Вы находитесь на странице: 1из 6

Artikel asli

HUBUNGAN ANTARA KADAR HIGH SENSITIVE-C REACTIVE


PROTEIN DENGAN DERAJAT ASMA BRONKIAL AKUT
I Wayan Agus Jaya Santika, Ketut Suryana
Divisi Immunologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
Email : agj_wyn@yahoo.co.id

ABSTRACT

Bronchial asthma is a chronic inammation in the air way. There are some element of cell and cell also to intervention
in the inammation process. Chronic inammation has caused hyper responsiveness in air way, which is episodic attack
sign, like wheezing, cough, shortness of breath usually in the night. C-reactive protein is one of the protein which changes
in acute infection and acute inammation. C-reactive protein is a acute phase response protein which responsibility to
defense mechanism. Acute phase protein produced induction by injury or infection. Acute phase reactant synthesis by
liver which induction by cytokine like IL-6. In acute asthma attack produced some cytokine pro inammatory like IL-1,
IL-6 and TNF. All of that cytokine induced liver to produced CRP. Aim for this study, to know the level hs-CRP in asthma
attack patient and also to know correlation between the severity of asthma attack and level of hs-CRP in patient who
treated in Sanglah General Hospital. This study was enrolling 53 patient acute asthma attack, cross sectional study. All
the data collected by interview, physical examination, blood examination which cbc, hs-CRP, also with peak ow meter.
The data analyzed by SPSS. And the result is the median of level hs-CRP is 7.3 mg/l, and the correlation in odd ratio
(OR) is 3.73; CI 95% (1.66 8.41). Based on this study we have the conclusion there strong correlation between level of
hs-CRP and severity of asthma attack.

Key words: Acute asthma attack, hs-CRP, inammation

PENDAHULUAN asma bronkial pada penderita anak-anak didapatkan


sebesar 1,5 : 1 antara anak laki-laki terhadap
Asma bronkial adalah penyakit inamasi
perempuan, tetapi menjelang dewasa perbandingan
kronik pada saluran nafas yang melibatkan berbagai
tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause
sel dan elemen sel. Inamasi kronik ini menyebabkan
perempuan akan lebih banyak daripada laki-laki. Di
hiperesponsivitas saluran nafas yang ditandai oleh
Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5 7%.2
episode berulang berbagai gejala dan tanda seperti
Asma saat ini dipandang sebagai penyakit
mengi, batuk, sesak nafas, dan dada terasa penuh,
inamasi saluran nafas, yang ditandai dengan adanya
terutama pada malam atau dini hari.1
kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (eksudasi
Asma merupakan sepuluh besar penyebab
plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena
kesakitan dan kematian di Indonesia, hal tersebut
rangsangan sensoris), dan function laesa (fungsi
tergambar dari data survei kesehatan di berbagai
terganggu). Dan akhir-akhir ini satu syarat lagi
provinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah
yaitu inltrasi sel radang. Ternyata ke enam syarat
tangga 1986 menunjukan asma menduduki urutan
tersebut terdapat pada asma tanpa membedakan
ke 5 dari 10 penyebab kesakitan bersama-sama
penyebabnya baik yang alergi maupun non alergi.3
dengan bronkitis kronis dan emsema. Prevalensi

Hubungan antara Kadar High Sensitive-C Reactive Protein dengan Derajat Asma 175
Bronkial Akut
I Wayan Agus Jaya Santika, Ketut Suryana
Asma merupakan penyakit inamasi yang BAHAN DAN CARA
berhubungan dengan akumulasi yang bersifat
Penelitian ini menggunakan rancangan potong
lokal dan atau terjadi aktivasi eosinol dan terjadi
lintang analitik. Populasi target adalah penderita
kerusakan epitel pada saluran nafas. Kerusakan
asma bronkial akut yang berobat ke RSUP Sanglah.
epitel saluran nafas tersebut berhubungan dengan
Perhitungan jumlah sampel minimal berdasarkan
airway hyperesponsiveness.4 Dan akibat kerusakan
rumus M aldiyono tahun 2002, sebanyak 51 orang
epitel pada saluran nafas atas terjadi mobilisasi
penderita asma bronkial akut.
granulosit ke saluran nafas saat serangan asma
Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas
akut. Akibat mobilisasi neutrol tersebut terbentuk
adalah hs-CRP, variabel tergantung adalah derajat
sitokin.4,5
asma bronkial akut, variabel potensial meliputi
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya
usia, Indeks M asa Tubuh (IM T), merokok, penyakit
didapatkan hasil yang berbeda-beda mengenai
ginjal kronik, penyakit hati kronik,variabel kontrol
hubungan antara asma dan CRP, serta sampai saat
meliputi penyakit infeksi berat (sepsis), keganasan,
ini belum adanya penelitian tersebut dilakukan
penderita dengan radiasi, acute coronary syndrome
di Indonesia. Hal itu yang mendorong dilakukan
dan penderita dengan terapi steroid.
penelitian potong lintang untuk mencari hubungan
Bahan penelitian ini meliputi: bahan yang
antara kadar hs-CRP dengan derajat asma.
digunakan dalam penelitian adalah kuisioner
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat
mengenai identitas anamnesis/ keluhan,
dirumuskan permasalahan penelitian, apakah ada
pemeriksaan sik, spirometri (peakflowmeter),
hubungan antara kadar hs-CRP dengan derajat asma
bahan pemeriksaan labolatorium, yaitu darah
bronkial akut.
(serum, bahan antikoagulan disesuaikan dengan
Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan
masing-masing metode pemeriksaan), reagen hs-
hubungan antara derajat asma bronkial akut dengan
CRP dan derajat serangan akut asma bronkial
kadar hs-CRP pada penderita yang berobat di RSUP
disarikan berdasarkan GINA 2006, seperti yang
Sanglah.
tercantum pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1.Klasikasi beratnya serangan asma akut6

Gejala dan tanda Serangan ringan Serangan sedang Serangan berat


Sesak nafas Berjalan Berbicara Istirahat
Posisi Dapat tidur terlentang Duduk Duduk membungkuk
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata
Kesadaran M ungkin gelisah Gelisah Gelisah
Frekuensi napas < 20 x/menit 20 30 x/menit > 30 x/menit
Nadi < 100 x/menit 100 120x/menit > 120 x/menit
Otot bantu nafas dan _ + +
retraksi suprasternal
M engi Akhir expirasi paksa Akhir expirasi Inspirasi dan expirasi
APE > 80% 60 80% < 60%

176 J Peny Dalam, Volume 12Nomor 3September 2011


Pemeriksaan hs-CRP dilakukan di akut ringan, sedang dan berat berdasarkan kriteria
Labolatorium Prodia Denpasar, yang dilakukan GINA 2006.
dengan tehnik immunometric assay dengan alat Berikut ini disajikan karateristik penderita:
Immulite 2000 high sensitivity CRP (Diagnostic
Tabel 2. Karateristik penderita asma bronkial akut
Product Corporation).
Semua subyek penelitian diberikan Variabel Karateristik
penjelasan ini secara terperinci mengenai maksud Umur
dan tujuan penelitian serta diminta menandatangai median (minimum-maksimum) 37,0 (13,0 69,0)
informed concent. Semua subyek yang memenuhi Jenis kelamin
kriteria inklusi akan diikutsertakan dalam penelitian Laki-laki 24 (45,3%)
dilakukan anamnesis, pemeriksaan sik dan Wanita 29 (54,7%)
spiromerti, kemudian diambil darahnya untuk Riwayat atopi
pemeriksaan leukosit, eosinofil count, hs-CRP. Ya 33 (62,3%)
Dengan catatan hs-CRP diambila antara rentang Tidak 20 (37,7%)
waktu pasien datang sampai 2 hari setelah serangan, IM T ( kg/m2)
sedangkan spirometri dilakukan saat pasien Obese 3 (5,7%)
telah stabil. Namun pada penelitian ini, karena Tidak obese 50 (94,3%)
keterbatasan alat digunakan peakflowmeter. M erokok
Ya 17 (32,1%)
HASIL Tidak 36 (67,9%)
Seranngan asma akut
Dilakukan penapisan terhadap 60 pasien
Ringan 18 (34,0%)
serangan asma akut yang berobat di RSUP Sanglah.
Tidak ringan 35 (66,0%)
Didapatkan sebanyak 55 penderita yang diseleksi
Hs-CRP (mg/l) 7,3 (0,2 35,6)
dari penapisan yang terdiagnosis serangan asma
M edian (minimum-maksimum)
akut berdasarkan kriteria GINA. Hal ini karena,
Leukosit (ul/mm3) 9,8 (4,7 20,0)
dari 60 orang yang ditapis tersebut, diantaranya
M edian (minimum-maksimum)
2 orang dirawat dengan infark myocard akut, 1
Eosinol (ul/mm3) 0,8 (0,0 2,2)
dengan keganasan ginekologi, dan 2 orang dirawat
M edian (minimum-maksimum)
dengan sepsis. Dari 55 penderita yang memenuhi
SC (mg/dl) 0,8 (0,3 1,3)
kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi
M edian (minimum-maksimum)
tersebut, 2 orang tidak bersedia berpartisifasi dalam
Peakowmeter sebelum 163,5 (100 240)
penelitian (menolak menandatangani informed bronkodilator (l/m)
consent). M edian (minimum-maksimum)
Dari 53 orang eligible study subj ect diambil Peakowmeter sesudah 208,7 (125 290)
sebagai subjek penelitian secara konsekutif. bronkodilator (l/m)
Selanjutnya setiap sampel penelitian dilakukan M edian (minimum-maksimum)
anamnesis sesuai isi kuisioner penelitian, dan Peningkatan APE 28,2%
( 20,0% 45,0%)
dilakukan pemeriksaan sik serta pengukuran
peakflowmeter. Selanjutnya berdasarkan data yang IM T, Indeks M assa Tubuh; hs-CRP, high sensitive C
ada penderita didiagnosis sebagai asma serangan Reactive Protein; SC, Serum Creatinine; APE, Arus
Puncak Expirasi

Hubungan antara Kadar High Sensitive-C Reactive Protein dengan Derajat Asma 177
Bronkial Akut
I Wayan Agus Jaya Santika, Ketut Suryana
Dari hasil uji analisis normalitas data C-reactive sebagai penanda inamasi sistemik
dengan Kolmogorov-Smirnov diperoleh distribusi pada keadaan inamasi akut. High-sensitivity C-
data tidak normal. Selanjutnya dilakukan uji Simple reactive protein merupakan penanda pada kejadian
logistic untuk mencari hubungan antara kadar hs- serangan asma berat.7Asma merupakan merupakan
CRP dengan berat derajat asma bronkial akut, inamasi kronik pada saluran nafas yang didasari
didapatkan OR =3,73 dengan (CI 95%) 1,66 8,41, oleh imunitas seluler seperti sel limfosit T dan sel
seperti Tabel 3 dibawah ini. Dimana kemudian eosinol.8
dilakukan analisis multivariat, dengan hasil seperti Kadar hs-CRP normal pada dewasa normal
Tabel 4 berikut. 0,8 sampai 3 mg/dl, namun bila terjadi inamasi
akut dapat mencapai 500 mg/dl.9 Takemura. et al.10
Tabel 3 Hubungan antara kadar hs-CRP dengan beratnya
derajat serangan asma akut melaporkan bahwa terdapat hubungan bermakna
pada penderita asma yang tidak menggunakan
OR steroid. Dimana dari laporan Takemura diperoleh
Varibel B wald (CI 95%) Nilai p
kadar rata-rata hs-CRP yang diperoleh adalah 1,53
Hs-CRP 1,39 10,15 3,73 0,001
(1,66 8,41) 1,98 mg/dl, sedang yang menggunakan steroid
didapatkan 0,9 1,0 mg/dl serta dari kontrol pada
Tabel 4. Tabel analisis multivariat antara hs-CRP dengan orang sehat diperoleh 0,2 1,0 mg/dl dengan p <
derajat asma setelah dikontrol dengan covariabel umur,
merokok, obesitas, penyakit hati kronis, penyakit ginjal 0,05. Dengan catatatan, pada penelitian ini kadar hs-
kronis CRP 10 mg/dl di lakukan ekslusi. Pada penelitian
Takemura ini melibatkan sampel sebesar 54 pasien
OR
Variabel B wald (CI 95%)
Nilai p yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu asma tanpa
5,62 steroid, dengan steroid dan orang normal (sehat)
Hs-CRP 1,72 7.64 (1,65 19,5)
0.006
sebagai kontrol, dan pada penelitian yang menjadi
1,15 sampel adalah pasien yang tidak dalam serangan
IM T 7,04 0,06 (0,00 3,86)
0,79
asma akut.
M erokok
(tidak 7,63 Veen, dkk.11 membandingkan antara penanda
merokok 2,03 1,69 (0,35 163,3) 0,19
inamasi sistemik pada kejadian inamasi pada
ref.1)
saluran nafas akibat asma antara pasien yang obese
0,93
Umur -0,06 1,16 (0,82 1,05)
0,28 atau non obese. Pada penelitian ini, dilaporkan
pada pasien obese dengan jumlah pasien 29 orang
PEM BAHASAN diperoleh nilai r = -0,36, p < 0,01 dengan kadar
8,1 mg/dl, sedangkan pada non obese dengan
Inamasi merupakan proses yang kompleks
jumlah pasien 107 orang diperoleh nilai r = -0,30,
dalam perkembangan patologi pada serangan
p < 0,01 dengan kadar hs-CRP 2,5 mg/dl. Kony,
asma akut. Pada serangan asma akut terjadi proses
dkk.12 meneliti tentang hubungan antara bronchial
oksidatif multiple baik sebagai mediator siologis
hyperesponsiveness dengan fungsi paru dengan
dari sel normal dan sebagai mediator patologis. Akan
CRP. M elaporkan terdapat hubungan yang positif
menjadi mediator patologi bila reactive oxygen
dengan nilai r = 0,44 p < 0,001.
species diproduksi dengan konsentrasi yang tidak
Pada penelitian ini dengan jumlah sampel
sesuai pada lokasi yang tidak sesuai atau bereaksi
sebanyak 53 pasien asma serangan akut diperoleh
dengan molekul yang salah.
nilai tengah hs-CRP adalah 7,3 mg/dl, dengan nilai

178 J Peny Dalam, Volume 12Nomor 3September 2011


maksimum 35,6 mg/dl dan nilai minimum 0,2 mg/dl. penelitian tersebut.
Nilai korelasi antara kadar hs-CRP dengan beratnya M erokok, dalam hubungannya dengan
derajat asma diperoleh nilai OR sebesar 3,73 pada proses inamasi sistemik, dimana merokok
CI 95% (1,66 8,41) pada nilai p =0,001. Dengan dapat menginduksi kerusakan endotel. Dan pada
pengertian dimana bila terjadi peningkatan 1 mg/l kejadian ini terbentuk radikal bebas seperti nitric
hs-CRP meningkatkan risiko serangan asma akut oxide, singlet oxygen dan hydrogen peroxide.
hal ini sedang atau berat sekitar 3,7 kali. Dengan adanya promosi dari stress oxidative yang
Pada penelitian ini dilakukan adjustment mengakibatkan aktivasi dari NF-kB dan produksi
terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sitokin. Dengan terbentuk sitokin akan merangsang
kadar hs-CRP yaitu faktor umur, indeks massa produksi penanda inamasi khusunya CRP.13 Namun
tubuh, penyakit ginjal kronis, penyakit hati kronis pada penelitian ini merokok tidak berpengaruh
dan merokok. Dari hasil analisis multivariat yang kemungkinan karena jumlah perokok jauh lebih
berpengaruh terhadap kejadian serangan asma rendah dibanding yang tidak merokok.
akut sedang dan berat, adalah hanya kadar hs-CRP Pada penelitian ini dari awal perencanaan
sedang variabel lain tidak berpengaruh, dengan nilai akan dilakukan spirometri maupun pemeriksaan
p = 0,006. eosinol sputum. Namun karena penderita datang
M ekanisme yang mendasari hubungan antara tidak pada waktu jam kerja saja sehingga alat
inamasi saluran nafas dan sistemik inamasi spirometri tidak dapat digunakan, dan dipilih
belum begitu jelas. Namun demikian diduga dengan pemeriksaan peakflowmeter sebagai pengganti.
peningkatan produksi interleukin yang merangsang Sedang pemeriksaaan eosinol sputum tidak dapat
sel hati untuk meningkatkan produksi CRP. Selain dilakukan karena sampai saat ini pemeriksaan ini
itu diduga faktor lingkungan dan genetik turut belum dapat dilakukan di Laboratorium Prodia
berperan.12 Denpasar.
Perbedaan hasil pada kadar antara penelitian
KESIM PULAN
sebelumnya dengan penelitian ini, dikarenakan pada
penelitian ini sampel diambil pada serangan asma Peningkatan kadar hs-CRP pada penderita
akut, sedang pada penelitian sebelumnya penderita serangan asma akut, akan mengalami kemungkinanan
diambil tidak pada serangan akut. serangan asma tersebut, menjadi serangan sedang
Beberapa hal yang dapat memepengaruhi dan berat. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya
hubungan antara tingginya inamasi pada saluran meneliti mengenai faktor inamasi akut hs-CRP,
nafas pada pasien asma yang obese dengan inamasi hal lainnya juga dapat terlibat pada proses kejadian
sistemik yaitu karena lebih luasnya permukaaan asma bronkial dalam serangan seperti peranan
saluran nafas yang mengalami inamasi. Selain sitokin lainnya.
itu diduga karena pada saluran nafas lebih
banyak mengandung jaringan adipose sehingga DAFTAR RUJUKAN
lebih susah untuk mengatasi inamasi pada saat 1. Anonim. Asthma workshop 2002. Available
serangan asma. Namun pada penelitian Venn, dkk.12 from: http// www.ginastma.com. Accessed
melaporkan pengaruh indeks massa tubuh khusunya on: 12th February 2010.
obesitas tidak berpengaruh kemungkinan karena 2. Edward TH. CRP as a mediator of disease.
jumlah penderita dengan obesitas sangat sedikit Circulation 2004;109:11-4.
dibandingkan penderita yang tidak obese pada
Hubungan antara Kadar High Sensitive-C Reactive Protein dengan Derajat Asma 179
Bronkial Akut
I Wayan Agus Jaya Santika, Ketut Suryana
3. Heru S. Asma bronchial. In: Hudoyo AW, 8. Fujita H. A case of occupational bronchial
Setyohadi B, Alwi J, Simadibrata M , Setiati asthma & contact dermatitis. Respirology
S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2007;8:204-11.
3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001. 9. Shine B. Solid phase radioimonoassays
p.21-32. for C-reactive protein. Clin Chem Acta
4. Yoshihara S. Association of epithelial 1981;117:13-23.
damage and signs of neutrophil mobilization 10. Takemura M , M atsumoto H. High sensitivity
in the airways during acute exacerbations of C-reactive protein in asthma. Eur Respir J
paediatric asthma. Clinical and expremental 2006;27:908-12.
immunology journal 2006;144:212-6. 11. Veen IHV. Airway inammation in obese
5. Kips J. Cytokines in asthma. ERJ 2001;18: and non obese patients with difcult-to-treat
24-33. asthma. Allergy 2008;63:570-4.
6. M angunnegoro H. Asma: pedoman diagnosis 12. Kony S, Zuriek M . Association of bronchial
dan pentalaksanaan di Indonesia. In: Hudoyo hyper responsiveness and lung function with
AW, Setyohadi B, Alwi J, Simadibrata M , c-reactive protein (CRP): a population based
Setiati S, editors, Buku Ajar Ilmu Penyakit study. J Respiratory Physiology Thorax
Dalam, 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004;59:892-6.
2001.p.102-9. 13. Frohlich M . Independent association of
7. Qian FH. High-sensitivity C-reactive protein: various smoking characteristic with markers
A predicative marker in severe asthma. of systemic inammation in men. Eur Heart J
Respirology 2008;13:664-9. 2003;24:1365-72.

180 J Peny Dalam, Volume 12Nomor 3September 2011

Вам также может понравиться