Вы находитесь на странице: 1из 6

PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 )

Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N2) dengan rasio H2/N2 = 3 : 1 .
Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan gas-gas yang dibatasi kandungannya, seperti
Argon (Ar) dan Methan (CH4).

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Feed Treating dan Desulfurisasi

2. Reforming Section

3. Gas Purification

4. Synthesa Loop dan Amoniak Refrigerant

1. Feed Treating dan Desulfurisasi

Natural Gas sebagai bahan baku utama dalam pembuatan Amoniak haruslah di treatment terlebih dahulu
untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan senyawa kimiawi yang dapat mengganggu jalannya proses
melalui beberapa tahapan berikut :

1.1. Desulfurization Sponge Iron

Sejumlah H2S dalam feed gas diserap di Desulfurization Sponge Iron dengan sponge iron sebagai media
penyerap.

Reaksi :

Fe2O3.6H2O + H2S Fe2S3 6 H2O + 3 H2O

1.2. CO2 Removal Pretreatment Section

Feed Gas dari Sponge Iron dialirkan ke unit CO2 Removal Pretreatment Section

Untuk memisahkan CO2 dengan menggunakan larutan Benfield sebagai penyerap. Unit ini terdiri atas
CO2 absorber tower, stripper tower dan benfield system.

1.3. Co-Mo /ZnO Desulfurizer

Seksi ini bertujuan untuk memisahkan sulfur organik yang terkandung dalam feed gas dengan cara
mengubahnya terlebih dahulu mejadi Hydrogen Sulfida dan mereaksikannya dengan ZnO.

Reaksi :

RSH + H2 H2S + RH

H2S + ZnO ZnS + H2O

2. Reforming Section

2.1. Primary Reformer


Seksi ini bertujuan untuk mengubah feed gas menjadi gas sintesa secara ekonomis melalui dapur reformer
dengan tube-tube berisi katalis nikel sebagai media kontak feed gas dan steam pada temperature (824 oC)dan
tekanan (45 46 kg/cm 2) tertentu . Adapun kondisi operasi acuan adalahperbandingan steam to carbon ratio
3,2 : 1.

Reaksi :

CH4 + H2O CO + 3 H2 - Q

CO + H2O CO2 + H2 + Q

Secara overall reaksi yang terjadi adalah reaksi endothermic sehingga membutuhkan burner dan gas alam
sebagai fuel.

2.2. Secondary Reformer

Gas yang keluar dari primary reformer masih mengandung kadar CH 4 yang cukup tinggi, yaitu 12
13 %, sehingga akan diubah menjadi H2 pada unit ini dengan perantaraan katalis nikel pada
temperature 1002,5 oC.

Reaksi :

CH4 + H2O 3 H2 + CO

Kandungan CH4 yang keluar dari Secondary reformer ini diharapkan sebesar 0.34 % mol dry basis.

Karena diperlukan N2 untuk reaksi pembentukan Amoniak maka melalui media


compressor dimasukkan udara pada unit ini.

Reaksi ;

2H2 + O2 2H2O

CO + O2 2CO2

3. Gas Purification

3.1. High Temperature Shift Converter (HTS)

Setelah mengalami reaksi pembentukan H 2 di Primary dan Secondary Reformer maka gas proses
didinginkan hingga temperature 371 oC untuk merubah CO menjadi CO2 dengan reaksi sebagai
berikut :

CO + H2O CO2 + H2 + heat

Kadar CO yang keluar dari unit ini adalah 3,5 % mol dry basis dengan temperature gas outlet
432 oC 437 oC.

3.2. Low Temperature Shift Converter (LTS)


Karena tidak semua CO dapat dikonversikan menjadi CO 2 di HTS, maka reaksi tersebut
disempurnakan di LTS setelah sebelumnya gas proses didinginkan hingga temperature 210 oC.
Diharapkan kadar CO dalam gas proses adalah sebesar 0,3 % mol dry basis.

3.3. CO2 Removal

Karena CO2 dapat mengakibatkan degradasi di Amoniak Converter dan merupakan racun maka senyawa ini
harus dipisahkan dari gas synthesa melalui unit CO 2 removal yang terdiri atas unit absorber, striper serta
benfield system sebagai media penyerap. System penyerapan di dalam CO 2 absorber ini berlangsung secara
counter current, yaitu gas synthesa dari bagian bawah absorber dan larutan benfield dari bagian atasnya. Gas
synthesa yang telah dipisahkan CO2-nya akan keluar dari puncak absorber, sedangkan larutan benfield yang
kaya CO2 akan diregenerasi di unit CO2 stripper dan dikembalikan ke CO2 absorber. Sedangkan CO2 yang
dipisahkan digunakan sebagai bahan baku di pabrik urea. Adapun reaksi penyerapan yang terjadi :

K2CO3 + H2O + CO2 2KHCO3

3.4. Methanasi

Gas synthesa yang keluar dari puncak absorber masih mengandung CO 2 dan CO relative kecil, yakni
sekitar 0,3 % mol dry basis yang selanjutnya akan diubah menjadi methane di methanator pada
temperature sekitar 316 oC.

Reaksi :

CO + 3H2 CH4 + H2O + heat

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + heat

4. Synthesa Loop dan Amoniak Refrigerant

4.1. Synthesis Loop

Gas synthesa yang akan masuk ke daerah ini harus memenuhi persyaratan perbandingan H 2/N2 = 2,5
3 : 1. gas synthesa pertama-tama akan dinaikkan tekanannya menjadi sekitar 177.5 kg/cm 2 oleh syn
gas compressor dan dipisahkan kandungan airnya melalui sejumlah K.O. Drum dan diumpankan ke
Amoniak Converter dengan katalis promoted iron.

Reaksi :

3H2 + N2 2NH3 + heat

Kandungan Amoniak yang keluar dari Amoniak Converter adalah sebesar 12,05-17,2 % mol.

4.2. Amoniak Refrigerant

Amoniak cair yang dipisahkan dari gas synthesa masih mengandung sejumlah tertentu gas-gas
terlarut. Gas-gas inert ini akan dipisahkan di seksi Amoniak Refrigerant yang berfungsi untuk :

Mem-flash amoniak cair berulang-ulang dengan cara menurunkan tekanan di setiap tingkat
flash drum untuk melepaskan gas-gas terlarut.
Sebagai bagian yang integral dari refrigeration, chiller mengambil panas dari gas synthesa
untuk mendapatkan pemisahan produksi amoniak dari Loop Synthesa dengan
memanfaatkan tekanan dan temperature yang berbeda di setiap tingkat refrigeration.

5. Produk Amoniak

Produk Amoniak yang dihasilkan terdiri atas dua, yakni :

Warm Ammonia Product (30 oC) yang digunakan sebagai bahan baku untuk pabrik urea.

Cold Ammonia Product (-33 oC) yang disimpan dalam Ammonia Storage Tank.

Sumber : http://shcommunity.wordpress.com/2008/10/25/proses-pembuatan-amoniak-nh3/

Pabrik Amoniak ialah pabrik yang menghasilkan amoniak sebagai hasil utama dan carbon dioxide sebagai hasil
samping yang keduanya merupakan bahan baku pabrik urea.

Proses Pembuatan Amoniak

Bahan baku pembuatan amoniak adalah gas bumi yang diperoleh dari Pertamina dengan komposisi utama
methane (CH4) sekitar 70% dan Carbon Dioxide (CO2) sekitar 10%
Steam atau uap air diperoleh dari air Sungai Musi setelah mengalami suatu proses pengolahan tertentu di Pabrik
Utilitas.
Sedangkan udara diperoleh dari lingkungan, dan sebelum udara ini digunakan sebagai udara proses, ditekan
terlebih dahulu oleh kompressor udara.
Secara garis besar proses dibagi menjadi 4 unit, dengan urutan sebagai berikut :

1. Feed Treating Unit

2. Reforming Unit

3. Purification & Methanasi

4. Compression Synloop & Refrigeration Unit

(1) Feed Treating Unit

Gas Alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama senyawa belerang sebelum masuk ke
Reforming Unit harus dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan pada Katalisator di
Reforming Unit. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang terkandung dalam gas alam, maka gas alam
tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer. Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya
dikirim ke Reforming Unit.

(2) Reforming Unit

Di reforming unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air, dipanaskan, kemudian direaksikan di
Primary Reformer, hasil rekasi yang berupa gas-gas hydrogen dan carbon dioxide dikirm ke Secondary
Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas sebagai berikut :

Hidrogen

Nitrogen

Karbon Dioksida
Gas gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit purifikasi dan Methanasi untuk dipisahkan gas karbon dioksidanya.

(3) Purification & Methanasi

Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit dipisahkan dahulu di Unit Purification,
Karbon Dioksida yang telah dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa karbon dioksida yang
terbawa dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator ammonia converter, oleh karena itu
sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration terlebih dahulu masuk ke Methanator

(4) Compression Synloop & Refrigeration Unit

Gas Proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan gas hidrogen : nitrogen = 3 : 1, ditekan atau
dimampatkan untuk mencapai tekanan yang diinginkan oleh Ammonia Converter agar terjadi reaksi
pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga didapatkan amoniak dalam fasa cair yang
selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan Urea.

Hasil / produk pada proses di atas adalah gas ammonia cair serta karbon dioksida yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan Urea.

Sumber : http://www.pusri.co.id/indexB0302.php

Pembuatan Amonia dengan Proses Haber Bosch

Tabel : Kondisi Optimum Pembuatan NH3

No Faktor Reaksi : N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H= -924 Kondisi Optimum


kJ
1. Suhu 1. Reaksi bersifat eksoterm 400-600oC
2. Suhu rendah akan menggeser kesetimbangan
kekanan.
3. Kendala:Reaksi berjalan lambat
2. Tekanan 1. Jumlah mol pereaksi lebih besar dibanding 150-300 atm
dengan jumlah mol produk.
2. Memperbesar tekanan akan menggeser
kesetimbangan kekanan.
3. Kendala Tekanan sistem dibatasi oleh
kemampuan alat dan faktor keselamatan.
3. Konsentrasi Pengambilan NH3 secara terus menerus akan _
menggeser kesetimbangan kearah kanan
4. Katalis Katalis tidak menggeser kesetimbangan Fe dengan campuran
kekanan, tetapi mempercepat laju reaksi secara Al2O3 KOH dan garam
keseluruhan lainnya

Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hydrogen ditemukan oleh Fritz Haber (1908), seorang ahli
kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri pembuatan amonia untuk produksi secara besar-besaran
ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur kimia juga dari Jerman. Persamaan termokimia reaksi sintesis
amonia adalah :
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H = -92,4Kj Pada 25oC : Kp = 6,2105
Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan
(pembentukanNH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat
lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Dipihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm,
penambahan suhu akan mengurangi rendemen. Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar
500oC dan tekanan sekitar 150-350 atm dengan katalisator, yaitu serbuk besi dicampur dengan Al 2O3, MgO,
CaO, dan K2O.
Reaksi kekanan pada pembuatan amonia adalah reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm lebih baik jika suhu
diturunkan, tetapi jika suhu diturunkan maka reaksi berjalan sangat lambat . Amonia punya berat molekul 17,03.
Amonia ditekanan atmosfer fasanya gas. Titik didih Amonia -33,35 oC, titik bekunya -77,7 oC, temperatur &
tekanan kritiknya 133 oC & 1657 psi.
Entalpi pembentukan (H), kkal/mol NH3(g) pada 0oC, -9,368; 25 oC, -11,04. Pada proses sintesis pd
suhu 700-1000oF, akan dilepaskan panas sebesar 13 kkal/mol. Kondisi optimum untuk dapat bereaksi dengan
suhu 400- 600oC, dengan tekanan 150-300 atm. Kondisi optimum pembuatan amonia (NH3) dapat digambarkan
pada tabel berikut :

Pengaruh katalis pada sistem kesetimbangan adalah dapat mempercepat terjadinya reaksi kekanan atau kekiri,
keadaan kesetimbangan akan tercapai lebih cepat tetapi katalis tidak mengubah jumlah kesetimbangan dari
spesies-spesies yang bereaksi atau dengan kata lain katalis tidak mengubah nilai numeris dalam tetapan
kesetimbangan. Peranan katalis adalah mengubah mekanisme reaksi kimia agar cepat tercapai suatu produk.
Katalis yang dipergunakan untuk mempercepat reaksi memberikan mekanisme suatu reaksi yang lebih rendah
dibandingkan reaksi yang tanpa katalis. Dengan energi aktivasi lebih rendah menyebabkan maka lebih banyak
partikel yang memiliki energi kinetik yang cukup untuk mengatasi halangan energi aktivasi sehingga jumlah
tumbukan efektif akan bertambah sehingga laju meningkat. Perbandingan reaksi dengan katalis dan tanpa katalis
dapat dilihat pada gambar dihalaman berikut:
Dengan kemajuan teknologi sekarang digunakan tekanan yang jauh lebih besar, bahkan mencapai 700
atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang terbentuk segera dipisahkan. Mula-mula campuran gas
nitrogen dan hidrogen dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Kemudian
campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan yang bersama katalisator sehingga terbentuk ammonia.
Sumber : http://rahmatzoom.blogspot.com/2012/11/pembuatan-amonia-dengan-proses-haber_15.html

Вам также может понравиться