Вы находитесь на странице: 1из 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRE

TREPANASI HERNIOTOMI PASIEN DENGAN HERNIA DI RUANG


INTALASI BEDAH SENTRAL (IBS) RSD
dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh

KELOMPOK 2

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri atas
tiga bagian yaitu kantong hernia, isi kanting, dan pelapis hernia. Kantong
hernia merupakan divertikulum dari peritonium dan mempunyai leher dan
badan. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan, dan dapat
merupakan sepotong kecil omentum sampai organ padat yang besar. Pelapis
hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilewati oleh
kantong hernia (Schwartz et al, 2000; Wantz, 1994; Warko & Ahmad, 1998
dalam Iscan, 2010).

Gambar 1. Bagian-bagian hernia


Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan
isi hernia (Nurarif dan Kusuma, 2013).
Menurut letaknya hernia dibagi menjadi berikut:
a. Hernia hiatus, merupakan herniasi bagian lambung ke dalam dada
melalui hiatus esophagus diafragma (Price& Wilson,2006);
b. Hernia epigastrik, merupakan hernia yang terjadi diantara pusar dan
bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut. Hernia epigastrik
biasanya terdiri dari jaringan lemak. Terbentuk dibagian dinding perut
yang lemah. Hernia ini juga menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat
didorong kembali ketika pertama kali ditemukan (Nurarif dan Kusuma,
2013);
c. Hernia umbilical, merupakan hernia yang berkembang di dalam dan
sekitar umbilicus yang disebabkan karena tidak menutup sepenuhnya
bukaan pada dinding perut sebelum kelahiran. Jika kurang dari 1 cm
hernia ini biasanya menutup sevara bertahap sebelum usia 2 tahun
(Nurarif dan Kusuma, 2013);
d. Hernia inguinalis, merupakan hernia yang muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Hal ini terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah (Nurarif
dan Kusuma, 2013). Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui
anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan
keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis
(Mansjoer A, dkk 2001);

e. Hernia femoralis, merupakan hernia yang muncul di pangkal paha.


Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen
seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu
berbaring (Maulana, 2011);
f. Hernia insisional, merupakan hernia yang dapat terjadi akibat
komplikasi dari penyembuhan luka pasca operasi abdomen. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya (Price& Wilson,2006).
g. Hernia Nukleus Pulposi (HNP), merupakan hernia yang melibatkan
diskus intervertebralis.

Berdasarkan sifatnya, hernia diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sebagai


berikut.
1. Hernia reponibel/reducibel, bila hernia dapat keluar masuk dengan
sendirinya, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia irreponibel, bila hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
3. Hernia strangulata atau inkarserata, bila isi hernia terjepit oleh cincin
hernia. Bila terjadi gangguan pasase dikategorikan hernia inkarserata,
sedangkan bila terjadi gangguan vaskularisasi dikategorikan hernia
strangulata.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi (Nurarif dan Kusuma,


2013);
a. Hernia bawaan atau hernia patogenosa pada jenis hernia inguinalis
lateralis. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum.
b. Hernia dapatan atau akuista yaitu hernia yang timbul karena berbagai
factor pemicu.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinal ada dua antara lain:
1. Kongenital
Terjadi sejak lahir.
2. Didapat (acquired)
Faktor yang berperan pada terjadinya hernia inguinal adalah:
a) terbukanya prosessus vaginalis;
b) tekanan intraabdominal yang meningkat;
c) kelemahan otot dinding perut karena usia.
Penyebab Hhernia inguial pada orang dewasa atau pada usia lanjut
sering dikatakan sekunder oleh karena adanya tekanan intraabdominal
yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur
uretra), ascites dan sebagainya. Insiden hernia meningkat dengan
bertambahnya usia, yang mungkin disebabkan karena kelemahan otot
dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus ikut kendur.
Pada keadaan ini tekanan intraabdominal tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkonstraksi, kanalis inguinalis berjalan transversal dan annulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut terjadi akibat
kerusakan nervus ilionguinalis dan nervus iliofemoralis (Warko &
Ahmad, 1998 dalam Iscan, 2010; Anon, 2007 dalam Iscan, 2010;
Lichtenstein, 1987 dalam Iscan, 2010; Sabiston, 1994; George, 1999
dalam Iscan, 2010; Swartz, 1995).

3. Patofisiologi
Aktivitas mengejan saat eliminasi, batuk kronis, mengangkat benda
yang berat dan obesitas menyebabkan lokus minoris resisten terangsang
sehingga membuat tekanan intraabdomen meningkat. Hal tersebut
mengakibatkan kanalis inguinalis tertekan oleh isi abdomen/usus sehingga
membuat kanalis inguinalis terbuka dan membuat isi abdomen/usus masuk
ke dalam kanalis inguinalis sehingga disebut sebagai hernia inguinalis.
Pada hernia inguinalis lateral terjadi penonjolan isi perut di lateral
pembuluh epigastrik inferior dan mengakibatkan regangan mesentrium
sehingga isi segmen masuk ke kantung hernia. Hal tersebut mengakibatkan
nyeri pada daerah inguinal (Mansjoer, 2001).
Pada hernia inguinalis lateral juga terjadi obstruksi usus sehingga
mengakibatkan gangguan pada aliran isi dan vaskuler usus yang berakhir
pada hernia strangulate sehinggaperlu dilakukan hemioraphy serta
gangguan peristaltic usus yang dapat mengakibatkan diare/konstipasi.
Hernia inguinalis lateral juga dapat mengakibatkan pembesaran skrotum
akibat usus masuk kedalam skrotum (Mansjoer, 2001).

4. Tanda dan Gejala


a. berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak
benjolan dilipat paha;
b. adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual;
c. terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi;
d. bila terjadi hernia inguinalis stratagulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas;
e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
f. Benjolan pada regio iunginal, di atas ligamentum inguinal meluas ke
depan atau ke dalam skrotum, yang mengecil bila pasien berbaring.
g. Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan
impuls yang dapat teraba.
h. Riwayat bengkak pada pangkal paha, labia, atau skrotum berulang-
ulang yang hilang secara spontan adalah tanda klasik untuk hernia
inguinalis lateralis
i. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan benjolan inguinal pada setinggi
cincin interna atau eksterna atau pembengkakan skrotum yang
ukurannya dapat berkurang atau berfluktuasi.
j. Nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam, rasa tidak enak yang selalu
memburuk di senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien
berbaring bersandar dan hernia berkurang.
k. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu
disertai perasaan mual.
l. Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum

5. Komplikasi
a. Inguinalis reponibel
Terjadi bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Nurarif dan Kusuma,
2013);
b. Inguinalis ireponibilis
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia
sehingga isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini
disebut hernia. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis,
adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya
dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih
sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus (Nurarif dan
Kusuma, 2013)
c. Inguinalis strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti
dengan gangguan vascular ( proses strangulasi ) (Nurarif dan Kusuma,
2013);
d. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis (PPNI, 2009);
e. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah (PPNI, 2009);
f. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki
(PPNI, 2009);
g. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah (PPNI, 2009);
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi (PPNI, 2009);
i. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses (PPNI, 2009).
6. Pemeriksaan Khusus
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya,
beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di
sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan
timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan
dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
(Doenges, 2000, hal 320 321)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
(Yudha, 2011) :
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk
mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang
berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis
pada groin.
2. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
3. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi
7. Penatakaksanaan
1) Terapi Konservatif
a) Reposisi, hanya dilakukan pada hernia reponibel dengan memakai
kedua tangan, tangan yang satu melebarkan leher hernia, tangan
yang satu lagi memasukan isi hernia lewat leher hernia tersebut.
Pada asien yang takut operasi (anak-anak) dengan hernia
irreponibel dapat dicoba dengan cara : bagian hernia dikompres
dingin, diberi vallum 10 mg, pasien posisi trendelenberg (supine
dengan kepala lebih rendahdari badan), lakukan reposisi manual.
b) Suntikan, dilakukan seteah reposisi berhasil dengan cara menyuntik
ekitar tempat hernia dengan zat sklerotik (phenot atau alcohol)
untuk memperkecil pintu hernia.
c) Sabuk hernia, digunakan jika pasien menolak operasi dan pintu
hernia kecil. Sabuk ini juga dipakai ketika reposisi berhasil.
Penggunaan sabuk dilakukan pada pagi hari atau ketika pasien
menjalankan aktivitasnya dan akan dilepas ketika pasien
beristirahat atau malam hari.
2) Terapi Operatif
Hernia yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif
maka diperlukan tindakan operatif. Pembedahan secepat mungkin
setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia
inguinal lateralis sebagai berikut.
a) Herniotomi: dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin dan selanjutnya dipotong.
b) Herniorraphy : mengikat leher hernia dan menggantungkannya
pada conjoint tendon supaya tidak keluar masuk lagi.
c) Hernioplasty : member kekuatan pada dinding perut dengan cara
mengikat conjoint ke ligamen inguinal. Hal ini tidak dilakukan
pada pasien anak-anak.
Herniorraphy
1. Pengertian
Herniorraphy adalah operasi hernia yang terdiri dari operasi
herniotomi dan hernioplasti. Herniotomi adalah operasi pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong hernia dibuka dan isi
hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Hernioplasti adalah tindakan memperkuat daerah defek, misalnya
hernia inguinalis, tindakannya adalah mempersempit cincin inguinal
interna dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.
2. Indikasi
Herniotomi dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana
tidak dapat kembali dengan terapi konservatif.
3. Teknik
a) Herniorraphy secara Lichtenstien
Teknik tension free herniorraphy pada Lichtenstien adalah dengan
menggunakan polypropylene mesh dengan ukuran 10x5 cm
diletakkan diatas Trigonom Hasselbach dan dibawah spermatik
kord. Selanjutnya dilakukan penjahitan dengan benang non
absorbsi 3/0 ke arah perios tuberkulum pubikum di medial,
melingkari korda spermatik di lateral, pada konjoin tendon di
superior, dan pada liganmentum inguinal di inferior. Kemudian
Aponeurosis MOE dijahit dengan cromik 2/0 secara kontinous
suture.

Teknik herniorraphy Lichtenstien


b) Herniorraphy secara Trabucco
Teknik tension free herniorraphy pada Trabucco adalah dengan
menggunakan polypropylene mesh yang rigit dengan ukuran 10x5
cm diletakkan diatas Trigonom Hasselbach dan di proximal
polypropylene mesh melingkari spermatik kord tanpa melakukan
penjahitan pada konjoin tendon di superior atau pada ligamentum
inguinal di inferior. Selanjutnya korda spermatik diletakkan diatas
Aponeurosis MOE, kemudian Aponeurosis MOE dijahit dengan
cromik 2/0 secara kontinous suture.

Teknik herniorraphy Trabucco


4. Persiapan alat
Alat tidak steril
1) Meja operasi
2) Mesin cauter
3) Lampu
4) Tempat sampah medis
5) Tempat sampah baju
6) Meja anestesi
7) Tiang infus
8) Povidone iodin dalam tempatnya
9) Cairan NS 0,9%
10) Plester dan gunting verban
c) Bahan medis habis pakai (sesuai kebutuhan)
11) Kassa steril 100 buah
12) Betadin 1 buah
13) Alkohol 1 buah
14) Handscoen 4 buah
15) Set infus 1 buah
Instrument yang digunakan (steril)
1) Linen/duk steril (sesuai kebutuhan)
2) Mess ukuran 24 1 buah
3) Scapel mess 1 buah
4) Pinset anatomis 2 buah
5) Pinset cirurgis 2 buah
6) Gunting jaringan 2 buah
7) Needle Holder 3 buah
8) Gunting benang 1 buah
9) Hemostatic Forcep Kelly 6 buah
10) Hemostatic Forcep Kocher 6 buah
11) Hemostatic Forcep Rochester-Pean 9 buah
12) Sponge Holding Forcep 2 buah
13) Pengait Langenbeck 2 buah
14) Polisorb no. 1 1 buah
15) Plain no. 2/0 1 buah
16) Surgipro no. 2/0 I buah
5. Persiapan pasien
a) Informed consent pembedahan
b) Alat-alat dan obat-obatan pasien
c) Pasien dipuasakan
d) Lavement
e) Memasang kateter (jika perlu)
6. Proses tindakan
Membuat sayatan miring dua jari di atas SIAS, kemudian Kanalis
inguinalis dibuka, memisahkan funikulus, dan kantong hernia dilepaskan
dari dalam tali sperma, dilakukan duplikasi (pembuatan kantong hernia),
kemudian isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Proses Tindakan

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Data yang perlu dikaji
a) Anamnesis
1) Identitas pasien, meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, No.
RM, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama, biasanya terdapat benjolan pada selangkangan
dan nyeri pada area benjolan.
3) Riwayat penyakit sekarang, Hernia terjadi karena kongenital dan
acquired (didapat).
4) Riwayat penyakit dahulu.
5) Riwayat penyakit keluarga.
b) Data fokus (berdasarkan pemeriksaan fisik)
1) Sistem pernafasan
Gangguan pernafasan, menurunnya vital kapasitas,
menggunakan otot-otot pernafasan tambahan.
2) Sistem kardiovaskuler
Takikardia, hipertensi, orthostatic hipotensi.
3) Sistem neurologi
Keluhan pusing atau sakit kepala mungkin muncul, dapat
mengalami demam.
4) Sistem gastrointestinal
Pengosongan lambung yang lama, ileus paralitik, tidak ada
bising usus, stress ulcer, feses keras atau inkontinensia, mual,
muntah, abdomen hipertimpani.
5) Sistem urinaria
Retensi urine, inkontinensia.
6) Sistem muskuloskletal
Spasme otot, menurunnya kekuatan otot.
7) Sistem integumen
Adanya kemerahan pada daerah yang tertekan akibat tirah
baring (tanda awal decubitus), luka pada selangkangan, mukosa
kering.
8) Sistem reproduksi dan seksualitas.
Impoten, gangguan ereksi, ejakulasi, menstruasi tidak teratur.
c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik hernia adalah secara inspeksi, palpasi, dan
auskultasi sebagai berikut (ganong, 1995 dalam Iscan, 2010;
Sabiston, 1994; Swartz, 1995).
1) Inspeksi: ketika pasien diminta mengedan akan terlihat benjolan
pada lipat paha, bahkan benjolan bisa saja sudah nampak
meskipun pasien tidak mengedan.
2) Palpasi: dapat meraba benjolan yang kenyal, isinya mungkin
berupa usus, omentum atau ovarium. Palpasi juga dapat
menentukan apakah hernia tersebut dapat didorong masuk
dengan jari (direposisi).
3) Auskultasi: pada pemeriksaan secara auskultasi, bila isi hernia
berupa usus maka bising usus dapat terdengar.
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan metode finger tip test:
hanya dapat dilakukan pada pria dan pada hernia reponiblis. Tujuan
utamanya adalah untuk membedakan hernia inguinalis lateralis atau
medialis, di samping dapat menentukan diameter dan ketebalan
cincin hernia. Cara pemeriksaan adalah dengan sebelumnya
meminta pasien untuk mendorong masuk hernianya, kemudian salah
satu jari tangan pemeriksan dimasukkan menelusuri jalan masuk
hernia. Pasien kemudian diminta mengedan. Jika hernia teraba atau
menyentuh ujung jari berarti ini adalah hernia lateralis, dan bila
hernia menyentuh bagian samping jari berarti hernia medialis.
d) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi (foto rontgen sinar X).
2) Pemeriksaan laboratorium (tes darah lengkap, pemeriksaan
feses, pemeriksaan urine).
3) Pemeriksaan EKG.
4) Pencitraan (MRI, CT scan)

C. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2) Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot akibat penekakan oleh
isi hernia
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
terkait prosedur operasi
b. Intra Operasi
1) Kerusahan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi
2) Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia
c. Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik luka post op
2) Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
akibat prosedur operasi
nutrisi kurang dari
Faktor pencetus : aktivitas berat, kelemahan dinding abdomen, peningkatan kebutuhan tubuh
tekanan intraabdominal, kelainan kongenital,Pathway
usia Gangguan rasa
nyaman
kelemahan otot Mual muntah
distensi
Lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis eksternus dan mengikuti
korda spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita).
peningkatan
asam lambung isi usus
Hernia Inguinal Lateralis (HIL) atau Hernia Inguinal Indirek
tertahan
Benjolan pada selangkangan (region inguinal) pre operasi
kantong
Prosedur pembedahan (herniotomi, herniorraphy) Kurangnya informasi hernia berisi obstruksi usus
usus
Kerusakan
Insisi bedah Kurang
integritas kulit Ancaman kematian
pengetahuan Spasme
Terputusnya kontinuitas jaringan syaraf paristaltik usus otot
mmenurun
Hilangnya efek
LukaPost
Luka post Operasi
operasi Krisis situasional
anastesi
Nyeri akut

Nyeri Resiko infeksi Ansietas kostipasi


Perdarahan tidak
Anastesi regional, suhu terkontrol
ruang operasi suhu rendah,
linen tipis
Kehilangan cairan >>

Kesadaran
terjaga Resiko syok

Gangguan rasa nyaman


I. INTERVENSI KEPERAWATAN PRE OPERASI
Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan a. Mampu NIC:
berhubungan tindakan mengidentifikasi dan Anxiety Reduction
dengan krisis keperawatan mengungkapkan a. Identifikasi tingkat kecemasan a. Mengidentifikasi seberapa jauh penyakit
situasional selama 1 x 30 gejala cemas pasien menyebabkan kecemasan pada pasien
menit, ansietas b. Mengidentifikasi, dan merupakan pedoman dalam
berkurang mengungkapkan dan menentukan intervensi yang tepat bagi
menunjukkan teknik pasien
NOC : untuk mengontrol b. Jelaskan semua prosedur dan apa b. Memfasilitasi pengetahuan pasien
- Anxiety self- cemas yang dirasakan selama prosedur terhadap tindakan yang akan dilakukan
control c. Tanda-tanda vital dan memberi ketenangan pada pasien
Anxiety level dalam rentang normal c. Pahami perspektif pasien terhadap c. Membantu menentukan teknik untuk
d. Postur tubuh ekspresi kecemasan mengurangi kecemasan pada pasien
wajah, bahasa tubuh d. Dorong keluarga untuk senantiasa d. Mencegah pasien mengalami ansietas
dan tingkat aktivitas menemani pasien dan memberikan yang berlebihan
menunjukkan ketenangan pada pasien
berkurangnya e. Bantu pasien untuk mengenal situasi e. Mencegah pasien mengalami cemas
kecemasan yang dapat menyebabkan cemas yang berulang akibat ketidakmampuan
dalam mengenal situasi
f. Berikan informasi mengenai kondisi f. Memfasilitasi pengetahuan pasien
penyakit pasien mengenai kondisi penyakitnya dan
memberi ketenangan pada pasien
g. Dorong pasien untuk g. Mengurangi beban pasien terhadap
mengungkapkan perasaan, ansietas yang dirasakan
ketakutan, dan persepsi terhadap rasa
sakit yang dialaminya
h. Kolaborasikan pemberian obat untuk h. Mengurangi ansietas yang dirasakan
menenangkan pasien pasien
2 Nyeri akut Setelah 1. Mampu mengontrol Paint management
berhubungan dilakukan nyeri (tahu penyebab a. Kaji nyeri secara komprehensif a. Mengetahui kondisi umum pasien dan
dengan spasme tindakan nyeri, mampu (lokasi, karakteristik, durasi, pertimbangan tindakan selanjutnya
otot akibat keperawatan menggunakan tehnik frekuensi, kualitas, dan faktor b. Pasien memahami keadaan sakitnya
penekanan isi selama 1x24 jam nonfarmakologi untuk presipitasi) c. Respon nonverbal terkadang lebih
hernia diharapkan nyeri mengurangi nyeri, b. Beri penjelasan mengenai menggambarkan apa yang pasien
dapat berkurang mencari bantuan) penyebab nyeri rasakan
2. Melaporkan bahwa c. Observasi reaksi nonverbal dari d. Mempertahankan posisi fungsional
NOC: nyeri berkurang ketidaknyamanan tulang
1. Pain level dengan menggunakan d. Segera immobilisasi daerah fraktur e. Memperlancar arus balik vena
2. Pain control manajemen nyeri e. Tinggikan dan dukung ekstremitas f. Mengatasi nyeri misalnya kompres
3. Comfort level 3. Mampu mengenali yang terkena hangat, mengatur posisi untuk
nyeri (skala, f. Ajarkan pasien tentang alternative mencegah kesalahan posisi pada
intensitas, frekuensi, lain untuk mengatasi dan tulang/jaringan yang cedera
dan tanda nyeri) mengurangi rasa nyeri g. Memfokuskan kembali perhatian,
4. Menyatakan rasa g. Ajarkan teknik manajemen stress meningkatkan rasa kontrol dan
nyaman setelah nyeri misalnya relaksasi nafas dalam meningkatkan kemampuan koping
berkurang h. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam manajemen nyeri yang mungkin
lain dalam pemberian obat analgeik menetap untuk periode lebih lama
sesuai indikasi h. Mengontrol atau mengurangi nyeri
pasien

3 Kurang Setelah dilakukan a. Pasien mampu NIC :


pengetahuan tindakan menjelaskan kembali a. Kaji pengetahuan klien tentang a. Untuk mengetahui seberapa jauh
berhubungan keperawatan tentang penyakit, penyakitnya dan prosedur operasi informasi yang harus diberikan pada
dengan kurangnya selama 1 x 30 b. Pasien mengenal klien
informasi terkait menit, pasien kebutuhan operasi b. Jelaskan tentang proses penyakit b. Agar klien mengetahui konsep dasar
prosedur operasi mengetahui tanpa cemas (tanda dan gejala), identifikasi dari penyakit yang dialaminya
informasi terkait kemungkinan penyebab. Jelaskan
kondisinya kondisi tentang klien
c. Jelaskan tentang prosedur operasi c. Untuk menurunkan kecemasan klien
NOC : dengan memastikan bahwa tindakan
ini aman
Pengetahuan d. Diskusikan perubahan gaya hidup d. Untuk mengubah gaya hidup yang
tentang penyakit yang mungkin digunakan untuk lebih baik dalam rangka mencegah
dan prosedur mencegah komplikasi komlikasi penyakit
operasi e. Diskusikan tentang terapi dan e. Jelaskan terapi pilihan bagi penyakit
pilihannya lien
f. Eksplorasi kemungkinan sumber f. Untuk meningkatkan koping positif
yang bisa digunakan/ mendukung dari klien
g. Tanyakan kembali pengetahuan g. Review kembali tentang apa yang
klien tentang penyakit, prosedur telah didiskusikan sebelumnya
operasi

II. INTERVENSI KEPERAWATAN INTRA OPERASI


Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Kerusahan Setelah dilakukan a. Integritas kulit yang NIC :
integritas kulit tindakan baik dapat Pressure Management ( Manajemen
berhubungan keperawatan selama dipertahankan daerah penekanan)
dengan luka insisi 1 x 24 jam, integritas b. Melaporkan tidak 1) Anjurkan pasien untuk 1) Penekanan memperburuk kondisi
kulit pasien adanya gangguan menggunakan pakaian yang vaskularisasi area luka yang dapat
membaik. sensasi atau nyeri longgar memperlambat penyembuhan luka
pada daerah kulit 2) Monitor status nutrisi pasien 2) Status nutrisi yang baik dapt
NOC : dengan luka insisi mendukung proses perbaikan
Tissue Integrity : c. Mampu untuk integritas kulit
Skin and Mucous melindungi kulit dan 3) Kolaborasi terapi medikasi 3) Terapi medikasi penting untuk
Membran mempertahankan dengan tim kesehatan lain mempercepat proses penyembuhan
kelembaban kulit dan luka
perawatan kulit

2. Resiko syok Setelah dilakukan a. Tidak ada hematuria NIC :


berhubungan tindakan dan hematemesis Bleeding Precautions
dengan keperawatan selama b. Kehilangan darah a. Monitor tanda-tanda vital a. Mengetahui kondisi umum pasien
hipovolemia 1 x 24 jam, pasien yang terlihat b. Monitor ketat tanda-tanda b. Mencegah terjadinya perdarahan
tidak beresiko syok c. Tekanan darah dalam perdarahan berlebihan yang tidak terlihat
batas normal baik c. Monitor kebutuhan cairan c. Untuk mempertahankan
NOC : sistol maupun diastole pasien keseimbangan cairan tubuh pasien
- Blood lose severity d. Tidak ada perdarahan d. Monitor nilai laboratorium d. Mengetahui perkembangan tingkat
- Blood koagulation pervagina maupun koagulitas darah
internal bleeding e. Pertahankan bedrest selama e. Mencegah perdarahan secara aktif
e. Hemoglobin dan perdarahan aktif
hematokrit dalam f. Lindungi pasien dari trauma f. Prosedur pembedahan terkadang
batas normal atau prosesur pembedahan yang dapat menyebabkan perdarahan yang
dapat menyebabkan perdarahan berlebihan
berlebihan
g. Catat nilai Hb dan Ht sebelum g. Kadar Hb dan Ht menjadi indikasi
dan sesudah terjadinya berkurangnya volume darah
perdarahan
h. Kolaborasi dalam pemberian h. Mengganti volume darah yang hilang
transfusi darah

III. INTERVENSI KEPERAWATAN POST OPERASI


Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan a. Mampu mengontrol NIC :
berhubungan tindakan nyeri (tahu penyebab Pain Management
dengan agen keperawatan nyeri, mampu a. Kaji karakteristik pasien secara a. Membantu dalam menentukan status
cedera fisik luka selama 1 x 24 menggunakan teknik PQRST nyeri pasien dan menjadi data dasar
post op jam, nyeri yang nonfarmakologi untuk intervensi dan monitoring
dirasakan pasien untuk mengurangi keberhasilan intervensi
berkurang. nyeri) b. Lakukan manajemen nyeri sesuai b. Meningkatkan rasa nyaman dengan
b. Melaporkan bahwa skala nyeri misalnya pengaturan mengurangi sensasi tekan pada area
NOC : nyeri berkurang posisi fisiologis yang sakit
- Pain level dengan c. Ajarkan teknik relaksasi seperti c. Peningkatan suplai oksigen pada area
- Pain control menggunakan nafas dalam pada saat rasa nyeri nyeri dapat membantu menurunkan
- Comfort level manajemen nyeri datang rasa nyeri
c. Mampu mengenali d. Ajarkan metode distraksi d. Pengalihan rasa nyeri dengan cara
nyeri (skala, distraksi dapat meningkatkan respon
intensitas, frekuensi pengeluaran endorphin untuk
dan tanda nyeri) memutus reseptor rasa nyeri
d. Menyatakan rasa e. Beri manajemen sentuhan berupa e. Meningkatkan respon aliran darah
nyaman setelah nyeri pemijatan ringat pada area sekitar pada area nyeri dan merupakan salah
berkurang nyeri satu metode pengalihan perhatian
f. Beri kompres hangat pada area nyeri f. Meningkatkan respon aliran darah
pada area nyeri
g. Kolaborasi dengan pemberian g. Mempertahankan kadar obat dan
analgesik secara periodik menghindari puncak periode nyeri
2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan a. tidak ada tanda a. Monitor tanda dan gejala infeksi a. Untuk mencegah terjadinya infeksi
berhubungan tindakan infeksi sistenik dan lokal, Monitor
dengan kerusakan keperawatan b. penyembuhan luka kerentanan terhadap infeksi
integritas kulit selama 3 x 24 baik b. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah b. Mendeteksi adanya infeksi
akibat prosedur jam, resiko ineksi c. Dorong masukkan nutrisi yang c. Nutrisi yang baik, cairan yang
operasi terkontrol cukup, masukan cairan, dan istirahat cukup, serta istirahat yang cukup
NOC : dapat meningkatkan sistem imun
Risk Control tubuh sehingga mencegah terjadiny
infeksi.

d. Laporkan kecurigaan infeksi, d. Agar segera dapat diambil tindakan


Laporkan kultur positif untuk mencegah infeksi semakin
buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges, E. Marliynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta: Media
Aescuapius FK UI.

Maulana, Razi.2011. Hernia. http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/23


Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Yudha, Herry Setya. 2011. Jenis-jenis hernia dan penanganannya hernia and
treatment. http://herrysetyayudha.wordpress.com/2011/11/08/ jenis-jenis-
hernia-dan-penanganannya-hernia-and-treatment
_____. 2009. Hernia Inguinalis. Klaten : PPNI Klaten.

Вам также может понравиться