Вы находитесь на странице: 1из 34

Tugas:

HUKUM BISNIS

ASPEK HUKUM BISNIS JASA PERBANKAN

OLEH :

SAGITA INDAH CAHYANI

B1B516081

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MANAJEMEN KONSENTRASI PERBANKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI
2016
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peranan perbankan dalam suatu negara sangat dibutuhkan untuk mewujudkan situasi
ekonomi negara yang terbit dan dapat diatur oleh

1.2. Rumusan Masalah


1. Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
2. Apa pengertian hukum perbankan?
3. Apa sumber-sumber hukum perbankan?
4. Apa sifat dan tujuan hukm perbankan?
5. Apa saja jenis-jenis kelembagaan bank?
6. Apa asas-asas hukum perjanjian?
7. Apa membatalkan suatu perjanjian?
8. Bagaimana pelaksanaan suatu perjanjian?
9. Apa yang dimaksud wanprestasi dan apa akibat-akibatnya?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Adapun tujuan dan manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk.
2. Mengetahui dan memahami hukum perjanjian.
3. Mengetahui bagaimana hukum perjanjian tersebut dikatakan sah.
4. Mengetahui jenis-jenis perjanjian.
5. Mengetahui dan memahami asas-asas hukum perjanjian.
6. Mengetahui apa saja yang dapat membatalkan suatu perjanjian.
7. Mengetahui bagaimana pelaksanaan suatu perjanjian.
8.Mengetahui dan memahami apa itu wanprestasi dan akibatnya.
BAB II

POKOK PEMBAHASAN

Pengertian Dan Dasar Hukum Perbankan


- Pengertian Hukum Perbankan
- Sumber-Sumber Hukum Perbankan
- Fungsi dan Tujuan Perbankan

. -Asas-Asas Hukum Perbankan

Sistem dan Lembaga Keuangan


- Sistem Perbankan Nasional
- Jenis-Jenis Perbankan
- Lembaga Bukan Bank

Pendirian Dan Kepemilikan Bank


- Perizinan Pendirian Bank
- Badan Hukum Bank
- Sumber Dana Bank
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perbankan dan Bank

1. Perbedaan Perbankan dan Bank

Apabila berbicara tentang Lembaga Keuangan Bank, ada dua istilah yang perlu

dijelaskan lebih dahulu, yaitu Perbankan dan Bank. Perbankan diatur dalam

Undang-Undang No 7 Tahun 1992 juncto Undang-Undang No 10 Tahun 1998,

(UU Perbankan). Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No 10

Tahun 1998, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Pada angka (2) pasal tersebut ditentukan, bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa pengertian perbankan itu lebih

luas dibandingkan dengan pengertian bank. Pengertian perbankan merupakan

rumusan yang abstrak mencangkup 3 (tiga) aspek utama yaitu :

a. Kelembagaan bank;

b. Kegiatan usaha bank;


BAB IV

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dan Dasar Hukum Perbankan


2.1.1. Pengertian Hukum Perbankan
Hukum perbankan (banking law) adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
mengyangkut tentang bank, baik kelembagaan, kegiatan usaha, cara dan proses dalam
melaksakan usaha bank. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang fungsi
utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Ini berarti, kita akan
membicarakan peratutran hukum (norma hukum) dan asas-asas hukum, struktur hukum
dan budaya hukum yang mengatur segala seuatu yang menyangktu tentang bank.
Menurut muh
ammad Djumhana, hukum perbankan adalah sebagai kumpulan
peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala
aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang
kehidupan yang lain (Muhammad Dj
umhan, 1993:10). Sementara itu, Munir Puadi menyatakan, bahwa hukum yang mengatur
masalah perbankan disebut hukum perbankan (banking law), yakni seperangkat kaidah
hukum dalam peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dll sumber hukm,
yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatanya
sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku-perilaku
petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang
tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank,
eksistensi perbankan, dll yang berkenaan dengan dunia perbankan (Munir Puadi,
1999:14).
2.1.2. Sumber-Sumber Hukum Perbankan
Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan
sumber hukum dalam material. Sumber hukum dalam arti material adalah sumber hukum
yang menentukan isi hukum itu sendiri, dan itu tergantung dari sudut mana dilakukan
peninjauannya, apakah dari sudut pandang ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dsb.
Adapun hukum dalam arti formal adalah tempat diketemukannya ketentuan hukum dan
perundang-undangan (tertulis) yang mengatur mengenai perbankan. Dibawah ini
disebutkan berbagai peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur atau
yang berkaitan dengan masalah perbankan dan kebanksentralan, yang menjadi sumber
hukum perbankan yang berlaku dewasa ini, di antaranya yaitu :
1.Undang-Undangan Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 TahUN 1998 ( disebut Undang-Undang Perbankan
yang diubah ).
2.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
diubah pertama dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 dan terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 sebagaimana
telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 ( disebut UUBI )
3.Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang lalu lintas Devisa dan Sistem Nilai
Tukar.
4.Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
sebgaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undangan
Nomor 3 Tahun 2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor
Tahun 2009 ( disebut UULPS ).
5.Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
6.Burgerlijk Wetboek ( Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ), terutama ketentuan
dalam Buku II dan Buku III mengenai jaminan kebendaan dan perjanjian.
7.Wetboek Van Koophandel ( Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ), terutama
ketentuan dalam Buku I mengenai surat-surat berharga.
2.1.3. Fungsi dan Tujuan Perbankan
Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam Pasal 3 UU Perbankan yang
menyatakan bahwa Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai
Financial Intermediary perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of
funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of funds).
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata
berorientasi ekomomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang nonekonomis seperti
masalah menyangkut stabilitas nasionalyang mencakup antara lain stabilitas sosial dan
stabilitas politik. Secara lengkap hal ini diatur dalam Pasal 4 UU Perbankan yang
menyatakan bahwa
Perbankan Indo
nesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan, pertenbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesehjateraan rakyat.

2.1.4. Asas-Asas Hukum Perbankan


1. Asas Demokrasi Ekonomi
2. Asas Kepercayaan
3. Asas Kerahasiaan
4. Asas Kehatihatian
Adapun penjelasan keempat asas di atas adalah sebagai berikut :
1. ASAS DEMOKRASI EKONOMI
Yang mana dengan asas ini, tidak terjadi monopoli. Hal ini dikarenakan setiap
warganegara berhak untuk mendapat suatu hal yang sama.
2. ASAS KEPERCAYAAN
Asas ini merupakan tulang punggung dari suatu bank yang dapat mendukung
kemajuan bank. Dengan kokohnya kepercayaan yang diterima oleh bank dari
masyarakat, maka akan dapat memberikan eksistensi dan value yang baik terhadap
bank tersebut.
3. ASAS KERAHASIAAN
Asas ini merupakan asas yang digunakan untuk melindungi para nasabah yang
beritikad baik. Artinya para nasabah akan dijamin privasinya, misalnya berkenaan
dengan identitas ataupun hal hal lainnya yang bersifat pribadi, maka oleh bank
hal hal yang pribadi tersebut akan dijaga dengan baik.
4. ASAS KEHATI HATIAN (PRUDENTIAL)
Tentunya bahwa bank sebagai lembaga yang mengelola uang nasabah, diharapkan
oleh nasabah itu pula bahwa bank dapat mengelola uang yang disimpan secara
baik dan hati hati. Ketika hal ini dapat dilakukan dengan baik oleh pihak bank,
maka bukan tidak mungkin akan dapat meningkatkan kepercayaan nasabah
terhadap bank yang digunakan untuk menyimpan uangnya tersebut. Asas asas
hukum perbankan yang telah dikemukakan di atas masih bersifat abstrak. Nah,
oleh karena itu menjadikan asas asas tersebut menjadi konkrit, maka
diwujudkanlah melalui hukum positif, yaitu melalui peraturan Per UU an.

2.2 Sistem dan Lembaga Keuangan


2.2.1 Sistem Perbankan Nasional
Sistem Perbankan Nasional adalah national banking system yaitu sistem yang
mengatur mengenai segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara
keseluruhan; di Indonesia ketentuan mengenai perbankan nasional terakhir diatur dalam
UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan dan UU.No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan
atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan; perbankan Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat
banyak; menurut jenisnya, bank di Indonesia terdiri atas bank umum dan bank
perkreditan rakyat.
2.2.2 Jenis-Jenis Perbankan
Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat

Bank Umum
Dari segi kepemilikannnya, Bank Umum dapat dibedakan lebih lajut sebagai berikut :
1.Bank Umum Milik Negara
Bank umum milik negara didirikan denngan undang-undang dimana seluruh modalnya
merupakan kekayaan negara. Sebelum lahirnya undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, telah didirikan
bebrapa bank umum milik negara yaitu:
Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO), yang didirikan dengan peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1960;
Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 1946), yang didirikan dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 1968;
Bank Dagang Negara (BDN), yang didirikan dengan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1968;
Bank Bumi Daya (BBD), yang didirikan dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 1968;
Bank Tabnungan Negara (BTN), yang didirikan dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 1968;
Bank Rakyat Indonesia (BRI), ynag didirikan dengan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 1968;
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 19992, kemudian diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,bentuk hukum dari bank-banku umum milik
negara itu harus menyesuaikan diri dengan bentuk hukum bank yang telah diatur
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Penyesuaian bentuk bank milik negara itu
menjadi perusahaan persero (PT Pesero) dilakukan dengan peraturan pemerintah, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum
Bank Negara Indonesia 1946 Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 39);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum
Bank Rakyat Indonesia Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 41);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum
Bank Tabungan Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 44)

2.Bank Pembangunan Daerah


Bank pembangunan daerah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki
oleh Pemerintah Daerah Provinsi.

Bank BPD Aceh (Banda Aceh)


Bank Sumut (Medan)
Bank Nagari (Padang)
Bank Kepri (Pekanbaru), dahulu dikenal sebagai Bank Riau
Bank Jambi (Jambi) ,
Dll
3.Bank Umum Koperasi
Bank umum koperasi adalah bank yang modalnya berasal dari simpanan anggota atau
badan hukum koperasi. Pendirinya selain mengikuti Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, juga
mengikuti ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian. Bank Bukopin (sebelumnya bernama Bank Umum Koperasi Indonesia
pada 1970 sampai 1989) adalah bank swasta kelas menengah di Indonesia dan
memfokuskan bisnis intinya pada 4 sektor, yaitu UKM, mikro, konsumer, dan komersial.

4.Bank Umum Swasta Nasional


A.Bank Umum Swasta Nasional Devisa Bank Umum Swasta Nasional Devisa adalah
Bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing dan dapat
melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas. Berikut daftar bank
umum swasta nasional devisa di Indonesia.
Bank Agroniaga, Tbk.
Bank Antardaerah
Bank Artha Graha Internasional, Tbk.
Bank BNI Syariah
Bank Bukopin, Tbk
Bank Bumi Arta, Tbk
Bank Central Asia Tbk.(BCA)
Bank Cimb Niaga, Tbk
Bank Danamon Indonesia Tbk
Bank Ekonomi Raharja, Tbk
Bank Ganesha
Bank Hana
Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
Bank ICB Bumiputera Tbk
Bank ICBC Indonesia
Bank Index Selind
B. Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa Bank Umum Swasta Nasional Non
Devisa adalah Bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing
dan tidak melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas.

1. Anglomas Internasional Bank


2. Bank Andara
3. Bank Artos Indonesia
4. Bank Bca Syariah
5. Bank Bisnis Internasional
6. Bank Bri Syariah
C. Bank Fama Internasional

C. Bank Campuran Bank Campuran adalah Bank Umum yang didirikan bersama oleh
satu atau lebih Bank Umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI
(dan/atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh WNI), dengan satu atau
lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.
Bank Commonwealth
Bank Agris
Bank ANZ Indonesia
Bank BNP Paribas Indonesia
Bank Capital Indonesia, Tbk
Bank DBS Indonesia
Bank KEB Indonesia
Bank Maybank Syariah Indonesia
Bank Mizuho Indonesia
Bank Rabobank International Indonesia
Bank Resona Perdania
Bank Windu Kentjana International, Tbk

Bank Asing Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing (luar negeri). Contoh bank milik asing
antara lain ABN AMRO Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of
Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Hongkong Bank, dan Deutsche Bank.

Bank Perkreditan Rakyat


Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada
umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan
kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari
(LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit
Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan
Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga
lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan
memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan
tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah
berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh
masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan
Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk
menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persy-
ratan dan tatacara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.

Usaha yang Dilakukan BPR


Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan
pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah :
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Memberikan kredit.
Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan/atau yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR
apabila BPR mengalami
over liquidity atau kelebihan likuiditas.

Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan BPR


Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan
BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
Menerima simpanan berupa giro.
Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking Dan concern
terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
Melakukan usaha perasuransian.
Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam
usaha BPR.

Alokasi Kredit BPR


Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu:
Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain
yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok
peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok
yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi
30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain
yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan
keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan
komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya,
serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak
pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor,
anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat
BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal yang
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

2.2.3 Lembaga Bukan Bank

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) - Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Kredit,


Perusahaan Umum Pegadaian/Perum Pegadaian, Perusahaan Asuransi, Lembaga Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Bursa Efek .Selain bank, masih ada beberapa
lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak
langsung menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat.Dasar hukum didirikannya Lembaga Keuangan Bukan Bank/LKBB adalah
surat Keputusan Menteri Keuangan No.38/KMK/IV/I/1972 yang kemudian diubah
dengan Keputusan Menteri Kuangan 280/KMK.01/1989 mengenai pengawasan dan
pembinaan lembaga keuangan bukan bank dan peraturan perudang-undangan lain yang
berkaitan dengan usaha yang dijalankan.

Beberapa Lembaga Keuangan Bukan Bank/LKBB di Indonesia adalah sebagai berikut.


1. Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Kredit
Koperasi kredit adalah suatu lembaga keuangan berbentuk koperasi yang usahanya di
bidang perkreditan atau simpan pinjam dengan tujuan membantu memperbaiki keadaan
ekonomi dan kesejahteraan anggotanya. Kegiatan koperasi kredit yaitu menerima
simpanan dari anggotanya dan meminjamkan kepada anggota yang membutuhkan dengan
syarat yang mudah dan bunga ringan. Koperasi kredit mempunyai fungsi sebagai berikut.
a. Sebagai pendorong kegiatan menabung di kalangan anggota. b. Sebagai lembaga yang
melayani anggota yang membutuhkan pinjaman. c. Membimbing anggota dalam
memanfaatkan pinjaman/kredit. d. Membantu anggota dari cengkeraman lintah darat.
Dalam menjalankan usahanya, koperasi kredit memperolah dana atau modalnya dari
beberapa sumber, yaitu sebagai berikut. a. Simpanan pokok Simpanan pokok adalah
sejumlah uang yang harus dibayar oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk
menjadi anggota koperasi, yang besarnya sama untuk tiap anggota. b. Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah simpanan yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi
secara rutin yang besarnya sama untuk tiap anggota. Pembayaran rutin di sini bisa setiap
minggu, setiap bulan, atau setiap musim sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga koperasi.
c. Simpanan suka rela
Simpanan suka rela adalah simpanan yang sifatnya suka rela, artinya tidak diwajibkan
kepada anggota koperasi , sehingga anggota koperasi boleh menyimpan boleh tidak.
Besarnya simpanan suka rela tidak ditentukan dan terserah anggota yang bersangkutan. d.
Sumber lain yang sah Sumber lain pendanaan dan permodalan koperasi dapat berasal dari
bantuan pemerintah, hibah , dana cadangan koperasi, dan modal pinjaman dari pihak lain.

2. Perusahaan Umum Pegadaian/Perum Pegadaian


Perum Pegadaian merupakan perusahaan umum milik pemerintah yang kegiatannya
memberikan pinjaman uang yang besarnya berdasarkan pada nilai barang jaminan yang
diserahkan. Jaminan tersebut bisa berupa barang bergerak, seperti perhiasan (emas dan
perak), barang-barang elektronik, sepeda motor, mobil, dan lain-lain maupun tidak
bergerak, contohnya tanah dan bangunan. Perum Pegadaian ada di setiap kota di
Indonesia. Tujuan pemerintah menyelenggarakan Perum Pegadaian yaitu untuk
membantu rakyat kecil dengan memberikan kredit/pinjaman agar terhindar dari kreditor
liar (lintah darat) yang meminjamkan uang dengan bunga sangat tinggi. Jangka waktu
pinjaman melalui pegadaian biasanya selama satu tahun atau kurang dari satu tahun.

3. Perusahaan Asuransi
Perusahaan asuransi merupakan lembaga yang menghimpun dana melalui penarikan
premi asuransi dan menjanjikan akan memberi sejumlah ganti rugi apabila terjadi suatu
peristiwa atau musibah yang menimpa pihak yang ikut program asuransi. Dana yang
dihimpun perusahaan asuransi umumnya diinvestasikan dalam surat berharga atau
dipinjamkan kepada pihak lain. Kegiatan perasuransian di Indonesia diatur dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Beberapa contoh perusahaan asuransi di
Indonesia antara lain: a. Asuransi Bumi Putra d. Asuransi Sosial Tenaga Kerja b.
Asuransi Jiwasraya e. Asuransi Kesehatan Indonesia c. Asuransi Kerugian Jasa Raharja
Sekarang ini banyak sekali bermunculan perusahaan asuransi yang menawarkan beragam
jaminan bagi nasabahnya sehingga dikatakan perusahaan asuransi memiliki peranan
yang penting, antara lain: a. menambah lapangan kerja bagi masyarakat b. mengurangi
kekhawatiran dalam kehidupan masyarakat c. mengurangi kerugian yang ditanggung
masyarakat d. memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat.
4. Lembaga Dana Pensiun
Di Indonesia, para pegawai negeri sipil setelah tidak bertugas/purnatugas akan
memperoleh dana pensiun. Dana pensiun ini diperoleh dari pemotongan gaji pegawai
setiap bulan selama masih aktif bekerja. Ketika pegawai negeri yang bersangkutan telah
pensiun, maka setiap bulan ia akan memperoleh uang pensiun. Lembaga yang mengelola
dana pensiun adalah PT Taspen. Jadi PT Taspen menghimpun dana dari para pegawai dan
menyalurkanya dengan memberikan uang pensiun kepada para pegawai yang telah
pensiun. Selain itu juga disalurkan melalui pembelian kredit atau diinvestasikan lewat
pemberian surat berharga.

5. Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan ialah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari
masyarakat. Lembaga pembiayaan bergerak dalam bidang-bidang usaha berikut.
a. Usaha sewa guna usaha/leasing company, yaitu badan usaha yang melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal yang dibutuhkan oleh
nasabah.
b. Usaha pembiayaan konsumen, yaitu badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem
pembayaran angsuran atau berkala.
c. Usaha kartu kredit, adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan untuk
membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.
d. Usaha penyertaan modal/modal ventura, adalah suatu usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal kedalam suatu perusahaan
yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.

6. Bursa Efek
Bursa efek merupakan tempat bertemunya pihak yang menawarkan dengan pihak yang
memerlukan dana dan tempat jual beli efek (obligasi, saham, dan surat berharga). Tujuan
didirikannya bursa efek adalah untuk menghimpun dana lewat penjualan surat
berharga/efek guna membiayai kegiatan-kegiatan yang produktif.

2.3 Pendirian Dan Kepemilikan Bank


2.3.1 Perizinan Pendirian Bank
Sesuai dengan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan
bahwa:
1. Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-undang tersendiri.
2. Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang:
a) Susunan organisasi dan kepengurusan;
b) Permodalan;
c) Kepemilikan;
d) Keahlian di bidang Perbankan;
e) Kelayakan rencana kerja.
3. Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) ditetapkan oleh Bank Indonesia." Dari ketentuan di atas dapat dilihat, bahwa langkah
pertama yang harus dilakukan dalam pendirian bank adalah menentukan jenis bank yang
akan didirikan, apakah Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat. Dari kedua jenis
bank, terdapat beberapa perbedaan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
mendirikan sebuah bank.

2.3.2 Badan Hukum Bank


1.BENTUK HUKUM BANK
Manuver bisnis perbankan kian mengalami pertumbuhan yang signifikan. Artinya,
Bisnis perbankan telah meningkat tajam selama satu dekade ini. Hal ini dapat dilihat
tidak hanya dari perolehan laba bersih bank tetapi juga peningkatan jumlah aset
perbankan yang sangat pesat. Pertumbuhan perbankan tidak hanya pada bank umum,
tetapi juga pada bank perkreditan rakyat. Tentunya, ke dua bank tersebut tidak sama.
Perbedaannya tidak hanya nampak dalam perolehan laba bersih bank, tetapi mengenai
aspek hukum bank tersebut juga berlainan. Dalam hal ini aspek hukumnya menyangkut
bentuk hukum bank. Menariknya, bentuk hukum tersebut bisa sama dan dapat pula
berbeda.

2.ATURAN MENGENAI HUKUM BENTUK HUKUM BANK


Bentuk Hukum Bank dapat diketahui di pasal 21 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992. Meski begitu, ada perbedaan
mengenai bentuk hukum bank pada kedua Undang-Undang tersebut. Undang-undang
No.10 tahun 1998 pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa bentuk hukum suatu Bank
Umum dapat berupa :
1. Perseroan Terbatas
2. Koperasi; atau
3. Perusahaan Daerah Sedangkan pada Undang-Undang No. 7 tahun 1992 menyebutkan
bahwa Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa salah satu dari :
1. Perusahaan Perseroan (PERSERO)
2. Perusahaan Daerah
3. Koperasi
4. Perseroan Terbatas

3.PENGERTIAN BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH


Undang-undang yang mengatur mengenai perusahaan daerah adalah Undang-Undang No.
5 tahun 1962. Pasal 2 mengemukakan perusahaan daerah adalah semua perusahaan yang
didirikan berdasarkan undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk
sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain
dengan atau berdasarkan undang-undang. Mengenai tata cara pendirian perusahaan
daerah dikemukakan dalam pasal 4 Undang-Undang No. 5 tahun 1962, yakni: 1.
Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah atas kuasa Undang-Undang ini. 2.
Perusahaan Daerah yang termaksud pada ayat 1 adalah badan hukum yang kedudukannya
sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah tersebut. 3.
Perusahaan Daerah termaksud dalam ayat 1 mulai berlaku setelah mendapat pengesahan
instansi atasan. Berkaitan dengan Bank Pembangunan Daerah, dapat dilihat bentuk
hukumnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998. Pasal 2 Peraturan
Menteri Dalam Negeri tersebut mengemukakan bahwa Bentuk Hukum Bank
Pembangunan Daerah dapat berupa salah satu dari : 1. Perusahaan Daerah; 2. Perseroan
Terbatas. Dalam pasal 3 peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998 menyebutkan
bahwa Bank Pembangunan Daerah yang bentuk hukumnya berupa perusahaan Daerah,
tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur perusahaan
Daerah.

4.PENGERTIAN BENTUK HUKUM PERSEROAN TERBATAS?


Peraturan yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas adalah Undang-Undang No. 40
tahun 2007. Dalam Pasal 1 Undang-Undang ini dikemukakan bahwa perseroan terbatas,
yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Mengenai syarat pendiriannya dapat
disimak dalam pasal 7, yang menyebutkan:
1. Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat
dalam bahasa Indonesia.
2. Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam rangka Peleburan.
4. Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan
menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.
5. Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi
kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung
sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian
sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.
6. Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui,
pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung jawab
secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak
yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut.
7. Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6) tidak
berlaku bagi:
a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; b. Perseroan yang mengelola
bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian,
dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang- undang tentang Pasar Modal.
5.PENGERTIAN BENTUK HUKUM KOPERASI
Menurut pasal 21 Undang-undang No.10 tahun 1998, koperasi merupakan salah satu
bentuk hukum yang dapat menjalankan kegiatan perbankan baik dalam bentuk bank
umumm, maupun bentuk bank perkreditan rakyat. Koperasi memiliki status badan hukum
dalam melakukan kegiatan perbankan. Sebagaimana dalam pasal 1 angka 1 Undang-
Undang No.17 tahun 2012 mengenai perkoperasian menyebutkan bahwa koperasi adalah
badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha,
yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya,
sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Hal ini dapat dipahami bahwa koperasi sebagai
badan usaha memiliki kekhususan sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
atas asas kekeluargaan. Mengenai keanggotaan koperasi, dalam Pasal 26 ayat 1 UU No.
17 tahun 2012 menyebutkan bahwa anggota koperasi merupakan pemilik dan sekaligus
pengguna jasa koperasi. Manakala perbankan berbentuk badan hukum koperasi, maka
perbankan dalam menjalankan kegiatan usahanya bertujuan mensejahterahkan
masyarakat. Pengurus memiliki tanggung jawab dalam tugas pengelolaan atas kegiatan
usaha perbankan, yang dipertanggungjawabkan kepada Rapat Anggota (pasal 60 ayat 2
UU No.17 tahun 2012). Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi manakala
yang bersangkutan bersalah dalam menjalankan tugasnya dengan tidak disertai itikad
baik dan tidak penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi.

2.3.3 Sumber Dana Bank


Sumber dana bank adalah adalah suatu usaha yang dilakukan oleh bank untuk mencari
atau menghimpun dana untuk digunakan sebagai biaya operasi dan pengelolaan bank.
Dana yang dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan maupun lembaga lain diluar
perusahaan dan juga dan dapat diperoleh dari masyarakat.
Menurut Kasmir (2001; 62-63) Sumber-sumber dana tersebut adalah :

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Sumber dana ini merupakan sumber
dana dari modal sendiri.
Modal sendiri Maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila
saham dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka
pencahariannya dapat dilkukan dengan menjual saham kepada pemegang sahm lama.
Akan tetapi jika tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat
mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Di samping
itu pihak perbankan dapat pula menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum
digunakan. Secara besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari : a. Setoran
modal dari pemegang saham b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-
cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya.
Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang. c.
Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada
tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara
waktu Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang
relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain.

2.Dana yang berasal dari masyarakat luas


Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan opersai bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber
dana ini. Pencaharian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan
sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asalkan bank
dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya. Akan tetapi pencarian sumber
dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri. Adapun
sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk simpanan giro,simpanan
tabungan, dan simpanan deposito.Dimana simpanan giro merupakan dana murah bagi
bank karena bunga atau balas jasa yang dibayar palingmurah jika dibandingkan simpanan
tabungan dan simpanan deposito.

3.Dana yang bersumber dari lembaga lainnya


Sumber dana yang ketiga inin merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan
dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumberd ana ini
relaitif labih mahal dan sifatnya hanya semntara waktu saja. Kemudian dana yang
diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi
tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari :
a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan bank
Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit
likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sector-sektor tertentu.
b. Pinjaman antar bank (call money) biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-
bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring.Pinjaman ini bersifat
jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi.
c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh
perbankkan dari pihak luar negeri d.Surat berharga pasar uang (SBPU). Dalam hal
ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualkan kepada pihak yang
berminat,baik perusahaan keuangan maupun nonkeuangan.
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,
dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun
dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank
lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya
sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan
bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada
masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung
kelancaran kegiatan utama tersebu Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan
umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan
uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.
DAFTAR PUSTAKA

http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dsar-dasar-hukum-asuransi/

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/05/03/09441743/Inilah.9.Kasus.Keja
hatan.Perbankan

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934//Chapter%20II.pdf

Вам также может понравиться