Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH
P0906216001
PEMBAHASAN
1 Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada
kemasan dan etiket obat bebas, ditandai dengan lingkaran hijau dengan garis tepi hitam.
Contoh : Parasetamol
2 Obat Bebas Terbatas (Daftar W: Warschuwing)
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas harus tertera lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam.
3 Obat Keras dan Psikotropika (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya)
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter, sedangkan
obat keras yang hanya boleh dijual dengan resep dokter diberi tanda huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam.
o Narkotika golongan I
1 Sanitasi Pangan
Ventilasi udara harus baik dan memenuhi syarat higiene. Demikian pula
fasilitas penyimpanan bahan baku, ingredien, serta bahan lainnya harus memenuhi
syarat bersih dan dapat mencegah pencemaran.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995 tentang izin usaha
industri
Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1987 Tentang : Penyederhanaan Pemberian Ijin Usaha
Industri
Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
pelaksanaannya.
ATURAN LAINNYA YANG TERKAIT TENTANG FARMASI DAN PANGAN :
Undang-Undang
SK Menkes
Kep Dirjen POM 386 tahun 1990 tentang Perubahan Lamp Permenkes 239 tahun 1985
tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya
Kep Dirjen POM HK.00.06.4.02894 tahun 1994 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba
pada Kosmetika
Kep Ka BPOM HK.00.05.5.1639 tahun 2003 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan
yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT)
Kep Ka BPOM HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan
Suplemen Makanan
Kepmenkes 23 tahun 1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan
Kepmenkes 98 tahun 1994 tentang Pengesahan Naskah Kodeks Kosmetika Indonesia
Edisi II Volume I
Kepmenperindag 62 tahun 2004 tentang Pedoman Cara Uji Kandungan Kadar Nikotin
dan Tar Rokok
Keppres 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol
Keppres 17 tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional
Peringatan BPOM KH.00.01.2.3984 tahun 2004 tentang Kosmetik Mengandung Bahan
Berbahaya yang Dilarang Digunakan pada Sediaan Kosmetik
Permendag 15 tahun 2006 tentang Pengawasan dan Pengendalian Impor, Pengedaran dan
Penjualan, dan Perizinan Minuman Beralkohol
Permenkes 180 tahun 1985 tentang Makanan Daluwarsa
Permenkes 239 tahun 1985 tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan
Berbahaya
Permenkes 722 tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan
Permenkes 1168 tahun 1999 tentang Perubahan Permenkes 722 tahun 1988 tentang
Bahan Tambahan Makanan
Permenkes 1176 tahun 2010 tentang Notifikasi Kosmetika
PP 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
PP 28 tahun 2004 tentang Kemananan, Mutu, dan Gizi Pangan
PP 38 tahun 2000 tentang Perubahan PP 81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok bagi
Kesehatan
PP 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
PP 81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
UU 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
UU 7 tahun 1996 tentang Pangan
UU 9 tahun 1976 tentang Narkotika
UU 22 tahun 1997 tentang Narkotika
UU 35 tahun 2009 tentang Narkotika
BAB III
PENUTUP
Dengan adanya aturan-aturan terkait obat-obatan dalam hal ini aspek hukum kefarmasian,
maka diharapkan tidak hanya menjamin ketersediaan obat tapi juga adanya ketersediaan sumber
daya maupun sarana dan prasarana farmasi dimasyarakat. Selain itu dengan adanya undang
undang serta aturan yang terkait dengan keamanan pangan diharapkan menjadi suatu kesatuan
sistem keamanaan serta mutu produk farmasi baik dalam hal kualitas maupun distribusi yang
merata dan tepat sesuai aturan yang berlaku guna mewujudkan cita-cita kesehatan yang telah
dicanangkan pemerintah dalam UUD No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Persoalan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, juga peran serta aktif dalam
masyarakat sebagai konsumen harus teliti dan kritis mengawasi produk-produk yang beredar
secara bebas dewasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Muchid, A, dkk, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Klinik Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI,
Jakarta
Satibi, 2015, Manajemen Obat Di Rumah Sakit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Fauzani, Nurul, Farmasi Melek Hukum ( Edisi- 5, Alkohol, kosmetik, makanan, rokok, narkotik,
Psikotropika ) https://hilalisme.wordpress.com/2012/08/29/farmasi-melek-hukum-edisi-5-
alkohol-kosmetik-makanan-narkotika-rokok-dan-psikotropika/
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. hk.00.05.1.3460 tahun 2005 tentang
Pengawasan Pemasukan Bahan Baku Obat. Jakarta: BPOM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor hk.04.1.33.02.12.0883 tahun 2012
tentang Dokumen Induk Industri Farmasi Dan Industri Obat Tradisional. Jakarta: BPOM RI.
Dan Makanan No. HK. 00.05.3.02706 Tahun 2002 tentang Promosi Obat. Jakarta: BPOM RI.
Departemen Kesehatan RI. 1973. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 5143/A/SK/73
tentang Status Badan Hukum Pabrik Farmasi. Jakarta: Depkes RI.
Dirjen POM RI. 1989. Keputusan Dirjen Obat dan Makanan Depkes RI No. 05411/A/SK/XII/89
tentang Penerapan Cara Pembuatan yang Baik pada Industri Farmasi. Jakarta: Dirjen POM RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan menteri kesehatan nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kemenkes RI.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2011. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun
2011 Tentang Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi. Jakarta: KKI