Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
`Judul :
Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur
B. Tujuan :
Mempelajari ekstraksi oksida logam dari lumpur dan mengkarakterisasi senyawa
yang dihasilkan dengan FTIR
C. Tinjauan Pustaka
Alumina mempunyai peran penting dalam industri aluminium, yaitu sebagai bahan
baku utama dalam pembuatan logam aluminium. Aluminium sebagai logam murni dikenal
sejak awal abad ke-18 yang ditemukan pertama kali oleh Christian Oersted pada tahun
1825. Alumina adalah bahan baku utama dalam industri peleburan aluminium. Alumina ini
berasal dari bermacam-macam bahan baku seperti : italik, dowsit, kaolinit, anorthosit, dan
lain-lain. Untuk mendapatkan alumina, bahan baku tersebut dapat diekstraksi dan
masing-masing bahan baku tersebut mempunyai kandungan alumina yang berbeda-beda
serta tingkat pengotoran yang berbeda-beda pula. Akan tetapi pada umumnya italik
merupakan bijih yang paling banyak mengandung alumina dari yang diperdagangkan
sekitar 30-65 % Al2O3. italik dari suatu tambang mungkin mengandung satu atau lebih
mineral aluminium yang masih bercampur dengan bermacam-macam pengotoran[1].
Italik merupakan bijih utama pembentuk aluminium dimana komposisinya berupa
senyawa oksida dari aluminium yaitu Al2O3 dan Al(OH)3. Selain aluminium, juga terdapat
senyawa lain seperti Fe2O3, SiO2, dan TiO2. Di Indonesia, italik banyak terdapat di Pulau
Bintan dan Kalimantan Barat. Italik dapat menghasilkan alumina melalui berbagai macam
proses. Proses pengolahan alumina yang terakhir ditemukan dan masih digunakan
hingga sekarang yaitu Proses Bayer. Proses Bayer merupakan suatu proses pemurnian
bijih italik untuk menghasilkan aluminium dalam bentuk oksidanya atau yang disebut
alumina. Tahap-tahap pada proses Bayer ini meliputi ekstraksi, presipitasi, dan kalsinasi.
Tiga tahap reaksi dalam proses bayer:
1. Pelarutan terhadap bauksit dengan NaOH
Al2O3.xH2O + 2NaOH 2NaAlO2 + (x+1) + H2O
D. Metode Percobaan
Metode percobaan yang digunakan adalah analisis kualitatif ekstraksi oksida logam
alumina dari lumpur sawah dengan menentukan massa alumina pada tahap terakhir
(berat konstan).
1. Alat dan bahan
Alat
Bahan
2. Skema kerja
Mulai
Metode 1
- Mengambil dengan teliti 2,5 g lumpur kering yang sudah dikalsinasi
dan tempatkan pada gelas kimia 50mL, kemudian menambahkan
15mL larutan KOH 2M, mengaduk engan pengaduk magnet selama
30 menit
- Memisahkan endapan dengan menggunakan kertas saring, lalu
memindahkan filtrat ke gelas kimia 100mL
Filtrat
Endapan
X
Metode 2
- Mengambil dengan teliti 2,5 g lumpur kering yang sudah dikalsinasi
dan menempatkan pada gelas kimia 100mL, kemudian
menambahkan 15mL larutan HCl 2M, mengaduk dengan pengaduk
magnet selama 30 menit sambil dipanaskan
- Menutup gelas kimia dengan gelas arloji
- Memisahkan endapan dengan menggunakan kertas saring, lalu
memindahkan filtrat ke gelas kimia 50mL
Filtrat
Endapan
Selesai
2. Pembahasan
Dalam percobaan ini, praktikan melakukan ektraksi alumina dari lumpur sawah yang
di ambil dari desa Dulamayo, kecamatan Bongomeme. Proses ini dilakukan dengan
menumbuk sampel terlebih dahulu sampai halus di mana semakin kecil ukuran partikel
maka reaksi yang terjadi antara alumina dengan asam menjadi semakin cepat pula..
Sebelum melakukan proses ekstraksi, sampel lumpur sawah diberi perlakuan khusus
terlebih dahulu, yakni dikalsinasi. Sampel dikalsinasi hingga memiliki berat yang konstan.
Proses kalsinasi ini dilakukan untuk menghilangkan kandungan selain mineral-mineral
dalam lumpur sawah, serta pengotor-pengotor organik yang terkandung di dalamnya.
Kadar air dalam sampel tersebut diminimalkan atau bahkan dihilangkan untuk melepas
ikatan kimia dari air dalam kristal. Adanya panas saat dioven akan mengakibatkan ikatan
kimia menjadi renggang dan pada temperatur tertentu atom atom yang berikatan akan
bergerak sangat bebas menyebabkan terputusnya ikatan kimia yang terjadi pada saat
proses kalsinasi (Perhatikan gambar 1.1).
Metode 1 :
Tahap pemurnian lumpur sawah dilakukan dengan melarutkan italik dalam larutan
kalium hidroksida (KOH).
Reaksinya:
Al2O3 (s) + 2KOH (aq) + 3H2O(l) 2KAl(OH)4(aq)
Aluminium oksida larut dalam KOH sedangkan pengotornya tidak larut. Pengotor-
pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan. Selanjutnya aluminium
diendapkan dari filtratnya dengan cara pemanasan pada penangas dengan suhu 70C.
Endapan yang terbentuk disaring, dipanaskan sehingga diperoleh aluminium oksida murni
(perhatikan gambar 1.2).
Gambar 1.2 Tahap Pemurnian Lumpur Sawah
Reaksinya:
2Al(OH)3(s) Al2O3 (s) + 3H2O(g)
Massa konstan didapatkan sebesar 1,17 gram. Tahap pemurnian lumpur sawah ini
dilakukan untuk menghilangkan pengotor utama dalam lumpur sawah. Pengotor utama
lumpur sawah biasanya terdiri dari SiO2, Fe2O3, dan TiO2.
Metode 2:
Lumpur sawah ditambahkan larutan HCl 2M lalu diaduk dengan magnetic stirrer
(perhatikan gambar 1.3).
Reaksinya:
2Al(OH)3 Al2O3 + H2O
Aluminium diendapkan dari filtratnya dengan cara penambahan KOH hingga pH filtrat
3. Endapan yang terbentuk disaring, dipanaskan sehingga diperoleh aluminium oksida
murni
DAFTAR PUSTAKA
1. Gerven, V.T. 2011. Recovery of alumina and ferric oxide from Bayer red mud rich in
iron by reduction sinterin., Institut National de la Recherche Scientifique-Ea.
2. Adziima, A. F., Risanti, D. D., dan Mawarni, L. J. 2013. Sintesis Natrium Silikat dari
Lumpur Lapindo sebagai Inhibitir Korosi. Jurnal Teknik Pomits. 2,2.
3. Fadli, A.F., Tjahjanto, R.T., dan Darjito. 2013. Ekstraksi Silika dalam Lumpur Lapindo
Menggunakan Metode Kontinyu. Student Journal. 1(2), 182- 187.
4. Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makrodan Semimikro. Jakarta: PT Kalman
Media Pusaka.
5. Sugiarto, Kristian H& Retno D. S. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2010