Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Factor lain yang menyebabkan krisis di Indonesia adalah masalah utang luar
negeri, penyimpangan terhadap pasal 33 UUD 1945, dan pola pemerintahan yang
sentralistis.
Utang luar negeri Indonesia
Utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang Negara, tetapi sebagian
merupakan swasta. Utang yang menjadi tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 yang di
sampaikan oleh Radius prawira pada sidang dewan pemantapan ketahanan ekonomi yang di
pimpin oleh presiden soeharto.
Pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan orde baru sudah jauh menyimpang
dari system perekonomian pancasila. Dalam pasal 33 UUD 1945 tercantum bahwa dasar
demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau
pemilikan anggota-anggota masyarakat.
Sistem ekonomi yang berkembang pada masa orde baru adalah sistem ekonomi kapitilas
yang dikuasai oleh para konglomerat debgab berbagai bentuk monopoli, oligopoli, serta diwarnai
dengan dan kolusi
politik yang tinggi, baik ditataran pemerintahan maupun di tingkat pergerakan rakyat
dan mahasiswa. Suhu politik di tataran elit yang makin memanas menimbulkan
puncak. Kondisi kehidupan masyarakatbah dengan angka yang sangat sulit, ditambah
sistematis yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada 13 14 Mei 1998 menjadi
yang begitu tinggi antara pusat dan daerah. Pola tranmigrasi yang diterapkan oleh
pemerintah tidak diiringi dengan penanganan solidaritas sosial di daerah tujuan. Pada
dapat dihindarkan. Kondisi inilah yang kemudian memicu tuntutan kepada pemerintah
kehidupan bangsa.
d. Krisis Hukum
Pelaksanaan hukum di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak
ketidakadilan. Misalnya, kekuasaan kehakiman yang dalam pasal 24 UUD 1945 dinyatakan
sebagai badan yang memiliki kekuasaan yang bebas dan terlepas dari kekusaan pemerintah
(independen). Akan tetapi dalam kenyataanya kekuasaan kehakiman berada dibawah kekuasaan
pemerintah, sehingga pengadilan menjadi lembaga yang sulit untuk memberi keadilan bagi
rakyat. Jadi dapat dikatakan selam pemerintahan Orde Baru hakim-hakim menjadi pelayan para
penguasa, bahkan hukum sering dijadikan alat untuk membenarkan tindakan dan kebijakan
pemerintah atau sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan apabila proses tersebut
menyangkut diri penguasa, keluarga dan kerabat atau pejabat negara. Hal ini dapat dilihat pasca
jatuhnya Presidan Soeharto, hukum tidak bisa menjerat para konglomerat dan politisi nakal yang
telah menggunakan uang rakyat. Hal ini jelas menunjukan bahwa hukum telah diciptakan untuk
keuntungan pemerintah yang berkuasa.