Вы находитесь на странице: 1из 171

Kidung Patani

Adilah Yeh
Afnan abdulrahman
Dkk

Penerbit

Kidung Patani
Adilah Yeh, Afnabdulrahman, Dkk
Copyright 2016 by Landasan Ilmu

Diterbitkan oleh:

CV. Landasan Ilmu


Kerinci/Sungai Penuh- Jambi, 37173
Web: landasanilmu.com
Instagram: @penerbitlandsanilmu

Penyunting: Bastian
Layout: Jaka Sandara, S.Sy
Editor: Iis Sugiarti & Teguh Amanah
Desain Cover: Iis Sugiarti

Terbit: Desember 2016


ISBN: 978-602-60109-9-5

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dengan bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari
penerbit.

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga
tersusunlah Buku Antologi Puisi yang berjudul
Kidung Patani. Sholawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada junjungan kita umat Islam
yaitu Nabi Muhammad SAW.

Kidung Patani | 2
Buku Antologi Puisi Kidung Patani ini
merupakan kumpulan puisi-puisi dari Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu (PBSM)
Jamiah Islam Syeikh Daud Al Fathani (JISDA) Yala,
Selatan Thailand atau dikenal dengan nama Patani.
Mengingat bahwa menulis merupakan proses
pengembangan intelektualitas dan nalar kritis
seseorang. Maka hal ini penting diwujudkan dalam
sebuah buku. Apalagi JISDA memiliki jurusan PBSM
yang erat hubungannya dengan kepenulisan sastra.
Sastra adalah realitas yang tidak terlepas
dari kehidupan itu sendiri. Artinya karya sastra
berisi tentang kehidupan manusia. Suatu hal kecil
yang terkadang kebanyakan orang tidak
memandangnya, bisa jadi menjadi suatu hal yang
besar setelah dituangkan ke dalam bentuk karya
sastra, seperti puisi. Bahkan hal tersebut bisa
menjadi jalan perenungan dan penyadaran bagi
penulis maupun pembaca.
Di Patani ini, karya sastra berbentuk puisi
masih sangat minim peminatnya dan belum
memasyarakat. Diketahui saat ini ada 3 -penyair
Patani yang masih produktif yaitu Dr. Phaosan
Jehwane, Mahroso Doloh dan Abdul Razak
Panaemalae (baca: Sastrawan Patani). Padahal
uniknya jenis karya sastra seperti nadzam, pantun,
dan syair klasik masih dipentaskan pada perayaan
hari-hari besar umat Islam di Patani. Maka cita-cita
memasyarakatkan puisi di Patani ini menjadi hal
yang perlu diperhatikan.
Untuk membangun budaya menulis di
kalangan mahasiswa perlu adanya pembinaan dan

Kidung Patani | 3
wadah kreativitas di dalam kampus, seperti
komunitas atau dari dosen itu sendiri yang
mengajak mahasiswanya untuk senang menulis.
Menulis adalah kreativitas yang harus
dibiasakan secara terus-menerus. Kegiatan menulis
tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan membaca.
Karena intensitas membaca seseorang akan
mempengaruhi kualitas tulisannya. Membaca ibarat
jendela dunia yang menjadikan kita bisa melihat
sisi-sisi lain yang sebelumnya belum terlihat oleh
mata kita. Sehingga pengetahuan kita menjadi
bertambah dan berkembang. Maka dari itu gagasan
ataupun pemikiran perlu dituangkan ke dalam
bentuk tulisan. Sehingga ilmu yang kita punya lebih
bernilai manfaat.
JISDA merupakan satu-satunya Perguruan
Tinggi di Selatan Thailand yang mempunyai Jurusan
PBSM. Saat ini di Perguruan Tinggi yang lain hanya
berkosentrasi pada jurusan melayu saja. Maka
sangat tepat jika JISDA dijadikan pusat studi
kesusastraan di Patani. Mengingat Bahasa Melayu di
Patani saat ini berada dalam kedilemaan. Maka hal
tersebut merupakan tanggung jawab yang besar
bagi masyarakat melayu Patani terlebih bagi
Mahasiswa PBSM JISDA untuk memartabatkan
Bahasa Melayu, selain dengan menuturkan juga
dengan menuliskan.
Dengan terbitnya Buku Antologi Puisi Kidung
Patani ini merupakan langkah awal pergerakan
literasi (kepenulisan) di JISDA pada khususnya dan
di Patani pada umumnya. Semoga kedilemaan
minimnya buku-buku di Patani akan hilang perlahan,

4 | Kidung Patani
seiring dengan bermunculannya penulis-penulis
hebat yang lahir dari rahim Patani, di suatu hari
nanti.

Yala-Patani, 14 Oktober 2016


Editor: Iis Sugiarti dan Teguh Amanah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Editor

SAJAK-SAJAK MAHASISWA JISDA

Adilah Yeh
Afnan Abdulrahman
Akhiyar Abdulsamad
Al Husna Mangkuwae
Amani Doloh

Kidung Patani | 5
Aminoh Hayisulong
Annua Masa
Areena Aleemama
Arina Mako
Arinee Satengkuwae
Daniel Samael
Fadeelah Leubateh
Farhan Syafii
Fathi Mina
Fatihah Kalupae
Hasian Samoh
Hasnan Uma
Hayatee Solaso
Husna Tayek
Ibrahim Hajiabu
Imron Aket
Kareemah Binti Chesoh
Khadeejah Saemasae
Khadeejah Cekwani
Khadijah Lido
Lisana Saidmuhammad
Maruan Wanni
Masyitah Kemek
Masyitoh Samoh
Muhammadasree Minadaud
Muhammadfitree Cekteh
Muniroh Bachak
Nasirah Buereheng
Nasra Hasa
Nasriah Akok
Nasuha Beeru
Norma Domolo
Norma Laemoh
Nurhayatee Yasing
Nuruddin Lateh
Nureezan Naepaerok
Nurhuda Pohnoh

6 | Kidung Patani
Nurlaila Kengmalaphi
Nurma Masae
Nurnajlat Malee
Pattnee Sulong
Phateemoh E-tae
Rokib Besa
Rusnee Kalupae
Rusnee Madeng
Rusniah Sareh
Sufeeyah Lasoh
Sumitra Samae
Syarifah Samae
Suwaibah Jakne
Tohiroh Seksukli
Toyibah Mambado
Waena Cekteh
Yasir Ahmad
Zainab Maneeheeya

SAJAK-SAJAK PENYAIR TAMU

Abduljalal Kutik
Abdul Wachid BS
Abdulwahed Kamae
Adi Purnomo Wartam
Alfian Ridho Utama
Aminda Fatahu Rohma
Andit Triono
Arif Hidayat
Aulia Zulfa N
Dewandaru Ibrahim Senjahaji
Dimas Indiana Senja
Efen Nurfiana
Endah Kusumaningrum

Kidung Patani | 7
Faiz Adittian Akhyar
Gani Sahidun
Heru Mulyadi
Iis Sugiarti
Intan Nur Azizah
Irna Novia Damayanti
Isna Imroatuz Zakiyati
Mahroso Doloh
Muhammad Badrun
Pateemoh Baka
Ruzimah Bungosayu
Rifki Ismar Ismail
Sri Setya Murti K
Teguh Amanah
W. Nisawati Mafrukha
Widya Rahmawati Al Nur
Yanwi Mudrikah
Kata Penutup:
Puisi dan Sebuah Potret Kehidupan
Biodata Penyair

8 | Kidung Patani
Sajak Adilah Yeh

MIMPI

Semua hanyalah mimpi


Yang tertinggal di ujung senja
Ketika hati bertaut dua janji
Dan semuanya telah sirna
Merenda hari depan
Hanyalah sebatas perkataan
Andai cinta dapat terulang
Maka, semua akan kubawa pulang

Rumah, 18 September 2016

Sajak Adilah Yeh

ATAP RUMAHKU

Atap rumahku kini roboh


Menatap malam bintang temaram
Linangan air mata jiwa rapuh
Sendu pilu di hatiku bersemayam

Kucoba tuk berdiri tegar


Menantang dingin yang menembus relung
Namun diri menghadirkan gentar
Gemetar jiwa telah terpasung

Tetesan airmata tak lagi bersuara


Dalam asa yang bergeming
Mata memerah

Kidung Patani | 1
Gemeretak gigi tak lagi bertaring

Atap rumahku haruslah kokoh


Walau terhuyung tertiup angin
Setegar jiwa kian yang rapuh
Dalam damai naungan beringin

Rumah, 20 September 2016

Sajak Afnan Abdulrahman

HARAPAN BANGSA

Bumi Pertiwi
Hijaunya rerumputan
Lebatnya hutan
Luasnya lautan
Tanah tumpah darahku tercinta

Wahai pemuda pemudi harapan bangsa


Bangunlah untuk memenuhi janji pusaka
Tumbuhkanlah kesadaran
Siapa lagi kalau bukan kita
Wahai harapan bangsa
Aku bukanlah siapa-siapa
Tapi demi tanah airku tercinta
Aku relakan segalanya

Surgaku, 5 September 2016

Kidung Patani | 2
Sajak Afnan Abdulrahman

HARGAI DIRI

Cahaya lampu malam ini


Membuatku bisa melihatmu
Kau kemana saja
Kenapa kau begini
Coba kau lihat dirimu
Sebelum semua menjadi kelabu

Surgaku , 27 September 2016

Sajak Akhiyar Abdulsamad

SURGA

Surga adalah kediaman


Diliputi kenikmatan
Yang bagi orang-orang beriman

Hidup di dunia beramal saleh


Balasannya surga selama-lamanya

Surga didekatkan bagi orang yang bertakwa


Dengan kenikmatan tiada tara

8 Agustus 2016

Sajak Akhiyar Abdulsamad

Kidung Patani | 3
GURUKU

Guruku,
Engkau adalah pelita hidupku
Jiwa pengorbananmu sungguh tinggi
Mengenalkanku pada arti
Oh, guruku
Satu hurufpun aku tak bisa membacanya
Jika engaku tak mengajariku
Wahai guruku
Engkau adalah insan yang mulia
Engkau yang membawaku pada muruah

2016

Sajak Al Husna Mangkuwae

MAAF

Bila kata merangkai dusta


Bila langkah membekas lara
Bila hati penuh prasangka
Dan langkah menoreh luka
Mohon bukalah pintu maaf
Selamat Idul Fitri
Mohon maaf lahir batin

Satukan tangan, satukan hati


Itulah indahnya silaturahmi
Di hari kemenangan kita padukan
Keikhlasan untuk saling memaafkan
Selamat Idul Fitri
Mohon maaf lahir batin

Jisda, 16 September 2016

Kidung Patani | 4
Sajak Al Husna Mangkuwae

SURAT RINDU

Wahai malam
Bawalah surat rinduku
Bisikan dalam sepi pada ibuku

Wahai malam
Bawalah surat rinduku
Dan bisikkan dalam gelap pada ayahku

Wahai malam
Bawalah surat rinduku
Dan bisikkan dalam tidur saudaraku

Wahai malam
Bawalah surat rindu puisiku
Dan sampaikan pada Tuhanku
Yang maha pengasih dan penyayang

Bahagiakanlah setiap hati yang kurindu

Banggulstol, 24 September 2016

Sajak Amani Doloh

KURELA
;Patani

Kidung Patani | 5
kurela untukmu Patani
yang lawan karena berani
yang sanggup karena yakin
yang mati karena benar

kuingin kemerdekaanmu Patani


mengibarkan panji kemenangan
untuk harapan anak muda
bela Ibu Pertiwi

untukmu Patani
kurelakan darahku ngalir
kuberdoa padaNya
untukmu, Patani merdeka

Yala, 4 September 2016

Sajak Amani Doloh

MERDEKA

Merdeka bukan sekedar kata


Bukan perkataan yang sia-sia
Merdeka bukan permainan mimpi
Bukan khayalan yang kosong
Tetapi merdeka itu
Sebagai satu hakikat yang akan bangkit
Dari pejuang-pejuang yang hebat

Kidung Patani | 6
Yala, 26 September 2016

Sajak Aminoh Hayisulong

SERUAN PEMUDA

Kita pemuda Fathoni


Bersatu dan setia
Kuatkan semangat membela nusa
Dengan semangat merdeka
Setiap saat berwaspada
Korbankan segala untuk bangsa
Tinggalkan kesenagan diri
Pertiwi mesti didahulukan
Hancurkan segala rintangan
Hapuskan segala kemelaratan
Tegakkan keamanan
Pelihara ketenteraman
Carilah kemajuan
Itulah seruan pemuda
Pemuda harapan bangsa
Negara Fathoni tercinta

Sekolah, 10 September 2016

Sajak Aminoh Hayisulong

Kidung Patani | 7
SENGSARA HIDUP

Bumi subur kehijauan


Langit mendung turunkan hujan
Lautan bergelombang-gelombang
Sawah terbentang kelihatan
Zaman keemasan sudah berlalu
Kehidupan mendesah pilu
Tak pernah lagi merasa manisnya madu
Pikiran gelap bibir membisu
Tangan bekerja letih dan lesu
Kejamnya dia sebagai pemangku
Kini aku sadar hidup tertipu

Rumah, 21 September 2016

Sajak Annua Masa

BAHASA MELAYU DI PATANI

Bahasa Melayu di Patani


Kini berada di muara sepi
Anak bangsa tak mengerti lagi
Hanyut ke kuala dasar siamisasi

Dahulu aku pernah dengar


Kegemilangan bahasa melayu dalam kitab-
kitab
Pernah menyebar di tanah Arab
Alim ulama menyemai dakwah

Kini bahasa melayu nyaris hancur

Kidung Patani | 8
Generasi muda tak pandai bertutur
Mereka lebih suka berbahasa pencebur
Bahasa ibunda menjadi lebur

Tulisan jawi semakin hilang


Tiada bentang yang dapat menahan
Bahasa melayu dipermainkan
Bagai bahtera tiada tujuan

Bahasa melayu bahasa ibunda


Semakin lenyap, terhampas sengsara
Bahasa melayu kehilangan tahta
Patani pertiwi bangsa yang di lupa

Yala,19 September 2016

Sajak Annua Masa

PATANI

Patani
Aku tak pernah bosan
Mendengar kisah negerimu
Tentang nasib anak bangsamu
Tentang semangat juangmu
Malam dan siang

Betapa pedihnya hatimu


Menahan ujian fitnah silam
Setiap kali aku membaca sejarah
Airmataku ngalir basah
Mengenang tragedi yang berdarah
Sampai bilakah akan ditanggung musibah

Kidung Patani | 9
Diriku hanya pasrah
Dalam doa-doa yang tak berkesudah

Yala, 1/10/2016

Sajak Areena Aleemama'

SAHABAT

Kaulah yang menaruh bintang


Dalam mata hati dan genggamanku
Kau tak pernah meninggalkanku
Mungkin sesaat aku tak melihatmu

Tapi ketika sampai pada malam


Kau selalu di sana menjelma pelita
Di lorong paling gelap dan berdebu

Sahabat
Kaulah bintang sejati
Yang tertawa, menangis, berjalan
Dan tak henti berkelip
Di langit hidupku

Banangsta, 21 September 2016

Sajak Areena Aleemama'

GURUKU

Guruku

Kidung Patani | 10
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
Kau jadikan kami tahu
Kau jadikan kami mengerti
Kau jadikan kami pandai

Guruku
Kau tak kenal lelah
Kau tak kenal putus asa
Kau didik kami dengan kesabaran
Kau didik kami dengan kesungguhan

Guruku
Ingin kubalas jasamu
Dengan kesungguhanku belajar
Dengan kesuksesanku
Dengan keberhasilanku
Guruku
Selalu kupanjatkan doa untukmu
Semoga tuhan membalas ketulusanmu

Yala, 27 Desember 2016

Sajak Arina Mako

HUJAN

Tanah yang gersang


Dedauanan tanpa kehijauan di wajahnya
Terbakar teriknya matahari
Tiba- tiba awan hitam teduhi alam
Langit menggelegar berkilat-kilat
Jatuhlah air dari langit
Membasahi tanah
Sawah hijau terbentang luas

Kidung Patani | 11
Tersebab hujan rahmatMu

9 September 2016

Sajak Arina Mako

IBU

Ibu,
Kaulah yang melahirkanku
Airmata menetes tersebab kesakitan
Kaulah yang memandikanku
Menyucikan tubuhku
Kaulah yang menyuapiku
Ketika aku lapar dan dahaga

Ibu,
Tersebab sayangmu kepadaku
Kau tak pernah mengatupkan mata
Di waktu malam, sebelum aku terlelap
Kau takut aku menangis tanpamu
Takut binatang kecil menggigit badanku
Jasamu tak terbandingkan
Dengan emas dan permata
Kau yang selalu terkenang dalam hidupku

9 September 2016

Kidung Patani | 12
Sajak Arinee Satengkuwae

BERJUANG

Berjuanglah kita tak pernah mundur


Menghadapi musuh durjana
Persembahkan jiwa raga kepada yang Esa
Dan bersatulah kita teguh bercerai kita jatuh
Supaya tanah air kita dapat merdeka

Yala, 21 September 2016

Sajak Arinee Satengkuwae

IBU

Oh ibu
Tahukah engkau
Setibaku di Yala ini
Matahari
Angin
Awan mendung, dan
Hujan
Seluruhnya menyenandungkan
Namamu
Oh ibu
Aku berharap dan menanti

Kidung Patani | 13
Hari pertemuan kau dan aku

Yala, 7 september 2016

Sajak Daniel Samael

PUISI BUMI PATANI

Bumi Patani bumi yang bertuah


Bumi Patani bumi bersejarah
Bumi melayu yang luhur
Bumi Patani aman damai

Kita adalah rakyat Patani


Lihatlah yang terjadi sekarang
Di bumi kelahiranku
Pemuda dihukum pengganas
Orang-orang berilmu menjadi sasarannya
Bayi tak berdosa menangis kesakitan

Sekarang bumi Patani dalam kesusahan


Inilah Patani yang dirampas penjajah
Kapan kita teriakkan
Kata: Merdeka?

2016

Sajak Fadeelah Luebaeteh

Kidung Patani | 14
DUNIA AKHIR

Wahai manusia
Lihatlah bumi kita kini
Kita duduk menghabiskan hari
Dengan sia-sia
Ketika bencana alam melanda
Masalah pemanasan global
Berfaktorkan penipisan lapisan ozon
Memuncakknya sikap manusia yang
Acuh terhadap lingkungan
Bumi sedang menangis
Kepada siapa yang harus dipersalahkan
Kalau bukan kita

9 September 2016

Sajak Fadeelah Luebaeteh

DUKA

Ketika kau ucapkan terima kasih


Aku berlinang airmata
Aku rindu saat-saat bersamamu
Merasakan kasih sayangmu

Tapi kini kau bukan milikku


Hatiku gundah gulana
Aku berdoa kepada Illahi
Agar kau selalu tersenyum bahagia

4 Oktorber 2016

Kidung Patani | 15
Sajak Farhan Syafii

PUISI PATANI TERCINTA

Saat bencana menghadang


Tiupan angin menjadi racun
Rintisan hujan menjadi batu
Lalu bumi di hanguskan api
Aku di sini
Di bumi tercinta
Yang bergelarkan serambi Mekah
Kini, kau telah di rampas
Hilanglah kedamaian
Hilanglah kebebasan
Hilanglah kedaulatan
Hilanglah kebahagiaan
Oh! Patani
Di mana kau berada?
Bilakah kau kembali?
Wahai Patani!
Merdekalah kau
Merdekalah!! Merdekalah!!

Yala, 1 September 2016

Sajak Farhan Syafii

ABANGKU

Kidung Patani | 16
Setelah ibu pertiwi dirampas
Hanya derita dan sengsara
Hidup sebagai hamba dalam rumah sendiri
Hidup sebagai anak tiri dari bapak yang kejam
Aku adalah anak bungsu dari ibu yang
bernama melayu
Aku adalah anak bungsu dari bapak yang
bernama nusantara
Namun,
Aku diambil oleh penjahat
Hidup serupa dalam penjara
Darah dan airmata selalu ngalir
Wahai abangku Indonesia dan Malaysia
Bantulah dan tolonglah adikmu ini

Yala, 27 September 2016

Sajak Fathi Mina

PAHLAWAN BANGSA

Jadilah dirimu benih yang subur


Jatuh ke laut menjadi pulau
Menyemai benih menabur jasa
Jatuh di padang menjadi rimba
Jasa bertabur membuat bakti
Untuk bekal anak pertiwi
Itulah pahlawan bangsa

Nusa Patani, 7 Oktober 2016

Kidung Patani | 17
Sajak Fatihah Kalupae

DALAM KEHIDUPAN

Dalam kehidupan ini


Setiap ada pertemuan
Pasti ada perpisahan
Jika ada harapan
Maka bersamanya ada kekecewaan
Kalau terdapat kasih sayang
Pun akan ada kebencian

Jisda , 29 September 2016

Sajak Fatihah Kalupae

PEMUDA

Kau Pemuda
Pemudi Islam
Lawanlah kemalasanmu
Semangatlah
Jangan sia-siakan
Hidup ini
Teruslah berdakwah
Sebarkanlah Islam
Allah bersama kita
Allahu Akbar

Rumah , 29 September 2016

Kidung Patani | 18
Sajak Hasnan Uma

HUJAN

Hujan berderai ke seluruh bumi


Mebasahi sumber mata air yang
Kering oleh musim matahari
Menumbuhkan dedauan hijau
Dan kesejukkan dalam dada
Bersama senandung rahmatMu

Yala, 27 September 2016

Sajak Hasnan Uma

WAKTU

Apakah kau buat hari-harimu dalam cita?


Sungguh aku hanya tersenyum dalam luka
Apakah kau ingat?
Waktu takkan pernah kembali
Sudahkah kau menggunakannya dengan bijak
Sesungguhnya waktu lebih berharga
Dari amas dan perak

Yala, 6 September 2016

Sajak Hazian Samoh

Kidung Patani | 19
PADAMLAH

Padamlah api amarah


Damailah dari persengketaan
Sehingga tak terjadi perpecahan
Dan pertumpahan darah

Antara adik-beradik sesama kita


Berakhir dengan dendam kesumat
Dari generasi ke generasi
Tiada titik akhir

Api makin berkobar


Membakar tunas-tunas yang tak berdosa
Anak cucu akan menjadi abu
Duri semakin tajam
Merusak sendi-sendi bangsa

Para ramaja menjadi limbah


Yang tak berjati diri

Jisda 6 september 2016

Sajak Hazian Samoh

PENINDASAN DI LUAR BATAS

Kau lempar aku dalam gelap


Hingga hidupku menjadi kelam
Kau tampar aku sangat keras
Hingga dadaku makin mengeras

Kau paksa aku terus menunduk


Namun semakin kutegakkan tubuhku

Kidung Patani | 20
Darah sudah kau teteskan
Luka sudah kau bilurkan
Ke seluruh tubuhku

Kekuasaan telah kau rampas


Dari biji mataku
Derita sudah naik ke kepala
Kau menindas sampai di luar batas

Pondok 26 September 2016

Sajak Hayatee Solaso

ALAM SEKITAR

Waktu pagi di sebuah kampung


Udaranya sejuk merasuk ke kalbu
Kubuka pintu jendela
Melihat tumbuhan yang hijau
Mata menjadi teduh
Bunga-bunga yang mekar semerbak wangi
Seperti aroma surga

Wahai Allah
Tanamlah kesadaran dalam diri kami
Untuk menjaga alam sekitar
Karena alam sekitar penting dalam kehidupan
kita

Wahai Allah
Jangan biarkan kami lalai
Dunia tempat berpijak
Perlu dipelihara sepanjang masa

Kidung Patani | 21
23 September 2016

Sajak Hayatee Solaso

WAHAI ADIKKU

Wahai adikku
Bangunlah dari mimpimu
Sesungguhnya dunia ini nyata
Bukannya khayalan manusia
Yang pernah kau peta

Wahai adikku
Hidup hanya sementara
Akhiratlah tempat kekal abadi
Bila usia disia-siakan
Apa bekal untuk dibawa

Wahai adikku
Dadah bagaikan neraka
Jangan pernah mencoba
Agar engkau selamat pulang ke rumahNya

19 September 2016

Sajak Husna Tayek

SAJAK HUJAN

Malam ini hujan turun


Jalanan gelap, lampu padam
Angin memainkan ranting pepohonan

Kidung Patani | 22
Gemerisiknya seperti nyanyianmu

Malam ini hujan turun


Anak-anak lelap di ranjangnya
Temaram cahaya lilin
Di ruang tamu perlahan redup
Namun cintaku kepadamu
Akan terus menyala

Malam beranjak tua


Hujan makin deras
Sederas kusebut-sebut namamu

Malam ini hujan turun


Petir bergemuruh
Dadaku resah
Kau belum kembali
Di balik pintu aku menungu

Yaha, 12 September 2016

Sajak Husna Tayek

ROMANSA LANGIT MALAM

Romansa langit malam


Kerlip bintang menerangi
Menyinarkan cahanyanya
Malam yang sunyi
Tiada arti tanpa kehadiranmu

Kidung Patani | 23
Andai aku bisa menggapainya
Akanku kupersembahkan untukmu

Yala, 7 September 2016

Sajak Ibrahim Hajiabu

MAAL HIJRAH

Fajar Muharam
Sinar cemerlang tahun baru
Islam mulai menjelang

Bulan muharam
Hijrah wawasan
Menempuh arus
Gelombang perjuangan
Kisah hijrah erat sejarah
Yastrib berubah nama
; Madinah
Negara Islam yang berkhalifah
Aman makmur di bumi bertuah

Junior Sastra, 5 Oktober 2016


Sajak Imron Aket

ANAK BATU

Tubuhku limbung dihempas angin


Gigil dibasahi hujan
Juga terbakar matahari
Beginilah nasibku
Kedahsyatan yang menimpaku
Kenestapaan yang kurasa
Tangisanku tak siapa peduli

Kidung Patani | 24
;Aku anak batu
Yang dipijak orang
Namun aku tetap teguh
Walau kesakitan merengkuh

JISDA- Yala, 27-09-2016

Sajak Imron Aket

AIRMATA PETANI

Musim menanam benih sebiji padi


Menjadi gersang tiada ladang
Tangisan kemiskinan menumbuk perasaan
Setiap membuka jendela rumah di pagi hari
Berharap rintik hujan turun dengan pasrah
Seperti derasnya doa yang dilangitkan

Jeram, 17-08-2016

Sajak Kareemah Chesoh

SEKOLAHKU

Indah sungguh sekolahku


Dengan padang yang menghijau
Bangunan yang berjajar rapi
Tempat menimba ilmu
Tempatku belajar tentang kehidupan
Dan tempat mendisplinkan diri
Terima kasih sekolahku
Kebanggaanku
Kini jasamu indah di hatiku

Kidung Patani | 25
Yala, 16 september 2016

Sajak Kareemah Chesoh

IBUKU TERSAYANG

Ibu, kau bagaikan purnama


Yang menerangi hidupku
Tanpa kehadiranmu
Aku ibarat dunia tanpa cahaya
Tak dapat kuungkapkan
Betapa besarnya jasamu
Moga Allah membalas
Dengan seribu keberkatan

Kaulah ratu hatiku


Kaulah yang menjagaku
Kaulah yang melahirkanku
Kaulah yang mengajariku
Tentang kehidupan
Terima kasih kaulah ibuku
Yang terbaik tiada pengganti

Yala, 14 September 2016

Sajak Khadeejah Saemasae

RINDU

Kidung Patani | 26
Rindu yang menyesakan dada
Terbungkus derita
Menyayat hati

Tersenyum aku pada bayanganmu


Yang bermain dalam anganku
Aku takut kerinduan ini
Menjadikan hati
Mati rasa

Yarang, 16 september 2016

Sajak Khadeejah Saemasae

WAHAI UMAT ISLAM

Wahai umat islam


Bersyukurlah kepada Tuhanmu
Yang mencipta sebagai muslim
Memiliki sebuah kitab al-Quran yang mulia
Rukun Islam sebangai pokok agama
Dua kalimat sebangai kunci agama
Wahai umat Islam
Taatlah kepada Tuhan dan Rasulmu

Yarang, 16 september 2016

Sajak Khadijah Cekwani

WAHAI GURUKU

Wahai guruku

Kidung Patani | 27
Kau ibarat sebatang lilin
Menerangi alam kegelapan
Meski harus membakar dirimu

Wahai guruku
Kau insan yang mulia
Mendidik dan membimbingku
Kutakzimi sepanjang waktu

Sekolah, 20/9/2016

Sajak Khadijah Cekwani

AYAH

Ayah
Kau ajarkan untuk tegar menjalani hidup
Kau ajarkan anak-anakmu utuk selalu sabar
Kau ajarkan aku tuk menghargai
Apa yang kita miliki saat ini

Ayah
Sejak kau pergi
Jalan hidupku terlalu susah
Aku begitu menyayangimu
Tawamu yang selalua kurindu
Wahai ayah kusayang

Rumah, 25/9/2016

Kidung Patani | 28
Sajak Khadijah Lido

DOA

Tuhanku!
Dahsyatkanlah getar jiwaku
Lemah desah nafasku
Mengetuk pintu kayanganMu

Telah kuseberangi
Di mana dunia menari dan bernyanyi
Aku lelah
Hilang entah
Kuatkanlah

Bersama kuasa Mu
Termangu merindu
Kuatkanlah

Tuhanku!
Rinduku kuserahkan kepadaMu
Bidil Thungyangdeng Pattani,

15 Sebtember 2016

Sajak Khadijah Lido

DALAM HARI

Ada peristiwa mewarnai dunia


Ada tragedi menguras airmata

Kidung Patani | 29
Ada manusia menempa sejarah
Ada pula insan yang rebah
Hari-hari adalah kata-kata yang terpeta
Menjadi kisah nutuk dibicarakan
Menjadi kaca untuk orang berjaya
Dalam hari
Sejarah diabadikan
Untuk mengubah arah

Dalam hari
Kita catat peristiwa yang terjadi
Menjadi diri yang berbudi

Bidil Thuyangdeng Pattani, 21 September


2016
Sajak Lisana Said Muhammad

BELAJAR

Masa belajar banyak ujian


Penuhilah dengan kesabaran
Menuntut ilmu pengetahuan
Anggaplah sebagai amalan
Kalau engkau tanpa kesabaran
Adakah kau dapat kejayaan

Yala 23 September 2016

Sajak Lisana Said Muhammad

SEMANGAT PEDULI ALAM

Tak sampailah kau pikir


Dengan segala bencana alam ini

Kidung Patani | 30
Bila kita ingin dikasihi
Maka cintailah alam ini
Peduli alam tak rugi
Maka semangatlah kau cari
Tuk lindungi alam ini

Yala 21 September 2016

Sajak Maruan Wanni

RINDU MASA KECIL

Dulu aku pernah manja


Dulu aku pernah berteriak
Dulu aku pernah bermain-main
Dulu aku pernah suka ria

Tetapi itu masa lalu


Aku tidak bisa main-main seperti dulu
Aku tidak bisa teriak-teriak seperti dulu
Aku tidak bisa manja-manja seperti dulu
Aku tidak bisa suka-suka seperti dulu

Karena semakin hari semakin berubah


Semakin bertambah tahun semakin berubah
Aku sudah dewasa
Tapi aku masih merasa seperti anak kecil
Kaena aku masih ingat apa yang aku lakukan
waktu aku kecil

Aku bergembira ria

Kidung Patani | 31
Sajak Maruan Wanni

IDUL ADHA

Ayam gagak di waktu pagi


Lembu kerbau keluar kandang
Merpati putih keluar sarang
Cahaya mentari terang benderang
Suara takbir bergema
Orang-orang kota pulang ke kampung
Jalanan penuh dengan mobil-mobil

Sembelih hewan kurban


Lembu kerbau dan sebagainya
Seseorang mempunyai bajak pisau
Untuk mengiris daging-daging

Hari yang penuh dengan


Pengorbanan peraduan
Saling maaf-memaafan
Ziarah-menziarahi sesama saudara
Pintu rumah terbuka penuh dengan makan-
makanan
Jamuan jiran tetangga
Kanak-kanak dewasa suka ria
Wajahnya gembira

Sajak Masyitah Kemek

SEMANGAT JUANG

Kidung Patani | 32
Kuawali hari ini dengan senyuman
Kulangkahkan kaki dengan penuh harapan
Tetap semangat dan bertahan walau badai
menghadang
Perjuangan ini untuk menghadang penjajah
Melawan!
Tiada kata mundur!

Kini menjadi sejarah bangsaku


Ditindas dianiaya sampai binasa
Airmata darah selalu mengalir

Wahai pemuda-pemudi waktu sudah tiba


Jangan sekali-kali
Hidup dalam kelenaan dan
Lelah dalam melangkah
Demi kemerdekaan
Negara aman dan damai
Makmur adil dan beradab
Raihlah kemenangan
Hidup dan mati
Di tangan Tuhan

Yala ,11 September 2016

Sajak Masyitah Kemek

NAFAS SEPI

Bermula aku dilahirkan


Aku bernafas dengan sepi
Ditinggalkan kedua orang tua
Tak pernah merasakan
Lembutnya tangan Ibu

Kidung Patani | 33
Andai saja kalian di sampingku
Ingin tubuh ini memelukmu
Meski airmata yang kukeluarkan
Sampai menggenangi tubuhku sendiri
Namun kalian tak akan kembali

Aku ingin berjumpa


Meski hanya dalam mimpi
Kuucap syukur kepada Illahi

Yala,10 September 2016

Sajak Masyitoh Samoh

HANYA DIA

Kau berbunga tanpa musim


Belum tentu terwujud jika bukan kehendak
Cinta tak terbatas waktu
Hanya milik Dia,
Dengan dzikir di waktu pagi dan petang
Mentari dan rembulan
Membawa kesayanganNya
Terlihat ayat-ayat Maha Kuasa
Sekalipun malam yang gelap
Masih terlintas cahaya
Bisa saja kau pelajari
Dia menemani selalu
Kau lihat daun
Yang hijau dan lebat
Masih saja berbunga dengan indah
Di situ boleh kau terbayang
Boleh kau bertanya

Kidung Patani | 34
Siapa pencipta bunga itu?

Asrama Yala, 21/9/2016

Sajak Masyitoh Samoh

SHOLAWAT CINTA

Hanya Basmalah
Kulingkarkan di jari manismu
Senyum mesra simpul yang
Hanya untukmu
Saat kubaca suara kalbu
Melalui kata-kata malaikat
Selalu menggunung impian-impian
Yang terbayang dan tercatat
Surya rembulan silih berganti
Membaca gemilang kepada semesta
Seyuman kau dan aku tak berkesudahan
Menyenandungkan bersama sholawat cinta

Asrama Yala 7/9/2016

Sajak Muhammadasree Minadaud

IBU

Aku mempunyai tiga ibu


Yang pertama ibu jari
Yang ke dua ibu kaki
Yang paling aku sayangi
Adalah ibuku sendiri

Kidung Patani | 35
Engkau sanggup merawatku
Hingga dewasa

Yala, 10/10/2016
Sajak Muhammadasree Minadaud

RACUN HIDUP

Wahai kawanku
Dadah menjadikanmu
Melupakan Tuhan
Melupakan harapan putih

Sungguh berbahaya
Membuat ibu dan bapak
Bersedih hati
Melupakan harapan putih

Wahai kawanku
Bertaubatlah
Jadilah anak yang saleh

Sajak Muhammadfitree Cekteh

BUNGA-BUNGA RAKYAT

Butiran embun hening di kelopak bunga


Semua merah membara
Memberi hias taman ke taman

Seperti mimpi yang berkelebat


Saat melepas aroma surga yang bertakbir
Sejumput doa dengan harapan kehijauan

Kidung Patani | 36
Menyejukan relung kalbu pada sunyi

Dalam udara berteduh kuldi


Menghalang nestapa menyemai doa
Dengan dasar yang kau selami
Menyemaikan keharuman
Pada nurani

Yala, 8/10/2016

Sajak Muhammadfitree Cekteh

SENYUMANMU

Aku melihat senyumanmu


Bertasbih di bawah rembulan
Dengan taburan bintang di langit malam
Hingga berderai jutaan sanjung
Agar kau dan aku
Dilingkar cinta olehNya
Menyatu dalam satu cita

Yala,5/10/2016

Kidung Patani | 37
Sajak Muniroh Bachak

BAHASA JIWA BANGSA


;Melayu Patani

Bahasa melayu
Bahasa moyangku
Menutur kata
Sejak zaman purbakala
Namun anak cucu tak menjaga
Kini mulai hilang
Seperti diterebas angin
Nuju arah yang entah

Wahai pemuda harapan bangsa!


Juga pemudi tiang Negara!
Jagalah !
Bahasa pusaka
Bahasa jiwa bangsa
Hilang bahasa lenyap bangsa
Lenyap bangsa tergadai
Negara tetangga

Yala, 7 Agustus 2016

Sajak Muniroh Bachak

CAHAYA

Tuntutlah ilmu
Hingga akhir hayat
Ilmu adalah cahaya
Yang mencahayai hidup
Penuh ilmu limpah rahmat

Kidung Patani | 38
Bahagia di dunia dan akhirat

Yala, 28 Agustus 2016

Sajak Nasirah Buereheng

CEMBURU

Cemburu dengan senyummu


Tanpa sebab akibat
Melihat jilbab dijilat hasrat
Dikau dan aku tak mau berjabat
Senyum manis itu
Membuat buta mata
Membuat damai jadi perang
Ke mana dikau sekarang
Kau hanya embun dini hari
Saat malam menjelang tak kembali
Senyummu hanya pencuri
Memekar melati dan ditinggal pergi
Jilbab merahmu
Kalbu menjadi abu
Hidup jadi palsu
Semesta penuh nafsu

Dalam Kelas 7/9/2016

Sajak Nasirah Buereheng

CINTA DI ATAS CINTA

Kidung Patani | 39
Ingat kutanya kabarmu
Tapi teringat duri dalam soalan
Tak ingin membuat waktu menangis lagi
Hanya dia nakhoda seorang hamba
Dengan sajadah dan lingkaran tasbih
Ditemani hujan angin malam dan siang
Nyayian malaikat dan ayat-ayat
Kutanam benih cinta
Masih teringat
Saat kata-kata menjadi salju
Hanya sepatah apa kabar mendayu kalbu
Dengan cinta memuncak menjadi ranting-
ranting
Kembali cinta atas cinta hening

Asrama Yala 27/9/2016

Sajak Nasra Hasa

DESTINASI HIDUP

Aku tak pernah tahu


Bagaimana akhir hidupku nanti
Aku tak pernah memahami
Seperti apa keadaanku nanti
Aku hanya bisa berusaha
Walau setiap langkahku ini
Mendarah mata yang suci
Aku tak akan mundur
Akan terus melangkah
Tetesan peluhku menjadi saksi
Mimpiku akan kuraih

24 Agustus 2016

Kidung Patani | 40
Sajak Nasra Hasa

PENANTIAN

Masihku mencintaimu
Dalam rentang waktu yang kelabu
Di sini aku menunggumu

Terbayang wajahmu
Masa-masa berlalu
Bimbang dan ketakutan

Sungguh hati tersiksa


Menantimu sepanjang waktu
Namun keinginanku untuk bersamamu
Mengalahkan rasa kesakitanku

25 Agustus 2016

Sajak Nasriah Akok

BUNDA

Kau melahirkanku dan merawatku sampai


besar

Kidung Patani | 41
Kau korbankan nyawamu untuk menjaga diriku
Bunda kau wanita yang kucintai

Apa pun yang kuminta, kau berikan


Aku patut membalas jasamu

Rumah, 19/9/59

Sajak Nasriah Akok

AYAH

Ayah,
Semangatmu membuatku tuk melangkah
Menuju masa depan yang gemilang

Ayah,
Aku menggenggam mimpi
Yang pasti kuraih

Ayah,
Aku menyayangimu
Sepenuh hati

Rumah 19/9/59

Sajak Nasuha Beeru

IBUKU SAYANG

Oh ibu!
Aku lahir dari rahimmu
Engkau adalah malaikat yang menjagaku
Setiap waktu

Kidung Patani | 42
Engkau adalah guru yang pertama bagiku
Yang mendidikku
Oh ibu!
Engkau seperti kawanku
Yang ada saat duka cita
Yang ada saat gembira
Terima kasih telah menjagaku hingga dewasa
Memberikanku seluruh cinta tanpa putus asa
Dengan cintamu aku merasakan kekuatan
Yang sungguh luar biasa
Oh ibu!
Maafkan aku jika pernah melukai perasaanmu
Maafkan aku selalu mengecewakanmu
Maafkan anakmu

Yala, 7 September 2016

Sajak Nasuha Beeru

ADIKKU SAYANG

Oh adikku!
Kau lahir dari rahim ibuku
Kau lahir dari jasad ibuku
Waktu kau lahir aku sangat gembira
Oh adikku!
Sampai masa ibu dan bapak pergi kerja
Kita bermain bersama
Kunyanyikan lagu tidurmu
Wahai adik kecilku
Yang kutimang dan kusayang
Tidurlah sepenuh hati

Narathiwat, 24 September 2016

Kidung Patani | 43
Sajak Norma Domolo

IBU

Sembilan bulan aku dalam kandunganmu


Tidak pernah lelah dan jemu
Sampailah masa diizinkan Tuhan
Aku dilahirkan ke dunia ini

Kau mendidik dan menyusuiku


Buaian tanganmu membuat aku
Terlena dalam mimpi
Tak kunafikan pengorbananmu
Luhur budimu tak terkira

Tiada aku tanpa ibu


Hanya satu di dunia
Berkata daku di jiwa
Kaulah ibu yang tercinta

Ibu,
Aku berdoa, semoga di ampuni segala dosa
Tunggulah aku di pintu surga

Yala, 9 Agustus 2016

Sajak Norma Domolo

BERKORBAN DEMI CINTA

Kidung Patani | 44
Dulu terkenal di Nusantara
Bumi hijau berumput rambai
Menabur benih kemesraan
Makmur sejahtera kebanggaan bangsa

Tapi mengapa ?
Kini durjana merampas di jalanan
Ditindas disiksa sebagai mangsa
Kehidupan manusia penuh dengan kecewa

Kemanisan musuh adalah racun


Takkan pernah kubiarkan kau merajalela

Bangkitlah wahai pemuda!


Demi kebebasan bangsa
Demi keagungan agama
Agar usaha diterima oleh
Yang Maha Esa

Yala, 9 Agustus 2016

Sajak Norma Laemoh

WANITA

Wanita
Kau adalah mutiara yang
Memancarkan cahaya

Wanita
Kau bagai bunga yang wanginya
Menentramkan jiwa yang resah

Wanita
Engkau sangat berharga

Kidung Patani | 45
Mampu menguatkan agama

Wahai wanita
Bangkitlah semangat juangmu
Membela agama nasib ukhuwahmu
Jangan biarkan dirimu terjerat nafsu angkara
Dan terhanyut oleh dunia yang fana

Yala, 1 Augustus 2016

Sajak Norma Laemoh

MALAM YANG SUNYI

Malam yang sunyi


Angin bertiup
Menyelimuti tubuhku
Hingga gigil menerkam inginku
Hatiku sepi mengenang wajahmu

Kepergianmu buatku sayu


Namun aku akan menanti
Sepanjang masa
Sepanjang degub jantungku
Masih terasa

Aku berdoa pada yang esa


Selamatkan permata hatiku
Semoga kau akan kembali
Menghapus malam yang sunyi ini

Yala, 16 Augustus 2016

Kidung Patani | 46
Sajak Nurhayatee Yasing

ALAM YANG INDAH

Kubangun di pagi hari


Kulihat matahari terang benderang
Indahnya bunga dan tumbuhan

Sungguh keindahan alam sungguh sempurna


Melihat kehijauan terasa tenang di hati
Juga kesejukkan angin yang
Menciptakan kedamaian

Narathiwat, 29 April 2016

Sajak Nurayatee Yasing

SENYUMU SEMANGATKU

Di awal kulihat wajahmu


Hatiku berdebar
Wajah manismu memikat hati
Dan berbunga indah di sanubari

Aku tak ingin jauh darimu


Sebab senyumu adalah pelangi hidupku
Senyumu semangatku

Narathiwat, 9 September 2016

Kidung Patani | 47
Sajak Nuruddin Lateh

CAHAYA TERANG

Di saat aku melihat wajahmu


Aku selalu terbenam di nadiku
Membuat hati yang masih tenang
Terbang melayang-layang
Sulit aku memahami apa artinya

Siang malam terus berjalan


Tapi kita terpisah jauh
Biarlah,
Aku akan tetap mantap di pangkuanmu

Oh, ibu
Kau permata di sisiku
Tiada apapun yang sebanding denganmu
Dengan pengorbanan sepenuh hati
Kan kukenang dalam sanubari

Pengorbananmu tak akan kulupakan


Sampai nafasku berhenti
Aku akan terus membalas budi

Patani, 30 Agustus 2016

Sajak Nuruddin Lateh

CERAH KEMBALI

telah sampai pada waktu yang telah lepas


aku masih merenung di sudut paling sunyi
siapakah aku?

Kidung Patani | 48
aku tersadar, aku seperti kaca
yang hancur berkeping-keping
seperti titik kecil di alam semesta ini

namun kubangkitkan diri


dengan segala daya
harus kuatasi segala cabaran
demi Tuhan semesta alam

2 Oktober 2016

Sajak Nureezan Naepaerok

IBU

Oh, Ibu
Engkau yang melahirkanku
Serta merawatku
Engkau juga yang menggendongku
Sampai aku berumur satu tahun
Alangkah gembiranya
Waktu aku kecil dulu
Ibu sudah mengajari
Apa saja yang belum kutahu

Mayo,25 September 2016

Sajak Nurhuda Pohnoh

AYAH

Kidung Patani | 49
Air matamu pernah mengalir
Membasahi wajah
Mengenang nasib keluarga
Pergi pagi pulang petang
Kau tabah menerima cabaran
Demi anak isteri keluarga tercinta
Usahamu demi masa depan kami
Kau rela membanting tulang bersimbah
keringat
Demi masa depan gemilang
Kami mengerti cita-citamu menggunung
Untuk anak menimba sagala ilmu
Kau idola bagi kami untuk terus berjuang
Namun, kini kau sudah pergi
Menyambut seruan Illahi
Meskipun kami tak sempat balas budi
Hanya doa yang dapat kami tunaikan

Pattani, 18 Sebtember 2016

Sajak Nurhuda Pohnoh

APABILA RINDU

Apabila rindu
Kusebut namamu
Kumekarkan cinta
Kuingat sejumput rasa
Dengan hati dan diri

Apabila rindu
Airmata pun jatuh
Dadaku menderu

Kidung Patani | 50
Lalu aku bersimpuh syahdu
Terkenang pada semua kebaikanmu

Apabila rindu
Namamu kusebut bertubi-tubi
Antara cinta dan pasrah
Antara rindu dan resah
Antara sendu dan gundah

Apabila rindu
Kusebut namaMu
Dengan hati yang gairah
Dengan di atas sajadah
Dengan tafakur mengharap maghfirah
Dengan cinta yang melimpah

Pattani, 21 September 2016

Sajak Nurlaila Kengma'laphi

SUARA KEADILAN

Mentari pagi bersinar


Aku berjalan ke pesisir pantai
Melihat lautan yang bergelombang
Seperti hidup ini yang
Tak pernah berhenti
Mengelucakkan dada

Disaksikan gedebur ombak


Aku bertanya,
Di manakah keadilan di bumi ini ?
Bumi tempat berpijak
Rakyat tertindas

Kidung Patani | 51
Kekuasaan terampas

Ketika embun masih basah


Hingga senja menjemput malam
Nafasku sesak
Hatiku resah
Mengenang sejarah yang kelam

Yala,5 September 2016

Sajak Nurlaila Kengma'laphi

MEMBACA

membaca
belajar bahasa ibunda
selagi kaki masih berpijak
pada tanah

membaca
minda ceria hidup bangsa
rimba bahasa mudah dimengerti

membaca
minda berkembang wawasan terbina
menerangi jalan kehidupan

membaca
gelap gulita jadi permata
membina kita jadi pujangga

Yala, 5 September 2016

Sajak Nurma Masae

Kidung Patani | 52
BAHASA

Aku mencintai bahasa


Karena bahasa turut berjuang
Menegakkan ilmu
Menghormati kepribadian
Sopan beradab
Aku mencintai bahasa
Karena bahasa itu budiman
Apabila berbicara
Tuturnya santun
Bersusun indah
Selembut sutera

Sajak Nurma Masae

WAHAI PEMUDA

Wahai pemuda bangulah


Bergegaslah dunia berlinang darah
Sing-singkanlah lengan baju
Siapa lagi kalau bukan dirimu
Wahai pemuda jangan terlena oleh dunia
Engkau harapan bangsa
Harapan agama dan orang tua
Wahai pemuda Serambi Mekah tanah mulia
Nan indah dan bersahaja
Relakan engkau dihancurkan oleh mereka
Atau kau pertahankan sekuat tenaga
Wahai pemuda
Hiduplah menjadi seorang yang mulia
Atau mati sebagai syuhada

Kidung Patani | 53
Yarang , 30 August 2016

Sajak Nurnajlat Malee

SAMPAI BILA

Sengketa ini
Akan kembali damai
Hari-hari dalam gelisah
Suara bedil-bedil menakutkan
Bom-bom pembunuh mengerikan
Sudah berjuta jiwa menjadi syuhada
Tergadai sudah jiwa raga
Cacat cidera penuh derita
Kehilangan harta benda
Dan rumah-rumah tempat bersuka ria
Hidup mereka penuh luka
Tiada kemerdekaan sebagai manusia
Kanak-kanak yang tak berdosa
Hilang ibu hilang bapak
Sedangkan mereka masih suci
Dari noda dan dosa
Tetapi mereka tidak tahu apa-apa
Atas sengketa orang tua mereka
Sampai bila derita ini yang harus diakhiri

Pondok Gunung Aman , 1 September 2016

Sajak Nurnajlat Malee

BAHASAKU

Kidung Patani | 54
Bahasa ku
Sudah lama bahasa ku
Dipinggirkan dan dihina
Oleh anak bangsa sendiri
Anak muda merasa malu
Bila bercakap bahasa melayu
Mereka lebih mesra
Bertutur bahasa penjajah
Ibu bapak lebih bangga
Bila anak-anak mereka
Pandai membaca
Pintar menulis
Bijak bicara
Dalam bahasa musuh moyang kita
Bahkan dalam harian mereka
Bahasa orang menjadi bahasanya
Mereka sengaja melupakan
Sehingga anak bangsaku
Menganggap bahasa ibunda
Sudah menjadi bahasa asing
Kita sendiri yang meminggirkan
Bahasa melayu tercinta

Pondok Gunug Aman, 5 September 2016

Sajak Pattnee Sulong

KEMENANGAN
Hari kemenangan Fathoni
Habislah resah di angan-angan
Melayu Fathoni teguh menjulang
Biar darahku mengalir ke bumi
Asalkan dapat mengibarkan bendera

Kidung Patani | 55
;Laa ilaha illallah muhammadurrosulullah
Rumah Yala, 2/9/2016
Sajak Pattnee Sulong

GURU

Guru
Pembentuk rohani
Pemandu jalan ke arah kemajuan
Penyemai ilmu di dada umat
Pebimbing jiwa insan

Guru
Tidak di minta balas jasa
Tidak menuntut di sanjung
Biar matahari membakar di jalan
Biar basah kuyup diguyur hujan
Tetap dilawan
Asal sampai tempat tujuan
Demi menyebar ilmu pengetahuan

Asrama Yala, 28/8/2016

Sajak Phateemoh E-tae

HARAPAN

Hai generasi muda


Kau seorang insan melayu
Cintailah bahasa bunda
Meskipun kau tidak mahir
Namun itu hakikat jati diri

Hai pemuda pemudi

Kidung Patani | 56
Bahasa ibu bahasa air susu
Bahasa moyang bahasa melayu

Usaha membina insan


Demi budaya melayu
Ibu bapak datuk nenek
Generasi akan penerus bangsa
Kebanggaan bangsa melayu tercinta

Lubukjirai Mayo Patani, 07 Sebtember 2016

Sajak Phateemoh E-tae

MAAFKU DEMI PERSAHABATAN

Aku tahu
Aku salah
Aku melukai hatimu
Bukan maksudku
Kata-kata maaf kuucap
Tapi apalah daya
Tidak ada gunanya di benakmu
Aku tidak ingin persahabatan ini hancur
Aku ingin kita selalu tetap bersama
Maafkanlah aku kawan
Aku tak bias apa-apa tanpa kalian
Aku tidak dapat berdiri tegak tanpa kalian
Hanya kata-kata maaf yang dapat aku
utarakan
Kuserahkan jiwa ragaku untuk kalian
Kurela berkorban
Demi persahabatan kita

Dalam kelas 28/8/59


Sajak Rokib Besa

Kidung Patani | 57
AKU MENCINTAIMU

aku mencintaimu mawar


bahkan awal tidak pernah berubah
aku siap mengambil keputusan
bahkan sekalipun hatimu
pernah berpaling
namun aku yakin
selalu ada jalan menuju
taman surgawi yang
wangi puisi

Anak Kampung, 05/09/2016

Sajak Rokib Besa

PEMIMPINKU

di mana pemimpinku?
pemimpin yang adil
pemimpin yang agung
kini, namamu hilang
menjadi kisah derita negeri
yang dipimpin oleh diktator

oh, pemimpinku
pemimpin yang adil
yang dapat merubah negeri
yang menjunjung tinggi
muruah agama
yang damai dan sejahtera
aku berdoa kepada Illahi
di bumi nusantara ini

Kidung Patani | 58
kau akan terlahir kembali

Anak Kampung, 30/08/2016

Rusnee Kalupae

MERASA TAK KUAT

Lelah
Kuingin lepas lepas dan lepas
Otak bilang cukup
Dada bilang peka
Jiwa bilang sakit
Aku,
Takkan memaksamu lagi
Pejamlah matamu sekarang
Jika dirimu sudah tenang dan senang
Datanglah kembali padaku l

Krongpinang, 31 Agustus 2016

Sajak Rusnee Madeng

KEMBALI

Kidung Patani | 59
waktu begitu cepat berlari
hanya bayang wajahmu yang
selalu terlukis di ingatan
mengantarkan aku
pada kenangan
cinta dan airmata
kembalilah kasih
aku menunggu wajahmu
di tempat kau aku
pernah bertemu
saling melempar senyum
dan melukis kisah paling puisi

Patani, 5 September 2016

Sajak Rusnee Madeng

KEKASIH BARU

Tertulis kisah tentang cinta


Kau dan aku yang
Pernah bersemi
Kini tertulis rindu di hati
Terbayang wajahmu yang suci
Tersimpan cintamu yang purba
Kini kau riang gembira
Bersama kekasih yang baru

Rumah Tercinta, 25 septembet 2016


Sajak Rusniah Sareh

RINDU

Melalui jendela kayu


Aku melihat langit malam

Kidung Patani | 60
Jutaan bintang terhampar
Bagai hiasan di tirai malam
Apa kabar pujaan hatiku
Akan kuhantarkan kerinduanku
Melalui hembusan angin malam
Dari detik ke detik
Tak akan kubiarkan lena
Akan kususun sepuluh jemari
MenghadapMu demi cinta yang suci
Nuju surgaMu

18 September 2016

Sajak Rusniah Sareh

NEGARAKU

Oh, Negaraku
Bumi tumpah darahku
Kau bagaikan jantung nafasku
Kini, pusakamu ditindas durjana
Kebudayaan ditenggelamkan kelautan
Sepanjang zaman menanggung derita

Oh, Negaraku
Dengarlah tangisan hatiku
Agama dicela pusaka dijajah
Bisingan senjata mendebur debamkan
jantungku
Biarlah tubuhku hancur tertembus peluru
Biarlah tubuhku basah darah
Aku rela menjadi debu
Asal agama, bangsa dan negaraku merdeka

Kidung Patani | 61
23 September 2016

Sajak Sufeeyah Lasoh

NAMA JATI SYEIKH DAUD

Al-Fhatoni
Nama jati Syeikh Daud
Sayap kanan memikul agama
Sayap kiri membawa bangsa
Wawasan melayu Islam raya
Jasa pelita masih menyala nyala
Kitab melayu ukiran jawi
Dokumen lama di bumi pertiwi
Idola disambung sepanjang masa

Di sini Syeikh Daud angkatan bahtera muda


Hasrat murni untuk rakyat jelata
Barisan putih lambang bunga raya
Menjadi harapan Patani

Asrama, 31 Agustus 2016

Sajak Sufeeyah Lasoh

TA(MAN) DI(DIKAN) KA(NAK-KANAK)

Tadika
Telah lama kau lahir di bumi ini
Untuk menjaga nasib bangsa
Membela pewaris bahasa melayu

Kidung Patani | 62
Tadika
Awalan kanak kanak bersekolah
Demi mengembangkan agama Allah
Pengorbanan kuat para guru
Menjadi penggagas berbagai ilmu

Tadika
Orang tua dahulu sudah berwasiat
Jagalah olehmu sepanjang hayat
Bahasa melayu pengikat masyarakat
Menjadi benteng kekuatan umat

Asrama , 7 September 2015

Sajak Sumitra Samae

TAMAN KANAK-KANAK

Satu tempat yang luas


Tempat berhimpunnya kanak-kanak
Penuh permainan
Ada berbagai rasa
Ada yang riang gembira
Ada yang tersenyum
Ada yang menangis
Hingga saling bermaaf-maafan

03/10/2016

Sajak Sumitra Samae

Kidung Patani | 63
JATUH CINTA

Kali pertama
Kumelihatmu
Aku jatuh cinta
Namun aku hanya
Tersenyum
Dalam diam

03/10/2016

Sajak Suwaibah Jeknae

TEGAS DALAM PENDIRIAN

Pilihan ketuamu
Untuk bersama
Kemanusian
Mencipta

Peganglah kebaikan
Yang berkembang
Di lubuk hati

Perkukuhkan letakmu
Untuk menentu
Barisan diri
Kebaikan budi

Sekali kau bergerak


Seluruh jasad
Ikut bertindak
Meraih mimpi

Kidung Patani | 64
Jisda, 21 September 2016

Sajak Suwaibah Jakne

AKU CINTA

Aku cinta padamu


Wahai laut yang bergelora
Karena aku bisa berlayar
Menjadi seorang jejaka
Yang tabah menerima cabaran

Aku cinta padamu


Wahai langit yang luas
Karena aku bisa terbang bebas
Menjelajah dunia
Antara batas dan tradisi

Aku cinta padamu


Wahai gunung yang tinggi
Karena aku bisa menjadi
Seorang pendaki gagah
Yang pantang menyerah

Yala, 23 September 2016

Sajak Syarifah Sama-ae

PELITAKU
;Sang Guru

Kidung Patani | 65
Kuikuti langkah kakimu
Menuju lorong-lorong
Tempat harapan dan cita-cita besar disimpan
Namun ketika kau mengajarku
Kadang-kadang aku tak peduli kepadanya
Membuat sang pelitaku
Lemah lelah marah
Kini, sudah sampai masaku
Aku harus sadar
Hidup ini penuh perjuangan
Pelitaku tak akan padam
Walau peluh terus mengucur
Tidak untuk dirinya seorang
Hanya untuk generasi penerus bangsa
Inilah pelita yang selalu kuhormati

Yala, 29 september 2016

Sajak Syarifah Sama-ae

SAHABAT

Kalianlah sahabat-sahabatku
Penyejuk bagi jiwa
Senantiasa membela saat kukecewa
Pelipur hatiku yang lara
Kalianlah sahabat-sahabatku
Bidadari-bidadari surga
Pelepas dahaga
Memayungiku dari hujan
Dan terik matahari

Yala, 18 September 2016

Kidung Patani | 66
Sajak Tohiroh Seksukli

IBUKU

Engkau ibuku
Seperti purnama yang merona
Di langit malam
Ibu relakanlah aku pergi
Doakanlah aku berhasil meraih mimpi
Aku ingin melihat,menyentuh,dan mendengar
Meskipun ada bahaya, ada rasa takut
Aku akan tersenyum dan menghapus air mata
Melawan semuanya
Ingatlah, saat aku berlayar ke sungai
Aku mencintaimu di sepanjang perjalanan
Yala, 5 September 2016
Sajak Toyibah Mambado

GUNDAH

Jika hatimu terasa gundah


Berbaringlah dalam kesunyianmu
Jika hatimu tak lekas cerah
Pejamkan matamu dan tidurlah
Bawa dirimu terbang melayang
Dalam indah dunia mimpi
Jika hatimu telah riang
Buka mata dan bangkitlah
Dari mimpimu
Tersebab ada orang-orang
Yang menantimu

Kidung Patani | 67
Sajak Toyibah Mambado

CINTA

ciptaan yang terindah untukku


senyum tipis di ujung bibir
mata sayu lembut merajuk
masa lalu kelam kau jalani
tapi kejujuranmu
menumbuhkan cinta di hatiku
kerinduan selalu datang di hariku
kini aku memulai dari awal lagi
untuk yang terakhir kali
untukmu, kasih

Sajak Waena Cekteh

KEHIDUPAN

Karena indahnya pelangi


Tak pernah hadir dalam satu warna
Maka indahnya hidup
Adalah ketika perpaduan
Sedih dan bahagiamu
Mampu membuatmu
Tetap tersenyum
Dalam menghadapi kehidupan

Yala, 7 September 2016

Sajak Waena Cekteh

KILOMETER

Kidung Patani | 68
Saat ini Tuhan memisahkan kita
Dengan kilometer jarak
Senyuman yang dulu terpancar
Kini tak lagi bisa kulihat
Betapa tersiksanya jauh darimu
Bayanganmu selalu menari-nari dalam pikiran
Hanya doa yang tercurah untukmu
Di antara jarak ini
Aku harus bertahan
Menunggumu kembali
Akan kudekap kau
Dengan segenap rasa rindu ini

Yala,20 September 2016


Sajak Yasir Ahmad

TANAH PATANI

Begitu banyak keindahan


Bukit bakau, dan lautan
Itulah alam Patani
Surga di tanah khatulistiwa

Akan tetapi
Banyak tangan kedzaliman
Yang tak berperikemanusiaan
Yang merusak keindahanmu
Bukit bakau dan lautan
Janganlah kau hilang
Tetaplah di tanah Patani

Kaulah Patani
Tanah kelahiranku
Tanah tercinta

Yala, 8/10/2016

Kidung Patani | 69
Sajak Yasir Ahmad

TIBA MALAM

Waktu malam sudah tiba


Bintang memancar cahayanya
Aku tak akan menangis pada dunia
Yang semua tanpa keadilan
Oh ! kegelapan
Sedih hati seorang diri
Dalam bilik kecil ini
Telah hilang rasa gembira
Lantas padamlah semangat yang membara
Aku tak akan menangis meratap
Tak akan patahkan semangat
Aku akan maju untuk segalanya
Dan aku sampai di jalan menuju surga
Oh ! kegelapan
Walau kumiskin dengan harta
Jauh di mata manusia
Senjataku adalah doa
Bersujud kepadaNya
Dan aku yakin kasih sayangNya
Ketika sepenuh jiwa berusaha
Kelak aku sampai pada cita-cita yang jaya

Yala, 14/8/2016

Sajak Zainab Maneeheeya

KAMI ANAK MELAYU

Kidung Patani | 70
kami anak Melayu
dari nenek moyang luhur
kami bukan anak si kejam

kami anak Melayu


politik menelan bangsa
bila berbahasa melayu
hukuman menunggu

maafkan kami duhai Melayu


kami berjanji akan rebut kembali
satukan tekad
menjunjung bahasa melayu

Yala, 07- September 2016

Sajak Zainab Maneeheeya

PERTIWI MEMANGGIL

Aku seorang remaja biasa


Yang sedang memegang pena
Ingin mengukir cinta pertiwi
Yang menangis tak berkesudah

Di mana pewira Patani


Kini pertiwi sedang memanggilmu
Demi pertiwi bebas kembali

Musnahlah jiwa ketakutan


Lahirlah semangat keberanian
Majulah langkahmu di jalan kebenaran
Biar menghadap musuh akan kita lawan

Kidung Patani | 71
Hanya lidah meraka bersuara
Kekuatan mereka hanya keangkuhan
Namun kekuatan kita adalah keimanan

Yala, 21 September 2016

Puisi
Penyai
r
Kidung Patani | 72
Tamu

Sajak Abduljalal Kutik

DOA NENEK SEDESA

Layangan awan-awan mulai berkumpul


Sementara angin terus berhembus
Tak berhenti
Kuselalu rindu rintiknya
Yang pernah terjatuh di ubun-ubun ladang
Membasahi kering kerak tanah pujangga
Rekah di tengah kehijauan rimba

Kini kuberharap kembali


Rintik yang telah kutitip uap
Dengan hangatan doa nenek sedesa
Yang selama ini hanya menjadi kehausanku

Rumah Melayu,03-09-16

Kidung Patani | 73
Sajak Abduljalal Kutik

SEMOGA FATIHAHKU SEMPURNA

Aku memandikanmu
Dengan air pilihan surga
Mengalir lembut
Menyentuh badan yang tanpa roh

Kumulai menarik nafasmu


Nama-Nya terhimbau
Tercantum bersama harapan
Dan kenangan madu

Kubawamu bermain ke ruang hampa


Mengharumi aroma manis
Yang dihina

Seandai engkau sempurna


Fatihah yang kumerayukan selama ini
Alangkah terbentang sedalam bumi
Takku resah walau tersendiri

Rumah Melayu,05-09-16

Sajak Abdul Wachid B.S.

MASJID SAKA TUNGGAL

Kidung Patani | 74
masjid satu pilar
di tengahnya empat sayap
seperti totem tergambar
bawah tiang kaca pelapis senyap

ada tahun pendirian prasasti

abad 12 sebelum wali sanga


di tanah yang disucikan agama kuna
sebuah batu menhir tegak meraja
di hutan dengan ratusan kera

empat sayap penopang yang


menempel di saka empat kiblat dan lima lurus
empat mata angin dan satu pusat tak terputus

manusia dikelilingi
api, angin, air, dan bumi
hidup haruslah seimbang

yang hidup mestinya seperti alif


jangan bongkok
yang bengkok bukanlah manusia

empat penjuru
mata memandang
hati berdendang
lagu

jangan terlalu banyak air


kalau tak ingin tenggelam
jangan banyak angin
bila tak tahan masuk angin
jangan bermain api
jika takut terbakar
jangan terlalu memuja bumi

Kidung Patani | 75
jika tak ingin terjatuh

empat kiblat dan lima lurus


sufiyah, amarah, lawwmah, muthmainnah
bertarunglah jiwajiwa manusia
hingga hidup hanyalah alif

Cikakak-Wangon, 4 Januari 2016

Sajak Abdul Wachid B.S.

SETIAP PAGI

matahari terbit dari rambutmu yang panjang


seperti sungai masakecilku
di mana aku berterjunan berlatih berenang
seringkali untuk mendapatkan sesuatu
tertatap batubatu

aku telah menjumpaimu melalui mimpi


jauh sebelum hatimu kau serahkan
ketika engkau membasuh wajahmu dengan air
wudlu suci
aku tergoda oleh cahaya matahari di usia
rawan

rindu dendam
cemburu
ketidakberdayaan remuk redam
matahari hampir padam di sela waktu

tetapi
aku menjumpainya kembali

Kidung Patani | 76
di sepanjang trotoar kotakkotak nasib
kuisi dengan shalawat dan salam hati
agar matahari hidup tidaklah raib

selalu setiap pagi kutemukan

matahari terbit dari rambutmu yang panjang


seperti sungai masakecilku
di mana bapak ibuku berkata beningnya doa
dan aku dimintanya berkaca di dalamnya

aku telah menjumpaimu melalui mimpi


dengan baju warna kuning seperti janur kuning
kelak kau aku menjolok bintanggemintang
matahari dan rembulan maka berjatuhan
sajaksajak

sebagai aku yang


jatuh bangun berjalan dalam kesunyian
panjang
setelah setiap pencapaian demi pencapaian
hidup bukanlah sekadar kesepian yang gelap
lantaran

selalu setiap pagi kutemukan

matahari terbit dari rambutmu yang panjang


seperti sungai masakecilku
di mana muara cinta senantiasa tidak pernah
menyerah
untuk melakoninya sekaligus mengenangnya

hingga cakrawala

Mojokerto, 18 Januari 2016

Kidung Patani | 77
Abdulwahed Kamae

KACA YANG BERDEBU

Seorang wanita, wajahnya mendinginkan


hatiku
Dari rumput basah sehingga mengulangi lagi
Aku setia mewarnai kalbunya
Tanganku melayang di atas hamparan

Menjemput bait-bait untuk pendamping surga


Takkan kubicara dengan duri kata
Aku tak ingin membakar hatinya
Karena dia kaca yang berdebu

Purwokerto, 28 Mei 2016

Sajak Abdulwahed Kamae

API SEJUK

Suatu ungkapan dalam menyapa


Ada yang membina
Ada yang menghancurkan manusia
Dari madu kata-kata
Bisa merubah musim mimik muka
Tiupan suara melewati telinga
Menghapuskan bakaran kesedihan
Yang terpusat di telaga perasaan
Setumpuk bakaran yang tersisa dalam dada

Kidung Patani | 78
Terbongkar hancur menjadi udara
Tinggal hanya manis senyuman

Purwokerto, 27 Mei 2016

Sajak Adi Purnomo Wartam

TERIMAKASIH, AWAN

Terimakasih, Awan
Tlah bersedia melahirkan hujan
Yang membantuku membasahi jalan
Debu yang sering terbang di jalan
Sudahlah diantarnya pulang

Terimakasih, Awan
Tlah bersedia melahirkan hujan
Yang mewakiliku menyiram taman
Ulat di bawah daun rambutan
Pasti sangat senang

Terimakasih, Awan
Tlah bersedia melahirkan hujan
Yang menyiram api di hutan
Saat kulupa mematikannya
Sebab perkemahan malam tadi

Maaf, aku tidak menemanimu


Maaf, aku tidak membantumu
Maaf, aku hanya berterimakasih
Maaf, terlalu banyak meminta maaf

Kidung Patani | 79
Purwokerto, 18 Februari 2016

Sajak Adi Purnomo Wartam

YANG JUJUR DI KELAS INI

Yang jujur di kelas ini


Hanya dinding dan meja
Sayangnya mereka pula
Yang paling pintar menyembunyi kata
Dari balik catnya
Tulisanmu, kakak kelasmu, bahkan adik
kelasmu
Nantinya
Disimpannya tanpa pernah bicara

Benar, bukan?
Mereka tak pernah menyatakan kejujurannya
Tapi itu juga yang membuatnya
Tak pernah berdusta

Purwokerto, Mei 2016

Sajak Alfian Ridho Utama

SYAHDU

Kidung Patani | 80
Masih dalam Sujud
Menelusuri relung-relung waktu
Hati yang
Masih tertutup oleh kilau keemasan
Kepada yang
Mulai membiru
Bising
rapalan mantra
Memudarkan sosok yang angkuh
Memusnahkan dinding-dinding kemungkaran
Memecahkan keheningan malam
Pilu yang syahdu

Yarang-Pattani, 4 September 2016

Sajak Alfian Ridho Utama

SEGELAS KOPI

Menenggak kopi yang ditaburi mimpi


Selagi hangat sajikan dengan semangat
Habiskan sampai tiada tempat
Untuk mengingat karang yang dihancurkan
endapan kopi
Untuk mengingat endapan yang pekat oleh
waktu

Yarang-Pattani, 4 September 2016

Kidung Patani | 81
Aminda Fatahu Rohma

MAHLIGAI HATI

Kepadamu, pengisi mahligai hatiku


Aku, mampu menggantungkan sebuah
harapan
Aku, berani memberikan segenggam
kepercayaan
Aku, mengubur rindu yang teramat dalam
Aku, membingkai seulas senyum pualam
Menikmati rindu yang amat pekat
Di bawah hamparan kejora yang berkedip genit
Candu,
Akan sosokmu
Akan suaramu
Akan tawamu
Bahkan siluet bayanganmu

Aku, tak henti-hentinya melantunkan doa


Menitipkan rindu di setiap waktu

Untukmu pengisi mahligai hatiku


Yang bertemu di suatu hari nan elok
Kau kenakan rompi coklat kopi
Dan kopyah putih
Suara lantang alunan syahdu
Terlontar dari mulutmu yang beku
Berlagak bak turis di pantai kuta
Lenggang gayamu penuh pesona

Kidung Patani | 82
Duh, jatuh hati
Kepadamu pengisi mahligai hatiku

Sajak Andit Triono

TANAH AIR

Indah, tiada jenuh hati ditimang


Di tanah permai sejuta cerita
Masyhur di angkasa jiwa,
Setiap insan
Lautan rahmat memeluk nan mesra
Di rimba, permata bersinar di atas tahta
Membingkai di atas nikmat Sang Maha Cinta
Ibunda, tanah ini akan menjadi saksi
Kugenggam dunia di tangan asa
Bersama cerita moyang yang jaya
Kucabuti duri di mata, hati
Lihatlah sekarang, meski api membius diri
Tetap kususuri mimpimu di lembah nurani
Menjejaki irama di tanah yang suci
Rerumput yang tinggi melambai memanggil
pagi
Segar, memanglah negeri sejuta kemakmuran
Dahan-dahan pepohonan yang menari
Menjanjikan hangatnya nikmat dari hijaunya
dedaun
Kawanku, pernahkah engkau bertanya tentang
pelangi
Ia menggaris bagai tiang-tiang yang
menyangga
Negeri ini
Dengan selongsong dzikir yang

Kidung Patani | 83
Dirapalkan mulut-mulut bahagia di surga dunia
Ibunda,
Sungguh aku telah tersihir,
Oleh suara-suara merdu di tanahku ini
Negeri permai nan sahaja
Di bawah sayap mentari yang menari

Pattani, 15 Februari 2015


Sajak Andit Triono

KIDUNG KALUT

Kupipihkan sendu yang sedari dulu


Menindihmu, pilu
Pada sebidang wajah yang menengadah,
Berpasrah dengan debaran resah
Sungguh, sebuah kegelisahan yang
memuakkan!

Dalam sujud yang kalut aku tersulut


Api kepongahan yang jalang;
Merongrong kuasa akal yang kian dangkal
Lembar-lembar kesalahan yang tergambar
kian menampar

Hingga suatu malam kau sulam air matamu


Menjadi gerbang nirwana
Demi jemari surga yang akan memuliakanmu

Dalam gelap yang kukecap, kudengar


Ratapan haru yang kian menderu
Membuka lembaran barumu
Dan tak henti
Menggali melodi-melodi hati
Lalu mendendangkannya
Dengan nada derita kepadamu

Kidung Patani | 84
Sayang akupun merindu
Suaramu yang begitu merdu,
Meski bergaung dengan kidung
Yang mendung

Purbalingga, 31 Mei 2016

Sajak Arif Hidayat

MALAM

Sudah kucoba segala doa,


aku tetap tak bisa menulis puisi malam ini
dari pecahan cahaya.

Maka aku membayangkan doa itu menjadi


bunga mawar
yang perlahan semu-semu
membentuk wajahmu.
Aku duduk. Malam dingin sendiri
dan waktu terhenti sementara.
Dunia di sekitarku dipenuhi cermin
embun yang turun dari langit
terasa lebih berkilau dalam sunyi.

Kau yang menyapaku sebelum aku dilahirkan,


dunia sedikit memberiku ingatan
wajah putih kemerah-merahan
yang lebih bening dari airmata
tinggal dalam tidurku.
Dalam mimpi aku bisa menjadi bagian dari
cercah bulan
yang tersembunyi dalam malam.
Sunyi kembali mempertemukan kita
dari jejak yang telah hilang
dalam mata batin.

Kidung Patani | 85
Dengan sunyi dan waktu terpisah,
aku membaca surat-suratmu
agar bisa mengabdikan setiap langkah
sebagai caraku menuju pada kerinduan,
sebuah bukit yang terjanjikan.
Ingatlah betapa tak ada lagi yang bisa kumiliki,
maka kaulah yang memilikiku
seperti juga malam ini, aku diam
tetapi berjalan dalam pendakian yang dingin.

Sudah kucoba segala doa


dan yang kau butuhkan hanya pertemuan
sebagai bagian dari cahaya malam ini
yang akan menerangi hidup kita
di masa yang akan datang.
Kita sudah tak memerlukan puisi
karena kita lebih puisi dari semua puisi yang
ada.

2016

Sajak Arif Hidayat

TIDUR PAGI

Aku tidur pagi menghindari masa lalu di dalam


hujan
yang tak terbahasakan. Aku dibentuk dari
masa lalu
yang membiarkan segalanya berubah. Waktu
dingin
menggigilkan jalur sinyal di dalam paru-paruku
yang lemah oleh nyanyian pagi.
Bisakah kau mendoakanku?

Kidung Patani | 86
Aku berjlan dikendalikan oleh makanan cepat
saji,
memilih baju-baju, bergaya dengan mobil dan
pikiran
yang penuh lumpur. Aku telah menjadi diri
yang lain
yang tak bisa kembali menghidupi hutan.

Aku telah kehilangan pepohonan


di kota yang dikepung sinyal.
Langit begitu mudah meneteskan airmata.
Jam 04.00 pagi, cahaya meredup
dari sebuah gedung
dan membiarkan debu menguap
menjadi pembunuhan-pembunuhan
yang tak terlihat oleh kamera tepi.
Aku melihat koran yang mati,
penyair yang jadi pengemis
di bawah undang-undang dan penghargaan.
Tak ada yang menghargaiku ketika terlambat
bangun.

Aku ingin bangun dan tak tidur


tapi takut menjadi Tuhan bagi diriku sendiri.
Aku orang kecil hanya bisa hidup dengan
mimpi
dan impian di waktu pagi
saat orang-orang sibuk memikirkan kerja
dan mencari uang untuk mengubur diri
dengan keyakinan hidup yang lain.
Di tempat tidur ini,
aku mengumpulkan serpihan masa lalu.

2016

Kidung Patani | 87
Sajak Aulia Zulfa N.

SENJA DI PESISIR SELATAN

1/
Berpeluk siluet senja
Kutitipkan sebotol rindu pada samodra, yang
Menggemakan auman ombak
Menyapa awan berarak-arak
Pada tiap-tiap putaran waktu

Meski aku pun tak tahu,


Pada hilir yang mana samodra kan sampai
Menyandarkan botol rindu
Di tanah rantau Tuan

2/
Sudahlah,
Tak pantas kau cakap soal cinta dan mencintai,
Zul !!

Purwokerto, 4 September 2016

Sajak Aulia Zulfa N.

LAMARAN

Kidung Patani | 88
Berbeloklah pulang, Tuan.
Kau takan mampu mencipta mantera
Mantera penghitung hujan!
Gulung karpet merahmu, atau Dinda yang kan
melipatnya untukmu, Tuan?
Purwokerto, 5 September 2016
Sajak Dewandaru Ibrahim Senjahaji

CINTA

Tuhan
Jika ia menampik dengan menyulutkan api
Maka jadikan dada ini Ibrahim
Agar tercipta singgasana bagi Khajar di hatinya

Purwokerto, Agustus 2015

Sajak Dewandaru Ibrahim Senjahaji

MASALAH HATI

Masalah kita itu sederhana


Kau datang tiba-tiba
Menampakan wajah dan mengagetkanku
Hingga hati yang kupegang jatuh,
Lalu aku mengejarmu dan minta ganti rugi

Purwokerto, Juni 2016

Sajak Dimas Indiana Senja

KELAK

Di sini aku sabar

Kidung Patani | 89
Di sana kau sadar
Cinta kita menumbuh malam
Rindu kita membunuh kelam
Saling doa dalam diam
Silang pandang dalam pejam
Aku datang dengan nawaitu
Kelak pulang dengan qabiltu

Pustaka Senja, 2015

Sajak Dimas Indiana Senja

EKSTASE RINDU

basmalahku dan fatihahmu bertemu


lahirlah washilah rindu
cinta kita tarian rumi
rindu kita peleburan diri

segala debar menjelma mawar


segala kobar hilang bakar
alhalaj mengaji
jenar mengapsahi

cinta kita tarian rumi


langit bumi jadi saksi
basmalahku dan fatihahmu bertemu
kita pulang pada alastu

Pustaka Senja, 2016

Kidung Patani | 90
Sajak Efen Nurfiana

SAJADAH

Gelar sajadah panjang ini pada hari


pengampunan
Agar kau dikarunia banyak pintu
Seperti yang pernah kau katakana, kita tak
perlu
Kunci untuk masuk kapan saja
Meskipun pada barisan paling belakang
Suara-suara tampak meminta kau kembali

Purwokerto, 9 Juni 2016

Sajak Efen Nurfiana

SEPASANG MURAI

Sepasang murai bernyanyi di bawah lampu


senja
Di cakarnya daun kering mengayun-ayun naik
turun
Sementara bibir-bibirnya sembilu
Mengingat kenangan menjulurkan jari-jari
Membawa sejumlah dosa

Purwokerto, 9 Juni 2016

Kidung Patani | 91
Sajak Endah Kusumaningrum

CINTA PADA GURU

Tiap memasuki ruang kelas,


Kulihat guruku menyambut dengan senyum
hangat
Tatapnya tajam tapi tak kejam
Tuturnya tegas tapi tak keras
Jiwanya kaya dan penuh cinta
Nasehatnya penuh arti dan selalu mengajarkan
berbagi
Membuat kalbu selalu rindu untuk bertemu

Guruku,
Terima kasih telah bersuka cita membimbingku
mengenal aksara
Terima kasih untuk sabar yang tak pernah
habis membimbingku menulis
Terima kasih, telah melukiskan harapan di
kehidupan kami

Guruku,
Kami mencintaimu!

Sajak Endah Kusumaningrum

MELUKIS MIMPI
--pada bocah-bocah Wadas Kelir

Kidung Patani | 92
Kami bocah kecil gemar melukis dunia
sejauh jangkau mata
dan bertemu bukubuku
dari negeri segapai angan

melukis mimpi indah sekali


melemparnya ke langit
menggantung tinggi di sana
didoakan semesta

pagi sampai malam jadi pijar cahaya: mentari


juga bulan
bergantian
jadi bangun pagi dan buaian

kami, bocahbocah kecil, berangan besar,


beringin tinggi
menjaga mimpi, jejakkan kaki, jelajahi
negerinegeri!

Sajak Faiz Adittian Ahyar

BALI NGUMAH
- Kemutan Mamake

Ujug-ujug ngrasa sepi


Ngerti-ngerti
Gulingku ngadoih
Kemutan mboke sing unggal
Wengi ngeloni
Nang wektu bocah

Kidung Patani | 93
Nang dina-dinaku
Ana mangsa sing
Mlayu-mlayu nang ndasku
Banjur kelingan
Nek akeh cerita nang risban
Panggonanku turu awan
Turu nang kempole mboke
Dilus-lus kanti alus

Ana puji-pujian, saben wengi


Di tembangna
Meh aku turu nang kamar
Nang penglari, akeh bintang:
Lingsir sing paling padang

Bagen tah siki


Wis ora nana sing ngajeni
Merga urip ora terus-terus di mong
Umur sing neng sela-sela jam
Nambah saben detike
Wis ora bocah-bocah
Raine saben wektu sumringah
Dolanan dir-diran, gaplekan, lan umpet-
umpetan

Tapi, kue miyen


Nyong pengrasane
Cinta lan kasih sayang
Sing paling sempurna

Kaya terang sing mesti nyambat panas


Wong wadon unggal sorene
Nyapu latar
Jalaran godong-godong jambu ambrol:

Mboke tabah

Kidung Patani | 94
Nyangga tangis
Gawe gerimis
Nang lemah-lemah sing pecah

Weruh nyong bali ngumah


Wis ora bocah-bocah

Yarang, Thailand, 2016

Sajak Faiz Adittian

SECANGKIR KOPI SOPIR TAKSI

Kopi yang masuk ke dalam cangkir menjelma


cinta sopir taksi yang selalu mencari jalan
rindu kepada kemudi.
Kemudian, air yang mendidih dalam panci
meluapkan kerinduan kepada kepulangan yang
selalu dinanti.
Sedangkan kau, yang mengantarkan secangkir
kopi: adalah lukisan monalisa yang timbul dari
dalamnya cinta kepada cangkir yang kukecup
ujungnya.

Pasir Luhur, 2016

Kidung Patani | 95
Sajak Gani Sahidun

ROMANSA SONGKLA

Deru Angin berbisik


menggumamkan sapa dan doa

sebelum sampai pada tiga frasa


Lekas membawa imaji
Pada muara kau dan aku berlabuh

Tena, Jika air yang mengombak


Tak mampu mengusik pasir yang gulana,
Lalu dengan isyarat apa lagi
Agar aku mampu mendekap rindumu
Yang tercecer; tersapu tangismu sendiri?

Songkla, 6 Juli 2016

Sajak Gani Sahidun

GURINDAH BERKASIH

Derai yang melebat dari butiran-butiran


semesta
Aku resapi setiap tetesnya
Tiap degupnya
Lalu aku basuh, aku seka dengan jemari yang
lapuk;
tak kuasa menahan rindu yang tak kunjung
aku teguk
Anganku tak kunjung usai

Kidung Patani | 96
Merapal surga yang membekas pada tubuh
adam yang wingit
Tena, sudahkah kau basuh mukamu
dengan muhaf yang tergenang pada secawan
kautsar itu?
aku kembali pada ketukan pertama
yang kini menyisakan derai hujan yang
menetas basah
pada awal suci dan dasawulan

Bakong Pittaya, 2016

Sajak Heru Mulyadi

MALAM BERCERITA TENTANG JARAK

Saat senja di ujung hayat


Matahari sirna di ujung mata bulan
Lampu rindu dinyalakan
Cahanya pendar ke sekujur tubuh
Tali selalu bisa mengikat, tapi tembok tetap
sekat
Malam makin pekat, udara menipis
Baumu masih ngambang
Datanglah ke kamarku
Kau yang selalu berhasil membunuh
Burung di dinding, seolah menghentikan
Paruhnya yang berputar di dua belas titik
Sendiri, aku seperti diteror burung itu
Aku khawatir dia balas dendam padaku
Sebagaimana ia balas dendam padamu
Membawamu terbang dari jemariku
Jika aku dibawa juga

Kidung Patani | 97
Mungkin kita tak satu sarang

29-03-2016

Sajak Heru Mulyadi

SUNGAI KEHIDUPAN

Aku tafakur di atas kano


Entah...
Di lembah mana aku akan digulingkan
Di bukit mana aku akan dipinggirkan
Di hati mana aku akan dilabuhkan
Aku hanya yakin pada kano ini
Kularutkan hati bersama arus sungai
Bertabah dengan batu dan air terjun
Atau buaya muara yang menerkam lajuku
Sungai panjang bukanlah tanpa ujung
Aku akan sampai ke Laut, tenang
Tak ada lagi yang kuhajat dalam hening

29-03-2016

Sajak Iis Sugiarti

CERITA DI SEBUAH NEGERI

Kidung Patani | 98
;Patani

Cerita di sebuah negeri


Telah terangkum dalam
Buku catatan yang terpendam
Dalam dada yang membusung
Dibaca oleh orang-orang yang
Mencari siratan makna di sebalik
Topeng-topeng yang terpasang
Pada wajah-wajah

Kini aku terbang ke negeri


Yang diceritakan puan
Tanah telah kupijak
Seperti inikah bumimu
Pohon-pohon kehidupan
Begitu ranum berbuah
Ada yang manis
Ada yang pahit

Hanya orang-orang perasa


Yang mampu menikmati manisnya
Dan tahu bagaimana pahitnya
Sedang ketawaran hidup adalah
Mereka yang memandangnya
Dari sisi yang sama

Embun telah memberitahu aku


Tentang doa-doa pagi yang dilangitkan
Menagih janji yang belum juga mengetuk pintu
Namun kepasrahan selalu ditanam
Hingga mengakar sampai bumi terendah
Dan kesabaran adalah nafas yang
Istiqamah menuntun kemana
Kau akan melangkah

Meski tiap waktu ada geliat resah

Kidung Patani | 99
Antara kebebasan dan penindasan
Cukong-cukong politik yang
Mempermainkan kekuasaan
Kau mesti tak kehilangan syukur
Mendongengi anak-anakmu tentang
Moyang yang luhur dan beradab
Negeri ini tetap punya cerita harum
Harum darah perwira
Yang bela bangsa
Hingga gugur bunga

Patani, 17 September 2016

Sajak Iis Sugiarti

INI TENTANG KETEGARAN


;Iis Nafisah

Cintamu untuk lelaki yang


Terlahir dari tanah seberang
Adalah titah Tuhan yang
Telah kau istikharahi
Meski isyarat-isyarat telah dihantarkan
Tentang tanahnya yang basah darah
Namun kau tetap yakin pada kasih sayangNya
Bahwa kehidupan yang paling puisi
Akan kau genggam bersama zuriah-zuriahmu

Ini tentang ketegaran


Perempuan yang
Memintal kesabaran dan ketabahan
Tersebab yang kinasih

Kidung Patani | 100


Tak bisa pulang ke rumah
Sekedar menengok
Wajah-wajah kasih
Memakan puluk bersama
Gulai yang dimasak dengan sabar
Agar matanglah segala rindu
Meski asapnya terkadang
Menimbulkan perih di mata

Mungkin malaikat juga


Mencium asapnya yang
Membumbung tinggi ke langit
Pastilah ia akan memberimu kabar
Tentang pertemuan

Patani, 18 September 2016

Sajak Intan Nur Azizah

FRAGMEN SENYUMAN
; Untukmu yang paling luka

Kau tahu,
Yang ku ingat dari senyumanmu
Bukanlah kebahagiaan
Melainkan guratan luka yang tak bermuara.

Kidung Patani | 101


Seperti kidung yang tak berirama
Dan syair yang tak bermakna

Dorm House, 7 September 2016

Sajak Intan Nur Azizah

ELEGI CINTA DALAM HUJAN

Aku mengenalmu, kemarin


Setelah aku kuyup didekapan hujan.
Aku mengenalmu, kemarin
Bersama dengan luka pada tiap-tiap rintiknya.

Bila hujan telah merangkum semua kisah kita


Masih perlukah memaknai pelangi?
Biar saja kau yang setia pada aroma tanah
saat hujan
Dan aku yang akan selalu setia mendekap erat
tiap-tiap rintiknya.

Dorm House, 7 September 2016

Sajak Irna Novia Damayanti

SAJAK LAUT KEPADA KEKASIH

Baiklah jika kau lebih mencintai pulau


Sebab ada gunung yang menjulangkan
senyummu
Ada padang rumput dimana puisi-puisimu
biasa berlari-lari

Kidung Patani | 102


Lembah yang tabah mendengar keluh
kesahmu
Dan lainnya tentang beritamu yang
menyangkut
Juga berkabut

Kau selalu memandang permukaanku yang


datar
Yang di temani camar-camar yang meliuk,
pasir putih, nyiur
Juga orang-orang yang menikmati sapaan
angin yang mencari
Kenikmatan atau sekedar membuang
kejenuhan yang di pikul pikiran
Dan itu mungkin sepertimu ketika kau
mengunjungiku

Dari pertama aku mencium nafasmu


Mengabadikan tingkahmu pada mata
Kau tak pernah ingin menyelamiku
Padahal aku punya ikan-ikan yang bisa
mengajak senyumu berenang
Ada terumbu karang, dan rumput-rumput yang
mungkin belum kau kenal
Dan bisa mengantarkan senyum padamu

Jika pulau punya lembah akupun punya palung


Yang bisa menampung keluh kesahmu
Bukankah pencipta telah membagi keadilan
Dengan begitu rata ?
Maaf jika kata-kata menjadi tombak yang
mengalirkan luka
Dalam degup jantungmu sebab
Kau selalu membedakan antara aku dan
pulaumu
Yang sekarang kau tanami usia

Kidung Patani | 103


An Najah, Desember 2015

Sajak Irna Novia Damayanti

DZIKIR ANGIN

Biarlah angin terbang


Membawa debu
Menggerakan dedaunan yang diam
Menggerakan jiwa kemudian terjatuh pada
sehampar kekhawatiran
Dimana biasanya aku sadar harus melepas doa
Dan merenda namanya dalam diam

Biarkan angin mendatangkan dan


memulangkan sebuah wujud
Dengan meninggali rasa, warna dan suara
pada hidup

Nafas harus tetap diisi dengan perjuangan dan


pengorbanan meski
Takdir serangkaian tangga yang pasti kita pijak
Entah senang atau sedih yang
Merasuk dalam jiwa
Satu persatu

Dan
Mari kita selalu sambut dzikir angin
Dengan kedamaian

An Najah, Febuari 2016

Kidung Patani | 104


Sajak Isna Imroatuz Zakiyati

ELEGI SEPANJANG SUNGAI

Seperti dedaunan itu, yang


Teronggok bersama sesampah, dalam
Anyir sungai dan bau air mata
Aku beringsut, menjauh sedikit
Pada sebuah tepi agar kau mengerti
: hidup adalah soal bertahan hidup
Kemudian aku akan benarbenar
Pergi, menepi, sepi, lalu mati

Biar sungai itu tak teraliri air mata, tapi


Arus terlampau deras, Tuan
Mataku pun nyalang penuh telusur
Menggapai gapai harapan yang kau janjikan
Duhai tangantangan dari balik jendela, yang
Memperlihatkan taring tajam sempurna
Rupanya dari sanalah anyir sungai ini berasal
Kulihat, kau hanya melambaikan tangan
Lalu sekali lagi, kau
Memperlihatkan taring tajam sempurna
Hingga akhirnya sampailah aku di tapal batas
Menyisakan elegi sepanjang sungai Berantas
Dan bermuara ke laut lepas
Setidaknya, kini, aku tak lagi sesak napas
Sajak Isna Imroatuz Zakiyati

SEPANJANG YALA

Barangkali embun pagi tahu, bahwa


Ada yang lebih gemuruh, daripada
Letupan bom di batas sana
Pun, barangkali embun pagi mulai terhenyak
Saat hatinya sebentar lagi meledak
Laksana menyimpan bongkahan granat

Kidung Patani | 105


Hatinya akan meletup setelah sewindu
merindu
Ia akan tiupkan sejumput rindu maut
Pada jeruji kereta yang saling berpaut
Juga pada pagi yang kabut, kau
Beberapa kali menoleh ke jendela
Merasakan angin yang menyeka
Di sepanjang tepian kota Jala
Sudahkah kau dengar?
Ledakan di sepanjang Yala,
Ledakan dari dalam hatinya itu?

Sajak Mahroso Doloh

KEDAMAIAN YANG DIRINDU

Selamat pagi kawan


Ini hari kau-aku dihidupkan kembali
Dan kesetiaan kau-aku yang
Masih menghirup udara kedamaian yang
Mengalir dari bumi leluhur kita
Dari peta yang terlukis Indonesia

Tetapi para sahabat kita


Mungkin masih tak mengenal
Jantung kedamaian atau
Nafas kedamaian tak juga terhirub
Karena di setiap bangun tidurnya
Sudah diiringi asap-asap peluru
Kicauan burung-burung
Pun tak juga terdengar
Nyanyian alam menjadi piatu

Dan itu adalah negeri kami kawan

Kidung Patani | 106


Negeri yang masih di bawah kibaran
Bendera diskriminasi
Di mana anak-anak sekolah
Tak mendapatkan pendidikan yang merata
Sementara para ustaz
Menjadi tambahan jumlah para tersengka
Lalu apa kedamaian yang mereka alunkan,
kawan?

Ohkawan
Tulus ikhlas dari beribu hati
Setiap detik kedamaian selalu dirindu
Kesejahteraan ingin kami miliki
Seperti merpati melayang bebas
Penuh kedamaian yang
Tiada batasnya

Yogyakarta, 21 September 2016

Sajak Mahroso Doloh

WARISAN YANG RELA DIBUNUH

Sepertinya ada sesuatu yang


Sekian hari kita mulai melepaskannya
Dengan pintu hati yang kian terbuka
Kepada kepentingan orang-orang itu
Berkibar pendera mereka
Menginjak bendera bangsa kita

Warisan yang wajib dijaga

Kidung Patani | 107


Kebanggaan moyang tercinta
Tercatat menjadi berita dusta oleh
Para pendusta;
Milik kita menjadi milik mereka
dan kelamlah budaya kita

Di saat nanti
Mungkin kita akan mengucapkan
"selamat tinggal wahai pusaka
Maafkan kami wahai budaya
Ampunkanlah wahai bangsa
Yang sementara ini
Kami harus tersenyum dan
Menggadaikan hak kami sendiri
Jati diri kami terjual
Bangsa berbudaya mulai lenyap
Terhapus di lembar hati kami"

Oh...politik
Ternyata ini politik
Politik mereka
Penipuan mereka yang lebih tajam dari
Politik para syaitan
Diam-diam tapi meluka
Sekalipun ia senyum
Pun dilahirkan dari rahim kepura-puraan
Dan kita mulai habis-habisan;
Telok belanga, baju kurung, songkok hitam
Tidak lagi kita memperkenalkannya
Baik kepada anak-anak kita sendiri
Dan senjata berbudaya
Sepertinya tidak sanggup lagi kita menjaga
Sebelum mereka merampas habis-habisan
Malah kita sendiri yang mulai melepaskannya
Lalu apa yang kita ingin mempertahankan
Segala warisan sepertinya tulus ikhlas
Kita jadikan milik dia

Kidung Patani | 108


Lalu apa yang masih tersisa
Untuk kita jadikan warisan kepada anak cucu
kita

Ataukah sejarah kebodohan kita yang


Lelap dalam bisikan para penjajah di saat ini
Akan menjadi bahan bacaan untuk
Anak-anak di esok hari
Dan itu menjadi pusaka bersejarah
Tentang warisan yang rela dibunuh

Yogyakarta, Juli 201

Sajak Muhammad Badrun

BAHASA YANG TURUN DARI CELAH


LANGIT

Di bangku, kau menaksir detak nafas, sampai


dimanakah akan terpenggal dalam diam duduk
itu. Sebanyak bebuih di lautkah, ia bisa hitung
dengan jari tangan sepuluh, atau sehamparan
pasir di padang lembah yang mengarak angin
hingga matamu terkatup-terbuka perih.

Sebuah bahasa tertuang dari kitab langit,


melalui celah-celah cerlang di bumi ini,
sehingga mereka bisa menanyakan jalan

Kidung Patani | 109


manakah yang mesti ditempuh bila bahasa
tersurat di awang-awang fikiran: tentu saja
jalan menuju pulang ke senja usia, sebagai
jawaban yang niscaya.

Dia menanyakan kepada batu, bagaimana ia


mengutarakan bahasa kepada air yang
menjadikannya berlumut. Ia tanyakan pula
kepada burung-burung bercericit, seperti
apakah ia memberi bahasa komando membuat
gugus-barisan yang rapi di awan-awan yang
terbelah terik matahari.

Ia temukan jawaban masing-masing dari


mereka: yakni mencairkan batu es yang
mengkristal di antara mulut-mulut mereka:
agar basah di antara percakapan yang saling
menghangatkan dan menatap mata satu sama
lain.

Narathiwat, Thailand, 2016

Sajak Muhammad Badrun

BULAN SABIT DI PERKAMPUNGAN

Sebagai pembuka cerita atas puisi ini; dia


awali dengan keluar dari bilik sempit, tempat
dada mengempis terhimpit pahit dan sunyi.

Orang berjalan, mengitari malam, mengitari


sekeliling perkampungan, apakah gerangan
yang yang dilakukan, untuk sembahyangkah?
Sujudkah? Bersyukurkah? Bersendauguraukah?
Entah.

Kidung Patani | 110


Dia menanakkan masing-masing pertanyaan,
agar taka da masygul yang tersulut dari otak
dan hatinya: dalam diam seribu bahasa
dengan Tanya dikebirikan oelh keadaan.

Sebentar lagi, kita akan berangakat,


menyusuri waktu dalam malam-malam
mnyeramkan! Kata salah satu orang
dikerumunan orang-orang yang saling
berpandangan.

oh, ya, aku lupa, aku ingat sekarang, kita


akan berjalan menembus pekat malam,
menuju tempat tinggal yang aman dari kalang-
kabut para pelupa.

Sekarang, perhatikanlah, kau yang merasa


duduk di antara binatang buas, berfikirlah
untuk mencari jalan keluar, dengan tangan tak
terkoyak barang secuil saja. Sebelum sabit
bulan itu menjelma sebentuk bulat penuh, saat
itulah udara di dadamu berada di batas jalan.

Thailand, 2016
Sajak Muhammad Badrun

Bahasa Yang Turun Dari Celah Langit

Di bangku, kau menaksir detak nafas, sampai


dimanakah akan terpenggal dalam diam duduk
itu. Sebanyak bebuih di lautkah, ia bisa hitung
dengan jari tangan sepuluh, atau sehamparan
pasir di padang lembah yang mengarak angin
hingga matamu terkatup-terbuka perih.

Kidung Patani | 111


Sebuah bahasa tertuang dari kitab langit,
melalui celah-celah cerlang di bumi ini,
sehingga mereka bisa menanyakan jalan
manakah yang mesti ditempuh bila bahasa
tersurat di awang-awang fikiran: tentu saja
jalan menuju pulang ke senja usia, sebagai
jawaban yang niscaya.

Dia menanyakan kepada batu, bagaimana ia


mengutarakan bahasa kepada air yang
menjadikannya berlumut. Ia tanyakan pula
kepada burung-burung bercericit, seperti
apakah ia memberi bahasa komando membuat
gugus-barisan yang rapi di awan-awan yang
terbelah terik matahari.

Ia temukan jawaban masing-masing dari


mereka: yakni mencairkan batu es yang
mengkristal di antara mulut-mulut mereka:
agar basah di antara percakapan yang saling
menghangatkan dan menatap mata satu sama
lain.

Narathiwat, Thailand, 2016

Sajak Pateemoh Baka

EMBUN

Embun pagi
Menggantung pada selembar daun
Untuk bersatu menjadi air
Ketemu aku saat membuka jendela
Engkau datang padaku
Mendiam sebuah kalbu

Kidung Patani | 112


Mempesona keindahan mu
Wajahku mulai tersenyum
Kini ku simpan menjadi kenangan
Syukurku di pagi hari

Purwokerto, 30 Agustus 2015

Sajak Pateemoh Baka

UNTUKMU AYAH

Ayah
Seorang lelaki yang kukenal
Yang sangat luar biasa dalam hidup ku
Kau bimbing kumengarungi hidup
Kau sentiasa berdoa untukku

Kerja kerasmu untuk kebagiaanku


Kau rela di terpa deburan buih
Tak pernah mengenal lelah
Betapa mulianya hatimu
Ayah
Doa ku selalu panjatkan untuk mu
Maafkan aku ayah
Yang belum bisa membalas semua jasamu
Terima kasih untukmu ayah
semua kasih sayang yang kau curuhkan
aku menyayangimu sepenuh hati

Purwokerto, 2 September 2016

Kidung Patani | 113


Ruzimah Bungo Sayu

KABAR UNTUKMU

Dia yang mengatakan aku pemusnah


Dia yang mengiginkan aku rebah
Betapa dia tukang fitnah
Dia sebenarnya pengganas
Yang amat sangat
Tetapi tak pernah ngeri
Tak pernah sunyi
Karena aku tak sendiri
Walau kupedih
Walau kupahit
Menempuh sisa-sisa hidup yang sedikit
Tetapku gigih
Tetapku raih
Untuk membawa kabar bagimu
Untukmu yang sudah terlantar
Yang mennati-nanti kabar
Kabar tibanya saat kegemilangan

Krungpinang, 10 Agustus 2016

Sajak Rifki Ismar Ismail

PANGGILAN PEJUANG EMAS

Gajah putih silauan hitam


Hitam kaki, muka dan tangan

Kidung Patani | 114


Darah merah berubah legam
Ringkikan gajah bersautan
berebut hijauan bersemai
Porandakan surga permai
Tak kenal tanah dan udara
Perkosa semua yang ada
Kibarkan besi panjang lancip
Membantai habis pejuang emas
Dikala keserakahan gajah menjadi-jadi
Memakan rerumputan milik orang
Menginjak injak tubuh pemilik
Menampar dengan belalai tajam
Menaruhkan kotoran bau tepat dimuka
Ohh pejuang emas
Gerakanmu kini jasad susut
Nampak gigih jiwa langit biru
Hamparan yang tak ada ujung
Namun yakin jiwa-jiwa merdeka
Tetap subur dalam sukma jaya

Thailand, 04/03/15
Sajak Sri Setya Murti K.

TRANSISI

Saat langit senja terhampar di pelataran langit


biru
Dahan cakrawala bergelayut indah di tangkai
bumi

Rotasi serta revolusi bumi


Dan bulan
Menjadi sinar-sinar matahari terganti
Sampai pada bulan bintang menemani hari
Sepanjang hari

Fathul Huda, 18 Oktober 2015

Kidung Patani | 115


Sri Setya Murti K.

BUNGA DOA IBU

Doanya tak pernah berhenti terpanjat


Bibirnya tak pernah berhenti bergumam
kesuksesan buah hatinya
Di sepertiga malamnya maupun setiap detik
yang mengalun
Adalah engkau
Yang kerap kali meminta
Dengan merayu agar semua di peluk,
dibimbing oleh-Nya
Menuju orangorang terpandang di alam fana
maupun alam kebadian

Serangkai bunga doa yang tak pernah henti


ditanam
Di dasar palung hati yang paling dalam
Adalah engkau

Di suatu titik bernama puncak


Bunga doa itu bermekaran, yang wanginya
akan sampai pada-Nya
Hingga satu-satu kelopak doa itu
Menyatu pada yang dituju oleh Ibu

An Najah, Juli 2016

Kidung Patani | 116


Sajak Teguh Amanah

CATATAN UNTUK SAUDARKU

Gerimis di bumi Patani


Baru kutahu kemarin pagi
Dari elang yang dipatahkan sayapnya
Oleh gajah yang mengaku empunya
Ah, perkara rumit ini
Masih saja dunia seolah tuli
Kini duka bukan hanya todongan-todongan
bedil
Dengan ganasnya mencabut nyawa tanpa adil
Tapi, peluru perusak moral dimuntahkan
Pisau yang mengiris, menguliti bahasa
disodorkan
Dari mulut ke mulut dari telinga ke telinga
Di sekolah, di pasar, di kedai-kedai yang
berceceran ditepi jalan
Siang malam tanpa sampingan
Wahai generasi bangsa penegak tiang agama
Orang di seberang sana berteriak merdeka!
merdeka!
merdeka!
Bersorak dengan kemenangannya
Tapi, jangankan harus berbicara tentang
kemerdekaan
Bahasa saja mulai alpa dan harus mengeja A
A A
Lantas aku bertanya
Siapa bangsa Melayu?
Dan siapa yang harus menjaga bahasa
Melayu?
Wahai saudaraku
Gerimis tak akan pernah habis
Jika matamu menangis
Tapi kau lebih fasih bahasa pengikis

Kidung Patani | 117


Yala, 17 Agustus 2016

Sajak Teguh Amanah

NEGERI SEWU SIJI


;Bumi Patani

Sedulurku Patani,
Uwis atusan sasi
Uwis ewonan wong mati
Kanggo mbela negeri
Melayu sing disenengi
Awak krasa mrinding tur wedi
Ngrungu saben ndina kabar lelayu wara wiri
Liwat trus mrambat siji siji
Gari dienteni kapan giliran didekep pati
Aku mung sekuku ireng gole ngerti
Crita lawas sing rasane kaya nguliti
Kabeh seawak karo dicocogi ri
Nanging koh kaya-kaya milu ngrasani
Kawit pucuk sikil gedug lati
Gemrungsung nang njero ati
Awan nganti mbengi
Reang ngumyang mlebu ngimpi
Duh Alloh Gusti,
Kulo nyuwun diparingi
Kabeh sehat waras slamet teng dunyo niki
Ngantos suwarga umahe pidadari
Paringana kito kiat lan rejeki
Kangge ngurip uripi
Bangsa Melayu Patani

Kidung Patani | 118


Pucuk RI, 9 Agustus 2016

Sajak W.Nisawati Mafrukha

GERIMIS BUNGA

Kutulis sajak ini kala gerimis memunguti kata


demi kata. Merangkainya seperti bunga, serta
angin yang mendesahkan namamu. Taka ada
yang lebih puisi dari hujan. Dibasahinya bumi
penuh cinta dan ketulusan.

Kutulis sajak ini, ketika sepasang merpati


saling mengibaskan sayapnya. Matanya saling
bertemu. Menyenandungkan kasidah cinta.

Kasih, aku teringat saat kita duduk di beranda


rumah. Aku bertanya, mengapa kau
memandangku lekat seperti itu? Kau hanya
tersenyum. Mengerjap-ngerjapkan matamu
yang indah. Mencubit hidungku yang mungil.
Seketika bunga bertaburan dari langit. Seperti
gerimis.

Gerimis bunga yang kau jatuhkan di beranda


hatiku.

Purwokerto, 26 Februari 2016

Sajak W. Nisawati Mafrukha

Kidung Patani | 119


KITA ADALAH ILUSI

Bersimpuh tengadah
Bagai debu di kubah bumi
Dalam doa berselimut tanya
Meraba tabir

Kekasihku
Kecantikanku yang kau sanjung
Hanya fatamorgana yang
Kau ciptakan sendiri
Cinta, rindu dan doa
Terikat oleh jiwa-jiwa yang
Berkelebat dalam jagad fana, bukan raga
Kita adalah ilusi yang
Tuhan rangkai dalam scenario_Nya
Sementara jiwa kita abadi
Meski bumi, rembulan dan matahari
Menghentikan lajunya

Kekasihku, sebelum masuk ke pusaran sunyi


Mari kita semai pohon surgawi
Dalam mimpi panjang ini
Sehingga jadikan peneduh sukma berpulang
Karena kematian bukan tidur panjang
Tapi awal kehidupan hakiki

Purwokerto, 26 April 2016

Sajak Widya Rahmawati Al-Nur

MAHABAH KALBU

Kidung Patani | 120


Ketika desir indah mengetuk hati
Melankoli kota penuh remang cahaya bulan
Serasa begitu hangat dekapan malam itu
Seraya tengadah tanganku padaMu

Mahabbah tentangMu tak akan termakan


waktu
Mengalir bagai gemericik air suci yang
Senantiasa membasahi lekuk wajah ini
Ketika panggilan itu bertalu mengetuk dalam
jiwa

Mahabbah kiriman dari dalam hati


Mengantar cakrawala pikirku hanya padaMu
Cinta yang abadi untuMu
Dari sederet hamba yang tak bernama

Purwokerto, 05 September 2016


Widya Rahmawati Al-Nur

PERMOHONANKU

padamkanlah seluruh api, kecuali api rinduku,


karena sesungguhnya aku api yang ditirukan
baranya, sedangkan selain aku adalah para
pemadam.

tuangkanlah seluruh air, kecuali air rinduku,


karena sesungguhnya aku air yang disamakan
jernihnya, sedangkan selain aku adalah para
pengeruh.

hapuskanlah seluruh aib, kecuali aib cintaku,


karena sesungguhnya aku aib yang
dipadankan baunya, sedangkan selain aku
adalah para pengumpat.

Kidung Patani | 121


curahkanlah seluruh nur, tanpa terkecuali.
hingga mata-mata tak lagi kabur memandang.
sebab gelap tak kunjung pergi dari mata
zaman. sungguh kalau bukan karena kunang-
kunang terbang, hati ini tak lagi terang dalam
memandang.

Purwokerto, 05 September 2016

Sajak Yanwi Mudrikah

TANGAN

Tangan kau tak henti tengadah


Meneropong ruang
Menerka waktu
Kapan cahaya berpijar ?
Lelaku apa yang terus menyebar
Dalam sembahyang
Yang debar

Darmakradenan, Agustus 2016

Sajak Yanwi Mudrikah

AKU

Aku,
Saksikan bocah
Mematung

Kidung Patani | 122


Diam,
Tak menyapa
Siapa-siapa
Dia berlari
Memainkan hujan
Memainkan teater malam
Yang unik

Ia seperti mengejar cahaya


Yang belum genap
Usia

Darmakradenan, Agustus 2016

KATA PENUTUP

Puisi dan Sebuah Potret Kehidupan


Oleh: Dimas Indiana Senja1

Setiap kali aku membaca sejarah


Airmataku ngalir basah
Mengenang tragedi yang berdarah
Sampai bilakah akan ditanggung musibah
Diriku hanya pasrah
Dalam doa-doa yang tak berkesudah

1 Dimas Indiana Senja. Nama pena dari Dimas Indianto


S.M.Pd.I. Lahir di Brebes 20 Desember 1990. Seorang dosen IAIN
Purwokerto yang produktif menulis puisi dan esai sastra. Sering
diundang untuk membacakan puisi, mengisi seminar dan pertemuan
sastra lintas negara. Terakhir diundang dalam event Ubud Writers and
Readers Festival 2016 di Ubud, Bali.

Kidung Patani | 123


Saya memulai tulisan ini dengan mengutip
sebuah petikan puisi Annua Masa. Puisi berjudul
Kidung Patani ini bagi saya merupakan puisi jujur
yang keluar dari seorang pemuda atas keadaan
tanah airnya. Saya memang masih sedikit tahu
tentang sejarah Patani dan pergolakan yang terjadi.
Tetapi, beberapa waktu yang lalu saya pernah
berkunjung ke beberapa daerah untuk keperluan
seminar kepenulisan. Sejak itu, saya benar-benar
langsung merasakan atmosfer Patani yang
sebenarnya, tidak sekadar dari literatur-literatur
yang saya baca.
Saya yakin, Annua Masa dan teman-temannya,
ketika ingin atau diminta untuk menulis puisi, maka
kata-kata yang keluar adalah segala hal yang ada di
dalam batin mereka. Artinya, kegiatan menulis puisi
tidak berpaling dari keadaan batin seseorang.
Barangkali itulah alasan para pakar sastra yang
mengatakan bahwa sastra ditulis dari batin
seseorang dan merefleksikan kondisi alam bawah
sadarnya.
Setiap kali aku membaca sejarah/Airmataku
ngalir basah adalah ekspresi yang dialami ketika
realitas yang tidak sesuai dengan idealitas, ekspresi
seorang warga negara yang merasa iba dengan
sejarah tempat lahirnya. Tentu, manusia tidak
ahistoris, kita tahu, manusia akan selalu
berkelindan dengan sejarah, dengan segala realitas
yang mengelilinginya. Airmata yang keluar lantaran
Mengenang tragedi yang berdarah dan menyisakan
semacam doa paling pinta: Sampai bilakah akan
ditanggung musibah (?). Tetapi, apalah daya tiada,
kekuatan yang dilawan bukanlah hal sepele dan
sederhana merupakan sebuah kompleksitas yang
rumit, sehingga si penyair, sebagai representasi
dari mayoritas warga Patani, mengatakan Diriku

Kidung Patani | 124


hanya pasrah / Dalam doa-doa yang tak
berkesudah.
Maka, wajar, jika sebagian besar puisi dalam
buku ini, mengusung tema merdeka,
perjuangan, hingga sejarah. Oleh sebab,
kemerdekaan, baik kemerdekaan batin maupun
gerak sebagai sebuah bentuk kondisi sosio kultural,
adalah hak semua orang. Pun dengan beberapa
penyair senior seperti Phaosan Jehwae dan Mahroso
Doloh (untuk menyebut beberapa nama penyair
yang puisinya sudah membawa mereka hingga ke
tingkat Internasional). Puisi-puisi mereka berdua
juga berisikan seruan untuk merdeka: merdeka
intelektual, merdeka beragama, merdeka berkarya,
hingga merdeka dari segala kegelisahan bernama
cinta.
Namun, saya melihat banyak perbedaan dari
puisi-puisi dalam buku ini dengan buku puisi dua
sastrawan yang saya sebut di atas. Saya curiga,
kehadiran Iis Sugiarti dan kawan-kawan dari IAIN
Purwokerto, yang notabene bertugas mengajar di
Patani dan sekitarnya itu, memberikan suntikan
pengetahuan sastra yang mendalam. Diksi-diksi
yang digunakan sudah lebih segar dari kedua
sastrawan itu. Apa yang dikatakan Sapardi Djoko
Damono bilang begini maksudnya begitu sudah
terlihat dari puisi di buku ini. Kita perhatikan satu
contoh puisi Husna Tayek ini:

SAJAK HUJAN

Malam ini hujan turun


Jalanan gelap, lampu padam
Angin memainkan ranting pepohonan
Gemerisiknya seperti nyanyianmu

Malam ini hujan turun

Kidung Patani | 125


Anak-anak lelap di ranjangnya
Temaram cahaya lilin
Di ruang tamu perlahan redup
Namun cintaku kepadamu
Akan terus menyala

Malam beranjak tua


Hujan makin deras
Sederas kusebut-sebut namamu

Malam ini hujan turun


Petir bergemuruh
Dadaku resah
Kau belum kembali
Di balik pintu aku menungu

Yaha, 12 September 2016

Puisi ini sederhana, namun begitu mengena


maknanya. Diksi-diksi yang digunakan begitu hidup
dan segar. Jika sebelumnya, saya membaca puisi-
puisi dari penyair Patani identik dengan menjaga
persajakan oleh karena pengaruh pantun, maka
dengan membaca puisi ini, saya tidak lagi melihat
bayang-bayang pantun.
Gaya pengucapan seperti puisi inilah, yang
sebenarnya menjadikan puisi nikmat untuk dibaca
dan direnungkan. Puisi yang tidak banyak berorasi
secara simbolik, tidak ceramah dan tidak menuding,
namun bisa merepresentasikan sebuah kondisi
batin yang sublim. Penggambaran situasi di luar
penyair sangat jelas sehingga mampu menjelaskan
posisi penyair dalam puisi itu.
Secara umum, puisi-puisi dalam buku ini sudah
berhasil. Keragaman tema dan pengucapan
memperlihatkan kekayaan wacana dan
intertekstualitas para penyair. Satu hal yang sangat

Kidung Patani | 126


membuat saya bahagia adalah adanya kemajuan
yang sangat signifikan dalam pola penulisan dan
pengambilan sudut pandang dalam buku ini jika
dibandingkan dengan puisi-puisi dari penyair Patani
sebelumnya. Saya merasa ini adalah bagian dari
sebuah kemajuan sastra Patani dan tidak menutup
kemungkinan menjadi kekayaan kebudayaan yang
di hari depan menjadikan Patani sebuah negeri
penuh puisi. Saya yakin, para penyair ini adalah
penyair masa depan Patani. Tahniah!

Purwokerto, 17 Nopember 2016

BIODATA PENULIS

Kidung Patani | 127


ADILAH YEH. Lahir di Yala, 8
Maret 1997. Alamat rumah 213/3
Tanah Putih, Banangsta Yala, Selatan
Thailand 95130. Sekarang tengah
menjadi mahasiswi Fakulti Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Melayu di Jamiah Islam Syeikh Daud Al-
Fathani (JISDA) Yala Selatan Thailand. Penulis
bisa dihubungi melalui akan Facebook: Adilah
Yeh. No.HP 0883939785.

AFNANABDULRAHMAN. Lahir
di Yala, 5 Mei 1997. Sekarang tengah
menjadi mahasiswa Fakulti Tarbiyah,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Melayu, JISDA, Yala Selatan
Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui
facebook: Ismee Afnan Abdulrohman.

AKHIYAR ABDULSAMAD. Merupakan


mahasiswa Jamiah Syeikh Daud Al-
Fathoni (JISDA) Yala Selatan Thailand,
Jurusan Bahasa dan Sastra Melayu,
tahun ke 2. Penulis dapat dihubungi
melalui facebook: Akhiyar Abdulsamad.

AL HUSNA MANGKUWAE.
Lahir pada 6 Januari 1994. Sekarang
menjadi mahasiswa di Jamiah Islam
Syeikh Daud Al Fathani, jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu. Pemulis bisa di hubungi
melalu FB: Ana Husna, HP: 0612467464.

Kidung Patani | 128


AMANI DOLOH. Kelahiran Patani
, 26 November 1993 . Beralamat di
M.5 T. Parjan A. Yarang J. Patani
19460. Sekarang tengah menjadi
mahasiswi Jamiah Islam Syeikh Daud
Al-Fathani (JISDA), Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Melayu . Penulis dapat di
hubungi melalui akun Facebook : Fii Amanillah.

AMINOH HAYISULONG
Kelahiran Patani, 9 Januari 1997.
Sekarang tengah menjadi mahasiswa
Fakulti Tarbiyah, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Melayu, di Jamiah
Islam Syeikh Daud Al-Fathani (JISDA)
Yala Selatan Thailand. Penulis bisa dihubung
melalui akun facebook: Aminoh Hayisulong.
No.HP: 0904781337.

ANNUWA MASA. Lahir di


Naratiwat, 31 Desember 1993.
Sekarang tengah menjadi
Mahasiswa Fakulti Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu, di Jamiah Islam Syeikh Daud
Al-Fathani (JISDA), Yala Selatan Thailand. FB. :
Corolla Modil HP. 061-257-2682.

AREENA ALEEMAMA'. Lahir pada 5


Desember 1996. Alamat rumah 204/2
Bachok Banangsta Jala 95130.
Facebook: A Ree Na. HP. 0937367527.
E-mail Sister1537@gmail.com.

Kidung Patani | 129


ARINA MAKO. Kelahiran Yala, 16
April 1993 beralamat di no 59
Sekarang tengah menjadi mahasiswa
Jamiah Islamiah Syeikh Daud Al
Fathani ( JISDA ) Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Melayu. Penulis dapat
dihubungi akun facebook: Pelita Hidupan.

ARINEE SATENGKUWAE.
Kelahiran Patani 27 Juli 1997.
Sekarang tengah menjadi Mahasiswi
Fakulti Tarbiyah, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Melayu, Jamiah
Islam Syeikh Daud Al-Fathani (JISDA),
Yala Selatan Thailand. Penulis bisa dihubungi
melalui akan Facebook: Senyum Pertama. No
HP: 0932275306.

DANIEL SAMAEL. Merupakan


Mahasiswa Jamiah Islam Syeikh Daud
Al-Fathoni (JISDA) Selatan Thailand,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu. Sekarang tinggal di
Banangsta, Yala. Penulis dapat
dinubungi melalui akun facebook:

m
FADEELAH LEUBATEH.
Kelahiran Yala, 27 Mei 1995.
Beralamat di , no 4/4 sekarang
tengah menjadi Mahasiswa Jamiah
Islamiah Syiekh Daud Al-fathoni
(JISDA), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Kidung Patani | 130


Melayu. Penulis dapat di hubungi: melalui akan
facebook : Fudla Fadil.
FARHAN SYAFII. Kelahiran
Yala, 17 juni 1994. Sekarang tengah
menjadi mahasiswa di Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu
JISDA Yala, Selatan Thailand. FB:
SentuhanSanubari. HP. 087-299-8248.

FATHI MINA. Lahir 29 Januari 1992.


Beralamat di 94/2 K. Nyosepuhun, M. Kokpok,
W. Patani. Sekarang menjadi mahasiswa Jamiah
Syeikh Daud Al Fathanoni, Yala Selatan
Thailand, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu.

FATIHAH KALUPAE. Lahir di Yala 31 Mei


1995. Sekarang tengah manjadi mahasiswa
Fakulti Tarbiyah, Jurusan PBSM, Jamiah Syeikh
Daud Al-Fathani (JISDA) Yala, Selatan Thailand.

HAZIAN SAMOH. Lahir pada 14 April


1995. Sekarang tengah menjadi mahasiswi
Fakulti Tarbiah Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Melayu Jamiah Islam Syeikh Daud al
Fathoni (JISDA) Yala, Selatan Thailand. FB.
Hassa'yan Samorh Hp. 0967931182.

HASNAN UMA. Kelahiran Patani, 15 Maret


1995. Beralamat di 57 M. Napradu D. Kokpho W.
Fathoni 94180. Sekarang tengah menjadi
mahasiswa Jamiah Islam Syeikh Daud Al-Fathani
(JISDA), Yala. Jurusan Pendidikkan Bahasa dan

Kidung Patani | 131


Sastra Melayu(PBSM). Penulis dapat
dihubungi melalui akun facebook:
Hasnan Uma.

HAYATEE SOLASO.
Beralamat: di No.43/1
M.Kabang D.kabang W.Yala.
Kelahiran Yala, 10 June
1995. Sekarang tengah menjadi
Mahasiswa Jamiah Islam Syeikh Daud Al
Fhathani (JISDA). Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Melayu. melalui akun Facebook :
Hayatee Solaso. No HP:080-733202.
HUSNA TAYEK. Mahasiswa Jamiah Islam
Syeikh Daud Al Fathoni, Yala Selatan Thailand,
Jurusan Pendidikan dan Bahasa dan Sastra
Melayu. FB:Husna Tayek.

IBRAHIM HAJIABU. Beralamat di


No. 2 M, D Ruso, W Narathiwat.
Kelahiran Narathiwat, 30 November
1993. Sekarang tengah menjadi
mahasiswa Jamiah Islam Syeikh Daud
Al Fathani (JISDA), Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Melayu. Fb: Junia Sastra.

Kidung Patani | 132


IMRON AKET. Kelahiran, 31
jenuari 1994. Beralamat di 112 T.1 K.
wad. D.jeramW.fathani 9. Sekarang
sedang menjadi mahasiswa Jamiah
Islam Syeikh Daud Al-Fathani (JISDA),
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu
(PBSM). Penulis dapat dihubungi memalui
akun : -Facebook :Ran Rs, ID line :
a.k.amran0422.
KAREEMAH CHESOH. Lahir Narathiwat,
23 september 1994. Sekarang tengah menjadi
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu Jamiah Islam Syeikh Daud Al Fathani,
Yala Selatan Thailand.

KHADEEJAH SAEMASAE.
Kelahiran: 20 september 1994.
Beralamat : 109 T.5 K.yarang
D.yarang, W. fathani 94160. Sekarang
sedang menjadi mahasiswa Jamiah
Islam Syeikh Daud Al-fathani (JISDA) . Jurusan
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Melayu (PBSM
II ). Penulis dapat dihubungi melalui akun :
-Facebok : Khadeejah Saemasae, Instagram :
khadeejahsaemasae.

KHADIJAH CEKWANI. Kelahiran Patani, 4


Oktober 1996. Sekarang tengah menjadi
Mahasiswa Fakulti Tarbiyah, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Melayu, di Jamiah Islam
Syeikh Daud Al-Fathani (JISDA), Yala Selatan
Thailand. Penulis bisa dihubungi melalui akun

Kidung Patani | 133


FB :Khadijah HJ Abdulrahman. HP. 093-
784-8270.

KHADIJAH LIDO. Lahir di


Patani, 3 Juli 1996.
Sekarang tengah menjadi
Mahasiswa fakulti Tarbiah,
Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Melayu Jamiah Islam Syeikh Daud
Al- Fathani (JISDA) Yala, Selatan Thailand.
Email. khodigoh@hotmail.com No.HP:
0936034145.

LISANA SAID MUHAMMAD.


Kelahiran Patani, Juli 1998. Sekarang
tengah menjadi mahasiswi Fakulti
Tarbiah, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Melayu, di Jamiah Islam
Syeikh daud Al-Fathani (JISDA), Yala
selatan Thailand. Penulis bisa dihubungi melalui
akun Facebook: Ismee Lisana No HP: 083-
3976927.

MARUAN WANNI. Lahir pada


29 Juni 1996. Tinggal di Kemeng,
Asong Rama Wilayah Jala. Saat ini
tengah menempuh kuliah di Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu Fakulti Tarbiyah Jamiah Islam Syaikh
Daud Al-Fathani (JISDA). HP. 0937851143. FB.
Nur Shurga.

Kidung Patani | 134


MASYITAH KEMEK. Beralamat di No.62
M.kutateras/, D.Raman W.jala. Kelahiran Yala,25
March2539. Sekarang tengah menjadi
mahasiswa Jamiah Islam Syeikh Daud Al Fathani
(JISDA), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu. Penulis dapat dihubungi melalui akun
Facebook : Ku Pening.

MASYITOH SAMOH. Lahir pada


25 Juni 1996. Alamat rumah 86 T.12
M.Lamplai D.Thepha W.Songkhla
90260. Sekarang tengah menjadi
mahasiswi Fakulti Tarbiah Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu
di Jamiah Islam Syikh Daud Al- Fathani
(JISDA) Yala selatan Thailand. Penulis bisa
dihubungi melalui Facebook: .
MUHAMMADASREE
MINADAUD. Kelahiran 6 November
1993. Beralamat di Mayo, 27/6 M.
Thanto, W. Jala. Sekarang menjadi
mahasiswa Jamiah Islam Syeikh Daud
Al Fathani (JISDA) Yala, Selatan Thailand. Fb:
Asri Masa.

MUNIROH BACHAK. Kelahiran 05


September 1995 YALA , 81/2 T.2
M.Tasik D.Muang V.Yala 95000.
Sekarang telah menjadi Mahasiswa
Jamiah Islamiah Syeikh Daud Al Fathoni
(JISDA) Pendidikan Bahasa Dan Sastra Melayu .
Penulis dapat dihubungi melalui akun
Facebook : muneeroh bachak , ID Lain pbsm1.

Kidung Patani | 135


NASIRAH BUERAHENG. Lahir
pada 22 Juni 1994. Alamat rumah No.
66 T.12 M. Thamuang D.Thepha
W.Songkhla 90260. Sekarang tengah
menjadi mahasiswi Fakulti Tarbiah
Jurusan Pendidikkan Bahasa dan Sastra Melayu
di Jamiah Islam Syeikh Daud Al-FathAni (JISDA)
Jala, Selatan Thailand. FB. Nur-Hidayah.

NASRAH HAKSA. Beralamat di no.79/2


T.1. M.Kalung D.sisakhon W.Naratiwat.
Kelahiran Naratiwat, 02 Mei 1996. Sekarang
tengah menjadi mahasiswa Jamiah Islam
Syeikh Daud Al Fathoni (JISDA), Jurusan
Pendidikan Bahasa dan sastra melayu. penulis dapat
dihubung melalui Facebook: Ismee Nasroh.
NASRIYAH AKOK. Lahir di Yala,
12 Juli 1995. Sekarang tengah menjadi
mahasiswa Fakulti Tarbiah Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu,
Jamiah Islam Syeikh Daud Al-Fathani
(JISDA), Yala Selatan Thailand. FB.
nasryh Akok.

NASUHA BEERU. Lahir di


Narathiwat 5 Januari 1998. Sekarang
tengah menjadi mahasiswi Fakulti
Tarbiyah Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Melayu Jamiah Islam
Syeikh daud Al-Fathani (JISDA ), Yala
selatan Thailand. FB. Nasuha Beeru. No HP:
0935954495.

Kidung Patani | 136


NORMA DOMOLO. Kelahiran
Yala, 1 Fabruary 1995.. Beralamat di
M.4 T.Kototerah A.Raman J .Yala
95140. Sekarang tengah menjadi
Mahasiswa Jamiah Islam Syeikh Daud
Al- Fathani (JISDA),Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Melayu. Penulisan dapat
dihubungi melalui akun Facebook: Ikae Budu.

NORMA LAEMOH. Beralamat :


di No.14/1 M.Yupo D.meang W.Jala
95000. Tanggal kelahiran : 22
sebtember 1994. Sekarang sedang
menjadi mahasiswi Jamiah Islam
Syeikh daud Al-Fathani. Jurusan Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Melayu. Penulis dapat di
hubungi melalui akun facebook:Ikae Tawa.
NURHAYATEE YASING.
Beralamat di No.100/2 M. Rusok ok
D. Rusok W. Narathiwat 96150.
Kelahiran Narathiwat, 15 Juni 1993.
Sekarang tengah menjadi Mahasiswa
Jamiah Islamiah Syeikh Daud Al-
fathoni (JISDA), Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Melayu. Penulis dapat dihubungi melalui
akun Facebook: Senyum MU Semangat KU,
Instagram: Nurhayati Abdulrahman. Line:
nurhayatee24434.

NURUDDIN LATEH. Kelahiran : 29


Agustus 1993. Beralamat : 366 T.6 K.kedaibaru
D.khokpho W.fathani 94180. Sekarang sedang
menjadi mahasiswa Jamiah Islam Syeikh Daud
Al-Fathani (JISDA). Jurusan Pendidikan Bahasa

Kidung Patani | 137


dan Sastra Melayu (PBSM). Penulis
dapat dihubungi memalui akun :
Facebook : Nuruddin Lateh.
Instagram : nuruddin_lateh. ID line :
jisdatercinta17.

NUREEZAN NAEPAEROK.
Alamat rumah 50/3 T.4 M.Patae D.Yaha
W.Yala 95120. Sekarang tengah
menjadi mahasiswi Fakulti Tarbiah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu di JISDA, Yala, Selatan Thailand.
FB: Tentang Rasa.

NURHUDA POHNOH. Lahir di


Patani, 19 Maret 1997. Alamat rumah
no. 131 T.3 M.bidil D.Tunyangdeng
W.Patani 94140. Dia merupakan
mahasiswa Fakulti Tarbiyah Jurusan
pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu
di JISDA. FB: Nurhuda Ahmad.

NURLAILA KENGMALAPHI.
Beralamat di Batan No.51 M.Lidon
D.Meqhang W.jala. Kelahiran Yala,23
Februari 1996. Sekarang tengah
menjadi mahasiswa Jamiah Islam
Syeikh Daud Al Fathani (JISDA),
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu.
Penulis dapat dihubungi melalui akun
Facebook : , Line : Laila5176.

Kidung Patani | 138


NURMA MASAE. Lahir pada tanggal 24
Maret 1998. Sekarang tengah menjadi
mahasiswa Fakulti Tarbiah Jurusan Pendidik
Bahasa dan Sastra Melayu di Jamiah Islam
Syeikh Daud (JISDA) Jala Selatan Thailand. FB.
Nurma Nur Masae HP. 0936751012.

NURNAJLAT MALEE. Lahir pada


7 Februari 1994. Sekarang tengah
menjadi mahasiswi Fakulti Tarbiah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Melayu JISDA, Selatan
Thailand. FB. Iman Aman HP.
0980944835.

PATTNEE SULONG. Lahir pada 30 Juli


1996. Alamat rumah No 50, Baroh, Jaha, Yala
95120. Merupakan mahasiswi Fakulti Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu
di JISDA, Yala Selatan Thailand. FB. Pattneeyah
Sulong. HP. 0808691620.

PHATEEMOH E-TAE. Lahir pada


31 Mei 1996 dan merupakan
Merupakan mahasiswi Fakulti
Tarbiyah Jurusan PBSM di JISDA, Yala
Selatan Thailand. FB. Wan Azwa. HP
0937392837.

ROKIB BESA. Kelahiran Narathiwat ,


30/5/1992. Beralamat 61 M.samakki D.Roso
Sekarang Tengah Menjadi Mahasiswa Jamiah
Islam Syeikh Daud Al-Fathani, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu.

Kidung Patani | 139


Facebook: Anak Kampung. IG
anak1447.

RUSNI KALUPAE. Lahir di


Yala, 28 Oktober 1995.
Merupakan mahasiswi
Fakulti Tarbiyah Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Melayu di JISDA,
Yala Selatan Thailand. Fb:
Rusnee Kalupae. HP. 0812767801, Email:
rusni43461@gmail.com.

RUSNEE MADENG. Beralamat di No.10


M.Khokpho D.Khokpho W.patani 94120
Kelahiran patani 3 November 1994. Sekarang
tegah jadi mahasiswa Jamiah Islam Syeikh
Daud Al-Fathani (JISDA) Jurusan Pendidikan
bahasa dan Sastra Melayu. Penulis dapat di
hubungi melalui akan FB: Najmi Al-Jannah.

RUSNIAH SAREH. Beralamat di


No.176 M.Telokhala D.Raman W.Jala
95140. Kelahiran Jala, 24 May 1994.
Sekarang tengah menjadi Mahasiswa
Jamiah Islamiah Syeikh Daud Al-Fathani (JISDA),
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu.
Penulis dapat dihubungi melalui akun
Facebook: Lukisan Rindu.

Kidung Patani | 140


SUFEEYAH LASOH. Lahir
pada 17 Juni 1996. Sekarang tinggal
di No. 5 T.2 M. Pian D.sabayoi W.
Songkhla 90210, dan merupakan
mahasiswa PBSM 1 Fakulti Tarbiyah.
FB. Teman Sejati.

SUMITRA MASAE. Merupakan mahasiswa


Jamiah Islam Syeikh Daud Al Fathoni Yala,
Selatan Thailand. Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Melayu.

SUWAIBAH JEKNAE.
Merupakan putri dari Bapak Asman
Jeknae dan Ibu Aishah Madiyok. Lahir
pada 13 Maret 1996. Sekarang tinggal
di Kepala Buket dan merupakan
mahasiswa PBSM 1 Fakulti Tarbiyah JISDA. HP.
0806171054.

SYARIFAH SAMA-AE. Lahir di


Yala, 8 agustus 1994. Sekarang
tengah menjadi Mahasiswi PBSM 1,
Fakulti Tarbiyah, JISDA, Yala Selatan
Thailand. FB. A-jhah Fahmee HP. 089-
5981755.

TOHIRAH SEKSUKLI. Lahir di


Yala, 30 juni 1997. Sekarang tengah
manjadi mahasiswa Fakulti Tarbiah
Islamiah, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Melayu, JISDA, Yala Selatan
Thailand. FB. Tae Ice. HP. 080-
8628121.

Kidung Patani | 141


TOYIBAH MAMBADO. Lahir
pada 12 Februari 1995. Sekarang
tengah manjadi mahasiswa Fakulti
Tarbiah Islamiah Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Melayu, JISDA, Yala
Selatan Thailand. FB. Toyibah Like. HP.
098-6937152.

WAENA CEKTEH. Kelahiran Yala


02 September 1993,Sekarang tengah
menjadi Mahasiswa fakulti tarbiah,
Jurusan pendidik bahasa dan sastra
melayu, di Jamiah Islam Syeikh Daud
AL-Fathani (JISDA) Yala Selatan
Thailand, Penulis bisa di hubungi melalui akun
Facebook : Cahaya Harapan, Tel.0872925934.

YASIR AHMAD. Lahir di Patani,


19 Maret 1992. Sekarang tengah
menjadi Mahasiswa Fakulti Tarbiyah,
Jurusan, Pendidikan Bahasa dan
Sastra Melayu, di Jamiah Islam Syaikh
Daud Al-Fathani (JISDA), Yala Selatan
FB. Budak darat HP. 061-248-029.

ZAINAB MANEEHEEYA. Lahir di


Jala, 29 Januari 1993. Sekarang
menjadi mahasiswi Fakulti Tarbiyah,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu, JISDA. FB. Bintang
Cemerlang.

Kidung Patani | 142


BIODATA PENYAIR TAMU

Kidung Patani | 143


ABDULJALAL KUTIK. Lahir
pada 08 November 1994 di Desa
Dahong, Srisakhon, Narathiwat.
Pernah belajar di Madrasah Faru As-
saulati Al-alawi (Pondok Haji Wan Ali
Sakam) dan sekarang sedang
menempuh pendidikan S1 di IAIN Purwokerto,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK),
Jurusan Menejemen Pendidikan Islam (MPI).
Facebook : Std Abdul Jalal. Email :
Ajalal.pncc@gmail.com. Moto : Kamu bisa jadi
siapa saja yang kamu inginkan.

ABDUL WACHID BS. Lahir di


Desa Bluluk, Lamongan, Jawa Timur,
7 Oktober 1966. Pendidikan di
Fakultas Hukum Cokroaminoto dan
Fakultas Sastra Universitas Gajah
Mada. Sekarang menjadi Dosen di IAIN
Purwokerto. Buku puisinya: Rumah Cahaya
(1995). Sejumlah sajaknya tergabung dalam
antologi: Sembilu (1992), Ambang (1992), Oase
(1995), Lirik-lirik (1994), Negeri Laut (2015),
dan di beberapa media koran. Facebook: Abdul
Wachid BS.

ABDULWAHED KAMAE. Lahir di Fhatani


selatan Thailand, 14 Mei 1992. Alamat rumah :
52/2 M. 3, T. Trang, D. Mayo W. Patani 94140.
Alumni Jamiah Islam Syeikh Daud al-Fathani
(JISDA), angkatan 2012, sekarang melanjutkan
kuliah di IAIN Purwokerto Jawa Tengah
Indonesia, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Kidung Patani | 144


Keguruan, Jurusan : Pendidikan Agama Islam.
Email : wahidjisda86@gmail.com

ADI PURNOMO WARTAM.


dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1994
di desa kecil bernama Windunegara,
Kec. Wangon, Kab, Banyumas. Mahasiswa Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan PAI. Puisinya
terantologikan dalam buku Cahaya Tarbiyah (Forum
Mahasiswa Tarbiyah, 2013), Kampus Hijau (STAIN
Press), Potret Langit (Oase Pustaka), Rumah Penyair
3 (Penerbit Kepompong). Beberapa puisinya
termuat di Zine ILIC (Indonesia Literary Collective)
pada festival Berlin Book Fair tahun 2014 di Jerman.
Facebook : adi poernomo wartam. E-mail :
adi.poernomo8@gmail.com HP: 085747087089.

ALFIAN RIDHO UTAMA. Lahir


di Bekasi, Jawa Barat pada 19
Agustus 1996. Sekarang tengah
menjadi Mahasiswa IAIN Purwokerto.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab. Facebook: Alfian Ridho Utama.

Kidung Patani | 145


AMINDA FATAHU ROHMA. lahir di
Purbalingga , Jawa Tengah pada 26 juni 1996.
Saat ini, tercatat sebagai mahasiswa semester
7 di Jurusan Ilmu Administrasi Negara (ANe),
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Universitas Negeri Jenderal Soedirman,
Purwokerto. Aktif di Unit Kegiatan Mahasiwa
(UKM) internal maupun eksternal kampus
seperti : UKKI Forum Kerohanian Islam FISIP
Unsoed, Anggota Biasa 1 KAMMI Komisariat
Unsoed, dan lain-lain.

ANDIT TRIONO. Kelahiran 15


Desember 1995. Pada tahun 2014-
2015 pernah mengikuti program
pertukaran pelajar dalam bentuk PPL
dan KKN di Pattani Thailand Selatan,
tepatnya di Sangtham Suksa Pattani
School. Saat ini ia sedang
menempuh pendidikan sarjananya di IAIN
Purwokerto, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab.
Saat ini juga sedang mendalami ilmu
agama serta ilmu tua di Pesantren
Mahasiswa An Najah Purwokerto.
facebook: Andit Triono. Email:
bgt.andit@gmail.com. Instagram:
andit_triono

ARIF HIDAYAT. lahir di Purbalingga Januari


1988. Dia menjadi Dosen Tetap di IAIN
Purwokerto, dan Dosen Tamu di Universitas

Kidung Patani | 146


Muhammadiyah Purwokerto dan
Editor Jurnal Ibda (IAIN Purwokerto)
dan editor buku di IAIN Press, bergiat di
Komunitas Beranda Budaya.
Tulisannya pernah dipublikasikan di
Harian Koran Rakyat, Kedaulatan
Rakyat, Wawasan Sore, Minggu Pagi,
Kendari Pos, Merapi, Kompas, Suara Karya,
Radar Banyumas, Suara Merdeka, Lampung
Post, Republika, Joglosemar, Indopos, Suara
Pembaruan, Majalah Horison, Majalah Mayara,
Majalah Basis, Majalah Merpsy. Buku antologi
puisinya Syair-syair Fajar, Pendapa 5: Temu
Penyair Antar Kota, Anak-anak Peti, Puisi
Menolak Lupa, Rendezvous, Catatan
Perjalanan, dan Narasi Tembuni. Buku esainya,
The Spirit of Love, Kekuasaan dan Agama,
Manusia = Puisi, Dari Zaman Citra ke Metafiksi
dan Banyumas: Fakta dan Fiksi Sebuah Kota.
Tulisannya juga sudah dimuat di beberapa
jurnal. Dia juga menjadi editor dan memberi
kata penutup pada buku puisi Pilar Penyair,
Pilarisme dan Ulangtahun Hujan. Buku
tunggalnya Aplikasi Teori Hermeneutika dan
Wacana Kritis dan buku puisi tunggalnya
berjudul Rumpun Bambu. e-mail:
arif19hidayat88@gmail.

AULIA ZULFA NURHARYATI. Terlahir dari


keluarga Jawa tulen, Semarang-Cilacap, yakni
Bapak Darsum Daryono dan Ibu Djulijanti. Kini
sedang menjalankan studi S1 jurusan
Bimbingan Konseling Islam (BKI) di IAIN
Purwokerto. Dan menyibukkan diri dalam dunia

Kidung Patani | 147


sastra bersama Komunitas Pondok
Pena di Pesantren Mahasiswa An-
Najah Purwokerto. Fb: Aulia Zulfa
Kirana. E-mail:
azulfaa33@gmail.com.

DEWANDARU IBRAHIM
SENJAHAJI. Lahir di
Banyumas 03 Juni 1994.
Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah dan keguruan IAIN
Purwokerto. Beberapa
puisinya termaktub dalam antologi puisi
Negeri Laut (Negeri Poci 6). Kini aktif di
komunitas sastra Gubuk Kecil. Sekarang tinggal
di Desa Pasir Lor rt 03/02 kecamatan karang
lewas kabupaten Bannyumas. Fb: Dewandaru
Ibrahim.

DIMAS INDIANA SENJA. Lahir


di Brebes, 20 Desember 1990.
Menulis puisi, cerpen, esai, dan
artikel. Pengasuh komunitas Pondok
Pena. Bukunya Nadhom Cinta, Sastra
Nadhom, dan Suluk Senja. Pemilik
Penerbit Pustaka Senja, Yogyakarta, Indonesia.

EFEN NURFIANA. Lahir di Desa Wlahar,


Wangon, Jawa Tengah, 14 April 1996. Tercatat
sebagai mahasiswa di IAIN Purwokerto Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Bergiat

Kidung Patani | 148


di Komunitas Pondok Pena
Pesantren Mahasiswa An Najah.
Bertempat tinggal di Desa Wlahar
RT 03/04 Kec.Wangon
Kab.Banyumas 53176. E-mail:
Nurfiana.efen@gmail.com.

ENDAH KUSUMANINGRUM. Lahir


di Banyumas, 5 Juni 1994; adalah
relawan di Rumah Kreatif Wadas
Kelir serta aktif sebagai anggota
Komunitas Teater Perisai. Beberapa
tulisannya karyanya dipublikasikan di
Story, Satelit Pos, Radar Banyumas, Suara
Merdeka, Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat dan
antologi puisigrafi Payung Hitam (Kekata
Publisher), Di Ujung Benang (IMABSII Press),
Potret Langit (Oase Pustaka). Alamat rumah
Desa Kecila RT 02 RW 02, Kecamatan
Kemranjen, Kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah. Sedang menyelesaikan studi di
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Narahubung 085601501167. Facebook, twitter,
dan instagram: endha_loemoet@ymail.com
(Endah Kusumaningrum).

FAIZ ADITTIAN AKHYAR. Lahir di


Banyumas, 21 Oktober 1994. Tempat tinggal di
Pasir Kidul Rt. 02 Rw. 05 Purwokerto Barat
53135. Saat ini sedang menempuh Pendidikan
S1 Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam di IAIN Purwokerto. Puisinya

Kidung Patani | 149


terantologikan dalam buku Cahaya
Tarbiyah (Forum Mahasiswa Tarbiyah,
2013), Kampus Hijau (Stain Press),
Pilar Pusi II (Stain Pres, 2015), lima
puisinya termuat di Zine ILIC
(Indonesian Literary Collective) pada festifal
Berlin book fair tahun 2014 di Jerman, dua
puisinya terantologikan dalam buku Potret
Langit (Oase Pustaka, 2015) sekaligus menjadi
juara dua dalam lomba cipta puisi remaja jilid I
Oase Pustaka 2015, dan meraih juara 1 pada
lomba cipta puisi remaja jilid II Oase Pustaka
yang terantologikan dalam buku Balada Badut-
badut dan Rumput (Oase Pustaka, 2015).
Puisinya pernah dimuat di beberapa media
masa seperti Banjarmasin Post, Kedaulatan
Rakyat. Cerpennya terantologi dalam buku
Misteri Jodoh (LKIs, 2014), Perempuan Lelaki
(Oase Pustaka, 2015) dan esay-nya juga
terantologikan dalam buku Suara Mahasiswa di
Tengah Globalisasi (Obsesi Pres, 2015).
Tulisannya juga dimuat di dalam Jurnal YIN
YANG Vol. 10 No. 1 Januari-Juni 2015. HP:
085641303035. Email: faiz.adit11@yahoo.com.
Twitter/IG: adittian_ahyar. Facebook: Faiz
Adittian Ahyar.

GANI SAHIDUN. Kelahiran Banyumas, 28


Agustus 1995, beralamtkan di Desa Purbadana
RT 05/ II, Kembaran. Sekarang tengah menjadi
Mahasiswa IAIN Purwokerto Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Aktif di Dewan Eksekutif Mahasiwa FTIK
sebagai staff Kementrian dalam Negeri,

Kidung Patani | 150


Komunitas Gubug Kecil, dan
Organisasi Remaja Masjid Thalhah bin
Ubaidillah, Pasirmuncang. Puisinya
termaktub di Cahaya Tarbiyah
(STAIN Press: 2013), Zine ILIC
(Indonesia Literary Collective) pada festival
Berlin Fair tahun 2014 di Jerma, Kampus Hijau
(STAIN Press: 2015), Tersesat (Aria Mandiri:
2015), Membangn Bunga Cinta Sejati (Aria
Mandiri), dan puisinya yang berjudul Ka Ra
Na masuk sebagai nominator Surabaya
Bekarya (Universitas Kristen Petra Surabaya:
2015). Email: ganisahidun@gmail.com. Fb: Gani
Sahidun.

HERU MULYADI. Lahir pada t26


Juli 1995 di Lhokseumawe Aceh.
Sekarang menjadi mahasiswa IAIN
Purwokerto dan menjadi santri di
Pesantren Mahasiswa An Najah. Aktif
di Komunitas Pondok Pena. Karya
puisinya telah termaktub di Untaian Frasa
Untuk Kamboja (Raditeens Publisher: 2015),
Jam Tiga Dini Hari (Oase Pustaka:2015), , Di
Bawah Payung Hitam, Suara Merdeka (2016)
dan Cerpenya Peti Mati untuk Pocong
(Raditeens Publisher: 2015) Facebook: Heru
Mulyadi, e-mail: herumly7@gmail.com.
Berdomisili di Desa Situwangi facebook: Heru
Mulyadi. Berdomisili di RT07 RW02, Kecamatan
Rakit, Kabupaten Banjarnegara.

IIS SUGIARTI. Lahir, Kebumen, 08


Februari. Beralamat di desa Argopeni, RT 02/

Kidung Patani | 151


RW 04, kec. Ayah, kab. Kebumen. Sekarang
tengah menjadi Mahasiswa Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Purwokerto , Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI). Sekaligus menjadi santri di
Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto.
Tergabung di Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) PAI (2014/2015), Senat Mahasiswa
(SEMA) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) (2016/2017), aktif di Komunitas Sastra
Santri Pondok Pena An Najah, sekaligus juga
sebagai Pimpinan Redaksi Buletin BENER FKUB
Banyumas dan Buletin Taman Lestari. Karyanya
telah termaktub di Senandung Cinta Untuk
Ibunda (Asrifa Publisher: 2014), Radar Lupus
(Asrifa Publisher: 2014), 100 Makna Kasih
Sayang Ayah Ibunda (Gerbang Sastra: 2014),
Bisikan Kata Teriakan Jiwa (Meta Kata: 2014),
Senarai Diksi (Pena House: 2014), Cerita
Mei (Goresan Pena: 2014), Pelangi Syair Sang
Penyair (Fornusa Indonesia: 2014), Puisi
Menolak Korupsi Jilid 5 (Forum Sastra
Surakarta: 2015), Memo untuk Wakil Rakyat
(Forum Sastra Surakarta: 2015), Negeri Laut
(Kosa Kata Kita: 2015), Balada Badut-Badut
dan Rumput (Oase Pustaka: 2015), Memo Anti
Terorisme (Forum Sastra Surakarta: 2016),
Creative Writing (Kaldera:2016), Koran Harian
Satelit Post (2015), Koran Madura (2016), dan
karya cerpennya termaktub di Mawar yang
Tertanam di Pelaminan Air Mata (Oase
Pustaka: 2015). Isyarat (CV: Landasan Ilmu:
2016), Fb: Iis Sugiarti,
Email:iissugiarty777@gmail.com.

Kidung Patani | 152


INTAN NUR AZIZAH.
Mahasiswa Pascasarjana IAIN
Purwokerto Jurusan PAI (Pendidikan
Agama Islam). Lahir di Purbalingga,
16 Januari 1994. Alamat rumah; Desa
Talagening, Kecamatan Bobotsari,
Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah-
Indonesia. Beberapa puisi dan cerpennya
masuk ke dalam beberapa antologi. Esainya
yang berjudul Pendidikan Islam; Pondasi Moral
Bangsa berhasil menjadi Juara I tingkat
Mahasiswa se-Jawa Tengah, kemudian Esai
Mencari Solusi Alternatif Korupsi di Indonesia
menjadi Juara 3 tingkat Mahasiswa PTAIN se-
Jawa, dan beberapa esai lainnya masuk ke
dalam antologi. Facebook: Intan Nur Azizah,
Instagram; @intan_azizy0216.

IRNA NOVIA DAMAYANTI. Lahir di


Purbalingga 14 September 1992. Penulis
beralamat di desa Rajawana Rt 19/07,
Karangmoncol, Purbalingga. Menjadi santri di
Pesantren Mahasiswa An Najah. Lulus S I di IAIN
Purwokerto Fakultas Tarbiyah Prodi PBA dan
sekarang mengikuti Program Pascasarjana IAIN
Purwokerto Jurusan Ilmu Pendidikan Dasar Islam
(IPDI). Aktif di Komunitas Sastra Santri Pondok
Pena Pesantren Mahasiswa An Najah. Penulis
menerima penghargaan Apresiasi Pendidikan
Islam (API) sebagai Penulis Aktif Media Tahun
2015 yang diberikan oleh Kementrian Agama
tingkat mahasiswa PTAIN se-Indonesia. Karya-
karyanya telah terdokumentasikan dalam

Kidung Patani | 153


beberapa buku antologi bersama dan dimuat di
media seperti Media Indonesia, Suara Merdeka,
Pikiran Rakyat, Merapi, Indopos, Solo Pos,
Minggu Pagi, Radar Surabaya, Padang Ekspres,
Satelit Post, Solo Pos, Pos Metro, Medan Bisnis,
Koran Madura, Sastra Mata Banua, Haluan,
Banjarmasin Post, Bali Pos, buletin Bener,
buletin Profokatif, Majalah Sagang, dll, fb
irnanovia@ymai.com. Email
irna_rawa@yahoo.com, CP 085726262851.

ISNA IMROATUZ ZAKIYATI.


Lahir di Banyumas, 29 Oktober 1994.
Beralamat di Karangsari RT 3/RW 3,
Kembaran, Banyumas. Sekarang
tengah menjadi Mahasiswa IAIN
Purwokerto, Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Kguruan, Jurusan PAI.

MAHROSO DOLOH.
Mahasiswa alumni Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Muhammadiyah Purwoketo
Indonesia yang berasal dari Negeri Patani
(Selatan Thailand). Sekarang Mahroso
mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan
studinya di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Kidung Patani | 154


(Prgram Master (S.2) dalam Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia). Mahroso pernah
mengajar menulis puisi di Jamiah Islam Syekh
Daud Al-Fathoni (JISDA) Yala (Selatan Thailand).
Bukunya yang telah terbit: Cakap Berbahasa
Indonesia-Thailand (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014). Buku kumpulan sajaknya Kiblat Cinta:
Kumpulan Sajak Suara Bunga Patani (Jakarta:
EsMe, 2014). Sementara itu, beberapa puisinya
juga pernah bergabung di Lentera Sastra II:
Antologi Puisi Lima Negara (Cilegon, 2014), Tifa
Nusantara II (Tangerang, 2015), Aidil Fitri Sajak-
Sajak Kenangan (Malaysia, 2016), Ije Jela Tifa
Nusantara III Marabahan (Marabahan, 2016)
dan karya pantunnya bergabung juga dalam
Antalogi Pantun dari Penyair 5 Negeri;
Senandung Tanah Merah (Jakarta, 2016), Bunga
Rampai Pantun Senandung Warisan Patani
(Yogyakarta: 2016). Prestasi yang pernah diraih
diantaranya penghargaan pembaca puisi
terbaik 1 (satu) dalam pementasan musikalisasi
puisi di Panggung untuk Puisi (2012) dan
penghargaan juara 3 (tiga) dalam perlombaan
baca puisi yang diselenggarakan oleh penitia
GEMA PBSI Universitas Muhammadiyah
Purwokerto 2015. Selain itu, Mahroso juga
sebagai aktivis baca puisi dari panggung ke
panggung di tingkat nasional maupun
internasional. Di antaranya ia pernah menjadi
perwakilan dari Patani (Selatan Thai) untuk
baca puisi di acara Temu Penyair Asia Tenggara
di Cilegon Indonesia, acara Tifa Nusantara 2 di
Tangerang Indonesia, acara Pertemuan Penyair
Serumpun di Singapore dan acara Ekspresi Puisi

Kidung Patani | 155


Dunia NUMERA 2016 di Kuala Lumpur Malaysia
(2016). Selaian itu, ia pernah menjadi
pembicara (narasumber) dalam acara seminar
sastra, seminar budaya dan juga pada acara
bedah buku sastra tingkat nasional maupun
Internasional. Buku puisi barunya yang diberi
judul Pelabuhan Malam sedang dalam prosse
penerbitan di penerbit ITBM (Malaysia). Alamat:
31/1 M.6 T.Toyong A.Nongchik Ch.Pattani
Thailand 94170. Hp : +62857-2622-6705 /
+6684-747-9852 Email:
mahroso_doloh@yahoo.com.
www.facebook.com/Mahroso Doloh.

MUHAMMAD BADRUN. Lahir di


Darmakradenan, Ajibarang - Banyumas, 4 Juni
1994, bertempat tinggal di Pondok Pesantren Al
Hidayah, Karangsuci, Purwokerto Jawa Tengah,
53126. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, IAIN Purwokerto. Bergiat di
komunitas sastra Gubug Kecil, puisinya dimuat
di beberapa media massa seperti: Pikiran
Rakyat, Minggu Pagi, Pos Bali, Buletin Jejak,
Sastra Mata Banua, Wawasan, Suara Merdeka,
Medan Bisnis, Media Indonesia, Kedaulatan
Rakyat, Buletin Kanal. Puisinya juga tergabung
dalam antologi Cahaya Tarbiyah (2013), Rodin
Memahat Le Penseur (2014), Kampus Hijau
(2015), Ode Kampung Halaman (2015),
Merantau Malam (2015), Pilar Puisi II (2015),
Tanpa Jarak (2015), Requiem Terakhir (2016),
Sajak Kita (2016). Juara 1 Lomba Puisi Festival
Sastra Islam Nasional 2015 (FLP, 2015), Juara 2

Kidung Patani | 156


Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional
(Sabana Pustaka, 2015), nominator
101 Besar Lomba Cipta Puisi Genre
Sastra Hijau oleh Yayasan Bhakti
Suratto 2015. Lima puisinya
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris serta
dipublikasikan di Zine Indonesian Literary
Collective (ILiC) Festival Frankfurt Book Fair
tahun 2015 di Berlin Jerman. No. Hp.
085726557714, e-mail:
m.badrun46@gmail.com.

PATEEMOH BAKA. Lahir di Yala,


pada 20 November 1990. Alamat
rumah: 357/4 T M Bannangsta, Yala,
95130, Thailand Selatan. Penulis
merupakan alumni Mahasiswa Jamiah
Islam Syaikh Daud Al Fathani (JISDA)
angkatan 2012. Sekarang tengah melanjutkan
studi di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Purwokerto, Fakultas Trabiyah
dan Ilmu Keguruan, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI). Facebook. Pateemoh Qosim,
e-mail: pateemohqosim@yahoo.co.id.

RUZIMAH BUNGASAYU. Merupakan


Dosen Fakulti Pendidikan Bahasa dan Sastra
Melayu di Jamiah Islam Syeikh Daud Al Fathoni
Yala, Selatan Thailand.

Kidung Patani | 157


RIFKI ISMAR ISMAIL. Seorang santri yg
sedang jatuh cinta dengan dunia sastra di P.P
Darussalam Dukuh Waluh, Kembaran,
Banyumas yg berkuliah di IAIN Purwokerto
dengan konsentrasi Pendidikan Agama Islam di
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pernah
mengikuti Program Pertukaran Pelajar dalam
bentuk PPL/KKN di Sangtham Suksa Pattani
School Thailand Selatan, mengikuti program
pengabdian untuk mengajar anak-anak
Indonesia di Community Learning Center (CLC)
Telabit di Suai 2, Miri City, Sarawak, Malaysia
selama 3 minggu pada Program VTIC Cycle 5.
Fb: Muhammad Rifky Muksin/Rifki Ismar Ismail.

Kidung Patani | 158


SRI SETYA MURTI K. Lahir di
Cilacap, 28 Mei 1996. Beralamat
jalan Tancang 1 RT 1 RW XII, Tritih
Kulon, Cilacap Utara, Cilacap, Jawa
Tengah, Indonesia. Penulis
merupakan santri di Pesma An Najah
Purwokerto. Sekaligus tengah menempuh S1
Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah
IAIN Purwokerto. Cita-citanya menjadi
entrepreneurship dan penulis sukses. Aktif di
LPM OBSESI, UKM EASA, HMJ BKI, Komunitas
Pondok Pena, dan Ketua KOHATI Himpunan
Mahasiswa Islam Komisariat Dakwah Cabang
Puwokerto. Cerpen bertema keharmonisan
bersama Ibu pernah menjuarai urutan II yang
diselenggarakan oleh AMIKOM Purwokerto
dalam rangka memperingati Hari Ibu. Karya
puisinya pernah dimuat di beberapa media
sosial maupun cetak. No hp yang bisa
dihubungi 085842634928, FB: Sri
Setya Murti Pratiwi, email:
setya_murti@yahoo.com.

TEGUH AMANAH. Nama penanya adalah


Amanah Dpenzy lahir di Banjarnegara 15 Maret
1993. Putri terakhir Ibu Watini dan (Alm) Bpk.
Samsul Basri ini merupakan mahasiswa IAIN
Purwokerto, FTIK/7PBA/A. Beralamat di
Penisihan Bondolharjo Rt 01/07 Punggelan,
Banjanegara, Jawa Tengah. Prestasinya, Lomba
Harapan 1 LKTI tingkat Jawa Tengah, Jawa
Timur dan DIY 2011, Juara 1 Baca Puisi Arab
SIMABA HMPS 2013 &2014, Juara 3 Lomba baca
Puisi Arab Nasional GBA IAIN Senja Cirebon

Kidung Patani | 159


2014, Juara 2 Cipta Baca Puisi DEMA IAIN
Purwokerto 2014, Juara 2 event menulis cerita
dari alam Penerbit Ernest 2016, dan peraih dua
Silver Emblem untuk kategori puisi secara
online yang diadakan penerbit Mazemedia Net
2016. Sekarang aktif di DEMA FTIK, Rayon
Tarbiyah PMII Komisariat Walisongo IAIN
Purwokerto, dan DPW ITHLA Jateng-DIY serta
tengah mengikuti program KKN PPL
Internasioanl di Yala, Thailand. Karya puisinya
telah termaktub di Rindu Yang Belum Tuntas
(Sabana Pustaka: 2016) dan karya cerpennya di
Isyarat (Landasan Ilmu: 2016). Selain itu,
karya puisi-puisinya juga pernah dimuat di
Tabloid Poin, Majalah MAN2BARA, Buletin JISDA
(Jamiah Islam Syekh Daud Al-Fathoni) Yala,
Thailand, dan HP.085747895095. Email:
teguhamanah55@gmail.com. IG:
amanah_dpenzy. FB: Amanah DPenzy dan
Teguh Amanah.

W. NISAWATI MAFRUKHA.
Kelahiran Purwokerto, 26 Mei 1992.
Jl. Pahlawan, Tanjung, RT 09 RW 04,
No. 594, Purwokerto Selatan.
Merupakan alumni S1 di IAIN
Purwokerto, dan sekarang tengah
menempuh Pascasarjana di IAIN
Purwokerto. Aktif sebagai Koordinator Bahasa
dan Budaya, Pusat Studi Budaya Jawa-Patani
(PBJP). Dan di beberapa organisasi intra
maupun ekstra kampus. Penah mengikuti
PPL/KKN di Pattani, Selatan Thailand. Email:
niesamafrukha @yahoo.co.id.

Kidung Patani | 160


WIDYA RAHMAWATI AL NUR. Merupakan
alumni dari IAIN Purwokerto. Pernah mengikuti
PPL/KKN di Bakong Pittaya Nong Cik, Pattani,
Selatan Thailand. FB: Widya Rachma.

YANWI MUDRIKAH. Dilahirkan


di desa Darmakradenan, Ajibarang,
Banyumas, 12 Agustus 1989. Karya
puisinya dipublikasikan di media
massa : Koran Indopos (Jakarta),
Koran Suara Pembaruan (Jakarta), Majalah
Mayara (Surabaya), Koran Merapi (Yogyakarta),
Minggu Pagi (Yogyakarta), Satelitpost
(Purwokerto-Jawa Tengah), Banjarmasinpost
(Banjarmasin), Media Indonesia (Jakarta).
Facebook Yanwi Mudrikah. IG ymudrikah. Email :
yanwimudrikah@gmail.com. No.HP
085726550539/ 087737029533.

Kidung Patani | 161


Tentang Penerbit Landasan Ilmu

Penerbit Landasan Ilmu atau yang disingkat


dengan PLI merupakan lembaga yang
menjembatani seseorang yang ingin berkarya
dalam bidang dunia kepenulisan, terbukti dengan
lahirnya beberapa buku baik fiksi maupun non fiski
yang telah diterbitkan melalui PLI. PLI juga
merupakan Penerbit Indie/Self Publishing yang
tentunya berkualitas seperti layaknya sebuah buku
baik dari segi desain & layout.
Untuk berkenalan lebih dekat dengan
Penerbit Landasan Ilmu, Silakan kunjungi Medsos
PLI di bawah ini:
1. Facebook : Penerbit Landasan Ilmu
Grup Fb : CV. Landasan Ilmu
2. Instagram : @penerbitlandasanilmu
Owner PLI : @jakasandara
3. Email : landasanilmu@gmail.com
4. Website : landasanilmu.com
Salam Karya!

Wassalam,
@jakasandara

Kidung Patani | 162


Buku-buku Terbitan Landasan Ilmu

Kidung Patani | 163

Вам также может понравиться