Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkungan Studi


2.1.1 Area Studi
Penetapan area studi biasanya ditetapkan berdasarkan empat pendekatan,
antara lain: pendekatan teknis, pendekatan proyek, pendekatan ekologis, dan
pendekatan administrasi. Pada umumnya luas area dengan pendekatan proyek
lebih sempit daripada dengan pendekatan ekologis dan administrasi. Pendekatan
proyek merupakan tapak proyekarea kegiatan pembangunan itu dilaksanakan.
Area studi berdasarkan pendekatan proyek lebih mudah ditentukan sebab
berhubungan dengan batas pagar proyek itu dibangun. Area ini akan menjadi luas
bila dihubungkan dengan lokasi pengambilan material bangunan (quarry),
pengangkutan material, dan pengambilan bahan mentah setelah pabrik beroperasi.
Sering kali area studi yang ditentukan berdasarkan pada tapak proyek atau area
kegiatan proyek disebut On Site atau area sumber dampak.
Pendekatan ekologis pada umunya ditentukan atas dasar fisiografi dan
biasanya ditentukan studi atas dasar bentuk lahan (Land Form) atau atas ekosistem
alami yang ada. Penentuan area studi dapat ditentukan dengan pendekatan
administrasi untuk mengamati parameter sosial ekonomibudaya dan kesehatan
masyarakat. Penentuan area studi atas dasar teknis biasanya ditentukan
berdasarkan ketersediaan sumberdaya, yaitu tenaga, biaya dan waktu yang
tersedia.

2.1.2 Parameter Lingkungan


Di dalam istilah AMDAL, maka lingkungan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok komponen lingkungan, yaitu komponen abiotik (geofisik kimia) yang
disingkat A, komponen biotis (biotik) yang disingkat B, dan culture (sosial
ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat) yang disingkat C. Leopold dalam
Munn (1979) membagi lingkungan menjadi 88 komponen lingkungan.
Sementara Battelle dan Columbus dalam Canter (1982) mengelompokkan
lingkungan dalam kelompok kategori sebanyak empat buah, Sub Kategori atau
komponen sebanyak 17 buah dan faktor atau parameter lingkungan menjadi 78
buah. Sehingga dalam studi AMDAL akan disebutkan dua klasifikasi, yaitu
komponen lingkungan dan parameter lingkungan. Menurut Canter dan Hill (1979)
di dalam AMDAL struktur lingkungan dibagi menjadi empat kategori, lima belas
sub kategori, dan 63 variabel.

2.2 Metodologi Pengumpulan Data


2.2.1 Metode Pengumpulan Data Komponen Geofisik Kimia
2.2.1.1 Komponen Iklim
Komponen iklim yang diteliti terdiri dari berbagai parameter, yaitu tipe
iklim, suhu, kelembaban, curah huja, jumlah hujan hari hujan, kekuatan arah
angin. Disamping itu terdapat pula data iklim yang lain, yaitu angin kencang,
topan dan periodisitasnya. Data parameter iklim ini dikumpulkan dari data
sekunder.

2.2.1.2 Komponen Hidrologi


Parameter dan komponen hidrologi, antar lain: debit permukaan air dan air
tanah, sedimen, kualitas air permukaan dan air tanah, drainase limpasan (run off),
infiltrasi, perkolasi dan evapotranspirasi. Pengumpulan data komponen hidrologi
dilakukan dengan pengumpulan data primer di lapangan dan data sekunder.
Parameter kualitas air (fisika, kimia, biologi) diamati di laboratorium. Air tanah
diambil dari sumur dangkal dan sumur dalam (bor).
Analisis air di laboratorium pada dasarnya menggunakan gravimetri,
volumetri, colorimetri dan electroda ion selective. Kedua cara tersebut
menggunakan Standard Method for The Examination of Water And Wastewater
(APHA, 1975). Untuk mendapatkan data primer titik pengamatan ditentukan
sesuai rancangan penelitian. Pada pengamatan terhadap limbah cair harus
dilakukan pengamatan pada titik outfall dan pada aliran sungai.

2.2.1.3 Komponen Udara


Parameter dari komponen udara yang harus dikumpulkan adalah arah dan
kecepatan angin, cuaca, tekanan udara, penguapan dan kualitas udara. Secara
umum rincian kualitas udara, antara lain: kebisingan, getaran (vibrasi), partikel
debu, karbon monoksida (CO), hidrocarbon (HC), nitrogen oksida (No x), oksidan
fotokimia, sulfur dioksida (SO2), Timbal (Pb), dan hidrogen sulfida (H 2S). Adapun
areal atau lahan yang diamati atau titik pengamatan tergantung pada rancangan
penelitian. Pengamatan udara yang penting adalah pada titik sumber pencemar
(emisi) dan udara bebas (ambien).
Tabel Metode Pengamatan Udara, Analisis dan Peralatan yang
Dipergunakan
No Peremeter Peralatan yang Waktu Metode Analisis
. Lingkungan dipergunakan Pengukuran
1. Gas SOx Gas Sampler 24 jam Pararosanilin
2. Gas NOx Gas Sampler 24 jam Salt man
3. Gas H2S Gas Sampler 24 jam Mercurythiocyanat
e
4. Gas CO NDIR Analyzer Sesaat NDIR
5. Debu High Volume 24 jam Gravimetric
Sampler
6. Pb High Volume 24 jam Gravimetric
Sampler
7. Bising Sound Level Sesaat -
Meter

2.2.1.4 Komponen Tanah


Parameter ini biasa diamati adalah erodibilitas tanah, kedalaman tanah,
profil tanah, sifat kimia, sifat fisik, dan bakteriologis dari tanah. Data primer
digunakan untuk mengetahui tingkat keharaan dan pencemaran. Data primer
didapatkan dari pengambilan cuplikan tanah yang dilakukan dengan land auger
dan melalui singkapan yang ada. Untuk cuplikan tanah diambil pada lapisan olah
(25 cm) bila hanya untuk mengetahui tingkat keharaan dan untuk mengetahui
tingkat pencemaran dilakukan pengambilan lebih dalam.
Kurang lebih 2 kg untuk pengambilan sampel pada masing-masing lokasi
pengambilan. Cuplikan tanah yang biasa digunakan adalah lumpur yang akan
dianalisis di laboratorium untuk dianalisis sifat kimia dan fisika, meliputi: kadar
air, tekstur, pH, kadar bahan organik, daya hantar listrik (DHL), kapasitas
pertukaran kation (KPK), salinitas, kadar besi ( Fe 2O3), Mangaan (Mn2O), dan
kandungan logam berat (Cu, Cr, Cd, Zn, Sn, Pb, dan Hg). Data tanah biasa berupa
data sekunder atau dari peta tanah.

2.2.1.5 Fisiografi, Geomorfologi, dan Lahan


Pengamatan fisiografi dititik beratkan pada evaluasi bentuk penggunaan
lahan dan proses-proses terjadinya, antara lain: erosi, gerak massa batuan (Mass
Wasting), dan proses sedimentasi. Untuk kepentingan ini biasanya dilakukan
pengamatan observasi dan data sekunder dari peta fisiografi, peta tanah, dan peta
penggunaan lahan.
Geomorfologi merupakan suatu komponen lingkungan yang dapat dirinci
parameternya, antara lain: bentuk topografi, sudut lereng, dan proses-proses
geomorfik seperti longsoran lahan dan bekas bencana banjir. Untuk mendapatkan
komponen geomorfologi dapat dilakukan dengan observasi sebagai checking dari
data sekunder. Komponen geologi yang biasa diamati adalah jenis dan komposisi
mineral, sifat fisik batuan, ketebalan, penyebaran, struktur geologi dan stabilitas
batuan.
Cara pengamatan dilapangan dilakukan dengan mengamati singkapan
batuan, di alur-alur sungai, tebing, jalan, bekas galian, dan pengukuran kedudukan
lapisan batuan yang disingkap. Untuk mengamati jenis batuan dan komposisi
mineral perlu dilakukan analisis laboratorium. Khususnya untuk proyek yang
memerlukan penggalian (quarry), pengamatan perlu dilakukan terhadap topografi,
jenis batuan dan sifat fisikanya, penyebaran batuan, metode penambangan,
volume penggalian, cara pengangkutan dan daerah bekas timbunan mineral yang
tidak terpakai. Pengamatan terhadap jenis batuan dan mineral juga harus
dilakukan pada setiap bagian pola penggunaan lahan. Hasil pengambilan contoh
geologi dari lapangan segera dianalisis di laboratorium.

2.2.1.6 Hidrooceanografi
Menurut Simoen (1988) hidrooceanografi merupakan ilmu yang
menyangkut dua ilmu yang cakupannya sangat luas, yaitu hidrologi dan
oceanografi. Pada dasarnya hidrologi dibagi menjadi empat cabang ilmu berikut,
yaitu:
Potamologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di permukaan tanah
yang berupa aliran-aliran permukaan.
Limnologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di danau termasuk rawa.
Geohidrologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di bawah permukaan
tanah.
Kriologi merupakan hidrologi yang mempelajari salju dan es.
Sementara itu di dalam oceanografi terdapat empat macam aspek sebagai
berikut:
Fisika Oceanografi mempelajari sifat-sifat air laut dalam hubungannya dengan
gerak air.
Kimia Oceanografi adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam air laut
dan di dasar laut, serta analisis sifat-sifat air laut itu sendiri.
Biologi Oceanografi mempelajari kehidupan di dalam laut.
Geologi Oceanografi mempelajari struktur dasar lautan dan proses yang terjadi
disana termasuk terbentunya lautan.
Sementara itu data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer.
Pengamatan parameter hidroocanografi dilakukan pada area dan lokasi yang telah
ditentukan dalam rancangan penelitian.

2.2.2 Metode Pengumpulan Data Komponen Biotis


2.2.2.1 Flora
a. Pengertian
Dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan dikenal adanya formasi tumbuhan dan
bagian dari formasi ini dikenal dengan asosiasi. Dalam asosiasi ditemukan
populasi tumbuh-tumbuhan atau tanaman (barbour, burk, dan Pitts, 1980).
Populasi adalah sekumpulan tanaman yang terdiri dari jenis yang sama menempati
suatu habitat tertentu yang tidak terlalu luas dan memungkinkan terjadinya
interbreeding antar sesamanya.
Semua tumbuhan baik sejenis maupun tidak (flora) yang tumbuh di suatu
wilayah dan bagaimana distribusi dari masing-masing jenisnya disebut dengan
vegetasi. Vegetasi dapat tumbuh di daratan (terrestris) maupun di perairan dan ada
pula yang tumbuh diantara keduanya. Didalam formasi tumbuhan ini terdapat
komunitas tanaman yang merupakan kesatuan atau kelompok tanaman yang
didalamnya terdapat interaksi (hubungan) dengan sesamanya dan dengan
lingkungan (Colinvoux, 1986).
Struktur dari komunitas yang dipelajari antara lain jenis, kerapatan,
dominansi, frekuensi dan nilai penting. Untuk mempelajari komunitas tanaman
telah dikembangkan beberapa metode pembuatan (penarikan cuplikan).
Pembuatan cuplikan untuk mempelajari kondisi dan sifat komunitas dan populasi
dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang umum dilakukan adalah denagn
membuat petak-petak ukur sebagai suatu unti cuplikan. Pada saat ini banyak
dikembangkan oleh para ahli dan cara membuat cuplikan untuk pengamatan
komunitas tanama.

b. Dasar- Dasar Pengambilan Cuplikan (Sampel)


Tujuan diambilnya cuplikan adalah untuk mendapatkan informasi atau data
dari suatu populasi. Untuk mendapatkan informasi dari seluruh populasi
dibutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang sangat banyak. Oleh karena itu,
dikembangkan cara-cara memperoleh informasi tentang suatu populasi tetapi
dengan hanya mengambil suatu cuplikan (sampel). Unit cuplikan (sampel) dapat
ditentukan atas dasar individu (pohon, ekor), luas (petakan ukur, ubinan), atau
bagian dari tanah, air, dan udara.
Terdapat beberapa cara untuk menentukan cuplikan atau menentukan unit
cuplikan. Menurut Pasaribu (1975) cara-cara pengambilan cuplikan (sampel)
adalah menurut aturan tetap yang ditentukan dan tergantung pada jalannya
penarikan cuplikan. Secara rinci disebutkan ada beberapa cara sebagai berikut:
Cuplikan Tetap
Cuplikan ini dibuat dengan engikuti aturan tertentu dan cuplikan ini diambil
serta dibiarkan terus selama masa waktu pengamatan. Ada beberapa cara
pengambilan cuplikan tetap.
Cuplikan Tak Terbatas (Unrestricted Random Sample)
Cuplikan ini dibuat tanpa memperhatikan terlebih dahulu perbedaan
kelompok yang ada. Cara pembuatan cuplikan tetap ini dapat dipergunakan
untuk mengamati hubungan timbal balik antara suatu komunitas dengan
lingkungannya. Biasanya pembuatan cuplikan tak terbatas ini masih dibagi
lagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Cara sederhana merupakan cara dengan menomori setiap tanaman yang
diamati dan penentuan cuplikan menggunakan nomor acak (random
number).
b) Cara sistematis merupakan cuplikan (sampel) ditarik dengan membuat
daftar kemudian secara sistematis cupilkan ditentukan dengan
menentukan pada nomor urut tertentu. Cara yang sama dilakukan
terhadap unit cuplikan untuk menentuka petak-petak ukur.
Cuplikan Terbatas (Restricted Sample)
Cuplikan dibentuk dengan membagi populasi atau daerah penelitian atas
bagian-bagiannya. Dari kelompok bagian ini dipilih beberapa buah unit
cuplikan yang ditentukan secara random. Cuplikan terbatas ini masih dapat
dibagi menjadi empat buah, yaitu:
a) Cuplikan bertingkat banyak (Multistage Sample) dapat digunakan sebagai
penentuannya dilakukan secara bertingkat.
b) Cuplikan bersrata (Stratified Sample) dibuat dengan membagi populasi
atau daerah atas kelas-kelas (stratam).
c) Cluster Sample ini ditarik dengan cara memilih secara random beberapa
strata dan seluruh anggota dari strata terpilih dimasukkan sebagai
cuplikan untuk diamati. Secara random ditentukan tataguna lahan yang
terpilih.
d) Stratified Cluster Sample ini merupakan gabungan antara cara b dan c.

Sequantial Sample
Dalam penarikan cuplikan itu sendiri ditentukan secara random dan
berukuran kecil ditarik dahulu dan dianalisis. Sesudah cuplikan ini dianalisis dan
ditentukan adanya penarikan cuplikan yang lebih besar. Cara ini dibagi menjadi
dua lagi, yaitu:
a) Cuplikan ditarik secara bertingkat
b) Dengan mengamati satu per satu anggota papulasi

c. Persyaratan Dalam Membuat Cuplikan Vegetasi


Langkah-langkah dalam membuat cuplikan (sampel)
Ada beberapa langkah untuk membuat cuplikan sampel (Dombois dan
Ellenberg), yaitu:
1. Membuat sub komunitas dari satu kesatuan komunitas yang ada agar
diperoleh kesatuan terkecil yang lebih seragam.
2. Memilih cara-cara cuplikan yang tepat pada masing-masing bagian.
3. Membuat ukuran dan bentuk cuplikan (sampel plot) yang akan dibuat.
4. Menentukan parameter apa saja yang akan diukur dalam cuplikan plot
tersebut.
Disamping itu juga komunitas apa saja yang dihadapi untuk mendapat
jaminan kebenaran dalam membuat cuplikan. Camm dan Cactro dalam
Dombois dan Ellenberg (1974) melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan orientasi seluruh komunitas dan melakukan survai
reconnaisance.
2. Melakukan survai yang tidak intensif.
3. Melakukan survai intensif.
Pada survai reconnaisance dan survai tidak intensif diperoleh data bersifat
kualitatif dan survai intensif diperoleh data kuantitatif.
Kemudian Whittaker dalam Dombois dan Ellenberg (1974) menyebutkan
bahwa untuk mempermudah pencuplikan, maka dilakukan pembagian
komunitas yang lebih sempit, lebih seragam atas dasar pohon-pohon yang
dominan. Dengan cara ini pembagian menjadi sub-sub komunitas lebih mudah
ditentukan dan pencuplikan akan mudah ditentukan pula. Kerajina (1969),
Daubenmire (1968), dan Marr (1967) dalam Dombois dan Muller (1974) lebih
menganjurkan agar komunitas jangan dipandang dari pohon yang dominan
tetapi dari seluruh asosiasi termasuk dari jenis-jenis pohon penyusun kanopi
bawah. Dengan cara ini, maka sub komunitas akan dapat terbentuk lebih
sempit tetapi lebih homogen.
Persyaratan Pencuplikan
Untuk memperoleh cuplikan yang lebih baik dan benar, maka beberapa
syarat harus dilakukan antara lain:
1. Pencuplikan harus seluas mungkin agar semua spesies yang dimiliki oleh
komunitas itu dapat diketemukan.
2. Habitat tempat tumbuh seseragam mungkin sehingga dengan hanya
membuat satu unit cuplikan akan dapat diperoleh informasi yang cukup
representatif.
3. Tanaman penutupannya sehomogen mungkin.
Dengan membuat sub komunitas seragam ini, maka jaminan secara statistik
dapat tercapai.
Luas Minimal Unit Cuplikan
Untuk mengadakan pengamatan suatu komunitas perlu ditentukan luas
minimal cuplikan. Hal ini perlu dilakukan agar semua spesies tanaman
dapat dicakup. Minimal area satu unti cuplikan sangat bervariasi. Untuk
vegetasi di daerah sedang ditentukan luas unit cuplikan sebagai berikut:
No Jenis Unit Cuplikan Luas Unit Cuplikan
.
1. Hutan yang memiliki lebih dari tiga lapisan tajuk 200m2 500m2
yang diamati tiga lapisan bagian bawah saja
2. Hutan yang hanya pohon-pohon dengan tajuk di 50m2 200m2
lapisan bawah saja yang diamati
3. Padang Rumput 50m2 100m2
4. Semak Perdu Kecil 10m2 25m2
5. Lahan Pertanian (sawah) 25m2 100m2
6. Rumput Untuk Peternakan (pupuk) 5m2 10m2
7. Komunitas Herbal 1m2 4m2
8. Komunitas Lumut 0,1m2 1m2

Penentuan ukuran plot dapat dilakukan dengan cara pertama-tama membuat


cuplikan yang kecil ukurannya kemudian membuat cuplikan yang diperluas
ukurannya. Dengan memperluas ukuran akan ditemukan lebih banyak jenis.
Penambahan luas plot ini dilakukan terus menerus, sehingga tidak
diketemukan lagi jenis yang baru meskipun ukurannya ditambah. Contoh
pembuatan plot ukuran:
No Ukuran Plot Jumlah Jenis
.
1. 0,5 m x 0,5 m dua
2. 1mx1m tiga
3. 2mx2m empat
4. 4mx4m empat

d. Parameter Yang Diamati


Kondisi Vegetasi Suatu Komunitas (Struktur Vegetasi)
Struktur vegetasi dapat diketahui dengan menghitung beberapa variabel
(Colinvoux, 1986) sebagai berikut:
a. Kerapatan total ialah jumlah seluruh individu dalam suatu area tertentu.
b. Kerapatan nisbi atau kerapatan relatif sama dengan
jumlah indivudu spesies
x 100
jumlah total seluruh spesies

c. Keanekaragaman jenis
d. Dominansi total
e. Dominansi nisbi (dominansi relatif)
f. Kekerapan (frekuensi)
g. Kekerapan nisbi
h. Importance Value
x=kerapatan relatif +frekuensi relatif + bidangdasar relatif x

i. Summed Domminance Ratio


frekuensi relatif +dominansi relatif
SDR =
2

Prinsip kerjanya adalah denganmengukur jarak terdekat dari pohon ke suatu


titik yang diambil secara acak. Urutan kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Buat garis utama dengan arah utara dan selatan pada komunitas yang telah
diketahui luasanya.
b. Pada garis utama dibuat garis-garis transek tegak lurus, berselang-seling
dengan jarak tertentu.
c. Pada garis transek ditentukan titik-titik pengamatan dan amati jenis x dan
amati jenis dan pertumbuhannya.
Batas tingkatan anak pohon hingga dewasa adalah sebagai berikut:
a. Tinggi < 1,5 cm yaitu tingkat bibit, semai atau anakan (apabila terdapat di
alam).
b. Tinggi > 1,5 cm hingga 3 meter dan diameter 2,5-10 cm, yaitu tingkat
sapling atau sapihan.
c. Diameter antara 10-20 cm yaitu tingkat poles atau tiang.
d. Diameter > 20 cm yaitu tingkat pohon.
Contoh perhitungan keanekaragaman menurut rumus Simpson sebagai
berikut:
Keanekaragaman (Diversitas)
1
N ( N1)
D=

Keterangan:
D = diversitas
N = jumlah individu dari seluruh jenis yang ada
ni = jumlah individu dari jenis (spesies) tertentu

Potensi Volume (Produktivitas)


Hasil dari pertumbuhan tanaman biasanya berupa biomasa. Untuk mengukur
volume dan produktivitas (biomasa) dengan cara:
a. Volume
b. Produktivitas
c. Biomasa
Semua Tanaman yang ada di Petak Ukur
Parameter untuk faktor ini disebut coverage merupakan persentase
penutupan jenis atau penutupan tajuk seluruh pohon atau seluruh tanaman pada
suatu area tertentu.
Pertumbuhan
Parameter pertumbuhan dapat diukur dari:
1. Kondisi morfologi
2. Anatomis
3. Fisiologi

e. Cara-cara Pembuatan Petak Ukur


1. Cara Kuadrat
2. Point Quarter Sampling
3. Cara Cuplikan berupa jalur
Cara ini terdapat dua buah yaitu:
a. Line Intercept (Barner, 1943 dalam Dombois dan Ellenberg, 1974) adalah
untuk mengetahui persentase penutupan suatu tanaman dalam suatu
komunitas.
b. Belt Transect (Strip Transect atau Line Stricp Method) (Lindsey, 1955
dalam Dombois dan Ellenberg, 1974)
Cara ini dapat dipergunakan untuk mengetahui besar % penutupan dan
kerapatan tanaman.
4. Bisect atau Profil
Cara ini dilakukan dengan menggambarkan seluruh vegetasi dalam suatu
komunitas dan cara penggambarannya adalah dengan menggambarkan seluruh
vegetasi pada bidang vertikal dan penggambaran harus pada skala tertentu.
5. Distance (Plotless) Method
Metode ini merupakan suatu metode cuplikan yang tidak menggunakan cara-
cara petakan ukur hanya jarak antara pohon saja yang diukur. Pada metode ini
terdapat empat cara, yaitu:
a. Nearest individual method
b. Point centered quarter method
c. Nearest neighbor method
d. Random pairs method
Cuplikan dengan cara Distance (Plotless) tersebut dapat dipergunakan untuk
melakukan analisis kerapatan dan kerapatan relatif. Caranya adalah sebagai
berikut:
10.000
Kerapatan=
( jarak ratarata)
Jumlah spesies A
Kerapatan Relatif = x kerapatan untuk seluruh
Jumlah seluruh spesies

pohon

f. Pedoman Pengambilan Sampel Tanaman Untuk Analisis Laboratorium


Dasar-dasar
Kekurangan Lawan Kelebihan Sesuatu Unsur
Beberapa Faktor Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Mengambil Sampel
Tanaman Atau Bagian Tubuh Tanaman
a. Waktu Pengambilan Sampel Tanaman
b. Pemilihan Lokasi
c. Sampel Tanaman
Tanaman Pangan (Musiman) dan Rumput
1. Sitem Jalur
2. Sistem Jalur Bergantian
Tanaman Berupa Pohon
Pencucian
Pengamatan Struktur Jaringan Secara Anatomis
Pengeringan

2.2.2.2 Fauna
a. Fauna Daratan
Metode IPA
Frekuensi
Dominansi
Di= x 100
N

Keterangan:
Di = nilai dominansi suatu jenis hewan tertentu
Ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu dari seluruh jenis
Makin tinggi dominansi suatu jenis hewan tertentu menunjukkan hewan
itu makin dominansi. Komposisi populasi itu bisa dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu:
a. Jenis hewan yang dominan memiliki nilai dominansi lebih dari 5%.
b. Jenis hewan sub dominan dengan nilai dominansi 2 - 5 %.
c. Jenis burung (hewan) tidak dominan dengan nilai dominansi kurang
dari 2%.
Indeks Kesamaan Jenis
Indeks kesamaan jenis adalah perbandingan antara nilai jenis-jenis
burung tertentu dibandingkan dengan pada habitat lain. Rumus indeks
kesamaan jenis yang digunakan menurut Sorensen yaitu:
2C
IS=
A +B

Keterangan:
IS = indeks kesamaan Sorensen
A = jumlah jenis yang ada di luar tapak proyek (habitat pertama)
B = jumlah jenis yang ada di derah tapak proyek (habitat kedua)
C = jumlah jenis yang ada di kedua daerah yang berpasangan (di luar dan
di daerah tapak proyek)
Metode Wawancara
Metode Inventarisasi
Metode Pengamatan Jejak dan atau Bekas Kotoran Hewan

b. Fauna Perairan
b.1 Jenis Benthos
Benthos merupakan makhluk hidup di perairan yang terdapat:
1. Di permukaan dasar laut atau di dasar perairan sungai, danau, dan waduk.
Benthos yang hidup di permukaan dasar perairan disebut Epibenthos atau
Epifauna.
2. Sementara itu ada pula benthos yang hidup di dalam sedimen atau lumpur.
Bentos yang demikian disebut Infauna.

b.2 Pengamatan Terhadap Benthos


a. Metode Pengamatan
Pengamatan terhadap benthos dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain:
1. Hard Substrate
a. Destructive Sampling
Scraped Sampling Cuplikan Kuadrat
Scraped Sampling Cuplikan Transek
b. Non Destructive Sampling
Perhitungan langsung sepanjang transek
Perhitungan langsung dengan cuplikan kuadrat secara acak
Pemotretan organisme dalam cuplikan kuadrat yang dibuat permanen
Pemotretan organisme dalam cuplikan kuadrat dibuat secara acak
c. Penentuan Persen Penutupan
Planimeter dengan dot pattern
Soft substrate (dalam lumpur)
Menggali lapisan lumpur
Menangkap (populasi/m2 atau per m3)

2. Metode Cuplikan
Pada dasarnya metode pencuplikan ada dua macam, yaitu:
a. Metode Transek (Transect Sampling)
1. Sejajar garis pantai
2. Tegak lurus garis pantai
b. Metode Kuadrat (Quadrat Sampling)
1. Bujur sangkar teratur
2. Trapesium teratur
3. Bujur sangkar letak tak teratur

b.3 Pengamatan Plankton


Pengamatan plankton dilakukan terhadap zooplankton dan phytoplankton.
Kedua organisme perairan ini hampir sama dan perbedaannya dapat diidentifikasi
oleh Vallee 1972 dalam Tandjung (1989) sebagai berikut:
No Aspek Tumbuhan Hewan
.
1. Struktur Sel Memiliki dinding sel selulosa Tidak memiliki dinding
sel selulosa sehingga
dapat berubah bentuk
2. Pertumbuhan Dapat terus tumbuh secara Periode pertumbuhan
indefinit dan oleh karena itu bersifat definit dan
beberapa sel tertentu tetap berakhir setelah hewan
dalam keadaan tumbuh aktif mencapai ukuran tubuh
sepanjang hidupnya yang maksimal
3. Pergerakan Umumnya menetap di tempat Kebanyakan dapat
dan mengirimkan akar- berpindah tempat untuk
akarnya ke dalam tanah untuk mendapatkan makanan
memperoleh air dan garam,
serta mendapatkan energi dari
matahari dengan mengekspan
permukaan datar yang luas
4. Pola Nutrisi Membuat sendiri Memperoleh makanan
(perbedaan makanannya self dari organisme lain di
terpenting) nourishing bersifat autotrof dalam lingkungannya
(heterotrof)

2.2.3 Metode Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan


Masyarakat

Secara garis besar penelitian sosial ekonomi menurut Whitte (1977) dalam
Huffsmidt dkk (1986) dapat dilihat pada tabel berikut:
Metode Pengamatan Data Sosial Ekonomi
Metode Kuantitatif
Data Sekunder 1. Data Demografi Metode Kualitatif
2. Data Ekonomi
Data Primer 1. Menggunakan Kuesioner 1. Test Individu
2. Interview 2. Interview Tak Berstruktur
3. Penskalaan Perilaku
Partisipasi observasi Survei perilaku sendiri
Pengamatan observasi 1. Observasi Tidak Langsung Observasi tak berstruktur
2. Observasi Langsung Berstruktur
individu ke kelompok

Cara Pengumpulan Data Komponen (Parameter) Sosial Ekonomi Budaya


dan Kesehatan Masyarakat
No Komponen Paremeter Sumber Data Metode Analisis
Data Data Kuantitatif Kualitatif
Lingkungan Lingkungan
Primer Sekunder
Keadaan Observasi Monografi Mencoba
pusat dan kecamatan menggambarkan
perekonomia dan aliran barang atau
n, infra kelurahan uang masuk dan
struktur mata keluar dari suatu
pencaharian kawasan dan
dan menemukenali potensi

Sosial pendapatan. desa


1.
Ekonomi Sistem Deep Monografi Tabulasi
penguasaan Interview desa silang
tanah dan
pertanian,
peternakan,
perikanan,
dan
sebagainya.
Struktur Observasi Monografi Tabulasi Menggambarkan
kependuduka desa dan silang, potensi dan masalah
n: jumlah, kecamatan kecenderun demografi yang ada
kepadatan, gan
pola memusat,
kependuduka mean (X)
2. Demografi n, struktur dsb
umum, jenis
kelamin,
pendidikan,
persebaran
penduduk,
dan mobilitas
3. Sosial Perikehidupa Observasi, Kecenderun Menggambarka pola
Budaya n sehari-hari: Deep gan kehidupan dan adat
adat istiadat, Interview, memusat, istiadat yang ada serta
tata cara, Questionn tabulasi sistem kepercayaan
interaksi intra aire silang
dan antar
kelompok
masyarakat,
sistem
kepercayaan,
tata nilai, dan
norma yang
berlaku
Sikap, nilai Observasi, Tabulasi Mengidentifikasi
dan persepsi Deep silang, sikap oposisi,
berbagai Interview, kecenderun dukungan, dan
kelompok Questionn gan menentang yang
masyarakat aire memusat diinginkan dari proyek
terhadap oleh masyarakat
rencana
proyek
Stratifikasi Deep Kecenderun Menggambarkan
sosial dan Interview, gan stratifikasi sosial yang
distribusi Questionn memusat, ada dan mobilitas
kekuasaan, aire mean (X) kependudukan
mobilitas
vertikal dan
horizontal
Integrasi dan Deep Kecenderun Menggambarkan
kohesi sosial Interview, gan keeratan hubungan
yang ada Questionn memusat, sosial yang ada
aire sociogram
Kondisi tata Deep Mean (X), Menggambarkan
pranata sosial Interview, deskriptif struktur dan fungsi
yang ada Questionn statistik pranata sosial yang
serta fungsi aire ada
masing-
masing
pranata
Orbitasi Observasi, Menggambarkan
kawasan dan Interview interaksi antar daerah
interaksinya
dengan
kawasan lain
Tingkat Deep Mendeskripsikan
pengalaman Interview, dampak sosial budaya
masyarakat Questionn yang akan terjadi
dengan aire dengan keberadaan
perubahan proyek
dan interaksi
dengan
budaya lain
dan cara
adaptasi yang
dilakukan
Fasilitas dan Monografi Menggambarkan pola
sarana sosial desa dan dan tingkat ehidupan
dan budaya kecamatan yang ada
yang ada
Peningkatan Deep Monografi Memitigasi dampak
sejarah Interview desa dan negatif proyek
budaya yang pada key kecamatan terhadap adat dan
ada informan budaya setempat
Masalah Deep Menemukenali cara
sosial yang Interview masyarakat setempat
ada dan cara memecahkan masalah.
penanggulan
gan
4. Kesehatan Keadaan dan Questionn Monografi Mean (X) Identifikasi jenis pola
Masyarakat sistem aire Puskesmas penyakit dan sistem
kesehatan pengobatan dan
yang ada, kesehatan masyarakat
predator,
sanitasi
lingkungan,
fasilitas
medis,
pelayanan
medis,
endemi,
pandemi, dan
epidemi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang turut aktif dalam
menandatangani kesepakatan internasional tahun 1972 di Stockholm Swedia
terkait dengan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu integrasi
aspek lingkungan ke dalam proses pembangunan. Konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) dirumuskan sebagai suatu upaya
mengelola sumberdaya alam dan lingkungan secara arif dan bijaksana untuk
memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi yang akan datang dengan
tanpa merusak dan menurunkan kualitas lingkungan.
Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi negara terus meningkat dan fungsi
lingkungan tetap lestari, serta kondisi sosial masyarakat tetap stabil, harmonis,
dan sejahtera. Pemanfaatan sumberdaya alam harus diusahakan secara cermat dan
bijaksana agar tidak merusak kelestarian fungsi lingkungan hidup. Lingkungan
hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum
suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang dilakukan
untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan,
baik dampak negatif maupun yang berdampak positif.
Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan
usaha atau proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian
di masa akan datang. Dampak lingkungan yang terjadi adalah berubahnya suatu
lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi, atau sosial.
Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan
yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora maupun manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan, maka
sebaliknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal
timbul, baik dampak yang bakal timbul juga mencari jalan keluar untuk mengatasi
dampak tersebut. Studi inilah yang kita kenal dengan nama Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL).
Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak
lingkungan disekitarnya, baik di dalam maupun di luar suatu usaha atau proyek,
yang akan dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek akan
mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berada di sekitar rencana lokasi, baik
dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan yang sudah ada.
Dewasa ini penelitian terhadap AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan
sangat penting.
Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik
terhadap manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pada akhirnya jika aspek
lingkungan dinyatakan tidak layak untuk dijalankan, maka sebaiknya dibatalkan
karena akan memperoleh kerugian lebih besar daripada manfaatnya. Bahkan
analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan
studi kelayakan rencana usaha dan kegiatan yang harus dijalankan.
Pada era yang serba modern ini banyak sekali kegiatan-kegiatan yang
memiliki dampak yang merugikan bagi lingkungan sekitar kegiatan tersebut
dilaksanakan. Bahkan kegiatan tersebut tidaklah didasarkan pemikiran tentang
rona lingkungan yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Hal inilah yang
mendasari pentingnya pemahaman akan ronalingkungan. Rona lingkungan
merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam atau komponen
komponen lingkungan awal sebelum perencanaan dan pembangunan
fisik dimulai.
Rona lingkungan memuat berbagai aspek kegiatan manusia. Rona
lingkungan dapat dianggap merupakan unsur yang penting. Dalam Makalah ini
pula akan dijelaskan mengenai berbagai dampak dan jenis rona lingkungan yang
diharapkan dapat menimbulkan pemahaman yang benar akan pemahaman
terhadap rona lingkungan.

1.2 Tujuan
Permasalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi:
1. Apa pengertian rona lingkungan?
2. Bagaiamana cara pendekatan rona lingkungan bagi suatu proyek atau kegiatan?
3. Apa saja komponen pada rona lingkungan?
4. Apa manfaat rona lingkungan untuk kehidupan?

1.3 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini, antara lain:
1. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai rona lingkungan.
2. Memberikan wawasan kepasa pembaca mengenai cara pendekatan rona
lingkungan bagi suatu proyek atau kegiatan.
3. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai komponen pada rona
lingkungan.
4. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai manfaat rona lingkungan
untuk kehidupan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa rona lingkungan merupakan
kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam atau komponen komponen
lingkungan awalsebelum perencanaan dan pembangunan fisik dimulai. Hal-hal
yang termuat di dalam ronalingkunan yaitu biogeofisik kimia, sosial budaya, dan
ekonomi.Cara pendekatan rona lingkungan hidup bagi suatu proyek yaitu dengan
cara menyusun dan menggunakan daftar komponen lingkungan. Komponen rona
Lingkungan meliputi Geo Fisik Kimia (Iklim, kualitas udara, dan kebisingan,
Fisiografis, Hidrologi, Hidrooceanografi, Ruang, Lahan dan Tanah), Biologi
(Flora dan Fauna); Sosial (Demografi, Ekonomi, Budaya), dan Kesehatan
Masyarakat(Sanitasi lingkungan, dan Tingkat kesehatanmasyarakat).
Metode pengumpulan data rona lingkungan berbeda-beda tergantung dari
jenis komponen yang ada. Manfaat rona lingkungan hidup bagi kehidupan adalah
untuk pendugaan keadaan lingkungan tanpa proyek dan keadaan lingkungan
dengan proyek danuntuk menjaga keadaan lingkungan di masa yang akan datang
tanpa proyek.

MAKALAH ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)


METODE PENGUMPULAN DATA KOMPONEN LINGKUNGAN (RONA
LINGKUNGAN AWAL)
OLEH :

RIFKA RIMBI ANGGRAINI (08121005025)


ELYAKIM SITORUS (08121005019)
RAMADONI (08121005037)
SAHALA TUA BATUBARA (081210050)

KELOMPOK:
I (SATU)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2015
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1975. Plant Sampling Instruction for Cereals And Pasterus. Fertility
Sciences (CSBP).

Barbour, M.G., Burk, J.H., And Pitts, W.D. 1980. Terrestial Plant Ecology The
Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc. Menlot Park California.
Massachusetts.

Chapman, D.H., And Pratt, F.P. 1961. Methods of Analysis for Soil, Plant and
Water. Division of Agricultural Sciences Univercity of California.
Canter, L.W., and Hill, l.g. 1979. Handbook of Variables for Environmental
Impact Assesment. Ann Arbor Sciences Publisher Inc. Michigan.

Canter, L.W. 1982. Enviromental Impact Assesment. Mc Graw Hill Book


Company. New York.

Colinvaux, P. 1986. Ecology. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Dombois, D.M. dan Ellenberg, E.H. 1974. Aims And Methods of Vegetation
Ecology. John Wiley and Sons Publisher, International Edition. New York.

Huffsmidt, M.M., James, D.E., Meister, A.D., Bower, B.T., and Dixon, J.A. 1986.
Benefit-Cost Analysis of Natural System and Environmental Quality Aspect
of Development. East West Environmental And Policy Institute East West
Center. Honolulu.

Munn, R.E. 1979. Environmental Impact Assesment Principles And Procedurel.


John Wiley And Sons. Chischester.

Pasaribu, A. 1975. Pengantar Statistika Edisi Revisi. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Sugiman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara Jakarta. Terjemahan Dari
Buku Karangan Buchman H.O. dan Brady N.C. (1969). The Nature and
Properties of Soil. The Macmillan Company. New York. 1959.

Simon, S. 1988. Metoda Pengumpulan Data Hidrooceanografi Kursus Penyusun


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Kerjasama KLH dan PPLH UGM:
Yogyakarta.

Tanjung, S.D. 1989. Pengamatan Terhadap Flora dan Fauna Kursus Lanjutan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Kerjasama Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan PPLH UGM: Yogyakarta.

Вам также может понравиться