Вы находитесь на странице: 1из 3

A.

DEFINISI
B. ANATOMI
C. EPIDEMIOLOGI
D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Penyebab primer terjadinya kanker masih sulit untuk diketahui. Pada tahun

1775 Persival Pott, seorang ahli bedah dari Inggris menemukan bahwa kanker

scrotum banyak dijumpai pada pekerja yang menggunakan cerobong asap. Setelah

dipelajari hidrocarbon yang diisolasi dari batubara merupakan Carcionogenic agent

(Pasaribu, 2006).
Penyebab pasti dari kanker paru juga masih belum diketahui, namun paparan

suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama. Disamping

terdapat faktor lain seperti kekebalan tubuh dan genetik (Pasaribu, 2006). Beberapa

faktor risiko penyebabnya antara lain :


1. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko utama kanker paru yang menyebabkan terjadi

lebih dari 20% kematian akibat kanker dan sekitar 70% kematian akibat kanker

paru.
2. Perokok Pasif
Beberapa penelitian telah menjunjukan bahwa pada orang-orang yang tidak

merokok, tetapi menghirup asap rokok dari orang lain memiliki risiko dua kali

lebih besar menderita kanker paru (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan

Informasi Kesehatan, 2015).


3. Polusi Udara
Pengaruh dari polusi udara lebih kecil bila dibandingkan dengan merokok.

Tempat dengan pertumbuhan populasi cukup tinggi memiliki risiko dengan

polusi udara yang cukup besar. Kadar tingkat karsinogen di udara diperkirakan

mencapai 3,4 benzpiren.


4. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (yang juga ditemukan

pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren. Mereka yang tinggal di kota mempunyai

angka kanker paru yang lebih tinggi daripada mereka yang tinggal di desa.
5. Paparan Zat Karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,

nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.

Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh

kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat

kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga

merokok.
6. Diet
Rendahnya konsumsi betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan

risiko terjadinya kanker paru.


7. Faktor Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi gen yang berperan dalam kanker paru.

E. PATOFISIOLOGI
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis kanker paru terlihat sangat khas seperti gejala batuk, sesak nafas,

atau nyeri dada (gangguan respirasi) yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang

dan tidak kunjung sembuh dengan pemberian pengobatan biasa. Gejala ini harus

ditindaklanjuti untuk prosedur diagnosis kanker paru. Batuk merupakan gejala yang

sering dialami (60-70%) pada kanker paru (Komite Nasional Penanggulangan Kanker,

2015). Gejala lain dengan pertumbuhan regional seperti :


1. Efusi pleura merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan cairan diantara dua

lapisan pleura.
2. Efusi perikard merupakan akumulasi cairan yang berlebihan di sekitar jantung.
3. Syndrome vena kava superior merupakan gangguan kompresi atau obstruksi

aliran darah yang melalui vena cava superior baik parsial ataupun total.
4. Disfagia merupakan gangguan pada esofagus dimana terdapat gangguan untuk

fungsi menelan.
5. Pancoast syndrome merupakan kumpulan gejala kanker paru yang tumbuh di

sulcus superior, yang menyebabkan invasi plexus brachial sehigga menyebabkan

nyeri pada lengan


6. Paralysis Diafragma merupakan kegagalan total diafragma melakukan gerakan

kontraksi dan relaksasi. Dan menimbulkan sesak nafas, penurunan kemampuan


latihan, gangguan nafas saat tidur, hipersomia (masalah kantuk yang berlebihan),

penurunan kualitas hidup, atelektasis, dan gagal nafas.

Gangguan keluhan seperti suara serak menandakan telah terjadi kelumpuhan

saraf atau gangguan pada pita suara. Gejala sistemik juga menyertai seperti penurunan

berat badan dalam jangka waktu yang singkat, nafsu makan menurun, dan demam

yang hilang timbul. Gejala yang berkaitan dengan gangguan neurologis seperti sakit

kepala dan parase atau kelemahan (Komite Nasional Penanggulangan Kanker, 2015).

Terdapat juga gangguan gejala lain seperti gejala paraneoplasik, nyeri

muskuloskeletal, hematologi, vaskuler, dan neurologi.

Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan. (2015). Stop Kanker.

Infodatin-Kanker, hal 3. Retrieved from http://www.depkes.go.id

Komite Nasional Penanggulangan Kanker. (2015). Kanker Paru. Pedoman Nasional

Pelayanan Kedokteran Kanker Paru. Retrieved from

http://klikpdpi.com/konsensus/konsensus-kankerparu/kankerparu.pdf

Pasaribu, E. T. (2006). Epidemiologi dan Etiologi Kanker. Majalah Kedokteran Nusantara,

39(3), 266269.

Вам также может понравиться