Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan


lingkungannyadan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos
("ilmu"). Ekologidiartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksiantara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh ErnstHaeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari
sebagai kesatuan atau sistemdengan lingkungannya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai


komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air,
kelembaban,cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang
terdiri dari manusia,hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatanorganisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang
saling memengaruhidan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem


harusdipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan
terhadap salahsatu komponen akan memengaruhi komponen lainnya .Homeostatis adalah
kecenderungansistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam
keseimbangan.

Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya


komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat
dianggap suatucibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem
pengendalian alamiah ini.Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam
tersebut, contoh hewan,tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Dinamika Populasi ?
2. Apa pengertian Populasi ?
3. Bagaimana ciri-ciri dasar populasi ?
4. Bagaimana Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya ?
5. Bagaimana Parameter Utama Populasi ?
6. Bagaimana Distribusi Individu dalam Populasi ?
7. Bagaimana Pertumbuhan Populasi ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Dinamika Populasi.
2. Mengetahui pengertian Populasi.
3. Mengetahui ciri-ciri dasar populasi.
4. Mengetahui Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya
5. Mengetahui Parameter Utama Populasi
6. Mengetahui Distribusi Individu dalam Populasi
7. Mengetahui Pertumbuhan Populasi

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. PENGERTIAN POPULASI HEWAN

Dalam hierarki ekologi, populasi menempati dasar hirarki, diman populasi merupakan
unit terkecil dari suatu ekologi. Populasi merupakan kumpulan individu-individu yang sejenis
(dikatakan sejenis bila berbiak, individu jantan dengan betina bersifat fertil, dan memiliki
keturunan yang fertil pula) pada waktu dan tempat tertentu. Satuan terkecil pembangun
populasi adalah individu (Panduan Teori Ekologi Hewan Biologi FMIPA Unimed, 2011).

Individu-individu suatu spesies hewan di suatu tempat memperlihatkan variasi individu,


yakni persamaan dan perbedaan menyangkut aspek-aspek fisiologis, struktural-morfologis,
perilaku, baik yang bersifat herediter maupun tidak (Ekologi Hewan FKIP UISU, 2016).

Pengertian populasi ditunjukkan Setiap populasi memiliki karakter yang spesifik dan
karakter statistik seperti kepadatan (densitas), angka kelahiran (natalitas), angka kematian
(mortalitas), sebaran (distribusi), umur, pertumbuhan serta karakter biologi seperti potensi
biotik, sifat genetik, seperti keadaptifan, ketegaran reproduktif dan presistensi (Panduan Teori
Ekologi Hewan Biologi FMIPA Unimed, 2011).

Dalam ekologi, populasi diartikan sekelompok idividu sejenis yang menempati ruang
dan waktu tertentu. Populasi adalah kelompok kolektif organisme dari jenis yang sama
yang menempati ruang atau tempat tertentu dan memiliki berbagai ciri atau sifat yang unik
dari kelompok dan bukan merupakan sifat milik individu di dalam kelompok tersebut.
Populsi memiliki sejarah hidup, tumbuh dan berkembang seperti apa yang dimiliki oleh
individu. Populasi memiliki organisasi dan struktur yang pasti dan jelas. Penentuan atau
penggolongan species dalam populasi dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Secara taksonomi, yaitu species ditentukan berdasarkan hubungan kekeluargaan baik


secara evolusi, maupun sejarah nenek moyangnya
2. Berdasarkan peran atau fungsi, yaitu penentuan species didasarkan pada kesamaan perannya
di dalam lingkungan (http://dhanieahmad-kw.blogspot.co.id/2015/06/makalah-populasi.html)

Populasi Lokal dan Ras Ekologi

Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada kemungkinan secara genetika


terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi diantara anggota kelompok itu sendiri.

3
Kelompok organisma-organisma yang terisolasi tersebut biasanya disebut populasi lokal.
Populasi lokal adalah merupakan unit dasar dalam proses evolusi, pertukaran gena terjadi
secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama shingga terjadi struktur gena yang
khusus untuk kelompok tersebut dan akan berbeda dengan struktur gena populasi lokal
lainnya meski untuk species yang sama. Hal ini dikarenakan adanya seleksi alami yang
beroperasi terhadapnya, sehingga menghasilkan individu-individu dengan susunan gena yang
memberi kemungkinan untuk bertahan terhadap lingkungan lokal, dan akan berkembang
dalam jumlah yang semakin banyak jika dibandingkan dengan individu-individu yang tidak
tahan.
Salah satu jalan suatu populasi lokal dapat teradaptasi terhadap suatu lingkungan
adalah dengan pengembangan dan pengelolaan diversitas genetikanya melalui reproduksi
seksual dalam populasi. Hasilnya adalah sekelompok atau susunan individu-individu yang
masing-masing berbeda dalam toleransinya terhadap lingkungan, salah satunya ada
kemungkinan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam toleransinya terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim daripada rata-rata anggota populasi lainnya. Dengan demikian
kehetrogenan struktur gena dari anggota populasi mempersiapkan populasi terhadap
kehancurnnya akibat lingkungan, misal terhadap kemarau yang panjang.
Hal yang sejalan terjadi pula dalam kurun waktu yang relatif lama dan lamban sebagai
reaksi terhadap perubahan iklim, dalam hal ini bisa ratusan bahkan ribuan tahun. Dengan
demikian keheterogenan struktur gena merupakan cara dalam mempertahankan hidup atau
kelulusan hidup, dan ini sebagai mekanisma teradaptasinya suatu populasi akibat seleksi
alami. Dalam suatu kawasan yang secara umum mempunyai kondisi yang relatif sama,
populasi lokal dari species yang ada berkecenderungan untuk memperlihatkan toleransi
terhadap lingkungan yang relatif sama pula, tetapi akan berbeda toleransinya dengan species
lokal lainnya (dari species yang sama) yang berada pada kondisi iklim yang berbeda.
Populasi lokal seperti ini biasa dikenal dengan ras ekologi. Contoh yang terkenal dari
ras ekologi adalah di Skandinavia dimana terdapat dua populasi yang secara sistematik
dimasukkan dalam satu species yang sama meskipun kedua populasi ini mempunyai
karakteristika yang berbeda. Populasi di daerah pegunungan mempunyai karakteristika
bentuk morfologi yang kerdil dan berbunga cepat, sedangkan populasi di daerah pantai
bentuk morfologinya tinggi tetapi berbunga lambat. Orang semula memperkirakan bila
individu dari populasi di pegunungan dipindahkan atau ditumbuhkan di pantai maka akan
tumbuh dengan karakteristika populasi pantai, demikian pula sebaliknya. Contoh-contoh lain

4
biasanya akan diketemukan pada daerah kontinental yang luas. Jadi suatu ras ekologi adalah
juga populasi lokal yang terbentuk oleh karakteritika individu-individunya.
Apabila perubahan lingkungan pada suatu kawasan yang luas berubah secara teratur,
maka adaptasi genetikanya akan terjadi secara teratur pula, dan dengan demikian sebagai
hasilnya akan terjadi perbedaaan yang nyata seperti pada ras yang terbentuk adalah suatu seri
tumbuhan, yang berurutan, yang memperlihatkan keteraturan secara terus-menerus atau
kontinu dalam sifat genetikanya sebagai penentu dalam toleransi terhadap lingkunganya.
Populasi-populasi dari sekelompok organisma-organisma dengan karakteristika yang berbeda
secara teratur atau berurutan ini disebut ekoklin. Jadi berdasarkan dua hal di atas, maka suatu
species dapat merupakan ras ekologi atau berupa kompleks dari ekoklin. Dua pendekatan
dalam kajian populasi ini, yaitu melalui ekologi populasi yang mendalami pertumbuhan suatu
populasi dan interaksi diantara populasi-populasi yang berhubungan erat di dalam pengaruh
faktor lingkungan yang terkontrol ataupun tidak terkontrol. Pendekatan lainnya yaitu
mempelajari satu atau lebih populasi lokal dari suatu species dalam usaha untuk mempelajari
genetika species sebagai penentu toleransinya terhadap kondisi lingkungannya, kajian ini
disebut ekologi gena atau ekologi fisiologi perbandingan. Pembahasan selanjutnya akan
ditekankan pada ekologi populasi. Besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu
biasanya dinyatakan dalam suatu peristilahan kerapatan atau kepadatan populasi. Kerapatan
populasi dapat dinyatakan dalam: jumlah individu persatuan luas, atau dapat pula dinyatakan
dalam biomasa persatuan luas (bila populasi tersebut dibentuk oleh individu-individu dengan
ukuran berbeda, ada kecambah, ada anakan dan tumbuhan dewasa serta tumbuhan tua).
Dalam perjalanan waktu suatu populasi besarannya akan mengalami perubahan.
Dalam mempelajari perubahan-perubahan ini pengertian kecepatan memegang peranan
penting, dan perubahan populasi ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kelahiram atau
regenerasi: kematian, perpindahan masuk, dan perpindahan keluar). Besarnya populasi
tumbuhan di alam sangat ditentukan oleh kapasitas tampungnya, yaitu jumlah terbanyak
individu yang dapat ditampung dalam suatu ekosistem dimana organisma itu masih dapat
hidup. Dalam keadaan ini persaingan intra species adalah dalam keadaan maksimal yang
dapat ditanggung oleh organisma tersebut. Berbagai faktor sebagai pendorong untuk
terjadinya fluktuasi ini, yaitu: perubahan musim yang menyebabkan perubahan-perubahan
faktor fisika dan mungkin juga kimia lingkungannya. Contoh yang menarik adalah kenaikan
jumlah plankton yang sangat menyolok pada musim tertentu, disebut plankton bloom.

Pengertian Ekotipe

5
Ekotipe adalah bagian dari populasi suatu jenis yang menunjukan ciri-ciri morfologi
kimia, atau fisiologi yang mantap dan agaknya diatur oleh faktor-faktor genetika yang
berkorelasi dengan keadaan ekologi tertentu. Ekotipe merupakan bentuk genetik dari suatu
jenis dalam suatu populasi sebagai hasil adaptasinya terhadap lingkungan peralihan antara 2
atau lebih komunitas yang berbeda. Komunitas disini biasanya lebih beranekaragam
dibanding dengan komunitas yang mengapitnya. Hal ini yang disebut dengan edge effect
(http://roryblog-rory.blogspot.co.id/2011/12/populasi.html)

B. CIRI-CIRI DASAR POPULASI

Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang
dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang
merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi
satu dengan lainnya.

1.ciri- ciri biologi

Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara
lain :

a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya ada yang konstan dan ada
pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)

b. Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua


= senessens, dan mati)

c. Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan


lingkungan

d. Mempunyai hereditas

e. Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan
ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan
persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan
keturunan untuk waktu yang lama (Ekologi Hewan FKIP UISU, 2016).

6
2. ciri- ciri statistik

Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada
individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu sendiri, antara
lain:

a. Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter utama
yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.

b. Sebaran (agihan, struktur) umur

c. Komposisi genetik (gene pool = ganangan gen)

d. Dispersi (sebaran individu intra populasi)


(http://praycorp.blogspot.co.id/2011/03/dinamika-populasi.html)

e. Natalitas (laju kelahiran)

f. Mortalitas (laju kematian) (Ekologi Hewan FKIP UISU, 2016).

C. KERAPATAN POPULASI DAN CARA PENGUKURANNYA

Kerapatan populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan
ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah) individu dan
biomasa persatuan luas, persatuan isi( volume) atau persatuan berat medium lingkungan yang
ditempati. Misalnya, 50 individu tikus sawah per hektar, 300 individu keratela sp
(zooplankton) per meter kubik air, 3 ton udang per hektar luas permukaan tambak, atau 50
individu afik( kutu daun) per daun.

Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada
jenis apa dari organisme yang terlibat tetapi tergantung kepada jumlahnya atau kerapatan
populasinya kadang kala penting untuk membedakn kerapatan kasar dari kerapatan
ekologi( kerapatanspesifik.

Kerapatan kasar adalah kerapatan yang didasarkan atas kesatuan ruang total,
sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan yang didasarkan atas ruang yang benar- benar

7
(sesungguhnya) ditempati (mikrohabitat). Contoh : kerapatan afik (kutu daun) per pohon
dibandingkan dengan kerapatan afik per daun,

Lebih lanjut, kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk
kerapatan mutlak(absolut) dan kerapatan nisbi( relatif). Pada penafsiran kerapatan mutlak
diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada penafsiran kerapatan nisbi nisbi hal
itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan menghasilkan suatu indeks kelimpahan (lebih
banyak atau sedikit, lebih berlimpah atau kurang berlimpah).

Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau metode


menggunakan sample (sampling).

A. Kerapatan mutlak

Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:

1. Pencacahan Total (perhitungan menyeluruh)

Metode ini disebut juga sensus yang digunakan untuk mengetahui jumlah nyata dari
individu yang hidup dari suatu populasi. Metode ini biasanya diterapkan kepada daerah yang
sempit pada hewan yang hidupnya menetap,misalnya porifera dan binatang karang. Metode
ini juga dapat digunakan untuk menentukan populasi hewan yang berjalan lambat, misalnya
jenis hewan dari coelenterata, siput air dan lain- lain

2. Metode Sampling (cuplikan)

8
Gambar 1. Pengambilan sample yang mewakili populasi pada metode sampling
Sumber : http://analisis-statistika.blogspot.co.id/2012/09/menentukan-jumlah-sampel-
dengan-rumus.html

Pada metode ini, pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan (sample), yaitu suatu
proporsi kecil dari populasi dan menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk membuat
taksiran kerapatan (kelimpahan) populasi.

Pemakaian metode ini bersangkut paut dengan masalah penentuan ukurann dan jumlah
cuplikan, oleh karena itu bersangkut paut pula dengan metode-metode statistik. Beberapa
metode pencuplikan yang digunakan antara lain:

a. Metode kuadrat

Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat berbentuk bujur sangkar, persegi enam,
lingkaran dan sebagainya. Prosedur yang umum dipakai disini adalah menghitung semua
individu dari beberapa kuadrat yang diketahui ukurannya dan mengekstrapolasikan harga
rata- ratanya untuk seluruh area yang diselidiki.

b. Metoda menangkap- menandai- menangkap ulang

Metode ini dinamakan juga dengan mark-recapture, metode ini mengambil tiga asumsi
pokok, yaitu: 1. individu- individu yang tidak bertanda maupun yang bertanda ditangkap
secara acak.2. individu- individu yang diberi tanda mengalami laju mortalitas yang sama
seperti yang tidak bertanda.3. tanda- tanda yang dikenakan pada individu tidak hilang
ataupun tidak tampak (http://roryblog-rory.blogspot.co.id/2011/12/populasi.html).

Rumus dasar yang digunakan untuk peng hitungan adala hrumus Petersen yaitu :

9
(n M )
N=
m

Untuk menghitung kesalahan (error) metode CMRR dapat dilakukan dengan cara menghitung
kesalahan baku (standar errornya) dengan rumus:

SE = ( M . n ) [(M - R) . (n - R)] R

Setelah ditentukan standar errornya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya dengan


rumus:

N t. SE

Dengan catatan: t = (df, ), lihat tabel distribusi t dengan df = , dan adalah tingkat
signifikasi

N = cacah hewan di alam/dalam populasi

M = cacah hewan yang tertangkap pada penangkapan pertama dan ditandai

N = cacah hewan yang tertangkap pada penagkapan kedua, terdiri atas hewan yang tidak
bertanda dan hewan yang bertanda hasil penangkapan kedua

R = cacah hewan yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada
penangkapan kedua

(https://www.academia.edu/9480444/Laporan_ekologi_Estimasi_Populasi)

c. Metode removal (pengambilan)

Metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil. Asumsi- asumsi
dasar yang digunakan dalm metode pengambilan adalah sebagai berikut: 1. populasi tetap
stasioner selama periode penangkapan.2. peluang setiap individu populasi untuk tertangkap
pada setiap perioda panangkapan adalah sama.3. probabilitas penangkapan individu dari
waktu selama perioda penangkapan adalah sama.

B. Pengukuran kerapatan nisbi (relatif)

Beberapa diantara pengukuran kelimpahan relatif adalah sebagai berikut :

10
Menggunakan perangkap. Misalnya perangkap jebak, perangkap cahaya, perangkap hidup
dan lain-lain. Jumlah individu yang tertangkap berkolerasi dengan tingkat kelimpahan
populasi, populasi aktivitas hewan, daerah jelajah, dan efektifitas perangkap yang digunakan.
Indeks kelimpahan dinyatakan dalam purata jumlah individu persatuan waktu per perangkap.

Menggunakan jala. Jala serangga, tebar, kabut dan lain-lain.

Menghitung jumlah felet faeses (yang relatif baru). Misal bangsa rusa, kijang, kelinci,
tikus. Bila jumlah total felet segar disuatu area dan purata laju produksinya (laju defekasi)
perindividu persatuan waktu diketahui, maka kerapatan atau kelimpahan absolutnya dapat
ditaksir melalui perhitungan.

. perhitungan hasil tangkapan persatuan usaha. Misal, indeks kelimpahan ikan di laut pada
suatu periode dapat dinyatakan dalam jumlah berat atau jumlah ikan per100 jam memukat
dengan suatau kapal pukat.

. Perhitungan jumlah artefak. Indeks kelimpahan ditaksir dari perhitunagan jumlah tanda
bukti atau jejak hasil aktifitas hewan, misal sarang, lubang, bekas garukan, kepompong
kosong, dan lain-lain.

Frekuensi vokalisasi, indeks kelimpahan populasi dinyatakan sebagai frekuensi bunyi


persatuan waktu. Misal pada kera, bajing, burung dan sebagainya.

Sensus tepi jalan (road side count). Misal mencaach kera, burung yang tampak
disepanjang jalan sejarak tertentu yang dilalui.

Daya makan. Perubahan kelimpahan populasi diukur dari perubahan banyaknya umpan
yang dimakan pada tikus, kelinci dan lain-lain.

Kuesioner. Pengisian kuisioner oleh para pemburu, penjual, dan lain-lain mengenai
jumlah hasil tangkapan (yang dilakukan dengan cara dan rentang waktu yang sama). Hasil
kuisioner yang cukup andal dapat memberikan informasi mengenai perubahan besar yang
terjadi pada kelimpahan hewan.

Umpan manusia. Misal menentukan kelimpahan relatif nyamuk, jumlah nyamuk yang
hinggap dan menggigit lengan selam rentang waktu tertentu. Kelimpahan yang diperoleh
secara berkala dalam rentang waktu lama, dapat memberikan informasi penting mengenai

11
pola perubahan kelimpahan populasi (http://roryblog-
rory.blogspot.co.id/2011/12/populasi.html)

D. KELANGKAAN HEWAN

Kehidupan di bumi semakin mendekati status pemunahan besar-besaran, tidak seperti


yang terjadi di era dinasaurus dulu, Dalam kurun waktu 500 tahun terakhir, sebanyak 844
spesies (seperti kucing tasmania dan passenger pigeonsmerpati penumpang) telah punah
tak bersisa, dan sebanyak 16000 spesies lainnya terancam punah. Sebanyak dua pertiga dari
total jumlah penyu (tujuh spesies penyu) di seluruh dunia terancam punah seluruhnya pada
2025, sebanyak 50% dari total populasi kera di Afrika telah mati, dan setengah dari jumlah
marsupilami di dunia sedang dalam status bahaya punah. Sebanyak 40% dari total flora dan
fauna di Asia juga akan punah dalam waktu cepat.

Para konservasionis berpendapat bahwa manusia memiliki kewajiban untuk melindungi


spesies lain, menyadari bahwa keanekaragaman hayati sangat dihargai oleh umat manusia,
dan mengetahui bahwa keanekaragaman tersebut merupakan sumber kekayaan vital: karena
manusia bergantung pada ekosistemnya untuk makan, bernapas, dan kegiatan bertahan hidup
lainnya. Beberapa penyebab spesies di bumi mengalami kepunahan adalah sebagai berikut:

1. Hilangnya habitat

Faktor utama penyebab punahnya satwa di bumi adalah kehilangan habitat atau tempat
tinggal. Beragam ekosistem baik di darat maupun laut mengalami perusakan demi
pembangunan gedung, jalan, dan pembangunan-pembangunan lainnya.

2. Eksploitasi Alam

Pengeksploitasian alam seperti perburuan, memancing dan berdagang, merupakan faktor lain
yang menyebabkan kepunahan. Bison Amerika merupakan salah satu yang diburu sehingga
populasinya yang pada awalnya berjumlah 30 juta sebelum bangsa Eropa datang dan
berkembang, pada tahun 1890 terhitung hanya 750 ekor yang masih hidup.

3. Polusi

12
Polusi juga merupakan isu penting penyebab kepunahan masal. Jika tidak langsung
membunuh binatang, polusi berakibat pada reproduksi, mengacaukan proses berkembang
biak, dan menimbulkan prilaku tidak biasa
(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/02/inilah-penyebab-satwa-kita-terancam-punah)

Faktor pembatas pertumbuhan populasi :

Tergantung kepadatan : makanan dan ruangan


Tidak tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam
Faktor pembatas menyebabkan spesies menerapkan strategi untuk bertahan hidup.

Kelangkaan Hewan
Kelangkaan suatu hewan dapat ditinjau dari aspek kelimpahan, tepatnya intensitas
(kerapatan) dan prevalensi menunjukkan jumlah atau ukuran area-area yang di tempati
spesies itu atau cacah dan besarnya daerah yang dialami oleh makhluk di dalam kawasan
secara keseluruhan.
Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi (= prevalen) dapat lebih sering dijumpai,
sebab daerah penyebarannya luas, maka lebih sering dijumpai, sebab daerah penyebarannya
luas, maka lebih mudah di jumpai dimana-mana. Berbada halnya dengan suatu spesies yang
prevalensinya rendah, karena daerah penyebarannya sempit hanya dapat di jumpai pada
tempat-tempat tertentu saja (= terlokalisasi).
Adapun faktor-faktor penyebab punahnya hewan yang berkaitan dengan tindakan manusia
itu antara lain sebagai berikut:

1. Habitat hilang atau mengalami degradasi


Manusia banyak mengganggu habitat dalam melakukan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Gangguan habitat itu ada yang sampai menyebabkan habitat hilang, ada
yang mengalami degradasi dan paling tidak ada habitat yang terganggu. Beberapa contoh
habitat yang hilang, rusak atau terganggu karena terganggu oleh perbuatan manusia adalah
sebagai berikut.
a. Hutan di tebang untuk di jadikan daerah pemukiman. Ini merupakan contoh hilangnya
habitat. Perubahan hutan menjadi daerah perumahan, terutama perumahan di daerah
perkotaan menyebabkan pohon-pohonan dan tumbuhan lain di tebang habis.

13
b. Kerusakan terumbu karang karena ledakan dinamit yang di gunakan orang untuk menangkap
ikan. Penangkapan ikan dengan menggunakan dinamit pada umumnya di lakukan di daerah
yang dangkal yang banyak di huni oleh hewan-hewan karang. Ledakan dinamit di tempat
tersebut dapat merusak terumbu karang

2. Fragmentasi habitat
Pembuatan jalan, pengembangan daerah pertanian dan pembuatan daerah pemukiman
di lingkungan habitat yang luas tidak menghilangkan habitat secara keseluruhan. Jalan,
perkebunan, dan kota yang di bangun orang menyebabkan habitat terpisah-terpisah.
Pemisahan itu menyebabkan habitat terpecah menjadi kecil-kecil, sehingga menyebabkan
hewan terkungkung pada lingkungan sempit yang tidak memungkinkan hewan tumbuh dan
berkembangbiak secara optimal.

3. Pemburuan komersial.
Pemburuan komersial adalah pemburuan binatang sebagai upaya untuk memperoleh
penghasilan bukan untuk rekreasi.

4. Faktor lain
Di negara-negara yang wilayahnya luas, misalnya Amerika Serikat, jalan raya yang
menghubungkan kota dengan kota lain amat panjang. Jalan itu melintasi tempat-tempat yang
masih di huni oleh hewan liar, masalnya hutan dan padang rumput. Jalan itu memisahkan
kawasan tersebut menjadi dua bagian, yaitu di kiri dan di kanan jalan. Hewan-hewan liar
yang hidup di kawasan itu sering kali menyeberang jalan pada malam hari. Di antara hewan-
hewan itu banyak yang terlindas kendaraan yang melintas di jalan tersebut
(http://muhammadsyafriadi6.blogspot.co.id/2014/11/makalah-dinamika-populasi.html)

E. PARAMETER UTAMA POPULASI

Jumlah individu dalam suatu populasi hewan jenis apapun, pada dasarnya tidak ada
yang selalu konstan. Kelimpahan suatu populasi sejalan dengan waktu akan mengalami
perubahan, akibat beroperasinya faktor-faktor yang meningkat dan menurunkan jumlah
individu dalam populasi (Panduan Teori Ekologi Hewan Biologi FMIPA Unimed, 2011).

14
Pada dasarnya ada 4 parameter utama yang menentukan kelimpahan suatu populasi,
yaitu :

A. Natalitas

Natalitas merupakan kemampuan suatu populasi untuk


menambah jumlah anggotanya secara inheren/besar. Laju natalitas
adalah sama dengan laju kelahiran dalam terminology ilmu
kependudukan (demography). natalitas maksimum adalah
penambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi ideal (tidak
ada faktor eksternal yang membatasi). Sedangkan natalitas ekologi
adalah pertambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi alam
senyatanya.
Natalitas biasanya dinyatakan sebagai laju yang diperoleh
dengan membagi jumlah individu baru yang dihasilkan dengan
satuan waktu (dNt/dt, laju natalitas absolute) yang dapat juga
dinyatakan dalam jumlah individu baru per-satuan waktu per-satuan
populasi (dNt/Ndt) disebut natalitas spesifik). Untuk natalitas dNn
menunjukkan jumlah individu baru yang ditambahkan kepada
populasi. Laju natalitas dapat nol (0) atau positip, tetapi tidak
pernah negatif. Tetapi untuk laju pertumbuhan dN menunjukkan
jumlah bersih penambahan atau pengurungan dalam populasi yang
merupakan hasil bukan saja oleh natalitas tetapi juga oleh
mortalitas, emigrasi. Jadi laju pertumbuhan mungkin negatip, nol
atau positip karena populasi dapat berkurang atau tetap bertambah
besar (http://lumele.blogspot.co.id/2009/01/populasi.html)

Natalitas merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau untuk meningkatkan


jumlahnya, melalui produksi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari telur melalui
aktivitas perkembangan.

Laju natalitas : jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan waktu.

Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :

a. Fertilitas

15
Tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi, dan tinggi
rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang
dilahirkan.

b. Fekunditas

Tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.

B. Mortalitas

Mortalitas adalah pengurangan cacah individu suatu populasi. Laju


mortalitas adalah sama dengan laju kematian dalam demografi manusia.
Moralitas dapat dibedakan atas mortalitas fisiologik dan ekologik.
Mortalitas fisiologik adalah pengurangan individu anggota populasi dalam
kondisi yang ideal. Semua organisme dalam kondisi ideal sekalipun akan
mengalmi kematian sekalipun dalam umur relatif tua, yang secara teoritis
ditentukan oleh longivitas fisiologik. Sedangkan mortalitas ekologik adalah
pengurangan individu anggota populasi dalam kondisi alam senyatanya.
Angka kematian ini biasanya lebih besar dibandingkan dengan kematian
dalam kondisi ideal dan bukan merupakan tetapan.

Umurnya mortalitas spesifik dinyatakan sebagai persentase yang mati


dalam waktu yang tertentu dari populasi permulaan. Karena kita sering
tertarik kepada organisme yang hidup dari pada mati, maka sering
mortalitas ditunjukkan dari segi kadar (persentase) survival
(http://lumele.blogspot.co.id/2009/01/populasi.html)

Mortalitas menunjukkan angka kematian individu dalam populasi. Dapat dibedakan


dalam dua jenis yakni:

a. Mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya


individu dibawah kondisi lingkungan tertentu.

b. Mortalitas minimum (teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi


lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua
(http://dwimoii.blogspot.co.id/2014/04/dinamikapopulasi-ditulisuntuk-memenuhi.html)

16
C. Imigrasi

Merupakan masuknya individu-individu dari area lain ke dalam populasi dan


memberikan efek meningkatnya tingkat kelimpahan populasi itu.

D. Emigrasi

Menunjukkan perpindahan individu-individu suatu populasi keluar dari area populasi


dan memberikan efek menurunnya kelimpahan populasi tersebut (Panduan Teori Ekologi
Hewan Biologi FMIPA Unimed, 2011).

Gambar 2. parameter-parameter yang mempengaruhi ukuran suatu populasi


Sumber : http://ppku.ipb.ac.id/materi-kuliah/category/8-bio?download=85%3Aekologi

Tinggi rendahnya laju natalitas suatu populasi tergantung pada banyak faktor, yang
secara umum terbagi atas faktor-faktor bawaan (seperti kemampuan berbiak) dan faktor-
faktor lingkungan (misalnya ketersediaan sumber daya lingkungan). Pengertian natalitas
menyangkut dua aspek perkembangbiakan, yaitu fekunditas dan fertilitas. Fekunditas
menunjukkan potensi suatu populasi untuk menghasilkan individu baru, laju fekunditas
manusia misalnya, adalah rata-rata 1 bayi per 9-11 bulan per-wanita usia subur. Sedangkan
fertilitas lebih menunjukkan kinerja perkembangan yang direalisasikan dalam populasi.

17
Seperti halnya natalitas, mortalitas juga tidak selalu dalam keadaan konstan, melainkan
mengalami perubahan dan bervariasi menurut stadia perkembangan (umur). Dengan kata lain
kebanyakan spesies hewan menunjukkan mortalitas spesifik umur. Mortalitas ini juga sangan
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan lingkungan (Panduan Teori Ekologi Hewan Biologi
FMIPA Unimed, 2011).

F. DISTRIBUSI INDIVIDU DALAM POPULASI


Distribusi individu dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau pola
penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu:

1. Acak (Random)
Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs dalam
area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan
bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya. Dalam sebaran
statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang sama dengan rata-rata (x).

2. Teratur (Seragam, unity):


Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi
persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori-teritori terjadi
penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat di alam.
Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di tunjukkan oleh varians (s2) yang lebih
kecil dari rata-rata (x)

3. Mengelompok (Teragregasi, Clumped)


Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan
itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain.
Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (s2) yang lebih besar dari
rata-rata (x)

18
Gambar 3. Distribusi individu dalam populasi
Sumber : http://goalterzoko.blogspot.co.id/2011/01/beberapa-kejadian-dalam-ekologi.html

G. STRUKTUR UMUR POPULASI


Untuk menggambarkan sebaran umur dalam populasi, dapat di lakukan dengan mengatur
data kelompok usia dalam bentuk suatu poligon atau piramida umur. Dalam hal ini jumlah
individu atau persentase jumlah individu dari tiap kelas usia di gambarkan sebagai balok-
balok horizontal dengan panjang relatif tertentu. Secara hipotesis, ada tiga bentuk piramida
umur populasi, yakni :

1. populasi yang sedang berkembang


yaitu populasi dengan kerapatan kelompok umur muda paling besar. Populasi dengan
pola stukutur ini akan mengalami perkembangan kerapatan yang relatif tinggi pada
peride waktu mendatang.

2. populasi yang stabil

19
jika di gambarkan distribusi kelompok umur ini mempunyai bentuk seperti piramida
sama sisi. Populasi dengan pola stuktur umum semacam ini dapat mempertahankan
keberadaannya dalam waktu yang relatif lama.

3. populasi yang senesens (tua)


yaitu struktur umur yang mempunyai kerapatan kecil pada umur muda, besar pada
kelompok umur sedang dan kecil pada kelompok umur tua. Perkembangan populasi
pada pola struktur umur yang demikian ini cenderung menurun dan pada periode
waktu tertentu akan punah.

Gambar 4. (dari kiri ke kanan) piramida bentuk segitiga (populasi tinggi), piramida bentuk
genta (populasi stabil), dan piramida bentuk kendi (populasi menurun)
Sumber : http://leonardlavc.weebly.com/es-1.htm

H. PIRAMIDA EKOLOGI
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis
piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.

a. Piramida jumlah
Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida
jumlah, seperti kita Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah,
sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya makin berkurang. Dapat
dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal, jumlah tumbuhan selalu lebih banyak

20
daripada organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada
jumlah karnivora tingkat 1. Kamivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora
tingkat 2. Piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.

Gambar 5. Piramida jumlah


Sumber : http://lokaltuban.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-lengkap-piramida-ekologi.html

b. Piramida biomassa
Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan
aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan
piramida biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk
mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus
diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.
Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat
tertentu, dan diukur dalam gram. Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya
diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan
pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat tentang apa yang terjadi pada
ekosistem.

21
Gambar 6. Piramida biomassa
Sumber : http://biologitopibiru.blogspot.co.id/2015/11/piramida-ekologi.html

c. Piramida energi
Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan
tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi
yang dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran
paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem.
Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap
tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal
berikut.
1. Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat
trofik selanjutnya.
2. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan sebagai
sampah.
3. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisme.

22
Gambar 7. Piramida energi
Sumber : http://idkf.bogor.net/yuesbi/e
DU.KU/edukasi.net/SMA/Biologi/Aliran.Energi/materi07.html

Faktor-faktoryang mempengaruhi penyebaran populasi:


Distribusi sumberdaya
Perilaku sosial (pada hewan)
Faktor lain (interaksiorganisme, tempat berlindung,oksigen terlarut, dll)

Kepadatan dan pola penyebaran populasi merupakan faktor penting untuk analisis
dinamika populasi

I. PERTUMBUHAN POPULASI
Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam populasi itu
lebih besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju emigrasi.
Dikenal dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan
eksponensial ( dengan bentuk kurva J) dan bentuk pertumbuhan sigmoid (dengan bentuk
kurva S).

1. Pertumbuhan Eksponensial
Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi bilamana populasi ada dalam sesuatu
lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi lingkungan lainnya
tidak beroperasi membatasi, tanpa da persaingan dan lain sebagainya. Pada pertumbuhan

23
populasi yang demikian kerapatan bertambah dengan cepat secara eksponensial dan
kemudian berhenti mendadak saat berbagai faktor pembatas mulai berlaku mendadak.

Gambar 8. Kurva yang menunjukkan pertumbuhan Eksponensial


Sumber : http://lubertiindri.blogspot.co.id/2011/12/refleksi-belajar-kelompok-6-ekologi.html

2. Pertumbuhan Sigmoid
Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini, populasi mula-mula
meningkat sangat lambat (fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga mencapai
laju peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera menurun lagi secara
perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan lingkungan, misalnya yang berupa
persaingan intra spesies (fase akselerasi negatif) sehingga akhirnya mencapai suatu tingkat
yang kurang lebih seimbang (fase keseimbangan). Tingkat populasi yang merupakan asimptot
atas dari kurva sigmod, yang menandakan bahwa populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut
daya dukung (K= suatu konstanta). Jadi daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan
populasi maksimal (kerapatan jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di
dukung oleh habitat tersebut.

Faktor pembatas pertumbuhan populasi :


Tergantung kepadatan : makanan dan ruangan
Tidak tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam

Faktor pembatas menyebabkan spesies menerapkan strategi untuk bertahan hidup.

24
Gambar 9. Kurva yang menunjukkan pertumbuhan sigmoid
Sumber : http://aniszbio.blogspot.co.id/2011/09/soal-soal-biologi-materi-perkembangan.html

J. DINAMIKA POPULASI
Merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Hal ini tentu
berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan kerapatan populasi
dikenal adanya mekanisme density dependent (mekanisme yang bergantung kepada
kerapatan) dan mekanisme density independent (mekanisme yang tak bergantung pada
kerapatan).
Secara umum, aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:
1. Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.
2. Perubahan jumlah individu dalam populasi.
3. Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga
kestabilan jumlah individu dalam populasi.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam populasi.
(Ekologi Hewan FKIP UISU, 2016).

K. TEORI DINAMIKA POPULASI

Populasi adalah sekelompok individu sejenis yang terdapat di suatu daerah tertentu.
Kepadatan populasi di suatu daerah yang meningkat sedemikian rupa sehingga kebutuhan
populasi akan bahan makanan, tempat tinggal dan kebutuhan lain di luar kemampuan dalam

25
lingkungan untuk menyediakannya, timbullah persaingan yang dapat menimbulkan 2 akibat,
yaitu:

a. Dalam jangka waktu yang singkat menimbulkan akibat ekologi berupa kelahiran,
kelangsungan hidup, dan pertumbuhan populasi menjadi tertekan serta perpindahan
(emigrasi) populasi yang meningkat.

b. Dalam jangka waktu yang panjang menimbulkan akibat evolusi.

Teori mengenai dinamika menjelaskan faktor-faktor yang terlibat dalam perubahan


padat populasi suatu mahluk hidup. Hubungan antara faktor dan perubahan padat populasi
yang terjadi dapat dikaji melalui dua pendekatan:

1. Pendekatan faktor-proses bahwa faktor lingkungan tidak berpengaruh secara


langsung terhadap padat populasi melainkan terhadap berbagai proses populasi yang
menentukan padat populasi. Keuntungan dari pendekatan ini adalah dapat digunakan untuk
menjelaskan dinamika populasi yang kompleks menyangkut interaksi antar berbagai
komponen, termasuk waktu tunda serta umpan balik positif dan negatif. Kelemahannya
adalah tidak dapat diberikannya penjelasan sebab-akibat yang langsung berkaitan dengan
perubahan padat populasi yang terjadi.

2. Pendekatan faktor-akibat bahwa perubahan padat populasi merupakan akibat


dari perubahan faktor lingkungan. Kelebihan dari pendekatan ini adalah dapat diberikan
penjelasan sebab-akibat terhadap perubahan padat populasi yang terjadi. Kelemahannya
adalah menjadi sangat rumit jika hubungan sebab-akibat berlangsung beberapa tahap atau
bila hubungan sebab-akibat mengalami penundaan.

Dinamika suatu sistem populasi harus dilihat sebagai rangkaian dari sejumlah keadaan
(sequence of states). Keadaan harus dipandang sebagai abstraksi yang bermanfaat untuk
membantu memahami dinamika. Mengingat suatu sistem populasi terdiri atas komponen-
komponen maka suatu keadaan merupakan representasi dari kombinasi keadaan setiap
komponen populasi. Misalnya keadaan sistem interaksi predator-mangsa ditentukan oleh
keadaan padat populasi mangsa dan keadaan padat populasi predator. Dengan demikian,
keadaan suatu sistem populasi dapat digambarkan dalam ruang dua dimensi dengan koordinat
yang terdiri atas keadaan komponen sistem populasi yang bersangkutan. Gambaran mengenai
keadaan suatu sistem populasi yang dikaitkan dengan keadaan komponen-komponennya
sebagai koordinat disebut ruang fase (phase space).

26
Komponen suatu sistem populasi disebut faktor bila mempengaruhi dinamika sistem.
Dalam hal ini, keadaan dari komponen yang bersangkutan menjadi nilai faktor. Contoh faktor
adalah padat populasi, kelas umur, musuh alami, keadaan iklim, dan sebagainya. Setiap
perubahan yang teramati dalam sistem populasi disebut kejadian (event). Serangkaian
kejadian yang identik menghasilkan suatu proses. Laju proses diukur sebagai banyaknya
kejadian yang teramati setiap selang waktu tertentu. Laju proses spesifik merupakan ukuran
banyaknya kejadian yang teramati per individu setiap selang waktu tertentu. Contoh proses
adalah kelahiran, kematian, pertumbuhan populasi, pemencaran, konsumsi sumberdaya, dan
sebagainya. Dalam dinamika populasi, faktor mempengaruhi laju proses dan pada gilirannya
laju proses mempengaruhi nilai faktor. Hubungan antara faktor dan proses dalam sistem
populasi tidak merupakan hubungan yang berkorespondensi satu-satu. Misalnya, padat
populasi sebagai faktor mempengaruhi proses reproduksi, pemencaran, dan mortalitas karena
kompetisi. Sebaliknya, proses reproduksi mempengaruhi padat populasi dan struktur umur.

Pada dekade 1950-1960-an terjadi perdebatan antara dua kelompok ekologiwan


populasi tanpa menghasilkan suatu titik temu karena masing-masing memang menggunakan
pendekatan yang berbeda. Kedua kelompok dimaksud adalah kelompok Nicholson yang
menggunakan pendekatan faktor-proses dan kelompok Andrewartha dan Birch yang
menggunakan pendekatan faktor-akibat. Pada saat ini, kedua pendekatan tersebut bersama-
sama dengan pendekatan yang menggabungkan faktor-proses dan faktor-akibat telah menjadi
teori dinamika populasi yang oleh Clark et al. (1967) dipilahkan menjadi empat kelompok
sebagai berikut:

1. Kelompok teori yang menyatakan bahwa faktor tergantung kepadatan (density


dependent) memegang peranan kunci dalam menentukan perkembangan populasi melalui
mekanisme stabilisai (regulasi). Kelompok ini diwakili oleh Teori Nicholson.

2. Kelompok teori yang menyatakan bahwa bahwa faktor tergantung kepadatan


memegang peranan yang tidak penting atau bahkan tidak berperanan sama sekali dalam
menentukan perkembangan populasi. Kelompok ini diwakili oleh Teori Andrewartha dan
Birch.

3. Kelompok teori yang merupakan jalan tengah antara antara peranan faktor
tergantung kepadatan dan faktor lingkungan. Kelompok ini diwakili oleh Teori Milne.

27
4. Kelompok teori yang menekankan peranan faktor genetik dalam menentukan
perkembangan populasi. Kelompok ini diwakili oleh Teori Pimentel.

Pemikiran mengenai dinamika populasi sebenarnya diawali oleh L.O. Howard dan
W.F. Fiske pada 1911 dengan mengemukakan gagasan mengenai pengaturan populasi melalui
hubungan fungsional. Mereka mengajukan konsep faktor mortalitas katastrofik (catastrophic
mortality factor) dan faktor mortalitas fakultatif (facultative mortality factor) sebagai faktor
dalam pengaturan populasi:

1. Faktor mortalitas katastrofik adalah faktor yang dapat membinasikan suatu


bagian dari individu-individu populasi dengan besar bagian yang konstan, tanpa tergantung
pada padat populasi. Misalnya pada padat populasi 100 puru Procecidochares connexa/ha,
puru yang mati karena kekeringan mencapai 50% (50 puru) dan pada padat populasi 1000
puru P. connexa/ha puru yang mati tetap 50% (500 puru).

2. Faktor mortalitas fakultatif adalah faktor yang membinasakan suatu bagian dari
individu-individu populasi dengan besar bagian yang tidak konstan, melainkan tergantung
pada padat populasi. Misalnya pada populasi Chromolaena odorata 500 individu/ha, individu
berpuru mencapai 10%, sedangkan pada padat populasi C. odorata 1000 individu/ha, individu
berpuru mungkin lebih dari 10%, misalnya 20%.

Pada tahun 1935, H.S. Smith menggunakan istilah faktor tidak tergantung kepadatan
(density-independent factor) untuk menggantikan istilah faktor mortalitas katastrofik dan
faktor tergantung kepadatan kepadatan (density-dependent factor) untuk mengganti istilah
faktor mortalitas fakultatif:

1. Faktor tidak tergantung kepadatan adalah faktor mortalitas yang merupakan


fungsi dari komponen lingkungan yang tidak hidup (abiotik),

2. Faktor tergantung kepadatan adalah faktor mortalitas yang merupakan fungsi


dari komponen lingkungan yang hidup (biotik). Faktor tergantung kepadatan dibedakan
menjadi:

a. Faktor tergantung kepadatan timbal balik (reciprocal density dependent factor)


bila perubahan padat populasi yang dipengaruhi berbalik mempengaruhi padat populasi
faktor biotik yang mempengaruhi populasi. Misalnya, penurunan padat populasi Heteropsylla

28
cubana yang menyerang lamtoro karena predasi oleh Curinus coreuleus menyebabkan padat
populasi C. coreuleus menurun.

b. Faktor tergantung kepadatan tidak timbal balik (non-reciprocal density


dependent factor) bila perubahan padat populasi yang dipengaruhi tidak berbalik
mempengaruhi padat populasi faktor biotik yang mempengaruhi populasi. Misalnya. tabuhan
parasitoid soliter yang berkompetisi untuk mendapat lubang tempat bersarang yang terbatas.

Teori Nicholson

Nicholson mula-mula merumuskan teorinya secara deduktif murni sebagaimana


dipublikasikannya pada 1927 dan 1933, dan baru setelah Perang Dunia II melengkapinya
dengan bukti-bukti empirik sebagaimana dipublikasikannya pada 1954, 1957, dan 1958.
Dalam membangun teorinya, Nicholson menggunakan istilah kebutuhan (requisities) untuk
mengacu kepada faktor lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mahluk hidup. Hubungan fungsional yang terjadi antara kebutuhan dan
padat populasi disebutnya faktor kepadatan (density factor). Faktor kepadatan dibaginya
menjadi beberapa kelompok, tetapi dua kelompok yang penting adalah:

1. Faktor pengatur-kepadatan (density-legislative factors), yaitu faktor yang


pengaruhnya terhadap populasi tidak dipengaruhi oleh padat populasi. Pengaruh faktor ini
tidak mengarah kepada stabilisasi populasi.

2. Faktor pengendali-kepadatan (density-governing factors), yaitu faktor yang


pengaruhnya terhadap populasi dipengaruhi oleh padat populasi. Pengaruh faktor ini akan
semakin terasa bila padat populasi bertambah dan akan melonggar bila padat populasi
berkurang sehingga mengarah kepada stabilisasi populasi, baik secara seketika maupun
setelah senjang waktu tertentu.

Nicholson menolak menggunakan istilah faktor tidak tergantung kepadatan (density


independent factors) dan faktor tergantung kepadatan (density-dependent factors) yang telah
digunakan sebelumnya karena menurutnya suatu faktor tidak tergantung kepadatan dapat
menjadi tergantung kepadatan atau sebaliknya dalam situasi yang berbeda. Menurut
Nicholson, populasi merupakan suatu sistem yang dapat mengatur dirinya sendiri melalui
kompetisi intraspesifik, baik antar individu mahluk hidup yang bersangkutan maupun antar

29
individu musuh alaminya, untuk memperoleh kebutuhan yang berada dalam keadaan kritis.
Pengaturan dengan mekanisme kompetisi intraspesifik tersebut memungkinkan populasi
berada dalam keadaan keseimbangan dalam lingkungannya melalui penyesuaian padat
populasi pada keseusian umum dengan kondisi lingkungan yang paling menonjol (in general
conformity with prevailing conditions). Keseimbangan populasi tidak bersifat statik,
melainkan berosilasi di sekitar padat populasi keseimbangan (equilibrium density) yang
senantiasa berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Pengaruh faktor pengatur-kepadatan
dapat menentukan perkembangan populasi, tetapi faktor tersebut harus dapat memodifikasi
sifat individu populasi yang bersangkutan atau sifat individu populasi musuh alaminya
sehingga pada akhirnya pengaruh yang bekerja adalah pengaruh faktor pengendali kepadatan
(kompetisi intraspesifik). Faktor pengatur-kepadatan yang bersifat destruktif sekalipun tidak
akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi sebab pengaruh yang bersifat destruktif
akan diredistribusi melalui pengurangan kompetisi intraspesifik.

Teori Nicholson banyak digunakan dalam buku-buku teks mengenai pengelolaan


hama terpadu. Jika populasi hama meningkat maka individu yang dipredasi atau diparasitasi
akan meningkat. Pada saat padat populasi hama meningkat, kompetisi intraspesifik antar
individu hama menjadi semakin ketat dan seiring dengan itu, individu hama yang dipredasi
atau diparasitasi musuh alami juga meningkat. Akibatnya, padat populasi hama akan
berkurang. Pada saat padat populasi hama berkurang, kompetisi intraspesifik antar individu
musuh alami akan meningkat sehingga padat populasi musuh alami berkurang. Berkurangnya
padat populasi hama akan diikuti dengan pengurangan kompetisi intraspesifik antar individu
hama sehingga padat populasi hama akan meningkat kembali. Peningkatan padat populasi
hama akan menyebabkan kompetisi intraspesifik antar individu musuh alami yang padat
populasinya menurun menjadi berkurang sehingga padat populasi musuh alami meingkat
kembali. Jika memang demikian adanya maka pengendalian alami menjadi pengendalian
hama yang selalu berhasil, padahal dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Terlepas dari
berbagai kritik yang diberikan terhadapnya, konsep padat populasi keseimbangan dari teori
Nicholson digunakan dalam mengembangkan konsep ambang ekonomi sebagaimana yang
juga dikenal dalam pengendalian hama terpadu.

Teori Andrewartha dan Birch

30
Teori Andrewartha dan Birch dikembangkan sebagai hasil interpretasi terhadap
perkembangan populasi belalang kembara Austroicetes cruciata dan thrips bunga apel Thrips
imaginis. Dari pengamatan terhadap perkembangan populasi kedua hama tersebut ternyata
bahwa dalam banyak kasus, padat populasi ditentukan tanpa harus beroperasinya mekanisme
stabilisasi dan dalam kasus lainnya peranan mekanisme stabilisasi sangat kecil sehingga
menjadi tidak penting dan jika mekanisme stabilisasi memang terjadi, hal itu terkait lebih
kepada keterbatasan sumberdaya belaka daripada hubungan timbal balik padat populasi-
sumberdaya maupun kompetisi intraspesifik. Menurut teori Andrewartha dan Birch,
perkembangan populasi dalam ekosistem alami dibatasi melalui tiga cara:

1. Keterbatasan sumberdaya material seperti makanan, tempat bersarang, dsb.

2. Ketidakterjangkauan sumberdaya material (material-resources inaccessability) relatif


terhadap kemampuan individu melakukan pemencaran dan pencarian,

3. Keterbatasan waktu bila laju pertumbuhan intrinsik populasi (r) adalah positif.

Di antara ketiga cara tersebut, cara ketiga adalah yang paling penting dan cara
pertama yang kurang penting. Berkaitan dengan cara ketiga, fluktuasi r dapat disebabkan oleh
cuaca, predator, atau faktor lingkungan lain manapun yang dapat berpengaruh terhadap r.

Laju pertumbuhan intrinsik populasi r merupakan laju pertumbuhan per individu per satuan
waktu. Sebagaimana akan diuraikan pada Bagian 3 mengenai model perkembangan populasi,
r merupakan parameter model perkembangan populasi deterministik yang diturunkan dengan
disertai sejumlah asumsi. Teori Andrewartha dan Birch dikritik terutama karena sangat
mengabaikan peranan proses terkait kepadatan, padahal dalam kenyataannya, memang ada
faktor terkait kepadatan yang mempunyai pengaruh pengurangan yang meningkat seiring
dengan bertambahnya padat populasi.

Teori Milne

Milne, melalui publikasinya pada 1957 dan 1962, mengemukakan pandangannya


mengenai apa yang disebutnya pengendalian alami populasi serangga yang diakuinya
diilhami oleh tiga sumber, yaitu gagasan Thomson, Andrewartha dan Birch, dan Nicholson.
Milne mengritik gagasan Thomson sebagai kurang tuntas sebab mengabaikan peranan proses
terkait kepadatan dalam penentuan perkembangan padat populasi. Teori Andrewartha dan
Birch dikritiknya sebagai suatu truisme, yang juga diberikannya kepada gagasan Thomson

31
karena keduanya dianggapnya sama. Kritik yang diberikannya kepada Nicholsom adalah
karena terlalu melebih-lebihkan peranan kompetisi intraspesifik di alam. Milne merumuskan
teorinya dengan menyatakan bahwa peningkatan padat populasi dikendalikan oleh perpaduan
pengaruh faktor tidak tergantung kepadatan dan pengaruh faktor tergantung kepadatan tidak
sempurna (imperfectly density dependent factors). Pada kasus yang jarang dalam hal
pengaruh terpadu tersebut gagal, peningkatan padat populasi menuju taraf bunuh diri kolektif
dapat dicegah melalui kompetisi antar individu populasi. Penurunan padat populasi sampai
nol dicegah hanya oleh faktor tidak tergantung kepadatan karena, tanpa bekerjanya faktor ini
pada waktu yang tepat untuk meningkatkan daripada menurunkan padat populasi, individu
yang tersisa dari pengaruh faktor tergantung kepadatan tidak sempurna akan musnah.

Menurut teori Milne, agar populasi mampu bertahan, padat populasi tertingginya
harus senantiasa di bawah taraf yang menyebabkan bunuh diri kolektif dan padat populasi
terendah harus senantiasa di atas nol. Kemampuan populasi untuk bertahan, menurut terori
Nicholson menunjukkan keseimbangan antara populasi dan lingkungannya, tetapi menurut
teori Milne menunjukkan pengendalian oleh lingkungan. Milne mengemukakan konsep
mengenai:

1. Kapasitas tertinggi yang dimiliki suatu tempat untuk suatu spesies (ultimate capacity of
a place for a species) yang didefinisikannya sebagai jumlah individu maksimum yang dapat
ditampung suatu tempat tanpa menyebabkan tempat tersebut tidak dapat dihuni karena karena
penggunaan habis atau perusakan sumberdaya secara berlebihan

2. Kapasitas lingkungan suatu tempat untuk suatu spesies (environmental capacity of a


place for a species) sebagai jumlah maksimum individu yang dapat disediakan kebutuhannya
di tempat tersebut secara wajar. Kapasitas lingkungan tidak dapat melebihi kapasitas
tertinggi, tetapi dapat menyamainya, meskipun jarang terjadi.

Di dalam teori Milne dikenal tiga faktor lingkungan, yaitu faktor bebas kepadatan,
faktor tidak bebas kepadatan tidak sempurna, dan faktor tidak bebas kepadatan sempurna.
Faktor bebas kepadatan terdiri atas keadaan lingkungan terutama cuaca dan tindakan spesies
lain seperti halnya penjejakan, perumputan, atau predasi dan parasitasi. Faktor tidak bebas
kepadatan tidak sempurna meliputi tindakan yang ditimbulkan oleh spesies lain dan tindakan
predator, parasitoid, dan patogen pada umumnya dalam bersaing memperoleh sumberdaya
yang sama (kompetisi interspesifik). Faktor tidak bebas kepadatan sempurna mencakup
persaingan memperoleh makanan antar individu populasi yang bersangkutan (kompetisi

32
intraspesifik). Menurut teori Milne, musuh alami secara sendirian tidak mampu
mengendalikan peningkatan padat populasi hama. Namun dalam kenyataanya, terdapat kasus
pengendalian hayati yang menunjukkan bahwa musuh alami dapat mengendalikan hama yang
melibatkan interaksi stabilisasi padat populasi.

Teori Pimentel

Menurut teori Pimentel, mekanisme umpan balik genetik (genetic feed-back


mechanism) mengendalikan populasi herbivor, predator, dan parasit melalui tekanan
kepadatan, tekanan selektif, dan perubahan genetik dari populasi yang berinteraksi. Dalam
sistem herbivor-tumbuhan, kepadatan herbivor mempengaruhi tekanan selektif terhadap
tumbuhan, seleksi yang terjadi selanjutnya mempengaruhi komposisi genetik tumbuhan, dan
komposisi genetik tumbuhan akhirnya berbalik mempengaruhi kepadatan herbivor. Aksi dan
reaksi dari populasi yang berinteraksi dalam rantai makanan yang berulang melalui
mekanisme umpan balik genetik akan mengakibatkan terjadinya evolusi dan pengendalian
populasi. Namun mekanisme umpan balik bukanlah satu-satunya mekanisme pengendalian
populasi dan mekanisme ini juga bukannya bebas dari gagasan kompetisi dan keacakan
lingkungan, melainkan ketiganya saling tergantung satu sama lain. Setelah introduksi suatu
spesies baru ke suatu ekosistem, akan terjadi evolusi pengaturan dari kondisi kompetisi
maupun keacakan lingkungan ke mekanisme umpan balik, dalam arti bahwa sebelum
perubahan yang memadai terjadi pada populasi pemakan dan populasi yang dimakan maka,
pengaturan populasi terjadi terutama melalui kompetisi dan keacakan lingkungan. Gagasan
kompetisi yang dimaksud dalam teori Pimentel adalah gagasan dalam kelompok teori
Nicholson, sedangkan gagasan keacakan lingkungan adalah gagasan dalam kelompok teori
Andrewartha dan Birch (http://rijal-muharram.blogspot.co.id/2012/03/ekosistem-dan-
komponen-komponennya.html)

33
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dinamika populasi adalah pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan populasi


organisme. Populasi adalah individu-individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara
sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok.

Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai
oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri
uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan
lainnya

Ukuran populasi menyatakan banyaknya individu anggota populasi di suatu daerah


tertentu. Jika daerah penyebaran populasi luas sehingga pengukuran populasi secara
menyeluruh sulit di lakukan, besarnya ukuran populasi yang di gunakan adalah kepadatan
populasi, yang menyatakan individu persatuan luas tertentu. Ukuran dan kepadatan populasi
dapat di ukur dengan metode sensus, sampling atau pengukuran nisbi.

Populasi dapat tumbuh cepat atau lambat. Kecepatan pertumbuhan populasi di tentukan
dengan perbedaan angka kelahiran dan angka kematian. Kecepatan pertumbuhan populasi itu
di pengaruhi oleh jumlah kematian sebelum mencapai umur reproduktif, dan ketahanan hidup
pada umur tertentu.

34

Вам также может понравиться