Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
tidak terputus-putus, tidak terlalu tebal dan pewarnaan yang
baik.
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah
3
menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu
dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu
darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah
aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui
saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah
kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava
superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan
bahan sisa metabolisme, obat- obatan dan bahan kimia asing ke
hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
Komposisi
4
Pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi),
hormon, berbagai jenis protein, berbagai jenis garam.
5
Natriumsitrat dalam larutan 3,8%, yaitu larutan yang
isotonic dengan darah. Dapat dipakai dalam beberapa macam
percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah cara
westergren.
Campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat menurut Paul dan
Heller yang juga dikenal sebagai campuran oxalate seimbang.
Dipakai dalam keadaan kering agar tidak mengencerkan darah
yang diperiksa.
Jika memakai amoniumoxalat tersendiri eritrosit membengkak,
dan jika kaliumoxalat tersendiri menyebabkan eritrosit
mengerut.campuran kedua garam itu dalam perbandingan 3 : 2
tidak berpengaruh terhadap besarnya eritrosit (tetapi
berpengaruh terhadap morfologi leukosit). Larutan pokok :
amoniumoxalat 12 g, kaliumoxalat 8 g, aquadest ad 1000 ml.
botol atau tabung diisi dengan 0,2 atau 0,5 ml larutan itu,
kemudian dikeringkan pada suhu kurang dari 70 derajat Celcius.
Ke dalam botol tersebut kemudian dimasukkan 2 atau 5 ml darah
untuk pemeriksaan hematologi.
6
Sediaan apus darah (sediaan apus darah tepi / preparat darah)
adalah salah satu teknis pemeriksaan sel-sel darah
menggunakan mikroskop. Pemeriksaan sediaan darah umumnya
digunakan untuk membantu pemeriksaan kelainan darah dan
juga infeksi parasit, seperti malaria.
Pembuatan preparat sediaan apus darah adalah untuk
menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit,
leukosit, trombosit dan mencari adanya parasit seperti
malaria, microfilaria dan lain sebagainya. Bahan pemeriksaan
yang digunakan biasanya adalah darah kapiler tanpa
antikoagulan atau darah vena dengan antikoagulan EDTA dengan
perbandingan 1 mg/ cc darah.
Ciri sediaan apus yang baik :
a. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek,
panjangnya1/2 sampai 2/3 panjang kaca.
b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa,
pada bagian itu eritrosit tersebar rata berdekatan dan
tidak saling bertumpukan.
c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-
garis.
d. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada
pinggir atau ujung sedimen.
7
Zona V :even zona, tidak berdasarkan, tidak bertumpukan,
regular, rata, bentuk utuh, 11%
Zona VI : sangat tipis, lebih longgar dan jarang, 9%
Bahan
Darah tanpa antikoagulan (darah vena atau kapiler), bila
darah kapiler digunakan maka tempak jelas agregasi
trombosit, sedangkan pada darah vena terdapat agregasi
ringan
Darah dgn antikoagulan (EDTA), chelasi kalsium sehingga
mencegah agregasi trombosit dan trombosit akan
tersebar merata
Antikoagulan
K2EDTA : direkomendasikan oleh ICSH (International
Committee for Standardization in Haematology) : 1,5-2,2
mg/mL
K3EDTA : ukuran sel mengecil = hematokrit rendah
Na2EDTA : kurang larut dibandingkan garan kalium
EDTA yg berlebihan mempengaruhi morfologi sel saat
pewarnaan
Alat
Gelas obyek
Kaca penghapus
Cara Pembuatan
1. Wedge spread film : hapusan manual diatas gelas
obyek
Gelas obyek harus bersih dan bebas minyak
Spreader untuk membuat hapusan ukurannya lebih
sempit dibandingkan ukuran slide
Teteskan satu tetes darah didekat ujung slide
Letakkan spreader dgn sudut 25-30 di depan
tetesan darah
8
Dorong spreader kebelakng kemudian hapuskan ke
depan dengan halus dan cepat sehngga terbentuk
hapusan tipis menyebar di atas gelas obyek
Keringkan di udara kemudian difiksasi dgn metanol
absolut selama 10-20 menit kemudian diwarnai
2. Hapusan otomatis
Hapusan cara Wedge dapat dilakukan dengan spreader
mekanik yang diintegrasikan dalam mesin pewarnaan
atau automated full blood counter
3. Hapusan dari darah dgn Ht tinggi
Bila Ht>60%, Hb>20g/dL sulit untuk membuat sediaan
hapus yang baik sehingga untuk pembuatan sediaan;
campurkan setetes darah dengan setetes saline fisiologis
atau plasma darah gol AB untuk menurunkan viskositas
sehingga dapat dibuat sediaan hapus yang baik
4. Buffy coat film
Digunakan untuk mengkonsentrasikan sel yang berinti
(misalnya pada jumlah lekosit yang rendah). Darah
dengan antikoagulan disentrifugasi kemudian diambil
buffy coatnya (setetes) dan dicampur dgn setetes plasma
EDTA autolog dan dilakukan hapusan seperti biasa
Prinsip Pewarnaan
Prinsip pewarnaan Romanowsky:
Basic dye atau cationic dye (spt Azure B) : biru atau biru
violet, mewarnai asam nukleat (berikatan dgn phosphat
dari DNA dan RNA), nukleoprotein, granula basofil, dan
berikatan secara lemah dgn granula netrofil
Acidic dye atau anionic dye (seperti eosin) : merah atau
orange, hemoglobin, granula eosinofil, dan juga berikatan
dgn protein inti kationik (mewarnai inti)
Reagen:
a. Metanol absolut untuk fiksasi
9
b. Pewarnaan Romanowsky :
- MGG (May Grunwald Giemsa)
- Wright
- Wright Giemsa
c. Bufer fosfat (pH 6,4)
Cara Pembuatan:
1. Dilakukan fiksasi dgn metanol absolut selama 10 menit
2. Teteskan wright diatas hapusan sehingga seluruh hapusan
tertutup merata minimum 1 menit
3. Teteskan buffer phosphat dlm jumlah yang sama pada
sediaan dan diamkan selama 4-6 menit
4. Dicuci dgn air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna
dan bersihkan bagian belakang slide
5. Keringkan di udara
10
Kelainan morfologi eritrosit
Eritrosit normal berukuran 6-8 um. Dalam sediaan apus, eritrosit
normal berukuran sama dengan inti limposit kecil dengan area
ditengah berwarna pucat. Kelainan morfologi eritrosit berupa
kelainan ukuran (size), bentuk (shape), warna (staining
characteristics) dan benda-benda inklusi.
Kelainan ukuran eritrosit :
1. Mikrosit
Sel ini dapat berasal dari fragmentasi eritrosit yang normal
seperti pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik dan dapat
pula terjadi pada anemia defisiensi besi.
2. Makrosit
Makrosit adalah eritrosit yang berukuran lebih dari 8 um. Sel ini
didapatkan pada anemia megaloblastik.
3. Anisositosis
Anisositosis tidak menunjukkan suatu kelainan hematologik yang
spesifik. Keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan
ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apus darah tepi.
Anisositosis jelas terlihat pada anemia mikrositik yang ada
bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
11
(Na2S2O5 atau Na2S2O3). Hal ini terutama dilakukan pada
penyakit sel sabit heterozigot.
f. Krenasi
Sel seperti ini merupakan artefak, dapat dijumpai dalam
sediaan apus darah tepi yang telah disimpan 1 malam
pada suhu 200 C atau eritrosit yang berasal dari
washed packed cell
g. Sel Burr
Sel ini adalah eritrosit yang kecil atau
fragmentosit yang mempunyai duri satu atau lebih pada
permukaan eritrosit.
h. Akantosit
Sel ini disebabkan oleh metabolisme fosfolipid dari
membran eritrosit. Pada keadaan ini tepi eritrosit
mempunyai tonjolan-tonjolan berupa duri.
i. Tear drop cells
Eritrosit yang mempunyi bentuk seperti tetesan air mata.
j. Poiklositosis
Poiklositosis adalah istilah yang menunjukkan bentuk
eritrosit yang bermacam-macam dalam sediaan apus darah
tepi.
k. Rouleaux atau auto aglutinasi
Reuleaux tersusun dari 3-5 eritrosit yang membentuk
barisan sedangkan auto aglutinasi adalah keadaan dimana
eritrosit bergumpal.
Hipokrom
12
Eritrosit yang tampak pucat. Eritrosit hipokrom disebabkan
kadar hemoglobin dalam eritrosit berkurang.
Polikrom
Eritrosit polikrom adalah eritrosit yang lebih besar dan
lebih biru dari eritrosit normal. Polikromasi suatu keadaan
yang ditandai dengan banyak eritrosit polikrom pada
preparat sediaan apus darah tepi, keadaan ini berkaitan
dengan retikulositosis.
13