Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Farmasi
Detti menjelaskan, pertumbuhan industri farmasi setiap tahun juga masih sedikit. Dari jumlah
industri farmasi sebanyak 192 pada 2014, jumlah ini cukup tumbuh menjadi 211 pada 2015.
Tapi pertumbuhannya kemudian melambat dan hanya bertambah tiga industri menjadi 214
pada 2016. Khusus untuk industri obat tradisional. hingga kini hanya 93 perusahaan dan
industri ekstrak bahan alam hanya ada sembilan industri. Bukan hanya minimnya jumlah
industri kesehatan, produk farmasi yang dihasilkan pun lebih banyak menggunakan bahan
baku impor. Bahkan jumlah impor bahan baku farmasi mencapai 90%. Padahal menurut dia,
perkembangan industri farmasi bisa memperbaiki tiga sektor yakni sektor sosial, ekonomi,
dan teknologi. Sektor sosial, pertumbuhan industri farmasi bisa menjaga keamanan,
keselamatan, dan kesehatan masyarakat Indonesia. Sebab, tanpa obat dari industri farmasi
yang baik maka kesehatan tidak akan terjaga dengan baik. Dari sektor ekonomi. pertumbuhan
industri farmasi bisa meningkatkan produk domestik bruto karena perputaran uang untuk
kesehatan akan berada di dalam negeri. Ini juga bisa meningkatkan devisa karena hasil dari
industri farmasi bisa diekspor ke negara lain. Kalau teknologi, kita kan kaya akan sumber
daya alam. Ini harusnya bisa dimanfaatkan, kata Detti.
http://www.bkpm.go.id/id/publikasi/detail/berita-investasi/bkpm-terus-hapus-
bottlenecking-sektor-farmasi
Suasana seminar pentahelix bertema Kemandirian Bahan Baku Farmasi di Bale Sawala
Unpad Jatinangor, Kamis (15/09). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Hal ini menunjukkan struktur industri farmasi di Indonesia belum optimal dan masih
terbatas pada formulasi. Karenanya perlu upaya kemandirian di bidang bahan baku obat dan
obat tradisional Indonesia melalui pemanfaatan keanekaragaman hayati yang tersinkronisasi
harmonis serta didukung aliansi strategis yang komprehensif, ujar Direktur Pelayanan
Kefarmasian Kementerian Kesehatan RI, Dra. Dettie Yuliati, Apt., M.Si., saat menjadi
narasumber pada seminar pentahelix bertema Kemandirian Bahan Baku Farmasi di Bale
Sawala Universitas Padjadjaran Jatinangor, Kamis (15/09).
Seminar yang diselenggarakan dalam rangkaian peringatan Dies Natalis ke-59 Unpad ini
menghadirkan narasumber dari berbagai pihak. Pada sesi 1, selain Detti Yuliati dari
Kemenkes, hadir pula Dra. Rumondang Simanjuntak, Apt dari Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (Badan POM), dan Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., dari Unpad. Pada sesi 2 yang
membahas tema Kolaborasi Garam & Gula Farmasi hadir narasumber dari Kimia Farma,
Rajawali Nusantara Indonesia, dan Unpad. Sedangkan di sesi 3 yang membahas tema Model
Kolaborasi dan Hilirisasi Riset Produk Farmasi hadir sebagai narasumber perwakilan dari
BPJS Kesehatan, Unpad BUMN Center of Excellence, Gabungan Perusahaan Farmasi
Indonesia, serta perwakilan media dari Bisnis Indonesia.
Menurut Dettie, tantangan bagi industri bahan baku sediaan farmasi di Indonesia adalah pasar
dalam negeri yang relatif kecil, profit margin juga kecil, sementara investasi awal sangat
besar. Selain itu, ketersediaan sumber daya lokal dan teknologi pembuatan bahan baku obat
juga menjadi tantangan tersendiri.
Kondisi tersebut membuat industri bahan baku obat Indonesia tidak bisa bersaing dalam
global price, ujar Dettie yang merupakan alumni Farmasi Unpad.
Industri bahan baku obat dapat meningkatkan daya saing industri farmasi lokal untuk
percepatan proses produksi obat jadi dalam rangka mendukung ketersediaan obat di
masyarakat dengan effiacy, safety dan quality terjamin serta harga terjangkau, ujar
Rumondang.
Sementara Dr. Keri Lestari mengungkapkan, dunia memiliki 40 ribu spesies tanaman, dan 30
ribu diantaranya ada di Indonesia. Sebanyak 9.600 diantaranya memiliki khasiat sebagai obat,
dan 400 spesies telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Tapi fakta mengejutkannya, di Indonesia baru ada 43 obat herbal terstandar dan 7
fitofarmaka, ujar Dr. Keri Lestari yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Unpad.*
http://www.unpad.ac.id/2016/09/meski-dominasi-pasar-farmasi-asean-ternyata-
90-bahan-baku-farmasi-indonesia-masih-impor/
http://www2.bkpm.go.id/images/uploads/file_siaran_pers/Siaran_Pers_TW_IV-
Narasi_Tunggal-250117.pdf