Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
CA KULIT
A. PENGERTIAN
Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia
dari lingkungan hidup sekitar (Budimulya, 2005). Seperti organ tubuh lain pada
umumnya, kulit juga tersusun dari jutaan sel.2 Normalnya, sel-sel di dalam tubuh akan
membelah lebih cepat pada masa pertumbuhan, sedangkan pada masa dewasa sel akan
lebih banyak membelah untuk menggantikan sel-sel yang mati atau untuk memperbaiki
kerusakan jaringan (Marija, 2008)
Sel kanker terjadi akibat kerusakan dari DNA. Sel kanker akan terus tumbuh
dan membelah menjadi sel yang abnormal dan juga dapat meluas ke jaringan yang
normal (metastasis). Kanker pada kulit merupakan tiga serangkai keganasan pada
umumnya yang sering ditemukan di Indonesia selain kanker serviks dan kanker
payudara, oleh karena itu pengetahuan yang lebih dalam mengenai epidemiologi,
etiologi, perkembangan penyakit, dan pengobatan diperlukan agar insiden yang terjadi
tidak semakin tinggi di kemudian hari (Marija, 2008)
Kanker kulit adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh berubahnya sifat-sifat
penyusun sel kulit yang normal menjadi ganas, dimana sel-sel akan terus membelah
menjadi bentuk yang abnormal secara tidak terkontrol akibat kerusakan DNA.1,2,3 Bila
dilihat dari segi histopatologik memiliki struktur yang tidak teratur dengan diferensiasi
sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus, dan sitoplasma (Budimulya,
2005).
B. KLASIFIKASI
Kanker kulit memiliki tiga tipe utama yaitu :
Karsinoma Sel Basal (Basalioma) adalah tipe kanker kulit terbanyak, bersifat
local invasif, jarang bermetastasis namun tetap memiliki peluang untuk menjadi
maligna karena dapat merusak dan menghancurkan jaringan sekitar.3,4 Karsinoma
Sel Basal muncul akibat radiasi sinar ultraviolet, biasanya di bagian wajah.3
Karsinoma Sel Basal jarang menyebabkan kematian serta mudah diterapi dengan
pembedahan maupun radiasi
Karsinoma sel skuamosa adalah tipe kedua terbanyak setelah Karsinoma Sel
Basal, berasal dari sel skuamosa pada lapisan epidermis kulit. Karsinoma Sel
Skuamosa bermetastasis lebih sering dari Karsinoma Sel basal, namun angka
metastasisnya tidak terlalu tinggi kecuali pada telinga, bibir, dan pasien
imunosupresi.
3. Melanoma Maligna
( Mortont, 2008)
C. ETIOLOGI
Secara umum, kanker kulit memiliki banyak resiko yang potensial, antara lain :
1. Terpapar oleh radiasi sinar ultraviolet secara berlebihan (baik Ultraviolet A maupun
Ultraviolet B).
2. Luka yang lama tidak sembuh (chronic non-healing wounds), khususnya luka
bakar,diantaranya adalah Marjolins ulcer yang bisa berkembang menjadi Karsinoma
Sel Skuamosa.
3. Predisposisi genetik termasuk. Tahi lalat berukuran lebih besar dari 20 mm beresiko
tinggi berekmbang menjadi kanker.
( Brannont, 2007 )
D. PATOFISIOLOGI
Kanker kulit atau skin cancer berawal dari tumor jinak ( tahi lalat, kista dll ) dan
tumor ganas ( kanker ). Diantaranya ada keadaan yang disebut prakanker, yaitu penyakit
kulit yang dapat berubah menjadi ganas atau kanker kulit. Misalnya kemerahan karena
terkena arsen atau matahari, jaringan parut menahun, beberapa jenis benjolan yang
membesar perlahan, penyakit kulit karena penyinaran, beberapa jenis tahi lalat, bercak
keputihan dirongga mulut atau lidah dan kemaluan, tahi lalat besar yang sudah ada
sejak lahir dan lain-lain. Disamping itu terdapat juga keadaan yang disebut
genodermatosis, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh karena kelainan gen yang
dihubungkan dengan keganasan. Contohnya penyakit xeroderma pigmentosum.
Biasanya, sel kulit di dalam epidermis membahagi dengan teratur dan terkawal.
Sel baru lazimnya menolak sel lama ke permukaan luar kulit di mana sel lama ini
akan mati. Proses ini dikawal oleh DNA. Kanser kulit berlaku kerana terdapat gangguan
kepada proses ini di mana sel membahagi tanpa had dan membentuk ketumbuhan besar.
Keadaan-keadaan tersebut diatas ada kaitannya dengan kanker kulit.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi. Jika perlu dilakukan CT-scan
2. Biopsi insisi atau eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis
3. Radiologi, seperti X-foto toraks, X-foto tulang di daerah lesi dan CT-Scan/ MRI atas
indikasi.
4. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi, terdiri dari:
a. Lesi < 2 cm dilakukan biopsi eksisional
b. Lesi > 2 cm dilakukan biopsi insisional
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit kanker
kulit yaitu pembedahan, kemoterapi dan terapi biologis.
1. Pembedahan
Ahli bedah biasanya akan mengangkat lesi ditambah batas-batas
jaringan normal sekitarnya untuk mencegah berkembangnya kembali tumor.
Satu margin 1-2 cm sekeliling melanoma dipertimbangkan secara adekuat
untuk melanoma dengan ketebalan kurang dari 3mm. Lesi-lesi dengan
kedalaman lebih dari 1 mm tetapi kurang dari 3mm ditangani melalui
pembedahan dengan kesembuhan kira-kira 70-80%. Lesi dalam lebih dari 3
mm kemungkinan akan mengalami kekambuhan sekitar 40-50%. Batas-batas
reseksi sekeliling melanoma yang dalam ini biasanya direkomendasikan
menjadi paling sdikit 2-3cm. Terapi radiasi merupakan bentuk pengobatan
lainnya dengan penggunaan energi sinar X dosis tinggi, kobalt, electron atau
sumber-sumber radiasi lainnya untuk menghancurkan atau membunuh sel-sel
melanoma.
2. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah secara topikal, dimana agen-agen tersebut diberikan secara langsung
ada lesi. Agen-agen yang digunakan meliputi 5-fluorourasil atau psorelen.
Obat-obat yang paling umum digunakan untuk ini meliputi melpalan,
dakarbazasin ( DTIC) dan sisplatin. Cara yang dilakukan dalam memberikan
kemoterapi adalah secara sistemik. Saat ini, kemoterapi sistemik belum apat
membuktikan efektivitasnya dalam mencegah kambuhnya penyakit pada
pasien dengan jenis kanker fase dini. Tapi biasanya digunakan pada orang
pada penyakit yang menyebar secara luas.
3. Terapi Biologis
Terapi biologis juga disebut bioterapi atau immunoterapi. Bekerja baik
secara langsung ataupun tidak langsung melawan kanker dengan mengubah
cara-cara tubuh untuk bereaksi terhadap kanker. Bentuk umum dari bioterapi
di bawah penyelidikan untuk melanoma meliputi paksin, injeksi bskterium
yang diketahui sebagai BSG (basilus calmeete Guerin) dan penggunaan
interperon, interleunkin dan antibiotic monoclonal. Vaksinasi tersebut dibuat
dari melanoma yang diradiasi dan di nonaktifkan. Diharapkan vaksin-vaksin
tersebut akan mensintesis sistem imun untuk mengenal melanoma dan oleh
karenanya akan meningkatkan kemampuan system untuk menghancurkan
melanoma tersebut.
Injeksi BSG mempengaruhi stimulasi non spesifik dari system imun
dan sedang dipelajari sebagai terapi untuk pasien-pasien fase awal.
Diharapkan bahwa bahwa injeksi BSG secara langsung ke dalam metastase
nodul-nodul subkutan dapat menyebabkan regresi lesi. Penatalaksanaan
karsinoma ini bergantung pada lokasi tumor, tipe sel (lokasi dan kedalaman),
sifat-sifat yang invasif atau tidak anvasif dan ada tidaknya kelenjar limfe
yang mengalami metastase, tindakannya adalah sebagai berikut:
a. Eksisi Bedah
Tujuannya untuk mengangkat keseluruhan tumor.
b. Pembedahan mikrografik
Merupakan metode untuk mengangkat lesi kulit yang maligna.
c. Bedah Elektro
Merupakan teknik penghancuran atau penghilangan jaringan
dengan menggunakan energi listrik.
d. Bedah Beku
Tujuannya menghancurkan tumor dengan cara dee freezing
(alat jarumtermokopel). Dilakukan setelah dikemoterapi.
e. Terapi Radiasi
Terapi ini sering dilakukan untuk kanker kelopak mata, ujung hidung dan
daerah di dekat struktur yang vital.
Berdasarkan klasifikasinya, penatalaksanaan kanker kulit yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
Pada saat dilakukan terapi kanker kulit, hendaknya pasien melakukan beberapa
tindakan sebagi berikut:
1. Hindari mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat-zat kimia.
2. Hindari segala bedak dan handbody lotion yang terbuat dari zat kimia.
3. Hindari terkena sinar matahari secara langsung diatas jam 9 pagi.
4. Minumlah suplemen yang mampu membersihkan kotoran yang melekat di
dinding usus (colon cleanshing). Dalam hal ini yang terbaik adalah kolak waluh
(labu parang) tanpa santan. Yang perlu diingat dalam mengkonsumsinya harus
ditambah air jeruk nipis. Minumlah 2 gelas sehari.
5. Buatlah suplemen yang banyak mengandung zat-zat anti oksidan, seperti juss
dari buah tomat sayur, buah anggur, buah wortel, dan taoge kacang hijau. Untuk
pembuatan juss, sebaiknya di blender selama 20 menit, jangan berhenti.
Tujuannya adalah agar ada injeksi oksigen ke dalam juss. Karena itu harus
langsung diminum habis, jangan dibiarkan lama karena oksigennya bisa
menguap lagi. Minumlah 2 gelas sehari.
6. Buatlah rebusan herbal yang banyak mengandung zat-zat anti oksidan. Herbal
ini antara lain daun benalu mangga, daun benalu teh, daun sukun, daun tapak
dara, daun mahkota dewa, temu putih.
7. Buatlah rebusan herbal yang lebih keras dari pada di atas. Bisa menggunakan
mahkota dewa, pace, jintan hitam. Minumlah 2 gelas sehari.
8. Buatlah bedak dari keladi tikus, ketela pohon tahunan yang beracun. Balurkan
bedak ini ke kankernya, 4 - 5 kali sehari.
9. Lakukanlah senam ayun tangan, 30 menit sehari.
H. PENCEGAHAN
1. Jangan mencoba berjemur untuk membuat kulit lekas berwarna coklat
kekuningan jika kulit mudah terbakar.
2. Hindari pajanan sinar matahari yang tidak diperlukan, khususnya ketika radiasi
sinar UV terjadi intensif antara pukul 10.00 15.00 WIB.
3. Jangan sekali-kali membiarkan kulit terbakar karena sinar UV.
4. Oleskan preparat tabir surya pelindung kulit jika harus berjemur di bawah terik
matahari. Preparat ini akan menghalangi pancaran sinar matahari yang
berbahaya.
5. Oleskan preparat tabir surya kembali sesudah terkena terik matahari dalam
waktu yang lama.
6. Gunakan pelembab bibir yang mengandung reparat tabir surya dengan angka
SPF tinggi.
7. Kenakan pakaian pelindung yang tepat (misalnya: topi, kemeja tangan panjang).
8. Jangan menggunakan lampu pemanas untuk membuat kulit berwarna cokelat
kekuningan.
I Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJAN
a. Identitas klien
nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, suku, pendidikan, agama, no CM,
diagnosa medis.
b. Identitas penanggungjawab
nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, pendidikan, hubungan
dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
Gejala pruritis, nyeri tekan dan rasa sakit yang bukan merupakan ciri khas nevus yang
benigna. Adanya perubahan yang terjadi pada nevus yang sudah ada sebelumnya atau
pertumbuhan lesi yang berpigmen.
3. Pemeriksaan Fisik
Kaca pembesar dan pencahayaan yang baik diperlukan dalam melakukan inspeksi kulit
untuk menentukan iregularitas dan perubahan pada nervus. Tanda-tanda yang menunjukkan
perubahan maligna mencakup berikut ini :
a. Warna yang bervariasi
warna yang dapat menunjukkan keganasan pada lesi yang coklat atau hitam adalah
bayangan warna merah, putih, dan biru; bayangan warna biru dianggap lebih
mengkhawatirkan.
Daerah-daerah putih dalam lesi yang berpigmen parlu dicurigai
Sebagian melanoma maligna tidak memiliki warna yang bervariasi tetapi sebaliknya
mempuntyai warna yang seragam (hitam kebiruan, kelabu kebiruan, merah kebiruan)
b. Tepi yang irreguler
identitas atau lekukan yang menyudut pada bagian tepi nevus harus dicatat
c. Permukaan yang irreguler
tonjolan permukaan yang tidak merata (topografi irreguler) dapat teraba atau terlihat.
Perubahan pada permukaan bisa licin hingga seperti sisik
sebagian melanoma noduler memiliki permukaan yang licin
Lokasi melanoma yang sering adalah kulit pada bagian punggung, tungkai (khususnya
wanita), antara jari-jari kaki dan pada kaki, muka, kulit kepala, jari-jari tangan serta bagian
dorsal tangan. Pada orang yang bekulit gelap, melanoma paling sering terdapat di tempat
yang tidak begitu mengandung pigmen seperti : telapak tangan, telapak kaki, daerah
sublingual dan membran mukusa.
Diameter nevus harus diukur karena umu
Peningkatan paparan
lingkungan patogen
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Imonusupresi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Ketidakadekuatan imum
buatan Monitor kerentanan terhadap infeksi
Tidak adekuat pertahanan Batasi pengunjung
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan Saring pengunjung terhadap penyakit menular
respon inflamasi)
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak Pertahankan teknik isolasi k/p
utuh, trauma jaringan,
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik) panas, drainase
Penyakit kronik Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong istirahat
1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.
2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat, jumlah
obat, efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.
6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan luka pada
luka post operasi
7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan pada
luka, panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.
8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada pasien
9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang tidak
wajar, seperti perdarahan, nyeri yang tidak tertahan dan keluhan seperti sebelum
pengobatan, segera periksa ke rumah sakit.
10. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas berat,
seperti mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
Prima Medika.
Unandar, Budi Mulya. 2005. Morfologi Dan Cara Membuat Diagnosis; Tumor Kulit. Dalam:
Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, penyunting. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-IV.Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
NR Telfer and C.A. Mortont. 2008.Guidelines For The Management of Basall Cell Carcinoma.
British Journal Of Dermatology.
Heather Brannon, MD. Basal Cell Carcinoma. Basic Information About Basal Cell Carcinoma.
Medical Review Board 1 Januari 2005 2008 [diakses 23 Maret 2015]; [1]: [3 screen].
Diunduh dari URL: http://dermatology.about.com/cs/bcc/a/bcc.htm
Stanganelli, Ignazio MD. 2010. Dermoscopy. Skin Cancer Unit 26 Februari diakses 23 Maret
2015]; [1]: [8 screen]. Diunduh dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1130783-overview