siklus reproduksi virus selain
siklus lisogenik. Siklus litik dianggap sebagai cara reproduksi virus yang utama
karena menyangkut penghancuran sel inangnya.Siklus litik, secara umum
mempunyai 3 tahap yaitu adsorbsi & penetrasi, replikasi (biosintesis) dan lisis.
Setiap siklus litik dalam prosesnya membutuhkan waktu dari 10-60 menit.
Tahap adsorbsi yaitu penempelan virus pada inang. Virus mempunyai reseptor
protein untuk menempel pada inang spesifik.Setelah menempel, virus kemudian
akan melubangi membran dari sel inang dengan enzim lisozim. Setelah
berlubang, virus akan menyuntikkan DNA virusnya kedalam sitoplasma sel
inang.
Replikasi (Biosintesis)
Setelah disuntikkan kedalam sel inang, DNA dari virus akan menonaktifkan DNA
sel inangnya dan kemudian mengambil alih kerja sel inang, lalu menggunakan
sel tersebut untuk memperoleh energi dalam bentuk ATP untuk melanjutkan
proses reproduksinya.DNA dari virus, akan menjadikan sel inang sebuah tempat
pembentukan virus baru, kemudian DNA akan mengarahkan virus untuk
menghasilkan protein dan mereplikasi DNA virus untuk dimasukkan ke dalam
virus baru yang sedang dibuat.Molekul-molekul protein (DNA) yang telah
terbentuk kemudian diselubungi oleh kapsid, kapsid dibuat dari protein sel inang
dan berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus.
Lisis
Tahap lisis terjadi ketika virus-virus yang dibuat dalam sel telah matang. Ratusan
virus-virus kemudian akan berkumpul pada membran sel dan menyuntikkan
enzim lisosom yang menghancurkan membran sel dan menyediakan jalan keluar
untuk virus-virus baru. Sel yang membrannya hancur itu akhirnya akan mati dan
virus-virus yang bebas akan menginvasi sel-sel lain dan siklus akan berulang
kembali.
SIKLUS LISOGENIK
Siklus lisogenik dalam virologi merupakan siklus reproduksi virus selain siklus
litik. Tahapan dari siklus ini hampir sama dengan siklus litik, perbedaannya yaitu
sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus. Tahap
penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus.Siklus lisogenik secara
umum mempunyai tiga tahap, yaitu adsorpsi dan penetrasi, penyisipan gen virus
dan pembelahan sel inang.
Virus menempel pada permukaan sel inang dengan reseptor protein yang
spesifik lalu menghancurkan membran sel dengan enzim lisozim, virus
melakukan penetrasi pada sel inang dengan menyuntikkan materi genetik yang
terdapat pada asam nukleatnya kedalam sel.
Asam nukleat dari virus yang telah menembus sitoplasma sel inang kemudian
akan menyisip kedalam asam nukleat sel inang, tahap penyisipan tersebut
kemudian akan membentuk provirus (pada bakteriofage disebut profage).
Sebelum terjadi pembelahan sel, kromosom dan provirus akan bereplikasi.
Sel inang yang telah disisipi kemudian melakukan pembelahan, provirus yang
telah bereplikasi akan diberikan kepada sel anakan dan siklus inipun akan
kembali berulang sehingga sel yang memiliki profage menjadi sangat banyak.
Provirus yang baru dapat memasuki keadaan Litik dalam kondisi lingkungan yang
tepat tetapi kemungkinannya sangat kecil. Kemungkinan akan bertambah besar
apabila diberi agen penginduksi.
Virus berukuran amat kecil , jauh lebih kecil dari bakteri, yakni berkisar antara 20
m - 300m (1 mikron = 1000 milimikron). untuk mengamatinya diperlukan
mikroskop elektron yang pembesarannya dapat mencapai 50.000 X.
Virus hanya memiliki salah satu macam asam nukleat (RNA atau DNA)
Tubuh virus terdiri atas: kepala , kulit (selubung atau kapsid), isi tubuh, dan
serabut ekor.
Virus hanya dapat berkembang biak di sel hidup lainnya. Seperti sel hidup pada
bakteri, hewan, tumbuhan, dan sel hidup pada manusia.
Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih
(sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus
tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang
mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian
ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti
replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung
ADN virus ikut mengalami replikasi.
Virus herpes
Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin
menjadi mARN.
Virus influenza
Siklus replikasi virus influenza hampir sama dengan siklus replikasi virus herpes.
Hanya saja, pada virus influenza materi genetiknya berupa rantai tunggal ARN
yang kemudian mengalami replikasi menjadi mARN.
Paramyxovirus
Paramyxovirus adalah semacam virus ARN yang selanjutnya mengalami replikasi
menjadi mARN. Paramyxovirus merupakan penyebab penyakit campak dan
gondong
Pada umumnya virus bersifat rnerugikan. Virus sangat dikenal sebagai penyebab
penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Sejauh ini tidak ada
makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus menyerang
sel-sel tertentu dari inangnya. Virus dapat menginfeksi tumbuhan, hewan, dan
manusia sehingga menimbulkan penyakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Struktur dan anatomi virus. Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik
tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid. Virus merupakan
organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron.
Virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap
paling efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh
terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi
virus. Selain itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah
suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.
http://www.e-sbmptn.com/2014/11/makalah-biologi-sma-tentang-virus.html#
Sebagian besar plasmid memiliki struktur sirkuler, namun ada juga plasmid
linear yang dapat ditemukan pada mikroorganisme tertentu, seperti Borrelia
burgdorferi danStreptomyces.[2] Plasmid ditemukan dalam bentuk DNA utas
ganda yang sebagian besar tersusun menjadi superkoil atau kumparan terpilin.
[3] Struktur superkoil terjadi karenaenzim topoisomerase membuat sebagian
DNA utas ganda lepas (tidak terikat) selama replikasi plasmid berlangsung.
[3] Struktur superkoil akan menyebabkan DNA plasmid berada dalam konformasi
yang disebut lingkaran tertutup kovalen atau covalently closed circular (ccc),
namun apabila kedua utas DNA terlepas maka akan plasmid akan kembali dalam
keadaan normal (tidak terpilin) dan konformasi tersebut disebut sebagai open
circuler (oc).[3]
Penemuan akan plasmid telah dimulai sejak tahun 1887, ketika Robert
Koch mempublikasikan penelitiannya tentang bakteri Bacillus anthracis sebagai
penyebab penyakitantraks.[4] Sekitar 100 tahun kemudian, para ilmuwan
menemukan bahwa bakteri tersebut memiliki 2 plasmid yang merupakan faktor
virulensi penyebab antraks.[4] Keyakinan akan keberadaan DNA plasmid berhasil
dibuktikan oleh J. Lederberg dan dan W. Hayes pada tahun 1950-an.[4] Kedua
ilmuwan tersebut berhasil menyelidiki tentang
peristiwakonjugasi pada Escherichia coli yang melibatkan plasmid.[4] Tidak
beberapa lama setelah itu, plasmid terbukti merupakan DNA ekstrakromosomal
yang menyebabkan resistensiantibiotik pada golongan bakteri enterik dan dapat
ditransmisikan antarsel[4]. Sejak saat itu, beberapa laboratorium mulai
membuat plasmid yang dapat ditransfer ke sel hidup, seperti sel bakteri dan
tanaman.[4]
Dewasa ini, plasmid telah diproduksi secara komersil oleh sejumlah perusahaan
untuk digunakan sebagai vektor kloning[5]. Agar dapat digunakan
sebagai vektor kloning, plasmid harus memiliki beberapa kriteria, yaitu
berukuran kecil, relatif memiliki jumlah salinan yang tinggi (high copy number),
memiliki gen penanda seleksi dan gen pelapor, serta memiliki situs
pemotongan enzim restriksi untuk memudahkan penyisipan DNA ke dalam
vektor plasmid[5].
Pada awalnya penamaan plasmid didasarkan pada sifat fenotipe yang dikodekan
oleh DNA plasmid tersebut.[6] Contohnya plasmid ColE1 yang berasal dari E.
coli dapat menyandikan bakteriocin colicin.[6] Banyaknya laboratorium ataupun
institusi yang membuat plasmid kloning membuat sistem penamaan tersebut
berubah. Untuk standardisasi penulisan plasmid, digunakan huruf "p" yang
diikuti oleh inisial huruf kapital dan angka[6]. Huruf kapital diambil dari
nama institusi atau laboratorium tempat plasmid tersebut berasal ataupun dari
nama penemu plasmid tersebut[6]. Sedangkan, angka yang ada merupakan
kode antara dua laboratorium tempat plasmid tersebut dibuat[6].
Contohnya:pBR322, "p" menyatakan plasmid, BR
merupakan laboratorium tempat plasmid tersebut pertama kali dikonstruksi (BR
dari Bolivar dan Rodriguez, perancang plasmid tersebut), sedangkan 322
menyatakan di laboratorium mana plasmid ini dibuat, banyak pBR lainnya
seperti pBR325, pBR327, dll.[6]
Untuk mencegah pembuang plasmid dari sel yang tidak lagi membutuhkannya,
terdapat beberapa mekanisme yang sudah diketahui.[4] Salah satunya adalah
beberapa plasmid menyandikan protein yang dapat membunuh sel yang
membuangnya.[4] Mekanisme ini disebut ketergantungan plasmid (plasmid
addiction) yang diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan aksi yang
dilakukan protein antitoksin yang disandikan plasmid.[4] Ketiga jenis aksi
tersebut adalah berinteraksi dengan toksin, melindungi target yang akan
diserang toksin, dan menghambat ekspresi toksin tersebut.[4]
https://id.wikipedia.org/wiki/Plasmid
Vektor merupakan molekul DNA yang membawa suatu DNA asing kedalam sel
inang, dengan harapan sifat yang ada pada DNA asing tersebut dapat terekspresi
dalam sel inang. Salah satu vektor yang bisa digunakan untuk membawa
molekul DNA asing masuk dalam sel inang adalah plasmid. Plasmid digunakan
untuk melakukan rekayasa pada berbagai organisme yang tidak bisa diperoleh
secara alami. Rekayasa ini dilakukan pada tingkat genetik sehingga disebut
sebagai rekayasa genetika.
4. memiliki titik awal replikasi sehingga dapat melakukan replikasi dalam sel
inang
1. plasmid untuk kloning prokariot, sebagai contoh adalah plasmid pUC 19 dan
pBR 322
B. Kegunaan Plasmid
Plasmid digunakan sebagai vektor dalam rekayasa genetika. Dalam hal ini
plasmid digunakan untuk membawa suatu rangkaian fragmen DNA asing masuk
dalam sel inang dengan harapan plasmid rekombinan itu mengalami replikasi
dan mengekspresikan sifat baru pada DNA asing tersebut, sehingga sifat yang
diinginkan dapat diperoleh dari plasmid rekombinan tersebut.
1. penentuan terlebih dahulu jenis plasmid yang hendak digunakan sebab ada
beberapa jenis plasmid seperti pBR 322 dan pUC19 yang bisa digunakan untuk
prokariot dan plasmid Ti yang bisa digunakan untuk organisme eukariot
5. plasmid siap disambungkan dengan DNA asing yang memiliki sifat tertentu, yang
telah dipotong juga dengan enzim restriksi yang sama dengan pemotong
plasmid
Perbedaan antara hasil pemotongan yang berupa sticky end dan blunt end
dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini.
3. Penggunaan ligasi DNA ini mengkatalis ikatan fosfodiester antara kedua ujung
DNA sehingga kedua fragmen DNA yang berupa potongan bisa bersatu menjadi
satu.
Gambar struktur enzim ligase dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini :
3. pemotongan DNA asing dengan sifat yang dibutuhkan dengan enzim restriksi
semisal dari E. coli
G. Plasmid Ti
Gambar. Plasmid Ti