Вы находитесь на странице: 1из 7

Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

a) Keluhan utama: demam


Data subyektif
1) Lemah
2) Panas atau demam
3) Sakit kepala
4) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
5) Nyeri ulu hati
6) Nyeri pada otot dan sendi
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
8) Konstipasi (sembelit)
Data obyektif :
1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan
2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis
4) Hiperemia pada tenggorokan
5) Nyeri tekan pada epigastrik
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal
d) Riwayat kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah, pada ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Demam
disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.

2) Riwayat Penyakit Dahulu


Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF lagi,
Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita
dahulu
3) Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit DHF
Bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang menderita penyakit
ini kemungkinan tertular itu besar
4) Riwayat lingkungan
Tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang kurang
pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas dan ban bekas
5) 11 pola pengkajian Gordon:
a) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan Menggambarkan informasi atau
riwayat pasien mengenai status kesehatan dan praktek pencegahan penyakit,
keamanan/proteksi, tumbuh kembang, riwayat sakit yang lalu, perubahan status
kesehatan dalam kurun waktu tertentu
b) Nutrisi-Metabolik Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai
konsumsi makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan
suplemen, vitamin makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas diperut,
lapar dan haus berlebihan.
c) Eliminasi Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola
BAB, BAK frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
d) Aktivitas-Latihan meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan,
keseimbangan energy, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan
dirumah, atau tempat sakit.
e) Istirahat tidur Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi
periode istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur,
masalah yang dirasakan saat tidur
f) Kognitif- perceptual Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori,
kenyamanan dan nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah
dengan pengecap dan pembau, sensasi perabaan, baal, kesemutan
g) Konsep diri-persepsi diri Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga
dan peran social, kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran
h) Seksual reproduksi Meliputi informasi tentang fokus pasutri terhadap kepuasan
atau ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual
i) Koping toleransi stress Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk
mengatasi atau koping terhadap stress
j) Nilai kepercayaan Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan
kepercayaan berhubungan dengan pilihan membuat keputusan kepercayaan
spiritual.
k) Pemeriksaan fisik
a) Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan
dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b) Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade
IV dapat trjadi DSS
c) Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,
pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan
tekanan darah tak dapat diukur.
d) Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan,
mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f) Sistem Integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit.
l) Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
a) IgG dengue positif
b) Trombositopenia
c) Hemoglobin meningkat > 20 %
d) Trombosit < 100.000/ l
e) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
f) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan
limfosit, monosit, dan basofil
1) SGOT/SGPT mungkin meningkat
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
3) Waktu perdarahan memanjang
4) Asidosis metabolik
5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal mrs, tanggal
pengkajian, ruangan, diagnosa medis no. rekam medik)
b. Identitas penanggung jawab (nama orang tua, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
umur)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Pasien dengan DBD biasanya datang dengan keluhan panas tinggi dengan keluhan
yang menyertai demam, anoreksia, mual-muntah, perdarahan terutama perdarahan
dibawah kulit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji penyakit yang pernah diderita. Pada DBD biasanya pasien bisa
mengalami serangan ulang DBD dengan tipe virus yang lain
- Kaji riwayat kehamilan/persalinan (prenatal, natal, neonatal, posnatal, riwayat
tumbang, dan riwayat imunisasi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga pernah mengalami penyakit yang sama atau penyakit
lainnya.
d. Riwayat sosial
Kaji hubungan pasien dengan keluarganya
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien DBD biasanya berada dilingkungan yang kurang bersih dan padat
penduduknya.
f. Kebutuhan dasar
- Pola nafas : Frekuensi pernafasan meningkat
- Nutrisi : Pasien dengan DBD mengalami anoreksia, mual dan muntah
- Eliminasi : - Bak : Pada grade IV sering terjadi hemafuria
- Bab : Pada grade III-IV sering terjadi melena
- Istirahat dan tidur : Pada tidur pasien mengalami perubahan karena hipertermia dan
pengaruh lingkungan rumah sakit yang ribut
- Aktifitas : Pergerakan yang berhubungan dengan sikap aktifitas pasien terganggu
- Kebersihan dan kesehatan tubuh : Pemenuhan kebersihan dan kesehatan tubuh pasien
dibantu.
g. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : - Grade I : Compos mentis
- Grade II : Compos mentis
- Grade III : Apatis
- Grade IV : Koma.
- TTV : TD : Menurun
RR : Meningkat
N : Menurun
SB : Meningkat
- Wajah : Ekspresi wajah meringis
- Kulit : Adanya petekia, turgor kulit menurun
- Kepala : Terasa nyeri
- Mata : Anemis
- Hidung : Kadang mengalami perdarahan
- Mulut : Mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri tekan
- Dada : Bentuk simetis dan kadang-kadang sesak, ronchi.
- Abdomen : Nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
- Ekstremitas : Akral dingin, sering terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.

Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung pada daya
tahan manusia.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang
biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi
bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi .
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan
karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena.Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus
dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal
jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan. Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan
dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa
perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakologis
yang bekerja singkat. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan
berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system
kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin
disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah.
Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktivasi system koagulasi. Terjadinya trombositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen)
merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya
megakariosit muda dalam sum-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit
menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop
membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem
retikuloendotelial. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan
hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.

Вам также может понравиться