Вы находитесь на странице: 1из 11

PUSAT REHABILITASI TRAUMA DI PIDIE,

NANGGROE ACEH DARUSSALAM


ALAM SEBAGAI ACUAN DESAIN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Trauma di Pidie

1.1.1 Latar Belakang Trauma Konflik di Pidie

Masih lekat dalam kenangan kita bagaimana konflik dan bencana tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mampu memporak porandakan Provinsi yang
terkenal dengan nama tanah rencong tersebut. Konflik yang telah terjadi selama ini bukan
hanya sudah memakan banyak korban jiwa tetapi bagi rakyat Aceh sendiri kebebasan
mereka, hubungan dengan dunia luar dan kehidupan yang damai telah direnggut oleh
peperangan. Hal ini tentu saja memicu trauma bukan hanya pada orang-orang yang
merasakan langsung peristiwa tersebut; akan tetapi juga orang-orang yang menjadi saksi
mata, termasuk juga anak-anak.

Konflik yang terjadi di NAD sendiri sudah berlangsung sejak tahun 1976.
Konflik yang di cetuskan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) demi lepas dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini telah menyebabkan jatuhnya hampir sekitar
15.000 jiwa. Belum lagi terhitung warga sipil yang menjadi korban pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh tentara Republik Indonesia sendiri. (WIKIPEDIA, 2008).

Kabupaten Pidie yang dianggap sebagai daerah pusat pemerintahan GAM, dengan
luas daerah 4.160,55 km dan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 124,71 jiwa/km,
merupakan daerah yang memiliki kasus pelangaran HAM terbesar di Aceh.

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 1


TABEL: DATA KORBAN KASUS PELANGGARAN HAM DI ACEH PERIODE
BULAN 11 APRIL - 31 SEPTEMBER 2001
Lokasi/ Pembunuhan Penangkapan Penghilangan Penyiksaan Kekerasan Jum
kabupaten diluar / penahanan paksa terhadap lah
prosedur sewenang- perempuan
hukum wenang
Aceh timur 47 8 106 106 15 193
Aceh utara/ 188 46 10 37 0 212
jeumpa
Aceh barat 31 20 1 16 0 66
Aceh 184 0 1 18 0 217
tengah
Aceh 48 36 4 18 0 101
selatan/
singkil
Pidie 69 63 12 29 0 170
Aceh besar 48 46 2 6 0 102
dan Banda
Aceh

Jumlah 544 219 54 230 15 1066


Tabel 1.1.1.a
Sumber data: Koalisi NGO HAM Aceh 26 Oktober 2001

TABEL: DATA KORBAN KASUS PELANGGARAN HAM DI ACEH BULAN


JANUARI 2002

Kabupat Pembu- Penang- Penculi- Penyik- Peme- Kontak Peng- Jumlah


en nuhan kapan kan saan rkosa- senjata granat-
an an
Aceh 7 0 3 1 0 4 0 15
Besar
Aceh 10 1 0 9 0 1 0 21
Selatan

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 2


Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 1.1.1.b
Singkil
Aceh 2 0 2 0 0 0 0 4
Tengah
Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0
Tenggara
Aceh 3 0 0 1 0 3 0 7
Timur
Aceh 10 2 2 0 0 4 4 22
Utara
Banda 0 0 0 0 0 0 0 0
Aceh
Pidie 15 2 0 1 0 19 2 39
Sabang 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 47 5 7 12 0 31 6 108
Tabel 1.1.1.b
Sumber data: Koalisi NGO HAM Aceh 3 Februari 2002

1.1.2 Latar Belakang Trauma Bencana Gempa dan Tsunami di Pidie


Sedangkan bencana Gempa dan Tsunami yang disebut-sebut sebagai titik pemicu
perjanjian damai Aceh juga telah memakan banyak korban jiwa dengan skala bencana
internasional. Bukan hanya bencana Gempa dan Tsunami yang mengguncang kuat
mental rakyat Aceh tetapi juga pengalaman pasca bencana Gempa dan Tsunami tersebut;
pengalaman trauma di mana mereka belum mendapatkan kejelasan hidup selama di
pengungsian.
TABEL: DATA KORBAN TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Daerah Penduduk Wafat Pengungsi
01. Kota Banda Aceh 269.091 78.417 40.331
02. Kab. Aceh Besar 306.718 58 108.747
03. Kab. Sabang 27.447 18 5.527
04. Kab. Pidie 517.452 4.646 38.697
05. Kab. Bireun 350.964 1.488 17.041
06. Kab. Aceh Utara 395.800 2.217 28.113

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 3


07. Kab. Lhokseumawe 156.478 394 16.412
08. Kab. Aceh Timur 253.151 224 16.160
09. Kab. Langsa 141.138 0 2.806
10. Kab. Aceh Tamiang 238.718 0 800
11. Kab. Aceh Jaya 111.671 19.661 40.382
12. Kab. Aceh Barat 97.523 11.830 29.201
13. Kab. Nagan Raya 152.748 493 9.964
14. Kab. Aceh Barat Daya 153.411 835 113.964
15. Kab. Aceh Selatan 167.052 6 5.634
16. Kab. Simeuleu 76.629 22 15.551
17. Kab. Aceh Singkil 174.007 73 -
18. Kab. Aceh Tengah 158.641 192 4.005
19. Kab. Aceh Tenggara 168.034 26 -
20. Kab. Gayo Lues 67.514 27 -
21. Kab. Bener Meriah 120.000 36 1.204
Pengungsi NAD di Medan - - 20.986
Pengungsi NAD di Jakarta - - 1.401

Jumlah total 4.104.187 173.741 394.539


Tabel 1.1.2.
Sumber data: Bakornas PBP - Depkes - Depsos -Media Center Lembaga Informasi
Nasional (LIN), Updated Senin, 31 Januari 2005, Pukul 17.00 WIB

1.2 Dampak Traumatis Konflik dan Bencana Gempa dan Tsunami


Data di atas sedikit banyak menunjukkan penderitaan yang harus ditanggung oleh
rakyat Aceh selama ini. Walaupun Aceh sudah dinyatakan pulih tetapi tentunya rasa
trauma masih akan terus membekap di dada mereka. Bagi anak-anak sendiri trauma
bukan hanya menyisakan rasa takut tetapi juga rasa dendam yang didapat dari perang.
Beberapa kasus di Pidie anak-anak dari veteran tentara GAM diajarkan berperang untuk
membalas dendam orangtua mereka. Belum lagi jika orang tua mereka gugur dalam
peperangan tersebut; maka membalas dendam adalah tanggung jawab yang harus mereka
emban di kemudian hari. Dari data kuestioner yang diedarkan Koran Serambi edisi 21
juni 2006 menyimpulkan bahwa dari 50 orang anak antara usia 8-16 tahun di Aceh; 14

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 4


diantaranya mengerti banyak tentang penggunaan senjata api. Hal ini membuktikan
bahwa mereka pernah mendapatkan pelajaran tentang penggunaan senjata.

Gambar 1.2 a : Anak-anak Aceh yang Gambar 1.2 b : Latihan tentara GAM
akrab dengan senjata melibatkan ayah dan anak remaja mereka
Sumber data : Koran Serambi, Anak miet Sumber data : Koran Serambi, Anak miet
GAM. Serambi, Nanggroe Aceh GAM. Serambi, Nanggroe Aceh
Darussalam, edisi 21 juni 2006 Darussalam, edisi 21 juni 2006

Apabila tidak segera ditanggulangi hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada
tumbuh kembang anak-anak tersebut. Dari data Klinik Jiwa DR. Wardoyo (2006),
menunjukkan bahwa dampak yang diakibatkan oleh konflik dan bencana Tsunami pada
anak dan orang dewasa di Pidie; dari beberapa kasus yang berbeda adalah di antaranya:
rasa takut yang berlebihan, menutup diri dalam pergaulan, anak menjadi hiperaktif,
cenderung berbuat kasar, memiliki jiwa pemberontak, sulit untuk mandiri. Dan beberapa
kasus yang lain menunjukan rasa trauma sudah mengganggu fisik mereka; seperti tidak
punya selera makan, enggan ke luar rumah dan sebagainya.

1.3 Penanganan Korban Trauma Selama Ini


Direktori PeaceBuilding Indonesia (2006), menyebutkan bahwa di Indonesia
sudah ada 87 organisasi kemanusiaan yang menangani pendampingan korban trauma. Di
Nanggroe Aceh Darussalam sendiri sudah banyak dilakukan Rehabilitasi-rehabilitasi
dibidang trauma mental; baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat). Akan tetapi sayangnya usaha rehabilitasi seperti ini kurang
didukung oleh sarana prasarana yang memadai. Selain itu Rehabilitasi Trauma yang

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 5


selama ini dilakukan tidak terpusat dan terkesan berjalan sendiri-sendiri. Karenanya
penulis merasa sangat dibutuhkan sebuah wadah yang berfungsi untuk membantu
mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
Sebelum bantuan Rehabilitasi dari LSM dan Bantuan pemerintahan pasca
bencana gempa dan Tsunami datang, penanganan korban trauma selama ini dipusatkan di
Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh. Hal ini sangat disayangkan mengingat status korban
trauma yang mau tidak mau harus disamakan dengan penderita sakit jiwa membuat
korban trauma enggan untuk berobat ke RSJ tersebut. Sedangkan di Pidie hanya
mengandalkan Klinik Jiwa DR. Wardoyo yang hanya melayani pasien rawat jalan dan
status pasiennya tidak berbeda dengan RSJ Banda Aceh.
Saat ini PEMDA Pidie sendiri belum mempunyai data lengkap mengenai korban
trauma konflik dan Tsunami. Karena secara penanganannya sendiri masih terpencar-
pencar. Berdasarkan data PEMDA Pidie (2007), Dari 28 LSM dan Badan Bantuan
Pemerintahan Pasca Bencana Gempa Dan Tsumani di Pidie, 8 diantaranya bergerak
khusus di bidang Rehabilitasi Trauma. Data terakhir tanggal 19 Januari 2007, LSM Save
the Children di bagian Trauma Healing sudah menerima 132 pasien anak rawat jalan dan
59 pasien anak rawat inap, serta 92 pasien dewasa rawat jalan. Dari MSF France sudah
menerima 170 pasien anak dan 75 pasien dewasa program kelas Trauma Healing
Reguler. Data NRC CARDI sudah menerima 64 pasien anak dan MSF Belgia sudah
menerima 60 pasien anak dan 18 pasien dewasa program kelas Trauma Healing Reguler.
Sedangkan data dari Red Cross Prancis, Jerman, Italy, dan Afrika sudah melayani 709
pasien korban trauma.
Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam; diharapkan bisa
mewadahi setiap jenis kegiatan rehabilitasi mental korban, agar mereka bisa menjalani
aktivitas selayaknya masyarakat normal lainnya.
Pusat Rehabilitasi Trauma di Nanggroe Aceh Darussalam diperuntukan bagi
korban trauma dari semua usia dan golongan.
Pusat Rehabilitasi Trauma di Nanggroe Aceh Darussalam melayani rawat jalan
serta kelas non reguler bagi penderita trauma ringan, dan rawat inap serta kelas reguler
bagi penderita trauma berat yang disebut Traumatized ( pengalaman trauma yang dialami
begitu membekas sehingga menggangu kehidupan sehari-hari).

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 6


Selain itu ada juga lapangan senam kesegaran jasmani dan taman bermain untuk
penyegaran yang dibuka bagi khalayak umum. Dengan demikian Pusat Rehabilitasi
Trauma di Nanggroe Aceh Darussalam bukan hanya berfungsi sebagai tempat
menyembuhkan trauma yang dialami oleh masyakakat Aceh; tetapi juga tempat untuk
mengembalikan kebahagiaan masa kecil dan kedamaian mereka yang telah direnggut
oleh peperangan.

1.4 Rumusan Masalah


Bagaimana merancang Pusat Rehabilitasi Trauma yang bisa mewadahi kegiatan
penanggulangan trauma konflik dan Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam yang selama
ini masih terkesan terpencar-pencar penangannya, agar penangannya lebih terpusat dan
tidak berlarut-larut; dengan mengaplikasikan konsep alam sebagai acuan desain.

1.5 Tujuan
Merancang gedung Pusat Rehabilitasi Trauma yang bisa mewadahi kegiatan
penanggulangan trauma konflik dan Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam secara
terpusat, dengan mengaplikasikan konsep alam sebagai acuan desain.

1.6 Sasaran
- Melakukan studi tentang Pidie Nanggroe Aceh Darussalam.
- Melakukan studi tentang penanggulangan trauma.
- Melakukan studi tentang konsep alam.
- Melakukan studi tentang Pusat Rehabilitasi Trauma yang mengacu pada bangunan
panti rehabilitasi mental.

1.7 Lingkup Pembahasan


- Studi tentang Pidie Nanggroe Aceh Darussalam dibatasi pada latar belakang
penyebab trauma dan jumlah penderita trauma di Nanggroe Aceh Darussalam.
- Studi tentang penanggulangan trauma dibatasi pada penanggulangan secara
psikologis.

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 7


- Studi tentang kosep alam dibatasi pada penggunaan material, pergerakan,
pencahayaan alami, pemanfaatan tanaman dan kontur.
- Studi tentang pusat Rehabilitasi trauma yang mengacu pada konsep alam dibatasi
pada efek konsep alam terhadap upaya rehabilitasi.

1.8 Metode Penelitian


1.8.1 Metode Mencari Data
- Wawancara
Ditujukan pada para psikolog, dokter jiwa, pengurus pusat rehabilitasi dan
pengurus Pusat Rehabilitasi dan pengurus pengurus Rumah Sakit.
- Kuesioner
Diberikan pada pasien dan pengunjung Panti Rehabilitasi dan Rumah Sakit.
- Observasi
Pengamatan langsung pada penghuni, pekerja dan pengunjung Panti Rehabilitasi
maupun Rumah Sakit.
- Studi pustaka dan literatur
Mempelajari buku-buku tentang Psikologi trauma, penanganan trauma, Pusat
Rehabilitasi, konsep alam pada bangunan.
- Studi banding
Melihat langsung bangunan Pusat Rehabilitasi yang ada di Yogyakarta serta di
Pustaka.

1.8.2 Metode Analisis Data


- Kuantitatif :
Misalnya :
1. Jumlah korban konflik dan Tsunami di Pidie Nanggroe Aceh
Darussalam.
2. Jumlah penanganan trauma di Pidie.
3. Jumlah penderita trauma yang terdata.
- Kualitatif :
Misalnya :

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 8


1. Dari jumlah korban konflik dan Tsunami di Pidie bisa ditentukan
ukuran / kapasitas yang dapat mewadahi korban trauma.
2. Dari jumlah penanganan trauma di Pidie bisa ditentukan kualitas
dan fasilitas gedung Pusat Rehabilitasi.

1.9 Metode Perancangan


Menggunakan prinsip-prinsip perancangan dari, misalnya :
- Prinsip-prinsip panti rehabilitasi dan rumah sakit serta kelas dan ruang perawatan
milik badan-badan bantuan yang bergerak dibidang rehabilitasi mental di Nanggroe
Aceh Darussalam.
- Prinsip-prinsip konsep alam pada bangunan dan jalan.
- Prinsip-prinsip psikologi alam pada manusia.

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 9


1.10 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan melalui sebuah analisa pemikiran dari bab 1 hingga bab 5
dirangkum dalam bagan berikut :

Banyaknya korban trauma akibat bencana alam dan konflik khususnya di


NAD, memerlukan suatu penanganan khusus untuk para korban trauma.
Keprihatinan terhadap berlarutnya penanganan atas korban trauma di NAD
yang bisa berdampak pada kerusakan permanen atas kejiwaan dan fisik
mereka serta dampak buruk pada interaksi mereka di masyarakat.
Konsep alam yang bisa bermanfaat dalam proses pengobatan korban trauma.

Latar belakang masalah


Belum adanya Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam sebagai
lingkungan binaan yang terapetik melalui pengobatan medis, psikologis, dan spiritual,
dengan memanfaatkan potensi alam, dengan arsitektur dalam konteks lingkungan
alam.

Data arsitektural
dan
non arsitektural

Analisa makro : Analisa mikro :


o Pemilihan lokasi o Perencanaan tapak
o Lingkungan alam o Pengungkapan karakteristik
sebagai lingkungan ruang melalui pendekatan
terapi pelaku kegiatan pengguna
fasilitas rehabilitasi
o Rencana kegiatan dan
kebutuhan ruang
Elemen alam dan o Besaran ruang dan sirkulasi
karakter pengguna
sebagai faktor

Fasilitas rehabilitasi korban trauma dengan lingkungan binaan yang terapetik.

Bagan 1.10 : Analisa pemikiran sistematika penulisan


Sumber data : Analisa penulis

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 10


Bab I PENDAHULUAN
- Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, sasaran, lingkup, metode dan
sistematika penulisan.
Bab II TINJAUAN UMUM TRAUMA DAN REHABILITASI
- Mengungkapkan potensi kebutuhan masyarakat Aceh terutama di Pidie akan sebuah
Pusat Rehabilitasi trauma; serta mengungkapkan segala fasilitas perbaikan trauma
yang sudah ada.
Bab III TINJAUAN PENGARUH ALAM TERHADAP TERAPI PERILAKU
MANUSIA
- Mengungkapkan desain requirement gedung pusat rehabilitasi, panti rehabilitasi dan
rumah sakit. Mengungkapkan teori-teori konsep alam yang dapat diterapkan pada
bangunan, contoh desain bangunan-bangunan yang menerapkan konsep alam, serta
teori-teori pengaruh konsep alam pada psikologis manusia.
Bab IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PUSAT REHABILITASI TRAUMA DI ACEH
- Mengungkapkan proses untuk menemukan ideide konsep perencanaan dan
perancangan melalui metodemetode psikologi yang diaplikasikan pada lokasi pantai
di Pidie. Contohnya sebuah Pusat Rehabilitasi membutuhkan tempat yang bisa
mendukung upaya rehabilitasi di dalamnya. Kondisi lingkungan pantai yang bersih
dan alami, pemandangan yang indah, kondisi alam perbukitan yang berguna untuk
kegiatan lintas alam, serta bunyi deburan ombak yang menghantam karang yang
secara psikologis dapat membantu proses terapi penyembuhan.
Bab V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT
REHABILITASI TRAUMA DI PIDIE
- Mengungkapkan konsep-konsep yang akan di Transformasikan ke dalam rancangan
fisik arsitektural. Contohnya konsep alam seperti pergerakan alam, penggunaan
material alam, pencahayaan alami, pemanfaatan tanaman dan kontur. Sebuah jalan
dengan kountur mendaki sebelum mencapai bangunan merupakan konsep dari
pergerakan jalan menuju ke puncak bukit.

Pusat Rehabilitasi Trauma di Pidie Nanggroe Aceh Darussalam 11

Вам также может понравиться