Вы находитесь на странице: 1из 7

NAMA : NURPAIDA

NIM : K11113016

KELAS :C

Stakeholder adalah orang-orang dan atau badan yang berkepentingan atau terlibat
dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan.Jenis stakeholder dalam kesehatan
adalah:

1. Stakeholder aktif adalah stakeholder kunci, karena mempunyai wewenang resmi.


Contoh stake holder aktif adalah Kementrian Kesehatan, Kementrian pendidikan,
Kementrian Hukum dan HAM

2. Stakeholder pasif adalah stakeholder pendukung, karena sebagai kelompok target dari
implementasi sistem kesehatan. Contoh stakeholder pasif adalah masyarakat publik
dan swasta.

Stakeholders Dalam Upaya Mengatasi Penyakit Malaria:

Kejadian penyakit malaria merupakan interaksi antara sistem ekologi secara


alami. faktor yang saling berinteraksi adalah parasit (agent), vektor, manusia (host),
lingkungan (environment) biologis dan fisik (Depkes.RI,1999.b)

Gejala klinis penyakit malaria adalah khas, mudah dikenal karena demam
yang naik turun secara teratur disertai menggigil . Jaman dulu sudah dikenal adanya
febris tersiana dan febris kuartana serta terdapat kelainan pada limpa yaitu limpa
yang membesar dan menjadi keras (splenomegali) sehingga pada jaman dulu penyakit
malaria disebut demam kura (Gandhahusada, 2003).

Penyakit malaria merupakan penyakit menular disebabkan oleh plasmodium


(kelas Sporozoa) yang menyerang sel darah merah. Plasmodium merupakan genus
protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria.
Parasit ini senantiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya : vektor nyamuk
dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti manusia.
Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat

Peran masing-masing stakeholder untuk masalah penyakit malaria:

Kementrian Kesehatan
Kementrian Kesehatan sangat berperan penting dalam pembuatan
program-program penanggulangan penyakit menular di suatu wilayah tertentu
serta penyedia dana untuk pelaksanaan program-program kesehatan. Dalam hal
ini dirjen atau bagian Promosi Kesehatan yang bertugas menginformasikan
kepada masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehar guna
mengurangi resiko tertularnya penyakit malaria. Untuk melaksanakan kegiatan
tersebut Kementrian Kesehatan malakukan kerjasama lintas-program dan
kerjasam lintas Sektoral dengan berbagai dinas dan Instansi terkait.

Kerjasam Lintas Program dilakukan dengan :

a. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan mempunyai peran sebagai stakeholder yang memiliki
kewenangan resmi dalam pelaksanaan program-program penanggulangan
penyakit malaria berbasis lingkungan dan pengobatan
(penyuluhan,pengendalian,dan pemberian gizi) yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Kesehatan serta penyesuaian program berdasarkan kondisi
wilayah di masing-masing wilayahnya. Dinas kesehatan juga berperan
untuk malakukan kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah
ditetapkan. Pelaksanaannya dengan melakukan kerjasama lintas program
dan lintas sektoral dengan dinas dan instasi terkait.

Peran dinas Kesehatan antara lain :


1. Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas
program

2. Pelatihan petugas

3. Penyediaan sarana ( mikroskop, RDT ) bahan laboratorium dan obat-


obatan (ACT)

4. Menilai secara berkala situasi malaria khususnya dari aspek ekologi


dan sosial ekonomi.

b. Puskesmas
Puskesmas berperan dalam pelaksanaan program-program kesehatan
yang telah ditetapkan oleh Dinas kesehatan dalam penangulangan penyakit
malaria. Dalam pelaksaan program Puskesmas bertugas emberikan
penyuluhan langsung terhadap masyarakat yang bekerja sama dengan
kader masyarakat.

Peran Puskesmas antara lain :


1. Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.

2. Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT

3. Pencegahan penularan malaria dengan pembagian kelambu (Long


Lasting Insekticidal Net) pada daerah endemis malaria

4. Pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes) dan memperkuat Desa


Siaga

5. Penemuan aktif penderita

6. Pengendalian vektor:
7. Screening malaria bagi ibu hamil saat kunjungan trimester pertama
pada tenaga kesehatan

8. Penyemprotan dinding luar rumah ( Indoor Residual Sprying )

Dalam pelaksanaanprogram tersebut Puskesmas dapat bekerjasama


dengan Puskesmas Pembantu, Polindes (Pondok Bersalin Desa),
Posyandu, PKK serta organisasi lain yang dapat membantu pelaksanaan
program Pemberantasan Malaria.

c. Masyarakat
Berperan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemberantasan penyakit
Malaria melalui kegiatan PSN dan program 3M. Masyarakat ini berperan
sebagai stake holder Pasif

Kerjasam Lintas Program dilakukan dengan :

1) Dinas Pendidikan Nasional


Dinas Kesehatan dapat bekerjasama dengan Dinas pendidikan
dfalam upaya pennggulangan malaria. Kegiatan tersebut dapat
berupa pelatihan malaria bagi para guru penjaskes/ UKS Sekolah
Dasar dan penyusunan muatan lokal malaria untuk SD.

2) Dinas Pekerjaan Umum


Peran DPU khususnya Seksi Perumahan dan Penyehatan
Lingkungan untuk turut menanggulangi malaria melalui kegiatan
pengeringan genangan air dengan pembuatan saluran permanen
maupun darurat sesuai tugas rutinnya.

3) Bagian Kesra Setda


Sebagai fasilitator rapat koordinasi lintas sektor
penanggulangan malaria tingkat Pemda dan melakukan penyebaran
informasi malaria melalui radio dan televisi lokal

4) Dinas Pertanian dan Perkebunan


Dinas pertanian berperan untuk memberikan program dan
penyuluhan untuk menggulangi dan memutus siklus kehidupan
nyamuk malaria. Petani diharapkan dapat memutus mata rantai
kehidupan nyamuk, karena nyamuk Anopheles memiliki tempat
bertelur di genangan air yang kontak langsung dengan tanah.

5) Dinas Perikanan dan Kelautan


Dinas Perikanana dan kelautan memberikan penyuluhan kepada
petani ikan denganb diarahkan pada pengendalian lingkungan untuk
mencegah bersarangnya vektor anopheles, selain itu memberikan
informasi kepada masyarakat untuk memutus dengan menggunakan
predator alamiah nyamuk yaitu ikan.

6) Bappenas / Bappeda : (Badan Perencanaan dan Pembangunan


Nasional) / Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah)
Bappenas/Bappeda berperan dalam pembuatan peraturan
mengenai tempat pemukiman yang padat penduduk. Melalui
pengaturan oleh Bappenas/Bappeda mengenai tempat pemukiman,
diharapakan dapat mengurangi breeding place dan habitat dari
nyamuk Anopeles di daerah pemukiman padat penduduk.

Stakeholders Dalam Upaya Mengatasi Penyakit PD3I (akibat Penyakit yang


Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan melaksanakan


vaksinasi cacar. Kegiatan ini telah berhasil membasmi penyakit cacar di Indonesia,
sehingga tahun 1974 Indonesia telah dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO.
Dengan terbuktinya keampuhan imunisasi cacar dalam memberi kekebalan terhadap
penyakit cacar, maka beberapa antigen mulai dilaksanakan seperti vaksinasi BCG
tahun 1973, TT tahun 1974, DPT tahun 1976, Polio tahun 1980, Campak tahun 1982,
Hepatitis B tahun 1991. Dalam meningkatkan kemampuan manajemen program
dengan menggunakan alat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Sejak tahun 1988
PWS secara bertahap diperkenalkan mulai dari tingkat propinsi, kabupaten dan
puskesmas.

Dengan memperhitungkan pencapaian program dan potensi yang dimiliki


maka program menetapkan untuk mencapai UCI ( Universal Child Immunization )
secara nasional pada tahun 1990. Dan selanjutnya diharapka UCI tercapai sampai
dengan tingkat desa. Secara operasional UCI dijabarkan dengan tercapainya cakupan
imunisasi lengkap (DPT 3, POL4, Campak) minimal 80 % sebelum anak berusia 1t
ahun dan cakupan kontak I (DPT, POL4, BCG) minimal 9 %. Cakupan imunisasi
yang tinggi harus diratakan untuk menghindari terbentuknya kantong-kantong yang
potensial wabah. Tujuan Imunisasi ini adalah menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain : TBC ANAK,
HEPATITIS B, DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS, POLIO,dan CAMPAK.

Peran masing-masing stakeholders untuk masalah penyakit PD3I :

Kementrian Kesehatan

Kementrian Kesehatan berperan dalam pembuatan kebijakan program serta


penyediaan dana dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit PD3I.

Kerjasam Lintas Program dilakukan dengan :


a. Dinas Kesehatan

Dinas kesehatan berperan dalam pelaksanaan program dan kebijakan


yang telah ditetapkan. Kebijakan tersebut antara lain :

- Kebijaksanan Umum :
Meningkatkan jangkauan/aksesibilitas pelayanan :
semua puskesmas dan puskesmas pembantu
memberikan pelayanan imunisasi.
Screening secara ketat untuk menghindarkan missed
opportunity
Efisiensi pelaksanan program untuk menekan drop
out.
Menggunakan 1 jarum dan 1 syringe steril untuk tiap
suntikan.
Mengadakan supervisi dengan check list secara rutin.
Penyuluhan diarahkan untuk menunjang program.
Memantau dampak program terhadap PD3I, dari
keadan sebelum program terhadap PD3I.
- Kebijaksanan Khusus :
Mengupayakan adanya alokasi dana untuk kegiatan
imunisasi dalam APBD.
Urban Strategi :Mencari potensi yang ada dalam
masyarakat yang dapat menunjang program imunisasi,
antara lain : melibatkan pihak swasta dalam program
imunisasi baik dalam bidang motivasi-mobilisasi
masyarakat maupun pelayanan imunisasi (organisasi
profesi, balai imunisasi swasta).
Dalam perencanan dan pelaksanan program selalu
bersama-sama dengan program terkait lain (KIA, KB,
Diare, Gizi, Kesehatan Lingkungan dan penyuluhan
kesehatan) dengan sektor lain (Pemda, PKK, Agama,
Dikbud dan ABRI).

Keterpaduan lintas program (imunisasi, KIA, surveillance) untuk eliminasi tetanus


neonatorum :

1. Unit surveillance bertanggung jawab untuk menyediakan data tentang kasus tetanus
neonatorum melalui comunity dan hospital based surveillance.

2. Unit KIA bertanggung jawab untuk mengadakan tindak lanjut terhadap kasus tetanus
neonatorum, dukun/petugas penolong serta keluarga penderita.

3. Unit imunisasi bertanggung jawab atas kualitas vaksin dan status imunisasi ibu
penderita serta ibu hamil lain yang ditolong dukun/petugas penolong persalinan
tersebut disamping meningkat cakupan TT ibu hamil, colon pengantin wanita serta
anak SD.

Keterpaduan lintas program (imunisasi dan surveillance) untuk eradikasi poliomelitis :


1. Unit surveillance bertanggung jawab untuk menyediakan data kasus polio akut
melalui community dan hospital based surveilance menanggulangi KLB polio untuk
menghentikan transmisi virus polio.

2. Unit imunisasi bertanggung jawab untuk menghilangkan daerah kantong dengan


meratakan cakupan imunisasi polio terutama di wilayah sekitar KLB.

Dinas Kesehatan juga melakukan catatan pelaporan dilakukan oleh setiap unit yang
melakukan kegiatan imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit,
balai imunisasi swasta dan rumah sakit swasta kepada pengelola program di tingkat
administrasi yang sesui. Unit yang tlah ditentukan. Pelaporan tersebut untuk mengetahui
Cakupan imunisasi dan stok pemakain vaksin. Dengan cara tersebut diharapkan cakupan
imunisasi akan semakin baik.

b. Puskesmas
Puskesmas berperan dalam pelaksanaan programimunisasi
untuk pemberantasan PD3I.. Dalam pelaksaan program Puskesmas
bertugas memberikan penyuluhan langsung terhadap masyarakat
yang bekerja sama dengan kader masyarakat serta melaksanakan
kegiatan Imunisasi. Puskesmas juga berperan dalam memantau
kegiatan imunisasi yang dilakukan di posyandu atau sarana
pelayanan kesehatan masyarakat lain. Serta memantau pemberian
imunisasi kepada balita.

c. Posyandu dan Kader kesehatan


Puskesmas bekerja sama dengan kelurahan untuk membentuk
Posyandu di setiap desa. Posyandu berperan dalam pelaksanaan
program imunisasi sesuai dengan jadwal program dan bersama
dengan kader kesehatan selalu menginformasikan kepada masyarakt
akan penting imunisasi serta mendaftar balita yang membutuhkan
imunisasi yang kemudian dilaporkan ke puskesmas.

d. Masyarakat
Masyarakat berperan dalam aktif dalam mengikuti program
imunisasi yang dilakukan baik di puskesmas atau di posyandu
terdekat.

Kerjasam Lintas Program dilakukan dengan :

1) Dinas pendidikan
Dinas pendidikan sangat berperan untuk melaksanakan
program lima imunisasi dasar yang dilakukan di sekolah-sekolah
sesuai dengan cakupan wilayah puskesmas. Dalam kegiatan
imunisasi disekolah dilaksanakan imunisasi yaitu :

a. Anak Sekolah Dasar Kelas I (diberikan DT)

b. Anak Sekolah Dasar Kelas II s/d VI (diberikan TT)


c. Anak Sekolah Dasar Kelas III s/d VI (diberikan polio)

2) Departemen Agama
Departemen Agama berperan dalam pelaksanaan program
Imunisasi melalui pencatatan calon pengantin. Sebagai calon
pengantin wanita yang terdaftar di KUA kecamatan, sedang yang non
islam di Kantor Pencatatan Sipil. Pemberian imunisasi ini sebagai
upaya untuk memberikan perlindungan seumur hidup terhadap
penyakit tetanus neonatorum diperlukan pemberian imunisasi TT
dengan interval waktu sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Вам также может понравиться