Вы находитесь на странице: 1из 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya
tulis ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena
walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang Gangguan
Mental Akibat Penyalahgunaan Obat-Obat Medis. Dalam karya tulis ini, kami
juga menyediakan pembahasan tentang tinjauan teori dan asuhan keperawatan
leukemia.

Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan
isinya masih terdapat kesalahan kesalahan baik dalam penulisan kata maupun
dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang
sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Palopo,
April 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR
ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1

A. Latar Belakang...........................................................................................
1

B. Tujuan .......................................................................................................
2
C. Rumusan Masalah .....................................................................................
2

D. Manfaat Penulisan ....................................................................................


2

E. Metode Penulisan .....................................................................................


3

F. Sumber Data .............................................................................................


3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
4

A. Defenisi Penyalahgunaan zat / Obat..........................................................


4

B. Obat Medis yang Sering Disalahgunakan .................................................


4

C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat .......................................


12

D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis ................................................


13

BAB III PENUTUP ....................................................................................................


15

A. Kesimpulan................................................................................................
15

B. Saran..........................................................................................................
16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak masa prasejarah umat manusia telah menggunakan berbagai zat dengan
harapan akan mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah kondisi kesadaran.
Hampir seluruh manusia telah menemukan semacam zat beracun yang
mempengaruhi sistem saraf pusat, menghilangkan penderitaan fisik dan mental
atau menghasilkan euforia. Terlepas dari konsekuensi mengonsumsi zat-zat
semacam itu yang sering kali sangat merusak, efek awalnya biasanya
menyenangkan, suatu faktor yang mungkin menjadi akar penyalahgunaan zat.

Orang-orang yang menyalahgunakan obat-obatan mengalami kerugian yang


sangat besar karenanya hubungan pribadi yang dekat sering kali hancur, dan
performa kerja sangat menurun. Kerugian karena penyalahgunaan obat
termasuk kematian dini para penyalahguna, penanganan para penyalahguna,
kriminalitas, dan penyakit medis yang sering kali ditimbulkan oleh
penyalahgunaan obat.

Pada tahun 1999, di Amerika Serikat hampir 15 juta orang rnenuturkan bahwa
mereka menggunakan obat terlarang pada bulan sebelumnya. Selain itu, 105
juta orang Amerika yang berusia di atas 12 tahun menuturkan bahwa mereka
mengkonsumsi alkohol dari berbagai jenis, dan 45 juta orang Amerika
menuturkan bahwa mereka melakukan minimal satu episode minum berlebihan
(minum 5 gelas atau lebih) dalam 30 hari terakhir (SAMHS, 2000).

Bukan hanya itu saja, beberapa obat-obatan medis yang sering kita jumpai pun
saat ini sudah banyak disalahgunakan oleh para remaja untuk memberikan efek
yang sama seperti halnya saat menggunakan narkoba. Mereka
menyalahgunakan obat-obatan medis tersebut karena obat tersebut dapat
dijumpai dengan mudah di lingkungannya sendiri dan harganya pun lebih murah
jika dibandingkan dengan narkoba itu sendiri. Untuk itu, berdasarkan latar
belakang ini, kami akan mencoba membahas tentang penyalahgunaan obat-obat
medis dan dampak dari penyalahgunaan tersebut.

B. Tujuan

Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa mengetahui tentang


obat medis apa saja yang terkadang disalahgunakan dan bahaya
penyalahgunaan obat-obatan tersebut.

C. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.

1. Apakah yang dimaksud penyalahgunaan zat / obat?

2. Obat medis apa saja yang sering disalahgunakan?

3. Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat?

4. Bagaimanakah pencegahan penyalahgunaan obat-obat medis?

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari makalah ini, yaitu :

1. Bagi penyusun

a. Khususnya sebagai objek studi.

b. Untuk menambah wawasan tentang penyalahgunaan obat-obat medis.

2. Bagi kampus

a. Sebagai bahan pelajaran tambahan bagi mahasiswa.

b. Sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan mahasiswa membuat


sebuah makalah.

3. Bagi masyarakat

a. Memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat medis.

E. Metode Penulisan

Adapun metode yang kami gunakan dalam karya tulis ini adalah metode studi
pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan
berbagai literatur lain yang berkaitan dengan permasalahan.

F. Sumber Data

Dalam karya tulis ini, kami memperoleh data dengan cara membaca buku buku
dan dan mencari bahan dari sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan dibahas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Penyalahgunaan Zat / obat

Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat
secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah
yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang
lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak
berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah
karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan
teman-teman.

Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan


tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari
atau mencapai tujuan tertentu seperti ingin mendapatkan kenikmatan dari
pemakaian obat tersebut.

B. Obat Medis Yang sering Disalahgunakan

1. Paracetamol

Obat demam atau panas yang tergolong populer saat ini adalah paracetamol
atau acetaminophen. Obat ini tergolong antipyretic (penurun panas). Untuk
dewasa biasanya 500 mg per tablet, 3x sehari jika perlu. Jangan sampai
meminumnya lebih dari satu tablet sekali minum, dan tentunya sebaiknya sesuai
dengan anjuran dosisnya (jika 3x sehari artinya diminum setiap 6-8 jam).
Paracetamol ini muncul dalam berbagai kemasan obat dengan merek yang
berbeda-beda baik pada obat penurun panas, maupun pada obat batuk, atau flu.

Selain paracetamol, terdapat juga golongan senyawa obat lain yang juga bisa
berfungsi menurunkan panas yakni dari golongan anti-radang non-steroid
(NSAIDs, Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs). Contoh obat-obatan golongan
ini adalah dari jenis salicylates (seperti : acetyl salicylic acid atau aspirin, sodium
salicylate, choline salicylate, dll), ibuprofen, ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini
juga berfungsi menghilangkan rasa sakit (terutama akibat peradangan).

Tak ada obat yang dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan flu. Obat-
obatan yang ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak nyaman
sebagaimana disebutkan di atas. Khusus untuk flu saat ini ada obat yang
memang bersifat menyerang virus penyebab flu seperti Tamiflu, Relenza; akan
tetapi digunakan hanya bila dirasa perlu dan harus atas resep dokter. Pilek atau
flu yang relatif biasa akan hilang sendiri (melemah) dalam beberapa hari
terutama jika diiringi dengan istirahat yang banyak, banyak minum air, dan
bantuan suplemen dan vitamin.

Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan remaja menjadi
obat yang memberikan rasa tenang (seperti narkotik). Karena penjualan obat
yang sekarang sangat bebas serta beredar pula di apotik dimana mana dan
tanpa pengawasan yang ketat, bermacam obat pereda demam seperti
paracetamol ini juga sering disalahgunakan oleh kalangan remaja maupun
dewasa. Apabila obat ini disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal.

2. Obat penghilang rasa nyeri

Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat orang dewasa
untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya seringkali orang menjadi
ketergantungan terhadap obat penghilang rasa nyeri dan mengalami overdosis
hingga menyebabkan kematian.

Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang tidak
tepat telah mnyebabkan kematian 15.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun

Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang melebihi jumlah
kematian overdosis gabungan heroin dan kokain. Menurut data yang telah
dipublikasikan pada 1 November 2011, resep obat penghilang rasa sakit yang
sering disalahgunakan adalah oxycodone (Oxycotin), metadon atau xanax
(Vicodin).

Tetapi ada banyak merek obat lain yang juga disalahgunakan, antara lain:

a) Formulasi Oxycodone: termasuk merek Oxyfast, Percolone, dan


Roxicodone

b) Oxycodone dikombinasikan dengan obat lain: termasuk merek Endocet,


Percocet, Percodan, dan Xolox.

c) Hydrocodone: termasuk merek Lortab, Tussionex, dan Vanacet

Obat nyeri yang juga sering disalahgunakan adalah Obat somadril yang
fungsinya untuk mengatasi penyakit nyeri otot, nyeri sendi, serta rematik, dan
telah lama beredar di sejumlah warung obat, diduga sering disalahgunakan
untuk kepentingan teler atau mabuk para pembelinya. Bila obat ini digunakan
dalam dosis yang tinggi maka akan menyebabkan gangguan koordinasi motorik,
gangguan konsentrasi, hipotensi, dan bahkan dapat menyebabkan koma jika
terus-menerus digunakan dalam jumlah yang banyak.
3. Misoprostol / Cytotec

Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit maag dan radang
lambung, belakangan ini semakin banyak disalahgunakan untuk menggugurkan
kandungan. Cytotec sebetulnya untuk mengobati maag dan dilarang keras
digunakan untuk perempuan hamil dan ibu menyusui. Cytotec sebetulnya
mempunyai indikasi untuk mengobati maag kronis. Cara kerjanya dalam
mengobati lambung adalah menetralisir asam lambung yang tinggi (yang
menjadi penyebab mual dan muntah pasien maag). Selain itu cytotec mampu
melapisi dinding usus yang terluka, yang menjadi penyebab meningkatnya asam
lambung. Tetapi efek samping dari obat ini yaitu memacu kontraksi sel otot polos
di mulut rahim wanita yang dapat menyebabkan keguguran (pada wanita hamil).
Oleh sebab itu, obat ini tidak disarankan bagi wanita hamil.

Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk melakukan aborsi, maka
Pelaku aborsi bisa mengalami pendarahan terus menerus. Kalau pendarahan
terjadi tanpa bisa dicegah, bisa saja pelaku aborsi meninggal dunia.

4. Flunitrazepam

Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti gangguan kecemasan


dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang membuat orang tertidur panjang
hingga 2-8 jam kadang digunakan untuk kejahatan agar si korban tertidur.

Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal dengan sebutan date


rape drug karena bisa melumpuhkan perempuan selama penyerangan seksual
seperti pemerkosaan.

Flunitrazepam memiliki efek fisiologis yang mirip dengan valium (diazepam), tapi
10 kali lipat lebih kuat. Ketika seseorang mengalami intoksifikasi umumnya
dikaitkan dengan gangguan penilaian dan keterampilan motorik.

Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang membuatnya sulit
dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya ketika ia dicampurkan ke
dalam makanan atau minuman.

Sekitar 10 menit setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang mungkin akan


merasa pusing dan bingung, merasa udara di sekitarnya terlalu panas atau
terlalu dingin serta mual.

Secara perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara dan bergerak


hingga akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam waktu 2 jam dan bisa
bertahan hingga 8 jam. Umumnya orang yang konsumsi obat ini tidak bisa
mengingat apa yang terjadi selama ia berada dalam pengaruh obat.

Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya terhadap memori dan
kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar. Dilaporkan kombinasi ini bisa
menyebabkan seseorang tidak sadar selama 8-12 jam setelah dikonsumsi.
Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan tekanan darah,
gangguan memori, mengantuk, gangguan penglihatan, pusing, merasa bingung,
gangguan pencernaan dan gangguan pada retensi urine.

5. Kodein yang disalahgunakan sebagai morfin

Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi narkotik yang
lebih kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya adalah obat yang sering diresepkan
dokter, bisa digunakan sebagai analgetika (penghilang rasa sakit), anti diare dan
antitusive (penekan batuk). Apoteker/pharmacist harus berhati-hati, karena
kodein dapat juga disalahgunakan, jika diminum langsung ternyata ada sekian
persen yang diubah menjadi morfin di saluran pencernaan. Lebih parah lagi bila
ternyata pembeli memang sengaja membeli kodein untuk di ubah menjadi
morfin atau heroin. Jika kodein disalahgunakan menjadi morfin, maka akan
menyebabkan hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang dan adanya rasa
nyaman diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Jika terus menerus
disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan ketergantungan dan meninggal
karena overdosis.

6. Obat anti-cemas

Sisa-sisa kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang sesuai, terapi
perilaku atau psikoterapi. Obat anti-cemas disebut juga ansiolitik atau obat
penenang, diberikan untuk mengatasi gejala-gejala kecemasan. Obat anti-cemas
memiliki efek mengendurkan otot-otot, mengurangi ketegangan, membantu
tidur dan mengurangi kecemasan. Yang paling sering digunakan adalah
benzodiazepin. Obat ini mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara
mengurangi aktivitas saraf di dalam otak. Tetapi benzodiazepin bisa
menyebabkan ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus sangat
hati-hati. Contoh benzodiazepin adalah:

- Alprazolam

- Klordiazepoksid

- Diazepam

- Flurazepam

- Lorazepam

- Oksazepam

- Temazepam

- Triazolam.
Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi susunan
saraf pusat yang bervarisai tergantung pada dosis yang diberikan.

Sebelum ditemukannya benzodiazepin, barbiturat merupakan obat pilihan untuk


mengatasi kecemasan. Tetapi obat ini berpotensi untuk disalahgunakan, sering
terjadi gejala putus obat dan overdosis serta sering menyebabkan kematian;
sehingga jarang digunakan lagi.

Obat-obat anti-depresi kadang juga diberikan untuk penyakit kecemasan.

Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:

- Selective serotonin reuptake inhibitors (fluoksetin, fluvoksamin,


paroksetin, sertralin)

- Monoamine oxidase inhibitors (fenelzin, tranilsipromin)

- Anti-depresi trisiklik (amitriptilin, amoksapin, klomipramin, imipramin,


nortriptilin, rotriptilin).

Alprazolam adalah salah satu obat anticemas yang sering disalahgunakan dan
paling banyak menimbulkan ketergantungan. Alprazolam adalah obat yang cara
kerjanya memperlambat pergerakan bahan kimia di dalam otak yang membuat
ketidakseimbangan. Dengan cara kerja ini, ketegangan saraf (kecemasan)
seseorang pun berkurang, sehingga si pemakai relatif tenang.

Obat ini dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam pemakaian


jangka panjang. Jika obat ini disalahgunakan, maka akan menyebabkan kesulitan
berkonsentrasi dan dapat terjadi halusinasi.

7. Dextromethorpan

Dextromethorpan (atau biasa disebut pil dekstro) adalah suatu obat penekan
batuk (anti tusif) yang dapat diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada
sediaan obat batuk maupun flu. Dosis dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4
kali sehari. Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-
oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang menimbulkan efek samping yang
berarti.

Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti narcotic codeine


dengan dextromethorpan sebagai obat penekan batuk yang dijual bebas sekitar
tahun 1970-an, remaja dengan mudah mendapatkannya untuk disalahgunakan.
Bertahun-tahun, remaja membuat penemuan bahwa mereka dapat merasa
high/mabuk dengan mengkonsumsi obat-obatan bebas yang mengandung
dextromethorpan (juga disebut DXM). Ditemukan pada tablet, kapsul, dan gel.
seperti juga sirup, dextromethorpan ini terkandung di obat-obatan yang diberi
label DM, batuk, penekan batuk atau Tuss (mengandung tuss pada nama
obatnya).
Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan sangat mudah ditemukan,
dapat dibeli sesuai kantong remaja, dan legal. Mendapatkannya sangat mudah,
yaitu dengan membeli di toko obat atau mencarinya di kotak kotak obat
dirumahnya. Dan karena ditemukan pada obat-obatan bebas, maka remaja
mengasumsikan bahwa DXM tidaklah berbahaya.

Meskipun pada media sekarang, menurut US Department of Health and Human


Services Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA)
yang memonitor hubungan antara obat-obatan dengan kunjungan pada Gawat
Darurat dan kematian secara luas, tidak ada perubahan secara signifikan pada
kunjungan di Gawat Darurat RS akibat penyalahgunaan DXM sejak 1994.

Perbedaan antara penyalahgunaan obat-obatan batuk dari tahun-tahun dulu


dengan sekarang adalah yaitu remaja sekarang menggunakan internet tidak
hanya untuk membeli DXM dalam bentuk bubuk murni, tapi juga belajar untuk
disalahgunakan lebih lanjut. Karena mengkonsumsi dalam volume besar dari
sirup batuk dapat menyebabkan muntah, maka obat-obatan tersebut diekstrak
dari obat batuk dan dijual kembali di Internet dalam bentuk tablet yang
kemudian ditelan atau bubuk yang dihirup. Bahkan di versi online terdapat
kalkulator yang dapat menghitung seberapa besar dikonsumsi sesuai dengan
berat dan tinggi badannya.

Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15 hingga 30 miligram
untuk menekan batuk, namun pengguna biasanya mengkonsumsi lebih dari 360
mg bahkan lebih. Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang
mengandung DXM dapat menyebabkan halusinasi, hilang kendali dari kendaraan
(pada saat mengemudi), dan sensasi out of body.

Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan DXM yaitu :
bingung, sulit mengambil keputusan, penglihatan yang buram, pusing, paranoia,
keringat berlebihan, bicara mencerca, mual, muntah-muntah, sakit perut, detak
jantung yang tidak normal, tekanan darah tinggi, pusing, lesu, mati rasa pada
jari kaki dan tangan, pucat, kulit yang kering dan gatal, hilang kesadaran,
demam, kerusakan pada otak dan bahkan kematian.

Ketika mengkonsumsi dalam jumlah banyak, DXM juga dapat menyebabkan


hyperthermia, atau demam tinggi.

8. Dexametasone

Dexametasone (micronized) 0.5 mg dan clorpeniramina maleat 2 mg adalah


obat-obatan yang lazim dipakai untuk mengobati alergi Sehingga sering
diberikan pada penyakit alergi menahun seperti asma bronchiale, urticaria dan
berbagai penyakit alergi lainnya. Obat yang mengandung komponen ini sering
disalahgunakan untuk menggemukkan badan karena dampak menahan airnya,
atau untuk meningkatkan kualitas tidur pemakainya. Efek sampingnya adalah
timbulnya penyakit pencernaan seperti penyakit maag, luka di lambung,
kelainan pencernaan lainnya. Karena sifatnya yang menahan air, menyebabkan
penderita meningkat nafsu makannya dan bertambah berat. Selain itu obat yang
mengandung Dexamethasone merupakan pemicu timbulnya penyakit kencing
manis, apalagi kalau pemakai mempunyai riwayat penyakit kencing manis di
keluarga. Obat ini juga menyebabkan timbulnya beberapa penyakit kejiwaan bila
dipakai secara berkesinambungan. Karena dampaknya imunosupresif, pemakai
mudah menderita penyakit infeksi virus dan jamur pada tubuhnya. Pemakai
jangka panjang juga akan menderita pengeroposan tulang yang disebut sebagai
osteoporosis. Bila penderita terlalu sensitive, dapat pula terjadi shok, yang
berujung dengan kematian.

C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat

Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-


macam, antara lain:

1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan


rasa tertekan (stres dan ketegangan hidup).

2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan


nyaman, menyenangkan.

3. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung
jawab kehidupan.

4. Faktor-faktor Lingkungan. Para remaja dapat menyalahgunakan obat-


obatan dikemudian harinya jikalau kita memanjakan mereka, melindungi mereka
secara berlebih-lebihan, tidak mengizinkan mereka untuk mandiri, tidak pernah
melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan mereka
sendiri. Sehingga masa kecil yang seperti itu, maka akan menghasilkan :

Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung
jawab. Seorang anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan hidupnya sendiri akan cenderung memilih obat-obatan
jikalau ia mau melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan yang menekan.

Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan lingkungan


dimana sebagai pemuda / remaja yang sedang mencari identitas pribadi, mereka
akan tergoda untuk menjadi bagian dari grup di mana penggunaan obat-obatan
oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap orang dalam grup itu.

Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua


(kematian atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak kehilangan
pegangan, apalagi jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.

Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe


keluarga dengan latar belakang orangtua yang bercerai, ibu yang mengepalai
rumah tangga dan menekan si ayah, kedua orangtua yang memanjakan anak
tunggal, orangtua peminum, pergaulan bebas dan sebagainya.
5. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau
keadaan orang tua yang patologis/kacau.

6. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.

D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis

Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama


penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil
dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul
atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
metamfetamin, dll.

Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat


penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan
(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.

Tips untuk mengantisipasi penyalahgunaan obat-obatan medis :

1. Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat-obatan


medis seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam jumlah yang tidak wajar.

2. Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas gardu terdepan dalam
memberi pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan
konsumen / masyarakat, sehingga dapat segera mengantisipasi dan mengambil
sikap terhadap hal-hal yang tidak wajar terkait dengan pembelian obat-obatan
medis di apotik.

3. Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian /


buku, laci putra-putrinya untuk mengetahui barang-barang yang tersimpan di
dalamnya. Jika ditemukan obat-obatan medis, perlu segera dipastikan apakah
putra-putri anda memerlukan obat tersebut atau tidak.

4. Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro atau obat-


obatan lain yang bertujuan untuk disalahgunakan, diharapkan segera
melaporkan pada pihak keamanan, karena pil dekstro atau obat-obatan lain
walaupun dapat dibeli secara bebas tapi sebenarnya obat-obatan tersebut hanya
boleh dijual di apotik atau toko obat berizin.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat
secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah
yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang
lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak
berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah
karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan
teman-teman.

Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan


tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari
atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.

Obat-obat medis yang sering disalahgunakan oleh masyarakat saat ini adalah :

- Paracetamol

- Obat penghilang rasa nyeri

- Misoprostol / Cytotec

- Flunitrazepam

- kodein yang disalahgunakan sebagai morfin

- Obat anti-cemas

- Dextromethorpan

- Dexametasone

Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-


macam, antara lain:

Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa


tertekan (stres dan ketegangan hidup).

Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman,


menyenangkan.

Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung jawab
kehidupan.

Faktor-faktor Lingkungan.
Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan orang
tua yang patologis/kacau.

Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.

Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama


penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil
dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul
atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
metamfetamin, dll.

Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat


penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan
(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.

B. Saran

Di era modern ini, obat-obat yang disalahgunakan bukan hal yang sulit lagi
didapatkan. Bahkan obat-obat yang beredar dipasaran terkadang
disalahgunakan oleh banyak remaja saat ini. Untuk itu, sebagai perawat, kita
sebaiknya tahu tentang obat-obat apa saja yang sering disalahgunakan pada
saat ini dan kita sebaiknya mampu memberikan penyuluhan kedepannya nanti
tentang bahaya dari penyalahgunaan obat-obat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

@ Martono, Lydia Harlina. 2006. Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba.


Jakarta: Balai Pustaka

@ http://avrillavigneismiatere.blogspot.com/2012/06/makalah-obat-yang-
disalahgunakan.html

@ http://fatahfiki.wordpress.com/edukasi/obat-yang-disalahgunakan.html

@ http://neniterawativisenna.blogspot.com/2012/01/gangguan-yang-berkaitan-
dengan.html

Вам также может понравиться