Вы находитесь на странице: 1из 5

TRAKEOSTOMI ; PENANGANAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS

XI. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PASCA OPERASI16


a. Mempertahankan jalan napas, terutama 48 jam pertama untuk mencegah tertutupnya
jalan napas, membersihkan kanul dalam, pipa trakeostomi yang baru harus dipertahankan 3-5
hari sebelum diganti agar terbentuk saluran yang permanen.
b. Humidifikasi, untuk mencegah trakeitis dan pembentukan krusta dengan meneteskan 3-
4 tetes larutan saline ke dalam pipa.
c. Penghisapan sekret trakeobronkial, trakeostomi mengganggu fungsi silia dan
meningkatkan resiko aspirasi sehingga diperlukan penghisapan sekret secara regular,
khususnya beberapa hari pertama.
d. Periksa tekanan balon (cuff), tekanan balon harus lebih kecil dari tekanan kapiler (<25
cm H2O) untuk mencegah nekrosis (stenosis subglotik, trakeomalasia)

XII. PERAWATAN PASCA TRAKEOSTOMI


Bagian terpenting dari trakeostomi adalah perawatan pascatrakeostomi yang membutuhkan
ketekunan dan kesabaran. Diperlukan pengawasan secara terus menerus pada pasien untuk
mengawasi terjadinya perdarahan atau pergeseran pipa trakeostomi. 3 Anak-anak yang
memerlukan trakeostomi lama dapat dirawat di rumah, dengan memberikan pendidikan yang
cermat pada orang tua dalam cara penggunaan alat sedot yang steril, pengatur kelembaban
dan penggantian pipa trakeostomi. Perawat trakeostomi yang terdidik akan sangat
membantu. 2

Pipa trakeostomi pada trakeostomi yang baru harus dipertahankan 2 sampai 3 hari sebelum
diganti. Pada saat itu telah terbentuk saluran yang permanen dan sedikit sekali kemungkinan
tidak dapat memasukkan pipa kembali. Mengganti pipa sebelum2-3 hari dapat menyebabkan
hilangnya lumen trakea. Mengganti pipa trakeostomi pada bayi untuk pertama kali harus
tersedia bronkoskop. 2

Kelembaban khusus udara inspirasi yaitu ruangan dengan alat humidifikasi Walton atau
sebuah kerah trakea dengan uap basah, akan memberikan kelembaban yang adekuat. Untuk
menambah kelembaban atmosfir, perlu diteteskan 3-4 tetes larutan garam hipotonik atau
larutan Ringer Laktat ke dalam pipa setiap 3 atau 4 jam. Setelah beberapa hari, kebutuhan
tambahan humidifikasi berkurang dan akhirnya dapat berkurang.2
Gambar 17.Beberapa hal penting dalam perawatan
pascatrakeostomi(Dikutip dari kepustakaan nomor 20)

Pasien yang ditata laksana di rumah, mesin penghisap merupakan kebutuhan mutlak pada
perawatan trakeostomi. Tergantung banyaknya sekret, tindakan penghisapan mungkin
diperlukan setiap setengah jam atau lebih. Kateter karet steril dengan lubang di kedua
ujungnya dan konektor bentuk Y harus tersedia dan hanya dipakai khusus untuk trakea.
Konektor Y memungkinkan kateter dimasukkan ke trakea tanpa alat penghisap bekerja, dan
hanya selama penarikan, ujung sambungan Y yang terbuka akan tersumbat, dan alat
penghisap akan bekerja. Penghisapan hanya selama 15 detik atau kurang karena pada
penghisapan lama dapat terjadi hipoksia dan henti jantung. Penghisapan harus sering
dilakukan terutama pada hari-hari pertama sesudah trakeostomi karena sekret traktus
trakeobronkial bertambah akibat iritasi trakea. Pasien dengan sekret yang kental dan banyak,
perlu pemberian mukolitik intratrakea seperti acetylcysteine untuk mencairkan secret
sehingga mudah dihisap keluar.2,15

Pipa trakeostomi terdiri dari 3 bagian: kanula bagian luar dengan sayap, kanula bagian dalam
yang dapat dikeluarkan untuk tujuan pembersihan, dan introduser yang berbentuk peluru
yang dipasang ke kanula luar (pengganti kanula dalam) untuk membantu memasukkan
kembali pipa tersebut. Introduser harus diplester di tempat tidur sehingga tersedia bila
diperlukan untuk pemasangan pipa kembali.17

Perwatan luka trakeostomi mencakup penggantian pembalut yang sering dilakukan dan sebisa
mungkin memberikan antiseptik lokal povidon-yodium (Betadine). Pasien yang laringnya
masih berfungsi dapat bercakap-cakap dengan menutup pipa trakeostomi dengan jari. Hal ini
memungkinkan agar udara ekspirasi sekeliling pipa ke atas menuju laring pada waktu
ekspirasi. Jari dilepaskan untuk menghirup udara.17

Membersihkan kanul dalam3


Alat yang perlu disediakan ialah botol kecil, kasa perban, penjepit, panci bergagang, saringan,
dan cairan penggosok perak.

Cara membersihkan kanul dalam, sebagai berikut:


1). Buatlah larutan sabun di dalam botol.
2). Angkat kanul dalam dengan cara pertama-tama putar kait kecil pengunci kanul dalam dan
kemudian tarik kanul dalam ke luar.
3). Cuci kanul dalam dengan air dingin dan kemudian rendam untuk beberapa menit di dalam
cairan sabun.
4). Bersihkan bagian dalam kanul dalam dengan kasa yang salah satu ujungnya diikatkan
pada suatu tempat. Gunakan penjepit untuk membantu menarik kasa melalui kanul. Tarik
kanul dalam ke belakang, ke depan dan seterusnya sekeliling kasa yang diikatkan sampai
bagian dalam kanul dalam bersih.

Gambar 18. Pembersihan kanul dalam (Dikutip dari kepustakaan nomor 3)

5). Setelah kanul dalam bersih, cuci dengan baik memakai air dingin yang mengalir.
6). Jika kanul dari perak telah memudar, rendam di dalam cairan pembersih perak untuk
beberapa menit, kemudian bersihkan dan cuci.
7). Goyangkan kanul dalam untuk mengangkat tetesan air. Masukkan kanul dalam ke
tempatnya dan putar kait kecil pengunci untuk mengunci pada tempatnya.
8). Minimal sekali sehari didihkan kanul dalam setelah dibersihkan.
Merebus kanul dalam3
Tahapan untuk merebus kanul dalam ialah :
1). Tempatkan kanul dalam bersih pada saringan dan tempatkan saringan pada panci
bergagang.
2). Isi panci dengan air secukupnya untuk merendam kanul dalam.
3). Setelah air mendidih, didihkan kanul dalam selama 5 menit.
4). Angkat saringan dari panci bergagang, tuangkan air dari panci, dan tempatkan kembali
saringan dalam panci.
5). Biarkan kanul dalam dingin untuk beberapa menit sebelum dimasukkan ke dalam kanul
luar.
Gambar 19. Cara sterilisasi kanul dalam(Dikutip dari kepustakaan nomor 3)
Logam bahan pada kanul perak sangat lunak, oleh karena itu dapat tergores atau bengkok
dengan mudah, oleh karena itu tidak boleh dicoba untuk digores; krusta dapat diangkat
dengan merendamnya. Tidak boleh digunakan penggosok kasar untuk membersihkan kanul
dalam. Biasanya, kanul dalam dan luar dibuat secara spesifik agar cocok satu dengan yang
lain, bahkan kanul dalam tidak akan saling tertukar dengan yang lain. Kanul plastik dapat
dibersihkan dan dididihkan dengan cara yang sama seperti halnya kanul perak.3

Cara mengganti kanul trakeostomi

Petunjuk khusus dari dokter dan perawat diperlukan sebelum penderita mengganti kanul
trakeostominya. Adanya lubang pada anterior leher yang secara langsung berhubungan
dengan trakea, menyebabkan kanul trakeostomi dapat dimasukkan dengan mudah. Untuk
mengangkat kanul trakeostomi, pita trakeostomi dibuka lebih dahulu, pelindung atau
permukaan lempeng kanul trakeostomi dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian
ditarik ke arah anterior dan posterior. Kanul harus bersih dengan pita trakeostomi telah
terpasang, dan siap untuk dimasukkan sebelum pengangkatan kanul trakeostomi. Salep
dioleskan sangat tipis pada permukaan luar kanul trakeostomi untuk mempermudah
memasukkannya. Pita trakeostomi yang digunakan pada kanul dapat satu atau dua untai. Pada
saat memasukkan kanul trakeostomi, penderita melihatnya melalui cermin dan pegang tiap
sisi lempeng permukaan kanul dengan ibu jari dan jari telunjuk. Kanul trakeostomi akan
meluncur ke dalam dengan tekanan ke arah dalam secara halus. Di samping itu, hal yang
penting ialah bahwa kanul dimasukkan segera setelah kotoran yang melekat pada kanul
dibersihkan. Setelah kanul trakeostomi terpasang di tempatnya dan pita trakeostomi diikat,
tempatkan kasa di atas kanul.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Boies L. R. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Trakeostomi. Jakarta : EGC.


1997. Hal. 473-485.
2. Ballenger, John Jacob. Penyakit-penyakit Laring. Dalam: Penyakit
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi XIII Jilid I. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. 1994. Hal. 451, 454-460.
3. Krisnabudhi, H. R. Perawatan Mandiri Pasca Trakeostomi. Dalam :Cermin dunia
kedokteran. [Online]. [Cited on 2011]. Available from : URL
:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_13PerawatanMandiriPascaTrakeostomi
4. Lindman Jonathan, Tracheostomi.[Online]. [Cited on 2011]. Available from : URL
:http://emedicine.medscape.com/article/865068-treatment
5. Sjamsuhidajad R, Kepala dan leher. Dalam : Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran ECG. 2002. Hal 421-2
6. Anatomy and Phisiology. In: Tracheostomy Care Handbook. SIMS Portex Inc. p. 5-8
7. Wilson Loiranne, Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan. Dalam : Patofisiologi.
Jilid 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran ECG. 2006. Hal 736-8
8. Amritsar. Tracheostomy. [Online]. [Cited on 2011]. Available from : URL
:http://www.mmh.org.tw/taitam/csc/pic/cricoid.jpg
9. Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi EA. Penanggulanangan Sumbatan Laring.
Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti DR, eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. 2010. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Hal. 246-250.
10. Russel C. What is a tracheostomy. In : Tracheostomi a multiprofessional hand book.
Cambridge. P.29-34
11. Muralidhar. Tracheostomi in ICU: An Insight into The Present Concepts. Indian
Journal of Anasthesia. 2008. p. 28-37.
12. Durbin CG. Indication for and Timing of tracheostomy. Respiratory Care. Vol 50 No.
4. 2005. p. 483-7.
13. Grillo HC. Tracheostomy: Uses, Varieties, Complications. In: Surgery of The Trachea
and Bronchi.
14. Shiley F. Flexibel tube, flexsibel future. In : Flexibel dual canula tracheostomy tubers
15. Harkin H Russell, Caring for the patient with a tracheostomi. NHS Quality
Improvement Scotland.2003. p. 27-30
16. Walts PA, Murthy SC, DeCamp MM. Techniques of surgical tracheostomy.
17. Dhingra, PL. Tracheostomy. In: Disease of Ear, Nose, and Throat. Fourth Ed. 2008.
New Delhi: Elsevier. p. 293-4
18. Asworth, P. & Keegan. In : NHS Quality Improvement Scotland. (0nline). Cited :
2011. Avaible :www.nhshealthquality.org
19. Pasha R. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Clinical Reference Guide. p. 97.
20. Dhillon RS and East CA. Ear, Nose, and Throat and Head and Neck Surgery. 2nd Ed.
Churchill Livingstone. 2000. p. 70.
21. Cody, TR, Kern EB, Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. .
EGC. p. 369.
22. Broek PVD, Debruyne F, Feenstra L, Marres HAM. Buku Saku Ilmu Kesehatan
Tenggorok, Hidung, dan Telinga. Edisi 12. p. 170.

Вам также может понравиться