Вы находитесь на странице: 1из 10

TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir (JPNK-KR, 2008;146).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sofian, 2012;291).
Jadi asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.

2. Etiologi
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi
menangis yang merangsang pernapasan. Denyut jantung akan mnejadi stabil pada
frekuensi 120-140x/menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi
beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot
yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernapasan yang wajar.
Banyak hal yang menyebabkan bayi tidak bernapas saat lahir. Sering kali hal ini terjadi
ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Faktor yang menyebabkan gawat janin
(Jenny, 2013;177):
Keadaan Ibu :
1. Pre-eklamsi dan eklamsia
2. Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plsenta)
3. Partus lama atau partus macet
4. Demam selama persalinan
5. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
6. Kehamilan postmatur (sesudah 42 minggu kehamilan)
Keadaan Tali Pusat :
1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat
Keadaan Bayi :
1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstrasi vakum,
forcep)
3. Kelainan bawaan
4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehujauan)

3. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada asfiksia neonatorum adalah:
a. Tidak ada pernapasan (apnea)/ pernapasan lambat (kurang dari 30 kali per menit).
Apnea terbagi atas dua yaitu:
Apnea primer : pernapasan cepat, denyut nadi menurun, dan tonus neuromuskular
menurun.
Apnea sekunder : apabila asfiksi berlanjut, bayi menunjukkan pernapasan megap-
megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, terlihat lemah (pasif), dan
pernapasan makin lama makin lemah.
b. Pernapasan tidak teratur, dengkuran, atau retraksi (perlekukan dada).
c. Tangisan lemah
1
d. Warna kulit pucat dan biru.
e. Tonus otot lemas dan terkulai.
f. Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100 kali per menit).
(Sondakh, 2013;176)
4. Patofisiologi
In Utero (Sofian, 2012;291-292).
a. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap
nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus
berlangsung, maka nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan
dari neso simpatikus. Denyut jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya irregular
dan menghilang.
b. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehigga mekonium keluar sebagai tanda janin
dalam hipoksia :
a) Jika DJJ normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia.
b) Jika DJJ > 160 x / menit dan ada mekonium maka janin sedang hipoksia
c) Jika DJJ < 100 x / menit dan ada mekonium maka janin dalam keadaan gawat
d) Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita periksa kemudian,
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan
terjadi atelekrasis bila janin lahir alvedi tidak berkembang.

Setelah lahir (Sondakh, 2013;177-178)


Kondisi patologis yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya oksigenasi
sel, retensi karbondioksida berlebihan, dan asidosis metabolik. Kombinasi ketiga
peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak
cocok dengan kehidupan. Pada awalnya, frekuensi jantung dan tekanan darah akan
meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap (gasping). Bayi kemudian masuk
ke periode apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer
akan mulai melakukan usaha bernapas lagi. Bayi yang mengalami proses asfiksia lebih
jauh berada dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder dapat dengan cepat
menyebabkan kematian jika bayi tidak benar-benar didukung oleh pernapasan buatan.
Selama apnea, penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh
darah di paru-paru mengalami konstriksi. Keadaan vasokonstriksi ini menyebabkan
paru-paru resistan terhadap terhadap ekspansi, sehingga mempersulit kerja resusitasi
janin yang ductus arteriosus terus membuat pirau darah ke aorta, melewati paru-paru
yang konstriksi.
Kejang dapat muncul 24 jam pertama setelah bayi lahir. Kejang merupakan
tanda yang mengkhawatirkan dan merupakan tanda peningkatan kemungkinan terjadinya
kerusakan otak permanen. Dalam praktek menentukan tingkat asfiksia bayi dilakukan
penilaian APGAR. Biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap dan 5 menit
setelah bayi lahir.

2
NILAI
TANDA
0 1 2

Pucat Badan merah, kakiSeluruh tubuh


1. Warna kulit
dan tangan biru kemerah-merahan
2. Frekuensi Nadi Tidak ada Lambat <100/ menit >100 / menit
Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat atau
3 .Reflek
melawan
4. Aktivitas / Tonus Lumpuh / lemah Ekstrmital fleksi Gerakan aktif
Otot
5.Usaha nafas Tidak ada Lambat, tidak teraturMenangis kuat

Sumber : Jenny J.S Sondakh, 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta halaman 179)

Penanganan pada bayi menurut Sondakh (2013;158) sesuai degan nilai Apgar sebagai
berikut:
7-10 : Bayi mengalami asfiksia ringan atau bayi dalam keadaan normal
4-6 : Bayi mengalami asfiksia sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan
resusitasi
0-3 : Bayi mengalami asfiksia berat dan membututuhkan resusitasi segera dan mungkin
memerlukan ventilasi

5. Diagnosis (Sofian, 2012;292).


1. In utero
a. DJJ irregular dan frekuensinya lebih dari 160 x / menit atau kurang dari 100 x /
menit.
b. Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala) karena terjadi rangsangan
nervus x, sehingga peristalktik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
c. Analisis air ketuban / amnioskopi.
d. Kardiotografi.
e. Ultrasografi
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan.
b. Bayi tidak bernafas.

3
c. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik seperti
kejang, nistigmus dan menangis kurang baik / tidak menangis.

6. Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum (Sondakh, 2013;182-185)

Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap
dan atau tonus otot tidak baik:
Sambil memulai langkah awal:
Beritahu ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernapasannya dan bahwa anda akan menolongnya bernapas.
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

Tahap 1: Langkah Awal


Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi sebagian besar bayi baru lahir, 5
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur.
1. Menjaga bayi tetap hangat
Letakkan bayi di atas perut ibu.
Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih,
kering, dan hangat.
Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.
2. Mengatur posisi bayi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan pengganjal bahu
sehingga kepala sedikit ekstensi.
3. Mengisap lendir
Gunakan alat penghisap lendir DeLee dengan cara sebagai berikut:
Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada saat memasukkan.
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut
atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung
bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas.
Apabila pengisapan dilakukan dengan balon karet lakukan dengan cara sebagai
berikut:
Tekan bola diluar mulut.
Masukkan ujung pengisap di rongga mulut dan lepaskan (lendir akan terisap).
Untuk hidung, masukkan ke lubang hidung.
4. Mengeringkan dan merangsang bayi
Keringkan bayi mulai dari wajah, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara berikut ini:
1) Menepuk atau menyentil telapak kaki.
2) Menggosok punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan.
5. Mengatur kembali posisi kepala bayi dan selimut bayi
Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.

4
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar
bisa memantau pernapasan bayi.
Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
6. Melakukan penilaian bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pascaresustasi.
Bila bayi megap-megap atau bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

Tahap 2: Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara
ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
bernapas spontan dan teratur.
Langkah-langkah ventilasi adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung-sungkup atau pemompaan awal balon-sungkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan menguji apakah
jalan napas bayi terbuka.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan/ pemompaan, perhatikan apakah dada bayi mengembang
dan bila tidak mengembang:
1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan.
4) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada
mengembang, lakukan tahapan berikutnya.
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan
sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi
mulai menangis dan bernapas spontan.
Pastikan dada mengembang saat dilakukan peniupan atau pemompaan, setelah 30
detik, lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi secara bertahap.
Lihat dada, apakah ada retraksi dinding bawah.
Hitung frekuensi napas per menit, dengan cara: jika bernapas >40 per menit dan
tidak ada retraksi berat (Jangan ventilasi lagi, letakkan bayi dengan kontak kulit ke
kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL. Pantau setiap 15 menit untuk
pernapasan dan kehangatan, katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan
besar akan membaik, lanjutkan asuhan pasca resusitasi). Jika bayi megap-megap
atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.
4. Ventilasi setiap 30 detik, hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian apakah bayi bernapas, tidak
bernapas atau megap-megap. (Jika bayi sudah bernapas spontan, hentikan ventilasi
bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megap atau tidak

5
bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian
ulang napas setiap 30 detik).
5. Menyiapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi
Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan mengapa.
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan.
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medis persalinan.
6. Melanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba,
lanjutkan ventilasi selama 10 menit. Hentikan resusitasi, jika denyut jantung tetap
tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba. Jelaskan pada ibu dan berilah
dukungan kepadanya, serta lakukan pencatatan. Bayi yang mengalami asistole (tidak
ada denyut jantung) selama 10 menit, kemungkinan besar mengalami kerusakan otak
yang permanen.

Tahap 3: Asuhan Pascaresusitasi


Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pascaresusitasi yang merupakan
perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan
konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif, serta pencatatan. Asuhan yang
diberikan sesuai dengan hasil resusitasi, yaitu sebagai berikut:
1. Resusitasi berhasil
Resusitasi berhasil jika bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal
atau sesudah ventilasi.
Ajari ibu atau keluarga untuk membantu bidan menilai keadaan bayi.
Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan
segera bila bayi mengalami masalah.
Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti adanya tanda-tanda berikut:
1) Tidak dapat menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Napas cepat (lebih dari 60 per menit)
5) Merintih
6) Retraksi dinding dada bawah
7) Sianosis sentral
2. Jika perlu rujukan
Jika resusitasi belum atau kurang berhasil, maka bayi perlu rujukan, yaitu jika sesudah
resusitasi 2 menit, bayi belum bernapas atau megap-megap, atau pada pemantauan
didapatkan kondisinya memburuk. Rujuk segera bila terdapat salah satu tanda-tanda
bahaya tersebut. Hal-hal yang perlu dilakukan:
Konseling
- Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan rujukan.
Sebaiknya bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
- Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama rujukan.
- Beritahu kepada tempat rujukan yang dituju (bila mungkin) tentang keadaan
bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga bila ibu baru saja melahirkan.
- Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama rujukan.

6
Melanjutkan resusitasi (bila diperlukan).
Memantau tanda bahaya.
Memantau dan merawat tali pusat.
Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan tutup kepala bayi dan bila
mungkin lakukan perawatan bayi lekat.
Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya menyusui segera kepada bayinya, kecuali
pada keadaan gangguan napas dan kontraindikasi lainnya.
Memberikan vitamin K1.
Mencegah infeksi.
Membuat surat rujukan.
Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan
catatan medik.
3. Resusitasi tidak berhasil
Resusitasi tidak berhasil jika setelah 10 menit sesudah resusitasi, bayi tetap tidak
bernapas dan tidak ada denyut jantung. Tindakan berikutnya adalah bidan melakukan
pencatatan dan pelaporan kasus.
Isilah partograf secara lengkap yang mencakup identitas ibu, riwayat keamilan,
jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin, dan kondisi BBL. Denyut jantung bayi
penting sekali untuk dicatat karena sering kali asfiksia bermula dari keadaan gawat
janin pada persalinan. Apabila didapati gawat janin, tuliskan apa yang dilakukan. Saat
ketuban pecah perlu dicatat pada partograf dan berikan penjelasan apakah air ketuban
bercampur mekonium atau tidak. Kondisi BBL juga diisi pada partograf. Bila bayi
mengalami asfiksia, selain dicatat pada partograf, juga perlu dibuat catatan khusus di
buku harian atau buku catatan, cukup ditulis tangan. Usahakan agar mencatat secara
lengkap dan jelas hal-hal berikut:
Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan, dan waktunya.
Kondisi janin atau bayi:
1) Apakah ada gawat janin sebelumnya?
2) Apakah air ketuban bercampur mekonium?
3) Apakah bayi menangis spontan bernapas secara teratur, megap-megap, atau
tidak bernapas?
4) Apakah tonus otot baik?
- Waktu mulai resusitasi.
- Langkah resusitasi yang dilakukan.
- Hasil resusitasi

7
Resusitasi Bayi Baru Lahir (Kemenkes RI,2013;73)

BAYI BARU
LAHIR
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?
3. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tidak Jika air ketuban bercampur mekonium
bernapas atau megap-megap dan atau lemas
NILAI NAPAS

POTONG TALI PUSAT


Jika bayi tidak bernapas atau Jika bayi menangis atau
megap-megap bernapas normal
LANGKAH AWAL
Buka mulut lebar, usap dan
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Atur posisi bayi isap lendir di mulut
3. Isap lendir
4. Keringkan dan rangsang taktil
5. Reposisi Potong tali pusat Asuhan Bayi Baru Lahir

NILAI NAPAS
Jika bayi bernapas normal

ASUHAN PASCA RESUSITASI Jika bayi tidak bernapas/ bernapas megap-megap


1. Pemantauan tanda bahaya 1. Pasang
2. Perawatan tali pusat Jika sungkup,
bayi tidakperhatikan lekatan megap-megap
bernapas/ bernapas
2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30 cm air
3. IMD 3. 1.Jika dadaventilasi
mengembang lakukan ventilasi
4. Pencegahan hipotermi Ulangi 8 sebanyak 20x selama 3020x dengan tekanan 20
detik
Jika bayi bernapas cm air selama 30 detik
5. Pemberian vitamin K1 normal 2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali napas tiap 2 menit
6. resusitasi
1. Pencegahan infeksi
Hentikan ventilasi NILAIspontan
3. Jika bayi tidak bernaps NAPAS sesudah 2 menit resusitasi,
7. Pemeriksaan fisik
2. ASUHAN PASCA RESUSITASI siapkan rujukan , nilai denyut jantung.
8. Pencatatan dan pelaporan
Jika Bayi Dirujuk Jika bayi tidak dirujuk dan atau tidak berhasil

1. Konseling 1. Sesudah 10 menit bayi tidak bernapas spontan dan tidak


2. Lanjutkan resusitasi terdengar denyut jantung pertimbangkan menghentikan
3. Pemantauan tanda bahaya resusitasi.
4. Perawatan tali pusat 2. Konseling
5. Pencegahan hipotermi 3. Pencatatan dan pelaporan
6. Pemberian vitamin K1
7. Pencegahan infeksi
8. Pencatatan & pelaporan

9
DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta.

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi
Jilis 1. Jakarta : EGC.

Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.

10

Вам также может понравиться

  • Bab I
    Bab I
    Документ2 страницы
    Bab I
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • Indikator Pemantauan No 5
    Indikator Pemantauan No 5
    Документ1 страница
    Indikator Pemantauan No 5
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • Indikator Pemantauan
    Indikator Pemantauan
    Документ2 страницы
    Indikator Pemantauan
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • TUJUAN
    TUJUAN
    Документ1 страница
    TUJUAN
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • Kompre Anc
    Kompre Anc
    Документ17 страниц
    Kompre Anc
    Julia Widianata
    Оценок пока нет
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Документ13 страниц
    Pemba Has An
    Tiara Anggraini
    Оценок пока нет
  • TUMBUHKEMBANG
    TUMBUHKEMBANG
    Документ23 страницы
    TUMBUHKEMBANG
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • Indikator Pemantauan No 4
    Indikator Pemantauan No 4
    Документ1 страница
    Indikator Pemantauan No 4
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • Pengertian Pws
    Pengertian Pws
    Документ2 страницы
    Pengertian Pws
    elis
    Оценок пока нет
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Документ13 страниц
    Pemba Has An
    Tiara Anggraini
    Оценок пока нет
  • Plasenta Previa Julia LP
    Plasenta Previa Julia LP
    Документ9 страниц
    Plasenta Previa Julia LP
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • Asuhan Kebidanan Postmature LP
    Asuhan Kebidanan Postmature LP
    Документ13 страниц
    Asuhan Kebidanan Postmature LP
    Julia Widianata
    Оценок пока нет
  • TUMBUHKEMBANG
    TUMBUHKEMBANG
    Документ23 страницы
    TUMBUHKEMBANG
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • Anc Fisiol
    Anc Fisiol
    Документ16 страниц
    Anc Fisiol
    Julia Widianata
    Оценок пока нет
  • Anc Fisiol
    Anc Fisiol
    Документ16 страниц
    Anc Fisiol
    Julia Widianata
    Оценок пока нет
  • Abortus LP
    Abortus LP
    Документ10 страниц
    Abortus LP
    Julia Widianata
    Оценок пока нет
  • ISBD
    ISBD
    Документ14 страниц
    ISBD
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет
  • LP KB Suntik 1 Bulan
    LP KB Suntik 1 Bulan
    Документ9 страниц
    LP KB Suntik 1 Bulan
    Julia Widianata
    Оценок пока нет
  • Kompre Anc
    Kompre Anc
    Документ17 страниц
    Kompre Anc
    Julia Widianata
    Оценок пока нет
  • Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Tingkat Ekonomi Keluarga Kader Dengan Peran Serta Kader Posyandu Di Kam 0
    Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Tingkat Ekonomi Keluarga Kader Dengan Peran Serta Kader Posyandu Di Kam 0
    Документ5 страниц
    Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Tingkat Ekonomi Keluarga Kader Dengan Peran Serta Kader Posyandu Di Kam 0
    haidar rz
    Оценок пока нет
  • Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Menstruasi Pada Siswi Kelas II SMP KTI KEBIDANAN
    Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Menstruasi Pada Siswi Kelas II SMP KTI KEBIDANAN
    Документ5 страниц
    Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Menstruasi Pada Siswi Kelas II SMP KTI KEBIDANAN
    haidar rz
    Оценок пока нет
  • Cara Pasang, Jalankan & Atur Firefox
    Cara Pasang, Jalankan & Atur Firefox
    Документ1 страница
    Cara Pasang, Jalankan & Atur Firefox
    Fahmi Wahyu Trihasno
    Оценок пока нет
  • Biografi Mohammad Hatta
    Biografi Mohammad Hatta
    Документ8 страниц
    Biografi Mohammad Hatta
    Disini Julia Disana Oiphie
    Оценок пока нет