Вы находитесь на странице: 1из 2

Hari Pertama

Selama Sekolah Menengah Pertama Mea selalu dikomentari oleh kakaknya. Dia
merasa tidak nyaman dengan semua komentarnya, tetapi dia merasa senang
selama sekolah berangkatnya selalu dianter oleh kakaknya. Dia selalu ingin cepat
cepat dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas.
Setelah impian selama 3 tahun itu terlaksana, memakai seragam putih abu abu.
Mea tak puas puas memandang dirinya dalam cermin. Beda jauh berbeda
gumamnya dalam hati. Lebih dewasa dan pastinya lebih gaya. Mea merapikan jepit
rambut di atas kupingnya. Tersenyum dalam berbagai gaya. Untuk kemudian
memilih senyum mana yang paling pas untuk wajahnya. Ini penting, menurutnya.
Sebab tak lama lagi, banyak cowo yang akan mengajak kenalan. Dan senyum itu
penting untuk kesan pertama.
Mea untuk sekian kalinya merapikan lipatan bajunya. Hmm, mulai hari ini dengan
seragam baru ini, Rio kakaknya tidak bisa lagi protes macam macam. Tadinya kan
Rio selalu menjadi oang pertama yang mengomentari penampilannya. Yang ngga
pantes lah anak SMP pakai baju model ini, model tu. Engga pantes pecicilan yang
geni lah, yang sok tua lah. Pokoknya, menjadi anak SMP, yang ternyata banyak
pantangan yang tdak boeh dilakuin. Dan hari ini.....hore ! selamat tinggal rok biru.
Selamat tinggal komentar komentar yang ngeselin dari Rio bebas ! Merdeka !
Dengan hati berbunga bunga Mea keluar dari kamarnya waktu telah menunjukan
pukul 06.20. jarak dari rumah ke sekolah, dalam hitungan Mea paling 20 menit atau
sekitar jaraknya 12 km. Bisa lebih cepat kalau Rio naik motornya ngebut. Masih
belum terlambat. Toh peraturannya selambat lambatnya siswa baru harus kumpul
pukul 06.45. Mea heran hanya mamah yang ada di dalam ruang keluarga
Berangkat jam berapa? Nanti terlambat lho? Tegur mamah.
Tenang aja, mah. Masih cukup kok waktunya. Kak Rio mana? Tanya Mea sambil
mengambil potongan roti di meja.
Masih di kamarnya. Jawab mamah
huhh....lelet banget ? gerutu Mea. Lalu meuju ke kamar Rio. Mengetuk pintu
dengan tak sabar. Tak lama kemudian, dengan mata masih setengah tertutup, Rio
membuka pintu kamarnya.
Ada apa sih? kata Rio
Aduh.....pakai nanya segala. Udah jam berapa nih? Bisa terlambat deh, Mea protes
Terlambat????Siapayang terlambat? Entah pura pura atau beneran, wajah Rio
terlihat heran.
Kakak gimana sih?ini kan hari pertama aku masuk sekolah. Jangan pura pura ngga
tau deh.
Terus apa hubungannya dengan aku? kata Rio
Apa hubungannya? Iya anterin Mea ke sekolah dong. Jawab Mea
Males ahh. Ingat ya, kamu sekarang sudah SMA. Engga pantes lagi di anter anterin
belajar mandiri dong ! . Jawab Rio
Tapi...... kata Mea
Engga pakai tapi tapian. Jalan sendiri sana. Masih ngantuk nih. Setelah
mengucapkan itu, Rio bersiap untuk menutup pintunya kembali. Namun, Mea
menahan dengan tubuhnya.
Please dong, kak please..... waktunya engga cukup kalau berangkat sendiri.
Rengek Mea manja.
Salah sendiri, pokoknya ingat nih ya mulai hari ini engga ada lagi tuh yang
namanya dianter anterin. Ke sekolah kek, ke rumah teman teman kek, harus bisa
sendiri. Kan suda SMA. Jadi, aku bebas. Be baaas. Dengan satu sentakan Rio
menutup pintu kamar.
Mea menghentak hentakan kakinya. Kesal ingin teriak, ingin marah marah ataupun
ingin nangis. Rio keterlaluan. Sudah engga sayang lagi sama adeknya. Sudah.....ah,
Mea tidak bisa melukiskan lagi perasaanya dan prasangkanya. Yang dirasa, Cuma
ada rasa panas dan cairan panas yang menggumpal di sudut matanya.
Kak Rio keterlaluan, hanya itu yang terucap ketka berhadapan dengan mamah.
Ada apa lagi sih? Tanya mamah, heran.
Kak Rio engga mau nganterin ke sekolah,dengan kesal Mea mengatakannya.
Mau pakai taksi persediaan uangnya takut engga cukup. Dan waktu sudah
menunjuka pukul 06.40. Takut rasanya dia pasti terlambat. Dan sebagai anak baru,
terlambat bisa jadi bencana besar.
Akhirnya dengan berat hati Mea naik ojeg. Itu pun ternyata tak menolong. Dia tetap
terlambat, semua siswa sudah berkumpul di lapangan mendengarkan pengarahan
Kepala Sekolah. Ketika dia sampai semua mata siswa senior sepertinya terarah
padanya. Dia mencoba tersenyum terarah padanya. Dia tetap mencoba tersenyum
ketika melewati serombongan siswa senior, namun balasnya sungguh luar dugaan.
Jangan senyum senyum. Kaya kecakepan saja. Udah datang terlambat, genit lagi.
Awas loe nanti gue bikin nangis. Bentak salah seorang siswa senior.
Hati Mea langsung ciut. Semua bayangan indah tentang hari pertama dia di SMA
mendadak buyar. Hari pertama ini seperti mimpi buruk baginya.

Вам также может понравиться