Вы находитесь на странице: 1из 20

TEKNOLOGI PEMBORAN

Sistem Pengeboran (Peralatan Bor Putar)

Pada perkembangannya teknologi pengeboran semakin maju, dan hingga saat


ini sistem peralatan bor putar adalah teknologi yang paling tepat untuk digunakan
dalam operasi pembuatan sumur pengeboran. Pada sistem peralatan bor putar ini
memiliki beberapa fungsi utama yang mendukung dalam kegiatan operasi
pengeboran, secara garis besar peralatan pengeboran dapat dibagi menjadi lima
sistem peralatan utama, yaitu, sistem angkat (hoisting system), sistem putar (rotating
system), sistem sirkulasi (circulating system), sistem tenaga (power system) dan
sistem pencegah sembur liar (Blow Out Preventer system). pada prinsipnya lima
sistem ini saling mendukung satu sama lainnya. Dalam kegiatan yang dilakukan pada
operasi pengeboran, lima sistem ini bekerja secara bersamaan dan saling mendukung.
Sehingga keberhasilan suatu operasi pengeboran sangat tergantung pada baik
tidaknya performa dari lima sistem ini. dalam operasi pengeboran yang menggunakan
sistem peralatan putar ini dikenal dua jenis sistem putar yakni sistem Kelly dan top
drive. Pada sistem Kelly putaran yang dihasilkan adalah dengan mentrasfer putaran
dari rotary table ke Kelly dan diteruskan ke rangkaian pengeboran lainnya.
Sedangkan pada top drive, rangkain pengeboran langsung disambungkan ke top drive
dan putaran yang dihasilkan adalah dari motor yang ada pada top drive.
Gambar 1. Rig equipment
Sistem Angkat (Hoisting System)
Sistem angkat (hoisting system) fungsi utamanya adalah memberikan ruang
kerja yang cukup bagi crew pengeboran dan untuk pengangkatan serta penurunan
rangkaian pipa bor dan peralatan lainnya. Sistem angkat ini sangat penting dalam
kegiatan menyambung dan melepaskan rangkaian pengeboran seperti bit, drill collar,
drill pipe dan atau Kelly. Sistem angkat terdiri dari dua bagian utama, yaitu :
a. Struktur pendukung (Supporting structure)
b. Peralatan Angkat (Hoisting equipment)

Gambar 2. Sistem angkat (hoisting system)

Sistem Putar (Rotating System)


Fungsi utama dari sistem putar (rotating system) adalah untuk memberikan
puataran pada rangkaian pipa bor dan juga memberikan beratan pada pahat dalam
mengebor suatu formasi. Putaran bersumber dari putaran rotary table (apabila
menggunakan Kelly) atau dari putaran motor pada top drive. Besarnya putaran yang
diinginkan biasanya disebut dengan Rotation Per Minutes(RPM). Besarnya beban
rangkaian pemboran akan memberikan beratan yang berguna untuk membantu mata
bor dalam pemecahan batuan pada saat operasi pengeboran berlangsung. Beban ini
sering dinamakan denga Weight On Bit(WOB). Dengan kombinasi RPM dan WOB
yang tepat akan menghasilkan kecepatan pengeboran yang optimum (Rate of
Penetration optimum).

Gambar 3. Sistem putar (rotating system)

Sistem Sirkulasi (Circulating System)

Sistem sirkulasi merupakan salah satu sistem yang memegangperanan penting


di dalam operasi pengeboran putar (rotary drilling).Tugas utamanya adalah membantu
sistem pemutar didalam mengebor sumur dengan menyediakan perlengkapan-
perlengkapan yang sesuai untuk mengatur bahan-bahan lumpur dan tempat-tempat
kerja untuk mempersiapkan, merawat dan mengganti fluida pengeboran. Sistem
sirkulasi tersusun oleh empat sub komponen utama, yaitu :
a. Lumpur pengeboran (drilling fluid)
b. Tempat persiapan (preparation area)
c. Peralatan sirkulasi (circulating equipment)
d. Tempat pengkondisian lumpur (conditioning area atau solid control
equipment)
Secara umum lumpur pengeboran dapat disirkulasikan dengan urutan sebagai
berikut:
lumpur dalam steel mud pit dihisap oleh pompa - pipa tekanan stand pipe rotary
hose swivel head kelly drill pipe drill collar bit annulus drill collar
annulus drill pipe mud line/flow line, shale shaker steel mud pit dihisap pompa
kembali dan seterusnya.

Gambar 4. Sistem sirkulasi (circulating system)

Sistem Tenaga (Power System)

Sistem tenaga dalam operasi pengeboran terdiri dari power suplayequipment,


yang dihasilkan oleh mesin-mesin besar yang biasa dikenal dengan nama prime
mover dan distribution equipment yang berfungsi untuk meneruskan tenaga yang
diperlukan untuk mendukung jalannya kegiatan pengeboran. Tenaga yang dihasilkan
prime mover besarnya berkisar antara 500-5000 Hp. Pada umumnya suatu operasi
pengeboran memerlukan dua atau tiga buah mesin. Sedangkan untuk pengeboran
yang lebih dalam memerlukan tenaga yang lebih besar, sehingga prime mover yang
diperlukan dapat mencapai empat unit. Prime mover sebagai sistem daya penggerak
harus mampu mendukung keperluan fungsi angkat, putar, pemompaan, penerangan,
dan lain-lain.
Gambar 5. Sistem tenaga (power system)

Sistem Pencegah Semburan Liat (BOP System)


Lumpur pengeboran merupakan pencegah semburan liar (blow out)yang
utama atau primer, sedangkan blowout preventer (BOP) system merupakan pencegah
blowout sekunder. Apabila kick sudah terjadi, segera penutupan sumur sesuai
prosedur kemudian dilakukan sirkulasi untuk mematikannya.

Gambar 5. Sistem pencegahan semburan liar (bop system)

KONSTRUKSI SUMUR

Perencanaan konstruksi sumur dilakukan setelah diketahui kondisi


geohodrologinya secara teliti berdasarkan hasil penyelidikan baik yang berupa
pemboran eksplorasi beserta pengujiannya maupun dari data log bgeofisika. Dari
perencanaan konstruksi sumur yang tepat diharapkan dapat memanfaatkan airtanah
secara optimumdalam waktu yang cukup lama.
I. Pipa Jambang
Pemilihan pipa jambang baik ukuran maupun bahannya. Pemilihan ukuran
pipa jambang meliputi garis tengah yang disesuaikan dengan besarnya debit
pemompaan yang direncanakan, denagn ukuran yang tepat maka dapat mengurangi
kehilangan tenaga sehingga pemompaanya dapat efisien. Menurut Walton 1970
hubungan antara debit pemompaan dengan garis tengah pipa jambang seperti pada
table dibawah ini:
Tabel 1. Hubungan antara debit pemompaan dengan garis tengah pipa
jambang (Walton, 1970)

Debit Pemompaan (L/det) Diameter Pipa (Inchi)

< 6,3 6
12,6 8
25,2 10
37,8 12
56,7 14
75,6 16
113,4 20

Panjang pipa jambang tergantung dari jenis pompa yang dipasang dan
karakteristik akuifernya. Disarankan bahwa panjang pipa jambang 10-20 ft lebih
panjang dibawah muka airtanah maksimum akibat pemompaan sumur. Disamping itu
harus benar- benar lurus teruruttama apabila pompa yang dipasang adalah jenis
pompa turbin atau pompa selam. Pemasangan konstruksi sumur termasuk pipa
jambang, lubang bor harus benar benar bersih dari serbuk. Utuk batuan yang lepas,
pipa jambang harus disemen dengan semen Portland dicampur dengan pasir sehingga
terikat erat dengan tanah atau batuan di sekitarnya. Panjang penyemenan secukupnya
jangan sampai mengenai pipa saringan, sedangkan untuk batuan kompak pipa
jambang dapat disemen dengan tanah liat. Pipa jambang terletak pada bagian teratas
dari konstruksi sumur.
II. Pipa Buta dan Pipa Saringan
Pipa buta dan pipa saringan dipasang di bawah pipa jambang dengan ukuran
garis tengah lebih kecil dan disambung dengan kerucut reduser dengan pipa jambang.
Pipa buta dipasang pada bagian lapisan kedap air atau pada akuifer yang tidak
diinginkan untuk diambil airtanahnya. Panjang pipa buta tergantung pada ketebalan
bagian yang tidak diinginkan tersebut dan dipasang 2 ft lebih panjang. Sedangkan
pipa saringan dipasang pada akuifer yang ingin kita ambil airtanahnya.
Persyaratan pipa saringan :
1. Cukup dapat melalukan air dan mempunyai hambatan (friksi) yang kecil.
2. Cukup kuat menerima tekanan/ gaya yang mungkin ada dalam sumur.
3. Cukup kuat dan tahan terhadap proses kimia, bakteriologi, korosi dan inrustasi
baik karena airtanahnya maupunakibat treatment yang dilakukan.
4. Cukup mudah diinstalasikan.
2.1. Macam Pipa Saringan
1. Pipa stainless dibuat dengan komposisi kromium 18%, nikel 8%, baja 74%
dengan warna baja keperakan. Pipa ini mempunyai daya tahan sangat baik
terhadap korosi dan baik terhadap acid treatment sehingga baik dipakai pada
kondisi airtanah dengan kandungan hidrogen sulfida, oksigen terlarut, karbon
dioksida dan bakteri besi yang tinggi.
2. Pipa besi dengan komposisi besi murni 89,84% dengan warna galvanis. Pipa
ini mempunyai daya tahan cukup terhadap korosi dan jelek terhadap acid
treatment, dapat digunakan pada sumur yang mempunyai airtanah netral.
3. Pipa baja dengan komposisi bervariasi, besi 99,36%-99,72%. Karbon 0,09%-
0,15% dan mangan 0,2%-0,5% warna galvanis. Mempunyai daya tahan
terhadap korosi namun daya tahan terhadap acid treatment buruk. Digunakan
untuk sumur yang bersifat sementara atau yang airtanahnya tidak korosif dan
inkrustasi.
4. Pipa monel dengan komposisi nikel 70%, tembaga 30% berwarna perak
kebiru-biruan. Daya tahan terhadap dan acid treatment sangat baik, sehingga
dapat dipakai pada sumur yang mempunyai airtanah dengan kandungan
sodium-klorida tinggi, oksigen terlarut pada air laut.
5. Pipa plastic, pipa ini tahan terhadap air garam, air mineral, karbon dioksida,
hidrogen sulfida, asam klorida, tidak mudah mengalami korosi akibat reaksi
kimia, disamping itu ringan sehingga memudahkan dalam transport dan juga
harganya relatif murah. Kejelakannya adalah mudah bengkok sehingga
menyulitkan dalam kontruksi sumur, mudah pecah terutama kekuatan pada
sambungan pipanya.
6. Pipa serat gelas, jenis ini lebih baik dari pada plastik karena lebih kuat dan
tahan lurus sehingga memudahkan dalam pemasangan konstruksi sumur, akan
tetapi harganya jauh lebih mahal.
Selain macam bahan seperti tersebut dapat dibedakan berdasarkan
bentuk lubang saringan yaitu jenis continous slot yang dibuat dengan
melilitkan kawat yang berpenampang segitiga sekeliling lajur-jalur kawat
berbentuk silinder. Persinggungannya dilas dengan kuat. Kawat lilitan
berbentuk segita dimaksudkan agar partikel yang masuk diantara kawat tidak
menyumbat lubang saringan, saringan ini banyak digunakan karena % luas
lubangnya cukup besar. Selain itu dapat dengan mudah jarak kawat sehingga
ukuran lubangnya akan berubah sesuai dengan kondisi geohidrologinya.
Saringan jenis louver atau shutter dari pipa silinder diberi lubang (celah)
melintang tegak lurus sumbu pipa. jarak masing-masing celah terbatas karena
akan mempengaruhi kekuatan saringan. Prosentase luas celah sangat rendah,
mudah terjadi penyumbatan. Jenis ini cocok untuk sumur produksi yang
dilengkapi engan kerikil pembalut pembuatan
Jenis slotted pipe, dibuat dari pipa baja tahan karat yang digergaji atau
diberi perforator untuk membuat celah memanjang sekeliling dinding pipa.
Jenis ini sangat murah tetapi banyak kekurangannya antara lain sepeti halnya
jenis louver di atas ditambah bahwa pada bekas gergaji mudah mnegalami
korosi dan berkarat. Jenis ini banyak digunakan pada sumur eksplorasi atau
sumur pengamat.
Jenis saringan plastic, harganya murah dengan % lubang dapat tinggi
akan tetapi dalam pemasangannya perlu hati-hati karena pipa iini tidak terlalu
kuat. Jenis saringan ini cocok untuk akuifer yang mempunyai potensi air
tanahnya kecil.
III. Penentuan Panjang Saringan
Secara umum untuk mendapatkan aitanah yang besar dengan memasang
saringfan pada seluruh lapisan akuifer yang diketemukan. Akan tetapi perlu pula
dipertimbangkan segi ekonominya karena pipa saringan tersebut relative mahal
harganya sehiongga pemasangan saringan harus seoptimal mungkin.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan panjang saringan adalah:
1. Luas lubang tiap satuan panjang saringan.
2. Karakter hidrolika akiifernya.
3. Besarnya kapasitas pemompaan.
4. Harga saringan.
5. Umur sumur yang direncanakan.
Menurut malton, 1970; untuk menghitung panjang saringan dengan rumus :

SL = panjang saringan (feet)


Q = debit pemompaan (gpm)
Ao = luas lubang efektif dari saringan tiap feet panjang (ft2)
Vc = kecepatan aliran optimum

Dan hubungan kecepatan aliran optimum dengan kelulusan air dari akuifer
menurut Walton, 1970 adalah seperti pada table dibawah ini
Tabel 2. Hubungan antara kecepatan aliran optimum dengan kelulusan air dari
akuifer (Walton, 1970)

Kelulusan Air Kecepatan Aliran


Akuifer (m/hari) Optimum (Vc)
(gpd/ft2) (fpm)
>6000 12
6000 11
5000 10
4000 9
3000 8
2500 7
2000 6
1500 5
1000 4
500 3
<500 2

Besarnya luas lubang efektif rata-rata tinggal 50% dari luas lubang yang ada,
hal ini disebabkan sebagian dari lubang saringan tertutup oleh material akuifer atau
kerikil pembalutnya.
Rumus panjang saringan seperti tersebut di atas tidak mutlak, menurut
Johnson,1975 menyatakan bahwa panjang saringan optimum mempunyai hubungan
dengan ketebalan akuifer, draw down, jenis akuifernya. Dalam hal ini dianjurkan
sebagai berikut :
1. Panjang saringan pada akuifer tertekan yang homogeny. Kira-kira 70%-80% dari
ketebalan akuifernya. Dengan panjang saringan tersebut di atas berartisudah
memperoleh kira-kira 90% atau lebih bila dibandingkan dengan pemasangan
saringan pada seluruh ketebalan akuifer. Penempatan saringan pada bagian tengah
akuifer atau disusun berselang-seling dengan pipa buta.
2. Panjang saringan pada akuifer tertekan yang tidak homogen, sebaiknya
pemasangan saringfan pada seluruh akuifer yang diketemukan.
3. Panjang saringan pada akuifer bebas yang homogeny perlu mempertimbangkan
kapasitas jenis yang besar diperoleh jika saringannya cukup panjang dan jika
drawdown yang akan diambil cukup dalam, maka saringan cukup dipasang pendek
saja. Kedua hal tersebut tergantung pada persediaan saringan pompa yang akan
dipasang dan pertimbangan ekonomi.pemasanagn optimum jika dipasang pada
bagian bawah akuifernya sepanjang sepertiga sampai setengah panjang akuifer.
4. Panjang saringan pada akuifer bebas yang tidak homogeny. Prinsip
pemasangannya seperti pada akuifer tertekan yang tidak homogeny, hanya
diletakkan pada posisi paling bawah dari akuifer bebas (setengah bebas) untuk
mendapatkan drawdown yang lebih dalam.

IV. Penentuan Panjang Saringan


Pengaruh besarnya garis tenagh saringan dapat dipelajari dariu persamaan
hidrolika sumur. Pada akuifer bebas menurut Johnson,1975 dengan menggunakan
rumus :

Q = debit pemompaan (gpm)


P = kelulusan air (gpd/ft2)
H = tebal lapisan zona jenuh air
H = ketebalan zona air setelah pemompaan (ft)
H-h = drawdown
r = jari-jari sumur (ft)
R = Jari-jari pengaruh (ft)

Dari rumus tersebut, Q bervariasi dengan, dimana K adalah konstansta lain dalam
rumus pokok hidrolika sumur, dengan pemikiran bahwa harga n yang besar diperoleh
dengan memperbesar garis tengah sumur seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Hubungan garis tengah sumur dengan yield ratio (Johnson, 1975)

Garis Tengah Sumur (Inchi)


6 12 16 24 30 36 45
100 110 117 122 127 131 137
100 106 111 116 110 126
Yield
100 104 108 112 117
(%)
104 107 112
100 103 108
100 105
Dari table tersebut ternyata kelipatan garis tengah sumur hanya akan
menaikkan kapasitas sumur sebesar 10%. Untuk menentukan garis tengah saringan
yang akan dipasang harus mempertimbangkan lubang bor. Sumur yang memakai
kerikil pembalut alam, saringannya harus mempunyai garis tengah 2-4 inchi lebih
kecil dari garis tengah lubang bor. Bagi sumur yang memakai kerikil pembalut tiruan
selisihnya antara 6-16 inchi dan mempertimbangkan pula jenis akuifernya.
Pemilihannya garis tengah saringan pada prinsipnya untuk mengejar luas total lubang
agar kecepatan masuknya aliran airtanah tidak melampaui standart yang akibatnya
akan memperbesar well-loss. Dari test laboratorium serta percobaan lapangan oleh
Johnson, 1975 menunjukkan bahwa kecepatan masuk kedalaman saringan jika
harganya sama atau lebih kecil dari 0,1fps akan diperoleh :
1. Kehilangan gesekan (friction loss) dalam tiap lubang saringan aklan dapat
diabaikan.
2. Kecepatan inkrustasi akan minimum.
3. Kecepatan korosi akan minimum.
Kecepatan masuk dihitung pembagian debit yang diharapkan dari sumur
dengan luas total lubang saringan, jika hasilnya lebih besar dari 0,1 fps maka garis
tengah saringan harus dinaikkan untuk mendapatkan luas lubang yang cukup atau
kecepatan masuk lebih kecil dari 0,1 fps, demikian sebaliknya. Pertimbangan tersebut
apabila sudah tidak mungkin memperbesar lubang saringan karena ukuran lubang
sudah sesuai dengan ukuran akuifernya.
V. Penentuan Ukuran Lubang Saringan
Lubang saringan berfungsi sebagai ruang lewatnya airtanah dari akuifer ke
dalam sumur dan sebagai penahan material yang tidak diinginkan ikut terbawa masuk
ke dalam sumur. Tugas kedua ini dibantu dengan adanya kerikil pembalut yang
dipasang di luar pipa saringan.
Penentuan ukuran lubang saringan berdasarkan data analisis ayakan dari
serbuk bor akuifer. Dari analisis tersebut dapat ditentukan persentase lolos
(percentage passing), persentase tertahan (percentage retained), ukuran butir, menurut
Johnson 1975, unutk sumur yang memakai kerikil pembalut alam dengan akuifer
berbutir halus maka lebar lubang saringan dipilih pada besaran 40-50% persentase
tertahan. Caranya dengan menarik garis datar dari persentase tertahan kumulatif butir
akuifer sebesar 40-50% memotong grafik komulatif tersebut dan ditarik tegak
memotong sumbu datar yang menunjukkan besarnya ukuran lubang (gambar ).
Pemakaian 40% tertahan kumulatif, apabila airtanah tidak bersifat korosi dan contoh
butir akuifer dapat dipercaya sedang untuk 50% tertahan kumulatif apabila airtanah
bersifat korosi atau contoh butir akuifer homogen berbutir kasar misalnya pasir kasar,
kerikil maka penentuan ukuran lubang saringan dapat diambil 30-50%. Untuk akuifer
yang tidak homogen, penentuan ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran
masing-masing akuifer sehingga ukuran saringan yang dipasang berbeda-beda pada
sumur tersebut. Selaian tersebut di atas Johnson, 1975 memberikan dua pedoman lagi
yaitu:
1. Jika susunan akuifer yang berbutir halus terletak di atas yang berbutir kasar,
maka pemasangan saringan dengan ukuran lubang yang direncakan untuk
material halus harus diturunkan sedikitnya 2 ft dari batas lapisan kasar dan halus.
Hal ini untuk mencegah penerobosan atau penurunan material halus ke dalam
lubang saringan yang kasar, jika tidak demikian akan terjadi penerobosan.
2. Jika material halus terletak di atas material kasar dari akuifer, maka ukuran
lubang saringan yang akan dipasangkan untuk material kasar tidak boleh
saringan dengan ukuran lubang lebih dua kali dari ukuran lubang saringan untuk
material halus.
Dengan pedoman tersebut dapat mengurangi pemompaan pasir (sand pump) dan
harga kapasitas jenis yang didapat cukup tinggi.
Untuk sumur yang menggunakan kerikil pembalut buatan oleh Sir A. Mac
Donald and Partners & Hunting Technical Service ltd. (1965) adalah bahwa
ukuran lubang saringan diambil 5 kali 40% dari ukuran 0.10 kerikil pembalut
atau 2 kali dari ukuran 0.10 kerikil pembalut. Dengan catatan bahwa kerikil
pembalut tersebut sudah memnuhi syarat berdasarkan perhitungan. Sedangkan
Bennison menurut Sir M. Mac Donald and Partners & Hunting Technical Service
(1965) menyatakan ukuran lubang saringan sama dengan ukuran 0.10 kerikil
pembalut.
VI. Kerikil Pembalut
Kerikil pembalut ada 2 macam yaitu kerikil pembalut alam dan kerikil
pembalut buatan. Pemakaian kerikil pembalut sekeliling sumur untuk mendapatkan
aliran air dengan peralihan halus antara lubang saringan dengan akuifer. Fungsinya
yaitu untuk menahn material halus dari akuifer agar tidak masuk kedalam lubang
sumur untuk memperoleh tekanan minimum pada daerah sekeliling saringan sumur
dan sebagai material pewndukung lunbang bor agar formasi batuan tidak runtuh dan
menghimpit pipa instalansi sumur bor untuk mendapatkan aliran tanah.
6.1.Kerikil Pembalut Alam
Adalah kerikil pembalut yang materialnya adalah material formasi batuan itu
sendiri jadi tidak diisikan dari luar kerikil ini diperoleh dari hasil pengembangan
sumur sehingga material yang halus terusir keluar. Kerikil pembalut ini dipakai
pada sumur yang selisih garis tengah lobang bor dengan pipa relative kecil. Disini
yang penting adalah memperhatikan kesesuaian lebar lubang sering dengan
distribusi ukuran butir akuifer.
6.2.Kerikil Pembalut Buatan
Kerikil pembalut buatan ada 2 macam yaitu seragam dan bergradasi. Kerikil
pembalut seragam baik dipakai pada akuifer yang mempunyai distribusi ukuran
butir akuifer yang seragam pula. Pemasangan kerikil pembalut ini mudah karena
tinggal memasukkan saja dari atas setelah pipa konstruksi sumur. Kerikil pembalut
bergradasi diambil keseragaman diasamakan dengan keseragaman akuifer, karena
hal ini mempunyai efek terhadap kelulusan air.
6.3.Material Kerikil Pembalut
Kerikil pembalut terdiri atas material yang bersih dengan bentuk membulat,
keseragamannya rata dan materialnya silikaan, sedikit atau tanpa mengandung
gamping, maksimum gamping yang dijinkan 5 %, shale, anhidrit harus tidak ada.
Ketebalan kerikil pembalut dari percobaan ( Hill Mac Donald and partners dan
hunting technical service, 1965 ). Cukup 0,5 inci asal merata tetapi banyak ahli
yang menganjurkan antara 6 sampai 7 inchi. Sedanagkan johson , 1975. Antara 3
sampai 9 inchi. Ukuran kerikil pembalut menurut Terzanib( Johson, 1975 )
ditentukkan dengan hasil ayakan butiran akkuifer 15% atau D 15, sehingga
ukuran kerikil antara 4 atau 5 kali.

Sumber Kriteria ukuran butir


US Water Ways 0.15 kerikil pembalut =6
0.85 akuifer
US Dept of Agriculture 0.15 kerikil pembalut = 3.6 6.4
0.85 akuifer
US Bureau of reclamation 0.50 kerikil pembalut = 5 - 10
0.50 akuifer

VII. Pengembangan Sumur


Setelah sumur selesai dikontruksi maka dilanjutkan dengan pengembangan
sumur. Pengembangan sumur dimaksudkan untuk menambah kapasitas sumur dan
menjaga agar material halus tidak menutup lubang, pori-pori atau masuk ke dalam
sumur. Beberapa cara pengembangan sumur adalah sebagai berikut:
1. Pemompaan dilakukan dengan pipa yang dimasukkan ke dalam sumur dan
pada tahap awal harus dijlankan dengan perlahan, makin lama makin cepat
dengan dbeit yang cukup besar dan secara menerus sampai airtanah yang
keluar jernih. Setelah ditunggu beberapa saat pompa dimatikan supaya muka
airtanah kembali ke kedudukan semula, lalu pemompaan dilanjutkan lagi
beberapa kali sampai benar-benar bersih. Material kasar yang ikut masuk ke
dalam sumur dapat diambil dengan bailer atau alat timba.
2. Surging, yaitu dengan mengaduk air di dalam sumur. Alat yang digunakan
berbentuk piston dilengkapi dengan katup. Pada waktu torak dinaikkan
airtanah dihisap dari akuifer mengandung CO2 bebas yang dapat terabsorbsi
oleh air masuk reap ke dalam tana. Kombinasi CO2 dengan air dalam bentuk
carbonic acid yang merupakan asam lemah. Dalam pengalirannya
kemungkinan bertemu dengan gamping, napal sehingga dapat melarutkan
kalsium karbonat dalam jumlah besar atau material ankrustasi yang lain. Air
tersebut ikut masuk ke dalam sumur karena pemompaan yang berarti terjadi
perbedaan tekanan antara air dengan akuifer dengan air di dalam sumu,
sehingga CO2 yang terlarut dalam air akan terlepas dan material gamping
tertinggal pada saringan Atau pada kerikil pembalutnya. Faktor yang
menyebabkan ikrustasi adalah tinggi >7.5, kesadahan karbonat >300 bpj, besi
>200bpj (inksustasi besi), mangan > 1 bpj.
Untuk memperkirakan apakah airtanah tersebut bersifat korosi atau inkrustasi
dengan indeks stabilitas air (RYZNAR). Kalau harga indeks stabilitas air (I) >
9 maka air bersifat kkorosi dan apabila I < 7 bersifat inkrustasi. Harga I ini
tidak dapat mengetahui korosi yang disebabkan oleh H2S sulfate reducing
bacteria, dissolved oxigen atau inkrustasi akibat besi, mangan atau bakteri
besi. Menentukan harga I dengan pH, TDS, MO (methyl orange alkalinity)
dan konsentrasi ion kalsium atau dengan rumus:
I= S C pH
Harga S didapat dari gambar yaitu hubungan antara TDS dengan S, sedangkan
harga C didapatkan dari hubungan antara MO dengan Ca seperti pada gambar
yaitu dengan menarik garis datar dari harga Ca (bpj) dan menarik garis tegak
dari harga MO (bpj) berpotongan pada garis miring yang menunjukkan harga
C-nya.
3. Surging dengan tekanan udara, yaitu dilakukan dengan kompresor dengan
tekanan yang sangat besar. Udara dilewatkan pada rangkaian pipa ke dalam
sumur, tekanan diubah-ubah sehingga airtanah di dalam sumur keluar lewat
antara pipa dengan pipa jambang bersama-sama kotoran. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sampai airtanah yang keluar jernih.
4. Dengan CO2 padat yang dimasukkan ke dalam sumur, mulut sumur ditutup
rapat. Sebelum CO2 padat dimasukkan untuk mengahancurkan dan
melepaskan lempung dengan pengasaman HCl. Maka terjadi reaksi dengan
CO2 padat sehingga terbentuk gas CO2 bertekanan tinggi. Setelah itu tutup
sumur dibuka akan terjadi semburan air bersama kotoran (material) sumur dan
dilanjutkan dengan pemompaan sampai airtanah yang keluar jernih. Cara ini
sangat baik untuk akuifer yang berupa batugamping karena akan terjadi reaksi
dengan HC, sehingga tidak perlu memberikan CO2 padat. Cara ini dikenal
sebgai acidization (injeksi asam klorida) seperti yang dilakukan pada
beberapa sumur bor di daerah Wonosari.
5. Peledakan lubang bor, cara ini baik dilakukan pada akuifer yang kompak dan
padat sehingga airtanahnya terdapat pada retakan (rekahan). Peledakan
dengan menggunakan dinamit yang dipasang pada kedalaman tertentu dan
diledakan dari atas. Retakan akan menjadi bertambah besar sehingga airtanah
akan lebih banyak. Setelah itu dilakukan pemompaan untuk membersihkan
sumur bor dari kotoran hasil peledakan. Kontruksi sumur bor yang diledakan
adalah open hole (lubang terbuka).

VIII. Sumur Resapan


8.1. Bentuk Dan Ukuran Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA)
Bentuk dan ukuran konstruksi SRA sesuai dengan SNI No. 03-2459-1991
yang dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil adalah berbentuk segi empat
atau silinder dengan ukuran minimal diameter 0,8 meter dan maksimum 1,4
meter dengan kedalaman disesuaikan dengan tipe konstruksi SRA. Pemilihan
bahan bangunan yang dipakai tergantung dari fungsinya, seperti plat beton
bertulang tebal 10 cm dengan campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl untuk penutup
sumur dan dinding bata merah dengan campuran spesi 1 Pc : 5 Psr tidak
diplester, tebal bata (Gambar 2.1).

Gambar 8.1. Konstruksi Sumur Resapan Air


Data teknis sumur resapan air yang dikeluarkan oleh PU Cipta Karya
adalah sebagai berikut :
1. Ukuran maksimum diameter 1,4 meter
2. Ukuran pipa masuk diameter 110 mm
3. Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm
4. Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter
5. Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4
pasir tanpa plester
6. Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm
7. Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1
semen : 2 pasir : 3 kerikil.
8.2. Desain Konstruksi Sumur Resapan Air
Sumur resapan air akan dapat berfungsi dengan baik, apabila didesain
berdasarkan kondisi lingkungan dimana sumur tersebut akan dibuat. Desain
sumur resapan air dalam hal ini meliputi bentuk, jenis konstruksi dan dimensi
sumur resapan air. Menurut SNI No. 02-2453-1991Tentang Tata Cara
Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Perkarangan
diperlukan persyaratan teknis pemilihan lokasi dan jumlah sumur resapan
pada pekarangan, persyaratan teknik meliputi :
1. Umum : dibuat pada lahan yang lolos air dan tahan longsor, bebas dari
kontaminasi dan pencemaran limbah, untuk meresapkan air hujan, untuk
daerah dengan sanitasi lingkungan yang tidak baik hanya digunakan
menampung air hujan dari talang, mempertimbangkan aspek hidrologi,
geologi dan hidrologi.
2. Pemilihan lokasi : keadaan muka air tanah dengan kedalaman pada musim
hujan, permeabilitas yang diperkenankan 2 12,5 cm/jam, jarak penempatan
diperhitungkan dengan tangki septik tank 2 meter, resapan tangki septik
tank/cubluk/saluran air limbah 5 meter, sumur air bersih 2 meter.
3. Jumlah : penentuan jumlah sumur resapan air ditentukan berdasarkan curah
hujan maksimum, permeabilitas dan luas bidang tanah.
Dalam mendesain dimensi konstruksi sumur resapan air untuk kawasan
perumahan terdapat tiga parameter utama yang perlu diperhatikan yaitu :
permeabilitas tanah, curah hujan, dan luas atap rumah/permukaan kedap air
(Dephut, 1994). Permeabilitas tanah dapat kita tentukan berdasarkan hasil
pengukuran langsung di lokasi permukiman dengan Metode Auger Hole
Terbalik. Data permeabilitas tanah ini diperlukan untuk menentukan volume
sumur resapan air yang akan dibuat. Curah hujan diperlukan untuk
menentukan dimensi sumur resapan air. Data curah hujan yang diperlukan
selama 10 tahun pengamatan (diperoleh dari stasiun hujan terdekat).
Pengukuran luas atap rumah didasarkan atas luas permukaan atap yang
merupakan tempat curah hujan jatuh secara langsung diatasnya.
Sedangkan untuk mendesain bentuk dan jenis konstruksi sumur resapan
air diperlukan parameter sifat-sifat fisik tanah yang meliputi Infiltrasi,tekstur
tanah, struktur tanah, dan pori drainase (Mulyana, 1998).
8.3. Pembuatan Sumur Resapan Air
Setelah diperoleh desain konstruksi (dimensi, bentuk dan jenis) sumur
resapan air sesuai dengan kondisi lingkungan pada kawasan perumahan,
selanjutnya dalam proses pembuatan sumur resapan air dapat dirancang dua
pola penerapan yaitu: a) pembuatan secara kolektif (berdasarkan blok-blok
rumah, atau untuk satu kawasan perumahan); dan b) pembuatan per-tipe
rumah.
Pembuatan sumur resapan air per-blok dalam suatu kawasan
perumahan harus direncanakan sejak dari awal oleh kontraktor atau developer.
Pada siteplan sudah nampak jelas alokasi lahan untuk pembangunan sumur
resapan air pada setiap blok (per-blok bisa terdiri dari 10 rumah atau lebih).
Alternatif lain, SRA dibuat dalam bentuk danau untuk semua rumah pada
suatu kawasan perumahan, sehingga SRA berfungsi disamping untuk
meresapkan air ke dalam tanah juga sebagai tempat rekreasi warga. Gambar
skematis tentang bangunan sumur resapan air dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut ini.
Gambar 8.2. Sumur Resapan Air

DAFTAR PUSTAKA

Suharyadi. 1984. Geohidrologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada


www.miningundana07.wordpress.com

Вам также может понравиться