Вы находитесь на странице: 1из 9

TUGAS PRAKTIKUM

LAPORAN PETROLEUM SYSTEM

Oleh :

YOHANES AGUSTA R
111.140.134
PLUG 6

PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2017
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Petroleum system merupakan kumpulan dari faktor-faktor yang tidak dapat lepas dari
keberadaan akumulasi hidrokarbon pada suatu daerah. Menurut Morris et al., (1985) petroleum
system terdiri dari : batuan induk (source rock) yang matang, batuan reservoar (reservoir rock)
yang porous dan permeabel, batuan tudung/penutup (cap rock/seal) yang impermeable,
perangkap (trap), serta waktu migrasi yang tepat (proper timing of migration). Akumulasi
hidrokarbon tidak akan terbentuk apabila terdapat salah satu aspek dalam petroleum system yang
tidak terpenuhi. Pada suatu lapangan minyak, keterdapatan akumulasi karbon akan selalu
menjadi target eksplorasi minyak bumi dimana dalam pekerjaan eksplorasi minyak bumi
dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman detail mengenai kondisi geologi bawah permukaan,
terutama mengenai kondisi reservoar pada lapangan minyak tersebut.

II. 2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari pembelajaran petroleum system praktikum geologi minyak dan
gas bumi adalah agar praktikan memahami filosofi dari petroleum system dan bagian-bagiannya
serta proses yang terjadi pada petroleum system.

Yohanes Agusta Rahadian


111.140.134
Plug 6 Page 2
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

BAB II

METODE

Metode ini dilakukan dengan analisa Formation Evaluation Log berupa data ROP, Cuttings
Lithology, Depth, Chrematolog, Lithology Description. Dari data tersebut dapat ditentukan
satuan batuannya, Formasi serta Petroleum Systemnya.

Yohanes Agusta Rahadian


111.140.134
Plug 6 Page 3
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

BAB III

PEMBAHASAN

III. 1 Formasi

Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi (Sandi Stratigrafi
Indonesia, 1996). Terdapat lima formasi yang didapatkan berdasarkan pembagian satuan batuan
pada log dengan memperhatikan stratigrafi cekungan Sumatera Selatan menurut Van Bemmelen
(1973). Formasi tersebut dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

1. Batuan Dasar
Batuan dasar (pra tersier) terdiri dari batuan kompleks Paleozoikum dan batuan
Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku, dan batuan karbonat. Batuan dasar yang
paling tua, terdeformasi paling lemah, dianggap bagian dari Lempeng-mikro Malaka,
mendasari bagian utara dan timur cekungan. Lebih ke selatan lagi terdapat Lempeng-
mikro Mergui yang terdeformasi kuat, kemungkinan merupakan fragmen kontinental
yang lebih lemah. Lempeng-mikro Malaka dan Mergui dipisahkan oleh fragmen
terdeformasi dari material yang berasal dari selatan dan bertumbukan. Bebatuan
granit, vulkanik, dan metamorf yang terdeformasi kuat (berumur Kapur Akhir)
mendasari bagian lainnya dari cekungan Sumatera Selatan. Morfologi batuan dasar
ini dianggap mempengaruhi morfologi rift pada Eosen-Oligosen, lokasi dan luasnya
gejala inversi/pensesaran mendatar pada Plio-Pleistosen, karbon dioksida lokal yang
tinggi yang mengandung hidrokarbon gas, serta rekahan-rekahan yang terbentuk di
batuan dasar (Ginger & Fielding, 2005).

2. Formasi Lahat
Formasi Lahat diperkirakan berumur oligosen awal (Sardjito dkk, 1991). Formasi ini
merupakan batuan sedimen pertama yang diendapkan pada Cekungan Sumatera
Selatan. Pembentukannya hanya terdapat pada bagian terdalam dari cekungan dan
diendapkan secara tidak selaras. Pengendapannya terdapat dalam lingkungan

Yohanes Agusta Rahadian


111.140.134
Plug 6 Page 4
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

darat/aluvialfluvial sampai dengan lacustrine. Fasies batupasir terdapat di bagian


bawah, terdiri dari batupasir kasar, kerikilan, dan konglomerat. Sedangkan fasies
shale terletak di bagian atas (Benakat Shale) terdiri dari batu serpih sisipan batupasir
halus, lanau, dan tufa. Sehingga shale yang berasal dari lingkungan lacustrine ini
merupakan dapat menjadi batuan induk. Pada bagian tepi graben ketebalannya sangat
tipis dan bahkan tidak ada, sedangkan pada bagian tinggian intra-graben sub
cekungan selatan dan tengah Palembang ketebalannya mencapai 1000m (Ginger &
Fielding, 2005).

3. Formasi Talang Akar


Formasi Talang Akar diperkirakan berumur oligosen akhir sampai miosen awal.
Formasi ini terbentuk secara tidak selaras dan kemungkinan paraconformable di atas
Formasi Lahat dan selaras di bawah Formasi Gumai atau anggota Basal
Telisa/formasi Batu Raja. Formasi Talang Akar pada cekungan Sumatera Selatan
terdiri dari batulanau, batupasir dan sisipan batubara yang diendapkan pada
lingkungan laut dangkal hingga transisi. Bagian bawah formasi ini terdiri dari
batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara. Sedangkan di bagian atasnya berupa
perselingan antara batupasir dan serpih. Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar
antara 460 610 m di dalam beberapa area cekungan. Variasi lingkungan
pengendapan formasi ini merupakan fluvial-deltaic yang berupa braidded stream dan
point bar di sepanjang paparan (shelf) berangsur berubah menjadi lingkungan
pengendapan delta front, marginal marine, dan prodelta yang mengindikasikan
perubahan lingkungan pengendapan ke arah cekungan (basinward). Sumber sedimen
batupasir Talang Akar Bawah ini berasal dari dua tinggian pada kala oligosen akhir,
yaitu di sebelah timur (Wilayah Sunda) dan sebelah barat (deretan Pegunungan
Barisan dan daerah tinggian dekat Bukit Barisan).

4. Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas formasi Batu Raja pada kala
oligosen sampai dengan tengah miosen. Formasi ini tersusun oleh fosilliferous marine
shale dan lapisan batugamping yang mengandung glauconitic (Bishop, 2001). Bagian
bawah formasi ini terdiri dari serpih yang mengandung calcareous shale dengan
sisipan batugamping, napal dan batulanau. Sedangkan di bagian atasnya berupa

Yohanes Agusta Rahadian


111.140.134
Plug 6 Page 5
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

perselingan antara batupasir dan shale. Ketebalan formasi Gumai ini diperkirakan
2700 m di tengah-tengah cekungan. Sedangkan pada batas cekungan dan pada saat
melewati tinggian ketebalannya cenderung tipis.

5. Formasi Air Benakat


Formasi Air Benakat diendapkan selama fase regresi dan akhir dari pengendapan
formasi Gumai pada kala tengah miosen (Bishop, 2001). Pengendapan pada fase
regresi ini terjadi pada lingkungan neritik hingga shallow marine, yang berubah
menjadi lingkungan delta plain dan coastal swamp pada akhir dari siklus regresi
pertama. Formasi ini terdiri dari batulempung putih kelabu dengan sisipan batupasir
halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan, glaukonitan setempat mengandung lignit
dan di bagian atas mengandung tufaan sedangkan bagian tengah kaya akan fosil
foraminifera. Ketebalan formasi ini diperkirakan antara 1000-1500 m.

III. 2 Satuan Batuan

Dari hasil data deskripsi litologi didapatkan satuan batuan. Satuan batuan yang
didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Satuan Batuan Batulempung


2. Satuan Batuan Batupasir
3. Satuan Batuan Serpih
4. Satuan Batuan Batupasir Quartzite
5. Satuan Batuan Metamorf

III.3 Petroleum System

Unsur Petroleum System yang didapatkan mengacu pada interpretasi chromatolog serta
data deskripsi litologi, sehingga didapatkan :

1. Source Rock
Source rock adalah Batuan yang kaya zat organik, jika mengalami cukup pemanasan
akan menghasilkan minyak dan gas. Jika dikaitkan dengan mud log maka formasi
yang menjadi source rock adalah formasi Talang Akar, karena di dalam formasi ini
banyak mengandung batuan kaya zat organik seperti batubara
Yohanes Agusta Rahadian
111.140.134
Plug 6 Page 6
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

2. Reservoir Rock
Batuan sedimen yang mempunyai pori sehingga fluida hidrokarbon yang telah
terproses di source rock dapat masuk dan terakumulasi di dalamnya. Formasi yang
menjadi reservoir rock pada mud log ini adalah Formasi Lahat dan Formasi Talang
Akar. Pembagian ini didasarkan atas ciri litologinya. Lithologi yang dapat menjadi
reservoir rock adalah litologi yang memiliki permeabilitas dan porositas yang baik.
Litologi yang memiliki permeabilitas dan porositas yang baik adalah batupasir selain
itu terdapat keterangan oil show.

3. Seal Rock
Seal Rock atau Batuan Tudung adalah Batuan yang bersifat impermeabel. Batuan Ini
memiliki peran sebagai penyekat seperti shale. Formasi yang menjdai seal rock pada
log ini adalah Formasi Gumai karena didominasi oleh litologi berupa shale dan masuk
pada satuan batuan serpih.

III. 4 Zona Target

Dari analisa yang kita lakukan, keterdapatan hidrokarbon berada pada bagian reservoir rock
karena reservoir rock menjadi daerah masuk dan terakumulasinya hidrokarbon. Zona targer
berdasarkan analisa mud log maka hidrokarbon pada cekungan Sumatera Selatan ini berada pada
Formasi Lahat dan Talang Akar.

BAB IV

KESIMPULAN

Yohanes Agusta Rahadian


111.140.134
Plug 6 Page 7
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

Dari data mud log yang kita analisa sehingga dapat ditarik satuan batuan, formasi serta
petroleum systemnya maka :

1. Formasi yang menjadi reservoir rock ialah Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar
karena litologinya dominan batupasir sehingga memiliki nilai permeabilitas dan porositas
yang baik. Formasi Talang Akar yang menjadi reservoir rock ini di temukan pada
kedalaman 1030m 1050m dan Formasi Lahat pada kedalaman 1179m 1235m

Yohanes Agusta Rahadian


111.140.134
Plug 6 Page 8
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. (https://smiatmiundip.wordpress.com/2011/05/01/basic-petroleum-


system/, diakses 20 Februari 2017)

Anonim. 2014. (http://lusiana23mataratu.blogspot.co.id/2014/11/regional-cekungan-


sumatera-selatan_2.html, diakses 20 Februari 2017)

Yohanes Agusta Rahadian


111.140.134
Plug 6 Page 9

Вам также может понравиться