Вы находитесь на странице: 1из 8

ISSN: 1979-9292

JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611


Research of Applied Science and Education V9.i1 (20-27)

TERAPI OKUPASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK AUTISME

Evi Hasnita*, Tri Riska Hidayati


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock
*
Email: evi.hasnita@yahoo.com

Submitted: 23-07-2015, Reviewed: 23-07-2015, Accepted: 26-11-2015


http://dx.doi.org/10.22216/jit.2015.v9i1.25

Abstract
This study aims to determine the effectiveness of occupational therapy on the development of fine motor
skills in children with autism in Al-Ikhlas Special Childrens School (SCS) for Autism Bukittinggi
2014.This research was conducted by observation in SCS for Autism Al-Ikhlas from November 2014 until
December 2014. The design of this research was an experimental research using One Group Pretest Post
Test Design. The sample was taken by using total sampling technique with the total sample of 13 people.
The result of this research showed the average of stimulation in childs development before the
intervention, was 3.62 (doubtful) and after the intervention, the average of childs development turned
into 7.85 (appropriate stage of development) with the analysis of Ho was rejected in which p value = 0.00
(<0.05). It means the occupational therapy is effective toward the development of fine motor skills in
children with autism in SCS for Autism Al-Ikhlas Bukittinggi 2014. Based on this research, it can be
concluded that occupational therapy is effective toward the development of fine motor skills in children
with autism. It is expected to the autism school personnel to be able to routinely carry out occupational
therapy as an intervention treatment for fine motor skills development of children with autism.
Keywords: Occupational Therapy, Fine Motor Skills, Children with Autism

Abstrak
Anak autis diartikan sebagai gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya abnormalitas
dan kelainan yang muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Hampir semua anak autisme mempunyai
keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
terapi okupasi terhadap perkembangan motorik halus anak dengan autisme di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Khusus Autis Al-Ikhlas Bukittinggi tahun 2014. Menggunakan rancangan penelitian eksperimen dengan
menggunakan One Group Pretest Post Test Design, dengan cara total sampling dan jumlah sampel 13
orang. Hasil penelitian didapatkan sebelum intervensi yaitu mean 3,62 (diragukan) dan setelah intervensi
menjadi mean 7,85 (sesuai tahap perkembangan) dimana p value = 0.00 (<0.05). Dapat disimpulkan
bahwa terapi okupasi efektif terhadap perkembangan motorik halus anak dengan autisme dan kepada
pihak petugas sekolah autis agar dapat secara rutin melaksanakan terapi okupasi sebagai salah satu
intervensi keperawatan terhadap perkembangan motorik halus anak dengan autisme. Diharapkan dengan
adanya penelitian ini, terapi yang telah diteliti dapat berguna dalam memberikan intervensi khususnya
anak yang mengalami gangguan motorik halus agar bisa lebih mandiri.
Kata kunci: Terapi Okupasi, Motorik Halus, Anak Autisme

PENDAHULUAN orang tua mengharapkan memiliki anak


Anak merupakan sebuah karunia yang sehat, membanggakan, dan sempurna, akan
besar bagi orang tuanya. Keberadaannya tetapi terkadang kenyataan yang terjadi tidak
diharapkan dan ditunggu-tunggu serta sesuai dengan keinginan. Sebagian orang tua
disambut dengan penuh bahagia. Semua mendapatkan anak yang diinginkannya dan

KOPERTIS WILAYAH X 20
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (20-27)

sebagian lagi tidak. Beberapa diantaranya Anak autisme dapat mencapai


memiliki anak dengan kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan yang optimal jika didukung
khusus, seperti mengalami autisme dengan penanganan yang baik. Penanganan
(Hasdianah 2013, p.57) yang baik ini membutuhkan keterbukaan
Autisme merupakan suatu kumpulan dari orang tua untuk mengkomunikasikan
sindrom akibat kerusakan saraf. Penyakit ini kondisi anak mereka secara jujur pada
mengganggu perkembangan anak. dokter jiwa, dokter anak, psikolog, guru di
Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala sekolah, termasuk saudara-saudara didalam
yang tampak, ditunjukkan dengan adanya keluarga besar (Triyosni, 2013)
penyimpangan perkembangan (Danuatmaja Gangguan autisme mengakibatkan anak-
2003, p.2) anak dengan gangguan Autism Spectrum
Jumlah anak yang terkena autis semakin Disorder (ASD) ini tertinggal dengan anak-
meningkat pesat di berbagai belahan dunia. anak yang lain dalam memahami dan
UNESCO (2011) melaporkan, tercatat 35 menerima stimulasi atau materi yang
juta orang penyandang autisme diseluruh diberikan oleh guru di sekolah, ini
dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1.000 orang diakibatkan oleh ketidakmampuan anak-
di dunia mengidap autisme. Penelitian anak dengan gangguan ASD ini dalam
Center for Disease Control (CDC) di memusatkan perhatian dan memfokuskan
Amerika (2008), menyatakan bahwa konsentrasi terhadap stimulasi yang
perbandingan autisme pada anak umur 8 diberikan, padahal perhatian dan konsentrasi
tahun yang terdiagnosa dengan autisme adalah suatu hal yang sangat penting dalam
adalah 1:80. Di Asia, penelitian Hongkong proses penyimpanan informasi kedalam
Study (2008) melaporkan tingkat kejadian ingatan jangka panjang (Sabri, 2006)
Autisme dengan prevalensi 1,68 per 1.000 Berbagai jenis terapi telah dikembangkan
untuk anak di bawah 15 tahun (Sirrait, 2013) untuk mengembangkan kemampuan anak
Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta autisme agar tetap hidup mendekati normal
lebih, diperkirakan jumlah anak autisme seperti medikamentosa, terapi perilaku,
mencapai 150-200 ribu orang. Perbandingan terapi wicara, terapi okupasi. Tujuan terapi
antara laki-laki dan perempuan adalah 4:1, pada anak autisme adalah untuk mengurangi
namun anak perempuan yang terkena akan masalah perilaku serta meningkatkan
menunjukkan gejala yang lebih berat kemampuan belajar dan perkembangannya,
(Huzaemah 2010, p.3) terutama dalam penggunaan bahasa. Tujuan
Di Sumatera Barat sendiri sampai saat ini ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu
belum ada data resmi tentang penderita program terapi yang menyeluruh dan
autisme, dikarenakan kehadiran anak bersifat individual. Hal yang paling ditakuti
autisme tidak menetap tiap semester. Dari jika anak diterapi adalah ketidakmampuan
hasil penelusuran jumlah penyandang anak melakukan segala sesuatunya sendiri
autisme di sekolah luar biasa di website dari dengan kata lain anak: tidak akan bisa
8 sekolah yang menangani masalah autisme mandiri seperti makan, minum, toileting,
pada anak terdapat jumlah penderita autisme gosok gigi, dan kegiatan-kegiatan lain.
yang ditangani di sekolah tersebut berjumlah Bahkan literature mengatakan 75% anak
374 orang (Amelia 2012, p.1) autisme yang tidak tertangani, akhirnya
menjadi tunagrahita (Sabri, 2006)

KOPERTIS WILAYAH X 21
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (20-27)

Hampir semua anak autisme mempunyai autisme tersebut diberikan terapi. Dari
keterlambatan dalam perkembangan motorik sebelumnya belum bisa beradaptasi sampai
halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, bisa melakukan sesuatu dengan cukup baik.
mereka kesulitan untuk memegang pensil Salah satu terapi yang diberikan tersebut
dengan cara yang benar, kesulitan untuk adalah terapi okupasi, namun terapi ini tidak
memegang sendok dan menyuap makanan difokuskan untuk terapi okupasi saja.
ke mulutnya, dan lain sebagainya. Motorik Berdasarkan latar belakang diatas, maka
halus adalah kemampuan seseorang untuk peniliti tertarik untuk mengetahui efektifitas
melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil terapi okupasi terhadap perkembangan
yang ada di dalam tangan. Dalam hal ini motorik halus pada anak autisme di SLB
terapi okupasi sangat penting untuk melatih Khusus Autis Al-Ikhlas Bukittinggi tahun
mempergunakan otot-otot halusnya dengan 2014.
benar (Hasdianah 2013, p.150)
Terapi okupasi adalah terapi untuk METODE PENELITIAN
membantu seseorang menguasai Jenis penelitian yang digunakan adalah
keterampilan motorik halus dengan lebih quasi ekperimen, untuk mengetahui
baik. Terapi okupasi dilakukan untuk efektifitas terapi okupasi terhadap
membantu menguatkan, memperbaiki perkembangan motorik halus anak dengan
koordinasi dan keterampilan otot pada anak autisme di SLB Khusus Autis Al-Ikhlas
autisme dengan kata lain untuk melatih Bukittinggi tahun 2014. Dengan desain
motorik halus anak (Santoso, 2008) penelitian One Group Pretest Posttest yaitu
Berdasarkan observasi peneliti di SLB tidak ada kelompok pembanding (kontrol),
Khusus Autis Al-Ikhlas Bukittinggi, pada tetapi paling tidak sudah dilakukan
tanggal 18 Juni 2014, didapatkan siswa yang observasi pertama (pretest) yang
belajar di SLB tersebut semuanya berjumlah memungkinkan menguji perubahan-
100 orang. Dari wawancara yang peneliti perubahan yang terjadi setelah adanya
lakukan kepada beberapa orang tua siswa ekperimen (Notoatmodjo 2010, p.57)
autisme mengatakan belum mengerti betul
tentang terapi anak autisme, beberapa orang
tua tidak mengetahui tentang terapi okupasi HASIL DAN PEMBAHASAN
dan tindakan apa yang harus diberikan I.HASIL
kepada anak dengan autisme. A. Analisis Univariat
Dan menurut beberapa orang guru yang 1.Rata-rata Perkembangan Motorik Halus
mengajar di SLB Khusus Autis Al-Ikhlas Anak Autisme sebelum diberikan Terapi
Bukittinggi mengatakan bahwa anak-anak Okupasi di SLB Khusus Autis Al-Ikhlas
autisme disekolah tersebut telah diberikan Bukittinggi Tahun 2014.
berbagai bentuk terapi untuk meningkatkan
perkembangan memori anak. Banyak
pengaruh yang telah terjadi setelah anak

KOPERTIS WILAYAH X 22
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (20-27)

Tabel 1. Rata-rata Perkembangan Motorik Halus Anak Autisme sebelum diberikan Terapi
Okupasi di SLB Khusus Autis Al-Ikhlas Bukittinggi Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 2.Rata-rata Perkembangan Motorik Halus


diperoleh perkembangan motorik halus Anak Autisme setelah diberikan Terapi
sebelum dilakukan intervensi terapi okupasi Okupasi di SLB Khusus Autis Al-Ikhlas
pada 13 responden yaitu diperoleh mean = Bukittinggi Tahun 2014.
3,63 (diragukan) dan SD = 0,506. Skor
penilaian perkembangan motorik halus
berkisar antara skor 3 dan 4.

Tabel 2 Rata-rata Perkembangan Motorik Halus Anak Autisme setelah diberikan Terapi Okupasi
di SLB Khusus Autis Al-Ikhlas Bukittinggi Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 0,376. Skor penilaian perkembangan


diperoleh perkembangan motorik halus motorik halus berkisar antara skor 7 8
setelah dilakukan intervensi terapi okupasi (sesuai tahap perkembangan).
pada 13 responden yaitu diperoleh mean =
7,85 (sesuai tahap perkembangan) dan SD=

B. Analisis Bivariat
Tabel 3. Efektifitas Pemberian Terapi Okupasi Terhadap Perkembangan Motorik Halus di SLB
Khusus Autis Al-Ikhlas Bukittinggi Tahun 2014

PEMBAHASAN sama sekali terlatih motorik halusnya namun


Sebelum dilakukan intervensi Terapi ada juga yang sudah mengalami kemajuan
Okupasi ada anak yang memang belum pada motorik halusnya sebelum intervensi,

KOPERTIS WILAYAH X 23
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (20-27)

pada beberapa anak yang mengalami Sementara itu peneliti menganalisa


kemajuan pada saat sebelum dilakukan bahwa setelah dilakukan Terapi Okupasi
intervensi dapat disebabkan adanya peran terdapat peningkatan motorik halus anak
orangtua yang selalu memberikan terapi dengan Autisme adanya perkembangan
dirumah selain terapi okupasi seperti terapi kemampuan motorik halus pada anak
wicara , terapi multisensory. Menurut autisme, hal ini terlihat dari hasil observasi
analisa peneliti perkembangan motorik halus perlakuan ke-4 pada terapi okupasi
anak autis yang masih diragukan hal ini didapatkan sebagian besar responden
dapat dilihat hasil observasi berdasarkan (92,3%) melakukan semua terapi tanpa
skala perkembangan motorik didapatkan 10 bantuan baik terutama pada mengambar dan
orang (77%) berada diskala tidak normal merangkai benda-benda kecil. Hasil
dan hanya 3 orang (23%) yang masih intervensi yang lain juga menunjukkan
diragukan. Dari hasil observasi didapatkan perkembangan diantaranya anak tidak lagi
anak masih belum mampu melakukan meminta bantuan orangtua, guru maupun
kegiatan seperti menggambar +, terapis dalam melakukan kegiatan seperti
menggoyangkan ibu jari harus dengan menggambar +, menggoyangkan ibu jari
nyanyian, menggambar bentuk bagian tubuh tidak dengan nyanyian lagi walaupun ada
harus dengan nyanyian, dan menyebutkan beberapa masih di mulai dengan nyanyian,
beberapa anggota tubuh. Anak masih menggambar bentuk bagian tubuh tidak
memerlukan bantuan orangtua, guru maupun dengan nyanyian lagi, dan sudah bisa
terapis dalam melakukan hal tersebut. menyebutkan beberapa anggota tubuh
Kondisi ini dapat disebabkan gangguan melalui gambar. Anak sudah mampu
perkembangan fungsi otak yang mencakup mandiri, sesuai dengan tahap
bidang sosial dan afek, komunikasi verbal perkembangannya. Penelitian ini juga
(bahasa) dan nonverbal, imajinasi, pernah dilakukan oleh Fitriana (2014)
fleksibilitas, lingkup interest (minat), tentang Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap
kognisi dan atensi. Sehingga perlu proses Perkembangan Motorik Halus Anak Autis di
waktu untuk membentuk perkembangan SLB PGRI Plosoklaten Kediri, didapatkan
motorik halus tanpa adanya terapi yang rata-rata perkembangan motorik halus 42,67
efektif. sebelum diberikan terapi okupasi dan
Menurut Mona (2006) dalam The didapatkan rata-rata perkembangan motorik
American Journal of Occupational Therapy halus 68,2 setelah diberikan terapi okupasi
yang dilakukan pada anak autis di Amerika dan terapi yang lain diberikan ada efek yang
dengan menggunakan terapi okupasi postitif terhadap perkembangan motorik
bantuan binatang didapatkan belum ada halus pada anak autis di SLB PGRI
perkembangan motorik halus pada anak Plosoklaten.
autisme tanpa adanya intervensi terapi Berdasarkan penelitian yang telah
okupasi dengan melibatkan binatang. dilakukan bahwa penerapan terapi okupasi
Adanya keterlibatan binatang dalam terapi efektif terhadap perkembangan motorik
okupasi dapat memberikan kesempatan anak halus anak dengan autisme. Hal ini terlihat
untuk menginterpretasikan dan menanggapi dari hasil bobot point terapi okupasi dimana
setiap perubahan sosial dan binatang sebagai bobot point 10 (berhasil). Dari 13 anak
jembatan untuk mengintrepretasikannya yang dilakukan terapi okupasi selama 6 hari

KOPERTIS WILAYAH X 24
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (20-27)

didapat rata-rata anak dengan bobot point melatih keterampilan anak dengan suasana
10 (berhasil) ada 10 orang (76%) dan tidak yang menyenangkaan sambil mengajak anak
berhasil < 10 ada 3 orang (24%). Terapi 1 bermain sehingga membangkitkan minat
(mereaksi dan memanggil nama) rata-rata untuk berlatih. Terapi yang diberikan tidak
anak sudah mampu melakukan tanpa terlalu lama tapi sering dan terapis akan
bantuan pada hari ke 4 (92.3%) sebanyak 12 mengehentikannya jika anak tampak bosan.
anak, Terapi 2 (lat. Berjalan garis lurus) Pada beberapa anak yang tidak
rata-rata anak sudah mampu melakukan mengalami kemajuan pada saat dilakukan
tanpa bantuan pada hari ke 6 (84,6%) terapi anak dalam keadaan emosi sehingga
sebanyak 11 anak, Terapi 3 (membuat anak menarik diri. Salah satu tujuan terapi
bentuk sederhana) rata-rata anak sudah okupasi yaitu diversional dimana kegiatan
mampu melakukan tanpa bantuan pada hari ini untuk menyalurkan emosi dan kekesalan,
ke 6 (84,6%) sebanyak 11 anak, Terapi 4 sehingga walaupun anak marah pada situasi
(menyusun kubus) rata-rata anak sudah atau tekanan yang dihadapi, anak tidak akan
mampu melakukan tanpa bantuan pada hari menarik diri dan mudah tersinggung.
ke 5 (84,6%) sebanyak 11 anak, Terapi 5 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
(memungut benda kecil) rata-rata anak bahwa penerapan terapi okupasi efektif
sudah mampu melakukan tanpa bantuan terhadap peningkatan motorik halus anak
pada hari ke 5 (69,2%) sebanyak 9 anak, dengan autisme. Hal ini terlihat dari hasil
Terapi 6 (menggambar) rata-rata anak sudah penelitian bahwa terdapat peningkatan skor
mampu melakukan tanpa bantuan pada hari terapi okupasi dan skor motorik halus
ke 4 (84,6%) sebanyak 11 anak, Terapi 7 setelah diberikan intervensi. Terlihat
(merangkai benda kecil) rata-rata anak peningkatan perkembangan motorik halus
sudah mampu melakukan tanpa bantuan anak dari kebiasaan menoleh, saat dipanggil,
pada hari ke 5 (92,3%) sebanyak 12 anak. berjalan, menulis, menggambar, dan
Menurut Rene et al (2007) dalam menjawab pertanyaan. Jadi dapat
American Journal of Occupational Therapy disimpulkan bahwa pemberian terapi
menyatakan terapi okupasi merupakan salah okupasi efektif terhadap perkembangan
satu intervensi yang dirancang untuk motorik halus anak dengan autisme.
membantu perkembangan anak-anak cacat. Penelitian terkait juga pernah dilakukan
Banyak cara yang dilakukan diantaranya oleh oleh Rika Sabri, dkk (2006) tentang
bahasa tubuh dan interaksi sosial. Hasil pengaruh terapi autis terhadap kemajuan
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh anak autis di Sekolah Khusus Autisme di
terapi okupasi terhadap perkembangan anak- Kota Padang, didapatkan dari 27 anak yang
anak cacat terutama anak autis (p=0,003). melakukan terapi okupasi yang baik, ada 25
Menurut analisa peneliti kemampuan terapis anak (92,6%) yang mengalami kemajuan.
juga memegang peranan penting dalam Hal ini mungkin disebabkan oleh metode
mengoptimalkan terapi pada anak autisme. yang diterapkan oleh sekolah ini dimana
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak metode yang diterapkan sistematis dan
yang mengalami kemajuan ternyata lebih terstruktur. Hasil penelitian ini relevan
banyak dari golongan <5 tahun, sehingga hal dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
ini mungkin mempercepat kemajuan anak. dr. Mary Law (2006) tentang Autism
Pada saat terapi okupasi diberikan terapis Spectrum Disoders and Occupational

KOPERTIS WILAYAH X 25
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (20-27)

Therapy diketahui bahwa Occupational REFERENSI


Therapy berpengaruh terhadap peningkatan Adriana. 2011. Tumbuh Kembang dan
motorik anak dari pengukuran pertama Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
68,5% dan setelah diberikan intervensi Salemba Medika
berubah menjadi 82%. Budi, Santoso Tri. 2008. Terapi Okupasi
Terapi okupasi menggunakan aktifitas (Occupational Theraapy) pada Anak
okupasi anak untuk meningkatkan dengan Kebutuhan Khusus.
keterampilan yang diperlukan sebagai Konsultan pada Anak dengan
fondasi untuk mengembangkan Kebutuhan Khusus, diakses dari:
keterampilan yang diperlukan agar anak http://putrakembara.org/rm/OT_Budi
mampu mandiri. Beberapa keterampilan .pdf (8 Juli 2014)
yang perlu dikembangkan antara lain: Cyntia, Yolanda. 2013. Efektifitas Terapi
keterampilan regulasi dan control diri anak Bermain Terhadap Stimulasi
agar mampu berpartisipasi input sensori Perkembangan Anak Pra Sekolah Di
yang masuk, mengembangkan keterampilan PAUD Al-Azhar Kota Bukittinggi
motorik kasar dan halus serta koordinasi Tahun 2013. Jurusan SI Keperawatan
gerak, mengembangkan keterampilan STIKes Fort De Kock Bukittinggi
komunikasi dan interaksi sosial, Danuatmaja, Bonny. 2003. Terapi Anak
meningkatkan keterampilan kognitif dan Autis di Rumah. Jakarta: Puspa
persepsi, meningkatkan keterampilan bantu Swara
diri, dan mengembangkan konsep diri agar Dinkes Sumbar. 2006. Stimulasi, Deteksi,
anak bisa mengontrol dan memimpin dirinya dan Intervensi Tumbuh Kembang
sendiri Anak.
Dinkes Sumbar. 2007. Pedoman
SIMPULAN Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan
efektifitas terapi okupasi terhadap Dasar. Jakarta: Depkes RI
perkembangan motorik halus anak autis di Fitriana & wiwik. 2014. Terapi Okupasi
SLB Khusus Autis Al-Ikhlas Bukittinggi Dengan Teknik Kolase Terhadap
Tahun 2014. Sebelum diberikan terapi Kemampuan Motorik Halus Anak
okupasi rata-rata perkembangan motorik Autis Di SLB PGRI Plosoklaten
halus anak yaitu 3,62 (diragukan). Sesudah Kediri. Skripsi Universitas Negeri
diberikan terapi okupasi rata-rata Surabaya.
perkembangan motorik halus anak yaitu HR, Hasdianah. Autis pada anak
7,85 (sesuai tahap perkembangan). pencegahan, perawatan, dan
Didapatkan adanya efektifitas pemberian pengobatan. Yogyakarta: Nuha
terapi okupasi terhadap perkembangan Medika
motorik halus pada anak autis (p value= Huzaemah. 2010. Kenali Autisme Sejak
0.001) dengan taraf kesalahan () 0.05 di Dini. Jakarta: Pustaka Populer Obor
SLB Khusus Autis Al Ikhlas Bukittingi Jane Case-Smith,et al.2013. Systematic
Tahun 2014. Review of Interventions Used in
Occupational Therapy to Promote

KOPERTIS WILAYAH X 26
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (20-27)

Motor Performance for Children With Autism: A Case Report. The


Ages Birth5 Years. The American American Journal of Occupational
Journal of Occupational Therapy Therapy Journal Volume 66, Number
Journal Volume 67, Number 4. 5. Diunduh dari www.search.
Diunduh dari www.search. proquest.com
proquest.com Sabri, Rika et al. 2006. Pengaruh Terapi
Kosasih, E. 2010. Cara Bijak Memahami Autis Terhadap Kemajuan Anak
Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Autis Di Sekolah Khusus Autisme Di
Yrama Widya Kota Padang. Diakses dari:
Law, Mary. 2006. Autism Spectrum http://repository.unand.ac.id/1808/1/r
Disoders and Occupational Therapy. ika_sabri-BBI-20060rin.doc (10 Juli
Ottawa, Ontario. Diakses dari: 2014)
http//www.coat.ca/pdfs/Autism%20 Sirrait, Nikky. 2013. Anak Penderita Autis
Brief%20 Nov%2006.pdf (13 Juli Ada Di Sekeliling Kita. [Online],
2014) diakses dari:
Mona J. Sams, & Elizabeth V. Fortney, http://jaringnews.com/hidup-
2006. Occupational Therapy sehat/umum/38230/anak-penderita-
Incorporating Animals for Children autis-ada-di-sekeliling-kita (10 Juli
With Autism: A Pilot Investigation 2014)
The American Journal of Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang
Occupational Therapy Journal Anak. Jakarta: Buku Kedokteran
Volume 60, Number 4. Diunduh dari EGC
www.search. proquest.com Sulistyawati, Ari. 2014. Deteksi Tumbuh
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Kembang Anak. Jakarta: Salemba
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Medika
Rineka Cipta Sunu, Christopher. 2012. Panduan
Prasetyono, D.S. 2007. Serba-Serbi Anak Memecahkan Masalah Autisme
Autis. Yogyakarta: Kata Hati Unlocking Autism. Yogyakarta:
Renee L. Watling, Jean Dietz.2007. Lintang Terbit
Immediate Effect of Ayress Sensory Triyosni, Dewi. 2013. Pengaruh Terapi
IntegrationBased Occupational Music Klasik Terhadap Kemampuan
Therapy Intervention on Children Mengingat Anak Autis Di SLB
With Autism Spectrum Disorders. Syekh Muhammad Saad Kecamatan
The American Journal of Mungo Kabupaten Lima Puluh Kota
Occupational Therapy Journal Tahun 2013. Jurusan S1
Volume 61, Number 5. Diunduh dari Keperawatan STIKES Fort De Kock
www.search. proquest.com Bukittinggi
Roseann C. Schaaf, Joanne Hunt, Teal Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis
Benevides. 2012. Occupational Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
Therapy Using Sensory Integration EGC.
toImprove Participation of a Child

KOPERTIS WILAYAH X 27

Вам также может понравиться