Вы находитесь на странице: 1из 27

FISIOLOGI HEWAN AIR :

PENGARUH PERUBAHAN SUHU MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA &


MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN NILEM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok dari Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Perikanan B / Kelompok

SIMON DICKY SIANTURI 230110150103


FADHILA LARASANTI 230110150105
FAUZI MARTIN NIKI FADILA 230110150155

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.,


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum Fisiologi Hewan Air.
Sehubungan dengan tugas praktikum Fisiologi Hewan, kami sebagai
mahasiswa perikanan dituntut untuk menyusun sebuah laporan praktikum yang
berjudul Pengaruh Perubahan Suhu Media Air Terhadap Membuka & Menutup
Operculum Benih Ikan Nilem. Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
Demikianlah harpan kami, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat
bagi kami dan juga pembaca tentunya. Adanya saran yang membangun dari pembaca
untuk perbaikan laporan praktikum selanjutnya sangat dihargai, kami ucapkan terima
kasih.

Jatinangor, 24 Oktober 2016

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nilem ...................................................................................................... 3
2.2 Sistem Pernafasan Ikan Nilem ........................................................................ 4
2.3 Suhu ................................................................................................................ 5
2.4 Hubungan Suhu dengan Sistem Pernafasan ikan Nilem ............................... 6
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................................... 7
3.2 Alat dan bahan ................................................................................................ 7
3.2.1 Alat............................................................................................................... 7
3.2.2 Bahan............................................................................................................ 7
3.3 Prosedur Praktikum......................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ................................................................................................................ 9
4.2 Pembahasan..................................................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 15
5.2 Saran................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16

LAMPIRAN......................................................................................................... 17

3
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 27 oC........... 9


2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 30 oC........... 9
3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 24 oC........... 9
4. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 27oC............. 10
5. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 30 oC........... 10

6. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 24 oC........... 11

4
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C. V.).................................................... 3

5
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengamatan buka tutup operculum dengan tiga perlakuan berbeda.

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

17
Lampiran 2. Pengecekan suhu media air pada proses pemberian perlakuan 24o C
(perlakuan suhu dingin) dan 30o C (perlakuan suhu panas)

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

18
17

Lampiran 3. Penghitungan jumlah buka tutup operculum per 1 menit menggunakan


hand counter

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Lampiran 4. Data laporan sementara pengamatan kelompok 13


18

(Sumber: Dokumentasi pribadi)


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air
dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara
taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya
masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha,
75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut
iwak, jukut.

Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi,


bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem
endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999). Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces).
Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap.
Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare
sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan
bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang
pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi
sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator. Dalam praktikum ini sampel yang digunakan adalah ikan nilem.

1
2

Ikan Nilem ( Osteochilus hasselti) adalah salah satu hewan vertebrata atau ikan
yang hidup di air tawar dan bernafas dengan insang. Bentuk badan mirip Ikan Mas,

2
3

tetapi badannya lebih memanjang dan pipih dengan sirip punggung relative lebih
panjang. Ikan Nilem merupakan jenis ikan herbivore yang makanannya terdiri atas
lumut dan tumbuhan pelekat (Radiopoetro, 1991).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu panas media air terhadap membuka
& menutup operculum benih ikan nilem yang secara tidak langsung ingin mengetahui
laju pernafasan ikan tersebut.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum mengenai PENGARUH PERUBAHAN SUHU MEDIA
AIR TERHADAP MEMBUKA & MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN
NILEM adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkah laku ikan nilem terhadap perubahan suhu.
2. Untuk mengetahui perbandingan buka tutup operculum pada ikan nilem yang
berbeda serta pada suhu yang berbeda pula.
3. Untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam praktikum fisiologi hewan air
khususnya pengaruh suhu terhadap buka tutupnya operculum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nilem


Di Indonesia ikan nilem dikenal dengan nama nilem, lehat, magut, regis, milem,
muntu, palung, palau, pawas, puyau, asang, penopa, dan karper (Saanin, 1984).
Daerah penyebarannya meliputi: Malaysia, Thailand, Vietnam, kamboja, Indonesia
(pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi) (Djajadiredja et al. 1997).

Gambar 1. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C. V.)


(Sumber: Google.com)

Klasifikasi ikan nilem (Osteochilus hasselti C. V.) menurut Saanin (1984) adalah
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidae
Familia : Cyprinidae
Sub familia : Cyprininae
Genus : Ostechilus
Spesies : Osteochilus hasselti C. V
Ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan. Posisi
mulut terletak diujung hidung (terminal). Posisi sirip perut terletak di belakang sirip

4
5

dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran (sikloid). Rahang atas
sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata, sedangkan sungut moncong
lebih pendek daripada panjang kepala. Menurut Hardjamulia (1979) ikan nilem
berdasarkan warna sisiknya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ikan nilem yang
berwarna coklat kehitaman (ikan nilem yang berwarna coklat hijau pada
punggungnya dan terang di bagian perut) dan ikan nilem merah (ikan nilem yang
berwarna merah atau kemerah-merahan pada bagian punggungnya dan pada bagian
perut agak terang).
Ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan. Posisi
mulut terletak diujung hidung (terminal). Posisi sirip perut terletak di belakang sirip
dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran (sikloid). Rahang atas
sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata, sedangkan sungut moncong
lebih pendek daripada panjang kepala. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan
sisik garis rusuk ke-8 sampai ke-10. Bentuk sirip dubur agak tegak, permulaan sirip
dubur berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-22 atau ke-23 di belakang jari-jari sirip
punggung terakhir. Sirip perut dan sirip dada hampir sama panjang. Permulaan sirip
perut dipisahkan oleh 4 4 1/2 sisik dari sisik garis rusuk ke-10 sampai ke-12. Sirip
perut tidak mencapai dubur. Sirip ekor bercagak. Tinggi batang ekor hampir sama
dengan panjang batang ekor dan dikelilingi oleh 16 sisik (Weber dan de Beaufort
1916 dalam Nuryanto 2001).

2.2 Sistem Pernafasan Ikan Nilem


Sistem pernapasan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam 4 pasang kantong
insang yang terletak disebelah pharynk di bawah operculum. Waktu bernapas
operculum menutup lelekat pada dinding tubuh, arcus branchialis mengembang ke
arah lateral. Air masuk melalui mulut kemudian kelep mulut menutup, sedangkan
arcus branchialis berkontraksi, dengan demikian operculum terangkat terbuka. Air
mengalir keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida (Jasin,1989).
6

Menurut Djuhanda (1982), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan
yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen insang.
Arteri branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian
basal pada kedua filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang
deretan batang-batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian
depan dari lengkung insang. Ikan nilem memiliki gelembung renang untuk menjaga
keseimbangan di dalam air.

2.3 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam
mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama
disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan
sekaligus menentukan kegiatan metaboli, misalnya dalam hal respirasi. Sebagaimana
halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat
ditolerir oleh setiap jenis organisme. Suhu mempunyai peranan yang penting dalam
aktivitas biologis organime, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan
karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus
menentukan kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi. Seperti halnya dengan
faktor lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh setiap jenis
organisme.
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara
horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman.
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan
dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut
metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relatif sempit biasanya
antara 0-40C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu
mentolerir suhu sampai 85C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan
organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun
7

perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak
dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang
mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang
besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang
toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-
tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah
tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk
pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan
yang lebih baik.

2.4 Hubungan Suhu dengan Sistem Pernafasan ikan Nilem


Frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan nilem terjadi lebih
sering pada setiap kenaikan suhu serta penurunan suhu dari suhu awal kamar T
sampai dengan T semakin sering ikan itu membuka serta menutup mulutnya hal ini
dapat kita simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan akan
meningkat sehingga gerkan membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih
cepat daripada suhu awal kamar (T), serta sebaliknya pula jika suhu menurun maka
semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya. Hubungan antara
peningkatan serta penurunan temperatur dengan laju metabolisme menurut ranking
biasanya 2 3 kali lebih cepat pada setiap peningkatan suhu 10, sedangkan kelarutan
O di lingkungannya menurun dengan meningkatnya temperatur.
Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi
membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar.
Dengan adanya penurunan temperature, maka terjadi penurunan metabolisme pada
ikan yang mengakibatkan kebutuhan O2 menurun sehingga gerakannya melambat.
Penurunan O2 juga dapat menyebabkan kelarutan O2 di lingkungannya meningkat.
Dalam tubuh ikan suhunya bisa sekitar 1 dibandingkan temperature lingkungannya.
(Nikolsky, 1927).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat praktikum Biokimia Perairan mengenai hidrolisis pati
enzimatis dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Oktober 2016 pada Pukul 15.00-16.30
WIB, di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


A. Alat
Beaker glass sebagai ikan untuk ikan yang akan diamati
Wadah plastik sebagi tempat ikan sebelum dan setelah diamati
Water bath sebagai penangas air
Termometer Hg / alkohol untuk mengukur suhu air
Hand counter untuk menghitung bukaan operculum
Timer / stopwatch untuk mengamati waktu

B. Bahan
Benih ikan nilem sebanyak 3 ekor
Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan
Batu es untuk mengubah suhu sesuai perlakuan

3.3 Prosedur Praktikum


Pada praktikum ini langkah kerjanya dibagi menjadi dua tahap :
1. Sebuah beaker glass 1000 ml disiapkan sebagai wadah perlakuan dan dua
wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati

8
2. Sebanyak 3 ekor benih ikan nilem diambil dari akuarium stok, lalu
dimasukkan ke dalam salah satu baskom plastik yang telah diberi media air.

9
10

3. Beaker glass diisi dengan air secukupnya ( volumenya ), lalu diukur


suhunya dengan termometer untuk suhu ruang.suhu kamar (TK) dan dicatat
hasilnya.
4. Untuk tahap pertama pengamatan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu:
a. T1 = untuk suhu kamar ( . 0,5 C)
b. T2 = untuk suhu 3 C di diatas suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 3 C di bawah suhu kamar
5. Dimasukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah
diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian dihitung banyaknya membuka &
menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand
counter dan stopwatch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali
untuk masing masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja
yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji
berikutnya sampai ke tiga ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati
dimasukkan ke dalam baskom plastik lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
diatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara ditambahkan air panas sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat
pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi 0,5 C.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
diatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara ditambahkan batu es sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat
pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi 0,5 C.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari data kelompok
Table 1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu kamar 27oC
Ulangan Rata-
Ikan ke :
I II III rata
1 201 205 202 203
2 266 245 243 251
3 228 272 259 253
Rata - rata : 707 : 3 = 236

Table 2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 30 oC


Ulangan Rata-
Ikan ke :
I II III rata
1 235 210 242 229
2 249 240 240 243
3 250 241 259 250
Rata - rata : 722 : 3 = 241

Table 3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 24 oC


Ulangan Rata-
Ikan ke :
I II III rata
1 140 161 169 157
2 166 169 149 161
3 175 178 167 173
Rata rata : 491 : 3 = 164

11
12

Dari data kelas


Tabel 4. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 27oC
Rata-rata Suhu Normal
Kelompo
(T1)
k
Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
1 204 236 257
2 174 205 237
3 223 222 228
4 203 186 208
5 198 246 228
6 233 233 232
7 188 246 100
8 307 218 262
9 207 221 220
10 229 230 232
11 235 255 152
12 220 192 191
13 203 251 253
14 174 197 179
15 213 225 230
16 222 209 188
17 183 204 212
18 199 214 206
19 236 245 261
20 235 214 189
21 232 238 243
22 246 233 192
23 206 195 270
Rata-
rata 216 222 216

Tabel 5. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 30 oC


Rata-rata Suhu
Kelomp Panas (T2)
ok Ikan Ikan Ikan
1 2 3
1 273 268 300
2 281 329 305
3 280 291 286
13

4 259 263 268


5 276 275 282
6 266 266 260
7 285 330 271
8 392 359 361
9 240 246 253
10 295 303 301
11 254 224 275
12 302 327 350
13 229 243 250
14 166 194 174
15 252 258 259
16 188 191 217
17 239 263 302
18 277 260 248
19 263 280 280
20 291 240 242
21 226 243 271
22 292 261 257
23 207 192 277
Rata-
rata 262 265 273

Tabel 6. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 24 oC


Rata-rata Suhu Dingin
Kelomp
(T3)
ok
Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
1 178 218 237
2 215 185 131
3 227 209 215
4 156 162 162
5 213 167 167
6 189 186 185
7 190 244 169
8 226 241 257
9 135 177 164
10 198 199 210
11 180 199 220
12 222 244 247
14

13 157 161 173


14 150 154 194
15 159 168 170
16 166 170 196
17 158 163 173
18 211 202 179
19 157 170 176
20 196 212 183
21 173 178 198
22 198 183 195
23 181 107 220
Rata-
rata 184 187 192

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan pada tiga ekor ikan nilem yang diberi perlakuan
perubahan suhu media air dapat diamati bahwa perubahan suhu media air dari ikan
akan mempengaruhi aktivitas membuka dan menutupnya operculum. Hal ini
berkaitan dengan aktivitas metabolisme ikan yang membutuhkan asupan oksigen dari
luar sel. Sementara itu, suhu pada lingkungan akan mempengaruhi kadar oksigen di
dalam media air juga mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh ikan.
Dari hasil pengamatan kelompok 13 pada ketiga benih ikan nilem yang diberi
perlakuan suhu kamar (27o C) ikan pertama terhitung melakukan buka-tutup
operculum sebanyak rata-rata 202 kali selama 1 menit pada 3 kali pengamatan,
sedangkan pada ikan kedua terhitung sebanyak rata-rata 251 kali dan ikan ketiga
terhitung sebanyak rata-rata 253 kali. Jika dirata-ratakan lagi dari hasil pengamatan
ketiga ekor benih ikan nila yang digunakan kelompok 13 aktivitas membuka dan
menutup operculum ikan terhitung sebanyak 236 kali dalam 1 menit. Sedangkan hasil
dari data kelas menunjukan bahwa rata-rata benih ikan nilem yang digunakan oleh
praktikan kelas B di Lab. FHA terhitung melakukan aktivitas membuka dan menutup
operculum sebanyak 218 kali dalam 1 menit.
15

Pada perlakuan kedua dilakukan perubahan suhu pada media air dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit air hangat sehingga suhu media air menjadi 30 o C.
Pada perlakuan kedua ini didapatkan hasil sebanyak rata-rata 229 kali untuk ikan
pertama, 243 kali untuk ikan kedua dan 250 kali untuk ikan ketiga yang jika dirata-
ratakan lagi ketiga ikan yang diamati kelompok 13 melakukan aktivitas membuka dan
menutup operculum sebanyak 241 kali dalam 1 menit. Sedangkan untuk keseluruhan
ikan yang digunakan praktikan kelas B pada Lab. FHA terhitung rata-rata sebanyak
267 kali dalam 1 menit. Baik dilihat dari hasil pengamatan kelompok maupun data
kelas, hasil yang diberikan dari perlakuan kedua menunjukan bahwa adanya
perubahan peningkatan aktivitas membuka dan menutup operculum.
Pada perlakuan ketiga dilakukan kembali pengubahan suhu media air dengan
menambahkan air dingin dan es sehingga suhu media menjadi 24 o C. Dari perlakuan
ketiga ini didapatkan hasil sebanyak rata-rata 157 kali untuk ikan pertama, 161 kali
untuk ikan kedua dan 173 kali untuk ikan ketiga yang jika dirata-ratakan kembali
ketiga ikan yang diamati kelompok 13 melakukan aktivitas membuka dan menutup
operculum rata-rata sebanyak 164 kali dalam 1 menit. Sedangkan untuk hasil rata-rata
dari semua benih ikan nilem yang digunakan praktikan kelas B di Lab. FHA terhitung
sebanyak 188 kali. Baik hasil pengamatan kelompok maupun data kelas, menunjukan
adanya perubahan aktivitas membuka dan menutup operculum berupa penurunan
aktivitas jika dibandingkan dengan dua perlakuan sebelumnya.
Dari hasil pengamatan pada ketiga perlakuan tersebut dapat dianalisis bahwa
pada suhu media yang hangat (30o C) metabolisme ikan meningkat sehingga
membutuhkan asupan oksigen yang lebih banyak, alhasil ikan akan mengkonsumsi
lebih banyak oksigen dari luar dengan cara meningkatkan kecepatan pemasukan air.
Hal ini ditandai dengan aktivitas membuka dan menutup operculum serta mulut ikan
yang semakin cepat. Dimana air yang mengandung oksigen akan masuk melalui
mulut ketika mulut ikan terbuka dan dikeluarkan kembali melalui insang beserta CO 2
hasil metabolisme ketika operculum terbuka. Sedangkan pada suhu dingin (24 o C)
atau dibawah suhu kamar, metabolisme ikan menurun sehingga kebutuhan oksigen
16

akan sedikit berkurang. Hal ini ditandai dengan aktivitas membuka dan menutup
operculum yang lebih sedikit dilakukan.
Dapat dianalisis pula bahwa dari sedikitnya selisih perubahan suhu yang
diberikan pada perlakuan, yaitu sebanyak 3 o diatas suhu kamar untuk perlakuan
pertama dan 3o dibawah suhu kamar untuk perlakuan kedua, benih ikan nilem dapat
memberikan hasil yang berbeda atau cukup jelas. Hal ini menunjukan bahwa ikan
nilem termasuk kelompok ikan yang tidak toleran terhadap perubahan lingkungan.
Sehingga ketika diberi perlakuan berupa perubahan suhu diatas maupun dibawah
suhu kamar walapun hanya 3o ikan nilem akan segera menunjukan respon nya. Selain
dari aktivitas membuka dan menutup operculum, respon lain nya yang ditunjukan
oleh ikan nilem adalah berupa aktivitas geraknya. Pada suhu media air yang panas
benih ikan nilem terlihat gelisah, aktif bergerak bahkan ada beberapa ikan pada
kelompok lain yang melompat dari wadahnya, sementara pada suhu media air yang
dingin benih ikan nilem terlihat lebih tenang dan sedikit melakukan gerakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum mengenai pengaruh perubahan suhu media air
terhadap membuka dan menutup operculum benih ikan nilem adalah aktivitas
membuka dan menutup operculum dipengaruhi oleh suhu media air dari ikan
tersebut. Hal ini berkaitan dengan proses metabolisme dalam tubuh ikan sehingga
mempengaruhi laju pernapasan atau konsumsi oksigen ikan.
Ketika suhu perairan naik, metabolisme tubuh ikan akan meningkat dan akan
mengakibatkan kebutuhan oksigen ikut meningkat. Sehingga laju pernapasan ikan
akan semakin cepat yang ditandai dengan aktivitas membuka dan menutup operculum
yang cepat.
Ketika suhu perairan turun, metabolisme tubuh ikan akan menurun dan akan
mengakibatkan kebutuhan oksigen akan turut berkurang. Sehingga laju pernapasan
ikan akan lambat yang ditandai dengan aktivitas membuka dan menutup operculum
yang lambat.
5. 2. Saran
Saran untuk praktikum mengenai pengaruh perubahan suhu media air terhadap
membuka dan menutup operculum benih ikan nilem ini adalah penggunaan hand
counter yang lebih lembut atau mudah ditekan. Mengingat penggunaan hand counter
ini cukup penting guna mempermudah praktikan dalam menghitung jumlah buka
tutup operculum. Sehingga ketika hand counter yang digunakan praktikan cukup
keras untuk ditekan sedangkan praktikan perlu menekan dengan cepat untuk
mengimbangi kecepatan buka tutup operculum, hal itu akan menimbulkan rasa pegal
yang lebih cepat pada jari yang digunakan. Hal ini mungkin sedikit sepele, namun
ketika hal ini terjadi akan menyebabkan data yang diperoleh menjadi kurang akurat
akibat proses penghitungan yang tidak bisa mengimbangi kecepatan buka tutup
operculum ikan.

DAFTAR PUSTAKA

17
Asrianti.2013.Pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme.

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Lili,Walim,dkk.2013.Modul Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Air. Jatinangor:


Universitas Padjadjaran.

18

Вам также может понравиться