Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir (JPNK-KR, 2008;146).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sofian, 2012;291).
Jadi asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
2. Etiologi
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi
menangis yang merangsang pernapasan. Denyut jantung akan mnejadi stabil pada
frekuensi 120-140x/menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi
beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot
yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernapasan yang wajar.
Banyak hal yang menyebabkan bayi tidak bernapas saat lahir. Sering kali hal ini terjadi
ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Faktor yang menyebabkan gawat janin
(Jenny, 2013;177):
Keadaan Ibu :
1. Pre-eklamsi dan eklamsia
2. Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plsenta)
3. Partus lama atau partus macet
4. Demam selama persalinan
5. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
6. Kehamilan postmatur (sesudah 42 minggu kehamilan)
Keadaan Tali Pusat :
1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat
Keadaan Bayi :
1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstrasi vakum,
forcep)
3. Kelainan bawaan
4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehujauan)
2
NILAI
TANDA
0 1 2
Sumber : Jenny J.S Sondakh, 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta halaman 179)
Penanganan pada bayi menurut Sondakh (2013;158) sesuai degan nilai Apgar sebagai
berikut:
7-10 : Bayi mengalami asfiksia ringan atau bayi dalam keadaan normal
4-6 : Bayi mengalami asfiksia sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan
resusitasi
0-3 : Bayi mengalami asfiksia berat dan membututuhkan resusitasi segera dan mungkin
memerlukan ventilasi
3
c. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik seperti
kejang, nistigmus dan menangis kurang baik / tidak menangis.
Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap
dan atau tonus otot tidak baik:
Sambil memulai langkah awal:
Beritahu ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernapasannya dan bahwa anda akan menolongnya bernapas.
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
4
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar
bisa memantau pernapasan bayi.
Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
6. Melakukan penilaian bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pascaresustasi.
Bila bayi megap-megap atau bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
Tahap 2: Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara
ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
bernapas spontan dan teratur.
Langkah-langkah ventilasi adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung-sungkup atau pemompaan awal balon-sungkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan menguji apakah
jalan napas bayi terbuka.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan/ pemompaan, perhatikan apakah dada bayi mengembang
dan bila tidak mengembang:
1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan.
4) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada
mengembang, lakukan tahapan berikutnya.
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan
sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi
mulai menangis dan bernapas spontan.
Pastikan dada mengembang saat dilakukan peniupan atau pemompaan, setelah 30
detik, lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi secara bertahap.
Lihat dada, apakah ada retraksi dinding bawah.
Hitung frekuensi napas per menit, dengan cara: jika bernapas >40 per menit dan
tidak ada retraksi berat (Jangan ventilasi lagi, letakkan bayi dengan kontak kulit ke
kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL. Pantau setiap 15 menit untuk
pernapasan dan kehangatan, katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan
besar akan membaik, lanjutkan asuhan pasca resusitasi). Jika bayi megap-megap
atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.
4. Ventilasi setiap 30 detik, hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian apakah bayi bernapas, tidak
bernapas atau megap-megap. (Jika bayi sudah bernapas spontan, hentikan ventilasi
bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megap atau tidak
5
bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian
ulang napas setiap 30 detik).
5. Menyiapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi
Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan mengapa.
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan.
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medis persalinan.
6. Melanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba,
lanjutkan ventilasi selama 10 menit. Hentikan resusitasi, jika denyut jantung tetap
tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba. Jelaskan pada ibu dan berilah
dukungan kepadanya, serta lakukan pencatatan. Bayi yang mengalami asistole (tidak
ada denyut jantung) selama 10 menit, kemungkinan besar mengalami kerusakan otak
yang permanen.
6
Melanjutkan resusitasi (bila diperlukan).
Memantau tanda bahaya.
Memantau dan merawat tali pusat.
Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan tutup kepala bayi dan bila
mungkin lakukan perawatan bayi lekat.
Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya menyusui segera kepada bayinya, kecuali
pada keadaan gangguan napas dan kontraindikasi lainnya.
Memberikan vitamin K1.
Mencegah infeksi.
Membuat surat rujukan.
Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan
catatan medik.
3. Resusitasi tidak berhasil
Resusitasi tidak berhasil jika setelah 10 menit sesudah resusitasi, bayi tetap tidak
bernapas dan tidak ada denyut jantung. Tindakan berikutnya adalah bidan melakukan
pencatatan dan pelaporan kasus.
Isilah partograf secara lengkap yang mencakup identitas ibu, riwayat keamilan,
jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin, dan kondisi BBL. Denyut jantung bayi
penting sekali untuk dicatat karena sering kali asfiksia bermula dari keadaan gawat
janin pada persalinan. Apabila didapati gawat janin, tuliskan apa yang dilakukan. Saat
ketuban pecah perlu dicatat pada partograf dan berikan penjelasan apakah air ketuban
bercampur mekonium atau tidak. Kondisi BBL juga diisi pada partograf. Bila bayi
mengalami asfiksia, selain dicatat pada partograf, juga perlu dibuat catatan khusus di
buku harian atau buku catatan, cukup ditulis tangan. Usahakan agar mencatat secara
lengkap dan jelas hal-hal berikut:
Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan, dan waktunya.
Kondisi janin atau bayi:
1) Apakah ada gawat janin sebelumnya?
2) Apakah air ketuban bercampur mekonium?
3) Apakah bayi menangis spontan bernapas secara teratur, megap-megap, atau
tidak bernapas?
4) Apakah tonus otot baik?
- Waktu mulai resusitasi.
- Langkah resusitasi yang dilakukan.
- Hasil resusitasi
7
Resusitasi Bayi Baru Lahir (Kemenkes RI,2013;73)
BAYI BARU
LAHIR
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?
3. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tidak Jika air ketuban bercampur mekonium
bernapas atau megap-megap dan atau lemas
NILAI NAPAS
NILAI NAPAS
Jika bayi bernapas normal
9
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi
Jilis 1. Jakarta : EGC.
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.
10