Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini

pasien datang dengan keluhan utama kelemahan pada kaki dan

tangan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit yang diawali

perasaan cepat lelah saat beraktifitas. Hal ini sesuai dengan

gejala-gejala pada hipokalemi dimana pasien mengalami

kelemahan dan rasa lelah. Pada pasien tidak dijumpai keluhan

seperti dispnue, konstipasi atau distensi abdomen. Pada pasien

ini sifat kelemahan yang terjadi di ke empat ekstremitas mirip

dengan gejala Guilan Barre Syndrome. Tapi pada pasien ini

kelemahan tidak bersifat menjalar dari anggota gerak bawah

dahulu lalu ke atas sebagaimana menjadi cirri khas dari

kelemahan Guilan Barre Syndrome.

Pemeriksaan fisik pada pasien, tanda vital terdapat

hipertensi, tidak ada takikardi, dan tidak ada takipneu. Menurut

teori pada pasien hipokalemia tanda vital dalam batas normal.

Bila pada pasien dijumpai hipertensi dapat menjadi petunjuk

untuk penyakit hiperaldosteronisme primer, stenosis arteri ginjal

atau beberapa sindrom hipertensi genetic. Pada pasien memang

memiliki riwayat hipertensi sebelumnya sehingga tensi yang

22
tinggi kemungkinan karena riwayat hipertensi yang di derita oleh

pasien. Namun tidak menutup kemungkinan juga bisa menjadi

petunjuk penyakit-penyakit tadi.

Pada pasien dijumpai kelemahan pada ke empat ekstremitas.

Dimana ektremitas atas memiliki kekuatan otot 4 pada sisi kanan

dan kiri. Sedangkan pada ekstremitas bawah kekuatan ototny 3

pada kanan dan kiri. Selain itu tidak didapatkan reflex fisiologis

maupun patologis pada pasien ini. Hal ini sesuai dengan teori,

bahwa pada hipokalemi terdapat kelemahan dan juga terdapat

penurunan atau hilangnya refleks tendon.

Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik,

dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan serum

elektrolit. Dan didapatkan hasil 2,2 mmol/L. Pasien juga dilakukan

pemeriksaan EKG untuk melihaat apakah ada kelainan pada

irama jantungnya. Pada pasien tidak didapatkan kelaianan pada

irama jantungnya.

Setelah itu pasien diberikan terapi berupa infus Asering +

drip KCl 1 flash 20 tpm, Inj. Meticobaln2 x 1 ampul, Inj.

Metilprednisolon 2 x ampul, Inj. Novorapid 3 x 8 IU sc, P.O KSR

2 x 1, dan direncanakan untuk pemeriksaan Kalium per hari dan

pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah 2 jam post

prandial. Koreksi Kalium menggunakan rumus K (4,5 nilai K) x

0,3, BB. Pada pasien koreksi kaliumnya adalah (4,5 2,2 ) x 0,3 x

23
50 kgBB = 34,5 mEq. Pasien berikan inisial 1 flash KCl (25 mEq /

25 cc) dilarutkan dalam asering diberikan dengan kecepatan 20

tetes per menit. Pasien juga diberikan suplementasi Kalium per

oral dengan pemberian KSR 3 x 1 tab. 1 tab KSR berisi 600 mg,

setara dengan 8 mEq K.

Pada follow up tanggal 21 Juli 2016 (hari perawatan

pertama), pasien masih mengeluhkan sedikit lemas khususnya

pada ekstremitas bawah (kekuatan otot 4) dan nilai K masih 2,2

mmol/L. Sehingga dosis drip KCl dinaikkan menjadi 2 flash

dilarutkan dalam infuse asering diberikan dengan kecepatan 20

tetes per menit. Dosis KSR juga dinaikkan menjadi 4 x 2 tab.

Pada follow up tanggal 22 Juli 2016 (hari perawatan kedua)

pasien masih mengeluh sedikit lemas, namun sudah dapat

melakukan mobilisasi. Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah

5. Nilai K pasien 4,1 mmol/L. Terapi dilanjutkan.

Pada hari perawatan ketiga tanggal 23 Juli 2016, pasien

sudah tidak mengeluhkan lemas dan dapat melakukan mobilisasi

dengan normal kembali. Kekuatan otot ektremitas atas dan

bawah 5. Nilai K pasien 4,6 mmol/L. Pasien diizinkan untuk

pulang dan diberikan terapi oral KSR 4 x 2 tab selama 5 hari.

Pengobatan diabetes pasien dengan menggunakan insulin tetap

dilanjutkan. Pasien diminta untuk control ke Poli Syaraf RSUD

Ansari Saleh setelah 5 hari dari pemulangan pasien.

24
BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien laki-laki 36 tahun dengan kelemahan

anggota gerak atas dan bawah, kekuatan otot ekstremitas atas

kanan dan kiri 4, kekuatan otot ektremitas bawah kanan dan kiri

3, nilai K 2,2 mmol/L, EKG dalam batas normal. Pasien

didiagnnosis dengan tetraparese e.c hipokalemia. Pasien dirawat

di ruang syaraf RSUD Ansari Saleh selama 3 hari, dan diizinkan

untuk pulang dengan nilai K 4,6 mmol/L.

25

Вам также может понравиться