Вы находитесь на странице: 1из 342

DESAIN STRUKTUR

BETON PRATEGANG
Edisi Ketiga Jilid 1

H. BURNS
DESAIN
STRUKTUR
BETON
PRATEGANG
EDISI KETIGA
Versi SI

Jilid 1

T.V. UN,
Ketua Dewan, T. Y. Lin International, Consulting Engineers,
San Francisco;
Professor of Civil Engineering, Emeritus, University of California, Berkeley

NED H. BURNS.
Professor of Civil Engineering,
The University of Texas at Austin

tnt
PENERBfT ERLA !VGGA
Jl. Kramal IV No. 11
Jakarta l 0420
(Anggota IKAPI)
Ju dul A sli : DESIGN OF PRESTRESSED CONCRETE STRUCTURES, Jrd edition.

Hak C ipta dalam bahasa lnggris 1982 pad a J oh n Wiley & Sons, Inc.
Hak Terjemahan dalam bahasa Indonesia pad a Penerbit Erlangga.

Diterjemahkan oleh Ir. Daniel Indrawan M.C.E.


Editor Y ani Sianipar

Dilarang keras mengutip, menjiplak, memphotocopy sebagian atau seluruh isi


buku ini serta memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Penerbit Erlangga.

Buku i n i d iset dengan huruf PR- 10-M.

Setting olell Martini AB.


Dicetak oleh : PT. Gelora Aksara Pratama, Tilpon: 7391740

HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG


Kepada para insinyur yang, alih-alih mengikuti kode praktek secara membuta,
berupaya menerapkan hu kum-hukum alam.
KATA PENGANTAR

Perkembangan beton prategang mungkin yang terbaik dituliskan dalam bentuk sebuah
sanjak yang disampaikan oleh Prof. Lin sebelum Konperensi Dunia mengenai Beton Pr<:_
tegang di San Francisco pada tahun 1957.

Seluruh dunia adalah panggung,

Dan semua teknik rekayasa hanyalah pemain:


Mereka punya saat keluar dan masuk.
Beton prategang, seperti yang lainnya, memegang peran,
Adegannya melingkupi tujuh masa. Pertama, masa bayi,
Tegangan dan tekanan di tangan penciptanya.
Kemudian, jadilah si anak sekolah yang selalu ingin tahu, diciptakan penuh kasih.
Oleh insinyur penuh daya angan bagi konsumen kaya;
Dibangun dengan baik tapi sungguh makan biaya. Kemudian masa menjadi kekasih,
Yang perjalanannya tak pernah mulus, dipeluk seseorang,
Dihina oleh yang lainnya, terutama para 'pimpro' bangunan. Kemudian, jadilah ia
prajurit,
Diproduksi massal di seluruh dunia, siap bertanding
Mela wan bahan apa saja; tidak saja kuat, tetapi juga ekonomis.
Segera saja - peraturan dan ketentuan dibentuk buat ditaati,
Formula dan tabel menolong Anda memilih. Tidak lebih menyenangkan bagi para
pemula,
Tetapi begitulah beton prategang memainkan perannya. Masa keenam
Berjalan menuju riset yang disempurnakan, dan juga rancangan-rancangan yang berani,
Yang sebelumnya tidak terimpikan oleh para pendahulu dan mereka yang ada di
menara gading.
Adegan terakhir, banyak digunakan sudah dan karenanya mulai terabaikan,
Menutup sejarah beton prategang yang penuh peristiwa ini
Sebagai satu dari metode dan bahan rekayasa
Seperti kayu, seperti baja, seperti beton bertulang,
Seperti segala yang lainnya.

Ketika Prof. Lin menuliskan edisi pertama buku ini, oeton prategang di Amerika
Serikat baru saja memasuki tahap keempat, yaitu awal produksi secara massal. Sekarang
telai1 melampaui tahap keenam dan memasuki tahap terakhir. Perkembangan yang cepat
telah memungkinkan untuk membuat revisi menyeluruh dari kedua edisi sebelumnya.
Edisi ini menyajikan teori dasar di dalam beton prategang yang serupa dengan edisi
kedua. Metode perimbangan-beban dibicarakan berdampingan dengan metode-metode
beban-kerja dan beban-batas, membentuk kaki tiga (tripoda) sebagai tumpuan desain beton
prategang.
Kara Penganrar vii

Bab-bab mengenai bahan-bahan (material), sistem prategang, dan kehilangan gaya pra
tegang telah dibuat menurut perkembangan terakhir. Bagian yang penting pada hubungan
momen-kelengkungan telah ditambahkan di dalam analisis lenturan. Persoalan mengenai
geser dan rekatan telah dibuat menurut ketentuan yang disusun secara sistematis sejak edisi
kedua dituliskan, dan sekarang dibuat berdasarkan hasil percobaan dan interpretasi teoritis.
Lendutan ke atas (camber) dan lendutan ke bawah (defleksi) dibahas secara menyeluruh
dengan meninjau sifat beton yang bergantung pada waktu. Rangkuman analisis dan desain
dari balok menerus (continuous beam) dengan tendon pasca-tarik adalah lebih lengkap. Per
imbangan-beban dengan tendon yang diidealisasi dicakup bersama-sama dengan analisis
yang menggunakan susunan tendon yang sebenarnya pada contoh perhitungan numerik.
Karena peraturan bangunan dan spesifikasi jembatan mengenai beton prategang telah
dibuat standar, revisi terakhir dari Peraturan ACI dipakai di dalam contoh-contoh soal. Pe
rancang jembatan harus berpedoman pada Spesifikasi Jembatan AASHTO untuk beberapa
penyesuaian kecil mengenai tegangan izin dan faktor beban.
Beberapa soal pilihan, yang digunakan pengarang untuk mahasiswa pada tingkat sarjana
dan pasca-sarjana, disajikan pada Lampiran E. Penyelesaian contoh-contoh ini tersedia bagi
para staf pengajar.
Kami yakin bahwa edisi perbaikan ini, dengan isinya yang cukup mutakhir, akan terus
dipakai sebagai buku kuliah dan buku pegangan bagi para insinyur yang tertarik pada bi
dang beton prategang.
Bantuan dari Martha Burns dan Stephanie Burns dalam mengetik konsep buku ini serta
Jorge Bastos, Insinyur Hosang, I-Kuang Fang, Frank Lam, Ruben E. Lores dan Pankaj
Travedi untuk satuan-satuan S.I sangat dihargai.

Berke!ey, California dan Austin, Texas


1982.
T. Y. Lin
Ned H. Burns
DAFTAR ISI

l. Pendahuluan ............ ..... .... ........................ 1


2. Bahan-bahan .... ... ....... . ... ... . ... ............... ... .. 36
3. Sistem Prategang; Pengangkuran Uj ung ............................ 58
4. Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan ..... ..... ...... .. ........... 76
5. Analisis Penampang untuk Menahan Lenturan ................... .... 112
6. Desain Penampang untuk Menahan Lenturan ...... ... ............... 167
7. Geseran; Rekatan; Bantalan ................................... 214
8. Lendutan ke atas; Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel ................ 257
Lampiran A Defmisi, Notasi, Singkatan . . ............ .. ............. . 288
Lampiran B Data untuk Beberapa Sistem Prategang ..... ......... ... ... .. 293
Lampiran C Konstanta-konstanta untuk Penampang Balok . ... . . . ......... . 306
Lampiran D Kehilangan Prateg ari g pada Beton Prategang .......... ... ....... 310
Lampiran E Soal-soal .. . ...... ....... . ............ ....... , .. . ... 323
1
PENDAHULUAN

1-1 Perkembangan Beton Prategang


Perkembangan bahan-bahan struktural dapat diuraikan dalam tiga lajur yang berbeda, se
perti pada Gambar 1-1. Lajur pertama menunjukkan bahan-bahan yang tahan terhadap
tekanan, dimulai dari batu dan batu-bata, kemudian berkembang menjadi beton dan akhir
akhir ini menjadi beton berkekuatan-tinggi. Untuk bahan-bahan yang tahan terhadap tarik
an, orang menggunakan bambu dan tali, kemudian besi dan baja, dan akhir-akhir ini men
jadi baja berkekuatan-tinggi (baja mutu-tinggi). Lajur ketiga memperlihatkan bahan-bahan
yang tahan terhadap tarikan dan tekanan, yaitu, lenturan. Pertama-tama digunakan kayu,
kemudian baja struktural, beton bertulang dan akhirnya dikembangkan beton prategang.
Perbedaan utama antara beton bertulang dan beton prategang pada kenyataannya ada
lah beton bertulang mengkombinasikan beton dan tulangan baja dengan cara menyatukan
dan membiarkan keduanya bekerja bersama-sama sesuai dengan keinginannya, sedangkan
beton prategang mengkombinasikan beton berkekuatan tinggi dan baja mutu-tinggi dengan
cara "aktif'. Ha! ini dicapai dengan cara menarik baja tersebu t dan menahannya ke be ton,
jadi membuat beton dalam keadaan tertekan. Kombinasi aktif ini menghasilkan perilaku
yang lebih baik dari kedua bahan tersebut. Baja adalah bahan yang liat dan dibuat untuk
bekerja dengan kekuatan tarik yang tinggi oleh prategang. Beton adalah bahan yang getas
apabila ditarik dan kemampuannya menahan tarikan diperbaiki dengan memberikan tekan
an, sementara kemampuannya menahan tekanan tidak dikurangi. Jadi beton prategang me
rupakan kombinasi yang ideal dari dua buah bahan yang berkekuatan tinggi modern.
Perkembangan historis beton prategang sebenarnya dimulai dengan cara yang berbeda
di mana gaya prategang yang dibuat hanya ditujukan untuk menciptakan tekanan perma
nen pada beton guri'a memperbaiki kekuatan tariknya. Kemudian menjadi lebih jelaslah
bahwa memberikan gaya prategang pada baja juga penting untuk pemanfaatan baja mutu
tinggi (high-tensile steel) yang efisien. Memberikan gaya prategang berarti membuat tegang
an permanen di dalam struktur dengan tujuan memperbaiki perilaku dan kekuatannya pada
bermacam-macam pembebanan.
Pada seluruh bab ini, akan diperlihatkan foto-foto dari struktur penting yang didesain
dalam beton prategang yang memakai konsep dasar ini. Perlu diperhatikan bahwa dasar
pemikiran dan bahan berkekuatan tinggi tersebut sekarang merupakan bagian yang penting
dari konstruksi modern.
Prinsip dasar sistem prategang mungkin telah dipakai pacta konstruksi berabad-abad
yang lalu, pada waktu tali atau pita logam diikatkan mengelilingi papan kayu yang meleng
kung, yang membentuk sebuah tong (Gambar 1-2). Pada waktu pita dikencangkan, pelat
akan tertarik yang kemudian akan menekan kayu-kayu ke dalam sehingga mampu menahan
tarikan akibat tekanan cairan dari dalam. Dengan perkataan lain, pita dan kayu dalam ke
adaan tertegang sebelum dibebani.
2 Desain Struktur Beton Prategang

BAHAN-BAHAN BAHAN-BAHAN BAHAN-BAHAN


YANG TAHAN YANG TAHAN YANG TAHAN
TERHADAP TERHADAP TERHADAP TE K ANAN
TA RIKAN

SE TON
P R ATE GANG

P E R KEMBANGAN BAHAN BANGUNAN

Gambar 1-1. Perkembangan bahan-bahan mangunan.

Akan tetapi prinsip yang sama tersebut tidak dipakai sampai tahun 1886, ketika
P.H. Jackson, seorang insinyur dari San Fransisco, California, mendapatkan hak paten
untuk pengikatan batang baja-pengikat ke batu buatan dan lengkungan beton yang ber
fungsi sebagai pelat lantai. Sekitar tahun 1888, C.E.W. Doehring dari Jerman secara per
orangan mendapatkan hak paten untuk beton yang diperkuat dengan logam yang telah di
tarik sebelum pelat dibebani. Pemakaian ini berdasarkan konsep bahwa beton, walaupUii
kuat terhadap tekanan, lemah terhadap tarikan, dan dengan menarik baja serta menahan
nya ke beton akan membuat beton tertekan yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk
mengimbangi tegangan tarik yang dihasilkan oleh beban mati atau pun beban hidup.
Metode yang pertama-tama dibuat hak paten ini tidak berhasil dengan sukses karena
gaya tarik prategang yang rendah di dalam baja, kemudian hilang akibat susut dan rangkak
pada beton. Ambillah sebuah batang baja struktural biasa yang dibcri gaya prategang sam-

'


t:::
(!\
Gaya tarik pada

\
-sistem prategang
Papan '--
1 /. r
, _j
tong kayu
:
;

l_ I -


. Logam
pengikat
Papan Tong sebagai Benda- BP.bas


Gaya tekan pada sistem prategang

Tong Kayu
t\t
'
, Tekanan
radial

Separuh Pengikat Logam sebagai Benda-Bebas

Gambar 1-2. Prinsip sistem prategang yang digunakan pada konstruksi tong.
Pemla/Jufuan 3

f-------------
I< Panjang baja mu la-mu la =
tr-- ---------, h
__ __ __ _- _ __ __ __ __
I

j L
Baja diberi gaya prategan g Pe rpanjangan
ba]a = 0,00062L

f--------------t;
Gaya prategang dihilangkan _j L S u s u t dan rangkak
beton = -0,00062L

Gambar 1-3. Bcton prategang dengan baja struktural biasa.

pai tegangan kerj a sebesar 124 MPa (Gambar 1-3). J ik a modul u s elastisitas b aj a adalah
200 x 103 M Pa, maka perpanj angan baja tersebut adal ah

124
200.000
= 0,00062

Karena susu t dan rang k a k y ang terj adi seringk ali menimb u l kan pemendekan pad a beton,
perpanj angan b aj a tersebut l ambat-laun menj adi hilang. Hanya sebagian kecil dari gaya pra
tegang yang masih tersisa sehingga metode tersebut tidak dapat bersaing secara ekonomis
dengan t u l angan biasa pada beton.
Pada t ahun 1 908, C . R. Steiner dari Amerika Serikat mengusulkan ke.nu ngkinan untuk
mengikatkan kembali batang tu langan set e l ah bet o n menj a lani peny usutan dan rangkak,
unt uk mengembalikan gaya y ang hilang. Pada t ahun 1925, R.E. Dill dari Nebraska men
coba baja m u t u - t inggi y an g dilapisi untuk mencegah rekatan dengan beton. Setelah beton
mengeras. batang-batang baj a ditarik dan diangkurkan ke beton dengan memakai baut.
Tetapi cara ini tidak ban y a k dipakai. terutama karena alasan e kon omis.
E. Freyssinet, seorang Perancis y ang berj asa dalam perkembangan beton prategang
modern, di tahun 1928 m u l ai menggunakan baja mutu-tinggi sebagai kabel prategang. K abel
yang mempu nyai kekuatan bat as sebesar !. 725 M P a dan titik leleh lebih dari I. 240 MP a, di
beri gay a prategang sampai tegangan 1000 MPa menghasilkan regangan sat uan (Gambar
1-4) sebesar

f
E

1.000
200.000
0,0050
4 Desain Struktur Rnon Praregan!!

f--------------3
I Panjang ba) mu la-mu la = L
----- ----
I
_____,
I

i
f--------------
I

Perpanjangan
Ba)a d1bet1 gaya prategang
ba)a = 0,0050L

f---------------
I

Rangkak dan susut


r- _ Regangan efektif
dari beton = -0,0008L
ba)a = 0,0042L
Gaya prategang dipertahankan

Gambar l-4. Seton prategang dengan baja mutu-tinggi.

Anggaplah t e rjadi kehilangan regangan sebesar 0,0008 akibat susut dan rangkak be t on dan
sebab-sebab lain, sehingga regangan satuan yang t e rsisa p ada kawat adalah 0,0050 -- 0,0008
= 0,0042 dan ekivalen dengan tegangan sebesar

f = 1:"8
200.000 X 0.0042

840 MPa

Walaupun Freyssi n e t juga mencoba m e t ode prat arik di mana baja direkatkan ke be t o n
tanpa pengangkuran uju n g , pe makaian p raktis dari m e t ode i n i p e rtama kali dikerjakan o leh
E. Hoyer dari J e rman. Sistem E. Hoyer t e rdiri dari p enarikan kabel a n tara dua buah dinding
pe nahan yang t e rpisah beberapa ratus kaki, p e l e t akan p e n gunci antara uni t -unit , kemudian
p enuangan beton dan p e m otongan kabel tersebut se t e lah bet on mengeras. M e t ode ini me
mungkinkan beberapa unit dice tak sekaligus di antara dua dinding penahan.
Pemakaian b e t o n prategang secara meluas adalah tidak mungkin sampai m c t ode yang
dapat diandalkan dan ekon omis un tuk penarikan dan p e n gangkuran ujung dihasilkan. Pada
tahun 1939, Freyssine t mengembangkan baji berbentuk konus sebagai angkur ujung dan
m e ndesain dongkrak yang bekerja ganda guna menarik kabel dan menekan konus jant an
ke dalam kr)ntls b e tina untuk menjangkarkan kabe l t e rsebu t . Pada tahun 1940, Profesor
G. Magnel dari Be lgia m engembangkan sistem Magnel_ di mana dua huah kabel ditarik pada
saat yang bersamaan dan diangkurkan dengan memakai pasak baja yang sederhana pada
ujung-ujungnya . Pada saat i t u , be t on prat egang mulai menjadi penting, wal3upun tidak her
kcmbang sampai pada t ahun 1945. Kekurangan ba_1a di daratan Fropa pada waktu pcrang
telah mernberikan suatu dorongan, karena baja yang dibutuhkan untuk beton pra tegang
lebih sedikit daripada be t on ber tulang biasa . Tetapi harus juga disadari bahwa untuk mem
buktikan dan rneningkatkan manfaat , ekonomis, dan keamnnan dari be t on prategang di
butuhkan waktu, begitu pula unluk m eyakinkan para insinyur dan kontraktor mengenai
metode perancangan dan konstruksi yang baru.
Wa!apun Perancis dan Belgia mengawali p erkembangan be t on prat egang_ Ingg ris.
Jerman_ Swiss. Belanda_ Rusia, dan l talia mengikutinya dengan cepa t . Sejak tahun 1965.
kurang l c bih 47% dari semua jembatan yang dibangun di Jerman t e rbuat dari be ton pra-
Pendalrrl/!1011 5

GaKlbar l-5 Pabrik prategang modern menghasilkan produk betun penyangga dengan mutu yang sanat
tinggi. Terlihat adalah tiang pancang scgi delapan yang sangat panjang sedang dikapalkan dari pabrik
Concrete Technology Corporation di Tacoma, Washington. Tiang pancang 11.100 m dikirim kc Adak.
Alaska bersama dcngan 440 panel untuk dek dari Naval Supply Pier (PC!).

tegang. 1 Pada tahun 1978 Rusia memproduksi 25 juta meter kubik be ton prategang, se
bagian besar adalah beton pratarik untuk gedung-gedung. Sejak akhir tahun 1 960-an dan
t ahun 1970-an di seluruh dunia sebagian besar jembatan dengan bentang mcnengah dari
30 m 90 m dan banyak jembatan bentangan besar sampai 305 m dibangun dengan be ton

prategang.
Beton prategang di Amerika Serikat mengikuti arus perkembangan yang berbeda.
Sistem p rategang me lingkar yang dipakai untuk tangki penyimpan bcrkembang Jebih dulu

m .ar J{J Pcngangkatan pcnampang T pracctak ben tang pa1jang. Pengapalan dari pabrik kc lapangan
untuk pcnampan standar ini biasan)'a dcngan truk. Balok diambil dari truk dan ditcmpatkan pacla kon
,truk si.
6 Desain Struktur Be ton Prategang

Gambar 1-7. Gelagar beton pracetak prategang dan kolom-kolom membentuk portal yang kaku untuk
garis bentang 18,90 m, Universitas California, Berkeley (Arsitek Anshen dan Allen, Insinyur Struktur
T. Y. Lin International, Consulting Engineers).

daripada sistem prategang linear untu k balok dan p elat (slab) . Ini hampir seluruhnya dibuat
oleh Preload Company, y an g mengembangkan mesin p enggulung kawat dan dari t ahun
1935 sampai 1963 membangun kurang lebih 1000 buah tangki beton prategang di seluruh
A merika Serikat dan di lain tempat di dunia.
Di Amerika Serikat sistem prategang linear diawali tahun 1949, p ada waktu dimulai
nya pembangunan jembatan Philadelphia Walnu t Lane yang terkenal. Surva1 dari B ureau of
Public Roads memperlihatkan bahwa dalam tahun 1957 - 1960, 2052 j embatan beton pa
tegang diizinkan dibangun dengan p anjang tota.l 109 km, dengan biaya untuk bahan sebesar
290 juta dollar yang merupakan 12% dari seluruh j embatan j alan raya baru baik dari segi
biaya dan panjang jalan .
Sejak tahun 1960 di A merika Serikat p emakaian j embatan beton prategang menj adi
ha! yang standar. Berbagai negara bagian di Amerika Serikat memakai j embatan beton pra
tegang untuk bentangan 18 m sampai 36 rn. Sejak tahun 1970-an, j embatan pasca-tarik
dengan bentang rnenengah (45 - 200 m) banyak dipakai dalam bentuk konstruksi menerus
atau kantilever.
Di A merika Serikat p a da tahun 1950 hanya ada sebuah pabrik beton pracetak pra
tarik, sedangkan pada tahun 1961 terdapat 229 p abrik. Volume total dari produksi beton
p racetak prategang pada tahun 1 962 diperkirakan lebih dari 1.5 30.000 m3, di mana 50%
adalah untuk j embatan dan y ang sisanya u ntuk gedung dan konstruksi lain. Survai dari
Prestressed Concrete Institute (PCI) di tahun 1 975 memperlihatkan bahwa di Amerika
Serikat saat itu terdapat 500 p erusahaan beton pracetak prategang.
Pertumbuhan indust r i beton prategang di Amerika Serikat dan Canada diperlihatkan
oleh Prestressed Concrete Institute melalui grafik volume p enjualan dalam mata uang dollar
dari beton p racetak dan prategang selama periode 25 tahun, 1950- 1975, Gambar 1-9. Data
penjualan termasuk pasca-tarik tetapi tidak termasuk harga dari k onstruksi pasca-tarik.
Uraian dari p enjualan di tahun 1975 diperkirakan oleh PCI dibagi menjadi 50% beton pra
tegang, 30% pracetak struktural dan 20% pracetak arsitektur.
7

Gambar 1-8_ Gedung pcrkantoran empat puluh lantai di Singapura mempunyai pelat cendawan (flat
slab) yang diberi gaya pasca-tarik dengan tebal 203 mm dan bentang 9,15 m. Tebal lantai yang dikurangi
memungkinkan pengurangan sebesar 12,2 m pada scluruh tinggi gcdung (T. Y. Lin International, Con
sulting Engineers).

Post Tensioning Institute (PTI) dib entuk di tahun 1976 dengan partisipasi 16 p erusaha
an seb agai anggota. Sebagian b esar dari perusahaan ini adalah b agian dari Post-tensioning
Division pada Prestressed Concrete Institute dan organisasi yang t erpisah itu dib entuk un
tuk memberikan peluang b ekerja sama di dalam b idang pasca-tarik dengan identitas yang
lebih jelas. Data yang diperlihatkan pada Tabel 1-1 yang dib erikan oleh PTI menunjukkan
bahwa jumlah total baja p rategang yang dipakai di Amerika Serikat untuk sistem pasca
tarik di tahun 1974 b ertambah menjadi hampir t iga kali lipat p enjualan pada tahun 1965 .
Pemakaian sistem pasca-tarik untuk struktur kon tainer nuklir p embangkit tenaga listrik
bertambah sampai puncaknya pada tahun 1972 seb elum menurun kembali. Perlu diperhati
kan juga bahwa pada Tabel 1-1 sejak tahun 1 972 t erja di p enambahan p emakaian b eton
pasca-tarik untuk pengangkuran di tanah dan cadas dalam hubungannya dengan p ekerjaan
tanah. Pada tahun 1974, p enjualan b eton pasca-tarik dibagi sebagai b erikut: bangunan
gedung 5 9%, j embatan
25 %, nuklir 7%, p ekerjaan tanah 8%. Diperkirakan bahwa

pada tahun 1974 sejumlah 1,9 juta m2 p e1at cendawan untuk konstruksi gedung memakai
sistem pasca-tarik, ha1 ini menunjukkan b ahwa sistem konstruksi t ersebut sangat b ersaing.
Sejak tahun 1970-an, b eton pracetak prategang dan beton cetak di t empat (cast-in-p lace)
8 Desaill S rrukrur Be toll Praregang

1400

1300 r-

1200 t---
- --
f---

1100 r-

1000

900

-- -
m 800 -

0
0
c 700 r-
m

:::J
..., 600 r---- -- ---- --

5 00 r-

400 1--- -- - --- ---

300 r-

200 1--- ---


----

-11
100 f--

0
'50 '51 '52 '53 '54 '56 '55 '57 '53 '59 '60 '61 '62 '63 64 '65 '66 67'68 '69, 70, 71'72, 73,7 4 '75

Amerika Serikat dan Kanada

Gambar l-9. Pcrkiraan volume penjualan beton pracctak prategang dalam dollar untuk Amerika Scrikat
dan Canada, dari tahun 1 9 5 0 sampai 1975. Tidak ada data tcrpisah. Amerika Serikat- Canada (Pres
tressed Concrete Institute).

dengan sist em pasca-tarik sudah digu nakan . Pembaharuan desain dengan mengkombinasi
kan keduanya adalah biasa .
Kemajuan beton p rategang, dalam riset maupun dalam pengembangan, ditunjukkan
oleh pertumbuhan dar i per ku mpulan ahli t eknik dan buku-buku yang diterbitkannya. Di
Amerika Serikat, Prestressed Concrete lnstitu te, yang diben tuk pada t ahun 1954, mem
punyai anggota sebanyak 2 1 50 orang pada tahun 1975. Institut ini menerbitkan PCitems
dan PCJ Journal dan mempunyai komisi teknik yang sangat a ktif. Diperkenalkannya Pres
8
tressed Concrete Handbook pada tahun 1 97 1 oleh PCI mungkin menanda kan diterimanya
beton prat egang sebagai sua tu sistem struktu r di mana para insinyur dapat memakai dengan
lebih mudah dan dengan keyakinan dit erima sebagai suatu sistem yang dapat dipercaya.
Post-Tensioning Institute meneribitkan Post- Tensioning Manual9 yang merupakan awal dari
PCJ Post-Tensioning Division seb elum dijadikan organisasi Post-Tensioning Institute.
Laporan Rapat Konferensi Dunia mengenai Beton Prategang di San Francisco tahun
1957, dan Laporan Rapat Konferensi Blok Barat mengenai Beton Prategang yang diadakan
di California tahun 1960, b erisi makalah-makalah yang b erharga pada semua tahapan sub
yek. The International Federation for Prestressing (FIP) yang bermarkas b esar di London
mempunyai kel ompok anggota di 44 negara dan peninjau-peninjau F!P di 25 negara lain
nya. F IP t elah men erbitkan ratusan makalah pada kongres mcreka yang diadakan di seluruh
PendaiJU/uan 9

TABEL 1-1 Baja Pasca-tarik dari Amerika Serika (da1am ton) selama tahun 1965--19753
(Tonasi Ekivalen dari Untaian Kawat (Strand) Diameter 12,7 mm
Derajat 1869 MPa)

Tahun Gedung- Jembatan- Nuklir Pekerjaan tanah Lain-lain Total


gedung jembatan

1965 10.979 2. 400 13.379


1965 1 1. 310 2.736 14.046
1967 1 0 . 335 5 . 148 83 15.566
1968 12 .20 4 7.159 208 19.571
1969 17. 6 1 1 7.537 718 25.866
1970 I 9.136 8.920 2.420 30.476
1971 22.145 .8.682 4 . 181 35.008
1972 23.721 7.182 6.118 939 166 38.126
1973 21.809 9.228 3.244 785 422 35.488
1974 23.560 10.056 2.769 3.11 I 236 39.732
3
1975 11.994 7 . 954 2.134 1. 9 42 1.893 25.917

3
Laporan tonasi tahun 1975 belum lengkap. Perkiraan tonasi total tahun 1975 adalah 29.000 ton. Ke
terangan clari l'ost.Tensioning Institute.

dunia sejak tahun 1963. 11 Pad


' a tahun 197 5, sidang bersama yang disponsori oleh ACI, PC I.
dan FIP di Philadelphia menelusuri perkemb angan b eton prategang di seluruh dunia. Sidang
sidang ini menunjukkan luasnya p enggunaan b eton p rategang pada konstruksi l epas pantai
untuk t empat p enyimpanan min yak, struktur masif untuk pusat tenaga nuklir , dan bahkan
tongkang antarlautan. Terbitan PCJ Journal {September - Oktober 1976)10 yang sangat
baik menyajikan makalah-makalah yang dibawakan dalam simposium T.Y. Lin berjudul
"Prestressed Concrete, Past, Present and Future", di Universitas California. Berkeley, Juni
1976.
Untuk jembatan-jembatan lebih mudah distandarkan oleh kantor federal dan kantor
negara, sehingga menolong untuk mengembangkan konstruksi beton prategang, sedangkan
untuk mengembangkan standarisasi p roduk bangunan dan desain dari arsitek-arsitek serta
insinyur perorangan dibutuhkan w aktu yang lebih p anjang. Tetapi, dengan diikutsert akan
nya b eton prategang ke dalam peraturan bangunan sejak tahun 1960. dan p engertian umum
mengenai desain dan konstruksi prategang, laju pertumbuhan yang cepat juga dialami oleh
gedung-gedung.
Jadi perkembangan b eton prategang di Amerika Serikat telah terjadi pada p enggunaan
beton pasca-tarik pada gedung-gedung, j embatan-j embatan, kontainer tekanan, termasuk
kombinasi sistem prat arik, pasca-tarik, dan penulangan secara konvensional pada struktur
dan komponen-komponennya.
Di luar bidang t angki-tangki, jembatan-jembatan, dan gedung-gedung, b eton p rategang
telah digunakan untuk b endungan-bendungan dengan mengangkurkan tulangan baj a pra
t egang ke pondasi, atau dengan mendongkrak Qacking) bendungan terhadapnya. 2 Pondasi
tiang, tiang-tiang, dan pipa-pipa semu anya telah dibuat dari beton prategang. Pada struktur
struktur tertentu , dimungkinkan u ntuk membuat b eton prategang tanpa menggunakan
tendon prategang. Sebagai contoh, metode kompen sasi busur Freyssinet memperken alkan
tegangan pengganti pada rusuk busur dengan sistem dongkrak hidraulik yang disisipkan
p ada busur. Tegangan-tegangan seperti itu dimaksudkan untuk menetralkan pengaruh dari
susut, pemendekan rusuk, dan turunnya temperatur di busur. Plougastel Bridge Qembatan
10 Desa in Stmktur Seton Pratrgang

Gambai l-10. Gedung apartcmcn bertingkat tiga betas dengan seluruh pela t dipasca-tarikkan dan di
angkat dari tanah sampai ke tempat; tebal pclat 203 mm terbuat dari beton ringan dengan bentang
8.6 m; di San Francisco (Pemilik Gcorgc Bclcher, lnsinyur August Wacgeman. Konsultan T. Y. Lin and
Associa tcs).

Plo'.lgastel) de kat Brest, dengan tiga ben tang masing-masing J 86,5 m, merupakan salah sa tu
con toh pemakaian seperti itu. 3
Prinsip dasar prategang tidak hanya terbatas p ada struktur beton saj a, sistem prategang
telah digunakan pada kosntru ksi baja. Bila Jua pelat digabungkan bersama o leh paku keling
panas y ang dimasukkan atau baut dari baja mutu-tinggi, penyambungan mengalami gaya
prategang yang besa r da la m tarikan dan pela t dala m t ekanan, sehingga memungkinkan pelat
untuk mernikul be ban tarik. J crnbatan Sciotoville, dengan b entang 219,5 m. mempunyai
komponen-komp oncn yang diberi gaya p rategang Jalam lentur selama p engangkatan u ntuk
menetralkan tegangan sekunder (secondary stresses) akibat b eban hidup dan b eban mati . 4
Rangka baja menerus yang diberi gaya p rategang dengan kabel mutu-ti nggi dibangun di
hanggar kapal terbang Bru ssel, Belgia, dan dua buah lagi yang serupa diuji di Universitas
Ghent. 5
Sistem prategang yang digunakan pada baja a tau beton. tujuan p okoknya ada dua: p er
tama, untuk menimbulkan tegangan d:m regangan yang dikehendaki pada struktur. Kcdua,
untuk mengimbangi t egangan dan regangan yang tidak dikehendaki. PaJa beton prat cgang,
baja scbelumnya dit arik terleb ih dahulu (preclongated) untuk mencegah t erjaclinya pc
manjangan yang berlebihan paJa saat pembebanan; sementara beton ditekan terlebih da
hulu untuk mencegah retak-retak a kibat tegangan tarik. Jadi kombinasi ideal dari kedua
bahan dicapai. Tuj uan dasar da ri beton prategang sudah j elas dengan sendirinya , tctapi p e
makaiannya sec<ra meluas akan lebih dikembangkan oleh pengenalan para insinyur akan
Pendalwluan 11

prinsip-prinsip serta praktisnya dan perkembangan selanjutnya dari desain dan konstruksi
nya.

1-2 Prinsip-prinsip Dasar Seton Prategang


Salah satu definisi terbaik mengenai beton prategang diberikan oleh Komisi ACl dalam
Beton Prategang.

Beton prategang: Beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi
sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi
akibat beban eksternal. Pada elemen-elemen beton bertulang, sistem prategang biasanya di
lakukan dengan menarik tulangannya.

Dapat ditambahkan bahwa beton prategang, dalam arti seluas-luasnya, dapat juga ter
masuk keadaan (kasus) di mana tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh regangan-regang
an internal diimbangi !>ampai batas tertentu, seperti pada konstruksi yang melengkung
(busur). Tetapi bukti ini pada dasarnya hanya membahas konstruksi beton prategang se
perti yang didefinisikan oleh Komisi ACl, dan membatasinya dengan beton prategang yang
memakai tulangan baja yang ditarik dan dikenal sebagai tendon. Tendon seperti yang di
definisikan pada Lampiran A dapat terdiri dari untaian kawat (strand) mutu-tinggi, kabel,
a tau batang-batang bajar (bar) seperti dijelaskan pada Bab 2. Ini merupakan bentuk yang
paling umum dari beton prategang sampai sejauh ini dan sebagian besar bab dari buku ini
akan membahas jenis terse but.
Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan meng
analisis sifat-sifat dasar dari beton prategang. Hal ini penting bagi seorang perancang untuk
mengerti ketiga konsep tersebut supaya dapat mendesain beton prategang dengan sebaik
baik dan seefisien-efisiennya.Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut.

Kunsep Pertamu Sistem Pratcgang untuk Mengubah Be ton Menjadi Bahan yang Flas
tis . Konsep ini memperlakukan beton sebagai bahan yang elastis dan mungkin merupakan
pendapat yang umum dari para insinyur. Ini merupakan buah pemikiran Eugene Freyssinet
yang memvisualisasikan beton prategang pada dasarnya adalah beton yang ditransformasi
kan dari bahan yang getas menjadi bahan yang elastis dengan memberikan tekanan (desak
an) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan tersebut. Beton yang tidak mampu menahan

Gambar 1-11 Ponce Coliseum, Puerto Rico. Kantilcver sepanjang 42,1 m dengan tebal cangkang para
bola hiperbolik 102 mm dan balok-balok tepi yang ram ping (T. Y. Lin International, Consulting Engi
neers). Lihat juga Gambar 15-12 untuk lebih terinci lagi.
12 Desain Srmkrur Beron Pratega11g

Gambar 1.1 :J . Sebuah edung perkantoran sembilan tingkat dari beton pracetak scdang dalam tahap
pcngerjaan, Universitas California, Davis; tinggi kolom-kolom 27,5 m, panel-panel lantai, dan dinding
luar semuanya pracetak dan terbuat dari beton pratarik (arsitck Gardner A. Dailey, T.Y. Lin Internatio
nal. Consulting Engineers). Lihat juga Gambar 14-8, foto kolom yang sedang diangkat untuk konstruksi.

tarikan dan kuat memikul tekanan (umumnya dengan baja mutu-tinggi yang ditarik) sede
mikian rupa sehingga bahan yang getas dapat memikul tegangan tarik. Dari konsep ini lahir
lah kriteria "tidak ada tegangan tarik" pada beton. Umumnya telah diketahui bahwa jika
tidak ada tegangan tarik pada beton, berarti t idak akan terjadi retak, dan beton tidak me
rupakan bahan yang getas lagi melainkan berubah menjadi tiL
Atas dasar pandangan ini. beton divisualisasikan sebagai benda yang mengalami dua
sistem pembebanan: gaya internal prategang dan beban ekst ernal, dengan tegangan tarik
akibat gaya eksternal dilawan oleh tegangan tekan a kibat gaya prategang. Begitu juga reta k
pada beton akibat beban eksternal dicegah atau diperlambat dengan pratekan yang dihasil
kan oleh tendon. Sejauh tidak terjadi retak-retak, tegangan-tegangan, regangan-regangan,
dan lendutan-lendutan pada beton akibat kedua sistcm pembebanan dapat dipandang se
cara terpisah dan bersama-sama bila perlu.
Dalam bentuk yang paling sederhana, ambillah balok persegi panjang yang diberi gaya
prategang oleh sebua h tendon melalui sumbu yan g melalui titik berat (Gambar 1- 13) dan
dibeban i oleh gaya ekstcrnal. Gaya t arik prategang F pada t endon menghasilkan gaya tekan
F yang sama pada beton yang j uga bekerja pada t itik berat t endon. Pada keadaan ini gaya
berada pada titik berat penampang beton. Akibat gaya prategang F, tegangan t ekan merata
sebesar

(I-I)

akan timbul pada penampang seluas A. Jika M adalah momen eksternal pada penampang
akibat beban dan berat sendiri balok, maka t egangan pada setiap titik sepan jang penampang
a kibat M adalah
My
J= (I-2)
I
Pendahuluan 13

Balok Diberi Gaya Prategang T


dan Dibebani ,. \1,
\ I

-
k
!f!
.\!y/1-
-

---, F/A > .\/c/1 - !'; :")


Akibat Gaya Akibat Momen Akibat
Prategang F Eksternal M F dan M

Gambar t-1 3. Distribusi tcgangan spanjang penampang beton prategang kunsentris.

di mana y adalah j arak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen inersia pe
nampang. Jadi distribusi t egangan yang dihasilkan adalah

F My
J=-- (1-3)
A I

sep erti terlihat pada Gambar 1 - 1 3.


Penyelesaian ini sedikit lebih rumit bila tendon ditempatkan secara eksentris t crhadap
t itik berat penampang beton, G ambar 1-14. Di sini resultan gaya tekan F p ada beton be
kerja pada titik berat t endon yang berjarak e dari c.g.c seper t i t erlihat pada Gambar l-14.
Akibat gaya prategang yang eksentris, beton dibebani oleh momen dan beban l angsung.

' 1 t t ' l '

c.g.c.

c.g.s

l Balok Diberi Gaya Prategang secara


eksentris dan Dibebani

i

F!A
-1
Akibat Gaya

Akibat Gaya Akibat Gaya Akibat Momen Prategang


Prategang Pengaru 11 Prategang Eksternal M Eksentris dan
Beban Langsung Eksentris Momen Eksternal N

Gambar 1 -1 -L Distribusi tcgangan sepanjang penampang beton prategang ckscntris .


14

Jika momen yang dihasilkan oleh sistem prategang adalah Fe, dan tegangan-tegangan akibat
momen ini adalah

/'(')

1= -
( 1-4)
I

Maka, distribusi tegangan yang dihasilkan adalah

. F Ft1 \fl'
}= - + -- -+- _._ ( 1-5)
A I I

seperti yang terlihat pacta gambar.

CONTOH 1 1
Sebuah balok beton prategang persegi panjang berukuran 500 mm X 7 50 mm yang terletak
di atas dua tumpuan mem punyai bentang 7,30 m dan dibebani oleh beban m erata 45 kN/m
term asuk beratnya sendiri, Gam bar 1-15. Tendon prategang d iletakkan seperti yang ditun
jukkan dan m enghasi1kan gaya prategang efektif sebesar 1620 kN. Hitunglah tegangan di
serat pada penampang beton di tengah-tengah bentang.
Penyelesaian Dengan menggunakan rum us 1-5, kita peroleh F = 16:20 kN. A = 500 X
750 375.000 m m2 (abaikan setiap lubang akibat tendon), e = 145 m m , l
= = bd3 fl2 =

3 10
500 X 750 /12 = 1,758 X 10 mm4; y = 375 mm untuk serat-serat terluar.

Oleh karena itu, dengan mengasumsikan tegangan tekan ada1ah negatif, kita peroleh

F Fn Jfl
J A I

I l.l20 .000 1620.000


-
145 375 2'}9,7(1. 10' - :.75
375 ()()() () Ill I ,75'1\ I() I
1 ,75X I

4}2 5,ill . 6,19

45 kN/m

c.g.c.

!
Tampak Ba lok

1;- ._j_ 39

g_,,
+5,01 ' -6 '

:
r
5,01 ., -nI
,39

F/A Fey/[ .\ly/f

Gambar 1-15 Contoh 1-1.


_,

Pelldallllluan IS

t-----i----------1

(al Balok prategang

.---A ----1
c.g.c . :_.,L_
Tekanan GayaC=F
-----.=g_:._ c Prategang f'
I
'A
(bl Benda-bebas

GambJr 1-1 fl. l'cngaruh gaya pratcang.

4J2 5 01 A,N 5,70 1\.!Pa untul.. srJl JLi'

4,n 5,! 1 .(,,3lJ 2,94 MPt untuJ.. l't<>t b:,w'-lh

Distribusi tegangan yang dihasilkan d iperlihatkan pada Gambar 1-l 5.

Bila tendon dilengkungkan atau dibengkokkan, Gambar l-16(a), seringkali lebih di


sukai untuk mengambil bagian kiri atau bagian kanan dari batang sebagai benda-bebas
untuk menilai besarnya pengaruh gaya prategang F. Perhatikan bahwa resultan tekanan
pada beton akibat gaya prategang saja akan sama besarnya dengan gaya kabel F yang be
kerja dengan eksen.trisitas sebesar e. J adi. pada Gambar l- I 6(b ) , keseimbangan gaya-gaya
horizontal menunjukkan bahwa tekann pada beton menyamai besarnya gay a prategang F
pada baja, dan t egangan pada beton akibat gaya eksentris F dinyatakan dengan,

I c!'
I=
I

Jadi, tegangan-tegangan beton r pada penampang akibat gaya prategang hanya tergantung
pada besar dan letak gaya F pada penampang tanpa memperhatikan perubahan profil ten
don di temp at lain sepanjang balok. Sebagai contoh, jika penampangA-A balok pada Gam-

-----------1
(r) Balok Prategang

'A
--
.-------s-
c g c __L__ (
. .
__f - I (.'
..

'
--
-

.r----- =i----r- F
Cc.g.s. IA
'

(1>1 Benda-bebas

Gambar 1-17 Pcngaruh prategang tidak dihubungkan dengan perubahan-perubahan di luar penampang
komponen statis tertentu.
16 Desain Struktur Betoll Prategang

500 mm E
'- ..... E
---
,
E
E
"'
L r--
M
E t
,E;
I
- c.g.c.

f 230 mm
0

7,30 m Pen am pan g B a l o k


p a d a Te ngah -te n g a h
Tampak B a l o k B e n tang

Gambar 1 - 1 8. Contoh l - 2 .

bar 1 - 1 7 sama dengan penampang A-A pada Gambar 1 - 1 6, tegangan beton akibat gaya pra
tegang F dengan e ksentrisitas e sama untuk kedua p enampang tanpa memperhatikan variasi
bentuk balok a tau profil kabe1 di luar penampang. (Ha! ini berlaku hanya untuk konstruksi
statis tertentu saja di m ana reaksi eksternal tidak dipengaruhi oleh gaya prategang internal.
Lihat Bab 1 0 dan 1 1 untuk sistem statis tak tentu . )

CONTOH 1 -2
S e b u a h b a l o k b e t o n d engan b e n t a ng , p e m b e b a n a n , p e n a m pang, d a n gay a p r at egang y a n g
s a m a sepert i p a d a c o n t o h 1 - 1 m e m p u n y a i t e n d o n b e r b e n t u k p a r a b o l a sep e r t i y a n g d it unj u k
k a n p a d a G a m bar 1 - 1 8 . H i t u ng1ah t egangan s e r a t t er1uar p a d a t e ngah-tengah b e n t an g .
Penyelesaian Penampang balok di tengah-tengah b e n tan g y a n g d i perli h a t k a n p a d a
g a m b a r a d a l a h s a m a de ngan p c n a m p ang p a d a G a m b ar 1-15 u n t u k C o n t o h 1 - 1 . S e h ingga
p e r h i t u ngan yang sama u n t u k C o n t o h 1 - 1 d a p a t d i p a k a i , dan tcgangan pada scrat terluar
d i t e ngah-te ngah b e n t ang j uga sarn a,

Serat a t as 5 , 7 0 M Pa ( t erte k a n )

Serat hawah - 2 , 9 4 M Pa ( t crt e k a n )

Konscp Kedua Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mu tu- Tinggi dengan Be ton .
Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja
dan beton, seperti pada beton bertulang, di mana baja menahan tarikan dan beton menahan
tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen
eksternal, Gambar 1 - 1 9 . Seringkali ha! ini merupakan konsep yang mudah bagi insinyur
yang terbiasa dengan beton bertulang di mana baj a menalum gaya tarik dan beton menal1an
gaya tekan, dan kedua gaya membentuk 1\lOmen kopel dengan lengan momen di antaranya.
Akan tetapi, hanya sedikit insinyur yang menyadari persamaan sifat tersebut dengan yang
ada pada be ton pratgang.

'

;.--- (,'

B a g i a n B a l o k Prategang Bagian B a l o k Bertu l a n g

Gambar 1 - 1 9. M o m e n pcnahan internal p a d a balok beton-prateg ang dan bcton-bertul ang.


Penda/1Uit1an 17

f---------t
T "f
D i t u langi sederhana - retak-retak Prategang - tanpa retak dan
dan l e n d u tan besar lendu tan kecil

Gambar 1 -20. Balok beton menggunakan baja mutu-tinggi.

Pada beton prategang, baja mutu-tinggi dipakai dengan jalan menariknya sebelum ke
kuatannya . dimanfaatkan sepenuhnya. Jika baja mutu-tinggi ditanamkan pada beton, se
perti pada beton bertulang biasa, beton sekitarnya akan menjadi retak berat sebelum se
luruh kekuatan baj<t digunakan, Gambar 1- 20. Oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelum
nya (pratarik) terhadap beton. Dengan menarik dan menj angkarkan baja ke beton, dihasil
kan tegangan dan regangan yang diinginkan pada kedua bahan, tegangan dan regangan
tekan pada beton tekan, dan tegangan dan regangan tarik pada baja. Kombinasi ini me
mungkinkan pemakaian yang aman dan ekonomis dari kedua bahan di mana hal ini tidak
dapat dicapai jika baja hanya ditanan1kan di dalam beton seperti pada beton bertulang
biasa. Pada masalah yang berbeda, baja berkekuatan-sedang telah digunakan sebagai pe
nulangan biasa tanpa prategang, dan baja secara khusus diberi ulir untuk membuat rekatan
(bond), dengan maksud untuk mendistribusikan retak. Cara ini menghindari pengeluaran
biaya untuk meregangkan dan mengangkurkan baja mutu-tinggi tetapi tidak memberikan
hasil yang diinginkan seperti gaya pratekan pada beton dan pengontrolan lendutan.
Dari sudut p an dangan ini, beton prategang tidak lagi merupakan ha! yang aneh dalam
desain . Ha! itu lebih merupakan sua tu pengembangan dan modifikasi dari pemakaian beton
bertulang dengan mengikut-sertakan baja berkekuatan tinggi. Dari sudut p andangan ini,
beton prategang tidaklah dapat membuat keajaiban di luar kemampuan kekuatan bahan itu
sendiri. Meskipun banyak akal digunakan untuk membuat desain yang memadai dan eko
nomis dari beton prategang, tidak ada metode yang ajaib untuk menghindari kenyataan
akan keharusan untuk memikul momen ekstemal dengan kopel internal. Dan kopel pe
nahan internal harus disuplai 6leh baja untuk menahan tarikan dan disuplai oleh beton
untuk menal1an tekanan, baik beton prategang atau beton bertulang biasa. Konsep ini telah
digunakan dengan baik untuk menentukan kekuatan batas balok beton prategang dan juga
dapat dipakai pada keadaan elastis.
Pada saat seorang insinyur mengerti akan p andangan terse but, dia akan mengetahm ke
samaan antara beton prategang dan beton bertulang. Maka kerumitan beton prategang akan
!en yap dan desain beton prategang dapat dilakukan dengan baik tanpa rileraba-raba di dalam
kegelapan di antara banyak rumus yang m embingungkan.
Contoh berikut ini mengilustrasikan pemakaian sederhana dari prinsip-prinsip di atas
di dalam analisis balok prategang; pembahasan yang lebih mendalam akan diberikan pada
Bab 6.

CONTOH 1 -3

Selesaikanlah soal seperti contoh 1 -2 dengan rn enggunakan prinsip kopel penahan internal.
Penyelesaian Arnbil set engah dari balok sebagai benda-bebas, sehingga rnernperlihat
kan kopel internal, Garn bar l -2 1 . M omen eksternal pad a penarnpang adalah
!
18 Desain Stn1 k rur Reran Pra TeKong

45 k N /m
- 5,70 MPa
' [ ' i ! i ! 1 . 4 1 5 mm

R
O
C = 1 620 k N i m

'
-;- t85 mm '

mm -'
.
r = t 620 k N
'
_
c . g .c .
37 5 m m
.
- 1
-2,94 MPa -
G -

Distribusi tegangan
Tampak Setengah Balok
pada tengah-tengah
ben tang

GJmbar 1-2 1 . Contoh l-3.

"' '
I/

4) 7)
N
2 '1 9 , 7 6 k N -rn

Kopel internal ctinyatakan ctengan gay a C = T = 1 620 k N , yang harus bekerj a ctengan
lengan m o m en sebesar

2'19 , 76
1 0 00 I X5 mm
1 6 20

Karena T bekerja pacta 2 3 0 m m ctari ctasar, C harus bekerj a p a ct a 4 1 5 m m ctari ctasar. J a cti
pusat ctari gaya tekan C ctapat ctitentukan.
Sebegitu j auh kita hanya m e m bahas persoa1an statika yang keabsahannya tictak ct iragu
kan lagi. Sekarang, jika ctiinginkan, ctistribusi tegangan pacta beton ctapat ctiperoleh ctengan
teori elastis blasa, j ika pusat ctari gaya tekan telah ctiketahui. Untuk C = 1 620 k N yang be
kerja ctengan eksentrisitas 4 1 5 - 37 5 = 40 m m ,

,. He
J .j I
1 . 620 ,000 1 .620 .000 . 4 0 '}. 7 5
. 7 .000 I ,75':'. 1 11 1 1 '

4)2 I ,.\ X
5 , 70 M Pa untuk serat atas

2 ,'14 M Pa untuk se r a t bawah

Konsep Ketiga Sistem l'ra tegang u n tuk Mencapai Perim bangan B eban . Konsep ini
terutama menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya
pada sebuah batang. Konsep ini sesungguhnya dikembangkan oleh pengarang, meskipun
dapat dipastikan juga digunakan oleh insinyur-insinyur lain untuk hal lebih sederhana.

Pada keseluruhan desain struktur beton prategang, pengaruh dari prategang dipandang
sebagai keseimbangan berat sendiri sehingga ba tang yang mengalami lenturan seperti pelat
(slab), balok, dan gelagar (girder) tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pem
bebanan yang terjadi. Ini memungkinkan transformasi dari batang lentur menjadi batang
yang mengalami tegangan langsung dan sangat menyederhanakan persoalan baik di dalam
desain maupun analisis dari struktur yang rumit.
nduhu/uan 19

-- l .
- _ Tendon parabola - -
- - - - r= - - -
h

l
1-.-- _ Be ban me r ata , -.-
. -
l" 1 1 -1- r
__ __ __
1 1 j 1
w,,

T Seton sebagai benda-bebas

Gambar 1 -2 2 . Balok prategang dengan tendon parabola.

Penerapan dari konsep ini menganggap beton diambil sebagai benda-bebas dan meng
gantikan tendon dengan gaya-gaya y ang bekerja pada beton sepanjang ben tang.
Ambil, sebagai contoh, sebuah b alok prategang di atas dua tumpuan (sin1ple beam)
dengan tendon berbentuk parabola (Gambar 1-22) j ika
F = gay a prate gang
L =panj ang bentang
h = tinggi parabola
.

Beban y ang terdistribusi secara merata ke arah atas dinyatakan dalam

8 Fh
1-l = --
b 2
L

J adi, untuk beban w yang terdistribusi secara merata ke arah bawah yang diberikan, beban
tegak lurus pada balok diin1bangi, dan balok hanya dibebani oleh gaya aksial F, y ang meng
hasilkan t egangan merata pada beton, f = F/A . Perubahan tegangan dari keadaan seimbang
ini dapat dihit ung dengan mudah menggunakan rumus-rumus mekanika biasa : f Mcjl. =

Momen pada keadaan ini adalah momen yang tidak seimbang akibat (w - wb ). beban yang
tidak seimbang. Gambar 1 - 2 3 menunjukkan perimbangan beban yang digunakan pada
struktur a tap di Arizona State Fair Colliseum.
Untuk balok dengan tendon yang membengkok, G ambar 1 -24, gaya t endon pada beton
dapat dengan mudah ditentukan dengan statika . Pendekatan ini, tidak rnerupakan ha! yang
sulit unt uk beberapa keadaan yang sederhana, seringkali menjadi sangat efektif untuk

Gambar I 23 Cangkang bcrbentuk h i p e r b o la par a bola Arizona S t a t e Fair C o Liseum terbuat d a r i b c t o n


wafel ringan dengan diameter 116 m d a n te ba l 64 mm (T.Y. L i n I nternatio nal, Consulting E ngineers).
20 Desa in Srrukrur Be ran P1a regang

t- - - - --/-/
Balok d e n g a n Tendon y a n g Membengkok

B e n daBebas Beton
d e n g a n Tendon y a n g
Diganti k a n oleh Gaya.gaya

Gambar l -24. Balok prategang dengan tendon yang mcmbengkok.

s t ruktur y ang sul i t , seperti b a l o k m enerus (cont i n u o u s b e am ) , p o r t a l kaku. p e l a t cendawan


(p e lat datar, flat slab), p e l at ware!, dan b eb erapa b angunan b erbentuk kulit kerang (shell)
t i p i s . yang akan d i t erangkan lebih lengkap pada Bab 1 1 . Lcbih luas lagi, dapat digunakan
untuk desain dan analisis dari penjangkaran-sen diri, jembatan b e t o n prategang. bila gay a
dari kab e l baja pada jalan raya b e t o n dan gelagar dapat d i t en t u kan t erlebih dahu l u , dan
t egangan p a da beton dianalisis tanpa b a nyak k e su l i t an .

CONTOH 1 -4

Selesai k a n l a h so a! p a d a c o n t o h 1 - 2 d c n ga n c a r a perim b a ng an be b a n ( lo a d balancing) d e ngan


m engam bil b e t on s e b agai b e n d a- b e b as , d ip is a h k an cl ari t e nd o n a t au baj a , C a m bar 1 -2 5 .
Penyelesaian B e b a n y a ng t e rclistribusi secara m erata k e a r a h a l a s cl ar i t e n d o n p acla
b e t o n a cl a l a h

8 Fh
w, = /_ 2

_ 8 X 1 620 X 0 , 1 45

7,32

= 3 5 ,3 kNjm

S e h ingga b e sarnya b e b a n ke b aw a h ( b e b a n y ang t id a k seim b an g ) p acla b alo k b e t o n a d a l a h


(45 - 35,3) = 9 , 7 k N / m cl a n m o m e n p a d a teng ah-teng ah b e n t a n g a k i b a t b e b a n a d a lah

= w/,2 = 9 , 7 X 7 ,3 2
M
8 8
= 64,6 kN-m

Tegangan serat a k i b a t m om e n aclalah :

f ee- Me = 6 M
I hd 2
6 X 64 ,6 X 1 .000 .000
2
500 X 750

= 1 , 3 8 MPa ( sera! a t as tert e k an : serat b a w a h t ertarik )


Pendalltlluan 21

45 kN m
I


500 mm
230mm
D
3 7 5 mm "1-
- - -
1 --- - o I
375 mm t- _ _ _ _ _ , .J..i? !!llll - - - . l

I 230 mm t
7.30 111
Pen ampan g pada
Te ngah-tengah
(a ) Tam p a k B a l o k
Bentang

35.3 kN m
J.-- _:,A__,l__t-+-_j

I
_

(b) S e t o n sebagai B e n d a - B e bas

500 mm - 1 ,38 --+j


1-
,..__ -4.32 MPn - >-< -5.70 MPa - 1+-

: Q__ + 1 .38 MPa :.J -+


---- = -2.94 MPa _,.j k-

Penampang Tegangan
d i Tenga h-tengah Tegangan A k i bat Tegangan A k i bat
yang D i ha s i l k a n
Bentang Beban ke B a w a h Prategang A k s i a l
9,7 k N /m 1 620 kN

Gambar 1 -25. C'ontoh 1 -4 .

Tegangan serat akibat p e ngaruh b chan prategang-langsung mendekati

F 1 .620 .000
A 500 750

- 4 , 3 2 M Pa tertekan

Tegangan y a ng d i hasilkan a d a l a h

- I ,38 4,32 = 5 , 7 0 M Pa serat atas tertekan

+ I ,38 - 4,32 = 2 , 94 MPa sera t bawa h tert ekan

sa m a scpe r t i c o n t o h 1 - 2 d a n 1 - 3 .

1-3 Klasifikasi dan Jenis


St r u k t u r b e t o n prat egang d i k l asifikasikan d e ngan b e rbagai cara , tcrgantung dari bagaimana
dcsain d a n k onst ruksinya. 1- l a l i n i akan d i bahas sebagai b e r i k u t .
Pemberian Gaya Prategang secara Eksternal atau Internal . M eskipun b u k u i n i d imak
sudkan u n t u k desain st r uk t u r b e t o n p ra t ega ng internal. a ngga p l a h d e ngan baja m u t u-t i nggi.
harus d i t e r a ngkan b ahwa kadang- k a d a ng d i m ungkin ka n u n t u k mcmbuat struktur b e t o n
p r a t egang d c ngan m engat u r reaksi e k s t e rn a l n y a . Ca ra penggan t i a n b u s u r ( a rch compen-
22 Ot'Slll l l S tm k : u r fie tOll Prutl!!(llng

Gambar 1 - 26 . Sistem pratcgang balok bcton scdcrhana dengan mendongkrak ke d inding pcnahan.

sat ion) t e la h d i singgung sebelum ini. di mana se b u ah busur b e t o n d i b e r i gaya p r ategang


dengan m emberi t e kanan kc dinding p c nahannya. Menurut t e o r i . sebuah b a l o k b et o n seder
hana dapat juga diberi gaya pra tegang secara e ks t er n a l dengan m en e ka n Ual:king) pada
t em pa t - t e m p a t t e r t e n t u u n t uk menghasi l ka n t ekanan pada sera t-sera t bawah clan t a ri ka n
p a d a serat-serat a t a s , G a m b a r 1 -26. j a d i bahkan t idak d i h u tuhkan pcnulangan pada b a l o k .
Su sunan y a n g sederhana i t u t i d a k m u dah diprak t c kk a n , karena, walaupun d i nding p e n ahan
(ab u t m e n t ) memu ngkinkan u n t u k hal i t u dikerj akan , susut clan rangkak p:da beton m ung
kin akan mengurangi regangan buaran t erseb u t kccuali ha! i t u dapat disesuaika n lagi . Lagi
p u l a . tcmpat s e d e m ik i a n m ungkin l c b ih wwk u n t uk jembatan b u s u r .
P a d a st r u k t u r s t a t i s t a k t e n t u , seperti b a l o k m encrus, ket inggian p e r l e t a ka n b a l o k
d a p a t disesuaikan dengan menyisipkan dongkrak-dongkr a k , sebagai c o n t oh , u n t u k meng
hasilkan reaksi yang diinginkan, Gambar l -27. K adang-kadang ini c u k u p p ra k t i s , mesk i p u n
h a r u s diingat b ahwa susut dan rangkak pacta b e t o n akan mengu b ah p e ngaruh sist cm pra
tegang sehingga pengaruh itu h a r u slah dimasukkan ke dalam p e rhit ungan atau p r a tegang
harus disesu a i kan dari waktu ke w a k t u .
Prategang Lmear dan Melingkar. Prat e gang m e lingkar adalah istilah y a n g dipakai u n t u k
stru k t ur prate gang melingkar se p e r t i t angki b undar, s i l o - s i l o , cl an pipa-pipa. di m ana t e n d o n
pra tcgang d i l i l i t kan d i sekeliling lingkara n . T o p i k ini dibahas pada B a b 1 3 . B e r b e d a de ngan
sist em prategang melingka r , sistem p r a t egang linear mencakup segala m a l: am struktur l a in
nya sepert i balok-balok dan p e l a t - p el a t . Tendon p r a t egang pada s t r u kt ur yang d ipra t e gang
k a n secara linear t idak perlu l u r u s ; m elainkan dapat dibengkokkan a t a u d i l engkungkan ;
t e t a p i t idak dapat b e rputar-putar s e p c r t i pada s i s t c m prategang m e lingka r .
Sistem Pratarik (Pretension) dan Pasca-tarik (PosttensiOn). l stil ah p ra t arik digunakan
untuk m enggambarkan m e t o d e sistem prat egang d i mana tendon-tendon ditarik seb c l u m
b e t o n dicor. J elaslah bahwa tendon-tendon i t u harus diangkurkan seme n tara pada abut
m en t a t a u l a n t a i penahan p a da w a k t u ditarik clan gaya prat egang dialihkan k e b e t o n s e t e l a h
beton t e rseb u t mengeras . C a r a i n i d i t e rapkan p a da p a b r i k b e t o n praceta k a t a u l a b or at o ri u m
di m a n a t erdapat l a n t a i penahan t arikan y a n g t e l a p , j u g a dipakai d i l a p angan d i m a n a d in
cling p enahan dapat dibuat secara e ko nomis. K e b a l ik a n dari sistem pratarik. sistem pa sca
t a r i k a dalah sua t u sistem pra tegang di mana kabel ditarik setelah b e t o n m engcras. J a d i
s i s t e m p ra t egang hampir s c l a l u dikerjakan t c rhadap b e t o n y a n g mcngeras, d a n tendon
tendon d iangkurkan p a c!a be ton terse b u t segera set elah gaya pra t egang dilakukan. Cara ini
dapat dipakai pada e l e m e n-elemen baik b e t o n p ra c e t a k m a u p u n b e t o n yang dicetak d i
t e m pa t .

Don gkrak "' Dongk rak

n -
Gambar 1 -2 7 . Sistcm pratcgang b a l o k mcncrus dcngan mendongkrak rcak si-rcaksinya.
Pendalluluan 23

Tendon Dengan Angkur-Ujung atau Tanpa Angkur-Ujung. Pada sistem pasca-tarik,


tendon-tendon diangkurkan pada ujungnya dengan bantuan alat-alat mekanis untuk meng
alihkan gaya prategang ke beton. Komponen struktur seperti itu disebut pengangkuran
ujung. Komponen struktur pasca-tarik menyelubungi tendonnya yang diisi air semen dan
pasir halus (grouting) setelah penarikan kabel selesai dan angkur ditinggalkan selama kon
struksi berdiri. Grouting yang dibahas di bawah ini ada hubungannya dengan klasifikasi
komponen struktur pasca-tarik yang terekat atau tidak. Pada sistem tendon pratarik, ten
don-tendon memindahkan gaya prategang ke beton melalui rekatan (bond) di dekat ujung
ujungnya. Keefektifan pemindahan gaya tersebut terbatas untuk kawat (wire) dengan ukur
an kecil dan untaian kawat (strand) dengan diameter lebih besar yang memiliki sifat rekatan
yang lebih baik dari kawat polos. Bahan yang umum untuk pratarik adalah untaian tujuh
kawat, yang juga banyak dipakai di dalam sistem pasca-tarik. Beraneka ragam jenis dari
pengangkuran ujung akan dibahas pada Bab 3.
Tendon Dengan atau Tanpa Rekatan. Tendon-tendon yang direkatkan berarti direkat
kan di seluruh panjangnya pada beton yang mengelilinginya/beton sekitarnya. Tendon
tendon dengan ujung yang tidak dijangkarkan haruslah direkatkan; tendon-tendon dengan
ujung yang dijangkarkan dapat direkatkan atau tidak direkatkan pada beton. Secara umum,
rekatan pada tendon pasca-tarik dicapai dengan cara grouting; jika tidak direkatkan, per
lindungan tendon-tendon terhadap karat harus dilakukan dengan melapisinya dengan bahan
pelindung, minyak, atau bahan-bahan lain. Biasanya, tendon tanpa rekatan diminyaki dan
dibalut dengan kertas atau bahan plastik untuk mcncegah rekatan pada beton yang menge
lilinginya. Kadang-kadang, tendon-tendon yang terekat dengan sengaja tidak direkatkan
pada bagian-bagian yang tertentu.
Pracetak, Cetak-di-Tempat, Konstruksi Komposit. Sistcm pracetak (precast) melibat
kan pekerjaan pengecoran beton jauh dari tempatnya yang terakhir, komponen struktur
dicor di tempat yangtetap atau di mana saja dekat dengan proyek, dan diangkut ke lokasi
nya yang terakhir. Beton pracetak memungkinkan pengontrolan yang lebih baik dan sering
kali lebih ekonomis. Beton yang dicetak di tempat (cast-in-place) membutuhkan bekisting
yang lebih banyak tetapi menghemat biaya transportasi dan penyctelan, dan ini merupakan
keharusan untuk komponen-komponen struktur yang besar dan berat. Di antara kedua
metode konstruksi ini, ada pula dinding panel tilt-up dan pelat angkat yang dibuat di dekat
dan di dalam struktur itu sendiri dan kemudian diangkut dan disetel ke tempat yang di
rencanakan ;dalam hal ini tidak ada biaya pengangkutan. Seringkali, cukup ekonomis untuk
membuat beton pracetak sebagian dari sebuah komponen. mengangkatnya, dan kemudian
diletakkan pada tempat yang direncanakan. Cara ini disebut konstruksi komposit. Elemen
pracetak pada scbuah struktur konstruksi komposit dapat lebih mudah disambungkan ber
sama-sama daripada struktur yang seluruhnya terdiri dari elemen pracetak. Dengan kon
struksi komposit, kcmungkinan dapat dihematnya bekisting cukup banyak dari yang di
butuhkan jika dibuaf konstruksi dengan "cetak-di-tempat." Akan tetapi. sesuai tidaknya
tiap jenis konstruksi haruslah dipelajari terhadap situasi dan kondisi setempat.
Sistem Prategang Sebagian atau Prategang Penuh. Perbedaan selanjutnya antara ber
bagai jenis prategang kadang-kadang dibuat berdasarkan tingkatan prategang yang akan bc
kerja pada komponen struktur. Jika scbuah komponen struktur didesain sehingga pada be
ban kerja tidak terjadi tegangan tarik, maka beton dikatakan mengalami gaya prategang sc
cara penuh. Jika dimungkinkan terjadinya tegangan tarik pada komponen struktur akibat
beban kerja, maka disebut mengalami gaya prategang scbagian. Pada sistem prategang se
bagian, dibutuhkan baja lunak tambahan untuk mcmpcrkuat bagian yang kena tarik. Di
dalam praktek, sangat sulit untuk mengklasifikasikan apakah konstruksi mengalami sistem
_
prategang secara penuh atau sebagian karcna itu sangat tergantung pada besarnya beban
kcrja yang digunakan dalam desain. Sebagai contoh, jcmbatan jalan raya di Amerika Serikat
24 Desain Struktur Be ton Prategang

mungkin didesain untuk sistem prategang penuh, walaupun sebenarnya mereka mengalami
tegangan tarik pada waktu dilalui lalu-lintas yang sangat berat. Pada bagian lain, balok atap
yang didesain sebagai sistem prategang mungkin tidak pernah menahan tarikan karena
beban hidup yang dianggap akan bekerja tidak pernah terjadi. Sistem prategang sebagian
selanjutnya akan dibahas pada Bagian 1 -6 dalam Bab 9.

1 -4 T ahap-tahap Pem bebanan


Salah satu pertimbangan istimewa pada beton prategang adalah banyaknya tahapan pem
bebanan di mana scbuah komponen struktur dibebani. Beberapa dari tahapan pembebanan
ini terjadi juga pada struktur yang bukan prategang, tetapi yang lainnya terjadi hanya aki
bat pratcgang. Untuk struktur yang dicor setempat, beton prategang harus didesain paling
sedikit untuk dua tahap, tahap awal pada saat pemberian gaya prategang dan tahap akhir
pada saat dibebani oleh bcban eksternal. Untuk beton pracetak. tahap ketiga yaitu pcng
angkatan dan pengangkutan harus diteliti. Pada setiap tahap dari ketiga tahap ini, ada per
bedaan waktu bilamana komponen atau struktur dibebani pada kondisi yang berbeda-beda.
Hal ini akan dianalisis sekarang. Tabel 1-2 memuat ringkasan dari tegangan-tegangan yang
diizinkan.
Tahap Awal. Batang atau struktur diberi gaya prategang tetapi tidak dibebani oleh
beban eksternal. Tahap ini selanjutnya dapat dibagi dalam beberapa tahap, beberapa di
antaranya tidak penting dan oleh karenanya dapat diabaikan pada desain-desain tertentu.

T ABEL 1-2 Tegangan-tcgangan Izin untuk Batang-batang Lentur (Peraturan ACI)

Tegangan Raja - tidak melampaui nilai-nilai beriku t :


I. Akibat gaya pendongkrak yang bekerja pada kabel:

0,80fp u atau 0,94[py

mana yang lebih kecil, tetapi tidak lebih besar dari nilai maksimum yang diusulkan
oleh pembuat kabel prategang atau angkur.
2. Tendon pratarik "segera setelah peralihan" gaya prategang atau tendon-tendon
pasca-tarik setelah penjangkaranjpengangkuran,

0,70fpu

Tegangan Beton - tidak melampaui nilai-nilai berikut ini:


I. Segera setelah peralihan gaya prategang (sebelum kehilangan), tegangan serat-serat
terluar .
Tekan-0,60[;

Tarik-0,25 (kecuali pada ujung balok di atas


dua tumpuan di mana 0,50yf;- diizinkan)

2. Pada beban kerja setelah terjadi seluruh kehilangan gay a prategang,


Tekan-0,45!;

Tarika -0,50Yf;

a
Bila analisis berdasarkan pcnampang retak dan hubungan dwilincar momen-lendutan menunjukkan
bahwa lendutan yang langsung terjadi dan lcndutan jangka panjang memenuhi batas-batas Peraturan,
gaya tarik maksimum adalah 1,00 .JJ;.
Pendahuluan 25

Sebelum Diberi Gaya Prategang. Sebelum beton diberi gaya prategang, beton cukup
lemah dalam memikul beban; oleh karena itu harus dicegah agar tidak terjadi kehancuran
pada perletakan. Harus dibuat ketentuan mengenai susut pada beton k.alau ha! ini terjadi.
Jika diizinkan untuk memperkeCil atau menghapuskan retak-retak pada beton prategang,
pzmeliharaan (curing) yang seksama sebelum peralihan gaya prategang sangat penting. Ke
keringan . atau perubahan temperatur secara mendadak harus dihindarkan. Retak-retak
dapat atau tidak dapat ditutupi dengan adanya gaya prategang tergantung dari banyak fak
tor. Retak-retak akibat susut akan mengurangi kemampuan beton untuk memikul tegangan
tarik dan mungkin harus ditolak.
Pada Saat Diberi Gaya Prategang. Ini adalah merupakan percobaan yang kritis dari ke
kuatan tendon. Seringkali, tegangan maksimum yang mungkin dialami oleh tendon terjadi
pada saat penarikan tendon (0,80fpu atau 0,94[py. Tabel 1-2). Kadang-kadang kabel putus
pada saat diberi gaya prategang (penarikan kabel), disebabkan oleh cacat pada waktu pem
buatan. Tetapi putusnya kabel kurang berarti, karena seringkali di dalam sebuah komponen
struktur terdapat banyak kabel. Jika sebuah kabel putus dalam satu komponen struktur
yang hanya terdiri dari beberapa kabel saja, maka harus segera diganti dengan kabel yang
baru. Untuk beton, proses penarikan kabel merupakan percobaan yang besar untuk menge
tahui kekuatanfdaya dukung angkurnya. Karena beton belum cukup umur pada saat itu,
sementara gaya prategang mencapai maksimum, kehancuran beton pada pengangkuran
dapat terjadi jika mutunya rendah atau jika beton kropos. Sekali lagi, gaya prategang yang
tidak simetris dan terpusat dari kabel dapat menimbulkan tegangan yang berlebihan pada
beton. Oleh karena itu besarnya gaya prategang pada berbagai tendon harus dipelajari ter
lebih da:hulu.
Pada Saat Peralihan Gaya Prategang. Untuk komponen-komponen pratarik, peralihan
gaya prategang dilakukan sekaligus dan dalam waktu yang singkat. Untuk komponen-kom
ponen struktur pasca-tarik, peralihan seringkali secara bertahap, gaya prategang pada ten
don-tendon dialihkan ke beton satu per satu. Pada kedua keadaan tersebut tidak ada gaya
eksternal pada komponen struktur kecuali berat sendirinya. Jadi gaya prategang awal,
dengan sedikit kehilangan yang terjadi, menimbulkan keadaan yang serius pada beton dan
seringkali menentukan desain komponen. (Tabell-2 menunjukkan tegangan baja daa beton
yang diizinkan.) Untuk alasan ekonomis, dalam desain komponen struktur prategang sering
kali turut diperhitungkan berat dari komponen struktur itu sendiri untuk mengimbangi
lendutan ke atas akibat pengaruh gaya prategang. Hal ini dilakukan dengengan mengasumsi
kan keadaan perletakan tertentu. Jika keadaan ini tidak dilaksanakan di dalam praktek,
keruntuhan pada komponen struktur dapat terjadi. Sebagai contoh, berat dari balok induk
(gelagar) prategang di atas dua perletakan diperkirakan dapat menimbulkan momen posit if
maksimum pada tengah-tengah bentang yang mengimbangi momen negatif akibat gaya pra
tegang. Jika balok induk (gelagar) die or dan diberi gaya prategang di atas tanah lunak tanpa
tumpuan yang cukup pada ujung-ujungnya, momen positif yang diharapkan mungkin tidak
ada dan gaya prategang mungkin menghasilkan tegangan tarik yang berlebihan pada serat
serat atas dari gelagar sehingga mengakibatkan keruntuhannya.
Desentering dan Penarikan Kembali. Jika sebuah komponen struktur dicor dan diberi
gaya prategang cii tempat, maka pada umumnya komponcn tersebut akan rnemikul sendiri
selama atau sesudah diberi gaya prategang. J adi bekisting dapat dibongkar setelah diberi
gaya gaya prategang, dan tidak ada pernbebanan baru terjadi pada struktur. Beberapa struk
tur beton ditarik kembali; ini adalah sistern prategang dalam dua tahap atau lebih. Jadi
tegangan-tegangan pada berbagai rnacarn tahap penarikan harus dipelajari.

Tahap Antara (Intermediate). Ini adalah tahapan selama pengangkutan dan peng
angkatan. Ha! ini terjadi hanya pada komponen-kornponen struktur pracetak bila diangkut
ke lapangan dan dipasang pada tempatnya. Hal ini penting sekali untuk rnenjamin bahwa
26 Desail! Struktur Seton Prategang

f---------/1
r Balok di atas Dua Tumpuan
'-

t Retak-retak

Pengangkatan yang Salah di Tengah-tengah

Gambar 1-28. Kcruntuhan balok akibat kelalaian dalam peng:angkatan.

komponen-komponen struktur tersebut tclah ditumpu dan diangkat dcngan semestinya.


Sebagai contoh. sebuah balok di atas dua perletakan (simple beam) yang didesain untuk di
tumpu pada ujung-ujungnya akan mudah patah jika diangkat pada tengah-tengah bentang.
Gambar 1-28. Gambar 1-6 menunjukkan cara yang benar untuk mengangkat suatu balok
prategang sederhana.
Tidak hanya pada waktu pengangkatan komponen itu sendiri, tetapi juga pada saat pe
nambahan beban-beban mati, seperti atap atau lantai, keadaan tumpuan dan pembebanan
harus diperhatikan. Ha! ini sangat tepat untuk balok kantilever, karena pembebanan sebagi
an dapat mengaki? atkan lenturan yang lebih serius daripada pembebanan penuh. Gambar
1-30.
Tahap Akhir. Ini adalah tahapan bila beban kerja yang sesungguhnya bekerja pada
struktur (Tabel 1-2 menunjukkan tegangan-tegangan yang diizinkan). Seperti pada kon
struksi-konstruksi lain. pendesain harus mempertimbangkan berbagai mac am kombinasi
beban hidup pada setiap bagian yang berbeda dari struktur akibat beban-beban lateral se
pcrti angin dan gaya-gaya gempa, dan dengan beban-bcban regangan scperti yang dihasil
kan oleh penurunan pada tumpuan dan pengaruh temperatur. Untuk struktur beton pra
tegang, terutama untuk jenis-jenis yang tidak umum, seringkali perlu untuk menyelidiki
retak-retak dan beban batasnya, perilakunya akibat beban yang bekerja tetap (sustained
load) sebagai tambahan beban kerja. Ha! ini akan dibahas sebagai berikut.
Beban yang Bekerja Tetap (Sustained Load). Lendutan ke atas atau ke bawah dari
komponen struktur prategang akibat beban tetap yang sesungguhnya (sering terdiri hanya
dari beban mati) sringkali merupakan faktor penentu dalam desain, karena pengaruh dari
rangkaian akibat lcntur akan memperbesar nilainya. Sehingga seringkali dikehendaki untuk
membatasi bcsar lendutan akibat beban tetap.
Beban Kerja. Untuk mendesain akibat beban kerja haruslah ada pemeriksaan terhadap
tegangan dan regangan yang berlebihan. Tidak perlu ada suatu jaminan atas kekuatan yang
cukup untuk memikul bcban yang berlcbihan. Akan tetapi, scorang insinyur yang cukup
mengenal kekuatan beton prategang mungkin seringkali mendesain struktur secara kon
vensional dan membuat proporsinya berdasarkan pada perhitungan beban kerja. kemudian
memeriksa kekuatannya.
Beban Retak. Retak pada komponen beton prategang berarti perubahan yang men
dadak pada tegangan rekat dan tegangan geser. Hal ini seringkali merupakan ukuran bagi
kekuatan le!ah. Untuk struktur-struktur tertentu. seperti tangki-tangki dan pipa-pipa. awal
terjadinya retak menunjukkan keadaan kritis. Untuk struktur-struktur yang terkena penga
ruh korosi, untuk tendon tanpa rekatan di mana retak-retak lebih tidak dapat diterima,
Pendailu/uan 27

Gambar l-29. Sistem pracetak pada Pagoda Japanese Center, San Francisco, California, dilakukan de
ngan sistem pasca-tarik melingkar (T. Y. Lin International, Consulting Engineers).

atau untuk struktur di mana retak-retak dapat menghasilkan lendutan yang berlebihan, ter
lihat penting adanya penelitian terhadap beban retak.
Beban Batas. Struktur yang didesain berdasarkan tegangan kerja mungkin tidak selalu
mempunyai angka keamanan yang cukup untuk kelebihan beban. Karena disyaratkan
bahwa sebuah struktur memiliki kapasitas minimum memikul beban yang lebih bcsar, maka
perlu ditentukan kekuatan batasnya (ultimate strength). Secara umum, kekuatan batas
dari sebuah struktur didefinisikan sebagai beban maksimum yang dapat dipikul sebelum
hancur. Akan tetapi, sebelum beban ini dicapai, proses keruntuhan yang bersifat tetap pada
beberapa bagian dari struktur mungkin telah terjadi. Meskipun setiap kekuatan di luar titik
runtuh tetap dapat merupakan jaminan tambahan terhadap kehancuran total, beberapa
insinyur mempertimbangkan kekuatan scdemikian tidak terpakai, dan lebih condong untuk
mendesain atas dasar kekuatan yang dapat terpakai daripada kekuatan batas. Akan tetapi,
kekuatan batas lebih mudah dihitung dan biasa diterima sebagai suatu kriteria untuk desain
beton prategang seperti pada sistem struktur yang lain. Tabel 1-3 memberikan kesimpulan
dasar mengenai syarat-syarat kekuatan menurut Peraturan ACI.
Sebagai tambahan pada keadaan pembebanan normal di atas, beberapa struktur mung
kin dibebani oleh beban-beban berulang yang cukup besar yang dapat mengakibatkan ke
runtuhan akibat kelelahan. Beberapa struktur mungkin dibebani oleh beton yang berat
28 Desai11 Struktur Be toll Prategang

Atap penuh pada bagian ini


Tanpa atap c-- ---u-------T-- -1 -:
J
'
T

= --------3

F
Gambar l-30. Retak pada balok akibat urutan yang salah dalam penambahan beban di atasnya.

urituk jangka waktu yang panjang, mengakibatkan deformasi yang berlebihan akibat rang
kak, sementara lainnya mungkin dibebani beban eksternal yang ringan sehingga lendutan
ke atas yang disebabkan oleh gaya prategang mungkin menjadi semakin besar sesuai dengan
waktu. Lainnya mungkin dibebani getaran yang tidak dikehenaki akibat beban-beban di
namis. Akibat beban kejut tiba-tiba atau akibat gempa, kemampuan komponen untuk me
nyerap energi seperti ditunjukkan oleh kekenyalan (daktilitasnya) mungkin merupakan hal
yang penting. lni adalah keadaan khusus yang harus dipertimbangkan oleh para insinyur
untuk masing-masing keadaan.
Pembahasan di atas merupakan kerangka permasalahan yang relatif baru dan sulit yang
dijumpai dalam desain beton prategang dibandingkan dengan struktur beton bertulang.
Kurang menguntungkan karena desain beton prategang lebih sulit, tetapi kesulitannya tidak-

TABEL 1-3 Fak t o r Beban dan Kekuatan yang Disyaratkan Menurut Peraturan ACI

Faktor Beban Peraturan ACI

U= 1,4D + 1,7L a
(ACI 9 -1) Kekuatan Dasar yang Disyaratkan

dengan angin diperhitungkan, pilihlah salah satu dari yang berikut in i y ang le bih b e sar :

U = 0 ,7 5( 1 ,4D + I , 7L + I ,7W) (ACI 9-2)


a tau
U= 0 ,9D + 1, 3 W (ACl 9-3 )
di mana U = kekuatan yang disyaratkan
D = beban mati
L = beban hidup
W = beban angin
----------------------------- ---------

Kekuatan yang Disyaratkan Kekuatan Rencana (Desain)


Komponen Struktur

Kekuatan yang
disyaratkan Kekuatan rencana (desain) kompo
dari beban nen struktur adalah faktor reduksi
berfaktor k ekuatan b, t/J. dikalikan estimasi ter
baik dari kekuatan komponen struk
tur (kekuatan nominal)
t/J = 0,90- lentur, M
t/J = 0,85 -- geser, V
t/J = 0 ,7 5 - kolom spiral , P

aPcrsamaan lain dalam ACI 318-77 termasuk faktor beban untuk gempa bumi, tckanan tanah lateral.
tekanan cairan lateral, dan pengaruh tcmperatur pada pemeriksaan kekuatan.
hUhat Peraturan ACJ untuk nilai-nilai <P yang lain di mana jenis tegangan berbeda dari yang ini; seperti
tekanan landasan, tarikan aksial, atau lcnturan dari beton.
Pendahuluan 29

lah berlebihan. Persoalan-persoalan baru harus dimengerti dan diselesaikan. Pengabaian


situasi ini dapat mengakibatkan keruntuhan yang tragis seperti dialami oleh pemakai yang
lalai dalam hampir seluruh bidang usaha yang baru.
Dengan pengalaman dalam desain, banyak tahapan pembebanan yang disebutkan di
atas secara otomatis dihilangkan dari pertimbangan berdasarkan pengamatan. Perhitungan
sebenarnya harus dibuat untuk satu atau dua keadaan yang menentukan. Di samping itu.
seperti yang akan diperlihatkan pada bab-bab berikut, perhitungan dapat sangat diseder
hanakan jika dipilih cara pendekatan dan analisis yang tepat. Berdasarkan pengamatan dari
pengarang, seorang insinyur yang menyepelekan kerumitan dalam desain beton prategang
akan menjumpai persoalan-persoalan di luar dugaan, sementara banyak insinyur yang lain
menemukan ha! itu tidak sesulit seperti yang mereka bayangkan.

1 -5 Beton Prategang vs Beton Bertulang


O!eh pengarang, pembaca dianggap telah mengenal beton bertulang, sehingga akan cukup
menarik untuk membandingkannya dengan beton prategang. Perbedaan utama antara ke
duanya adalah pemakaian bahan dengan kekuatan yang lebih tinggi untuk beton prategang.
Untuk memanfaatkan seluruh kekuatan baja mutu-tinggi, perlu untuk membuat gaya pra
tegang dengan menarik sebelumnya. Baja yang diberi gaya prategang dan diangkurkan ke
beton akan menghasilkan regangan dan tegangan yang dikehendaki dengan maksud untuk
mereduksi atau menghilangkan retak-retak pada beton. Jadi se!uruh penampang beton pra
tegang menjadi efektif, sedangkan pacta beton bertulang hanya sebagian dari penampang
di atas garis netral yang bermanfaat.
Pemakaian tendon melengkung akan mcmbantu memikul sebagian gaya geser pada
komponen struktur. Tambahan lagi, gaya prategang pacta beton cenderung untuk mengu
rangi tegangan tarik utama dan menambah kekuatan terhadap gaya geser. Jadi, pacta beton
prategang dimungkinkan untuk memakai penampang yang lebih kecil untuk memikul jum
lah gaya geser luar yang sama di balok. Sehingga untuk beton prategang lebih disukai pe
nampang berbentuk yang lebih efisien dengan tebal badan yang tipis.
Beton mutu-tinggi, yang tidak ekonomis pemakaiannya pada konstruksi beton ber
tulang, di dalam beton prategang menjadi suatu yang dikehendaki bahkan merupakan ke
harusan. Pacta beton bertulang, pemakaian beton mutu-tinggi akan menghasilkan penam
pang yang lebih ekonomis dengan pembesian (penulangan) yang lebih banyak dan akhirnya
menghasilkan desain yang mahal. Pada beton prategang, beton mutu-tinggi akan dipadukan
dengan baja mutu-tinggi dengan maksud untuk menghasilkan perbandingan yang ekonomis.
Beton yang lebil1 kuat juga diper!ukan untuk menahan tegangan yang besar pada peng
angkuran dan untuk memberikan kekutan pada penampang yang lebih tipis sehingga sering
kali digunakan pada beton prategang.
Setiap bahan atau metode konstruksi memiliki bidang penerapannya masing-masing.
Pacta waktu !as dikembangkan pertama kali di tahun 1930, bebcrapa insinyur sangat ter
tarik dan yakin bahwa !as dapat menggantikan paku keling secara keseluruhan, yang sampai
saat ini belurn juga menjadi kenyataan. Beton prategang mungkin mempunyai perkembang
an yang serupa. Tidak lama lagi ini akan banyak digunakan seperti beton bertulang.
Tetapi, jenis konstruksi yang relatif baru ini pada dasarnya cukup baik kekuatannya
dan ekonomis, telah mempunyai perkembangan yang cepat (Gambar 1-9) dan dapat me
nyesuaikan diri pada situasi dan persyaratan yang baru dan belum pernah terjadi sebelum
nya. Keuntungan dan kerugian beton prategang jika dibandingkan dengan beton bertulang
akan dibahas dalam hubungannya dengan kemampulayanan (serviceability). keamanan, dan
segi ekonominya.
30 Desain Srruktur Be ton Prategang

Kemampulayanan. Desain beton bertulang lebih cocok untuk struktur-truktur dengan


bentang panjang dan memikul beban berat, terutama disebabkan oleh pemakaian bahan
dengan rnutu yang tinggi. Struktur beton prategang lebih ramping dan oleh karena itu !ebih
dapat disesuaikan dengan segi artistik. Beton prategang mcnghasilkan lcbih banyak ruang
bebas di mana dibutuhkan. Struktur beton prategang tidak retak akibat beban kerja, dan
retak-retak apa pun yang terJadi akibat beban yang berlebihan akan tertutup segera setelah
beban diangkat; kecuali jika behan berlcbihan. Akibat behan mati, lendutan dikurangi oleh
pengaruh lendutan ke atas akibat gaya prategang. Ha! ini menjadi bahan pertimbangan yang
penting untuk struktur-struktur seperti kantilever yang panjang. Akibat beban hidup, len
dutan juga lebih kecil karena kefektifan penampang beton utuh, yang mempunyai momen
inersia dua atau tiga kali penampang bet on retak. Komponen struktur prategang lebih dapat
diterima untuk beton pracetak karena beratnya yang ringan.
Sejauh yang ada hubungannya dengan segi kemampulayanan, kekurangan bcton pra
tegang hanyalah beratnya yang kurang. Mcskipun jarang dijumpai dalam praktek, dapat di
jumpai kcadaan di mana berat dan massa lebih diutamakan daripada kekuatan. Untuk ke
adaan ini, beton bertulang atau tidak bertulang seringkali berfungsi sama baiknya dJn
dengan biaya yang lebih rcndah.
Keamanan. Sulit untuk mengatakan satu jenis struktur \cbih aman dari yang lain. Ke

amanan dari suatu struktur lebih tcrgantung pada desain dan konstruksi daripada jenisnya.
Akan tctapi, ha! yang menarik dari keamanan beton prategang mungkin dapat dijelaskan.
Ada percobaan yang dilakukan sebagian-sebagian pada baja dan beton pada waktu pengerja
an penarikan. Pada banyak struktur, selama penarikan, baja dan beton kedua-duanya me
mikul tegangan tertinggi yang akan terjadi selama waktu manfaat struktur itu. Sehingga.
jika bahan telah mampu diberi gaya prategang, beton pratcgang sangat mungkin memiliki
kekuatan yang cukup untuk beban kerjanya.

(b) Selama pcmbangunan (pengangkatan be


ton pracetak prategang scdang dilakukan).

(a) Jcmbatan yan sudah sclcsai (dengan 62


segmen bcton pracctak pratcgang dan ka
bel penggantung).

Gambar 1-31. Jembatan Tumpu Kabel Pasco-Kennewick. Bentang tengah berjarak 299 m dan kedua
bentang di sisinya adalah 124 m. Panjang keseluruhan 760 m dan lebih dari 550 m dipikul oleh kabel
baja gantung. Bagian jembatan ini t.:rdiri dari 62 segmen beton pracctak prategang dengan lebar 24 m
(
dan panjang 8.2 m. Kctinggian balok gelagar menerus adalah 2,1 m (Pemilik: Kota Pas eo dan Kennewick,
Washington; Insinyur. Arvid Grant dan Assodatcs. Inc.; Kuntraktor Utama: Peter Kicwit Sons' Co.).
(PCI).
PendaiiU/uan 31

Jika didesain layak dengan mcmakai metode konvensional yang sekarang, struktur
beton-prategang mempunyai kelebihan kemampuan menahan beban yang hampir sama
dengan atau mungkin sedikit lebih tinggi daripada beton bertulang. Pada desain yang biasa,
mcreka melentur cukup besar sebelum batas runtuh, sehingga memberikan tanda-tanda
yang cukup sebelum roboh. Kemampuan beton prategang untuk menahan beban tiba-tiba
dan beban kejut dan beban berulang telah diperlihatkan sebaik beton bertulang. Dengan
tebal beton penutup yang sama, daya tahan terhadap karat lebih baik daripada beton ber
tulang biasa, ha! ini disebabkan oleh tidak adanya retak dan dipakainya beton yang her
mutu tinggi pada komponen-komponen beton prategang. Jika retak harus terjadi, karat
akan terjadi lebih serius pacta beton prategang. Dalam hal daya tahan terhadap api. baja
mutu-tinggi sangat sensitif terhadap temperatur yang tinggi, tetapi untuk tebal beton pe
nutup yang minimum, tendon prategang dapat mcmpunyai tebal penutup rata-rata yang
lebih besar karena penyebaran dan lengkungan setiap tendon. Masalah ini akan dibcarakan
pacta Bab i6.
Komponen-komponen struktur beton prategang lebih memerlukan kecermatan dalam
desain, konstruksi, dan pengangkatan daripada beton biasa, karena kekuatannya yang lebih
tinggi, penampangnya yang lebih kecil, dan kadang-kadang juga melibatkan desain yang
sulit. Meskipun konstruksi beton prategang telah dipraktekkan sejak tahun 1940, usia dari
struktur-struktur semacam itu, jika tidak lebih panjang, dapat berusia sepanjang beton ber
tulang biasa.
Ekonomi. Dari segi ekonomi, jelaslah bahwa jumlah bahan yang lebih sedikit, baik
baja maupun beton, dibutuhkan untuk memikul beban yang sama, karena bahan-bahannya
bermutu tinggi. Ada juga penghematan di dalam pemakaian sengkang, karena gaya geser
pada beton prategang berkurang akibat kemiringan kabel-kabel, dan tegangan tarik diagonal
diperkecil dengan adanya sistem prategang. Berat komponen struktur yang berkurang akan
membantu membuat penampang lebih ekonomis; beban mati dan tinggi komponen struktur
yang lebih kecil akan menghasilkan penghematan bahan dari bagian-bagian struktur yang
lain. Pada komponen-komponen struktur pracetak, pengurangan berat akan menghemat
biaya pengangkatan dan pengangkutan.
Di samping kemungkinan ekonomis di atas pacta beton prategang. penggunaannya tidak
dapat diizinkan untuk segala kondisi. Pertan1a sekali, bahan yang lebih kuat akan mem
punyai biaya satuan yang tinggi. Lebih banyak bahan pcmbantu dibutuhkan untuk sistem
prategang, seperti pengangkuran ujung, selubung, dan bahan pengisi. Dibutuhkan bekisting
(cetakan atau acuan) yang lebih rumit, karena bentuk yang tidak persegi panjang seringkali
dipakai dalam beton prategang. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menempatkan l
pound baja di dalam beton prategang lebih banyak. terutama bila jumlah pekerjaan kecil.
Perhatian yang lebih besar harus diberikan dalam desain dan juga dipcrlukan pengawasan
yang lebih; jumlah kerja tambahan akan tergantung dari pengalaman si insinyur dan pekerja
konstruksi, tetapi tidak akan menjadi serius jika desain dengan tipe yang sama diulang
untuk beberapa kali.
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa desain beton prategang akan
lebih ckonomis bila unit yang sama diulang untuk beberapa kali atau bila dijumpai beban
mati yang berat pada bentang yang panjang. Dapat juga dipakai bila dikombinasikan dengan
sistem pracetak atau semi-pracetak seperti konstruksi komposit atau konstruksi pelat
angkat. Setiap struktur masing-masing harus dipertimbangkan. Tersedianya perancang yang
baik, dan pekerja-pekerja yang berpengalaman di pabrik pratarik, dan penawaran yang ber
saing seringkali menguntungkan beton prategang.
32 Desain Strnktur Beton Prategang

Gambar 1-32. Jembatan Ruck-a-Chucky dengan bentang melengkung 396,5 m diberi gaya prategang
dengan kabel prategang dari dinding cadas di lembah. (T.Y. Lin International, Consulting Engineers).
1-'oto: Popular Science Magazine.

1 -6 Sistem Prategang Sebagian


Seperti diterangkan sebelumnya dalam Pasal 1-3, pemakaian sistem prategang sebagian
telah menjadi ha! yang biasa di dalam praktek. Komponen struktur prategang sebagian ada
lah komponen struktur yang direncanakan dengan mengizinkan terjadinya tegangan tarik
pada beban kerja, dan di daerah-daerah tarik yang demikian biasanya diberi tulangan tam
bahan dengan penulangan tidak diprategang.
Sebagian besar peraturan perencanaan untuk bangunan dan jembatan sekarang ini
I
mengizinkan tegangan tarik yang cukup berarti pada waktu beban kerja (Tabel 1-2 me

r nunjukkan nilai-nilai Peraturan ACI), jadi sistem prategang sebagian adalah sangat biasa.
Beberapa struktur dengan sistem prategang penuh telah menyebabkan lendutan ke atas
(camber) yang terlalu besar, yang tidak dikehendaki. Sistem prategang sebagian telah men
capai maksud untuk menghilangkan atau mengontrol lebar retak pada beban kerja dengan
menetapkan tegangan tarik yang diizinkan yang sedikit lebih kecil dari tegangan retak
beton.
Jelaslah bahwa banyak desain beton prategang sekarang secara teknis termasuk klasifi
kasi ini dan bukan prategang penuh yang meniadakan tegangan tarik seperti dipraktekkan
"Sebelumnya. Tetapi tetap dibutuhkan kewaspadaan pada sistem prategang sebagian jika ke
mungkinan terjadi retak akibat beban kerja, karena mungkin dapat menghasilkan lendutan
Pendahu/uan 33

yang berlebihan akibat beban hidup pada penampang retak. Karena kenyataannya adalah
sedemikian rupa sehingga kita mempunyai pengalaman baik dalam penelitian maupun pe
rencanaan sesungguhnya untuk menunjang penyebaran penggunaan yang meluas dari sis
tem prategang sebagian, maka kita dapat mendesain dengan mengontrol tegangan-tegangan,
dan menjamin pengontrolan lendutan dan retak. Pada waktu yang bersamaan, kekuatan
dapat ditingkatkan dengan penambahan penulangan lentur tambahan. Tabel 1-3 memberi
kan faktor-faktor beban yang disyaratkan oleh Peraturan ACI.
Perhitungan khusus seperti yang dijelaskan di atas (Pasal 1-5) akan menolong para
pembaca untuk membayangkan perbandingan secara umum dari beton bertulang dan beton
prategang dalam berbagai cara seperti yang dijumpai dalam praktek. Perancang-perancang
menemukan besarnya gaya prategang yang memberikan pengontrolan tegangan yang diizin
kan pada setiap tahap pembebanan seperti yang dijelaskan pada Pasal 1-4 untuk menjamin
hasil yang baik pada situasi tertentu. Ha! yang utama adalah menghasilkan struktur yang
memuaskan apakah desain akhirnya adalah "sistem prategang sebagian" atau "sistem pra
tegang penuh". Pemb.ahasan yang lebih lengkap mengenai penulangan prategang sebagian
dan penulangan biasa diberikan pada Bab 9.

1 -7 Peraturan Desain Beton Prategang


Pedoman desain yang pertama untuk beton prategang adalah dalam bentuk petunjuk prak
tis, dan bukan dalam bentuk peraturan bangunan. Di Amerika Serikat, "Pembahasan Ga
bungan Komisi ACI-ASCE Mengenai Desain Komponen Struktur Prategang" diterbitkan
pada tahun 1958, termasuk pengetahuan mengenai sejarah perkembangan yang telah di
kembangkan dcngan penggunaan beton prategang yang terbatas pada pertengahan tahun
1950-an.
The Prestressed Concrete Institute menerbitkan Peraturan Bangunan AS yang pertama
untuk beton prategang pada tahun 196 1. Pada saat yang bersamaan, Peraturan Bangunan
ACI (3 18-56) tidak memberikan kepustakaan mengenai beton prategang, tetapi dirnasuk
kannya bahan baru mengenai subyek ini sedang dipertimbangkan untuk diterbitkan pada
revisi berikut.
Pada tahun 196 3, Peraturan ACI (3 18-6 3) memasukkan sebuah bab yang membahas
tentang beton prategang, sebagian besar diajukan kembali pad a tahun 1971 dalam revisi Per
aturan ACl (3 18-7 1). Sejak tahuri 197 1, revisi tahunan telah dibuat, dan Peraturan ACI6
dengan revisi-revisi yang sedang berlaku merupakan peraturan desain yang digunakan dalam
buku ini. Evolusi yang hampir sama sama terjadi pada "Ketentuan Standar untuk Jembatan
dan Jalan Raya AASHTO." Bagian utama dari peraturan untuk beton prategang dalam
Ketentuan Standar untuk Jembatan dan Jalan Raya (AASHT0)7 yang baru dengan revisi
terakhir sangat menyerupai Peraturan ACI. Perbedaan yang utama hanyalah pada nilai te
gangan yang diizinkan dan faktor-faktor beban yang lebih konservatif untuk jembatan dari
pada untuk gedung.
Keduanya, Peraturan ACI6 untuk gedung dan Ketentuan AASHT07 untuk jembatan
di Amerika Serikat, telah berkembang sesuai dengan informasi yang diperoleh dari seluruh
dunia. Menurut pendapat pengarang, desain yang mengikuti Peraturan ACI (atau peraturan
yang mirip dalam AASHTO) akan menghasilkan struktur beton prategang yang memuas
kan, meskipun dokumen ini mungkin tidak mengikat secara hukum di beberapa negara lain.
Pada contoh-contoh soal di dalam buku ini, banyak Peraturan ACI diikuti. Perlu diperhati
kan bahwa peraturan-peraturan yang sama dicantumkan dalam banyak peraturan di seluruh
dunia.
Sejak awal usaha dari prategang, scperti digambarkan di bagian awal bab ini, sebuah
industri besar telah berkembang seperti yang diperlihatkan foto-foto struktur utama yang
;34 Desain Struktur Beton Prategang

Gambar 1-33. Ekofisk Offshore Reservoir di Laut Utara dengan mengkombinasikan beton pracetak
dan cor di tern pat dcngan sistcm pasca-tarik untuk mcmbentuk struktur yang lengkap.

menggunakan beton prategang di seluruh dunia. Kita memiliki bahan dan teknologi yang
dapat dipercaya dan struktur yang dihasilkan dari bahan-bahan ini 'akan aman dan dapat
dipakai. Kita dapat merencanakan secara rasional ketahanan terhadap api dan ketahanan
terhadap karat dengan mengikuti pedoman dari peraturan dan spesifikasi yang ada sekarang.
Banyak penggunaan yang khusus telah dikembangkan untuk beton prategang selain
dari gedung, jembatan, dan struktur kontainer (containment structure). Produksi khusus
yang sebelumnya dibuat dengan bahan lain telah muncul; sebagai contoh, bantalan jalan
kereta api1213 dan tiang listrik. Beberapa keadaan ini tidak perlu terdapat di dalam peratur
an yang dibuat untuk gedung dan jembatan, akan tetapi bermanfaat sebagai pedoman. Ada
beberapa pertanyaan apakah kelelahan akan merupakan persoalan untuk beberapa dari ke
adaan khusus ini. Riset yang berkelanjutan dan perkembangannya akan memecahkan setiap
persoalan yang berhubungan dengan kelelahan dan, pada gilirannya, peraturan-peraturan
ini selanjutnya akan tetap diperbaharui.

Referensi

l. T.Y. Lin dan F. Kulka, "Fifty-Year Advancement in Concrete Bridge Construction",


J. Const. Div., Am. Soc. of Civil Engineers, September 1 975, ha!. 4 9 1 --5 l 0.
2. "Dams of Prestressed Concrete," Eng. News-Rec., April 5, 1 9 45, ha!. 456.
3. C .B. M cCul!ough dan E.S. Thayer, Elastic Arch Bridges, John Wiley & SOns, New
York, 1 931 (out of print).
4. G.A. Hoo1 dan W . S . Kinne, Movable and Long Span Steel Bridges, M cGraw-Hill Book
Co., New York, 1 9 43.
5. G. M agnel dan H. Lambotte, "Essai de deux poutres jumeh;es en acier pn comprime
de 2 1 . 2 0 meters de porte e," Precontrainte Prestressing, No. 2, 1 953.
6. Building Code Requirements for Reinforced Concrete (ACI std. 31 8--77), Detroit,
American Concrete Institut e , 1977.
7 . Standard Specifications for Highway Bridges, twelfth edition, American Association
of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), 1 977.
Pendahuluan 35

8. P CI Design Handbook, Precast Prestressed Concrete, second edition, Prestressed Con


crete Institute, Chicago, IHinois, 1 9 78.
9 . Posttensioning Manual, Post-Tensioning Institute, Phoenix, Arizona, 1 9 76.
1 0 . "T.Y. Lin Symposium on Prestressed Concrete , Special Commemorative Issue, "
J . Prestressed Cone. Inst., Vol. 2 1 , No. 5 , SeptemberOktober 1 976.
1 1 . Publications from F e d e ration Internationale de la Pr econtrainte (FIP):
"Recommendations for the Acceptance and Application of Posttensioning Systems,
1 972.
"Recommendations for the Approval,Supply a n d Acceptance ofSteels for Prestressing
Tendons," 1 9 7 4.
"Recommendations for the Design and Construction of Concrete Sea Structures,"
third edition, 1 9 7 7 .
"Guide t o Good Practice: FIP/CEB Recommendations for the Design o f Reinforced
and Prestressed Concrete Structural Members for Fire Resistance ," 1 9 7 5 .
"Recommendations for the Design o f Aseismic Prestressed Concrete Structures," 1 9 7 7.
"Recommendations for the Design of Prestressed Concrete Oil Storage Tanks," 1 9 7 8.
"Proposed Recommendations for Segmental Construction in Prestressed Concrete,"
1 97 8 .
1 2 . W.J. Venuti, "Concrete Railroad Ties i n North America, " Cone. Intl., Vol. 2 , N o . 1 ,
Januari 1 980 , hal. 2 5 -32.
1 3. A.N. Hanna, "Prestressed Concrete Ties for North American Railroad , " State-of-the
art report , J. Prestressed Cone. Inst., Vol. 2 4 , No. 5 ,September - Oktober 1 9 7 9 , hal.
32-6 1 .
I'

2
BAHAN-BAHAN

2-1 Beton, Persyaratan Kekuatan


Beton yang lebih kuat biasanya dibutuhkan untuk pekerjaan beton prategang daripada
untuk beton bertulang. Dalam prakteknya sekarang di Arnerika Serikat diharuskan untuk
menggunakan kekuatan silinder beton umur 28-hari sebesar 28 sampai 55 MPa untuk beton
prategang, sementara untuk beton bertulang nilainya sekitar 24 MPa. Kekuatan kubus be
ton yang biasa untuk beton prategang di Eropa ditentukan kira-kira sebesar 450 kg/cm2,
berdasarkan atas kubus ukuran I 0, 15 atau 20 cm pada umur 28 hari. Jika kekuatan kubus
diambil 1,25 kali kekua tan silinder, maka akan dihasilkan hubungan sebagai berikut:

450/1,25 = 36 0 kg/cm2 = 35,5 MPa kekuatan silinder

Meskipun angka di atas adalah nilai yang umum, kekuatan yang berbeda dari nilai tersebut
kadang-kadang ditentukan.
Kekuatan yang lebih tinggi rnerupakan keharusan pada beton prategang karena bebe
rapa alasan. Pertama, untuk menghemat biaya, pengangkuran yang diperdagangkan untuk
biaya prategang selalu direncanakan berdasarkan beton mutu-tinggi. Sehingga beton yang
lebih lemah rnernbutuhkan pengangkuran khusus, karena kalau tidak akan runtuh pada saat
diberi gaya prategang. Keruntuhan seperti itu mungkin terjadi pada bantalan (bearing) atau
pada rekatan antara baja dengan beton, atau pada tarikan dekat angkur. Selanjutnya, beton
mutu-tinggi mernberikan ketahanan yang tinggi terhadap tarikan dan geser, seperti juga
pada rekatan dan turnpuan, dan merupakan tuntutan struktur beton prategang yang bagian
bagiannya mengalarni tegangan yang lebi11 tinggi daripada beton-bertulang biasa. Faktor lain
adalah beton mutu-tinggi tidak mudah untuk mengalami retak akibat susut pada beton
yang kadang-kadang terjadi pada beton mutu-rendah sebelum diprategangkan. Beton mutu
tinggi juga mempunyai modulus elastisitas yang lebih tinggi dan regangan akibat rangkak
yang lebih kecil, yang mengakibatkan kehilangan gaya prategang lebih kecil pada baja.
Pengalarnan telah menunjukkan bahwa kekuatan sebesar 28 sampai 34 MPa akan meng
hasilkan adukan untuk beton prategang yang paling ekonomis. Meskipun kekuatan beton
yang dispesifikasikan untuk tiap-tiap pekerjaan hams dipertimbangkan secara sendiri-sen
diri, ada beberapa alasan yang jelas mengapa adukan/campuran beton yang ekonomis biasa
nya berada dalam suatu rentang tertentu. Kekuatan beton sebesar 28 sampai 4 1 MPa dapat
diperoleh tanpa tenaga buruh atau semen yang berlebihan. Harga beton dengan kekuatan
sebesar 4 1 MPa rata-rata lebih tinggi 15% dari beton berkekuatan 2 1 MPa, sementara ke
kuatannya lebih tinggi l 00%, yang dapat digunakan dan seringkali dibutuhkan pada struk
tur beton prategang. Untuk memperoleh kekuatan yang lebih besar dari 41 MPa, di samping
biaya yang lebih tinggi, juga dibutuhkan rancangan serta pengawasan campuran beton,
pengecoran, dan perawatan (curing) beton yang 1ebih seksama yang tidak mudah dicapai
di lapangan.
Bahan-bahan 37

Kekuatan 41 sampai 55 MPa kadang-kadang dispesifikasikan untuk balok-balok beton


pracetak dan prategang_ Kekuatan-kekuatan ini biasa dicapai di pabrik-pabrik di mana
pengontrolan yang ketat dapat dijamin_ Kekuatan yang lebih tinggi, meskipun kadang
kadang diambil, tidak biasa digunakan saat inL
Untuk mencapai kekuatan yang lebih besar dari 34 MPa, perlu digunakan perbanding
an air dengan semen (water-cement ratio) tidak lebih besar dari 0,45 perbandingan berat.
Untuk pengecoran, slump (penurunan adukan beton) sebesar 50 sampai 100 mm dibutuh
kan, kecuali jika dilakukan penggetaran (vibrasi) yang lebih dari biasa. Untuk memperoleh
slump sebesar 76 mm dengan perbandingan air dan semen sebesar 0,45 dibutuhkan kurang
lebih 8 kantong semen tiap yard kubik beton. Jika penggetaran dapat dilakukan dengan
seksama, beton dengan slump sebesar 13 mm atau tanpa slump dapat digunakan, dan 7
kantong semen tiap yard kubik mungkin cukup. Karena semen yang berlebihan cenderung
untuk menambah penyusutan, diperkirakan faktor semen yang lebih rendah. Untuk mak
sud ini, disarankan penggetaran yang baik apabila perlu, dan penambahan bahan campuran
untuk menambah kemudahan kerja kadang-kadang dapat digunakan secara menguntung
kan.
Beton mutu-tinggi tidak hanya dispesifikasikan untuk pekerjaan beton prategang,
tetapi, bila dibutuhkan, kekuatan yang demikian dapat lebih mudah dicapai di lapangan
daripada untuk beton bertulang. Sesungguhnya, sebagian besar dari komponen struktur
beton prategang dibebani oleh tegangan yang tinggi dibandingkan dengan beton bertulang.
Misalnya, tinjaulah sebuah balok prategang di atas dua perletakan. Sementara serat-serat
atas tertekan kuat akibat beban ekstemal yang besar, serat-serat bawah tertekan pada saat
peralihan gaya prategang. Sementara bagian tengah bentang menahan momen lentur yang
terbesar, bagian tepi/ujung menahan dan mendistribusikan gaya prategang. Sehingga pada
komponen struktur prategang, lebih penting untuk menjaga keseragaman kekuatan, sedang
kan pada beton bertulang penampang kritis relatif dibatasi. Banyak insinyur yang percaya
bahwa jika beton tidak hancur pada saat diberikan gaya prategang, beton akan dapat me
nahan beban-beban kemudian, karena kekuatan beton semakin tua akan bertambah dan
karena beban yang berlebihan jarang terjadi pada banyak struktur. Untunglah, kekuatan
beton yang 10% lebih rendah akan menghasilkan perubahan yang sangat kecil pada kompo
nen, tetapi para insinyur haruslah menggunakan tindakan pencegahan yang layak untuk
mendapatkan kekuatan beton yang disyaratkan_
Dalam praktek, umumnya disyaratkan kekuatan beton yang lebih rendah pada saat
peralihan daripada kekuatan beton pada umur 28-hari. Ini dikehendaki untuk memungkin
kan penarikan gaya prategang yang lebih dini ke beton. Saat peralihan, beton tidak dibebani
oleh beban-beban ekstemal yang berlebih, dan kekuatan hanya perlu untuk menjaga ke
runtuhan pengangkuran dan rangkak yang berlebihan. Jadi, faktor keamanan yang lebih
kecil dianggap cukup. Sebagai contoh, pada sistem pratarik (pretension), kekuatan sebesar
24 MPa pada saat peralihan seringkali cukup untuk kekuatan beton yang disyaratkan pada
umur 28-hari sebesar 34 MPa_
Kekuatan tarik langsung (direct tensile strength) pada beton merupakan harga yang
dapat berubah-ubah (variable), umumnya berkisar dari 0,06/; sampai 0,10/;, dan dapat
menjadi nol bila retak-retak terjadi sebagai akibat susut atau alasan lain. Modulus keruntuh
an (modulus of rupture) beton diketahui lebih tinggi daripada kekuatan tarik langsung. Per
aturan ACI mengusulkan 0,62-JJ:, sebagai estimasi besamya modulus keruntuhan.
Kekuatan geser langsung (direct shearing strength) jarang digunakan dalam desain, ber
kisar dari 0,50/; sampai 0,701;. Gaya geser pada balok menghasilkan tegangan tarik utama,
yang nilai batasnya biasa diukur berdasarkan kekuatan tarik langsung dari beton. Kekuatan
geser balok dicakup pada Bab 7.
38 D es ain Struktur Beton Prategang

2-2 Beton, Karakteristik Regangan

Pada beton p rategang, penting untuk mengetahui regangan-regangan yang dihasilkan seperti
juga tegangan-tegangan. Hal ini penting untuk memperkirakan kehilangan gaya prategang
pada baja dan untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh lain dari pemendekan beton.
Untuk tujuan pembahasan, regangan-regangan yang demikian dapat diklasifikasikan dalam
empat jenis: regangan elastis, regangan lateral, regangan rangkak, dan regangan susut.
Regangan Elastis. lstilah regangan elastis agak sedikit kurang tepat, karena kurva
tegangan-regangan untuk beton jarang merupakan garis lurus b ahkan pada tegangan yang
biasa, Gambar 2-1. Regangan tersebut j arang dipulihkan kembali. Tetapi, dengan meng
hilangkan regangan rangkak dari p eninjauan, bagian ba\Vah dari kurva tegangan-regangan
seketika menj a di relatif lurus dan biasa disebut elastis. Kemudian memungkinkan u ntuk
memperoleh nilai modulus elastisitas beton. Modulus elastisitas ini berubah-ubah terhadap
beberapa faktor,u lebih-lebih kekuatan beton, umur beton, sifat-sifat agregat dan semen,
dan definisi dari modulus elastisitas itu sendiri, baik tangens, inisial, atau modulus sekan
(secant modulus). Selanjutnya, modulus dapat bervariasi terhadap kecepatan pembebanan
dan terhadap j enis contoh bet on, apakah silinder atau balok. J adi hampir tidak mungkin
untuk memperkirakan secara tepat nilai dari modulus beton yang ditentukan.
Sebagai nilai rata-rata untuk beton umur 28 hari, dan untuk tegangan tekan sampai
kira-kira 0,40/d, modulus sekan akan dapat diperkirakan dengan rumus empiris berikut ini.
A. Peraturan ACI untuk Beton Bertulang menspesifikasikan rumus empiris berikut:

( 2- 1 )
di mana berat jenis w bervariasi antara 1450 dan 2500 kg/m3. Untuk berat beton normal,
p ersamaan ini dapat disederhanakan sebagai

E, = 47301;;'

B. Rumus empiris yang diusulkan oleh Jensen:

41.400
( ---
=
14 (2-2)
I + ---:-;
./,

40

-
"'
c.. 30
/ '

V
......
'
c
"'

"'
"' I
I
20
c
"'
"'
c
"'
"'
"' I

I
1- 10

0
0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5

Regangan satuan, 1 o-'

Gambar 2-1. Kurva tegangan-regangan tipikal untuk bcton 34 MPa.


Bahan-bahan 39

yang memberikan nilai-nilai yang lebih teliti untuk t: sekitar 34 MPa.


C. Rumus empiris yang diusulkan oleh Hognestad:

E, = 12.420+460(' (2-3)
yang memberikan hasil sama dengan yang terakhir_
Dengan memetakan u sulan-usulan di atas dalan1 Gambar 2-2 dapat dilihat bahwa nilai
nilai dari Jensen dan Hognestad mendekati nilai-nilai ACL Beberapa persamaan Ec mem
berikan nilai-nilai yang dimaksudkan untuk menyatakan modulus yang digunakan untuk
menghitung lendutan balok seketika dan lainnya berdasarkan pada regangan y ang diukur
dari beton contoh y ang berbentuk silinder_
Ada perbedaan pada hubungan antara kedua macam modulus. Beberapa percobaan me
nunjukkan persesuaian dari dua nilai ini; lainnya cenderung u ntuk menunjukkan bahwa
modulus untuk balok lebih tinggi daripada untuk silinder. Tidak banyak kerja yang harus
dilakukan untuk modulus elastisitas beton pada saat tertarik, tetapi umumnya dianggap
asumsi bahwa, sebelum retak, modulus rata-rata sepanjang beberapa inci sama seperti dalam
keadaan tertekan, meskipun modulus lokal (setempat) pada keadaan tertarik diketahui
sangat bervariasi.
Regangan Lateral_ Regangan lateral dihitung dengan angka Poisson2 (Poisson ratio).
Karena pengaruh angka Poisson, kehilangan gaya prategang berkurang sedikit pada pra
tegang biaksial. Angka Poisson bervariasi dari 0,15 sampai 0,22 untuk beton, rata-rata se
kitar 0,17.
Regangan Rangkak_ Rangkak pada beton didefinisikan sebagai deformasi yang ter
gantung pada waktu y ang diakibatkan oleh adanya tegangan. Berbagai pekerjaan telah di
lakukan di Amerika Serikat mengenai rangkak atau aliran plastis dari beton.34
Ringkasan yang singkat dari penyelidikan yang dilakukan di Universitas California se
lama le.bih dari 30 tahun dikemukakan di sini. 5 Untuk be ton contoh yang akan diuji (spe
cimen) dengan diameter 102 mm yang dibebani tekanan sampai 5,52 MPa pada umur 28
hari dan setelah itu disimpan di tempat terbuka dengan kelembaban relatif 50'% dan tem
peratur 70F, hasil-hasilnya adalah:

44

"'
0..

Hognest d
2' 34
0
M ...!- -"'
X - --;;;;
,...
Cl-
"'" L:,7VVJense
24
/
/ ....
....., :;
;...---

14
14 24 34 44

fd, MPa

Gambar 2-2. Rumus empiris untuk Ec untuk beton dengan berat normal.
40 Desain Struktur Beton Prategang

1. Rangkak b erlanjut terus-menerus sepanj ang masa berdirinya konstruksi, tetapi laju p e r
ubahannya pada waktu yang akan datang sangat kecil. Dari rangkak total selama 20
tahun, sebesar 18-35% terj adi pada dua minggu pertama pembebanan, 40-70% dalam
3 bulan, dan 60-83% dalam 1 tahun. Nilai rata-rata masing-masing adalah 25, 55, dan
76%. Kurva perban dingan rangkak dengan w aktu yang tipikal dengan batas atas dan
bawah diperlihatkan p ada Gambar 2-3 ( dari kepustakaan 5).
2. Rangkak be rtambah dengan perbandingan air dengan semen yang lebih tinggi dan
dengan perbandingan agregat-semen yang lebih rendah, tetapi tidak b erbanding lang
sung dengan kadar air total dari adukan.

3. Rangkak pada beton lebih besar untuk semen Portland tipe IV (low-heat) daripada
untuk tipe I (normal). Untuk semen tive IV rangkak lebih besar untuk butiran kasar
daripada butiran halus, tetapi sebaliknya benar untuk semen tipe I.
4. Rangkak pada beton akan p aling besar terdapat pada agregat batu-pasir pecah, yang di
ikuti semakin kecil oleh basal, kerikil, granit, kuarsa, dan batu kapur. Rangkak pada
beton b atu-pasir besarnya lebih dari dua kali untuk beton batu-kapur.

Untuk umur 28 sampai 90 hari pada waktu pembebanan, untuk tegangan-tegangan dari
2 sampai 8 MPa, untuk keadaan terlindung dan berkisar dari udara dengan kelembaban rela
tif 50% sampai direndam dalam air, dan untuk beton contoh (specimen) dengan diameter
dari 102 sampai 254 mm, disampaikan kesimpulan :

1. Makin tua umur beton contoh saat dibebani, makin sempurna terjadi hidrasi pada se
men, dan rangkak makin b erkurang. Beton contoh yang dibebani pada umur 90 hari
mempunyai rangkak yang lebih kecil daripada beton contoh umur 28 hari, secara kasar
diperkirakan sebesar 10%.
2. Rangkak tiap unit tegangan sedikit lebih besar pada tegangan yang lebih tinggi daripada
tegangan yang rendah.

3. Jumlah regangan rangkak total setelah 20 tahun berkisar dari 1 sampai 5 kali deformasi
seketika (rata-rata sekitar 3 kali) sementara kombinasi susut atau muai (swelling) dan
rangkak berkisar dari 1 sampai 11 kali de formasi seketika, di mana nilai yang rendah
terjadi untuk penyimpanan dalam air atau uap dan untuk agregat batu-kapur.

4. Rangkak d i udara pada kelembaban relatif 50% sekitar 1,4 kali lebih besar dari rangkak
di udara pada kelembaban relatif 70% dan sekitar 3 kali yang disimpan dalam air.

5. Rangkak b erkurang jika ukuran beton contoh bertambah.

Data yang tersedia mengenai rangkak pada beton akibat tegangan tinggi j umlahnya ter
batas . 6 Beberapa dari data ini menunjukkan bahwa pada waktu tegangan tetap melebihi
dari kekuatan batas beton, laju pertambahan regangan akibat tegangan cenderung ber
tambah tinggi. Pertambahan ini mungkin menjadi lebih jelas pada waktu tegangan men
dekati kekuatan batas beton.
Pada waktu tegangan tetap itu dilepaskan, sebagian dari rangkak dapat dikembalikan
sedikit demi sedikit . 3 Pada umumnya, waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan rang
kak lebih lama daripada waktu untuk terjadinya rangkak tersebut. Untuk sejumlah data
yang terbatas itu, dapat diperkirakan bahwa sekitar 80 sampai 90% dari rangkak akan di
pulihkan kembali selama j angka waktu yang sama untuk menyebabkan rangkak tersebut.
Di Eropa, koefisien rangkak Cc dipakai untuk menunj ukkan regangan total o 1 (regang
an seketika ditambah dengan regangan rangkak) setelah dalam waktu yang p anjang bekerja
tegangan yang konstan terhadap 'regangan seketika' o i , yang terjadi pada waktu tegangan
bekerja, 7 jadi
Bahan-bahan 41

Koefisien ini sangat bervariasi seperti dilaporkan dari berbagai macam percobaan, terutama
karena kesulitan dalam membedakan susut dari rangkak. Untuk tujuan perancangan, diper
timbangkan aman untuk mengambil Cc sekitar 3 ,0. Untuk komponen struktur pasca-tarik,
di mana gaya prategang diberikan kemudian, koefisien dapat menjadi berkurang; untuk
komponen struktur pasca-tarik di mana gaya prategang diberikan pada saat awal, koefisien
akan menjadi bertambah b esar.
Istilah yang sama ini, koefisien rangkak, kadang-kadang digunakan untuk menunjuk
kan perbandingan regangan rangkak 8 c (tidak termasuk regangan seketika) dengan 'regang
an seketika' 8 i , jadi

Sehingga harus dicari arti yang sesungguhnya dari "koefisien rangkak" bila istilah ini
dipakai_ Dengan menggunakan definisi pertama, besarnya koefisien rangkak sekitar 2,5 se
telah satu tahun untuk kurva pada Gambar 2-3 ; dengan menggunakan definisi kedua, koefi
sien yang sama hanya sebesar I ,5 _
Dari regangan total akibat rangkak, dapat diperkirakan kira-kira i terjadi dalam 2
minggu pertama setelah penerapan prategang, i lainnya dalam 2 sampai 3 bulan, i lagi
dalam satu tahun, dan i yang terakhir pada tahun-tahun berikutnya, Gambar 2-3.
Beralasan untuk mempercayai bahwa untuk komponen struktur yang lebih kecil,
rangkak dan susut lebih cepat terjadi daripada komponen struktur yang lebih besar. Pada
waktu tegangan dihilangkan, sebagian dari rangkak dapat lambat-laun dikembalikan. Sekali
lagi, karena kesulitan dalam membedakan susut dari rangkak, jumlah dan kecepatan dari
pemulihan tidak dapat diukur secara tepat_
Regangan Susut_ Dibedakan dari rangkak, susut pada beton adalah kontraksi akibat
pengeringan dan perubahan kimiawi yang tergantung pada waktu dan keadaan kelembaban,
tetapi tidak pada tegangan. Sekurang-kurangnya sebagian dari susut disebabkan oleh ke
keringan beton, pulih kembali karena perbaikan (restorasi) air yang hilang. Besarnya regang-

3 !00 -----+------1--c
..c

80 -----+-------4-b-r--+--t--l
"'
"0
"'
Q_
60 ------+-------,_---r--t--;--l
.:,{
Cl
c


c
40 -+------+----t--l
Q)
20 -----+--,_---r--t--r

O L----------L---------
1 0 hari 28 hari 90 h a r i 1 th 2 th 5 th 1 0 th 20 th 30 th

Waktu setelah pembebanan (skala logaritm i k )

Gambar 2-3. Kurva perbandingan rangkak tcrhadap waktu.


42 Desain Struktur Beton Prategang

c
l OO
::J
.!:
!'l
0 80
C'J
"'
-o
"'
0. bO


c
40
"'
c..
20

0
1 0 hari 28 h a r i 90 hari 1 th 2 th 5 th 1 O th 2 0 t h 3 0 th

Waktu sete l a h pembebanan ( s ka l a logaritm i k )

Gambar 2-4. Kurva p erbandingan susut terhadap waktu akibat pengeringan.

an susut juga bervariasi terhadap beberapa faktor, dan dapat berkisar dari 0,0000 sampai
0,0010 atau lebih besar. Pada keadaan yang ekstrim, jika beton disimpan dalam air atau
pada keadaan yang sangat basah, susut mungkin tidak sama dengan no!. Bahkan mungkin
terjadi pemuaian pada beberapa jenis agregat dan semen. Pada keadaan ekstrim lainnya,
untuk kombinasi semen dan agregat tertentu dan dengan beton yang disimpan dalain keada
an yang sangat kering, susut yang paling besar dapat diperkirakan sebesar 0,0010. Pada
Kepustakaan 5 terdapat hasil-hasil percobaan yang menunjukkan besarnya susut dan laju
terjadinya, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Gambar 2-4 menunjukkan beberapa
kurva susut tipikal terhadap waktu yang diambil dari kepustakaan tersebut.
Susut pada beton sebanding dengan jumlah air yang terdapat dalam campuran. Jadi,
jika dikehendaki susut minimum, perbandingan air dengan semen dan proporsi adukan
semen harus dibuat minimum. Agregat berukuran lebih besar, dengan gradasi yang baik dan
pori-pori minimum, membutuhkan jumlah adukan semen yang lebih sedikit dan susut akan
lebih kecil.
Kualitas agregat juga penting untuk dipertimbangkan. Agregat yang lebih keras dan
padat dengan daya serap yang rendah dan modulus elastisitas tinggi akan menyebabkan
susut yang l ebih kecil. Beton yang mengandung batu-kapur keras dipercaya untuk memiliki
susut yang lebih rendah daripada yang berisikan granit, basal dan batu pasir dengan derajat
yang sama. Komposisi kimiawi semen juga mernpengaruhi jumlah susut. Sebagai contoh,
susut relatif kecil untuK: semen yang mengandung trikalsium silikat yang tinggi dan alkali
scrta natrium-kalium oksida.
Jumlah susut bervariasi tcrgantung dari keadaan masing-masing. Untuk tujuan desain,
nilai regangan susut rata-rata adalah sekitar 0,0002 sampai 0,0006 untuk campuran beton
biasa pada konstruksi prategang. Laju susut tcrgantung terutarna pada keadaan cuaca.
Struktur sebenarnya yang berhubungan langsung terhadap cuaca menunjukkan perubahan
musirnan yang dapat diukur pada susut beton, memuai saat musim hujan dan menyusut
pada musim kering. Jika beton ditinggalkan mengering, cukup dapat dipercaya bahwa se
bagian besar dari susut terjadi pada 2 atau 3 bulan pertama. Jika beton selalu basah, tidak
akan terjadi susut sama sekali. Bila disimpan di udara pada kelembaban relatif 5()o/c, dan
peratur 21 C, ada tanda-tanda5 bahwa laju terjadinya susut se banding dengan rangkak
.m besarnya susut seringkali sama dengan rangkak yang dihasi!kan oleh tegangan yang

terus-menerus sebesar 4, 1 MP a.
Bahan-bahan-bahan 43

. 2-3 Beton, Teknik Pembuatan Khusus


Kebanyakan teknik pembuatan beton yang baik, baik beton tanpa tulangan atau dengan
penulangan, dapat diterapkan pada beton prategang. Tetapi, harus dipelajari beberapa fak
tor yang berpengaruh pada beton prategang. Pertama-tama tidak boleh mengurangi kekuat
an tinggi yang disyaratkan, kemudian tidak boleh m emperbesar susut dan rangkak, tidak
boleh menghasilkan efek yang merugikan, seperti karat pada kabel baja mutu-tinggi.
Memadatkan beton dengan getaran biasa dan diharuskan. Baik getaran dari dalam atau
pun dari luar dapat digunakan. Untuk menghasilkan beton mutu-tinggi tanpa menggunakan
jumlah adukan semen yang berlebihan, perbandingan air dengan semen yang rendah dan
slump beton yang rendah harus dipilih. Beton semacam ini tidak dapat ditempatkan dengan
baik tanpa pemadatan. Hanya pada beberapa penggunaan tertentu di mana dipakai beton
slump tinggi dan tidak perlu dipadatkan. Tetapi lebih disukai menggunakan sedikit pe
madatan di sudut-sudut dan di sekitar tulangan dan daerah pengangkuran.
Perawatan beton yang baik adalah paling penting. Pengeringan beton yang terlalu cepat
dapat mengakibatkan retak-retak akibat susut sebelum penerapan prategang. Di samping
itu, hanya dengan 'perawatan' yang demikian kekuatan tinggi yang disyaratkan pada beton
dapat tercapai. Untuk mempercepat proses pengerasan, 'perawatan' (curing) dengan uap
seringkali dipilih di pabrik pracetak; dapat juga dipakai di lapangan di mana jumlah pekerja
an dapat dipertanggungjawabkan dari segi ekonomis. Bila pekerjaan pengecoran di lapangan
harus dilakukan pada cuaca yang dingin, uap dapat menguntungkan bila digunakan untuk
menaikkan temperatur bahan-bahan dan beton yang dicor untuk tercapainya kekuatan
yang tinggi dalam waktu yang cukup.
Pengerasan beton yang lebih awal seringkali dibutuhkan, baik untuk mempercepat
produksi atau untuk mempercepat konstruksi di lapangan. Beton mutu-tinggi yang leb ih
awal dapat dihasilkan oleh salah satu dari beberapa cara atau kombinasi dari beberapa cara.9
Semen yang mempunyai kemampuan mengeras yang tinggi (high-early strength cement)
atau curing dengan uap seringkali digunakan . Bahan tambahan untuk mempercepat kekuat
an seharusnya digunakan dengan hati-hati. Sebagai contoh, kalsium klorida paling sering
digunakan sebagai akselerator meskipun digunakan dalam jumlah yang normal akan me
nambah penyusutan. Terbukti bahwa ha! tersebut akan menyebabkan karat, yang akan
menjadi serius untuk baja prategang. Bila akselerator digunakan, harus diperhatikan agar
pengerasan awal tidak terjadi terlalu cepat.
Zat tambahan dalam proses pengeringan untuk memperbaiki kemampuan kerja beton
mungkin menguntungkan, karena pengecoran beton mutu-tinggi dapat mudah dilakukan
tanpa kadar semen yang terlalu tinggi. Beberapa dari bahan tambahan ini cenderung untuk
menambah susut dan mungkin berimbang dengan keuntungan penghematan semen. Masing
masing harus dipertimbangkan keuntungannya dalam kaitannya dengan sifat agregat dan
semen. "Penambahan udara" (air entrainment) 3 sampai 5% dapat memperbaiki kemampu
an kerja dan mengurangi b leeding. Bila bahan campuran terse but sudah biasa dipakai, maka
tidak nampak tanda-tanda penambahan susut atau rangkak. Oleh karena itu, penggunaan
air entrainment dianggap menguntungkan beton prategang.
Konstruksi segmen pracetak telah dikembangkan bclakangan ini untuk jembatan
jembatan prategang. 1 0 Membagi-bagi struktur-atas jembatan menjadi segmen-segmen trans
versal mengurangi berat masing-masing dan mempermudah pengangkatan dan pengecoran.
Segmcn-segmen ini dapat diproduksi secara massal di pabrik di mana pemeriksaan dan peng
awasan dilakukan dengan ketat atau dapat dicor di tempat pada kereta yang berjalan. Seg
men-segmen tersebut dapat digunakan untuk bentang-bentang yang lebih panjang daripada
sebuah balok yang dicetak satu bagian, sehingga dapat bersaing dengan baja struktural
dengan bentang-bentang yang besar. Pcrtemuan antara segmen-segmen pracetak di ujung
ujung segmen berupa rongga-rongga yang diisi dengan epoksi yang tipis. Tendon pasca-tarik
44 Desain Struktur Be ton Pra tegang

diberi ulir untuk menyambung segmen-segmen b ersama-sama dan membentuk sebuah


jembatan.

2-4 Beton dengan Agregat Ringan


Sekitar tahun 1 95 5 , beton-ringan (lightweight concrete) telah digunakan dalam konstruksi
prategang, terutama di California. Alasan utama untuk menggunakan beton-ringan adalah
untuk mengurangi berat struktur, jadi mengurangi baik beton maupun baja yang dibutuh
kan untuk memikul beban. Hal ini terutama penting bila be ban mati merupakan bagian ter
besar dari be ban struktur, atau bila berat komponen struktur merupakan faktor yang diper
timbangkan saat pengangkutan dan pengangkatan.
Dahulu merupakan masalah untuk memproduksi beton-ringan dengan kekuatan yang
cukup untuk beton prategang, tetapi sekarang tidak demikian halnya. Dengan pengalaman
dalam pengawasan dan desain campuran beton-ringan, beton umur 28-hari dengan kekuat
an silinder sebesar 34 MPa dapat dicapai tanpa kesulitan, sedangkan kekuatan 41 48 MPa
atau lebih dapat dicapai jika dibutuhkan. Kekuatan pada peralihan hari ke-1 sebesar 24
atau 28 MPa sering dicapai dengan menggunakan semen yang mempunyai kemampuan
mengeras yang tinggi dan pemeliharaan dengan uap (steam curing).
Data yang memberikan sifat-sifat fisis dan mekanis beton-ringan yang dibuat dari agre
gat di seluruh negeri disajikan dalam sebuah tulisan yang dibuat oleh Shideler. 1 2 Data yang
berhu oungan dengan agregat-agregat di Texas dan California diberikan pada dua makalah
lainnya. 1 3 ' 1 4 Sementara rangkaian percobaan ini tidak menghasilkan nilai-nilai yang iden
tik, beberapa penyelidikan dapat dibuat dari hasil-hasil percobaan tersebut. Bila dibutuh
kan nilai-nilai kuantitatif untuk agregat ringan yang digunakan di lokasi yang diketahui,
perlu untuk memeriksa agregat itu dan membandingkan dengan yang hampir sama pada
rangkaian hasil percobaan tersebut, dengan mengingat bahwa nilai-nilai yang eksak untuk
beton-ringan atau beton biasa dapat dipero1eh hanya bila dilakukan percobaan yang inten
sif pada agregat tersebut dan keadaan lapangan dalam pengawasan yang baik. Untunglah
sejumlah toleransi diizinkan sehingga bila prategang didesain dengan beton-ringan dan di
b angun dengan layak, hasilnya akan memuaskan.
Salah sa tu keberatan terhadap beton-ringan untuk prategang adalah modulus elastisitas
nya yang rendah, yang menunjukkan lebih banyak terjadi pemendekan elastis akibat unit
tegangan yang sama. Ini berarti bahwa ada kehilangan gaya prategang pada baja yang ber
kekuatan sedikit lebih tinggi. Ha! itu juga berarti bahwa untuk struktur yang dicor di tern
pat, pergerakan elastis yang lebih b esar akan terjadi pada penerapan sistem prategang. Se
bagai perkiraan kasar dapat dikatakan bahwa nilai Ec untuk beton-ringan sckitar 5 5 % nilai
Ec untuk beton-biasa. Untuk fd antara 2 1 dan 44 MPa, dengan menggunakan 60% dari
rumus Hognestad untuk Ec (halaman 39), diperoleh pendekatan yang cukup baik,

Ec = 6 .900 + 250/d
di mana t: = kekuatan silinder beton saat Ec diukur. Akan tetapi, nilai Ec dapat bervariasi
20% dari rum us yang diberikan di atas, tergantung dari berbagai faktor, terutama sifat dari
agregat ringan. Persamaan A Cl (2- 1 ) menggunakan b erat satuan w secara langsung untuk
memperoleh Ec beton-ringan. Gambar 2-2(b) menyederhanakan penggunaan Persamaan
ACI untuk memperkirakan Ec beton-ringan .
Angka Poisson untuk beton-ringan dapat dibandingkan dengan beton dari kerikil dan
pasir ; nilai-nilainya antara 0,1 5 dan 0,25 dan nilai rata-rata 0 , 1 9 . 1 2
Kekuatan tarik beton-ringan b ervariasi sesuai dengan jenis bahan bakunya. Sifat-sifat
beton yang dibuat dari agregat-ringan tertentu tergantung dari pabrik yang membuatnya,
Bahan-bahan 45

dan jika ada, hasil percobaan sesungguhnya harus digunakan. Peraturan ACI menggunakan
kekuatan silinder terbelah (split) sebagai petunjuk untuk mengevaluasi retak dan kekuatan
geser pada beton-ringan. Untuk beton-normal, kekuatan tarik beton hingga retak dan ter
belah, fc t > kira-kira 0,56Vf::-. t etapi untuk beberapa beton-ringan nilainya d i bawah nilai
ini. Peraturan ACI memberikan nilai kekuatan geser yang dimodifikasi dengan mengguna
kan nilai aktual fc tf0,56 untuk vJ;: pada rumus-rumus kekuatan geser. Bila fct aktual tidak
ditentukan, semua nilai v'1:: yang mempengaruhi kekuatan geser dan momen retak dikali
kan dengan 0,75 untuk "semua beton-ringan" dan 0,85 untuk "beton pasir-ringan". lnter
polasi linear antara nilai-nilai ini dapat digunakan bila penggantian sebagian pasir dilakukan.
Berat jenis beton-ringan bervariasi antara 1 450 dan 1 7 50 kg/m 3 . Penambahan pasir halus
alami sedikit menambah berat jenis dan memperbesar kemampuan kerja be ton serta kekuat
annya.
Susut pada beton-ringan kira-kira sama dengan beton dari pasir dan kerikil. 13 Tetapi,
beberapa percobaan menunjukkan bahwa susut beton-ringan lebih tinggi sekitar 6-38% ; 1 2
sementara percobaan lain menunjukkan jauh lebih rendah. 14 Sehingga dapat disimpulkan
bahwa setiap agregat beton-ringan masing-masing harus dipelajari, tetapi kemungkinannya
adalah tidak akan terjadi susut yang lebih besar daripada beton pasir dan beton kerikil.
Regangan rangkak total pacta b eton-ringan juga sebanding dengan beton dari pasir dan
kerikil untuk beton-beton contoh yang diberi tegangan tetap yang besarnya sama. Beberapa
di antaranya mengalami rangkak yang lebih tinggi dan yang lainnya kurang, kemungkinan
dengan perbedaan maksimum sebesar 20%. Untuk penjelasan lebih terinci, pembaca di
persilakan melihat kepustakaan 1 2 , 1 3 , dan 1 4 . Secara umum disetujui bahwa baik susut
maupun rangkak dapat berkaitan dengan adukan semen dan tidak begitu tergantung pacta
agregat-agregatnya.

2-5 'Self-stressing Cement'


Jenis semen yang mengembang secara kimiawi pada waktu mulai mengeras dan selama
pengerasan dikenal sebagai semen yang mengembang atau set/stressing cement. Bila semen
ini digunakan untuk membuat beton dengan baja yang terbenam, maka baja bertambah
panjang sejalan dengan berkembangnya beton. Jadi baja mengalami gaya tarik prategang,
dan sebaliknya menghasilkan gaya tekan prategang pada beton, menghasilkan apa yang di
namakan sistem prategang kimiawi atau "be ton tertegang sendiri" (self-stressed concrete).
Perkembangan modern dari semen ekspansif dimulai di Perancis sekitar tahun 1 940. 1 5
Penggunaannya untuk penegangan-sendiri (self-stressing) telah diselidiki secara intensif di
Uni Soviet sejak tahun 1 953 . 1 6 Di Universitas California, Berkeley, penelitian diarahkan
ke pemakaian bahan tambahan kalsium sulfoaluminat untuk semen ekspansif di tahun
1 956, dan kimiawi praktis, pembuatan, serta potensi-potensinya dianalisis dan dibahas
dalam sebuah makalah yang dibuat oleh Klein dan Troxell . 1 7 Sifat-sifat fisis dari suatu
semen ekspansif selanjutnya diselidiki dan hasilnya disajikan dalam sebuah makalah yang
dibuat oleh Klein, Karby, dan Polivka/ 8 semen tara usaha perintisan untuk mempelaj ari
kemungkinan-kemungkinan struktural semen ekspansif bila digunakan untuk beton pra
tegang dibahas dalam makalah yang lain dibuat oleh Lin dan Klein. 1 9
Jika beton yang dibuat dengan semen ekspansif (expansive cement) tidak ditahan,
jumlah pengembangan yang dihasilkan oleh reaksi kimia antara semen dan air sebesar 3-5%
dan beton akan terpecah dengan sendirinya. Bila ditahan, baik secara internal maupun se
cara eksternal dengan baja atau lainnya, besarnya pengembangan dapat dikontrol. Dengan
menahan pada satu arah, pertumbuhan kedua arah ortogonal yang lain dapat dibatasi ka
rena sifat kristal dari adukan yang mengeras. Semen self-stressing dari Rusia membutuhkan
pemeliharaan hidrotermal supaya cepat mengeras, sementara komponen yang dikembang-
46 D esain Struktur Beton Prategang

kan di California membutuhkan pemeliharaan dengan air atau kabut pada temperatur
normal.
Bila baja mutu-tinggi digunakan untuk menghasilkan prategang, misalnya pada tegang
an tarik= 1 03 5 MPa dan H8 1 86 X 1 0 3 MPa, pengembangan yang dibutuhkan adalah se
=

besar

1 03 5
0 ,55%
1 86 .000 =

Untuk tingkatan tegangan yang lain, besarnya pengembangan yang dibutuhkan berbeda
beda. Untuk mengembangkan rekatan antara baja dengan beton, pengangkuran ujung me
kanis dibutuhkan kecuali jika baja b erulir untuk memindahkan tegangan.
Karena pengembangan terjadi dalam tiga arah, agaknya sulit untuk menggunakan se
men tersebut pada struktur-struktur rumit yang dicor di tempat, seperti gedung-gedung.
Tetapi, untuk pipa-pipa tekanan dan perkerasan jalan (pavement), di mana prategang se
kurang-kurangnya pada dua arah, sistem prategang kimiawi lebih ekonomis daripada pra
tegang mekanis, hal ini juga berlaku untuk pelat, dinding, dan cangkang (shell) pracetak.
Tetapi, tidak ada penghematan yang langsung terlihat dalam pembuatan balok-balok dengan
gaya prategang eksentris. Kecuali jika balok soffit adalah pracetak sendiri, dapat terjadi
lengkungan balok akibat baja yang ditanamkan secara eksentris di balok.
Semen ekspansif telah sukses digunakan dalam proyek-proyek yang menarik, terutama
di Perancis. Bila blok bet on dari semen ekspansif die or sebagai batu pengunci (keystone)
untuk busur beton, ia berfungsi sebagai dongkrak untuk menghasi1kan kompensasi busur
untuk mengimbangi susut dan perpendekan pada rusuknya. Bila digunakan untuk me
nopang gedung-gedung, dia cenderung untuk mengangkat konstruksi tanpa pendongkrak
kan. Semen ekspansif dapat digunakan untuk mengisi tendon dengan air semen dan pasir
halus yang bertekanan (pressure grouting) atau membuat perkerasan jalan be ton dan pelat
pelat tanpa sambungan susut .
Banyak permasalahan mengenai pemakaian semen ekspansif untuk beton tertegang
sendiri tetap tidak terpecahkan, seperti stabilitas fisis dan kimiawi serta pengawasan yang
eksak dari tegangan dan regangan, pemakaian kompensasi susut untuk jumlah yang terbatas
ditemukan di Amerika Serikat, sementara di Uni Soviet, sering digunakan untuk menegang
kan elemen pracetak dari bangunan berbentuk kulit kerang (thin shell) yang hanya mem
butuhkan prategang sentris.

2-6 Baja untuk Memberikan Gaya Prategang


Baja mutu-tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya prategang dan
mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Pendekatan yang jelas tentang produksi baja
mutu-tinggi adalah dengan p_encampuran (alloying), yang memungkinkan pembuatan baja

r semacam itu pada operasi normal. Karbon ada1ah unsur yang paling ekonomis untuk pen
campuran karena murah dan mudah untuk dikerjakan. 2 Campuran lain mengandung

I
mangan dan silikon. Pendekatan lain adalah dengan pendinginan yang terkontrol dari baj a
setelah digulung dan dengan proses panas seperti quenching dan tempering. Hasil-hasil yang
menguntungkan telah diperoleh dengan quenching dari rolling heat pada temperatur ter
tentu dan juga dengan menginterupsi proses quenching pada temperatur tertentu.

I
Cara yang paling umum untuk menambah kekuatan tarik baja prategang adalah dengan
cold-drawing, baja mutu-tinggi melalui serangkaian pencelupan. Proses cold-drawing cende
r rung untuk menyusun kembali kristal-kristal dan kekuatan bertambah setiap kali drawing,

!
iadi makin kecil diameter kawat makin tinggi kekuatan batasnya. Daktilitas kawat ber-
I
Bahan-bahan 47

D iameter kawat, m m

Gambar 2-5. Variasi tipikal kekuatan kawat terhadap diameter.

kurang sedikit akibat cold-drawing. Sebuah kurva menunjukkan perubahan kekuatan ter
hadap diameter seperti diperlihatkan pada Gambar 2-5. Kekuatan sebenarnya akan ber
ubah-ubah dengan komposisi dan pabrik pembuat baja.
Baja mutu-tinggi untuk sistem prategang biasanya merupakan salah satu dari ketiga
bentuk kawat (wire), untaian kawat (strand), batang (bar). Untuk sist em pasca-tarik, ba
nyak dipakai kawat, yang digabungkan secara paralel menjadi kabel. Strand dibuat di pa
brik dengan memuntir beberapa kawat bersama-sama; jadi mengurangi jumlah satuan yang
harus dikerjakan pada operasi penarikan. Strand, seperti juga batang baja mutu-tinggi, di
gunakan pula untuk sistem pasca-tarik.

Untuk sistem pratarik, strand dengan 7-kawat (7-wire strand) secara eksklusif diguna
kan. di Arnerika Serikat dan di negara lain telah menggantikan banyak kawat pratarik. Mes
kipun strand harganya sedikit lebih mahal daripada kumpulan kawat dengan kekuatan tarik
yang sama, karakteristik .rekatannya yang lebih baik membuatnya cocok untuk sistem pra
tarik.
Sementara kekuatan batas untuk baja mutu-tinggi dapat dengan mudah ditentukan
dengan percobaan, batas elastis atau titik lelehnya tidak dapat semudah itu untuk ditentu
kan, karena tidak ada titik leleh atau pun batas proporsional yang pasti. Berbagai cara telah
diajukan untuk menentukan titik leleh baja mutu-tinggi, seperti pergeseran (set) 0 , 1 %, per
geseran 0 ,2%, regangan 0 ,7%, atau regangan 1 %. Cara yang paling umum diterima adalah
pergeseran 0 ,2% dan regangan 1 ,0%.

TA B E L 2 - 1 Sifat-sifat Kawat yang "Uncoated Stress-Relieved" (ASTM A-42 1 )

Diameter Kekuatan Tarik Minimum Tegangan Minimum pada


Nominal MP a Pemuaian 1% MPa

(mm) Jenis BA b Jenis W A Jenis B Ab Jenis W A

4,88 a 1 7 25 a 1 38 0
4,98 1 65 5 1 725 1 325 1 380
6,35 1655 1 65 5 1 32 5 1 32 5
7 ,0 1 a 1 62 2 a 1 295

a
Ukuran-ukuran ini tidak biasa dilengkapi pada kawat Jenis BA.
b
Kawat Jenis BA dipakai di mana deformasi cold-end digunakan untuk tujuan pengangkuran (button
anchorage), dan jenis WA digunakan pada ujung-ujung yang diangkur dengan baji dan tidak ada defor
masi cold-end. Contoh-contoh tendon dengan button anchorage, lebih urn urn dalam praktck di Arn erika
Serikat , diberikan pada Lampiran B .
-

48 Desain Struktur Bet o n Prategang

2-7 Kawat Baja


Kawat untuk sistem prategang umumnya disesuaikan dengan Spesifikasi ASTM A-42 1 un
tuk " Uncoated Stress-Relieved Wire for Prestressed Concrete." Kawat terse but dibuat dari
batang yang dihasilkan oleh proses open hearth ata1 1 tm.gku-listrik. Setelah cold-drawn se
suai ukurannya, kawat-kawat di-stress-relieve dengan cara treatmen dengan panas yang me
nerus untuk m enghasilkan sifat-sifat mekanis yang telah ditentukan sebelumnya.
Kekuatan tarik dan kekuatan leleh minimum (diukur dengan cara pemanjangan total
1 ,0%) diperlihatkan pada Tabel 2-1 untuk ukuran kawat yang biasa.
Sebuah kurva tegangan-regangan tipikal untuk kawat stress-reliel'e diameter 1 2,7 mm
sesuai dengan ASTM A-42 1 diperlihatkan pada Gambar 2-6 , dengan modulus elastisitas
tipikal sebesar 200 X 1 03 MPa. Pemanjangan minimum yang ditentukan untuk 254 mm
adalah 40%, sementara pemanjangan tipikal pada saat keruntuhan adalah 5 sampai 6%.
Kurva-kurva untuk batang (bar) dan untuk strand dengan 7-untaian kawat juga diper
lihatkan pada Gambar 2-6 dan pada Lampiran B. Kurva-kurva tipikal dianggap cukup teliti
untuk tujuan desain konstruksi. Untuk perhitungan pemanjangan yang eksak, disarankan
bahwa hubungan tegangan-regangan yang tepat diperoleh dari pabrik atau oleh percobaan
'- ia contoh yang aktual.
Kawat-kawat disuplai dalam bentuk gulungan atau coil. Kawat-kawat tersebut di
potong dengan panjang tertentu dan dipasang di pabrik atau di lapangan. B eberapa jenis
baj a harus bebas dari lemak dan dibersihkan dahulu sebelum dipasang, untuk menjamin
rekatan yang baik dengan beton. Karat yang lepas atau sisik harus dibuang, tetapi lapisan
karat yang merekat kuat dianggap menguntungkan untuk menambah rekatan.
Di benua Eropa, kawat polos dengan diameter 2 dan 3 (kadang-kadang 2,5) mm dan
kawat ulir bergaris tengah 4 dan 5 mm dipakai untuk pekerjaan pratarik. Kawat kecil me
miliki kekuatan satuan yang lebih tinggi dan rekatan yang lebih baik, yang sangat menolong.
Untuk menghernat tenaga kerja dan biaya pengangkuran, kawat yang lebih besar lebih di

I sukai untuk prategang.


Di Inggris, kawat-kawat didasarkan pada British Imperial Gauge, No. 2 mempunyai dia
meter 7 mm, dan No. 6 mempunyai diameter 5 mm. Jadi ukuran No. 2 dan 6 kadang
kadang digunakan pada sistem pasca-tarik, dan yang ekivalen dengan 7 dan 5 mm juga
sering digunakan. Di Jerman, kawat ulir dengan penampang berbentuk oval telah digunakan
untuk sistem pasca-tarik. Kawat-kawat ini mempunyai luas 20, 30, 35 , dan 40 mm2 . Oval
dengan luas 40 mm2 mempunyai diameter besar 1 1 mm dan diameter kecil 4,5 mm.

r- 2000
"'
Strand 7-kawat ({> 1 2,7 m m
c..

("'

/ m

t:_
r:- 1 500 -- Kawat q, 6,35
"'
il Kekuatan leleh dengn
-"

:Jl car a pemanjangan 1 %

rr
] 1 000
r:
"'
Kekuatan leteh dengan /
1 2, 7 mm sampa 3 1 ,75 mm
Cl cara pergeseran ( set) 0,2%
r:

I
"'
Cl
"' 500
f-

0
Ill 0,0 1 0 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060
Regangan satu an, mm/mm

Gambar 2-6. Kurva tegangan-regangan t ipikal untuk baja yang diberi gaya prategang.
Bahan-bahan 49

Di Amerika Serikat, kawat-kawat dibuat menurut U S. Steel Wire Gage, No_ 2 mem
punyai diameter 6,67 mm dan No_ 6 mempunyai diameter 4,88 mm_ Tidak satu pun di
antaranya merupakan ekivalen yang eksak dengan ukuran mm. Sehingga jika pengangkur
an jenis Eropa yang diambil, kawat ukuran 7 mm dan 5 mm sering disyaratkan. Untuk sis
tem pasca-tarik y ang dikembangkan di Amerika Serikat, kawat 6,35 mm telah umum di
pakai.

2-8 Untaian- Kawat (Strand) Baja

Untaian kawat (strand) untuk sistem prategang umumnya disesuaikan dengan Spesifikasi
ASTM A-4 1 6 untuk "Uncoated Seven-wire Stress-relieved for Prestressed Concrete_ " Yang
digunakan adalah dua derajat, 1 724 MPa dan 1 862 MPa, di mana kata "deraj at" menunjuk
kan tegangan putus minimum yang dijamin. Spesifikasi ini ditujukan untuk konstruksi
beton prategang pratarik yang terekat Juga dapat dipakai untuk konstruksi pasca-tarik,
baik jenis terekat maupun tidak terekat. Strand dengan 7-kawat mempunyai sebuah kawat
di tengah yang sedikit lebih besar dari keenam kawat sebelah luarnya yang membungkus
nya dengan erat dalam bentuk heliks dengan pitch antara 1 2 dan 1 6 kali diameter nominal
strand_ Setelah dibuat strand, semua strand di-treatment dengan stress relieving continuous
heat untuk menghasilkan sifat mekanis yang telah ditetapkan_
Untaian tujuh-kawat biasa digunakan untuk sistem prategang menurut Spesifikasi
ASTM A-4 1 6, yang mempunyai kekuatan batas 1 720 MPa atau 1 860 MPa_ Sifat-sifatnya di
daftarkan p ada Tabel 2-2. Sejak tahun 1 962, baja yang lebih kuat yang dikenal sebagai de
raj at 1 860 MPa telah diproduksi o1eh berbagai perusahaan_ Untuk ukuran nominal yang
sama, derajat 1 860 MPa mempunyai luas baj a yang lebih besar daripada ATM A-4 1 6 deraj at
1 720 MPa dan 1 5% lebih kuat (lihat Lampiran B)_ Baja derajat 1 860 MPa sekarang umum
digunakan untuk strand 7-kawat di Amerika Serikat, baik untuk struktur pratarik maupun
pascatarik_ Untaian kawat dengan relaksasi rendah juga tersedia dalam kedua derajat ter
sebut_

T A B E L 2-2 Sifat-sifat Strand Stress-Relieved dengan Tuj uh-Kawat


Tanpa Pelapisan (ASTM A-4 1 6)

Diameter Kekuatan L uas Nominal Beban Minimum


Nominal Putus Strand pada Pemuaian 1 %
mm kN mm2 kN

Derajat 1 72 0 MPa
6,35 40,0 23,22 3 4, 0
7 ,94 64,5 37,42 5 4, 7
9,53 8 9 ,0 5 1 ,6 1 7 5 ,6
1 1,1 1 1 20 , 1 69,68 1 02 , 3
1 2,70 1 60, 1 92,90 1 36,2
1 5 ,24 240,2 1 39,35 204,2
Derajat 1 86 0 MPa
9,53 1 02 , 3 5 4,84 8 7 ,0
1 1 '1 1 1 3 7 ,9 74 , 1 9 1 1 7,2
1 2 ,70 1 8 3 ,7 9 8 ,7 1 1 56 , 1
1 5 ,2 4 260,7 1 40 , 00 22 1 ,5
50 Desain Struktur Be ton Prategang

Kurva tegangan-regangan tipikal untuk strand stress-relieved dengan 7-kawat ukuran


1 2 ,7 mm (ASTM A-4 1 6 ) diperlihatkan pada Gambar 2-6 (dan Lampiran B), yang juga
tipikal untuk untaian kawat dari segala ukuran. Untuk perhitungan, modulus elastisitas
1 90.000 MPa sering digunakan untuk ASTM A-4 1 6 derajat 1 720 MPa dan 1 86 0 MPa. Pe
manjangan untaian minimum 4% dalam panjang ukur 609,6 mm pada awal keruntuhannya
akan b erkurang sekitar 1 5% dan Es akan sedikit lebih rendah, tergantung jumlah lapisan
seng yang digunakan. Untaian kawat yang digalvanisasi tidak banyak digunakan pada kom
ponen struktur dan keterangan mengenai sifatnya harus diperoleh dari pabrik.
Dari pabriknya, panjang untaian dengan 7-kawat adalah beberapa ribu kaki. Jika untai
an kawat tidak digulung, maka harus diletakkan dengan hati-hati untuk mencegah agar
tidak terlipat atau mengalami puntiran.

2-9 Batang Baja


Spesifikasi ASTM A-322 dan A-29 sering dipakai untuk campuran batang baja (bar steel)
mutu-tinggi. Biasanya disyaratkan bahwa semua batang baja dicoba ditegangkan sampai
90% kekuatan batas (ultimate strength) yang ditentukan. Meskipun kekuatan batas se
sungguhnya seringkali mencapai 1 1 00 MPa, nilai minimum yang ditentukan adalah 1 000
MPa. Kurva tegangan-regangan tipikal untuk batang-batang ini diperlihatkan pada Gambar
2-b, di mana dapat ditunjukkan bahwa modulus elastisitas yang konstan hnya ada untuk
daerah terbatas (sampai tegangan sekitar 5 50 MPa) dengan nilai di antara 1 72.000 dan
1 93 .000 MPa.
Kekuatan leleh dari batang-batang mutu-tinggi seringkali ditentukan dengan cara set
0 ,2% seperti ditunjukkan pada Gambar 2-6, di mana sebuah garis sejajar dengan garis sing
gung awal ditarik dari regangan 0,002, dan perpotongannya dengan garis lengkung ditentu
kan seb agai titik kekuatan leleh. Banyak ketentuan untuk mengambil kekuatan leleh mini
mum pada 896 MPa meskipun nilai sebenarnya seringkali lebih tinggi. Pemanj angan mini
mum pada keruntuhan untuk panjang 20 kali diameter ditentukan 4%, dengan reduksi luas
minimum pada keruntuhan 25%. Ukuran-ukuran dan sifat-sifat batang baj a mutu-tinggi
untuk sistem prategang dilampirkan pada Lampiran B.
Batang-batang baja mutu-tinggi tersedia dengan panjang lebih dari 24,4 m. Karena ke
sulitan dalam pengapalan, panjangnya kemudian dibatasi. Tetapi kopling sambungan (sleeve
couplers) tersedia untuk penyambungan (splice) batang sampai panjang yang dikehendaki.
Kopling ini berbentuk kerucut dan mempunyai ulir meruncing untuk menahan beban yang
hampir sama. dengan kekuatan penuh batang yang disambung. Diameter luarnya kira-kira
dua kali diameter batang dan panjangnya kurang lebih 4 kali diameternya.
Khusus batang ulir mutu-tinggi dengan kekuatan batas 1 1 00 MPa tersedia dalam ukur
an diameter 2 5 ,4 sampai 3 4,9 mm. Kekuatan batas 1 6 00 MPa tersedia untuk batang-batang
ini dengan diameter 1 5 , 9 mm. Penyambungan batang dapat terjadi pada titik mana saja di
mana batang dapat dipotong karena kopling penyambung dapat diputarkan ke batang yang
sudah dibentuk secara khusus.
Penulangan tambahan dengan menggunakan tulangan biasa umumnya dipakai pada
konstruksi prategang. Baja dengan kekuatan mana pun dapat dipakai untuk maksud ini asal
didesain dengan baik. Umumnya, penulangan dengan batang baja sesuai dengan Spesifikasi
ASTM A- 1 5 , A-1 6 , dan A-305, dan jaring-jaring kawat yang dilas sesuai dengan Spesifikasi
ASTM A- 1 85 .

2- 1 0 Tendon Kaca Serat

Kaca serat (fiberglass) dibuat dengan cara menarik fluid glass menjadi serat-serat halus. Ke-
Bahan-balwn 51

. mungkinan dipakainya kaca serat d i dalam prategang masih d i dalam penelitian sejak be
berapa tahun ini, 2 1 n'23
Walaupun kaca serat belum dipakai secara komersial di dunia konstruksi beton pra
tegang, bahan tersebut mempunyai kualitas yang sangat baik sekali yang memungkinkan
untuk dipakai sebagai prategang. Kekuatan tarik batas 69-00 MPa cukup biasa dicapai.
Untuk serat silika dengan diameter 0,003 mm dicapai kekuatan setinggi 35 . 000 MPa, dan
diketahui bahwa diperkirakan kekuatannya berubah-ubah berbanding terbalik dengan dia
meter serat.
Kaca serat dapat dibuat dalam tiga bentuk : batang-batang sejajar (parallel cord), strand
yang dipuntir, dan serat sej ajar y ang ditanamkan di dalam plastik. Bentuk batang kaca serat
yang terakhir disebutkan dianggap yang paling cocok untuk prategang karena relatif seder
hana untuk diangkat, dijepit, dan diangkurkan. Di Universitas Princeton, tiga macam damar
telah dicoba sebagai bahan perekat di dalam pembuatan batang-batang kaca serat: damar
polyester, damar epoksi, dan damar polyamida. Sekarang ini, batang yang dilapisi dengan
memakai damar-epoksi memperlihatkan hasil yang terbaik. Kekuatan tarik waktu-singkat
(short duration) ternyata lebih dari 1 5 00 MPa, yang didasarkan pada luas penampang bruto
dari batang.
Penelitian yang mendalam dilakukan oleh Korps Insinyur Angkatan Darat Amerika
Serikat23 baik pada elemen-elemen b eton bertulang atau beton prategang dengan meng
gunakan batang kaca serat dan tendon kaca serat. Dari percobaan elemen-elemen beton pra
tegang, balok-balok yang diperkuat dengan kaca serat tidak sebaik balok-balok prategang
dengan penulangan baja yang didasarkan pada luas elemen prategang yang sama. Disaran
kan b ahwa tulangan kaca serat dipakai dengan dilengkapi tulangan biasa pada badan-balok
(web) untuk menghindari kegagalan tarik diagonal dan perlu dihindari balok-balok yang
kurang tebal. Studi lain24 2 5 telah memperlihatkan bahwa perilaku balok dan pelat dengan
tulangan kaca serat dapat diramalkan, tetapi pelaksanaan jangka panj ang dari elemen-ele
men pasca-tarik dengan kaca serat pasca-tarik masih dipertanyakan.
Keuntungan dari kaca serat adalah modulus elastisitasnya yang rendah yang berkisar
ant:na 4 1 .000 sampai 69.000 MPa. Dengan tegangan yang tinggi dan modulus yang rendah,
persentase kehilangan tegangan menjadi kecil. Keuntungan lain dari bahan ini adalah sangat
tahan terhadap asam dan basa serta mampu bertahan terhadap temperatur yang tinggi.
Akan tetapi, beberapa persoalan besar harus dipecahkan sebelum dipakai di dalam praktek.

1. Batas lelah statis, yaitu kekuatan batas batang kaca serat jangka-panjang berlawanan
dengan kekuatan batas j angka-pendek. Ha! ini penting karena diketahui bahwa lama
pembebanan mempunyai pengaruh yang besar pada kekuatan batas .
2. Kenyataan batas lelah dinamis dari kaca serat atau batang-batang kaca serat tidak me
nunjukkan persoalan yang serius.
3. Kestabilan kimiawi dari kaca serat seperti reaksi terhadap beton di sekitarnya pada
waktu masih basah.
4. Metode terbaik untuk membuat batang-batang dari kaca serat untuk memperoleh dis
tribusi tegangan yang merata sehingga mengurangi perbandingan kekuatan batang ter
hadap kekuatan setiap serat. Memperkecil deformasi geser dari bahan berlapis, karena
deformasi seperti ini dapat menyebabkan serat sebelah luar terlepas dari serat-serat inti
di bagian dalam yang tetap merekat.
5. Perencanaan (desain) angkur ujung yang paling cocok, karena bahan yang getas sangat
mudah runtuh di jepitan akibat konsentrasi tegangan dan kombinasi tegangan.
I
52 Desain Struktur Beton Prategang

Jika persoalan-persoalan di atas dapat diatasi, ada yang masih harus dipecahkan yaitu
segi ekonomis penerapan b ahan ini dalam persaingan dengan baja mutu-tinggi, yang sampai
saat ini masih diproduksi dalam jumlah besar dengan biaya relatif rendah. Di samping itu,
masih terpikirkan bahwa sifat khusus dari kaca serat memungkinkan dipakainya kaca serat
pada keadaan yang sangat khusus seperti di lingkungan industri yang sangat mudah me
nimbulkan karat.

2-1 1 Bahan Pelengkap - Grouting


Di antara bahan pelengkap yang dibutuhkan untuk beton prategang antara lain adalah ba
han pengisi untuk selubung tendon. Untuk sistem pratarik, tidak ada selubung yang diperlu
kan. Untuk sistem. pasca-tarik, ada dua macam selubung (conduit), yaitu untuk sistem pra
tegang dengan rekatan (bonded), dan yang untuk tanpa rekatan (unbonded).
Jika tendon harus diberi rekatan, umumnya dengan grouting,* selubung terbuat dari
logam besi yang digalvanisasi. Bahan yang biasa dipakai untuk selubung mempunyai tebal
22 sampai 28 gage yang digalvanisasi atau bright spirally wound atau jalur dari baja yang
disambung memanjang dengan sambungan yang fleksibel atau semi-kaku. Selubung yang
kaku kadang-kadang diperoleh dengan menambah batang pengaku di dalam selubung atau
selubung yang kaku. Selubung plastik yang berulir telah mulai dipakai baru-baru ini.
Lubang selubung juga dapat dibuat dengan cara menarik keluar selubung baja atau
batang sebelum beton mengeras. Untuk membuat batang, sering dilakukan dengan menarik
karet yang ditanam dalam beton. Beberapa jam setelah pengecoran selesai, karet tersebut
dapat ditarik dengan mudah, karena penyusutan lateral dari karet pada waktu ditarik me
mudahkan karet terlepas dari beton di sekelilingnya. Untuk membuat karet tetap lurus se
lama pengecoran beton, karet diperkaku di dalamnya dengan memasukkan pipa baja atau
batang b aja yang disediakan di tengah-tengah karet. Untuk menjaga agar letak karet tidak
berubah pada waktu pengecoran. diletakkan batang baja mdintang setiap jarak 0,9 m sam
pai 1 ,2 m pada bagian atas dan bawahnya. Kadang-kadang selubung karet yang dapat dige
lembungkan dari diameter normalnya dipakai sebagai pengganti karet inti seperti diterang
kan di atas. Selubung karet tersebut dapat dikempiskan dan ditarik keluar.
Jika tendon harus tanpa rekatan, biasanya dipakai plastik atau kertas tebal sebagai
pembungkus dan tendon diberi minyak (grease) untuk mempermudah penarikan dan men
cegah karat. Pencegah karat biasanya ditambahkan ke dalam minyak bersama-sama dengan
campuran tambahan untuk menjamin agar konsistensi minyak pada temperatur yang eks
trim tetap sama. Serat asbes seringkali ditambahkan ke dalam minyak agar tercampur ber
sama-sama pada waktu dipakai. Jenis selubung plastik yang terbelah harus disambungkan
satu dengan yang lain secukupnya dan pada sambungan memanjang diberi plester untuk
mencegah bocornya selubung dan mengakibatkan mortar masuk ke dalam dan merekatkan
tendon ke selubung. Jika tendon dililitkan dengan kertas, maka kertas harus dililitkan
dengan hati-hati untuk mencegah b ertumpuknya kertas pada waktu kabel ditarik.
Untuk merekatkan tendon ke beton setelah penarikan (untuk keadaan pasca-tarik),
semen untuk groutr disuntikkan, ha! ini juga untuk mencegah baja terhadap karat. Grouting
dapat masuk ke dalam saluran kabel dengan cara memberikan lubang pada kepala angkur
dan konus atau pipa yang ditanam ke dalam balok beton. Penyuntikan dikerjakan pada
salah satu ujung sampai grouting keluar pada ujung yang lain. Untuk balok yang panjang,
dilakukan melalui kedua ujung balok sampai grouting keluar dari lubang di tengah-tengah.

*pembcrian adukan
t adukan
Balzan-bahan 53

Baik semen-biasa atau pun semen yang mempunyai kemampuan mengeras yang tinggi
dapat dipakai dengan dicampur air atau kadang-kadang pasir halus.26 Campuran semen
tarn bahan yang tersedia di pasaran dikembangkan untuk menjamin terjadinya grouting yang
sempurna. Bahan ini menarnbah keman1puan kerja dari grout dan mengurangi terjadinya
susut. Untuk beberapa keadaan di mana dilakukan grouting pada dinding vertikal yang
cukup tinggi, harus diberikan campuran khusus yang mencegah pemisahan air dari bahan
grouting, karena percobaan menunjukkan air akan naik ke atas dan terpisah dari grouting
sehingga mengakibatkan sebagian kabcl tidak diselubungi dengan grout. Bagian tendon yang
tidak dilindungi oleh grout akan mengalami karat yang dapat mengakibatkan keruntuhan.
Untuk menjamin rekatan yang baik pada selubung kecil, lebih baik memakai grouting yang
bertekanan , akan tetapi harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menjamin agar dinding
selubung kabel tidak pecah akibat tekanan. Mesin pencampur dan untuk menyuntikkan
grout tersedia di pasaran .
Walaupun di Amerika Serikat pasir tidak dipakai untuk grouting, ada baiknya dipakai
untuk mengisi lubang yang cukup b esar. Di Amerika Serikat, fly ash dan pozzolans kadang
kadang ditambahkan sebagai bahan pengisi. Tekanan grouting umumnya berkisar antara
5 5 0-700 kPa dengan tekanan maksimum ditent ukan seb e sar 1 700 kPa. Setelah grouting
keluar pada ujung yang jauh, ujung tersebut ditutup dan tekanan diberikan kembali pada
ujung tempat penyuntikan untuk memadatkan grouting yang telah dilakukan. Dulu, di
dalam pelaksanaan. selubung kabel dikuras dulu dengan air dan air dipompakan sebelum
grouting dimulai. Sekarang, pengalaman dalam grouting menunjukkan bahwa tidak perlu
dilakukan p engurasan. Grouting tidak boleh dilakukan pada cuaca dingin karena kemung
kin_an masuknya es ke dalam selubung yang kemudian akan menjadi air dan membuat rong
ga yang mengakibatkan karat pada kabel. Spesifikasi grouting oleh PCI menentukan bahwa
temperatur minimum untuk me!aksanakan grouting adalah 1 , 7 C .
Pembaca dianiurkan untuk membaca tulisan Profesor Milos Polivka 2 6 yang dibawakan
pada Simposium FIP-FILEM mengenai Penyuntikan Grout untuk Beton Prategang Nor
wegia, 1 96 1 . Tulisan ini menerangkan dengan terinci b ahan dan teknik yang dipakai pada
waktu grouting.
Prestressed Concrete Institute telah menerbitkan2 7 "Tentative Recommended Prac
tice for Grouting Posttensioned Prestressed Concrete" dalam jurnal PCI bular.. November
Desember 1 97 2 . Telah pula diterbitkan oleh PCI spesifikasi penuntun untuk grouting.2 8

2- 1 2 Kekuatan Lelah
Kekuatan lelah (fatigue strength) dari beton prategang dapat dipelajari dari tiga pendekat
an : yaitu dari bet on itu sendiri, dari baja mutu-tinggi, dan dari kombinasi keduanya. Mung
kin juga dipelajari dengan m enggunakan pengetahuan kita mengenai kelelahan pada beton
1
bertulang. karena telah mempunyai data yang cuku p . 2 9 3 0 3 Akan t e tapi antara b e ton pra
tegang dan beton bertulang ada perbcdaan. Sebagai contoh, di dalam beton prategang.
tekanan pada serat terluar akibat beban mati hampir nol dan mencapai maksimum akibat
b e ban hidu p , sehingga perubahannya cukup besar . Selanju tnya. baja mutu-tinggi ditegang
kan sampai tegangan yang cukup besar, tetapi perubahan tegangannya relatif kecil.
Pada balok prategang yang memikul be ban hid up, tegangan di dalam kawat baj a j arang
bertambah leb ih besar dari 7 0 MPa dari tegangan efektif sebesar 1 03 5 MPa. Cukup aman
untuk menyatakan bahwa, sepanjang beton tidak retak, hanya sedikit kemungkinan terjadi
keruntuhan pada baja akibat kelelahan, walaupun beban kerja telah dilampaui. Setelah
be ton re tak , terjadi konsentrasi tegangan pada kawat di sekitar retak. Tegangan yang tinggi
ini mengakibatkan kehancuran rekatan antara baja dan beton di dekat retak. Pacta beban
b erulang, dapat terjadi keruntu.han pada rekatan atau putus pada b aj a.
//
'{
54 Desain Struktur Be ton Prategang

Banyak percobaan telah dilakukan pada balok prategang yang memberikan data me
ngenai kekuatan terhadap kelelahan. Hasil percobaan ini menguatkan kemampuan kombi
nasi beton dan baja untuk memikul beban berulang di dalam batas be ban kerja. Keruntuhan
dimulai di kawat-kawat pada tempat-tempat seperti penampang dekat momen maksimum
atau seringkali pada bagian di mana kabel berubah arah secara tajam atau di tern pat terjadi
nya retak pada beton.
Hanya ada sedikit percobaan mengenai kekuatan rekatan antara baja dan beton ter
hadap kelelahan. Tetapi dari hasil percobaan b alok beton prategang, agaknya cukup aman
untuk menyimpulkan bahwa jika di-grout dengan baik, maka rekatan antara bet on dan baja
dapat bertahan terhadap be ban berulang tanpa keruntuhan. lni benar, karena, sebelum
beton retak, rekatan sepanjang b alok cukup rendah.
Metode yang rasional untuk meramalkan kekuatan lelah dari balok beton prategang
terhadap lenturan telah dikembangkan oleh Profesor Ekberg. 32 Metode itu menggunakan
"daerah runtuh akibat kelelahan" dari baja dan beton prategang, dan menghubungkannya
ke diagram tegangan-momen dari balok.
Sebuah bentuk yang umum dari 'daerah runtuh' (failure envelope) baja prategang di
perlihatkan di Gambar 2-7(a). Grafik ini menunjukkan bagaimana tegangan tarik dapat di
tambah dari suatu tegangan yang lebih rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi untuk
mendjipatkan keruntuhan pada beban berulang satu juta kali. Perlu dicatat bahwa semua
nilai dinyatakan dalam persentase dari kekuatan tarik statis. Jadi baja dapat memikul suatu
rentang tegangan sampai sebesar 0,27/pu jika batas tegangan terendah adalah nol, tetapi
hanya dengan rentang tegangan sampai sebesar 0,1 8/pu jika batas tegangan terendah di
tambah menjadi 0,40/pu . Pada batas tegangan rendah sebesar 0,90/pu atau lebih, penambah
an tegangan hampir dapat diabaikan untuk memutuskan baja pada beban berulang satu juta
kali. ' Daerah lelah' bervariasi tergantung dari jenis baja, 33 tetapi bentuk yang umum dapat
diperlihatkan di bawah ini.

(c) D iagram Tegangan


Momen u nttJ k Baja
60

(b) Daerah Keru n t u ha n


u n t tJ k Beton

untiJ k B a j a

-80

(d) D i agram Tegangan


Mome n u n t u k B eton

Gambar 2-7. Cara untuk meramalkan kekuatan lelah balok beton pr'!tegang.
Bahan-bahan 55

Daerah keruntuhan akibat lelahnya beton diperlihatkan pada Gambar 2-7(b). Ini ada
peramaannya dengan (a) untuk baja, dengan pengecualian digambarkan untuk tegangan
tarik dan tekan. Diagram ini menunjukkan jika batas-bawah tegangan adalah nol, tegangan
tekan sebesar 0,60/; dapat berulang sampai satu juta kali. Jika b atas-bawah tegangan ada
lah 0,40/;, tegangan akan bervariasi sebesar 0,40/; . Jika batas tegangan tekan adalah 0,20/; ,
batas tegangan tarik yang mengakibatkan retak adalah 0,05/;.
Bentuk umum dari diagram tegangan-momen untuk baja diperlihatkan pada Gambar
2-7 (c) yang dinyatakan dalam bentuk tanpa dimensi urrtuk tegangan maupun momen
dengan menghubungkannya dengan kekuatan statis dan momen statis batas. Sebagai con
toh, pada momen eksternal sebesar 70% dari momen statis batas, tegangan di baja adalah
0 ,80fvu Hampir sama dengan itu , Gambar 2-7(d) memperlihatkan tegangan pada serat
beton relatif terhadap momen. Perlu dicatat bahwa pada pembebanan tertentu, baik serat
teratas maupun serat terbawah lebih dapat dalam keadaan tertarik daripada dalam keadaan
tertekan.
Dengan mengkombinasikan keempat bagian (Gambar 2-7), dapatlah ditentukan mo
men retak-lelah dan momen batas-lelah yang dibatasi oleh beton atau baja. Dimulai dari
diagram momen dan tegangan pada titik tegangan akibat beban mati yang menyatakan
tingkatan tegangan yang terendah, kita dapat menelusuri tiga alur sebagai berikut .
Baja : E-P.. G-H
Bet on pada se rat teratas : 1-J-K-L
Beton pada serat terbawah : A -BC.D
Titik H menunjukkan bahwa untuk momen maksimum sebesar 0 , 68Mba tas , baja akan
putus pada tarikan kesatu juta kali. Titik L menunjukkan untuk momen maksimum sebesar
0 ,84Mba tas serat teratas akan hancur akibat tekanan pada beban kesatu juta kali. Titik D
menunjukkan bahwa momen retak-lelah adalah sebsar 0,50Mbatas
Dengan memakai pendekatan analitis ini, Ekberg mempelajari akibat dari besarnya pra
tegang, kelebihan dan kekurangannya pembesian (penulangan), dan sifat dari retak. Berikut
ini adalah kesimpulan yang diambil :
I. Keadaan lainnya sama, dengan mengurangi besarnya gaya prategang, momen runtuh
lelah sangat berkurang. Ini menjadi jelas jika disadari bahwa retak akan terjadi lebih
dini jika besarnya prategang berkurang dan variasi tegangan pada baja lebih besar.
2. Kelebihan pembesian pada umumnya akan menambah kekuatan lelah karena keruntuh
an lelah di beton bukanlah kriteria yang menentukan. Momen-lelah optimum terjadi
jika persentase besi lebih tinggi dari yang didapat oleh perhitungan keseimbangan statis.
3. Perbandingan momen akibat beban mati dan momen akibat beban hidup berakibat
kecil pada momen retak-lelah. Walaupun beban berulang seharusnya mengurangi mo
men retak, prategang akan sangat menunda terjadinya retak.

Jelaslah bahwa bentuk elemen dan letak dari baja akan juga berpengaruh pada kekuat
an lelah. Bila ketahanan terhadap lelah yang dapat diandalkan harus diketemukan, kurva
momen-tegangan dan grafik keruntuhan akibat lelah harus diperoleh untuk suatu keadaan
tertentu dan metode analitis yang disampaikan di atas harus diikuti untuk menentukannya.

Kepustakaan

I . S. Walker, "Modulus for Elasticity of Concrete," Proc. Am. Soc. Test. Mat., Part II,
1 9 1 9.
56 Desain Struktur Beton Prategang

2. R . E . D avis dan G . E . Troxell, "Modulus of Elasticity and Poisson's Ratio for Concrete
and the Influence of Age and Other Factors upon These Values," Proc. A m . Soc. Test.
Mat . , 1 9 2 9 . Lihat j uga A . D . Ross, "Experiments o n the Creep o f Concrete under Two
Dimensional Stressing ," Magazine of Concrete R esearch , Juni 1 9 5 4 .
3 . R . E . Davis d a n H . E . Davis, " Flow of Concrete under Action of Sustained Loads,"
J. A m . Cone. Inst . , Maret 1 9 3 1 (proc., Vol. 2 7 ) , hal. 8 3 7 - 9 0 1 .
4 . H . R. Staley dan D . Pea body, Jr. , "Shrinkage and Plastic Flow o f Prestressed Concrete,"
J. A m. Cone. Inst . , Januari 1 946 (Proc . , Vol. 4 2 ) , hal. 2 2 9 - 2 44.
5. G . E . Troxell, J . M . Raphael, dan R.E. Davis, " Long-time Creep and S hrinkage Test of
Plain and Reinforced Concrete," Proc. A m. Test. Mat . , 1 9 5 8 .
6 . "Creep o f Concrete under High Intensity Loading," Concrete Laboratory R eport No.
C-8 2 0 , Division of Engineering Laboratories, Bureau of Reclamation, U.S. Dept. of
the Interior, April 1 0 , 1 9 5 6 .
7 . G . Magnel, "Creep of Steel and Concrete i n Relation t o Prestressed Concrete," J. A m.
Cone. Inst . , Februari 1 9 48 (Proc., Vol. 44), hal. 48 5 - 5 0 0 ; j uga Prestressed Concrete ,
M cGraw-Hill Book Co . , New York, 1 9 5 4 .
8 . R . E . Davis d a n G . E . Troxell, "Properties of Concrete a n d Their Influence on Pres
tressed Design ," J. A m . Cone. Inst., Januari 1 9 5 4 (Pro e . , Vol. 5 0) , hal. 3 8 1 - 3 9 1 .
9 . P. Klieger, "Early High-strength Concrete for Prestressing," Proceedings World Confe
_
rence on Prestressed Concrete, San Francisco, 1 9 5 7 .
1 0 . N . H . Burns, G . C . Lacey, dan J . E . Breen , "State o f the Art for Long Span Prestres d
Concrete Bridges of Segmental Construction," J. Prestressed Cone. Inst., Vol. 1 6 ,
No. 5 , September-Oktober 1 9 7 1 , hal. 5 2 - 7 7 .
1 1 . "Prestressed-Tile Roof and Girders Make All-Tile Building Possible," Eng. News-R ec.,
April l 5 , 1 9 5 4 , hal. 3 9 .
1 2 . J . J . Shideler, " Lighweight Aggregate Concrete for Structural Use , " J. A m. Cone. Inst . ,
Oktober 1 9 5 7 , (Proc . , Vol. 5 4 ) , hal. 2 9 9 - 3 2 8 .
1 3 . T . R . J ones, Jr. , d a n H . K . Stephenson, "Properties o f Lightweight Related to Prestress
ing," Proceedings World Conference on Prestressed Concrete , San Francisco, 1 9 5 7 .
1 4 . C . H . B est dan M . Polivka, "Creep o f Lightweight Concret e," Magazine of Concrete
R esearch, November 1 9 5 9 , hal. 1 2 9 - 1 3 4 .
1 5 . H . Lossier, " L'Autocontrainte des betons par les cimente expansifs," Memoires Societe
des Ingenieurs Civils de France, Maret, April 1 94 9 , hal. 1 8 9 - 2 2 5 ; juga, H. Lossier,
"The Self-stressing o f Concrete by Expanding Cemen t , " C.A . C. A ., London.
1 6 . V . V . Mikhailov, "New Developments in Self-stressed Concrete," Proceedings World
Conference on Prestressed Concre te, San Francisco, 1 9 5 7 .
1 7 . A . Klein dan G . E. Troxell, "Studies o f Calcium Sulfoaluminate Admixtures for Expan
sive Cements," A S TM (Proc., Vol. 5 8 ) , 1 9 5 8 , hal. 9 8 6 - 1 0 0 8 .
1 8 . A . Klein, T. Karb y , dan M . Polivka, "Properties of an Expansive C e m e n t for Chemical
Prestressing," J. A m. Cone. Inst . , Juni 1 96 1 .
1 9 . T . Y . Lin dan A . Klein, "Chemical Prestressing o f Concrete Element Using Expanding
Cements," J. A m. Cone. Inst . , September 1 96 3 .
2 0 . Alois Legat, " M et allurgical, Metallographical and Economic Problems i n t h e Manufac
ture of Prestressed Reinforcing Steels," extract of final report of R ILEM Symposium ,
Liege, Juli 1 9 5 8 .
2 1 . I . A . Rubinsky dan A . Rubinsky, " A Preliminary Investigation o f the Use o f Fiberglass
for Prestressed Concrete," Magazine of Concrete R esearch , ha!. 7 1 - 7 8 , September
1 954.
2 2 . Frank J . Maguire, I l l , R eport on Further Investigation Concerning t h e Feasibility of
the Use of Fiberglass Tendons in Prestressed Concrete Constructio n , M . S . Thesis, Prin
ceton University, 1 96 0 .
2 3 . J . C. Wines dan G . C . Hoff, " Laboratory Investigation o f Plastic-Glass Fiber Reinforce
ment for Reinforced and Prestressed Concrete," Report I and 2, Miscellaneous Paper
No. 6-7 7 9 , U . S . Army Corps o f Engineers, Februari 1 9 6 6 .
Bahan-bahan 57

24. K . M . Gloeckner, " I nvestigation o f Fiberglass Prestressed Concrete ," Virginia Highway
Research Council, Juni 1 9 6 7 .
2 5 . E . G . Nawy d an G . E . Newerth, "Fiberglass Reinforced Concrete Slabs and Beams,"
J. Str. Div . , Am. Soc. Civil Engineers, Vol. 1 0 3 , No. ST2 , Februari 1 9 7 7 , hal. 42 1 -440.
2 6 . Milos Polivka, "Grouts for Posttensioned Prestressed Concrete Members," J. Pres
tressed Cone. Ins t . , 1 9 6 1 .
2 7 . " Recom mended Practice for Grouting o f Post-Tensioned Prestressed Concret e , " PCI
Com mittee on Post-Tensioning, J. Prestressed Cone. Inst., Vol. 1 7 No. 6, November
Desember 1 9 7 2 .
2 8 . Post-Tensioning Man ual, Post-Tensioning Institute, Phoenix, Arizona, 1 9 7 6 , hal.
1 43 - 1 4 8 .
2 9 . G . M . Nordby, "Fatigue of Concrete - A Review of Research," Proc. of the A merican
Concrete Institute, Vol. 5 5 , 1 9 5 8 - 1 9 5 9 .
3 0 . T . Y . Lin, " Strenght o f Continuous Prestressed Concrete B e ams Under Static and Re
peated Loads , " J. A m . Cone. Ins t . , Juni 1 9 5 5 .
3 1 . P.W. Abeles, " Fatigue Tests o n Partially Prestressed Concrete Members," Final R eport,
Fourth Congress, Int. Assn. Bridge and Structural Eng., 1 9 5 3 ; juga "Fatigue Tests of
Prestressed Beams," presented at ACI Convention at Denver, 1 9 5 4.
3 2 . C . E . Ekberg, J r . , R . E . Walther, dan R . G . Slutter, " F atigu e , Resistance of Prestressed
Concrete Beams in B e nding , " J. Str. Div. A m . Soc. Civil Engineers (Vol. 8 3 , No. ST4),
Juli 1 9 5 7 .
'

3
SISTEM PRATEGANG;
PENGANGKURAN UJUNG

3-1 Pendahuluan

Sehubungan dengan adanya perbedaan sistem dan hak paten untuk penarikan dan peng
angkuran tendon, maka situasinya sedikit membingungkan seorang pemula dalam pe
rancangan dan penerapan beton prategang. Sesungguhnya, dalam prakteknya tidak diperlu
kan pengetahuan yang mendalam mengenai rincian-rincian dari semua sistem atau bahkan
pada sistem yang hendak dipakai pada suatu proyek. Dengan maksud untuk menggalakkan
persaingan dalam penawaran, seringkali seorang sarjana teknik sipil hanya merinci jumlah
gaya prategang efektif yang dikehendaki, karena itu merupakan penawaran terbuka untuk
seluruh sistem prategang. Akan tetapi, seorang insinyur sipil harus mempunyai pengetahuan
umum mengenai metode-metode yang ada dan mengingatnya pada saat menentukan di
mensi komponen struktur sehingga tendon-tendon dari beberapa sistem dapat ditempatkan
dengan baik. Kadang-kadang ia harus menghitung ukuran sebenarnya dan jumlah tendon
pada suatu komponen struktur untuk memperoleh rancangan yang dapat diterima dan pe
naksiran yang tepat mengenai jumlah bahan. Pengetahuan mengenai rincian pengangkuran
ujung dan dongkrak penarik tendon dibutuhkan untuk mendesain ujung-ujung komponen
nya sebagai tempat untuk pengangkuran dan dongkrak.
Di Amerika Serikat saja, terdapat lebih dari seratus hak paten dan yang akan mendapat
hak paten dari berbagai macam sistem prategang. 1 Banyak dari hak paten ini tidak pernah
dikomersialkan dan tidak ekonomis dipakai, tetapi banyak lagi yang sedang dikembangkan.
Sekarang dibutuhkan seorang pengacara khusus selain seorang ahli teknik untuk melihat
persoalan itu, atau untuk mengajukan dan memperoleh hak paten. Keadaan ini selanjutnya
makin rumit dengan adanya perkembangan metode-metode yang mirip di negara lain yang
mempunyai hak paten yang berlawanan dengan yang kita miliki me 1dpun umumnya setiap
hak paten yang diperoleh di luar negeri harus sekurang-kurangnya didaftarkan di Amerika
Serikat sebelum berlaku secara efektif di sana. Hanya permasalahan ini yang dikhawatirkan
oleh para pencipta. Insinyur lapangan, yang ingin mendesain beton prategang, bebas untuk
menentukan dan mende'sain setiap sistem tanpa mempelajari intrik-intrik dari hak paten.
Kenyataannya, pemilik struktur bangunan tidak usah membayar royalti langsung kepada
pemegang hak paten. Royalti secara tidak langsung dimasukkan dalam harga penawaran
untuk penyediaan baja prategang dan pengawasan teknik untuk pendongkrakan. Oleh ka
rena persaingan yang tajam telah ada di Amerika Serikat dalam bidang prategang, royalti
hak paten bukan merupakan harga yang serius bagi pemilik struktur bangunan. Untuk
mengajukan penawaran struktur yang mengandung beton prategang, kontraktor utama
biasanya mendekati para subkontraktor prategang. Sehingga metode standar penawaran
yang dipakai untuk beton bertulang atau perdagangan lain juga dapat diperluas untuk beton
prategang.
Di negara-negara lain kondisinya berbeda. Sebagai contoh, di Jerman ada kecenderung
an untuk tidak menerima kontraktor utama untuk pekerjaan prategang jika ia tidak me-
Sistem Prategang; Pengangkuran Ujung 59

rancang sistem prategangnya sendiri. Sebagai akibatnya, setiap kontraktor dipaksa untuk
merancang beberapa sistem mereka sendiri dan cenderung untuk menarik bayaran royalti
yang tinggi pada saingannya jika l.ngin memakai sistem tersebut. Di Perancis dan Belgia,
karena alasan sejarah dan lainnya, satu atau dua sistem prategang lebih luas pemakaiannya
dibandingkan dengan sistem lainnya, jadi arah pertumbuhan cenderung ke arah perkem
bangan sistem tertentu lebih dari pendekatan ke sistem-sistem lainnya.
Prinsip dasar sistem prategang tidak dapat dibuat paten, tetapi rincian pemakaiannya
dapat dipatenkan. Ada beberapa hak paten pada metode konstruksi, seperti produksi khu
sus pelat atau pipa prategang, dengan menggunakan proses yang berbeda dari yang biasa.
Untunglah, hak paten ini lebih didasarkan pada prosedur konstruksi daripada desain dan
jarang mempengaruhi kerja desain insinyur. Lebih lanjut lagi, bukanlah kebijakan yang baik
bagi seorang insinyur untuk mencoba memegang monopoli atas desainnya. Sehingga para
insinyur jarang dihalangi menggunakan desain beton prategang yang mana saja.
Apa yang disebut sistem beton prategang sesungguhnya adalah cara menegangkan/me
narik baja yang dikombinasikan dengan cara mengangkurkannya ke beton, termasuk barang
kali beberapa rincian lain mengenai operasi/cara kerjanya. Sehingga sebagiari besar dari
paten-paten beton prategang didasarkan pada salah satu atau kedua rincian operasi berikut
ini: (1) cara menggunakan prategang; (2) rincian pengangkuran ujung. Sebagai tambahan,
kadang-kadang ukuran dan jumlah kabel juga merupakan bagian dari proses hak paten,
meskipun sebagian besar hak paten berisi berbagai macam kombinasi ini.
The Posttensioning. Institute mempunyai Posttensioning Manual2 yang pertama-tama
diterbitkan oleh PCI tahun 1972, yang berisi rincian dari berbagai macam sistem pasca-tarik
dan dipakai sebagai daftar pustaka yang istimewa. Beberapa dari yang terkenal dan umum
dipakai akan dibahas pada bab ini.

3-2 Sistem Pratarik dan Pengangkuran Ujung


Cara yang sederhana untuk menegangkan komponen struktur pratarik adalah dengan me
narik kabel-kabel di antara dua dinding penahan (bulkhead) dan diangkurkan pada ujung
ujung pelataran kerja. Setelah beton mengeras, kabel-kabel dipotong dan lepas dari dinding
penahan dan gaya prategang dialihkan ke beton. Pelataran kerja (stressing bed) semacam itu
sering digunakan di laboratorium dan kadang-kadang di pabrik prategang. Untuk susunan
ini, kedua-duanya, dinding penahan dan pelataran, harus dirancang untuk menahan gaya
prategang dan eksentrisitasnya.
Untuk produksi massal komponen struktur pratarik, perluasan dari cara di atas sering
kali dikenal sebagai sistem Hoyer yang umum digunakan. Sistem ini terjadi dari penarikan
kabel (kawat-kawat) di antara dua dinding penahan yang terpisah beberapa rat us kaki.
Dinding penahan dapat secara terpisah diangkurkan ke tanah, atau dapat dihubungkan
dengan pelataran kerja yang panjang. Pelataran semacam itu mahal, tetapi dapat dipakai
untuk dua tujuan jika dirancang dengan baik. Pertama, dinding-penahan antara dapat di
sisipkan di pelataran sehingga kabel yang lebih pendek dapat ditarik. Kedua, pelataran da
pat didesain untuk menahan gaya-gaya vertikal, jadi memungkinkan tendon yang bengkok
untuk diberi gaya prategang.
Dengan proses Hoyer ini, beberapa komponen struktur dapat diproduksi sepanjang
satu baris, dengan memberi tutup antara komponen struktur dan mengecornya secara ter
pisah. Bila beton telah cukup keras untuk menerima gaya prategang, kawat-kawat (kabel)
dilepaskan dari dinding penahan, dan gaya prategang dialihkan ke komponen struktur me
lalui rekatan antara baja dan beton pratarik atau melalui pengangkuran pratarik khusus
pada ujung-ujung komponen struktur. Hasil dari metode "berbaris-panjang" adalah ekono
mis dan digunakan hampir di semua pabrik pratarik di Amerika Serikat. Berbagai macam
,.
60 Desain Struktur Beton Prategang

Gambar 3-1. Tendon dilendutkan (harping) di pelataran pratarik (Ben C. Gerwick).

metode dirancang untuk melendutkan tendon ke atas dan ke bawah sepanjang pelataran.
Salah satu metode diperlihatkan pada Gambar 3-1.
Alat untuk menjepit kawat-kawat pratarik ke dinding penahan biasanya dibuat atas
dasar prinsip baji dan gesekan. Ada jepitan yang mudah dilepaskan, dan dapat dipakai un
tuk berbagai keperluan dan efektif untuk menghemat waktu karena kesederhanaannya.
Karena kabel atau strand ditahan dalam keadaan tertarik hanya untuk waktu yang singkat,
jepitan yang mudah dilepas ini sangat ekonomis. Jepitan yang mudah dilepas ini dibuat di
Amerika Serikat. Sebagai contoh, jepitan angkur Supreme (chucks) didistribusi oleh Supre
me Products Corporation, Gambar 3-2. Jepitan-jepitaribuatan Inggris oleh CCL Ltd adalah
serupa dan dipasarkan di Amerika Serikat serta di negara-negara lain.

Ketergantungan pada rekatan untuk memindahkan gaya prategang antara kabel dan
beton mengakibatkan dibutuhkannya kawat yang kecil untuk menjamin pengangkuran
yang baik. Kabel-kabel yang lebih besar dari 3,18 mm hanya digunakan jika kabel dibuat
bergelombang di seluruh panjangnya atau jika kawat berulir. Pada setiap keadaan, panjang
peralihan tertentu dibutuhkan untuk mengembangkan rekatan. Bila panjang peralihan tidak
cukup, sebagai contoh, bila retak-retak terjadi dekat ujung sebuah balok, rekatan dapat
lepas dan kabel akan bergeser. Tambahan pengangkuran ujung secara mekanis pada kabel
pratarik dapat mencegah terjadinya slip pada ujung, meskipun pengalaman dengan untaian
tujuh-kawat sampai diameter 15,2 mm telah menunjukkan bahwa angkur-angkur ujung
tidak perlu untuk komponen struktur pratarik tipikal. Satu cara yang dikembangkan di
San Diego, California, adalah pengangkuran Dorland, yang dapat dijepit ke kabel atau strand
di setiap titik, jadi mensuplai pengangkuran mekanis positif sebagai tambahan rekatan.
Pengapit dijepitkan ke kabel dengan tekanan tinggi, dan sisi-sisi pengapit kemudian dilas
bersama-sama pada beberapa titik. Harus dicatat bahwa pengangkuran semacam ini me
mungkinkan penggunaan kabel yang lebih besar dan kadang-kadang memperbolehkan per
alihan gaya prategang lebih awal.
V,
!;

;,

....
"


;::
':
Strand tujuh-kawat ;::

I:
i:i
;::

.s
I:
;::
"'

Ring pemegang-
(retaining ring)

Rahang
perangkai

Pegas

\Cap a,

Gambar 3-2. Pemasangan chuck untuk pcnjepitan strand pratarik (Supreme Products).
r
62 Desain Struktur Beton Prategang

Mulai

(a) Geiagar

(c) Bantalan jalan kereta api

(d) Rangka batang

Gambar 3-3. Tipe-tipe yang berbeda dari pratcgang menerus di U.S.S.R


Sistem Prategang; Pengangkuran Ujung 63

Sist em Shorer3 merupakan ha! yang mengagumkan, tidak menggunakan pelataran kerja
dan dinding penahan. Sebagai gantinya, tabung sentral dari baja mutu-tinggi memikul pra
tegang dari kabel sekelilingnya, dan seluruh susunan ditempatkan di posisinya dan dicor.
Setelah beton mengeras dan mencapai kekuatan tertentu, tabung diangkat dan gaya pra
tegang dialihkan ke beton oleh rekatan. Lubang yang ditinggalkan oleh tabung kemudian
diisi dengan air semen dan pasir halus (di-grout). Cara ini tidak dipakai di Amerika Serikat.
Di Perancis, cara ini diketemukan oleh Chalos dan dikenal sebagai sistem Chalos.
Bertentangan dengan metode berbaris-panjang (long-line method), metode pencetak
an sendiri-sendiri (individual mold method) untuk pratarik banyak dipakai di Rusia dan
kadang-kadang digunakan di Amerika Serikat dan Jerman. Sebagai pengganti memindahkan
proses ke produk seperti pada metode "berbaris-panjang", produk dipindahkan ke proses
dengan memakai metode pencetakan sendiri-sendiri, yang serupa dengan metode perakitan
pada produksi kendaraan bermotor.
Metode pencetakan sendiri-sendiri menyesuaikan diri terhadap pola jalur prategang
yang relatif rumit, seperti sistem prategang dua arah untuk pelat atau untuk rangka batang.
Juga cocok untuk produk-produk kecil seperti bantalan jalan kereta api. Gambar 3-3 mem
perlihatkan jenis-jenis yang berbeda dari sistem prategang menerus yang digunakan di Uni
Soviet untuk gelagar, pelat, bantalan jalan kereta api, dan rangka-rangka batang. Sistem pra
tegang menerus sesungguhnya dilakukan oleh dua jenis mesin: satu mempunyai meja yang
dapat berputar dengan feeder head yang stasioner, dan lainnya terdiri dari meja tetap de
ngan feeder head yang bergerak. Kabel prategang dimasukkan ke dalam cetakan dengan
gaya tarik yang dikontrol dan diletakkan dalam pola yang ditentukan sebelumnya dan me
lewati baja-baja yang dipasang pada cetakan. 4 5
Di Amerika Serikat beberapa jenis dari pelat berongga telah dikembangkan dan peralat
an untuk pembuatannya dipasarkan ke pabrik-pabrik yang terletak pada beberapa tempat
di negara itu, Gambar 3-4. Jadi, pelat prategang berongga (hollow core slab) telah diguna
kan untuk berbagai struktur seperti lantai dan sistem atap dan secara ekonomis cukup ber
saing. Sistem berbaris-panjang digunakan dengan peralatan yang berisi beton dan mem
bentuk unit-unit berongga sambil bergerak sepanjang pelataran kerja untuk membuat jalur

Gambar 3-4. Rangkaian produksi unit hollow-core dengan memakai ekstruder dan penampang
penampang (Spancrete).
64 Desain Struktur Beton Prategang

panjang dari pelat berongga. Pelat berongga yang panjang ini kemudian dipotong menurut
panjangnya untuk dipakai pada struktur. Pada banyak struktur, unit-unit pelat berongga
ini ditopang oleh rangka baja atau dinding pemikul dari bata.

3-3 Sistem Pasca-tarik, Metode Penarikan Kabel


Metode penarikan kabel dapat diklasifikasikan-alas empat kelompok: (1) sistem prategang
mekanis dengan bantuan dongkrak; (2) sistem prategang elektris dengan pemakaian panas;
(3) sistem prategang kimiawi dengan bantuan semen ekspansif; (4) dan lain-lain.
Sistem Prategang Mekanis. Pada keduanya, sistem pratarik dan pasca-tarik, metode
yang paling biasa untuk menarik kabel adalah dengan dongkrak. Pada sistem pasca-tarik,
dongkrak digunakan untuk menarik baja dengan reaksi yang bekerja melawan beton yang
mengeras; sedang pada pratarik, dongkrak menarik baja dengan reaksi melawan dinding
penahan ujung atau cetakan. Dongkrak hidrolik digunakan karena kapasitasnya yang besar
dan cara pengoperasiannya yang relatif mudah, baik dengan tangan maupun dengan pompa
elektrik untuk mengadakan tekanan. Pengungkit dapat digunakan hanya untuk menarik
kabel-kabel kecil secara terpisah.
Bila digunakan dongkrak hidrolik, satu atau dua ram digerakkan oleh satu unit pompa
dengan alat pengontrol pada lintasan hidrolik, Gambar 3-5. Kapasitas pengungkit hidrolik
bcrvariasi sangat besar, dari 3 ton sampai 1000 ton. Gambar 3-6 menunjukkan peralatan
untuk menarik kabel pasca-tarik yang besar. Untuk beberapa sistem prategang, dongkrak

Garnbar 3-5. Pornpa elektrik: sedang rnenjalankan dongkrak hidrolik untuk menarik kabel Prescon (per
hatik:an penyisipan pelat/shirns).
Sist em Prategang; Pengangkuran Ujung 65

Gambar 3-6_ Penarikan kabel multistressed yang besar (Prescon/Freyssinet).

didesain secara khusus untuk mengerjakan penarikan tendon yang terdiri dari sejumlah
kabel dengan ukuran tertentu. Untuk beberapa sistem, setiap dongkrak dengan kapasitas
yang cukup dapat digunakan, asalkan ada jepitan yang cocok untuk tendon. Harus diper
hatikan apakah dongkrak dapat terpasang dengan baik pada pelat landasan ujung dan apa
kah ada ruangan yang cukup untuk menempatkan dongkrak pada ujung penarikan tersebut.
Tidaklah mungkin untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam merancang
setiap sistem prategang. Sistem-sistem baru sedang berkembang dan sistem-sistem yang ada
dimodifikasi dari waktu ke waktu. Para insinyur yang tertarik pada sistem tertentu dapat
memperoleh brosur-brosur dari perusahaan atau berkonsultasi dengan perwakilannya untuk
rincian-rincian tertentu. Dengan maksud untuk memberi fasilitas konsultasi, alamat-alamat
dari beberapa sistem prategang di Amerika Serikat dicantumkan pada Lampiran B.
Sistem pendongkrakkan bervariasi, dari hanya menarik satu atau dua kabel sampai
di atas 100 kabel pada satu saat yang bersamaan. Angkur-angkur untuk strand tunggal se
perti salah satu yang terlihat pada Gambar 3-7 dipasarkan oleh beberapa perusahaan pasca
tarik dan banyak digunakan untuk pelat-pelat prategang. Angkur itu dapat dibenamkan,
untuk memungkinkan ujung strand dipotong dan dilindungi oleh bahan pengisi tendon
(grout) sehingga ujung strand tidak terlihat di tepi permukaan pelat.
Dongkrak Freyssinet yang bekerja ganda (double-acting jack) menarik sampai pada
12 strand pada satu saat, Gambar 3-8. Kabel dibaji di sekeliling tabung dongkrak dan di
regangkan oleh pengungkit utama yang bereaksi terhadap angkur yang ditanam. Bila tarik
an yang disyaratkan telah tercapai, piston sebelah dalam mendorong plug ke dalam angkur
untuk menjepit kabel tersebut. Tekanan pada pengungkit utama dan piston sebelah dalam
kemudian dilepaskan secara bertahap, dan dongkrak dilepaskan.
66 Desain Struktur Beton Prategang

Gambar 3-7. Pengangkuran tendon strand tunggal (Post-Tensioning Institute).

A- Angkur Dalam Tipe Freyssinet "81"


8- Angkur Luar Tipe Freyssinet "EA"

Gambar 3-8. Konus angkur sistem "T" Freyssinet (Precon/Freyssinet).


Sistem Prategang; Pengangkuran Ujung 67

Batang ulir Dywidag (Gambar 3-9) ditarik dengan menggunakan dongkrak hidrolik
yang digerakkan dengan tenaga listrik. Pada ujung dongkrak terdapat soket pemutar (socket
wrench) dan alat ratchet yang memungkinkan baut dikencangkan saat batang ulir itu me
manjang. Besarnya gaya prategang yang digunakan dimonitor dengan membaca alat peng
ukur tekanan hidraulik dan dengan mengukur pertambahun panjangnya.
Beberapa petunjuk penting mengenai kerja dongkrak bermanfaat bagi para perancang
dan juga untuk pengawas lapangan. Untuk mengurangi rangkak pada baja d;m. juga mengu
rangi kehilangan gaya prategang akibat gesekan, kadang-kadang tendon ditarik beberapa
persen melebihi gaya prategang awal. Penarikan yang berlebihan juga diperlukan untuk
mengimbangi terjadinya gelincir (slip) dan menekan angkur pada saat pelepasan tekanan
dongkrak. Bila tendon panjang atau melengkung, pengdongkrakan dilakukan dari kedua
ujungnya. Selama proses penarikan (pendongkrakan), sekrup angkur dan baji harus cukup
erat dipasang pada ujung pelat. Hal ini dapat membantu mencegah terjadinya kerusakan
yang serius saat kabel putus atau kegagalan tiba-tiba dari dongkrak.
Pengukur tekanan untuk dongkrak ditera/dikalibrasi untuk membaca 't anan pada
piston dan membaca langsung jumlah tarikan yang ada pada tendon. Hal ini bi
S
kan dalam praktek untuk mengukur pertambahan panjang baja dan diperiksa t rhadap
dilaku

indikasi pengukur. Jumlah kehilangan gaya prategang akibat gesekan dapat diperk.irakan
dari perbedaan antara pertambahan panjang yang diukur dan yang diperkirakan terjadi.
Bila beberapa tendon pada suatu komponen struktur ditarik berurutan, harus diper
hatikan penarikannya dengan baik agar tidak terjadi pembebanan eksentris selama proses
penarikan. Jika perlu, beberapa tendon ditarik dalam dua tahap untuk mengurangi beban
eksentris pada komponen struktur selama penarikan.
Selain diikat pada baja, dongkrak kadang-kadang disisipkan di antara dua bagian beton
untuk memisahkan satu dengan yang lain. Prosedur ini digunakan dalam dua sistem: sistem
Leonhardt dari J erman, dan sistem Billner dari Amerika Serikat. Pada sistem Leonhardt, 6
sebuah blok angkur beton bertulang dicor pada setiap ujung dari bagian struktur, dan kabel
prategang dibelitkan di sekeliling blok untuk ditarik seluruhnya serentak oleh dongkrak
hidrolik yang disisipkan di antara blok dan bagian utama dari struktur. Keuntungan dari
metode ini terletak pada operasi penarikan. Tetapi dongkrak yang dibutuhkan lebih berat.
Untuk mengurangi biaya dongkrak yang berat, dalam pelaksanaan pekerjaan dibuat dari
beton bertulang dan kadang-kadang ditinggalkan dalam struktur.

Gambar 3-9. Angkur batang-ulir Dywidag (Dykerhoff and Widmann, Inc.).


68 Desain Struktur Beton Prategang

Berbeda dengan sistem Leonhardt, yang khusus didesain untuk struktur besar, sistem
Billner 7 lebih cocok untuk struktur yang kecil. Pada sistem Billner, komponen struktur di
cor pada dua bagian,dipisahkan di tengah-tengah bentang. Dongkrak dipisahkan oleh pe
misah berbentuk sisir yang disisipkan di antara kedua bagian tersebut. Beton dicor pada
kedua sisi pemisah, membentuk dua unit yang terpisah. Kabel prategang melalui celah
celah yang ada pada pelat pemisah dan tidak direkatkan ke beton kecuali pada ujung-ujung
nya. Pada sistem ini, pendongkrakan dilakukan di dekat tengah-tengah bentang dan di an
tara beton. Jadi angkur-angkur ujung hanya melakukan tugas mengangkur, yang secara se
derhana dapat dicapai dengan melingkarkan kabel .ke sekeliling beton. Walaupun pen
hematan terhadap pengangkuran ujung yang lebih mahal dibutuhkan pada sistem pasca
tarik, metode ini belum banyak dipakai secara komersial ekonomis.
Sistem Prategang Elektris. Metode prategang elektris8 tidak membutuhkan dongkrak
sama sekali. Baja diperpanjang dengan memberi panas secara elektris. Proses elektris ini ada
lah sebuah metode pasca-tarik di mana beton dimungkinkan untuk mengeras secara penuh
sebelum prategang dilakukan. Metode ini menggunakan tulangan yang dilapis dengan bahan
termoplastik seperti sulfur atau paduan logam yang mudah cair dan ditanam dalam beton
seperti penulangan biasa tetapi dengan ujung akhir yang menonjol. Setelah beton mengeras,
arus listrik dengah tegangan rendah tetapi dengan amper yang tinggi dialirkan melalui ba
tang baja tersebut. Bila tulangan baja panas dan bertambah panjang, baut pada ujung yang
menonjol dikeraskan terhadap mur yang besar. Pada waktu batang menjadi dingin, gaya
prategang diteruskan dan rekatan dipulihkan oleh lapisan yang menjadi padat lagi.
Metode ini, seperti mula-mula dikembangkan, dimaksudkan untuk tulangan baja yang
diregangkan sampai kurang lebih 195 MPa, yang membutuhkan temperatur sekitar 121C.
Disebabkan oleh persentase kehilangan gaya prategang yang tinggi pada baja dengan gaya
prategang yang rendah, dan untuk biaya-biaya lain pada proses, metode ini tidak ekonomis
untuk bersaing dengan sistem prategang yang menggunakan baja -tinggi. Metode seperti ini
tidak dipakai pada baja mutu-tinggi karena banyak temperatur yang lebih tinggi dibutuh
kan untuk sistem prategangnya. Temperatur yang begitu tinggi dapat mengakibatkan ke
sulitan-kesulitan, termasuk kerusakan yang mungkin terjadi pada sifat fisis dari baja mutu
tinggi.
Di Rusia, metode prategang elektrotermal telah banyak digunakan dalam sistem pra
tegang. Arus listrik digunakan untuk memanaskan dan mengembangkan baja prategang,
yang kemudian ditahan pada ujung-ujungnya. Bila baja menjadi dingin dan cenderung me
nyusut, berarti baja tersebut tertarik. Kombinasi penarikan elektris dan mekanis juga di
pakai di Uni Soviet. 9
Sistem Prategang Kimiawi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, reaksi kimia dalam
semen ekspansif dapat menegangkan baja yang ditanam yang kemudian menekan beton.
Hal ini sering diistilahkan dengan tertegang sendiri (self-stressing), tetapi dapat juga disebut
sistem prategang kimiawi. Pembaca dipersilakan melihat Pasal 2-5 untuk lebih terinci.
Lain-lain. Metode prategang lain yang tidak termasuk dalam kelompok di atas, di
kembangkan dan dipakai di Belgia; metode tersebut dikenal sebagai metode "Preflex."10
Prosedurnya terdiri dari pembebanan balok baja mutu-tinggi di pabrik dengan beban yang
besarnya sama dengan yang diperkirakan akan bekerja. Sementara balok melentur akibat
beban ini, flensnya yang tertarik ditutupi oleh beton mutu-tinggi (beton yang mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi). Setelah beton mengeras, beban pada balok diangkat dan beton
tertekan karena balok kembali berbentuk semula. Kemudian balok dibawa ke lapangan
untuk dijadikan bagian dari suatu struktur, umumnya dengan flens atas dan badan (web)
nya dibungkus dengan beton. Jadi penampang komposit diperoleh dengan menggabung
kan kekuatan baja mutu-tinggi dengan kekuatan beton. Sejumlah percobaan (pada balok
Preflex) telah dilakukan di Universitas Lehigh.
Sistem Prategang; Pengangkuran Ujung 69

3-4 Pengangkuran Sistem Pasca-tarik dengan Menggunakan


Prinsip Kerja Pasak

Pada dasarnya ada tiga prinsip kabel dengan mana baja atau strand (untaian kawat) di
angkurkan ke beton.
1. Dengan prinsip kerja pasak yang menghasilkan penjepit gesek pada kabel.
2. Dengan perletakan langsung dari kepala paku-keling a tau baut yang dibuat pada ujung
kabel.
3. Dengan membelitkan kabel ke sekeliling beton .

Beberapa sistem yang saling berkaitan telah dikembangkan berdasarkan prinsip kerja
pasak dan perletakan langsung. Hanya sedikit yang dapat dikatakan mengenai keuntungan
relatif dari kedua prinsip ini, karena keunggulan dari setiap sistem tergantung pada metode
pemakaian lebih daripada prinsip itu sendiri. Metode yang terakhir, melilitkan kabel di se
keliling beton, belum dipakai secara luas, meskipun mempunyai keuntungan-keuntungan.
Beberapa sistem prategang yang populer mengangkurkan kabel atau strand dengan
kerja pasak. Sistem Freyssinet, yang telah digunakan di seluruh dunia, menggunakan prinsip
pasak sampai dengan 12 strand dalam satu tendon, Gambar 3-8. Setiap unit pengangkuran
terdiri dari sebuah konus yang dilalui oleh kabel-kabel, dan pada dindingnya kabel-kabel
dipasak oleh sumbat berbentuk konus yang diletakkan memanjang dengan lekukan untuk
menempatkannya. Konus ditanam rata dengan permukaan beton atau dapat lebih ke dalam
lagi dari permukaan beton kalau dibutuhkan. Ini bertugas memindahkan reaksi dari dong
krak dan prategang dari kabel ke beton. Setelah prategang selesai, bahan pengisi (berupa air
semen) disuntikkan melalui lubang pada pusat sumbat berbentuk konus. Konus Freyssinet
dibuat dari untaian kawat (strand) dengan diameter sebesar 12,7 mm atau 15,24 mm
dengan jumlah strand berkisar dari 6 sampai 12 setiap tendon.
Beberapa perusahaan telah mengembangkan angkur tipe pasak untuk tendon-tendon
yang terdiri dari beberapa strand diameter 12,7 mm atau 15,24 mm, Gambar 3-10. Prescon,
VSL, Inryco, Freyssinet dan lain-lain seluruhnya menggunakan prinsip gesekan dengan
detail-detail yang memungkinkan pemakaian sejumlah strand yang berbeda dalam satu
tendon. Perusahaan-perusahaan yang sama ini memasarkan angkur strand tunggal yang
menggunakan tipe penjepit pasak untuk angkur strand diameter 12,7 mm atau 15,24 mm,
Gambar 3-7. Angkur perusahaan VSL menggunakan pasak sendiri-sendiri untuk berbagai
jumlah diameter 12,7 mm untuk strand dengan tujuh-kawat. Pelat perletakan mempunyai
lubang yang meruncing untuk tempat pasak yang menjepit strand sendiri-sendiri seperti ter-

Garnbar 3-10. Angkur tipe pasak multi-strand (Post-Tensioning institute).


70 Desain Struktur Beton Prategang

lihat pada Lampiran B. Juga diperlihatkan pada Lampiran ini sistem Freyssinet "K" Range
untuk pengangkuran multi-strand sampai 55 strand (dipasarkan oleh Prescon Corporation
di Amerika Serikat).

3-5 Pengangkuran Kabel-kabel Pasca-tarik dengan Perletakan Langsung

Beberapa sistem yang menggunakan kepala paku keling yang dibentuk dalam keadaan dingin
(cold formed) untuk perletakan langsung pada ujung kawat yang ditegangkan digunakan di
seluruh Amerika Serikat. Sistem-sistem ini mempunyai mesin-mesin khusus pembentuk
kepala untuk maksud tersebut. Salah satu di antaranya adalah sistem Prescon (Lampiran B).
Dengan cara ini, kepala paku keling dibentuk dalam keadaan dingin pada tempat yang se
patutnya untuk baja mutu-tinggi dengan diameter 6,35 mm. Percobaan-percobaan statis
terhadap kepala-kepala ini telah menunjukkan bahwa kekuatan penuh dari kawat dapat di
kembangkan. Jika kawat diisi (dengan air semen), pada prakteknya tidak terjadi perubahan
tegangan pada ujung-ujung kawat, sehingga tidak ada bahaya yang diperkirakan dapat ter
jadi akibat kelelahan. Untuk kawat penggantung yang digunakan pada jembatan-jembatan
di mana kawat-kawat tidak digrouting, Prescon telah mengembangkan soket khusus untuk
menjepit kawat-kawat. Pada keadaan ini, di mana variasi yang ekstrim dari tegangan ada
pada ujung kawat, soket-soket ini dapat menahan beban melampaui 1.000 ton untuk setiap
tendon. Soket-soket serupa juga telah dikembangkan di Eropa oleh BBRV.
Sistem Prescon menggunakan tendon-tendon yang terdiri dari 2 sampai 130 kawat
yang disusun secara paralel. Gambar 3-10 menunjukkan sebuah kopel untuk sistem banyak
kawat. Kawat-kawat dimasukkan melalui stressing washer pad a setiap ujung; Gambar 3-11,
sebelum kepalanya dibentuk. Sebuah lubang disediakan pada stressing washer untuk me
mungkinkan pengisian (grouting). Dongkrak penarik mempunyai stressing collar khusus
yang disekrupkan ke stressing washer dan dipompa untuk menarik sampai panjang yang di
inginkan. Perpanjangan yang sedikit berlebih akan memungkinkan shim untuk disisipkan

Gambar 3-11 . .\ngkur ujung (Prescon, Western Concrete, BBRV).


Sistem Prategang; Pengangkuran Ujung 71

dengan lebih mudah. Kemudian dongkrak dilepas untuk mengalihkan tekanan kepada pelat
penyisip (shim). Tebal dari pelat penyisip harus diperhitungkan untuk setiap kasus tertentu,
tergantung dari panjang dan modulus elastisitas kawat, jumlah gaya prategang, dan juga
gesekan sepanjang kawat. Setelah operasi prategang selesai, seluruh pengangkuran ujung di
tutup dengan beton sebagai perlindungan terhadap korosi dan api. Untuk mengurangi peng
angkatan masing-masing kawat di lapangan, maka di pabrik dibuat dalam bentuk tendon
dan diangkur ke lapangan dalam keadaan siap pasang.
Jika tendon digunakan untuk pekerjaan dengan rekatan, selubung dari logam dibutuh
kan. Untuk memungkinkan bahan pengisi (grout) dapat lewat, diameter-dalam selubung se
kurang-kurangnya 6,35 mm lebih besar dari tempat kawat. Untuk pekerjaan tanpa rekatan;
lemak diberikan pada kawat, yang kemudian dibungkus dengan kertas yang tebal mem
bentuk tendon dengan banyak kawat. Untuk unit dengan 6 kawat, tendon mempunyai dia
meter 19,05 mm dan stressing washer mempul).yai diameter sekitar 50,8 mm dan ketebalan
19,05 mm dan diletakkan di atas penyisip baja yang diletakkan pada pelat baja ukuran
127 X 114,3 mm dengan tebal 12,7 mm. Pada ujung-ujung kawat yang tidak ditarik, kepala
kawat diletakkan langsung pada pelat landasan baja tanpa penyisip. Kedua-duanya, stressing
washer dan pelat bantalan, terbuat dari baja berkekuatan tinggi, seperti plow steel.
Sistem Button Head Wire Posttensioning, yang disuplai oleh Western Concrete Struc
ture, Los Angeles, pada prakteknya sama dengan sistem Prescon, Gambar 3-11. Sistem
BBRV dikembangkan di Swiss, dan didistribusi oleh perusahaan lain di Amerika Serikat,
juga sama dengan Prescon; Lampiran B memperlihatkan pengangkuran ujung.
Pada sistem tertentu, kawat dihubungkan ke batang pendek dari baja mutu-tinggi yang
dapat diangkur oleh baut dan ring. Di Jerman, tiga sistem semacam itu dikembangkan, ber
beda dalam cara menghubungkan kawat-kawat ke ujung batang. Pada sistem Leoba, di
salah satu ujung batang dibentuk T yang pendek yang kesekelilingnya dibelitkan kawat.
Sistem Monierbau menyebarkan kawat-kawat di dalam konus baja dan mengangkurkannya
dengan seng atau timah hitam seperti pada angkur Roebling untuk strand. Sistem Huetten
werk Rheinhausen memakai sebuah silinder sebagai sambungan. Pada sistem Leonhardt dan
Billner, kawat-kawat dililitkan pada beton dan bertumpu di situ.

3-6 Pengangkuran Pasca-tarik untuk Batang


Sistem pengangkuran ujung-ujung batang baja mutu-tinggi di dalam beton prategang dikem
bangkan oleh Donovan Lee dari I nggris di mana dikenal sebagai sistem Lee-McCall. Ujung
ujung batang baja dibuat berulir dan diangkurkan dengan memakai b aut, ring, dan pelat
tumpuan. Prinsip yang penting di dalam sistem ini adalah pembuatan ulir pada ujung-ujung
batang untuk diputarkan ke dalam baut khusus yang mampu menerima beban sampai
kurang lebih 98% dari kekuatan batang.
Hanya sebagian kecil dari ujung-ujung batang yang tidak tertarik dibuat berulir, dan
cukup untuk menempatkan baut dan ring. Pada ujung yang ditarik dengan dongkrak, di
butuhkan ulir yang cukup panjang. Panjang total dari uliran harus sedemikian sehingga se
telah batang ditarik penuh, baut diputar sampai pada ujung ulir dengan bagian yang tidak
berulir, untuk membuat batang dalam kekuatan penuh. Jika, karena bahan atau konstruksi
yang tidak sejenis, batang harus diperpanjang lebih dari yang diperhitungkan untuk men
capai prategang yang diinginkan, ring pemisah dapat disisipkan antara baut dengan ring
biasa. Tarikan yang lebih besar akan merupakan keharusan jika, karena gesekan atau alasan
lain, batang tidak dapat diperpanjang sampai pada batas yang diperkirakan untuk gaya pra
tegang yang direncanakan.
Selama penarikan, sebuah adaptor diputarkan ke batang (bar) yang berulir untuk me
narik. Karena gaya tarikan tidak pernah melebihi 60% atau 70% dari kekuatan batas batang,
72 Desa in Struktur Beton Prategang

luas penampang bersih dari bagian batang yang beruiir bukanlah penampang yang kritis se
lama penarikan batang. Akan tetapi, seperti diterangkan sebelumnya, adalah lebih baik jika
ring selalu dibuat dekat dengan baut pada waktu proses penarikan batang. Setelah proses
penarikan batang selesai, bagian berulir yang sudah rusak dapat dipotong atau ditanamkan
pada beton bersama-sama pelat angkur.
Batang tersebut dapat terekat atau tidak terekat ke beton. Jika tidak terekat, batang
dapat diselubungi dengan pembungkus dari logam yang fleksibel atau dilapisi gemuk atau
dibungkus dengan kertas tebal. Kemudian ditempatkan pada acuan sebelum beton dicor.
Jika batang terekat pada beton, batang-batang ditempatkan pada waktu sesudah atau se
belum pengecoran. Untuk penempatan sebelum beton dicor, pembungkus dari logam yang
fleksibel dengan diameter-dalam 6,35 mm lebih besar dari ukuran batang dipakai agar
lubang dapat diisi grout. Jika ditempatkan setelah beton dicor, lubang yang dibuat dengan
memakai selang yang dapat ditiup atau kare t yang diperlukan dengan batang pengaku di
siapkan terlebih dahulu .
Baut persegi enam untuk batang-batang tersebut mempunyai diameter terkecil kurang
lebih dua kali diameter batang dan tebal kurang lebih 1,6 kali diameter batang. Ring yang
biasa dan ring terbelah terbuat dari logarn 4, 76 mm dan 14-gage. Pelat angkur berbeda-beda
ukurannya dan dapat dipakai untuk satu sampai tiga batang setiap pelat. Pelat tersebut
mempunyai tebal 16 sampai 38 mm dan luas pelat untuk setiap batang yang diangkurkan
adalah (5d)2, di mana d adalah diameter batang. Jika pipa kopling dipakai untuk menyam
bung batang-batang, haruslah dibuatkan ruang yang cukup di dekat kopling-kopling ter
sebut untuk memungkinkan pergeseran selama proses penarikan batang.
Baru-baru ini, angkur pasak dikembangkan untuk batang-batang bergaris tengah besar,
dengan memakai angkur pasak dan pelat angkur. Keuntungan dari angkur pasak adalah ke
mudahan untuk menjepit di mana saja di batang, di mana pada angkur dengan uliran hanya
terbatas pada bagian yang berulir dan membutuhkan pelat sisipan untuk penyetelan.
Di negara-negara lain, metode yang mirip untuk pengangkuran batang baja mutu-tinggi
telah dibuat. Mereka hanya berbeda dari sistem Lee-McCall atau Stressteel dalam rincian
tetapi tetap memakai uliran baut dan ring. Di negara Jerman saja, ada 4 metode yang di
kembangkan, yaitu metode-metode Dywidag, Finsterwalder, Karig, dan Polensky-Zollner;
di Belgia, sistem Wets; di Belanda, sistem Bakker. Sistem-sistem ini tidak diterangkan di
sini.
Batang-batang Dywidag (Gambar 3-9 dan Lainpiran B) telah dipasarkan secara meluas
di Amerika Serikat dan negara-negara lain di mana e!emen-elemen yang dicor di tempat di
beri gaya prategang dengan sistem pasca-tarik dan banyak untuk pemakaian-pemakaian
lain. U!iran yang dibuat pada batang mempermudah penyambungan batang-batang untuk
mencapai panjang yang diinginkan. Sifat-sifat rekatan juga meningkat akibat deformasi.
Batang-batang Dywidag dipakai dari ukuran garis tengah 15,87 5 mm sampai dengan 34,925
mm. Kekuatan batas 1586 MPa (1586 N/mm 2 ) tersedia untuk diameter 15,875 mm, tetapi
untuk ukuran 25,4 mm sampai dengan 34,925 mm mempunyai kekuatan batas 1103 MPa
(1103 kN/mm 2 ). Kopling penyambung dan angkur dengan rincian dari ulirannya direncana
kan untuk mencapai kekuatan batas dari batangnya.

3-7 Perbandingan Sistem Prategang


Sangat sulit untuk membandingkan keuntungan dari berbagai macam sistem prategang.
Secara umum dapat dikatakan, sistem-sistem yang telah dibuat dan telah dibuktikan me
lalui percobaan-percobaan serta-dipakai di dalam praktek, semua dapat dianggap cukup
aman. Tidak tertutup kemungkinan dikembangkannya sistem yang lebih baru dan barang-
Sistem Prategang; Pengangkuran Ujung 73

kali lebih baik. Akan tetapi, setiap sistem yang baru harus dicoba secukupnya sebelum di
pakai di dalam praktek.
Berdasarkan perkembangan "sistem prategang yang telah terjadi, setiap "sistem pra
tegang" pada umumnya mempunyai beberapa ha! yang menarik, b eberapa di antaranya
telah diterima oleh sistem lain sebagian atau seluruhnya. Sebagai contoh, metode untuk
menempatkan konduit, ukuran, jumlah, dan susunan dari kawat, maupun prinsip dasar dari
pelidongkrakan dan pengangkuran telah banyak tersedia. Perbedaan mendasar dari sistem
sistem tersebut biasanya terletak pada tiga ha! berikut: bahan untuk menghasilkan prate
gang, rincian dari proses pendongkrakan, dan metode pengangkuran.
Pertama-tama, ada pilihan antara sistem pratarik dan pasca-tarik. Apabila tempat pem
buatan pratarik mudah dicapai, dan elemen-elemen pracetak dapat diangkut dengan mudah,
seringkali sistem pratarik lebih murah karena lebih hemat dalan1 pengangkuran di ujung ele
men, konduit (selubung kawat), grouting, dan karena pemusatan proses produksi. Jika tern
pat pembuatannya terlampau jauh, biaya transportasi menjadi mahal. Begitu pula jika tem
pat pembuatan harus dibangun hanya untuk sebuah proyek, biaya pembangunan tempat
tersebut mungkin merupakan suatu halangan kecuali jika nilai proyek yang dibangun sangat
besar dan pembangunan tempat pembuatan dapat dipertanggungjawabkan. Komponen
struktur yang panjang dan berat sebaiknya dicor setempat atau dicor bagian demi bagian
dan diprategang dengan sistem pasca-tarik di proyek, dan cara pratarik tidak ekonomis.
Di Amerika Serikat, pratarik dengan memakai kawat-kawat kecil relatif tidak ekono
mis dan telah memberikan peluang untuk memakai bundelan kawat. Untaian kawat (strand)
yang terdiri dari kawat-kawat sampai pada diameter 12,7 mm telah banyak dan sukses di
pakai. Karena strand tersebut diangkurkan dengan baik melalui rekatan dengan beton, pen
jangkaran pada metode pratarik pada konstruksi biasa belum merupakan keharusan .
Kekurangan yang utama dari metode pratarik adalah pemakaian hanya terbatas pada
penggunaan kawat lurus yang ditarik di antara dua dinding penahan. Sehingga keuntungan
dari memakai kawat dengan trase melengkung di balok tidak dapat dimanfaatkan di dalam
sistem prat.arik. Di dalam pabrik pembuatan yang modern di Amerika Serikat, dibuat per
lengkapan sedemikian rupa sehingga kawat dapat dibuat seperti garis patah-patah pada se
tiap titik . Gelagar-gelagar besar yang memakai kawat berbentuk garis patah-patah dan di
angkurkan pada titik-titik patah ke lantai tempat pengecoran dibangun untuk membuat
New Northam Bridge, Southampton, England, pada tahun 1954. Pada 15 tahun terakhir
ini, draping dari strand biasa dipakai di dalam pabrik-pabrik elemen prategang di Amerika
Serikat (Gambar 3-1).
Untuk sistem pratarik, elemen-elemen dapat berupa pracetak atau dicor di tempat.
Selanjutnya dapat dipilih antara sistem dengan rekatan dan tanpa rekatan . Pada saat ini
banyak dipakai sistem dengan memakai cara rekatan atau tanpa rekatan . Sistem tertentu
menghasilkan rekatan yang sedikit lebih baik dari yang lain, tergamung pada rongga untuk
melakukan grouting dan keliling rekatan yang ada dari setiap unit gaya prategang. Pada
sistem lain, tendon dapat dengan mudah dilapisi gemuk dan dibungkus untuk mencapai ke
adaan tidak terekat. Karena persaingan yang berat antara sistem tersebut, pemilihan antara
tipe dengan rekatan dan tanpa rekatan mungkin dapat menentukan suatu sistem lebih eko
nomis dari sistem yang lain .
Keputusan lain yang penting adalah pemilihan bahan untuk prategang, apakah itu
kawat, strand, atau batang. Strand mempunyai kekuatan setiap unit yang lebih tinggi dari
yang lain. Ukuran strand dan batang lebih besar berarti mengurangi u nit-unit yang diangkat.
Kekuatan strand hampir sama dengan kabel, tetapi tendon yang terdiri dari banyak kabel
telah dipabrikasi dan menghasilkan angkur yang kompak dari beragam ukuran. Batang
mempunyai kekuatan yang terendah, tetapi lebih mudah pengangkutannya dan dt dalam
beberapa pemakaiannya lebih murah pengangkurannya.
74 Desain Struktur Beton Prategang

Angkur untuk untaian kawat lebih mahal, tetapi persentase biaya angkur makin ber
kurang jika panjang tendon bertambah. Batang membutuhkan sambungan untuk bentang
yang lebih panjang, sedangkan untaian kawat dan kabel dapat dikirim tanpa sambungan
untuk panjang yang besar. Ada beberapa keuntungan dan kerugian dari setiap material.
Pacta waktu pemilihan material ditentukan, pemilihan sistem p rategang menjadi semakin
sempit. Di Amerika Serikat, hanya ada dua atau tiga sistem untuk batang dan untaian
kawat, walaupun ada beberapa sistem untuk kabel. Kareria pemilihan material secara oto
matis menentukan pemilihan cara prategang dan condong untuk menghilangkan persaingan,
biasanya di dalam perencanaan praktis, tidak ditentukan jenis bahan. Seringkali dipakai
cara hanya dengan menentukan besar gaya prategang efektif dan bukan jenis material dan
luas penampang tendon.
Keputusan akhir seringkali yang paling ekonomis, yaitu sistem yang menghasilkan yang
termurah. Ada beberapa keuntungan dari setiap sistem. Sebagai contoh, jika hanya sedikit
kawat yang dapat ditarik pada setiap operasi, maka dibutuhkan dongkrak yang kecil;kawat
kawat terse but lebih mudah diangkut tetapi membutuhkan lebih banyak waktu untuk pe
narikan. Sistem yang memakai cara menarik seluruhnya pada waktu bersamaan membutuh
kan kapasitas yang jauh lebih besar, dan dengan sendirinya lebih mahal dan sulit dipindah
pindahkan.
Pacta suatu struktur pada saat dan tempat tertentu, akan ada satu sistem prategang yang
paling ekonomis. Ini biasanya merupakan hasil situasi sekeliling dan keuntungan dari sistem
itu sendiri. Tersedianya pelayanan dari perusahaan yang mewakili sistem terse but, kemudah
an untuk dicapai oleh bahan-bahan dan peralatan, pengalaman yang dimiliki perencana ter
hadap suatu sistem, keinginan dan kemampuan dari perusahaan tersebut untuk mendapat
kan pekerjaan akan merupakan faktor penentu. Sistem-sistem yang populer mempunyai
beberapa keunggulan dari sistem itu sendiri, tetapi nilai ekonomis dari suatu sistem berbeda
pada setiap proyek.
Akhirnya, seorang. insinyur yang sedang mendesain dengan sistem tertentu harus ber
pegang pada brosur terbitan terakhir dari perusahaan sistem tersebut untuk mendapatkan
data secara terinci dan dapat mendesain strukturnya sesuai dengan data yang ada. (Lihat
Lampiran B untuk daftar alamat). Mungkin perusahaan atau perwakilan suatu sistem perlu
memberikan petunjuk bagaimana suatu struktur dapat dirinci dengan benar. Si insinyur ter
sebut dapat banyak belajar dari petunjuk tersebut, walaupun keputusan terakhir ada di
tangannya.

Kepustakaan

1. C. Dobell, "Paten.ts and Code Relating to Prestressed Concrete," J. Am. Cone. Inst.,
Mei 1950 (Proc., Vol. 46), hal. 713-724.
2. Posttensioning Manual, Posttensioning Institute, Phoenix, Arizona, 1976, 288 halaman.
3. H. Shorer, "Prestressed Concrete, Design Principles and Reinforcing Units," J. Am.
Cone. Inst., Juni 1943 (Proc., Vol. 39), hal. 493-528.
4. V. V. Mikhailov, "Automation in the Production of Prestressing Units," Proceedings
World Conference on Prestressed Concrete, San Francisco, 19 5 7.
5. T. Y. Lin,et al, A Report on ihe Visit of an American Delegation to Observe Concrete
and Prestressed Concrete Engineering in the U.S.S.R., Portland Cement Association,
1958.
6. F. Leonhardt, "Continuous Bridge Girder Prestressed in a Single Operation," Civil
Engineering, Januari 1953, hal. 42-45.
7. K.P. Billner, "Prestressing of Reinforced Concrete," Precontrainte Prestressing, No. I,
1951, hal. 5-13.
Sistem Prategang; Pengangkuran Ujung 75

8 . K. P. Bilner dan R.W. Carlson, "Electrical Prestressing of Reinforcing Steel," J. Am.


Cone. Inst., Juni 1943 (Proc., Vol. 39) , hal. 585-592.
9. V.V. Mikhailov, "Recent Developments in Automatic Manufacture of Prestressed
Members in the USSR," J. Prestressed Cone. Inst., September 196 1 .
10 . L. Baes dan A. Lipski, "La Poutre preflex," Preeontrainte Prestressing, No. 1 , 1953 .
4
KEHILANGAN GAYA PRATEGANG;
GESEKAN

4-1 Arti Kehilangan Gaya Prategang


Pada Bab 1 konsep perhitungan tegangan dalam komponen struktur beton prategang telah
dibahas, dan seperti telah dijelaskan bahwa ha! yang sangat menarik dari sistem struktur ini
adalah tegangan-tegangannya dapat dibuat sampai pada batas tertentu untuk menjamin
hasil yang memenuhi syarat. Perhatikan bahwa gaya prategang yang digunakan dalam per
hitungan tegangan tidak akan konstan terhadap waktu . Tegangan-tegangan selama berbagai
tahap pembcbanan (Pasal 1-4) juga berubah-ubah karena kekuatan be ton dan modulus elas
tisitas bertambah terhadap waktu .
Analisis keseluruhan dan rancangan dari komponen struktur beton prategang akan me
nyertakan pertimbangan gaya-gaya efektif dari tendon prategang pada setiap tahap pem
bebanan yang berarti, bersama-sama dengan sifat bahan yang berlaku pada saat berfungsi
nya struktur itu. Tahapan yang biasa diperiksa untuk mengetahui tegangan dan perilaku
adalah sebagai berikut:
1. Segera setelah peralihan gaya prategang ke penampang be ton, tegangan-tegangan di
evaluasi sebagai tolok-ukur perilaku. Pengecekan ini termasuk gaya terbesar pada ten
don yang bekerja pada be ton yang mungkin jauh di bawah kekuatannya pada umur 28-
hari, /. Peraturan ACI menunjuk kekuatan beton sebagai/; pada tahap permulaan ini
dan memberikan b atas tegangan izin dan tegangan pada beton.
2. Pada beban kerja setelah semua kehilangan gaya prategang terjadi dan tingkatan pra
tegang efektif jangka panjang telah tercapai, tegangan-tegangan dicek lagi sebagai tolok
u kur perilaku dan kadang-kadang juga sebagai tolok-ukur kekuatan. Tegangan efektif
pada baja, fse, setelah terjadi kehilangan gaya, diasumsikan untuk tendon, sementara
komponen struktur memikul beban hidup dan beban mati. Juga, kekuatan beton ke
mudian dianggap bertambah menjadi fd.

Struktur-struktur tertentu dapat diberi gaya prategang dengan bertahap untuk me


lawan pembebanan yang dapat secara bertahap ditambahkan pada struktur. Walaupun itu
mungkin menambah tahapan-antara yang harus dievaluasi, persyaratan utama tetap untuk
menjamin perilaku yang memenuhi syarat pada setiap kondisi kritis. Faktor waktu tetap
merupakan pertimbangan yang penting karena kehilangan gaya prategang dikaitkan pada
sifat-sifat bahan yang tergantung pada waktu seperti diterangkan pada Bab 2.
Perancang harus mempertimbangkan bahan-bahan yang sebenarnya dan kondisi ling
kungan masing-masing bahan (waktu , kondisi pemaparan, dimensi dan ukuran komponen
struktur, dan sebagainya) yang mempengaruhi jumlah dari kehilangan gaya prategang. Pe
rancang mengetahui bahwa perhitungan ini tidak dapat tepat, tetapi untunglah hal itu tidak
harus terjadi untuk perancangan yang layak. Perkiraan yang masuk akal dapat menjamin
kondisi yang memenuhi syarat pada beban kerja. Pada sebagian besar keadaan, kekuatan
Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 77

tidak akan berubah karena perkiraan kehilangan gaya prategang yang sedikit lebih besar
atau lebih kecil. Hal ini dibahas pada Bab 5, tetapi diterangkan di sini untuk meyakirtkan
bahwa perkiraan kehilangan prategang ditempatkan pada pandangan yang wajar.
Pernyataan Komisi PCI yang dipublikasikan bersama dengan rekomendasinya untuk
memperkirakan kehilangan gaya prategang1 meringkaskan sejarah perkembangan (1975) se
bagai berikut:
"Penentuan kehilangan tegangan yang tepat pada komponen-komponen struktur beton
prategang adalah persoalan yang rumit karena laju kehilangan tegangan akibat satu fak
tor, seperti relaksasi di tendon-tendon, secara terus-menerus berubah oleh perubahan
tegangan akibat faktor-faktor lain, seperti rangkak pada beton. Laju dari rangkak pada
gilirannya diubah oleh perubahan pada tegangan tendon. Sangat sulit untuk memisah
kan jumlah netto kehilangan tegangan akibat setiap faktor pada kondisi-kondisi yang
berbeda dari tegangan, keadaan lingkungan, pembebanan, dan faktor-faktor lainnya
yang tidak pasti.
"Sebagai tambaha'n terhadap ketidaktentuan tadi akibat interaksi dari susut, rangkak,
dan relaksasi, kondisi fisis, seperti variasi pada sifat beton yang sesungguhnya yang di
buat dengan kekuatan yang sama, dapat menimbulkan kehilangan tegangan total yang
berbeda. Sebagai hasilnya, perhitungan kehilangan gaya prategang tidak harus eksak,
tetapi prosedur yang dikemukakan di sini akan memberikan hasil yang lebih teliti dari
pada metode sebelumnya yang tidak mempertimbangkan besarnya tegangan pada
beton dan tendon.
"Kesalahan di dalam menghitung kehilangan gaya prategang akan mempengaruhi
keadaan pada waktu dibebani seperti lendutan ke atas (camber), lendutan ke bawah,
dan retak. Pengaruh pada kekuatan batas (ultimate strength) dari komponen struktur
yang menahan lentur tidak ada, kecuali jika tendon tidak direkatkan atau tegangan
akhir setelah kehilangan kurang dari O,Sfpu
"Tidak dianjurkan bahwa informasi dan prosedur dalam laporan ini memberikan
satu-satunya penyelesaian yang memenuhi syarat untuk masalah yang rumit ini. Ini
hanyalah menyatakan titik temu dari komisi yang mempunyai pandangan pengalaman
dan hasil penelitian yang berbeda untuk menghasilkan rumus perancangan, parameter,
dan perhitungan yang relatif lebih sederhana dan mudah diikuti.

Kita dapat mengerti dari Pernyataan l(omisi PCI bahwa kita dihadapkan pada persoal
an yang rumit, dan mungkin bukan merupakan suatu kebutuhan untuk membuat analisis
yang terinci dari kehilangan gaya prategang pada waktu merancang komponen struktur pra
tegang. Hasil analisis yang rumit hanya mempunyai pengaruh kecil untuk merancang ke
kuatan. Hal ini menguntungkan karena kita telah berpindah ke perhitungan berdasarkan
kekuatan untuk merancang beton bertulang, baja, dan bahan-bahan lain. Maka, kemampu
an kerja dari komponen prategang pada setiap tahapan dari kedua tahap perilaku menjadi
penting di samping jaminan kekuatan yang cukup.
J adi pertanyaan untuk si perancang adalah bukan jika ia akan memperkirakan kehilang
an gaya prategang, tetapi bagaimana dia akan memperkirakan kehilangan gaya prategang.
Beberapa situasi hanya menuntut perkiraan yang masuk akal yang mungkin sangat mudah
dicapai dengan menggunakan rekomendasi seperti yang diterangkan berikut ini. Para insi
nyur mungkin membuat perkiraan atas dasar pengalaman sebelumnya dari perhitungan
yang lebih terinci untuk situasi yang hampir sama. Lendutan pada waktu peralihan atau
pembebanan kerja mungkin megalami pembebanan melebihi be ban kerjanya. Kita mung
kin juga tidak peduli akan terjadinya retak kecil jika kita memperkirakan kehilangan gaya
prategang yang lebih kecil.
Analisis kehilangan gaya prategang yang lebih terinci dibuat untuk keadaan yang isti
mewa di mana lendutan dapat menjadi kritis. Balok yang langsing (slender) akan lebih peka
terhadap momen akibat prategang di mana momen tersebut mengimbangi momen akibat
78 Desain Struktur Beton Prategang

beban kerja untuk mengontrol lendutan. Beberapa struktur mempunyai batas lendutan
yang ketat akibat toleransi rancangan yang dipakai, dan mensyaratkan analisis yang terinci.
Dalam keadaan lain, kita mungkin mengizinkan terjadinya tarikan di beton pada beban
kerja penuh untuk struktur yang terletak di lingkungan korosif.
Dalam bab ini perkiraan total akan secara singkat dibahas. Pada bagian berikut ini, se
tiap sumber yang mengakibatkan kehilangan, y ang membuat si perancang mempertimbang
kannya, harus diuji tersendiri. Kehilangan gaya prategang keseluruhan akan merupakan
penjumlahan dari setiap kehilangan gay a prategang, yang akan diuji dengan memakai contoh
so al.
Seluruh bab ini memakai referensi dari dua buah rekomendasi untuk memperhitung
kan kehilangan gaya prategang: (1) Rekomendasi Komisi PCI (1975) dan (2) Rekomendasi
Komisi ACI-ASCE2 (1979). Rekomendasi dari kedua komisi ini memberikan si perancang
keyakinan b ahwa si perancang merangkumkan setiap kehilangan gaya prategang untuk jum
lah keseluruhan yang cukup teliti. Perubahan pada bahan terhadap waktu dan interaksi
antara bermacam-macam sumber kehilangan gaya prategang menambah rumitnya persoalan
jika kita ingin mencari penyelesaian yang menyeluruh, dan program komputer telah dibuat
untuk memecahkannya. 3,4, 5
Met ode Komisi ACI-ASCE ( 1979) yang dibahas di dalam bab ini menghasilkan tujuan
yang sama seperti yang dinyatakan oleh Komisi PCI di dalam persyaratan yang dikutip se
belum ini. Kedua pendekatan tersebut berbeda sedikit di dalam mengatasi kehilangan gaya
prategang terhadap waktu seperti akan dibicarakan pada Pasal 4-4. Dengan memakai ke
hilangan gaya prategang secara keseluruhan, persoalan akan lebih mudah, dan pada banyak
rancangan mungkin ini sudah cukup. Beberapa rekomendasi untuk memperkirakan ke
hilangan gaya prategang total diberikan pada Pasal 4-2. Berdasarkan pengalaman, si peran
cang akan mulai dapat memperkirakan besar kehilangan gaya prategang yang akan terjadi
pada keadaan tertentu, dan perkiraan kehilangan gaya prategang total yang masuk akal
mungkin dapat dibuat tanpa mengadakan perhitungan yang rumit dari masing-masing ke
hilangan tersebut.
Notasi yang dipakai dalam bab ini akan mengikuti seperti apa yang telah dipakai se
cara umum, tetapi beberapa terminologi dari Komisi Rekomendasi akan diberikan pada saat
dipakai.

4-2 Perkiraan Kehilangan Gaya Prategang Total


(Lump Sum Estimates for Prestress Loss)

Rekomendasi untuk rancangan struktur beton prategang dikembangkan Komisi 423 ACI
ASCE pada tahun 19586 termasuk perkiraan keseluruhan kehilangan gaya prategang.
Mereka menyarankan bahwa kehilangan gaya prategang total dari perpendekan elastis,
rangkak, susut, dan relaksasi (tetapi tidak termasuk gesekan dan pergeseran pada angkur)
pada beton normal besarnya 240 MPa untuk balok-balok pratarik dan 170 MPa untuk
balok pasca-tarik. Nilai-nilai ini diterima secara luas dan dicantumkan pada Peraturan ACI
tahun 1963 b egitu juga pada spesifikasi AASHTO untuk jembatan-jembatan jalan raya
sampai tahun 1975. Sebagian besar rancangan jembatan jalan raya prategang sebelum tahun
1975 (sebagian besar jembatan itu masih berfungsi) dilakukan dengan menggunakan per
kiraan kehilangan total ini. Balok-balok ini umumnya masih dalam keadaan baik. Pem
bahasan Peraturan ACI tahun 1977 membahas nilai-nilai ini, tetapi sekarang diakui bahwa
kedua nilai tersebut tidak dapat mencukupi seluruh keadaan.
Dua rekomendasi perkiraan total yang berlaku telah menggantikan nilai-nilai ini yang
mungkin memberikan nilai taksiran kehilangan gaya prategang yang lebih kecil pada bebe-
Kehilangan Gaya Prategang; Geseka11 79

T ABEL 4-1 Jumlah Kehilangan Gaya Prategang Total AASHTO 7

Jenis Baj .. > , Kehilangan Gay a Prategang Total


':P':.!egang.,. -, :_. f 28 MPa f = 35 MPa
,. -
::-..
=
f -

Strand pratarik 310 MPa

Kawat atau strand


pasca-tarika 220 MPa 230 MPa

Batang ISO MPa 160 Mpa

a
Kehilangan gaya pratcgang akibat gesekan tidak dicantumkan. Kehilangan gaya
prategang akibat gesekan harus dihitung mcnurut Pasal6-5.

rapa keadaan. Tabel4-1 menunjukkan nilai-nilai yang disesuaikan dengan AASHT07 tahun
1975 untuk komponen struktur beton prategang yang umum. Relaksasi baja mungkin di
bawah perkiraan nilai9 terdahulu yang telah digunakan sejak tahun 1958, dan ni1ai-nilai
yang diperbaharui ini umumnya memberikan nilai-nilai kehilangan gaya prategang yang
lebih besar. Perlu diperhatikan bahwa dua ni1ai dari F; digunakan oleh AASHTO dengan
memungkinkan adanya variasi sebesar 3,5 MPa lebih besar atau lebih kecil dari nilai yang
diberikan. The Posttensioning Institute mencantumkan rekomendasi-rekomendasi untuk
keseluruhan kehilangan gaya prategang pada Tabel 4-2 sebagai bagian dari Petunjuk Pasca
tarik (1976). Nilai-nilai jni disesuaikan untuk proyek-proyek yang menggunakan pasca
tarik di mana kehilangan gaya prategang tidak dispesifikasikan oleh perancang.
Perlu diperhatikan bahwa nilai-nilai ini bervariasi cukup berarti pada beton yang di
tegangkan pada kekuatan yang rendah, pada beton dengan gaya prategang yang tinggi atau
pada keadaan yang sangat kering atau sangat basah. Kehllangan gaya prategang akibat gesek
an tidak dimasukkan dalam kehllangan gaya prategang baik pada AASHTO (Tabel 4-1)
maupun pada PTI (Tabel4-2).
Pemakaian perkiraan keseluruhan kehilangan gaya prategang seperti yang diuraikan
di atas direkomendasikan hanya untuk keadaan umum di mana keadaan rata-rata membuat
nya tidak perlu untuk membuat pendekatan kehilangan gaya prategang tiap sumber seperti

T ABEL 4-2 Nilai-nilai Pendekatan Kehilangan Gaya Prategang


Sist em Pasca-tarik 8
f';, ':"'"t;.-
-=-... .,
Material Tendon Kehilangan Gaya Prategang-psi

:
.
Pasca-tarik Pelat Balok dan BalokAriak
'
.
'" w . .. .<

Strand stress relieved


270 dan k(!wat stress
relieved 240 210 MPa -240 MPa

Batang 140 MPa 170 MPa

a
Kehilangan gaya prategang akibat gesekan tidak dicantumkan. Nilai rata-rata kekuatan
beton, dcrajat prategang dan kondisi-kondisi luar.
80 Desain Struktur Be ton Praregang

diterangkan pada bagian selanju tnya. Dari pengalaman-pengalaman, perkiraan jumlah total
kehilangan gaya prategang untuk keadaan di atas cukup memuaskan, akantetapi diakui
bahwa pada rancangan tertentu harus dibuat perkiraan yang lebih baik.

4-3 Perpendekan Elastis Beton


Bagian ini dimulai dengan pertimbangan kehilangan gaya prategang akibat masing-masing
sumber. Pertama-tama ditinjau beton pratarik. Pada saat gaya prategang dialihkan ke beton,
komponen struktur akan memendek dan baja prategang turut memendek bersamanya. Jadi
ada kehilangan gaya prategang pada baja. Pertama-tama tinjaulah hanya perpendekan beton
searah sumbu yang diakibatkan oleh prategang (pengaruh lenturan beton akan ditinjau
belakangan), kita mendapat

" fc
Perpendekan satuan u = E
c

di mana F0 adalah gaya prategang total segera setelah peralihan, yaitu setelah terjadi per
pendekan. Kehilangan gaya prategang pada baja adalah

(4-1)

Nilai F0, gaya prategang setelah peralihan, tidak dapat diketahui dengan tepat. Tetapi
ketepatan tidak perlu dalam perkiraan nilai F 0, karena kehilangan akibat perpendekan ini
hanya beberapa persen saja dari total gaya prategang, jadi kesalahan dari beberapa persen
dalam perkiraan praktis tidak bcrarti. Selanjutnya harus diingat bahwa nilai Ec tidak dapat
diduga dengan tepat. Akan tetapi, karena nilai dari gaya prategang mula-mula F; biasanya
diketahui, penyelesaian teoretis dapat diperoleh dengan teori elastis . Dengan menggunakan
metode transformasi penampang, dengan A1 = AF + nA5, diperoleh

nF
ES= I

Ac+nAs
nF,
FS=- (4-2)
Ar

Dari Persamaan (4.-1) dan (4-2) di atas, kita memperhatikan bahwa perubahan tegangan
baja pada peralihan prategang adalah benar-benar tegangan beton pada baja, dikalikan
dengan n = E5/E c. Bila lenturan pada komponen struktur yang diakibatkan oleh beratnya
sendiri dan momen yang diakibatkan oleh eksentrisitas gaya prategang terjadi pada kom
ponen struktur , kita dapat menggunakan Persamaan (1-5) pada Bab 1 untuk membuat per
h.itungan seperti ini:
Kehi/angan Gaya Prategang; Gesekan 81

(1-5)

Sifat-sifat penampang bet on keseluruhan (bruto) dapat digunakan 1 2 di sini untuk mem
peroleh tegangan beton pada baja seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1-14. Dengan
beratnya sendiri saja, yang bekerja sebesar w0, kita dapat menghitung Ma yaitu momen
pada penampang yang akan kita cari kehilangan gaya prategangnya. Karena kita ingin men
cari tegangan pada baja, kita ketahui bahw y = e, jadi

F Fe2 M0e
fclr=
-- -
(4-3 )
A+- 1-

di mana fci.- = tegangan beton pada baja akibat gaya prategang F

Analisis eksak seara teroretis akan menggunakan penampang yang ditransformasikan


untuk analisis elastik, tetapi dapat ditunjukkan (lihat Bab 5) bahwa sifat penampang ke
seluruhan akan memberikan hasil yang sama dengan perhitungan yang lebih sederhana.
Komisi ACI-ASCE dan Komisi PCI mengusulkan pemakaian penampang keseluruhan. Gaya
prategang, F, pad a Persamaan (4-3) seharusnya menjadi perkiraan dari gay a yang ada segera
setelah peralihan. Kita mungkin mengetahui gaya awal, F;, untuk penarikan untaian kawat
di antara dinding penahan seperti terlihat pada Gambar 4-1, tetapi kehilangan elastis, ES,
akan langsung menguranginya pada saat peralihan, y aitu saat untaian kawat dipotong. Kita
akan mendapat ketelitian yang cukup untuk sebagian besar keadaan jika dianggap kehilang
an gaya prategang adalah I 0% untuk sebuah balok pratarik di mana peralihan pada seluruh
kabel terjadi pada saat yang bersamaan. Bab 5 menunjukkan prosedur analisis untuk me
meriksa ha! ini lebih seksama, tetapi biasanya tidak perlu dilakukan. Jadi dapat kita peroleh
dari Persamaan (4-3) tegangan beton akibat F0 0,9F; (komponen struktur pratarik) se
=

bagai berikut:

(4-4)

di mana fcir tegangan beton pada garis yang melalui titik berat baja (c.g.s) akibat gaya
prategang yang efektif segera setelah gaya prategang telah dikerjakan
pada beton.

Perpendekan elastis baja dapat ditulis dalam bentuk umum sebagai berikut:
f
ES =!l f.s = nJc"
.r . =. (4-5)
E Cl

di mana n perbandingan mo.dulus pada saat peralihan, Es/Eci


fcir tegangan beton dari Persamaan (4-4)
Es 200.000 MPa

CONTOH 4-1

Komponen struktur oetoh pratarik yang lurus dengan panjang 12,2 m, mempunyai penam
pang berukuran 380 X 380 mm, diberi gaya prategang secara konsentris dengan baja seluas
780 mm2, yang diangkurkan ke dinding penahan dengan tegangan 1.035 MPa (Gambar 4- 1 ) .
Jika Eci =33.000 MPa dan Es = 200.000 MPa, hitung kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastik beton pada saat peralihan prategang.
82 Desain Struktur Beton Prategang

L 12 m
:,...____
.__
=
-
380 mm

Komponen struktur pratarik

380m < 13
Penampang
komponen
Dinding Dinding struktur
penahan penahan

Gtmbar 4-l. Contoh 4-1.

Penyelesaian

F; = 1035 X 780 = 807.300 N

( a) Dengan menggunakan analisis e1astik dengan penampang yang ditransformasikan,


perubahan tegangan baja pada saat peralihan ada1ah:

n f; 6XR07.300
ES=!::.f, = - 33MPa (4 -2)
A t
+ nA \
143.620+6X7RO

Tegangan baja = 103 5 - 3 3 = 1002 MPa


(b) Dengan menggunakan Persamaan (4-4) dengan memperkirakart F0 0,9 F; diper
o1eh F0 =(0,9)(80 7 .300) 726.570 N,
=

, E, F,.l 6X726.570
LS=!::. f,= (f..,= n A = =30MPa (4-5)
"
3ROX3HO

Tegangan baja = 1035-30 = 1005 MPa

Perhatikan bahwa secara teoretis tegangan yang tingga1 segera sete1ah peralihan ada1ah
1002 MPa sementara persamaan pendekatan (4-5) memperkirakan lOOS MPa yang sangat
memadai untuk perancangan.

Untuk sistem pasca-tarik, persoalannya berbeda. Jika hanya ada sebuah tendon pada
komponen struktur pasca-tarik, beton memendek saat tendon diangkurkan terhadap beton.
Karena gaya pada kabel dihitung setelah perpendekan elastik terhadap beton teijadi, tidak
ada kehilangan gaya prategang akibat perpendekan yang perlu dihitung.
Jika tendon yang dimiliki lebih dari satu dan tendon-tendon tersebut ditarik secara
berturutan, maka gaya prategang secara bertahap bekerja pada beton, perpendekan beton
bertambah apabila setiap kabel diikatkan padanya, dan kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastis berbeda-beda pada tendon. Tendon yang pertama ditarik akan meng
alami kehilangan terbesar akibat perpendekan beton karena gaya prategang yang bekerja
berurutan sampai ke seluruh kawat yang lain. Kawat yang ditarik terakhir tidak akan meng
alami kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton, karena seluruh perpen
dekan telah terjadi pada saat gaya prategang di tendon terakhir diukur. Perhitungan ke
hilangan gaya prategang semacam ini dapat dibuat cukup rumit. Tetapi, untuk maksud
maksud praktis, cukup teliti bila ditentukan kehilangan gaya prategang dari kawat pertama
dan mengambil separuh dari nilai itu untuk kehilangan gaya prategang rata-rata seluruh
kawat ini. Hal ini ditunjukkan pada Contoh 4-2.
Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 83

CONTOH 4-2

Ambillah komponen struktur yang sama seperti pada Contoh 4-1, tetapi dengan cara pasca
tarik sebagai pengganti cara pratarik. Anggap bahwa baja dengan 1uas 780 mm2 terdiri dari
4 tendon dengan luas 195 mm2 untuk tiap-tiap kabel. Tendon-tendon itu ditarik satu per
satu dengan tegangan sebesar 1035 MPa. Hitung1ah kehi1angan gaya prategang akibat per
pendekan e1astik beton.
Penyelesaian Kehilangan tegangan pada tendon pertama terjadi akibat perpendekan
beton yang disebabkan oleh gaya prategang pada 3 tendon 1ainnya. Meskipun gaya pra
tegang berbeda pada ke-3 tendon, akan cukup dekat bila dianggap sebesar I 035 MP a untuk
selu.ruh tendon. Jadi gaya yang menyebabkan perpendekan adalah:

3 X 195 X 1035 = 605.475 N

Kehilangan gaya prategang diberikan oleh Persamaan 4-1 .

nF0 6X605.475
25,2 MPa

380X380
=

f,
= =

A ,.
Perhatikan bahwa tidak perlu untuk menggunakan Persamaan 4-2 yang lebih eksak.
Hampir sama, kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis pada tendon ke
dua adalah 16,8 MPa, pada tendon ketiga 8 ,4 MPa, dan pada tendon terakhir tidak ada ke
hilangan tegangan. Kehilangan tegangan rata-rata untuk keempat tendon akan menjadi

25,2 + 16,8 + 8,4


= 1 2,6 MPa
4

yang menunjukkan kehilangan gaya prategang rata-rata sebesar 12,6/1035 = 1 ,2%, yang
juga dapat diperoleh dengan menggunakan setengah dari kehilangan tegangan pada kabel
yang pertama,

25,2/2 = 1 2 6 MPa
,

Metode perhitungan di atas menganggap bahwa kabel-kabel ditarik secara berturut


turut dan masing- masing ditarik dengan nilai yang sama besar seperti ditunjukkan oleh
manometer atau dinamometer. Sangat mungkin untuk menarik kabel-kabel dengan gaya
prategang awal yang berbeda, dengan memasukkan masing-masing jurnlah kehilangan gaya
prategang ke dalam perhitungan, sedemikian sehingga seluruh kabel akan berakhir dengan
gaya prategang yang sama besar setelah dikurangi dengan kehilangannya. Dengan meninjau
contoh di atas, jika kabel pertama harus ditarik dengan tegangan sebesar 1060 MPa, yang
kedua 1052 MPa, yang ketiga 1043 MPa, dan yang terakhir 1035 MPa, pada saat proses
prategang selesai, semua tendon akan mengalami tegangan sebesar1035 MPa. Prosedur se
macam ini, meskipun secara teoretis disukai, jarang dipakai karena akan menambah kesulit
an di l<ipangan. Bila terdapat banyak tendon dan perpendekan elastik beton cukup berarti,
kadang-kadang lebih baik membagi tendon-tendon menjadi tiga atau empat group; setiap
group akan diberikan sejurnlah penarikan yang berlebih dan yang berbeda-beda sesuai
dengan urutan penarikannya.
Dalam praktek yang sesungguhnya, salah satu dari kedua metode berikut ini diguna-
kan.

L Tarik seluruh tendon sampai ke gaya prategang awal (yaitu sampai 1035 MPa pada
Contoh 4-2) dan izinkan untuk terjadi kehilangan gaya prategang rata-rata pacta pe
rancangan (yaitu 13 MPa pacta Contoh 4-2).
,

/
84 Desain Struktur Beton Prategang

2. Tarik seluruh tendon sampai ke nilai yang melebihi gaya prategang awal dengan besar
nya kehilangan tegangan rata-rata (yaitu, 1035 + 13 1048 MPa pada Contoh 4-2).
=

J adi, pad a rancangan, kehilangan gay a prategang akibat perpendekan elastik beton
tidak ditinjau 1agi.

Jika kehilangan gaya prategang akibat sumber ini tidak berarti, cara pertama yang di
ikuti. Jika baja dapat menahan penarikan yang lebih besar, dan jika dikehendaki gaya pra
tegang efektif yang besar, cara kedua dapat diterima. Pembahasan di atas menerangkan
suatu keadaan di mana gay a prategang pada tendon diukur dengan manometer atau dinamo
meter dan diperiksa dengan mengukur pertambahan panjang yang terjadi. Pacta keadaan
lain, gay a prategang diukur dengan pertam bahan panjang, gage hanya digunakan se bagai
suatu pengecekan tambahan. Pemilihan cara di atas tergantung pada banyak faktor, peng
alaman di lapangan, ketelitian yang berbeda dari alat-alat yang dipakai, tetap atau tidaknya
modulus elastisitas baja, jumlah gesekan pada tendon, juga pada sistem prategang yang di
gunakan.
Rekomendasi ACI-ASCE untuk kehilangan elastik memperhitungkan pengaruh pe
narikan yang berturut-turut pada kehilangan elastik, seperti dijelaskan pada Contoh 4-2,
dengan mengubah Persamaan (4-5) sebagai berikut.

"
,, =
K es E 'E
J;" (4-6)
('/

di tnana Kes = 1,0 untuk komponen struktur pratarik (Contoh 4-1)


Kes = 0,5 untuk komponen struktur pasca-tarik bila kabel-kabel secara berturut
an ditarik dengan gaya yang sama
Perhatikan b ahwa pad a Persamaan ( 4-4) untuk fc;,., gay a awal diubah menjadi F0 0,9F; =

untuk komponen struktur pratarik yang mempunyai kehilangan seketika ES = b.fs - Kom
ponen struktur pratarik ditarik seperti dijelaskan di atas di mana perpendekan elastik ter
jadi serentak dengan bekerjanya gaya F0 pada tiap-tiap tendon. Hasil dari penarikan ber
urutan, seperti terlihat pada Contoh 4-2, adalah bahwa yang kita butuhkan hanyalah se
paruh gaya F0 dalam menghitungfc;r, jadi faktor Kes 0,5 dalam Persamaan (4-6).
=

4-4 Kehilangan Gaya Prategang Tergantung-Waktu (Umum)


Kehilangan gay a prategang akibat perpendekan elastik pada saat peralihan langsung dihitung
dengan menggunakan sifat bahan dan penampang yang diketahui atau dianggap seperti yang
dibahas di atas. Pengaruh waktu tidak langsung dimasukkan ke dalam perhitungan itu.
Beton dianggap mempunyai kekuatan awal /; dalam memperkirakan Ec untuk digunakan
dalam perhitungan perpendekan elastik. Waktu d ari pengecoran sampai menjadi beton pra
tegang mungkin penting dalam perancangan konstruksi untuk menjamin bahwa kekuatan
mula-mula akan dicapai. Tetapi perpendekan elastik terjadi seketika pada saat peralihan dan
tidak tergantung dari sumber-sumber kehilangan yang lain yang mungkin terjadi setelah itu.
Kehilangan gaya prategang akibat rangkak dan susut beton serta relaksasi baja kedua
duanya dapat tergantung pada waktu dan saling bergantungan. Bahan-bahan mempunyai
sifat tergantung pada waktu (dijelaskan pada Bab 2). Pengaruh-pengaruh tersebut menjadi
saling bergantungan pada komponen struKtur beton prategang. Setelah peralihan gaya pra
tegang ke beton, baik baja maupun beton akan mengalami tegangan terus-menerus yang
berubah-ubah terhadap waktu. Untuk menghitung besarnya perubahan terhadap waktu, di
gunakan cara tahap-demi-tahap yang menghitung perubahannya pada selang waktu yang
berturutan.
Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 85

Suatu cara yang disebut laj u-rangkak digunakan untuk menyelidiki pengaruh serentak
dari rangkak, susut, dan relaksasi baja te rhadap waktu_ Cara in i menggunakan d at a percoba
an di laborat orium dengan mengan1 bil tegangan konstan untuk rangkak dan susut. Karena
tegangan pada komponen struktur beton prategang berubah terhadap waktu akibat ke
hilimgan gaya prategang, kurva yang mutus untuk rangkak dan susut terhadap waktu di
u b ah ke fungsi tahap dengan membagi waktu ke dalan1 selang waktu y ang pendek di m an a
regangan dianggap konstan. Pengaruh-pengaruh pada permulaan selang waktu diketahui dan
perubahan-perubahan dalam selang waktu dapat dihitung untuk memperoleh kehilangan
gaya prategang total pada selang waktu yang pendek. lni menghasilkan cara tahap- demi
tahap di mana kehilangan gaya prategang terhadap waktu diakumulasikan sebagai selang
waktu pendek yang terjadi berturut-turu t . Program komputer telah dikembangkan untuk
mengatasi banyaknya perhitungan yang ada pada cara ini. 3 , 4 , 5
Komisi P C I untuk Kehilangan Prategang telah mengembangkan suat u cara yang mem
bagi-bagi riwayat komponen struktur beton prategang menjadi minimum dalam empat
tahapan waktu (lihat Tabel 4-3 ). Cara ini disebut Metode Umum . 1 Perhitungan kehilangan
gaya prategang dapat dibuat tanpa program komputer dengan melihat berbagai tabel yang
dikembangkan untuk sifat-sifat bahan-bahan tertentu yang memperhitungkan pengaruh
waktu . Pengarang telah menggunakan Me to de Umum PCI untuk balok seperti pada Contoh
4-5 dan kehilangan gaya pra tegang terhadap waktu diperlihatkan. Metode Umum PCI cu
kup menyederhanakan p erilaku sebenarnya dari komponen struktur untuk memper
timbangkan faktor-faktor pen ting yang mempengaruhi kehilangan tegangan terhadap waktu
tanpa menggunakan program komputer. Metode ini mudah untuk dibentuk pada kom L .. er
kecil yang tersedia. Pendekatan yang dilakukan oleh metode PCI adalah untuk menyelesai
kan kehilangan gaya prategang akibat setiap sumber dalam selang waktu yang dibagi-bagi,
d i mana kehilangan total me rupakan jumlah kehilangan gaya prategang dari selang waktu
yang lebih pendek.
Metode ini mungkin perlu untuk situasi desain khusus di mana terj a di perubahan pada
pembebanan yang cukup berarti. Keadaan semacam ini menghendaki tambahan selang

1
TABEL 4-3 Selang waktu minimum
. .
Waktu permulaan, Waktu akhir,
Langkah , t1 ' - t
. -
.

Pratarik :
pengangkuran
b"aj a yang diberi
gaya prategang
Umur saat beton diberi
gaya prategang
Pasca-tarik :
akhir dari pe-
meliharaan beton

2 Akhir Langkah I Umur = 30 hari, atau waktu


pacta saat komponen struk-
tur dibebani oleh beban
berat selain beratnya sen-
diri

3 Akhir Langkah 2 Umur = I tahun

4 Akhir Langkah 3 Akhir masa berfungsinya


86 Desain Struk tur Beton Prategang

waktu di samping minimum empat tahapan waktu dari Tabel 4-3 Untuk memperkirakan
kehilangan gaya prategang akibat pengaruh waktu, be ban jangka-panjang harus diperkira
kan serealistis-realistisnya. Beban akibat muatan sebenarnya mungkin berubah-ubah, tetapi
beberapa perkiraan dari pengaruh waktu pada bagian beban hidup yang akan ada untuk
waktu yang lama harus dibuat. Pemeriksaan tegangan yang dihasilkan oleh beban kerja
penuh dalam waktu singkat harus dibuat, tetapi itu dapat dihitung dengan cara elastis se
derhana. Jarang beban hidup penuh digunakan dalam menghitung kehilangan gaya pra
tegang terhadap waktu .
Metode yang disederhanakan untuk menghitung kehilangan gaya prategang juga di
masukkan pada rekomendasi Komisi PCI untuk Kehilangan Gaya Prategang. Metode ini
dapat menghemat waktu dan menghasilkan perkiraan yang sangat masuk akal dari kehilang
an total gaya prategang untuk situasi perancangan yang rutin. Persamaan-persamaannya
diberikan untuk menghitung kehilangan gaya prategang total langsung, tetapi persamaan
yang cocok harus dipilih untuk situasi perancangan tertentu.
Perkiraan lendutan terhadap waktu yang mengikutsertakan pengaruh-pengaruh yang
tergantung dari waktu dan m enghasilkan kehilangan gaya prategang akan dibahas di dalam
Bab 8. Lendutan dan kehilangan gaya prategang terjadi bersama-sama dan beberapa pro
gram komputer untuk metode laju-rangkak memperhitungkan pengaruh itu secara seren
tak. 345 Akan tetapi dengan pengertian yang sama, perhitungan kehilangan gaya prategang
yang "eksak" tidak diharuskan atau bahkan tidak mungkin, dan perhitungan lendutan
eksak terhadap waktu juga tidak diharuskan. Perkiraan lendutan akhir d iperlukan u ntuk
menjamin hasil yang memuaskan dan hal ini membutuhkan perkiraan kehilangan gaya p ra
tegang total.
Dalam pembuatan komponen struktur pratarik, kehilangan akibat perpendekan elastik
dapat digantikan, y aitu dengan menarik baja sedikit lebih tinggi dari tegangan yang dike
hendaki pada waktu p eralihan y aitu saat untaian kawat dipotong. Pada sistem pasca-tarik,
kehilangan elastik ini dapat dihitung dan juga dapat digantikan. Tetapi pengaruh terhadap
waktu tidak dapat diim bangi. Tidak mungkin untuk menarik kawat atau untaian kawat se
cara berlebihan untuk mengimbangi kehilangan terse but karena akan terjadi tegangan awal
yang sangat tinggi pada baja yang menambah kehilangan gaya prategang akibat relaksasi
atau mendekati titik lelehnya. Tegangan-awal beton y ang lebih tinggi juga akan menambah
kehilangan gaya prategang akibat rangkak pada beton, membuat kehilangan total berlebih
an. Jika baja tidak direkatkan, kadang-kadang dimungkinkan untuk menarik kembali baja
setelah kehilangan gaya prategang terjadi. Didapat di dalam praktek bahwa hal itu cukup
mahal dan tidak dikehendaki, dengan pengecualian pada beberapa situasi khusus di mana
gaya prategang telah dilakukan secara bertahap u ntuk mengatasi pertambahan beban. Pe
narikan akan bertahap dengan perimbangan b eban yang permanen.
Persamaan dalam metode Komisi ACI-ASCE2 untuk memperkirakan kehilangan te
gangan tendon awal yang diakibatkan oleh rangkak (creep) dan susut (shrinkage) akan di
bahas pada bagian berikut dan digunakan pada Contoh 4-5 untuk memperlihatkan prosedur
perhitungan. Metode ini dikembangkan untuk memperkirakan kehilangan gaya prategang
akibat pengaruh waktu tanpa menguraikan perilaku balok ke dalam beberapa selang waktu
seperti yang disyaratkan oleh Metode Umum PCI yang telah dijelaskan di atas. Makalah
yang disampaikan 2 Metode Komisi ACI-ASCE berisi perbandingan hasil-hasil dati kehilang
an tegangan kabel yang dihitung dengan persamaan yang relatif sederhana dengan yang di
hasilkan oleh program percobaan . 5 Perbandingan-perbandingan ini menunjukkan bahwa
hasil-hasil yang sangat disukai adalah dengan perhitungan yang lebih sederhana daripada
dengan Metode PCI seperti digambarkan pada Contoh 4-5 di bab ini.
Metode Komisi ACI-ASCE kurang terbatas jika dibandingkan dengan Metode PCI yang
disederhanakan, dan pengarang merasa itu cukup dalam memperkirakan kehilangan tegang
an tendon untuk sebagian besar balok prategang tanpa memakan waktu yang lama seperti
Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 87

Metode Umum PCI atau program komputer. Interaksi telah dipertimbangkan dalam me
nyusun bennacam-macam koefisien yang digunakan, jadi lebih baik dari metode sederhana
yang menjumlahkan perkiraan kehilangan tegangan baja dari masing-masing perpendekan
elastik, rangkak, dan susut dari beton bersama-sama dengan relaksasi b aja.

4-5 Kehilangan Gaya Prategang Akibat Rangkai< Beton


Sifat beton untuk mengalami tambahan regangan akibat beban tetap (mati) dijelaskan pada
Bab 2. Gambar 2-3, menunjukkan variasi perbandingan rangkak terhadap waktu, memberi
kan ide dari sifat alamiah rangkak. Komisi PCI menganggap bahwa persentase rangka ter
hadap waktu serupa dengan kurva rata-rata pada gambar ini, tetapi telah ditekankan bahwa
variasi yang cukup berarti telah dilaporkan oleh beberapa penyelidik lain. Kurva atas dan
bawah dari Gambar 2-3 menggambarkan variasi ini dan mengingatkan bahwa yang dilaku
kan adalah memperkirakan tegangan pada tendon akibat rangkak, CR, dan bukan membuat
perhitungan yang tepat.
Banyak faktor yang mempengaruhi perbandingan rangkak. Metode Umum PCI mem
punyai cara memodifikasi, untuk memasukkan ke dalam perhitungan hal-hal berikut ini:
perbandingan volume terhadap permukaan, umur beton pada saat prategang, kelembaban
relatif, dan jenis beton (beton-ringan atau normal). Komisi ACI-ASCE memperkirakan hal
hal yang paling penting seperti di bawah ini. Tegangan beton pada baja adalah fcir. segera
setelah peralihan seperti dijelaskan pada pasal terdahulu, ( 4-4). Balok memberikan respons
yang elastik terhadap gaya prategang pada saat peralihan, tetapi rangkak pada beton akan
terjadi untuk jangka waktu yang lama akibat beban yang terus-menerus bekerja.
Rangkak dianggap trjadi dengan beban mati permanen yang ditambahkan pada kom
ponen struktur setelah beton diberi gaya prategang. Bagian dari regangan tekan awal di
sebabkan pada beton segera setelah peralihan gaya prategang dikurangi oleh regangan tarik
yang dihasilkan dari beban mati permanen. Kehilangan gaya prategang akibat rangkak
untuk komponen struktur dengan tendon terekat dihitung dari persamaan berikut (untuk
beton dengan berat normal):

E
r _r
CR=Ker _!_ ( Jcir Jcds
) (4-7)
c

di m ana Kcr 2,0 untuk komponen struktur pratarik


Kcr
=

= 1,6 untuk komponen struktur pasca-tarik


fds = tegangan beton pada titik berat tendon akibat seluruh beban mati yang
bekerja pada komponen struktur setelah diberi gaya prategang
8 modulus elastisitas tendon prategang
Ec
=

= modulus elastisitas beton umur 28 hari, yang bersesuaian dengan f

Dengan be ton pasir-ringan, nilai Kcr dikurangi sampai 20%. Terdapat jumlah kehilang
an gaya prategang yang cukup berarti akibat perpendekan elastis beton pasir-ringan karena
modulus elastisitasnya le bih rendah, mengakibatkan pengurangan keseluruhan koefisien
rangkak. Untuk komponen struktur yang dibuat seluruhnya dari beton-ringan, pertin1bang
an khusus harus diberikan pada sifat-sifat agregat beton-ringan. 2
Untuk tendon-tendon yang tidak terekat, tegangan tekan rata-rata digunakan untuk
mengevaluasi kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis dan rangkak beton. Kehilang
an tegangan pada tendon yang lidak terekat dihubungkan dengan regangan komponen
struktur rata-rata dan bukan dengan regangan pada titik momen maksimum. Jadi
88 Desain Stru ktur Beton Pra tegang

(4-8)
di mana fcpa = tegangan tekan rata-rata pada beton sepanjang komponen struktur
pada titik berat tendon.

4-6 Kehilangan Gaya Prategang Akibat Susut Beton


Susut pada beton dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rangkak; dan perhitungan-per
hitungan kehilangan gaya prategang dari sumber ini akan menggambarkan yang mana hal
hal yang paling penting: perbandingan antara volume dan permukaan, kelembaban relatif,
dan waktu dari akhir curing* sampai dengan bekerjanya gaya prategang. Karena susut
tergantung dari waktu (lihat Gambar 2-4 untuk kurva perbandingan susut terhadap waktu),
kita tidak mengalami 100% kehilangan tegangan batas dalam beberapa tahun, tetapi 80%
terjadi pada tahun pertama. Seperti pada rangkak, ada variasi bagian atas dan bagian bawah
dari nilai regangan susut rata-rata, yang diambil sebesar 550 X w6 inci/inci. Faktor-faktor
m,odifikasi untuk perbandingan volume terhadap permukaan (V/S) dan kelembaban relatif
(RH) diberikan di bawah ini:

f.sh = 550 X 10 -6( 1-0,06 ) (1 ,5 - 0,015RH)

=8,2xl0-6(1-0,06 )(100-RH) (4-9)

Kehilangan gaya prategang akibat susut adalah hasil susut relatif, Esh, dan modulus
elastisitas dari baja prategang. Pada beberapa macam beton, terutama beton-ringan, susut
batas dasar lebih besar dari nilai yang digunakan di atas. Satu-satunya faktor lain yang ter
dapat pada persamaan kehilangan gaya prategang akibat susut, Persamaan (4-1 0), adalah
koefisien Ksh yang menggambarkan fakta bahwa komponen struktur pasca-tarik akan lebih
menguntungkan akibat susut yang terjadi sebe1um penarikan sistem prategang (Tabel 4-4).
Nilai ini akan menjadi 1 ,0 untuk balok pratarik dengan pengalihan gaya prategang yang
cepat pada tendon yang direkatkan, tetapi untuk balok pasca-tarik mungkin ada pengurang
an susut yang cukup berarti. Sebagai contoh, jika pasca-tarik dilakukan 5 hari setelah se
lesainya masa perawatan basah (moist curing), dipero1eh Ksh 0,80, atau hanya 80% dari
=

susut yang terjadi untuk balok pratarik.

(4-10)

TABEL 4-4 Nilai Ksh untuk k om po nen struktur pasca-tarik

*Perawatan.
Kehilangan Gaya Pra tegang; Gesekan 89

4-7 Kehilangan Gaya Prategang Akibat Relaksasi Baja


Percobaan-percobaan pada baja prategang9 dengan perpanjangan yang konstan dan dijaga
tetap pada suatu selang waktu memperlihatkan bahwa gaya prategang akan berkurang se
cara perlahan-lahan seperti terlihat pada Gambar 4-2. Besarnya pengurangan tergantung
pada lamanya waktu dan perbandingan [p;/[py. Kehilangan gaya prategang ini disebut
relaksasi. Dapat dilihat dari percobaan-percobaan bahwa sumber kehilangan ini lebih ber
arti dari anggapan sebelum tahun 1963. Kehilangan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

J;,
f;,;
= 1-
log
(
f;,;
10 J;,y
1 - o,ss ) (4-11)

Dengan selang waktu antara saat penarikan t 1 pada pelataran kerja (seperti terlihat
pada Gambar 4- 1 ) dan waktu t pada saat kita ingin memperkirakan gaya yang tertinggal,
dapat dituliskan persamaan berikut.

J;, ( log t - log t 1 ) ( f;,; )


.
_ _ _

fPI fpy 0,55


-1 (4-12)
10

di mana log t merupakan bilangan dasar 1 0 dan[p;/[py lebih dari 0,5 5 . 9


Peraturan PCI membatasi besarnya gaya prategang awal (segera setelah pengangkuran)
sebesar [pi ==0,7[pu Dari Gambar 4-2 jelaslah bahwa makin besar tegangan-tetap akan
menghasilkan kehilangan tegangan akibat relaksasi yang makin besar pula. Ini adalah salah
satu alasan untuk membatasi tegangan awal maskimum. Penggunaan untaian kawat dengan
relaksasi yang rendah akan saP.gat mengurangi kehilangan tegangan dan makin banyak di
pakai secara meluas. Beberapa kondisi rancangan menghendaki jaminan pemakaian bahan
ini untuk mengurangi kehilangan gay a prategang akibat relaksasi (kira-kira maksirnum 3,5 %),
walaupun biayanya sedikit lebih besar bila dibandingkan dengan untaian kawat stress
relieved.
Sebenarnya balok prategang mengalami perubahan regangan baja yang konstan di da
lam tendon bila terjadi rangkak yang tergantung p ada waktu, dan kita harus memodiflkasi
perhitungan kehilangan tegangan akibat relaksasi, RE, untuk mencerminkan hal itu. Komisi
PCI memakai serangkaian langkah untuk menyelesaikan Persamaan (4-2) dan menjumlah-

1 00 1000
Waktu, jam

Gambar 4-2. Kurva relaksasi baja untuk kawat dan strand stress-relieved.
90 Desain Struktur Beton Prategang

TABEL 4-5 Nilai-nilai Kre dan J

Tipe tendona Kre(MPa) J

Strand atau kawat stress-relieved


derajat 1 860 MPa 1 38 0, 1 5
Strand atau kawat stress-relieved
derajat 1 720 MPa 1 28 0, 1 4
Kawat stress-relieved derajat 1 655 MPa
atau 1 620 MPa 121 0, 1 3
Strand relaksasi-rendah d erajat 1 860 MPa 35 0,040
Kawat re1aksasi-rendah derajat 1 720 MPa 32 0,037
Kawat relaksasi-rendah derajat 1 655 MPa
atau 1 620 MPa 30 0,035
Batang stress-relieved derajat 1 000 MPa
atau 1 1 00 MPa 41 0,05

TABEL 4-6 Nilai-nilai C

Batang stress-relieved
atau
Strand atau kawat Strand atau kawat
stress-relieved relaksasi-rendah

0,80 1 ,28
0,79 1 ,2 2
0,78 1 ,16
0,77 1 ,1 1
0,76 1 ,05
0,75 1 ,45 1 ,00
0,74 1 ,36 0,95
0,73 1 ,27 0,90
0,72 1 ,1 8 0,85
0,71 1 ,09 0,80
0,70 1 ,00 0,75
0,69 0, 94 0,70
0,68 0,89 0,66
0,67 0,83 0,61
0,66 0,78 0,57
0,65 0,73 0,53
0,64 0,68 0,49
0,63 0,63 0,45
0,62 0,58 0,4 1
0,61 0,53 0,37
0,60 0,49 0,33
Ke/Jilangan Gaya Prategang;Gesekan 91

kan semuanya. Komisi ACI-ASCE menghasilkan yang kurang lebih sama dengan persamaan
sebagai berikut:

RE= [ K,e -J(SH + CR+ ES) ]C (4-13)

di mana Kre J, dan C adalah nilai-nilai yang diambil dari Tabel4-5 dan 4-6.
Akibat perpendekan elastik (kehilangan gaya prategang seketika setelah peralihan) dan
kehilangan gaya prategang yang tergantung pada waktu, CR dan SH, ada pengurangan yang
kontinu pada tegangan tendon, jadi kehilangan gaya prategang akibat relaksasi berkurang.
Persamaan (4 . 1 3) memiliki faktor J dari Tabel 4-5 untuk memperkirakan pengaruh ini.
Konstanta C dari Tabel 4-6 menunjukkan nilai yang lebih kecil untuk untaian kawat
dengan relaksasi rendah daripada untaian kawat yang stress-relieved seperti yang kita harap
kan. Juga, C memperhitungkan perbandingan [pj[py. Tegangan [p; adalah sebelum kehi
langan tegangan akibat ES, CR, SH, dan RE (tetapi setelah kehilangan tegangan akibat
gesekan).

4-8 l<ehilangan Gaya Prategang Akibat Pengangkuran


Untuk kebanyakan sistem pasca-tarik, pada saat tendon ditarik sampai nilai yang penuh
dongkrak dilepas dan gaya prategang dialihkan ke angkur. Perlengkapan di dalam angkur
yang mengalami tegangan pada saat peralihan cenderung untuk berdeformasi, jadi tendon
aapat tergelincir sedikit. Baji gesekan yang dipakai untuk menahan kabel akan sedikit ter
gelincir sebelum kabel dijepit dengan kokoh. Besarnya gelincir ini tergantung dari jenis baji
dan tegangan pada kawat, nilai rata-rata sekitar 2,5 mm. Untuk perletakan pengangkuran

langsung, kepala dan mur mengalami sedikit deformasi pada waktu pelepasan dongkrak.
Nilai rata-rata untuk deformasi semacam itu hanya sekitar 0,8 mm. Jika pengganjal panjang
dibutuhkan untuk menahan kawat yang diperpanjang di tempatnya, akan ada deformasi
pada pengganjal pada saat peralihan gaya prategang. Sebagai contoh, sebuah pengganjal se
panjang 0,3 m boleh berdeformasi sebesar 0,3 mm.
Di banyak pabrik pratarik, kehilangan gaya prategang akibat angkur digantikan selama
operasi penarikan. Chuck 'ditempatkan pada posisinya jika penarikan dilakukan dan gaya
pada dongkrak dikalibrasi untuk memastikan bahwa gaya tarik yang diinginkan dikerjakan
sejak awal. Hampir sama dengan itu, banyak sistem pasca-tarik mempunyai sistem dongkrak
di mana gaya positif menekan baji ke dalam untuk menjepit setiap untaian kawat sebelum
melepaskan tarikan ke angkur. Setiap sistem haruslah dikerjakan dengan sangat hati-hati
karena tergantung pada tipe jepitan baji ke tendon baja yang hanya dengan cara menceng
keram kabel atau untaian kawat pada waktu dilepaskan. Variasi yang cukup besar dapat
teijadi dan kehilangan gaya prategang akibat angkur mungkin teijadi karena kabel yang
licin dan keras mungkin tidak segera dicengkeram oleh baja sebelum menggelincir dahulu.
Sumber kehilangan gaya prategang ini dapat diperkecil dengan melatih secara hati-hati
teknik penarikan. Peraturan yang cukup baik adalah haruslah diyakini bahwa baji telah
mantap merekat pada baja sebelum melepaskan gaya dongkrak di tendon. Kehilangan gaya
prategang akibat pengangkuran akan dibatasi menjadi pergeseran kecil yang akan teijadi
pada waktu baji mendesak ke dalam dan kemungkinan teijadinya geseran yang besar dapat
dihilangkan.
Rumus umum untuk menghitung kehilangan gaya prategang akibat deformasi peng
angkuran Aa adalah
t),.aE
ANC=D..J.s =- s (4-14)
L
92 Desain Struktur Beton Prategang

Karena kehilangan gaya prategang ini disebabkan oleh jumlah pemendekan keseluruh
an, persentase kehilangan akan lebih tinggi untuk kabel pendek daripada untuk kabel pan
jang. Jadi cukup sulit untuk menarik kawat pendek dengan tepat, terutama untuk sistem
sistem prategang yang kehilangan gaya prategang akibat pengangkuran relatif besar. Sebagai
contoh, pemanjangan total untuk tendon sepanjang 3 m pada 1 03 5 MPa adalah sekitar

1 03 5 X3000
= 1 5 mm
2 1 0.000

dan kehilangan sebesar 2,5 mm akan berarti kehilangan sebesar 17% (ANC). Pada bagian J
lain, untuk kabel sepanjang 30 m, kehilangan disebabkan oleh gelinciran (slip) yang sama
hanyalah 1 , 7%, dan hal itu dapat diizinkan dengan mudah dalam rancangan atau dilawan
dengan sedikit tarikan yang lebih besar.

4-9 Kehilangan atau Pertambahan Gaya Prategang


Akibat Lenturan Komponen

Kehilangan gaya prategal).g akibat perpendekan seragam dari komponen struktur akibat
tegangan aksial dibahas pada Pasal 4-3 . Bila suatu komponen struktur melentur, perubahan
selafijutnya pada prategang akan terjadi: mungkin akan terjadi kehilangan atau pertambah
an gaya prategang, tergantung dari arah lenturan atau letak kabel. Jika ada beberapa kabel
yang ditempatkan pada ketinggian yang berbeda, perubahan gaya prategang pada kabel
kabel tersebut akan berbeda. Jadi lebih disukai untuk mengambil titik berat kabel (garis
c.g.s) sebagai nilai rata-rata dari perubahan gaya prategang.
Perubahan gaya prategang akan tergantung pada jenis prategang, apakah pratarik atau
pasca-tarik, apakah dengan rekatan atau tanpa rekatan. Sebelum kabel direkatkan pada
beton, lenturan komponen struktur akan mempengaruhi gaya prategang kabel. Dengan
mengabaikan pengaruh gesekan, dan regangan pada kabel akan diteruskan ke sepanjang
kabel, dan gaya prategang di tendon akan dimodifikasi secara merata. Setelah kabel direkat
ke beton, setiap lenturan di balok selanjutnya hanya akan mel?pengaruhi tegangan pada
kabel setempat saja, tetapi tidak akan mengubah "sistem prategangnya."
Ambillah sebuah balok sederhana, di mana kabel direkatkan ke beton baik dengan pra
tarik maupun dengan grouting setelah dipasca-tarik (Gambar 4-3). Sebelum ada be ban apa
pun yang bekerja pada balok, balok melendut ke atas, seperti terlihat. Kemudian sebuah
beban eksternal diberikan dan balok melendut ke bawah. Beban eksternal menghasilkan
momen lentur pada balok. Tegangan pada tendon dekat tengah-tengah bentang berubah se
dikit, tetapi pada ujung tidak terjadi perubahan apa pun hila tidak ada perubahan pada
momen lentur di ujung. Jika gaya prategang baja pada beton dipertimbangkan sebagai gaya
yang bekerja di ujung, perubahan tegangan sepanjang balok tidak dipertimbangkan sebagai
perubahan dalam prategang. Setelah kabel direkatkan ke beton, baja dan beton membentuk
satu penampang dan setiap perubahan pada tegangan penampang akibat lenturan mudah
dihitung dengan cara transformasi penampang, sehingga lebih disukai untuk mengatakan
bahwa gaya prategang tidak berubah karena lenturan balok, setelah ada rekatan antara baja
ke beton, meskipun tegangan pada kabel berubah.
Hal yang sama juga berlaku untuk lenturan komponen struktur pratarik akibat pra
tegang dan berat sendiri. Kembali ke Gambar 4-3 , setelah peralihan gaya prategang, balok
melengkung ke atas dan kabel-kabel memendek karena lenturan itu. Dengan alasan yang
sama seperti dibahas di atas, perpendekan kabel-kabel akibat lenturan tidak diperhitungkan
sebagai kehilangan gaya prategang, seperti juga perp anjangan akibat pembebanan tidak di-
Kehilangan Gaya Pra tegang; Gesekan 93

Tendon memendek

Hanya Akibat Gaya Prategang

\ \

Akibat beban merata

1I,: \
L_____ -
1
Parabola

Regangan pada Tendon Akibat Beban Merata

Gambar 4-3. Variasi regangan pada tendon terekat.

perhitungkan sebagai pertambahan gaya dal am gay a prategang. Pada kedua kasus, prategang
yang dibicarakan adalah prategang pada ujung-ujung komponen, yang tidak akan berubah
akibat lenturan .
Untuk balok-balok pasca-tarik dengan rekatan sebelum grouting, lenturan komponen
struktur akan mempengaruhi gaya prategang pada baja. Kembali ke Gambar 4-4, misalkan
kabel ditarik satu per satu dan lendutan ke atas pada balok terjadi sedikit demi sedikit.
Maka kabel yang pertama ditarik akan kehilangan gaya prategang akibat lenturan ini, se
bagai tambahan perpendekan p ada beton akibat gay a prategang aksial. Umumnya, kehilang
an gaya prategang ini sangat kecil dan dapat diabaikan. Tetapi bila lendutan ke atas cukup
berarti, mungkin diinginkan untuk menarik kembali kabel-kabel setelah menyelesaikan pe
narikan pertama atau memperhitungkan teljadinya kehilangan semacam itu dalam rancang
an. K arena adanya lengkungan balok p ad a waktu grouting yang menentukan panjang kabel,
pengaruh rangkak di beton akan memperbesar lengkungan dan harus dimasukkan ke dalam
perhitungan bila diperbolehkan terjadi perubahan dalam prategang.
Untuk balok pasca-tarik di atas dua perletakan dan tanpa rekatan, mungkin ada ke
hilangan gaya prategang akibat lengkung ke atas yang disebabkan oleh prategang, dan
mungkin akan ada pertambahan gaya prategang bila balok dibebani penuh. Jika tendon di
izinkan untuk meluncur dengan bebas di dalam beton, kabel-kabel tersebut akan meman
jang dan memendek di sepanjang balok bila balok melentur. Jika sebuah kabel tidak tetap
jaraknya terhadap garis berat (titik berat penampang beton), perhitungan perubahan pan-

gaya prategang

Gambar 4-4. Komponen struktur pasca-tarik sebelum digrout.


94 Desain Struktur Be ton Prategang

200 mm

L-----
f -- --- - - -fl
--
===--==--= = -
- -- -- -- -

Tampak Balok Penampang

Gambar 4-5. Contoh 4-3.

jang akan cukup sulit. Untunglah hahwa kehilangan atau pertambahan gaya prategang aki
bat sumber ini biasanya tidak lebih dari 2 atau 3% dan ini dapat dipakai sebagai perkiraan
praktis.

CONTOH 43
Sebuah balok beton berukuran 200 mm dan tinggi 450 mm diberi gaya prategang dengan
tendon tanpa rekatan melalui titik yang terletak sepertiga tinggi dari bawah, Gambar 4-5 ,
dengan gaya prategang total awal 640 kN. Hitung kehilangan gaya prategang pada beton
akibat lengkungan ke atas dari balok karena pengaruh gaya prategang, dengan mengabaikan
berat sendiri balok. Es 2 1 0. 000 MPa, Ec 2 8 .000 MPa. Balok ter1etak di atas dua per
= =

letakan.
Penyelesaian Karena prategang yang tidak sentris, pada balok bekerja momen 1entur
merata sebesar
640 X 0 ,075 = 48 kN-m
Tegangan serat beton pada kabel akibat 1enturan ini adalah

My 4 8 X 1 06 X 7 5
= = 2 ,3 7 .MPa tek an
f
=
1
-- ( 200 X 4503 )/! 2

(Perhatikan bahwa tegangan akibat gaya prategang aksial 640 kN tidak termasuk di sini,
j uga luas total beton digunakan untuk penyederhanaan .)
Regangan tekan satuan sepanjang posisi kabe1 ada1ah

2 ,3 7/28 .000 = 8 ,5 X 1 0-s


Kehilangan gaya prategang akibat regangan di atas

8, 5 X 1 0-s X 2 1 0 X 1 0 3 =18 MPa


Akan tetapi, jika ba1ok dibebani gaya prategang saja, rangkak di beton akan cenderung
untuk menambah lendutan ke atas dan kemudian akan menghasilkan kehilangan gaya pra
tegang. Di pihak lain , jika gaya prategang pada tendon diukur sete1ah terjadi 1engkungan
ke atas pada balok, kehilangan gaya prategang akibat 1enturan ba1ok ini tidak per1u diper
tim bangkan .

Perhitungan kehilangan gaya prategang digambarkan dengan komponen struktur ber


penampang-1 melalui Contoh 4-5, pada bab ini. Perhatikan bahwa tegangan baja diperkira
kan pada penampang yang diketahui untuk komponen terekat (penampang di tengah
tengah bentang) dan perubahan tegangan baja akibat lentur dimasukkan ke dalam per
hitungan. Karena perubahan tegangan baja mudah dihitung, maka mungkin dapat dikom-
Kehi/angan Gaya Prategang; Gesekan 95

binasikan dengan pengaruh-pengaruh lain dari setiap langkah perhitungan. Penyempurnaan


perhitungan perubahan tegangan baja akibat lentur mungkin merupakan bagian dari perhi
tungan rasional, tetapi momen tambahan haruslah yang hanya disebabkan oleh beban tam
bahan yang tidak diperhitungkan di dalam beban permanen dan jangka-panjang yang di
ikut-sertakan di dalam perhitungan kehilangan akibat rangkak. Untuk komponen struktur
di mana beban permanen merupakan persentase yang besar dari beban kerja total, koreksi
tersebut sangat sekunder dan mungkin di luar lingkup ketelitian perhitungan kehilangan
gaya prategang dari sumber-sumber lain.

4-10 Kehilangan Gaya Prategang Akibat Gesekan, PertimbanganPraktis

Riset yang ekstensif dan berharga telah dilakukan untuk menentukan kehilangan: gaya pra
tegang akibat gesekan pada beton prategang,10,11 jadi sekarang mungkin untuk memper
kirakan kehilangan gaya prategang seperti itu dengan persyaratan ketelitian. Pertama-tama,
diketahui bahwa ada gesekan pada sistem pendongkrakan dan pengangkuran sehingga te
gangan yang ada pada tendon kurang daripada yang ditunjukkan oleh alat pengukur tekan
an. Ha! ini terutama betul untuk beberapa sistem di mana kabelnya berubah arah pada
pengangkuran. Gesekan yang terjadi pada sistem pendongkrakan dan pengangkuran umum
nya kecil meskipun bukan tidak berarti. ltu dapat ditentukan untuk setiap kasus , jika di
kehendaki, dan penarikan yang berlebih dapat dilakukan pada dongkrak sehingga prategang
yang diperhitungkan akan ada pada tendon. Harus diingat bahwa jumlah penarikan yang
berlebihan harus dibatasi agar tetap berada di dalam titik leleh kawat. Peraturan ACI mem
batasi gaya dongkrak sampai 0,80/pu.
Kehilangan gaya prategang akibat gesekan yang lebih serius terjadi di antara tendon dan
bahan sekelilingnya, baik itu berupa beton atau selubung (sheathing), dan apakah diberi
pelumas atau tidak. Kehilangan gaya prategang akibat gesekan ini dapat dipertimbangkan
pada dua bagian: pengaruh panjang dan pengaruh kelengkungan. Pengaruh panjang adalah
jumlah gesekan yang akan dijumpai jika tendon lurus, tidak diiancang bengkok atau
melengkung. Karena dalam praktek selubung tendon tidak dapat lurus sepenuhnya, gesekan
akan ada di antara tendon dan bahan sekelilingnya meskipun tendon dimaksudkan harus
lurus. Ha! ini dijelaskan sebagai pengaruh turun naiknya selubung (wobbling effect) dan
tergantung dari panjang dan tegangan tendon, koefisien gesekan antara bahan yang bersen
tuhan, dan keterampilan pekerja dan metode yang digunakan dalam meluruskan selubung.
Beberapa nilai pendekatan untuk menghitung kehilangan gaya prategang ini diberikan pada
Pembahasan Peraturan ACI, Tabel4-7.
Kehilangan gaya prategang akibat pengaruh kelengkungan dihasilkan dari kelengkung
an tendon yang diinginkan sebagai tambahan pada penyimpangan turun naiknya selubung.
Kehilangan gaya prategang ini tergantung pula pada koefisien gesekan di antara bahan yang
bersentuhan dan tekanan yang disebabkan oleh tendon pada beton. Koefisien gesekan, pada
gilirannya, tergantung dari kelicinan dan sifat permukaan bidang kontak, jumlah dan sifat
pelumas, dan kadang-kadang pada panjang bidang kontak. Tekanan di antara tendon dan
beton tergantung dari tekanan pada tendon dan perubahan sudut total.
Asosiasi Semen dan Beton Inggris telah mengadakan banyak percobaan dalam suatu
usaha untuk menentukan koefisien gesekan dan pengaruh turun-naiknya kabel (wobble
effect) untuk menghitung kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada sistem:sistem
Freyssinet, Magnel, dan Lee-McCall.10 Juga ditunjukkan bahwa J1 danK akan tergantung
dari sejumlah faktor: tipe baja yang digunakan, apakah itu berupa kabel, untaian kawat,
atau batang; macam permukaan, apakah berlekuk-lekuk atau berulir, apakah berkarat atau
sudah dibersihkan a tau digalvanisasi. Jumlah penggetaran yang digunakan pada pengecoran
96 Desain Struktur Be ton Prategang

TABEL 4-7 Koefisien-koefisien Gesekan untuk Tendon-tendon Pasca-tarika

Koefisien Koefisien
Wobble Kelengkungan
Tipe Tendon K tiap Meter JJ.

Tendon pada se1ubung


logam fleksibel
Tendon kawat 0 ,003 3-0,0049 0 , 1 5- 0 ,25
Strand dengan untaian
7-kawat 0 ,00 1 6- 0,0066 0 , 1 5- 0 ,25
Batang baja mutu-tinggi 0, 0003- 0 ,0020 0,08- 0 ,30
Tendon pada se1ubung
1ogam kaku
Strand dengan untaian
7-kawat 0 ,0007 0 , 1 5 -0,2 5
Tendon yang diminyaki
ter1ebih dahu1u
Tendon kawat dan
strand dengan untaian
7-kawat 0, 0 0 1- 0, 0066 0 ,05- 0 , 1 5
Tendon yang diberi
lapisan mastik
Tendon kawat dan
strand dengan untaian
7-kawat 0 ,003 3- 0 ,00 66 0 ,05- 0, 1 5

a
Pernbahasan Pe,raturan ACI.

beton akan mempengaruhi lurusnya selubung, ukuran selubung, dan b erapa lebih besarnya
dari baja yang ada di dalamnya dan jarak perletakan untuk tendon atau bahan pembentuk
selubung. Masing-masing nilai sangat bervariasi, dan pembaca dipersilakan melihat kepus
takaan 10 jika menginginkan penjelasan yang lebih teliti. Banyak faktor tidak dapat di
tentukan terlebih dahulu, seperti selubung casing yang terbuat dari logam tipis yang mudah
robek sehingga kabel dapat bergeser terhadap beton, a tau ikatan lateral dari kawat pada pe
nampang melengkung, atau pergeseran yang tidak merata dari pemisah karena kabel me
manjang. Beberapa nilai untuk koefisien gesekan dari Pembahasan Peraturan ACI disusun
pada Tabel 4-7, tetapi dimaksudkan hanya sebagian pedoman untuk keadaan normal. Nilai
nilai untuk gesekan yang dapat diperkirakan untuk tipe tendon tertentu dan tipe selubung
tertentu dapat diperoleh dari pembuat tendon yang bersangkutan.
Koefisien gesekan sangat tergantung pada kecermatan pekerjaan di lapangan. Untuk
tulangan tanpa rekatan, lebih baik digunakan pelumas. Kawat yang diminyaki dengan baik
dan secara seksama dibungkus dengan plastik akan memiliki gesekan yang kecil, tetapi jika
adukan bocor melalui bukaan pada tabung, kawat akan macet. Untuk tulangan terekat,
di mana pelumas kadang-kadang digunakan, pelumas harus digunakan secara hati-hati untuk
menghilangkan rekatan yang dapat mempengaruhi grouting. Minyak yang dapat larut dalam
air telah digunakan dengan berhasil untuk mengurangi gesekan saat ditarik, dan pelumas
kemudian dikuras dengan air.
Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 97

Ada beberapa metode untuk mengatasi kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada
tendon. Salah satu diantaranya adalah metode "penarikan-berlebih" (overtension). Bila
gesekan tidak terlalu berlebihan, besamya penarikan-berlebih biasanya dibuat sama dengan
kehilangan gaya prategang akibat gesekan maksirnum. Besamya perpanjangan kawat sehu
bungan dengan penarikan-berlebih tersebut dan gesekan yang diperkirakan juga dapat dihi
tung sebagai pengecekan terhadap yang disyaratkan untuk mengatasi kehilangan gaya pra
tegang akibat pengangkuran atau mengurangi rangkak pada baja. Kita cukup mengambil
nilai yang terbesar dari tiga nilai yang disyaratkan dan mengambil penarikan-berlebih ber
dasarkan nilai terbesar itu. Hal ini disebabkan pada ketiga kasus, penarikan-berlebih terdiri
dari peregangan yang berlebihan dan selanjutnya pelepasan kembali. Harus dipe_rhatikan
bahwa jika sebagian besar gesekan ada di dekat ujung pendongkrakan, penarikan-berlebih
untuk mengirnbangi gesekan tidak akan menghasilkan peregangan-berlebih apa pun pada
bagian utama dari tendon dan oleh karena itu tidak akan berfungsi untuk mengurangi
rangkak.
Pengaruh penarikan-berlebih dengan pelepasan-kembali berturut-turut adalah untuk
mengambil perbedaan gesekan pada arah sebaliknya. Jadi, setelah pelepasan, variasi tegang
an sepanjang tendon mengambil beberapa bentuk seperti pada Gambar 4-6. Bila kehilangan
gaya prategang akibat gesekan merupakan persentase yang tinggi dari prategang, itu tidak
dapat diatasi seluruhnya oleh penarikan berlebih (kurva b, Gambar 4-6), karena jumlah pe
narikan maksimum dibatasi oleh kekuatan atau titik leleh tendon. Bagian kehilangan yang
tidak dapat diatasi harus diperhitungkan dalam rancangan.
Tentunya pendongkrakan dari kedua ujung adalah maksud lain untuk mengurangi ke
hilangan gaya prategang akibat gesekan. Lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di
lapangan tetapi sering digunakan bila tendon panjang atau bila sudut lentur besar. Untuk
balok di atas dua tumpuan, di mana titik kritis ada di tengah-tengah bentang, penarikan
dari kedua ujung tidak akan begitu mempengaruhi pengontrolan prategang pada tengah
tengah bentang meskipun akan sedikit mengubah besarnya lendutan pada balok.

Uju ng

---_-_ -_-_-K_ _ - -e -d-- o-------_ _- _ -_...,


-' -----=
pendongkrakan

T :: 1
Beton prategang /

To
/ Tegangan pendongkrakan sementara
-... Tegangan setelah pelepasan

c
Tegangan pendongkrakan sementara

.g (a) Kehilangan gaya prategang

akibat gesekan yang rendah


"'
-a
"'
l(b) Kehilangan gaya p rategang
a. akibat gesekan
/ yang t inggi
c
m i n imum di sini Tegangan m i n i m u m
"'
01
di sini
Q)
1--

Jarak x

Gambar 4-6. Variasi tegangan pada tendon akibat gaya gesckan.


Desain Struktur Be ton Prategang

4-11 Kehilangan Gaya Prategang Akibat Gesekan,


Pertimbangan Teoretis

Teori dasar dari kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada sebuah kabel sekeliling
lengkungan telah dikenal dalam ilmu fisika. Dalam bentuknya yang sederhana, dapat di
turunkan rumusnya sebagai berikut. Ambillah tendon prategang sepanjang dx yang titik
beratnya mengikuti busur lingkaran dengan jari-jariR, Gambar 4-7, maka perubahan sudut
tendon akibat lengkungan sepanjang dx adalah

dx
da.=
R
Untuk elemen yang kecil sepanjang dx, tegangan pada tendon dapat diambil tetap dan sama
dengan F; maka komponen tegak-lurus dari tekanan yang dihasilkan oleh tegangan F yang
membentuk sudut da adalah

Fdx
N=Fda.=-
R
Jumlah kehilangan gaya prategang akibat gesekan dF sekeliling dx dinyatakan dengan
tekanan dikalikan koefisien gesekan fJ., jadi,

dF= -p.N
-p.Fdx
= -p.Fda.
R
Dipindahkan, maka akan didapat
dF
- = -p.da.
F
Integrasikan ini pada kedua sisi, diperoleh

iogeF= -p.a.
Gunakan batas-batas F 1 dan F2, maka akan diperoleh persamaan gesekan yang konven
sional
(4-15)
karena a= L/R untuk penampang dengan konstanR.

dx
r -1 F-dF do\
PI-
F F
t.
1\'=
.
Fdcx
...
F-dF

. IR
i i
Tekanan Normal N
Akibat Prategang F

\}de.
',,

',\j
Kehilangan Gaya Prategang
A kibat Gese kan , dF

Gambar 4-7. Kehilangan gaya prategang akibat gesekan di sepanjang dx.


Kehilangan Gaya Prategang; Gesekqn 99

Untuk tendon-tendon dengan lengkungan yang jari-jarinya bervariasi, kita perlu


menggunakan persamaan ini pada penampang-penampang yang berbeda untuk memperoleh
kehilangan gaya prategang total.
Persamaan di atas dapat juga digunakan untuk mnghitung kehilangan gaya prategang
akibat gesekan karena bentuk tendon yang turun-naik atau pengaruh panjangnya kabel.
Substitusikan kehilangan KL untuk J1CX pada Persamaan 4-4, diperoleh

logeF = - KL (4- 16)

Jika pengaruh panjang dan lengkungan tendon digabungkan, maka dapat dituliskan se
cara sederhana

logeF = - /)-a- KL
Untuk batas-batas F1 dan F2,
(4- 1 7 )
Atau, dalam satuan tegangan,
(4- 1 7a)

Kehilangan gaya prategang akibat gesekan diperoleh dari persamaan ini. Kehilangan
tegangan baja dinyatakan sebagai FR .f1- .f2, tegangan baja pada pendongkrakan akhir
adalah .f1, dan panjang sampai ke titik yang ditinjau adalah L, Gambar 4-S(a). J adi, diper
=

oleh

(4-18)

Persamaan ini secara teoretis adalah benar dan memasukkan pengurangan tarikan ke
dalam perhitungan dan karena itu juga memasukkan pengurangan tekanan saat tendon
membengkok di sekeliling lengkungan dan sedikit demi sedikit melepaskan tegangannya
akibat gesekan. Akan tetapi, jika perbedaan total antara tarikan pada tendon pada saat awal
dan akhir lengkungan tidak berlebihan (tidak lebih dari 15 atau 20%), persamaan pendekat
an dengan menggunakan tarikan awal pada tendon untuk seluruh lengkungan sudah cukup.
Dengan anggapan ini, rumus yang lebih sederhana dapat diturunkan sebagai ganti bentuk
eksponensial di atas. Jika tekanan normal dianggap konstan, kehilangan gaya prategang
total akibat gesekan di sekeliling lengkungan dengan sudut ex dan panjang L adalah, Gambar
4-8.

fJ-F1L
F2--F1= -fJ-F1a=- R"- (4- 1 9)

Untuk pengaruh panjang dan bentuk turun-naik tendon, dapat disubstitusikan lagi KL
untuk JlCX, jadi,

(4-20)
Untuk menghitung kehilangan gaya prategang total akibat pengaruh lengkungan mau
pun panjang kabel, kedua persamaan di atas dapat digabungkan menjadi

(4-21)
Pindahkan suku-sukunya, diperoleh

(4-22)
100 Desain Struktur Be ton Prategang

h tegangan tari k satuan pada jarak L


f1
=

= tegangan tarik satuan pada ujung


pendongkrakan
fa = tegangan tarik atuan rata-rata
(,1)

//;;;- --fJ.}I -
I

;. ;.c FI
'
(\
H

Tekanan Normal A kibat


Prategang

Kehi langan Gaya Prategang


Akibat Gesekan, 1 cx
(h)

Gambar 4-8. Pendekatan kehilangan gaya prategang akibat gesekan sepanjang kurva lingl:caran.

Kehilangan gaya prategang untuk seluruh panjang tendon dapat ditinjau dari penam
pang satu ke penampang lain, dengan setiap penampailg terdiri dari garis lurus atau leng
kung lingkaran sederhana. Tegangan yang direduksi pada akhir sebuah segmen dapat di
gunakan untuk menghitung kehilangan gaya prategang akibat gesekan segmen berikutnya,
dan seterusnya.
Karena, untuk praktisnya semua komponen struktur beton prategang, tingginya kecil
bila dibandingkan dengan panjangnya, panjang proyeksi tendon yang diukur sepanjang
sumbu komponen struktur dapat digunakan pada waktu menghitung kehilangan gaya pra
tegang akibat gesekan. Demikian pula, perubahan sudut a dinyatakan dengan deviasi trans
versal dari kabel dibagi dengan panjang proyeksinya, keduanya mengacu kepada sumbu dari
komponen struktur. Gambar 4-9 menunjukkan pendekatan a: untuk keadaan ini.

CONTOH 4-4
Sebuah balok beton prategang menerus di atas dua bentang, Gambar 4-1 0 , dan tendonnya
yang melengkung ditarik dari kedua uj ung-uj ungnya. Hitung persentase kehilangan gaya
prategang akibat gesekan, dari ujung yang satu ke pusat balok (A ke E). Koefisien gesekan
di antara tendon dan selubung diambil sebesar 0 ,4 dan pengaruh turun-naik tendon rata
rata atau panj angnya tendon dinyatakan dengan K = 0 ,0026 per meter.

a/2 I
Y,
\
m
cx/2-


Kurva tendon
"" busur lingkaran
y m/2 u ntuk sudut

kecil a sudut pusat


tan a/2 =m/!_= a ( radiani
X ---
2
a (radian ) = 8y/x
2
--- X ------ ----------=-:I

Gambar 4-9. Penentuan pendekatan sudut pusat tendon.


Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 101

Gambar 4-10. Contoh 4-4.

Penyelesaian
1. Penye!esaian pendekatan sederhana akan dibahas pertama-tama. Gunakan Persamaan
4-22 ,

F2 - Fl
- --= -KL-J.La
FI
= -0 ,0026 X 2 1 ,5 X 7 0 - 0,4(0 , 1 69 + 0 , 1 07 )
= -0,056 - 0, 1 1 0
= -0 , 1 66

Penye/esaian
2. Penye!esaian di atas tanpa memperhitungkan pengurangan tegangan secara bertahap
dari A sampai E. Penye1esaian yang 1ebih eksak ada1ah dengan membagi tendon da1am
empat bagian dari A sampai E, dan mempertimbangkan setiap bagian setelah kehilangan
tegangan te1ah dikurangi dari bagian terdahulu. J adi, untuk tegangan pad a titik A = F1 ,
AB, pengaruh panjang tendon: KL = 0 ,0026 X 5 ,3 5 = 0,0 1 4
Tegangan pacta titik B = 1 - 0,0 1 4 = 0,986F1
BC, pengaruh panjang tendon: KL = 0 , 0 026 X 7,6 = 0,020

Pengaruh ke1engkungan: !J.O'. = 0,4 X 0, 1 6 9 = 0,068

Total: 0 ,020 + 0,068 = 0 , 088


Gunakan tegangan yang direduksi pacta titik B dari 0 ,986, kehilangan tegangannya ada-
1ah 0 ,088 X 0 , 986 = 0 ,087
Tegangan pacta titik C = 0,986- 0,087 = 0 ,899F1
CD, pengaruh panjahg tendon: KL = 0,0026 X 5,35 = 0 ,0 1 4

Gunakan tegangan yang direduksi dari 0 ,899 pacta titik C, kehi1angan tegangannya adalah
0 ,0 1 4 X 0 ,899 = 0,0 1 3 .
Tegangan pacta titik D = 0,899 - 0,013 = 0,886F1
DE, pengaruh panjang tendon: KL = 0 ,0026 X 3 ,2 = 0,008

Pengaruh kelengkungan: !J.O'. = 0,4 X 0, I 07 = 0,043

Total: 0 ,008 + 0,043 = 0,05 1

Kehilangan = 0 ,0 5 1 X 0 ,886 = 0 ,045


Tegangan pacta titik E = 0 ,886-0,045 = 0,84 1 F1
Kehilangan tegangan total dari A sampai E = 1 - 0,84 1 = 0 , 1 5 9 = 1 5 ,9%
102 Desain Struktur Be ton Prategang

Perhitungan ini dapat dibuat dalam bentuk tabel untuk menyederhanakan pekerjaan.
Dapat diperhatikan kemudian bahwa cara kedua ini menghasilkan kehilangan tegangan
hanya sedikit lebih kecil dari cara pendekatan pertama.
Penyelesaian
3. Penyelesaian yang lebih eksak lagi adalah dengan menggunakan persamaan gesekan
konvensional 4-6, yang memasukkan ke dalam perhitungan tidak hanya variasi tegangan
dari segmen ke segmen tetapi juga dari titik ke titik sepanjang tendon. Penyelesaian ditabu
lasikan seperti diperlihatkan.

Tegangan
pada Akhir
Segmen L KL a JJ.a KL + JJ.a e-KL-wx Segmen

AB 5,35 0,014 0 0 0,014 0,986 0,986F1


BC 7,60 0,020 0,169 0,068 0,088 0,916 0,903FI
CD 5,35 0,014 0 0 0,014 0,986 0,'890F1
DE 3,20 0,008 0,107 0,043 0,051 0,950 0,846F1
I
Kehilangan tegangan total akibat gesekan dari A sampai E adalah sebesar

1 - 0,846 = 0,154 = 15,4%

4-12 Jumlah Kehilangan Gaya Prategang Total

Gaya prategang awal pada baja dikurangi semua kehilangan gaya prategang disebut sebagai
gaya prategang efektif atau gaya prategang rencana. Jumlah keseluruhan kehilangan gaya
prategang yang dianggap dalam rancangan akan tergantung atas dasar dari mana gaya prate
gang awal diukur. Pertama, acia tegangan dongkrak maksimum sementara terhadap mana
sebuah tendon dapat dibebani untuk maksud memperkecil rangkak pada baja atau untuk
menyeimbangkan kehilangan gaya prategang akibat gesekan. J adi ada sedikit pelepasan dari
tegangan maksimum kembali kc tegangan dongkrak normal.
Segera setelah gaya prategang dialihkan ke beton, kehilangan gaya prategang akibat
pengangkuran akan terjadi. Tegangan dongkrak dikurangi dengan kehilangan gaya prategang
akibat pengangkuran akan menjadi tegangan pada pengangkuran setelah dilepas, dan sering
kali dinamakan gaya prategang awal. Untuk pasca-tarik, kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastik akan terjadi secara bertahap, jika ada tendon lain yang akan ditarik.
Perpendekan elastik beton dapat dipertimbangkan dalam dua bagian: akibat perpendekan
aksial langsung dan akibat lenturan elastik, seperti dibahas pada Pasal 4-3 dan 4-9. Untuk
pratarik, jumlah seluruh kehilangan tegangan akibat perpendekan elastik akan terjadi saat
peralihan gaya prategang.
Tergantung dari definisi prategang awal, jumlah kehilangan gaya prategang yang harus
dikurangi akan berbeda. Jika tegangan dongkrak dikurangi kehilangan gaya prategang aki
bat pengangkuran diambil sebagai gaya prategang awal, seperti dijelaskan pada pasal di atas,
maka kehilangan gaya prategang yang harus dikurangi mencakup perpendekan elastik, rang
kak, dan susut pada beton ditambah rangkak pada baja. Tampaknya ini adalah yang paling
umum di dalam praktek. Jika tegangan dongkrak sendiri diambil sebagai gaya prategang
awal, maka kehilangan gaya prategang akibat pengangkuran harus dikurangi. Jika tegangan
setelah perpendekan elastik beton diambil sebagai gaya prategang awal, maka hanya susut
dan rangkak pada beton dan relaksasi pada baja yang akan menjadi kehilangan gaya pra
tegang. Untuk titik-titik yang jauh dari ujung pendongkrakan, pengaruh gesekan harus di-
Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 103

pertimbangkan sebagai tambahan. Gaya gesek sepanjang tendon mungkin merupakan tam
bahan maupun pengurangan tegangan seperti dibahas pada Pasal 4- 10.
Besarnya kehilangan gaya prategang dapat dinyatakan dengan empat cara:

1. Dalam regangan satuan. Ini adalah yang paling disukai untuk kehilangan gaya prategang
seperti rangkak, susut, dan perpendekan elastik beton yang dinyatakan sebagai regang
an.

2. Dalam regangan total. Ini lebih disukai untuk kehilangan gaya prategang akibat peng
angkuran.

3. Dalam tegangan satuan. Semua kehilangan gaya prategang bila dinyatakan dalam re
gangan dapat ditransformasikan ke dalam tegangan satuan baja. Ini adalah pendekatan
yang digunakan dalam metode Komisi ACI-ASCE yang dijelaskan pada bab ini dan di
gunakan pada Contoh Soal4-5.

4. Dalam persentase prategang. Kehilangan gaya prategang akibat rangkak pada baja dan
gesekan dapat paling mudah dinyatakan dalam cara ini. Kehilangan gaya prategang lain
yang dinyatakan dalam tegangan satuan dapat dengan mudah ditransformasikan ke
dalam persentase gaya prategang wal. Hal ini seringkali memberi gambaran yang lebih
baik tentang arti kehilangan gaya ptategang.

Sulit untuk menyamaratakan jumlah kehilangan gaya prategang, karena hal tersebut
tergantung dari banyak faktor, sifat-sifat beton dan baja, pemeliharaan dan keadaan ke
lembaban, besar dan waktu penggunaan gaya prategang, dan proses prategang. Untuk sifat
baja dan beton rata-rata, yang dirawat dalam kondisi udara rata-rata, persentase-persentase
yang ditabelkan di bawah ini dapat diambil sebagai kehilangan gaya prategang rata-rata.

Pratarik,% Pasca-tarik, %

Perpendekan elastik dan lenturan


balok 4
Rangkak beton 6 5
Susut beton 7 6
Relaksasi baj a 8 8
Kehilangan total 25 20

Tabel ini menganggap bahwa telah dilakukan tarikan yang lebih besar untuk mengu
rangi rangkak pada baja dan mengatasi kehilangan gaya prategang akibat gesekan dan peng
angkuran. Setiap kehilangan gaya parategang akibat gesekan yang tidak diatasi harus di
hitung sebagai kehilangan tambahan. Kehilangan gaya prategang yang diizinkan sekitar 20%
untuk pasca-tarik dan 25% untuk pratarik terlihat tidak terlalu jauh dari nilai yang mungkin
untuk balok prategang dan gelagar. Tetapi harus diingat bahwa bila keadaan bergeser dari
rata-rata, kelonggaran yang berbeda harus dibuat sesuai dengan itu. Sebagai contoh, bila
gaya prategang rata-rata pada komponen struktur (Fe /Ac) tinggi, katakanlah sekitar 7 MPa,
kehilangan gaya prategang ini akan bertambah sekitar 30% untuk pratarik dan 25% untuk
pasca-tarik. Bila nilai rata-rata gaya prategang rendah, misalnya sekitar 1,7 MPa, kehilangan
gaya prategang di atas harus dikurangi sampai 18% untuk pratarik dan 15% untuk pasca
,tarik. Itulah sebabnya mengapa pengertian dan analisis sumber-sumber kehilangan gaya
prategang merupakan hal yang paling penting bagi perencana.
Juga perlu diperhatikan bahwa persentase kehilangan gaya prategang di atas ternyata
5% lebih tinggi dari nilai-nilai yang umumnya diterima pada 1950-an sampai permulaan
tahun 1970-an, selama periode mana ratusan struktur dirancang berdasarkan kehilangan
104 Desain Struktur Beton Pra tegang

TA BEL 4-8 Pembatasan Kehilangan Maksimum (Komisi ACI-ASCE 2 )

Kehilangan Maksimum MPa

Jenis Strand Beton Normal Beton Ringan

Strand stress-relieved 345 3 80


Strand relaksasi-rendah 275 3 10

gaya prategang yang lebih kecil dan ini hanyalah untuk keadaan yang khusus dari perilaku
yang tidak dikehendaki yang mempengaruhi nilai kehilangan gaya prategang yang kurang
tepat. Satu penjelasan adalah penggunaan tegangan izin yang aman dalam rancangan gaya
struktur-struktur tua yang cenderung untuk mengimbangi penganggapan kehilangan pra
tegang yang tidak aman. Alasan lain adala.}Ykenyataan bahwa anggapan kehilangn gaya
prategang yang tidak teliti (dalam beberapa %) mungkin tidak akan menghasilkan perilaku
yang tidak dikehendaki, seperti lendutan yang lebih besar, kecuali jika komponen struktur
memiliki perbandingan antara bentang dan tinggi balok yang besar. Akan tetapi, perancang
harus mengambil keputusan yang tepat untuk mengembangkan perhitungan kehilangan
gaya prategang dengan faktor-faktor lainnya dan anggapan-anggapan sekitar struktur utama.
Komisi ACI-ASCE2 mengusulkan bahwa nilai-nilai pada Tabel 4-8 harus dianggap se
bagai batas maksimum perkiraan kehilangan gaya prategang. Seperti terlihat pada Contoh
4-5, hal ini dapat menentukan kehilangan gaya prategang yang diasumsikan dalam desain.

CONTOH 4-5 (Lendutan terhadap waktu untuk balok yang sama diberikan pada Contoh
8-3 .)
Perkirakan perubahan gaya prategang terhadap waktu untuk balok beton pratarik-prategang
terlihat pada Gambar 4- 1 1 . Berat normal balok bet on hanya mempunyai berat sendiri w G =
6,75 kN(m yang bekerja pada saat peralihan prategang yang terjadi kira-kira 48 jam setelah
penarikan-awal tendon sampai 0,75/pu =(0,75)( 1 862) 1 3 97 MPa pada pelataran penarik
=

an. Untuk 30 hari balok diasumsikan hanya memikul w0 6, 75 kN/m pada ben tang di atas
=

dua tumpuan sepanjang 1 9 ,8 m. Beban luar tambahan ws = 1 4,6 kN/m ditambahkan pada
balok saat diangkat pada hari ke-30 dan terus menerus selama tiga tahun atau lebih diletak
kan p ada balok di atas dua tumpuan dengan bentang 1 9,8 m .
Asumsikan sifat-sifat bahan sebagai berikut: f;i = 3 1 MPa, / 4 1 MPa, beton berat
=

normal (semen Tipe Ill, beton diberi uap, kelembaban relatif 75%), strand stress-relieved
berdiameter 1 2, 7 mm dengan fpu = 1 86 2 MP a. Hasil-hasil analisis balok ini dengan meng
gunakan program komputer PBEAM yang sangat mendetail (Kepustakaan 8, Bab 8) diper
lihatkan pada Tabel 4-9. Perkirakan perubahan gaya prategang dan bandingkan hasilnya
dengan perhitungan eksak dari tabel pada beberapa tahap penting dalam waktu manfaat
balok. Gunakan cara-cara berikut untuk membuat perkiraan-perkiraan.
(a) Metode Komisi 423 dari ACI-ASCE 2 dan (b) Metode Umum PCI1 untuk meng
hitung kehilangan gaya prategang total.

Penyelesaian (a) Makalah ACI m emperkirakan kehilangan gaya prategang total se-
bagai berikut:

F; = 0,75( 1 862)( 1 975 ) = 2758 kN


Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 105

1975 mm2 .--..


.--..
1::--
("1 t.....
I-"

I
I I ]
(pola kisi-kisi 50 mm X 50 mm untuk strand)

(a) Penampang. yang Diidealisasi


g= 145 mm
Beton
Berat
{
(b) Penampang Sebenarnya

f =
fi =
41
31
1862
MPa
MPa
Normal fpu = MPa

6,9
It{I tIII{II III II
-E;=======-===-=====
,-
wG = k N /m

l-
.x1862x1975
Tegangan Awal
3 MPa
1 97

; 27\)8 kN

1------19,80
;c; =

fi 31
m -------1
= MPa- peralihan sesudah 48 jam

(c) Balok pada Tahap Peralihan


w, = wc + w, = 6,9 14,6
+

p:

!_!_! f = 41 MPa

1------ 19,80 m -------1

(d) Balok dengan Beban Tetap (30 hari sampai 3 tahu n +)

Gambar 4-1 1 . Balok Contoh 4-5.

Perpendekan elastik --

=(0 9 )
'
( 2758X 1 0 3
286X 1 0 3
+
(2758X 1 0 3)(340 )2
3,39X 1 0 10
)- (338X 1 0 6)(340 )
3,39X 1 0 01
=13,75MPa

S = K,., E IC
for
L('f

= ( 1 ,0 )( 1 89,75 ) 1 = 99, 1 MPa


1 3, 75
26 ,34X 1 0

106 Desain Struktur Beton. Prategang

TABEL 4-9 Hasil-hasil Analisis dengan Program PBEAMa


(Contoh 4-5) dan (Contoh 8-3)
Be ban Waktu t_ 1.1L /::,.fr" t_ Hasil (MPa)
kN/m (hari) (mm) (MPa) (MPa) (Contoh 4-5)
0 2,0 41,1 1209

= 6,9 kNjm
1>(, 2,0+
3,0
27,3

31,6

1 20 8
1 88
1 89
1224 (PCI)

7,0 36,6 1 1 75 222

20 0 ,
1 2 ,0 39,6
42,5
1 1 53
1 1 29
244
268

Tambahan D.L. 1 4,6 kN/m 30,0


30,0 44,6
1 9, 1
1 1 55
288
242
1 1 1 5 (PC!)

+ WG
=

6,9 kN/m
= 33,0 13,4 1152 245
(Gambar 4. 1 1 ) 37,0 1 0,9 1 1 50 247
45,0 8,4 1 1 45 252
60,0 6,2 1 1 30 267
80,0
1 1 0,0
150,0
,
4,7
36
2,7
1 1 24
1 1 13
1 1 02
273
284
295
300,0 1 ,5 1 082 315

1 095,0 0,4
340 1050 (PCI)

8

2000,0 0,3 346 1051 (ACI)

"Kepustakaan 8, Bab 8.

Rangkak
(7 1 5 ,5XI06)(340)
f
M"1e
= -- = ------- =7 1 8MPa
"'' I 3,39X 1 0 10 '

CR --
-
k ( r -'- ( ;( tr
/:'
1:..,,(
- ; d1 )

<

1 89,75
=(2,0) ( 1 3,75-7, 1 8)=82,3MPa
30, 29
Susut
Rh=759i,VjS= 3

S'/1 = 8,2X 1 0 6K,"E, ( I 0,06 f )(loo RH)


= 8,2 X 1 0 "(I,0)( 1 89,75)( I0,06 X 3)( 1 0075)
'--= 3 1 ,9MPa
Relaksasi-
RE= [ K,,- J( Sll + CR + EJ] C
= [ 1 38- 0, 1 5(3 1 ,9 +8,23 +99, I )](1 ,45) = 1 53,7MPa
Kehilangan gaya prategang total
TL = r;s + CR +SI!+ RE= 99, 1 +82,3+3 1 ,9+ 1 53,7= 367MPa
(_ 1 = 0, 7 5 X 1 862367 I030MPa =
Kehilangan Gaya Prategang; Gesekan 107

Penambahan beban 1 k/ft pacta 30 hari menghasilkan tegangan baja yang kactang-kactang
ctitambahkan kembali pacta hasil tegangan baja "sete1ah kehi1angan." Pacta keactaan ini akan
ctictapat !::.fs t = 6,2(7, 1 8) = 44,5 MPa.

f t = 1 030 + 44,5 = 1 07 5 MPa(vs. 1 05 8 MPa


ctari analisis PBEAM, Tabe1 4-9)

Jika tidak ctipertimbangkan penambahan tegangan baj a ctalam penggunaan metocte ctari
maka1ah ACI, per1u cticatat bahwa komentar dari maka1ah tersebut membatasi kehilangan
gaya prategang dalam rancangan sampai 345 MPa. Pada keadaan ini diperoleh tegangan baja
efektif sebagai berikut:
Kehilangan total = 367 MPA > 345 MPA maksimum ctari Tabel 4-8 (Pasa1 4- 1 2)
Gunakan kehi1angan gay a prategang
sebesar 345 MPa untuk rancangan pada
keadaan ini.
fst = 1 3 97 - 345 = 1 05 2 MPA(vs. 1 0 5 8 MPa dari
analisis PBEM pada 2 tahun atau 1 05 1 MPA pada S tahun, Tabel 4-9)
(b) Diperlihatkan pada ikhtisar berikut kehilangan gaya prategang yang dihitung oleh
Metode Umum Komisi PCI (lihat Lampiran D untuk perhjtungan terinci untuk setiap lang
kah waktu yang ditunjukkan pacta ikhtisar tabel):

Kehilangan Gaya % Kehilangan Gaya


Jangka Waktu Prategang oleh Sumber Prategang Total pada
Setiap Tahap Seluruh Tahap

ES RE CR SH TLt TLtfTL X 100

Tahap 1 - tarikan strand sampai


0 ,15/pu dan memper-
tahankan perpanjang-
an selama 4 8 jam
(sampai peralihan) 93 78 0 0 171 44
Tahap 2 - peralihan pada 48 jam 0 33 43 34
sampai 3 0 hari dengan
beban w0 0 4,68 6 ,29 4,97 1 10 28
Tahap 3 - 30 hari sampai 3 tahun
dengan beban tetap yang
bekerja wa + 14,6 kN/m 0 33 28 47 1 08 28

Kehilangan gaya prategang total saat


3 tahun dari setiap sum ber 93 1 44 71 81 3 89 100
% kehilangan gay a prategang tiap sumber 24% 3 7% 1 8% 21% 1 00%
Kehilangan gaya prategang sebagai %
dari awal 6,7 1 0,3 5,1 5,8 27,9
fst = 0 , 75fpu = 1 3 97 MPa
akumulasi setiap sumber

aKoreksi untuk A fs t = 4 3 ,5 MPa, yang mengubah perkiraan dari f,e Dapat diperkirakan fse = 1 3 9 7 -
389 + 44,5 = 1 05 3 MPa. Komisi ACI-ASCE akan mempertimbangkan kehilangan gaya prategang maksi-
mum 345 MPa untuk kontrol, yang memberikan hampir sama fse = 1 3 9 7 - 345 = 1 052 MPa.
108 Desain Strnktur Beton Prategang

4-13 Perpanjangan Tendon


Seringkali perlu untuk menghitung perpanjangan sebuah tendon yang disebabkan oleh gaya
prategang. Saat pembuatan bagian-bagian pengangkuran dalam beberapa sistem, jumlah per
panjangan yang diharapkan terjadi harus diketahui. Untuk sistem Prescon dan sistem jenis
kabel kepala-kancing lainna, jumlah perpanjangan tersebut harus diketahui dengan lebih
tepat. Untuk setiap sistem, perpanjangan yang diukur dibandingkan dengan nilai yang di
harapkan, j adi berfungsi seb agai pengecekan pada ketepatan pembacaan alat pengukur atau
pada besarnya kehilangan gaya prategang akibat gesekan sepanjang tendon. Perhitungan
perpanjangan semacam itu dibahas dalam dua bagian berikut.
Dengan Mengabaikan Kehilangan Gaya Prategang Akibat Gesekan Sepanjang Tendon.
Jika sebuah tendon mempunyai tegangan merata fs sepanjang L, jumlah perpanjangan ada
lah
(4-23)
Untuk gaya prategang yang melampaui batas proporsional tendon, persamaan ini tidak
dapat digunakan, dan perlu melihat kembali diagram tegangan-regangan untuk nilai 88 yang
sesuai .
Sebelum setiap tendon ditarik, seringkali terjadi tendon tersebut slip. Untuk sistem
sistem dengan pelat penyisip, seperti sistem Prescon, slip ini harus diperbolehkan pada saat
memperhitungkan panjang dari penyisip. Tambahan lagi, mungkin dikehendaki untuk mem
perbolehkan terjadinya susut dan perpendekan elastik beton saat penarikan. Jadi panjang
penyisip harus sama dengan perpanjangan e!astik tendon ditambah slip pada beton ditam
bah perpendekan beton saat peralihan. Sebaliknya, perpanjangan elastik tendon harus di
hitung dengan mengurangi slip mula-mula dan perpendekan elastik beton dari perpanjangan
yang terlihat.
Tidak mudah untuk menentukan slip pada tendon dengan teliti, sehingga praktek yang
biasa adalah memberikan tarikan mula-mula pada tendon, [81 , dan setelah itu mengukur
perpanjangannya, Ll8 Jadi dengan mengabaikan perpendekan pada beton, perpanj angan
elastik dapat dihitung dengan

Perpanjangan elastik = _____ ll (4-24)


is -hi
s

CONTOH 4-5
Sebuah tendon Prescon, panjang 1 8 ,3 m , Gambar 4-1 2 , ditarik dari satu ujung dengan gaya
prategang awa1 1 0 3 5 MPa segera sete1ah peralihan. Asumsikan bahwa tidak terjadi slip pada
tendon, susut bet on 0 ,0002 pad a saat peralihan, dan tekanan rata-rata pad a bet on 5 ,5 MPa
sepanjang tendon. Ec = 2 6 .000 MPa , E8 = 200.000 MPa. Hitung panjang penyisip yang di
per1ukan, abaikan setiap perpendekan e1astik penyisip dan setiap gesekan sepanj ang tendon.

Perpend ekan --j r Panjang penyisip = 1 02 mm


beton 7,3 mm
=
--J tYr Perpanjangan baja
I]
= 94.7 m m
,-- Tendon
B F2-------
Uju ng balok ___jl
setelah peral ihan Ujung bal o k sebelum pemberian prategang
1 8,3 m

Gambar 4-12. Contoh 4-6.


Keililangan Gaya Prategang; Gesekan 109

Penyelesaian Dari Persamaan 4- 1 0, perpanj angan elastik baj a adalah

A8 = [5L/E8 = 1 035 X 1 8 ,3 X 1 000/200.000 = 94 ,7 mm

Perpendekan beton akibat susut adalah

0,0002 X 1 8 ,3 X 1 000 = 3 ,7 mm
Perpendekan elastik beton adalah

5 ,5 X 1 8 ,3 X 1 000/26 .000 = 3 ,8 m m
Panjang penyisip yang dibutuhkan adalah
94,7 + 3 ,7 + 3 ,8 = 1 02 mm
Jika penyisip 1 02 mm dimasukkan ke dalam angkur, akan tertinggal gay a prategang awal
sebesar 1 03 5 MPa dalam baja segera setelah peralihan.

CONTOH 4-7
Delapan belas kawat diameter 5 m m dalam kabel Freyssinet, panjang 24 m, diberi tarikan
awal sampai mencapai tegangan total 1 3 ,5 kN. Berapakah perpanjangan tambahan kawat
yang dibutuhkan untuk memperoleh prategang awal sebesar 1 1 00 MPa? 5 1 93 .000 MPa. =

Asumsikan tidak ada perpendekan saat proses penarikan dan abaikan gesekan.
Penyelesaian
A8 = 1 8 X l 9 ,35 5 = 348 mm2
fst = 1 3 ,5 X 1 0 /348 = 3 8 ,8 MPa
3

Total perpanjangan elastik tendon dari 0 sampai 1 1 00 MP a adalah


[8 L/E8 = 1 1 00 X 24 X 1 0 3/ 1 9 3 .000 = 1 3 7 mm
Dari Persamaan 4-1 1 ,

1
1 37 = --' -
f,. - h i '
1 1 00

1 100 - 38,8
s = 1 32 mm

Jadi, dengan pembacaan no! diambil pada tegangan total sebesar 1 3 , 5 kN. perpanjangan se
besar 1 3 2 mm harus diperoleh untuk gay a prate gang 1 1 00 MP a.

Dengan Mempertimbangkan Kehilangan Gaya Prategang Akibat Gesekan Sepanjang


Tendon. Telah ditunjukkan pada Pasal 4- 1 1 bahwa, untuk tendon melengkung dengan jari
jari tetap R, tegangan pada setiap titik yang ke1uar dari ujung dongkrak ad alah

Tegangan rata-rata Fa untuk seluruh panjang lengkungan dengan tegangan yang bervariasi
dari F1 sampai F2 dapat ditunjukkan menjadi

e l'a + KL - }
F = F-2 --
--
(4-25)
a
1ux + KL
110 Desain Stru ktur Be ton Prategang

Ujung dongkrak
F2 \ ! ......
\ I Fl
1 /:;
\ I E:
\
\ I "
\ 45 " I Q:-
\1
V

Gambar 4-1 3 , Contoh 4-8.

Persamaan ini diselesaikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4- 1 4, di mana garis putus
putus memberikan nilai fa = Fa /A8.
Perpanjangan total untuk panjang L adalah

d
Fa L Fz L e p. a + KL - l
s Es A s Es A s JJ. a+ KL (4-26)
= -- = -- -----

Jika hanya nilai pendekatan yang dibutuhkan, nilai-nilai tengah antara F 1 dan F2 dapat di
gunakan dalam menghitung perpanjangan, jadi

(4-27)

CONTOH 4 -8
Sebuah tendon dengan panjang 24,4 m ditarik sepanjang lengkung berbentuk lingkaran
dengan R = 3 1 m, Gambar 4- 1 3. Untuk tegangan satuan sebesar 1 240 MPa yang dikerjakan
pad a ujung dongkrak, perpanjangan total sebesar 1 2 2 mm diperoleh. 5 = 2 1 0. 000 MPa.
Hitung tegangan-[2 pad a titik ujung yang jauh dari tendon.
Penyelesaian Penyelesaian pendekatan. Tegangan rata-rata pada tendon

fa AsEs/L = 1 22 X 2 1 0 .000/(24,4 X 1 000)


= 1 05 0 MPa
Karena tegangan maksimum adalah 1 240 MPa , tegangan minimum [2 harus menjadi 860
MPa, dengan mengasumsikan pengurangan merata pacta tegangan
Penyelesaian eksak dapat diperlihatkan untuk menghasilkan fz = 863 MPa.

Kepustakaan

1 . " Recommendations for Estimating Prestess Losses," Report of PCI Committee on


Presstess Losses, J. Prestressed Cone. Inst., Vol. 20, No. 4. Juli-Agustus 1 9 7 5 , hal.
43-75.
2 . P. Zia, H . K . Preston, N . L. Scott, dan E.B. Workman, "Estimating Prestress Losses,"
(ACI-ASCE Comm. on Prestressed Concrete Recommended Procedure), Cone. Int.,
Vol. 1 , No. 6 , Juni 1 97 9 , hal. 3 2 - 3 8 .
3 . R . Sinno dan H.L. Furr, "Computer Program for Predicting Prestress Loss and Cam
ber," J. Prestressed Cone. Inst. , Vol. 1 7 , No. 5 , September-Oktober 1 97 2 , hal. 2 7 - 3 8 .
4. C. Suttikan, "A Generalized Solution for Time-Dependent Response and Strenght of
Non-Composite and Composite Prestressed Concrete Beams," Ph.D. Dissertation, The
University of Texas at Austin, Augustus 1 97 8 .
Keililangan Gaya Prategang; Gesekan 111

5 . H.D. Hernandez dan W . L. Gamble, "Time-Dependent Losses in Prestressed Concrete


Construction," Structural Research Series No. 4 1 7 , University of Illinois, Urbana, Mei
1 97 5 .
6 . "Tentative Recommendations for Prestressed Concrete," Report b y ACI-ASCE Com
mittee 423 , 1. A m. Cone. Inst. , Vol. 54, No. 7 , Januari 1 95 8 , hal. 548-578.
7 . AASHTO Interim Specifications-Bridges- 1 97 5 , Subcommittee on Bridges and Struc
tures, American Association of Highway and Transportation Officials, Washington,
1 97 5 , hal. 4 1 - 7 9 .
8 . Posttensioning Manual, Posttensioning Institute, Phoenix, Arizona, 1 9 7 6 , hal. 1 89 .
9 . D . D . Magura, M.A. Sozen, dan C.P. Siess, "A Study of Stress Relaxation in Prestressing
Reinforcement," J. Prestressed Cone. Inst. , Vol. 9, No. 2, April l 964, hal. 1 3- 5 7 .
1 0. E.H. Cooley, "Friction in Posttensioned Prestressing Sysmtems," and "Estimation on
Friction in Prestressed Concrete," Cemented Concrete Assn., London, 1 9 5 3 .
1 1 . T.Y. Lin, "Cable Friction i n Posttensioning," J. Structural Div., Am. Soc. o f Civil
Engineering, November 1 95 6 .
1 2. F . Leonhardt, "Continuous Prestressed Concrete Beams," J. Am. Cone. Inst. , Maret
1 95 3 (Proc., Vol. 49 ) , hal. 6 1 7 .
5
A N A L I S I S P E N A M PA N G
U NT U K M E N A H A N L E N T U RAN

5- 1 Penuahuluan dan Perjanjian Tanda


Dapat dibedakan antara analisis dan desain penampang yang diberi gaya prategang untuk
menahan lenturan. Analisis artinya penentuan tegangan-tegangan pada baja dan beton hila
bentuk dan ukuran penampang telah diketahui atau diasumsikan. Ini adalah operasi yang
lebih sederhana daripada desain penampang , yang membutuhkan pemilihan penampang
yang paling cocok dari sekian banyak bentuk dan ukuran. Dalam praktek yang sesungguh
nya, seringkali perlu untuk pertama-tama menentukan proses desain dengan mengasumsi
kan sebuah penampang dan kemudian menganalisis penampang tersebut. Tetapi untuk be
lajar, lebih mudah hila pertama-tama mempelajari metode analisis dan kemudian baru de
sainnya. Urutan yang terbalik ini disukai dalam mempelajari beton prategang dan juga
beton bertulang.
Bab ini merupakan bagian yang pertama, analisis ; bab berikutnya untuk desain. Pem
bahasan ini dibatasi sampai analisis penampang untuk menahan lenturan, yaitu komponen
struktur yang mengalami lentur, seperti balok dan peiat. Hanya pengaruh momen yang di
pertimbangkan di sini ; akibat geser dan rekatan dibahas pada Bab 7 .
Bagian yang agak bertentangan pada analisis balok beton-prategang adalah pemilihan
sist em perjanjian tanda. Banyak pengarang telah menggunakan tanda positif ( +) untuk
tegangan tekan dan tanda negatif (-) untuk tegangan tarik, dengan mendasarkan perjanjian
tanda tersebut pada gagasan bahwa balok beton-prategang biasanya dalam keadaan tertekan
sehingga tanda plus tersebut harus digunakan untuk menyatakan keadaan tegangan ter
sebut. Pengarang lebih suka menggunakan perjanjian tanda yang biasa dipakai dalam desain
struktur-struktur lain , yaitu minus untuk tegangan tekan dan plus untuk tegangan tarik.
Dalam seluruh pembahasan ini, tanda plus untuk tarikan dan tanda minus untuk tekanan,
baik dalam membahas tegangan pada baja atau pada beton, beton prategang, atau pun be
ton bertulang. Bila prinsip tegangan telah jelas dengan sendirinya, tanda dapat dihilangkan.

5-2 Tegangan-tegangan pada Beton Akibat Sistem Prategang


Beberapa prinsip dasar dari perhitungan tegangan untuk beton prategang telah diterangkan
pada Pasal 1 -2 dan akan dibahas lebih terinci lagi di sini. Pertama-tama, mari kita pertim
bangkan pengaruh gaya prategang. Menurut praktek sekarang, tegangan pada beton akibat
prategang selalu dihitung dengan teori elastisitas. Pertimbangkan gaya prategang F yang ada
dalam pembahasan ini, baik berupa nilai awal atau pun akhir. Jika F bekerja pada titik
berat penampang beton, dan jika penampang yang dipertimbangkan cukup jauh dari titik
bekerjanya gaya prategang, maka dengan prinsip St. Venant , tegangan satuan beton merata
pada seluruh penampang dan diberikan oleh rumus biasa,
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 113

F
J=
A
di m ana A adalah luas penampang bet on.
Untuk komponen struktur pratarik, bila gaya prategang pada baja dialihkan dari din
ding penahan (bulk head) ke bet on , Gambar 5 - l , gaya yang ditahan oleh dinding pemisah
sekarang dialihkan ke baja dan ke beton pada komponen struktur terse but . Pelepasan tahan
an dari dinding penahan adalah ekivalen dengan bekerjanya gaya Fi yang berlawanan ke
komponen struktur tersebut. Dengan menggunakan metode penampang transformasi, dan
dengan A c = luas penampang netto beton (luas beton tanpa tulangan), tegangan tekan be
ton yang dihasilkan adalah

( 5- 1 )

sementara yang diterima oleh baja adalah

( 5-i)

yang menyatakan pengurangan seketika gaya prategang pada b aja karena peralihan.
Meskipun metode perhitungan ini benar menurut teori elastik, perhitungan dalam
praktek yang sesungguhnya tidak mengikuti cara ini, melainkan lebih mempertimbangkan
tegangan baja yang direduksi oleh kehilangan gaya prategang karena perpendekan elastik
beton dan diperkirakan dengan persamaan

nF nF;
tlf. = atau
( 5-3 )
s Ac Ag
-'

yang sedikit berbeda dengan Persamaan 5-2 tetapi cukup memenuhi untuk segala tujuan
praktis, karena kehilangan gaya prategang total akibat reduksi hanya sekitar 2 atau 3% dan
nilai n bagaimanapun juga tidak dapat diketahui dengan pasti. Baja mutu-tinggi yang di
gunakan untuk sistem prategang membutuhkan luas baja tarik yang lebih kecil daripada
yang harus digunakan pada beton bertulang, jadi tidak ada perbedaan yang besar antara
Ac dan Ag.
Setelah peralihan gaya prategang, kehilangan gaya prategang berikutnya akan terjadi
karena rangkak dan susut pada beton. Secara teoretis, semua kehilangan itu harus diper-

Sebe l u m Peralihan

/,:(\======== ==; Penampang


Saat Per a I ihan l(omponen
Str u ktur
Gambar 5-1. Peralihan prategang sepusat (konsentris) pada komponen pratarik.
1 14 Desain Struktur Be ton Prategang

hitungkan berdasarkan penampang yang ditransformasikan, dengan memasukkl.n luas baja


ke dalam perhitungan. Tetapi hal itu jarang dilakukan, dalam praktek dibuat sederhana
dengan mengambil jumlah persentase tertentu untuk memperhitungkan kehilangan gaya
prategang. Dengan perkataan lain, rumus sederhana f F/A selalu digunakan, dengan nilai
=

F yang diperkirakan untuk kondisi yang diketahui, dan luas penampang bruto beton di
gunakan untuk A . Untuk komponen struktur pasca-tarik, alasan yang sama juga betul.
Anggaplah bahwa ada beberapa tendon pada komponen struktur yang ditarik secara ber
urutan. Setiap tendon yang ditarik menjadi bagian penampang setelah direkatkan oleh
grouting. Pengaruh penarikan setiap tendon berikutnya pada tegangan tendon yang ditarik
terdahulu harus diperhitungkan berdasarkan penampang yang ditransformasikan. Secara
teoretis, ada perbedaan penampang yang ditransformasikan setelah penarikan setiap ten
don. Tetapi, penyempurnaan semacam ini tidak perlu dilakukan dan prosedur yang biasa
hanya dengan memakai persamaan f = F/A , dengan F adalah besarnya gaya prategang awal
pada baja.

CONTOH 5- 1
Sebuah komponen struktur, sama seperti yang terlihat pacta Gambar 5- l , mempunyai pe
nampang 200 mm X 3 00 mm, diberi gaya prategang secara konsentris dengan kabel baja
mutu-tinggi seluas 5 20 m m2 yang diangkurkan ke dinding penahan ( bulk head) dengan
tegangan satuan sebesar 1 035 MPa. Anggaplah bahwa n = 6, hitung tegangan-tegangan pada
beton dan baja segera setelah peralihan.
Penyelesaian
1 . Penyelesaian secara teoritis yang eksak. Dengan menggunakan teori elastik, kita per
oleh

F;
'
(, = F!..._ =
A, nA , A , + ( n - I )A ,
__

520 X 1 .035
= 8 '6 MPa
200 X 300 + 5 X 520

n/, = 6 X 8 ,6 ='= 5 1 ,6 MPa

Tegangan pada baja setelah peralihan (transfer) = 1 035 - 5 1 ,6 = 983 MPa.


Penyelesaian
2. Penyelesaian dengan pendekatan. Kehilangan gaya prategang pada baja akibat perpen
dekan "elastik bet on diperkirakan dengan

F;
= n-
A"
520 X 1 .035
300 X 200 = '
=6 5 3 8 MP a

Tegangan pada baja setelah kehilangan gaya pretagang = 1 03 5 - 5 3 ,8 = 98 1 . Tegangan


pada beton adalah
9X l X 520
;; = 8 , 5 MPa
3oo x2oo
=

Perhatikan bahwa pacta penyelesaian kedua ini, penctekatan-pendekatan yang ctilaku


kan adalah: ( 1 ) m enggunakan penampang bruto beton ( penampang bet on dengan
tulangannya) sebagai pengganti penampang netto beton, ( 2 ) menggunakan tegangan
awal pada baja sebagai pengganti tegangan yang direduksi. Tetapi jawaban ctari kedua
penyelesaian tersebut hampir sama. Cara kedua lebih disukai dan b iasa diikuti.
A na/isis Penamptmg untuk Menahan Len turan 115

--
-- -- - --
/ ___..f-
. -
-- -- - -
- . _____

-- -- ---
r.------1 - F ----l F
, ie
k-

Gaya Prategang Eksentris F Kopel dan Gaya Prategang K onsentris

Gambar 5-2. Gaya prategang eksentris pada sebuah penampang.

Berikutnya, anggaplah bahwa gaya prategang F bekerja pada penampang beton dengan
e, Gambar 5-2 ; maka dimungkinkan untuk memecah gaya prategang
eksentrisitas sebesar
tersebut menjadi dua komponen: sebuah beban konsentris F yang melalui titik berat, dan
momen Fe . Dengan teori elastik biasa, tegangan serat pada setiap titik akibat momen Fe
diberikan oleh persamaan

My = Fey
J=
I I ( 5-4)

Maka resultan tegangan serat akibat gaya prategang eksentri diberikan oleh

( 5 - 5)

Pertanyaan yang akan timbul lagi adalah penampang mana yang akan diambil pada
waktu menghitung nilai-nilai e dan I, apakah penampang beton bruto atau netto ataukah
penampang yang ditransformasikan , dan gaya prategang F mana yang akan dipakai dalam
persamaan , nilai awal ataukah nilai yang direduksi. Tinjaulah sebuah komponen struktur
pratarik, Gambar 5 -3. Baja telah direkatkan ke beton, pelepasan gaya dari dinding penahan
ekivalen dengan bekerjanya gaya eksentris ke komponen struktur komposit , dan gayanya
adalah Fi total, dan I adalah momen inersia penampang yang ditransformasikan, dan e ha
ms diukur dari sumbu yang melalui titik berat penampang yang ditransformasi . Tetapi,
dalam praktek, prosedur ini jarang diikuti. Sebagai gantinya digunakan penampang beton
bruto (kotor) dan netto (bersih), dan baik gaya prategang awal atau pun gaya prategang
yang direduksi. Kesalahan dapat diabaikan pada banyak kasus.

-
c-

j I Fi
'</I'
Fi
1\\V/"'v,r' \\V/,<

Sebe l u m Pera l i han Cy...

g
e.g.
e.g.

Penampang
Selama Pera l i han Komponen
Stru ktur
Gambar 5-3. Peralihan gaya prategang eksentris pada komponen struktur pratarik.
116 Desain Struktur Be ton Prategang

CONTOH 5-2
Sebuah komponen struktur pratarik sama seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5-3 mem
punyai penampang 200 mm X 3 00 mm. Komponen tersebut diberi gaya prategang secara
eksentris dengan kabel baja berkekuatan-tinggi seluas 5 2 0 m m 2 yang diangkurkan ke din
ding penahan dengan tegangan satuan sebesar 1 03 5 MPa. c.g.s (garis yang melalui titik be rat
baja) adalah 1 00 mm di at as serat bawah. Anggaplah n = 6, hitung tegangan bet on segera
setelah peralihan hanya akibat prategang.
Penyelesaian
1. Penyelesaian secara teoretis yang eksak. Dengan menggunakan teori elastik diperoleh
penampang yang ditransformasikan dan m omen inersia sebagai berikut. Lihat Gambar
5-4, untuk (n - 1 )A8 = 5 X 5 2 0 = 2600 m m 2 ,
2600 X 50
Yo = 60.000 + 2600 = 2 mm
200 X 300 3
It = + 60000 X 2 2 + 2600 X 48 2
12
= 456 X 106 mm4
F, F, er
Tegangan serat atas = A +
I t t

- 538 .200 538 .200 X 48 X 1 52


= + -------
62 .600 456 X 106
= - 8 ,60 + 8,60
=0
- 538.200 538 .200 X 48 X 148
Tegangan serat bawah =
62 _600 456 X 106
= - 8 ,60 - 8 , 3 8
= - 1 6, 9 8 MPa
Penyelesaian
2. Penyelesaian pendekatan. Kehilangan gaya prategang dapat diperkirakan, seperti pada
Contoh 5- 1 , sebesar 5 4 MPa pada baja. Sehingga gaya prategang yang direduksi sebesar
9 8 1 MPa a tau 5 1 0. 1 20 N. Tegangan serat terluar pad a be ton dapat dihitung menjadi

J; = F?

= --- -
60.000 -+- ---c-------
5 1 0 . 1 20 5 1 0 . 1 20 X 50 X 1 50
( 200 X 3003 ) / 1 2
-8,50 8,50
0 pada serat atas
- 1 7 MPa pada serat bawah

!l lE
] 200 mm 1

0_L_
mm g
E
c.g.s. 50 - . - o- o
M
-- T -
. 0

Penampang balok Penampang yang


ditransformas i kan
Gambai S-4. Contoh 5-2.
Analisis Penampang untuk Menahan Lenturan 117

.:fr--------\V+F
Sebelum Peral ihan

F, _"- ----1-F;
Selama Peral i han

Gambar S-5. Peralihan gaya prategang pada sebuah komponen struktur pratarik lengkung.

Pendekatan yang dilakukan di sini: menggunakan nilai pendekatan gay a prategang yang
direduksi, dan menggunakan p enampang beton bruto. Penyelesaian yang kedua, meski
pun hanya pendekatan, lebih sering digunakan karena kesederhanaannya.

Sekarang dipertimbangkan sebuah komponen struktur lengkung pratarik pada Gambar


5-5 . Jika peralihan gaya p rategang dipertirnbangkan sebagai gaya Fi yang bekerja pada se
tiap ujung, eksentrisitas dan momen inersia akan berubah-ub ah untuk se tiap p enampang.
Bila metode analisis elastik y ang eksak disukai, I dan e yang berbeda harus dihitung dengan
penampang yang berbeda. Jika metode pendekatan boleh dilakukan, nilai 1 yang konstan
yang didasarkan pada penampang bruto beton akan cukup untuk seluruh penampang, dan
eksentrisitas dapat dengan mudah diukur dari tengah-tengah penampang.
Untuk komponen struktur p asca-tarik sebelum direkatkan, gaya prategang F yang akan
dipakai dalam perhitungan tegangan adalah gaya prategang awal dikurangi perkiraan ke
hilangan gaya prategang. Untuk nilai I, baik penampang bruto atau pun netto dapat di
p akai, walaupun secara teoretis yang benar adalah penampang netto . _ Setelah baja direkat
kan pada beton, setiap kehilangan gaya p rategang yang ada sebenarnya terjadi pada seluruh
penampang. Akan tetapi, untuk menyederhanakan, analisis yang rumit yang didasarkan
pada penamp ang transformasi jarang dipakai. Sebagai gantinya, gaya p rategang yang dire
duksi diperkirakan dan tegangan pada beton dihitung atas dasar gaya p rategang reduksi
yang bekerja p ada penampang netto (penampang bruto kadang-kadang lebih disukai). Akan
tetapi, tegangan yang dihasilkan oleh beban eksternal seringkali dihitung atas dasar penam
p ang transformasi jika diinginkan tegangan yang lebih teliti. Jika tidak, penampang bruto
dipakai dalam perhitungan. Penyederhanaan yang diizinkan untuk setiap keadaan sangat
tergantung pada derajat ketelitian yang disyaratkan dan waktu untuk perhitungan yang ter
sedia.

CONTOH 5-3
Sebuah balok struktur pasca-tarik mempunyai penampang di tengah-tengah bentang dengan
sebuah selubung (du ct) berukuran 50 mm X 75 mm untuk tempat kabel, seperti terlihat
pada Gambar S-6. Balok itu diberi gaya prategang dengan baja seluas 5 20 mm 2 dcngan
tegangan awal 1 035 MPa. Segera setelah peralihan, tegangan direduksi 5% karena kehilang
an tegangan akibat pengangkuran dan perpendekan elastik pada beton. Hitunglah tegangan
pada beton saat peralihan.
r
118 Desain Struktur Beton Prategang

,]:
j mm
T 75 t

Gambar 5-6. Contoh 5 - 3 .

Penyelesaian
1. Gunakan penampang netto beton. Titik berat dan I dari penampang netto beton di
hitung sebagai berikut
Ac = 60.000 - 3 .7 5 0 = 5 6 ,25 X 1 0 3 m m 2
3.750 X 75
Yo = 5 mm
60.000 - 3 . 7 5 0
2 0 0 X 300 3
- 3 7 5 0 X 8 02
50 X 753
I + 60.000 X 5 2
12 12

Gay a prategang total p ad a b aja = l 035 X 5 2 0 X 9 5% = 5 1 1 , 3 kN

-5 1 1 . 300 + 5 1 1 . 300 X 80 X 1 45
fc 56.250 - 426 X 1 0 6
- 9 ,09 + 1 3 ,92 = + 4 , 8 3 MPa untuk serat atas
fc = -- 9 ,09 - 1 4 , 8 8 = - 2 3 , 9 7 MPa untuk serat bawah

Penye!esaian
2. Gunakan penampang bruto beton. Penyelesaian pendekatan dengan menggunakan pe
nampang bruto beton akan memberikan hasil tidak begitu dekat pada kasus ini (per
bedaan 1 1 %) :
-5 1 1 . 300 5 1 1 . 300 X 7 5 X 1 5 0
fc
60.000 (200 X 3 00 3 )/ 1 2
- 8 ,5 2 1 2 ,7 8
+ 4,26 MPa untuk serat atas
-2 1 , 30 MPa untuk serat bawah

Jika eksentrisitas tidak terjadi pada salah satu dari sumbu utama penampang, selanjutnya
perlu untuk menguraikan kembali momen menjadi dua komponen momen pada kedua
sumbu utama, Gambar 5-7; m aka tegangan pada setiap titik

F Fe x Fe, V
f =:. - '-
-- -- __
. _

A I, I,

Karena beton bukan bahan elastis yang sesungguhnya, teori elastisitas di atas tidak eksak.
., Tetapi, pada beban kerja, bentuk perhitungan itu dapat diterima. Bila tegangan-tegangan

s;ngat tinggi, teori elastisitas tidak lagi benar.
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 19

Gambar 5-7. Eksentrisitas sistem prategang pada dua arah.

Metode di atas selanjutnya menganggap bahwa penampang beton belum retak. Jika itu
sudah terjadi, bagian yang retak harus dihitung atau diperkirakan, dan perhitungan dibuat
yang sesuai. Perhitungan u ntuk penampang retak pada beton selalu rumit. Untunglah, ke
adaan semacam itu j arang dijumpai pada perancangan beton p rategang yang sesungguhnya.
Umumnya, setiap tegangan tarik yang tinggi yang dihasilkan oleh gaya prategang diimbangi
oleh tegangan-tegangan tekan akibat berat sendiri komponen struktur, sehingga pada ke
nyataannya tidak ada retak-retak akibat kombinasi gaya prategang dan berat sendiri balok.
Sehingga seluruh penampang beton dapat dianggap efektif, walaupun pada tahap-tahap ter
tentu dalam p erhitungan di atas kertas tegangan tarik yang tinggi akan terlihat.
Selama operasi sistem p asca-tarik, beton dapat mengalami tegangan yang tidak normal.
Anggap bahwa ada satu tsmdon di setiap sudut dari penampang beton persegi. Bila keempat
tendon ditarik, seluruh penampang beton akan mengalami tekanan yang merata. Tetapi bila
hanya satu tendon yang ditarik penuh, akan timbul tegangan tarik yang tinggi seperti juga
tegangan tekan yang tinggi pada beton. Jika ada dua dongkrak y ang tersedia, mungkin dua
tendon yang berhadapan diagonal dapat ditarik pada waktu yang bersamaan. Kadang
kadang p erlu untuk menarik tendon-tendon secara bertahap, yaitu hanya menariknya se
bagian dan menarik kembali setelah yang lainnya tetah ditarik. Perhitungan tegangan-tegang
an selama penarikan dibuat juga berdasarkan teori elastik. Dapat dipercaya bahwa teori
elastik cukup akurat sampai pada titik retak, meskipun tidak dapat digunakan untuk mem
perkirakan kekuatan batas.
Pemeriksaan tegangan yang diizinkan adalah suatu cara pemeriksaan kemampulayanan
(serviceability), dan Peraturan ACI terus-menerus memakai nilai batas dari tegangan izin.

5-3 Tegangan pada Beton Akibat Beban


Tegangan pada beton yang dihasilkan oleh momen lentur eksternal, baik akibat berat sen
diri balok atau setiap be ban ekstemal, dihitung dengan teori elastik biasa.

!= My (5-6)
I

Untuk balok pratarik, baja selalu direkatkan ke beton sebelum momen eksternal be
kerja. Sehingga penampang yang menahan momen eksternal adalah penampang kombinasi.
Dengan perkataan lain, nilai-nilai y dan I harus dihitung berdasarkan penampang yang di
transformasikan, dengan mempertimbangkan baik baja maupun beton. Untuk pendekatan,
baik penampang bruto maupun penampang netto beton dapat digunakan dalam perhitung-
120 Desain Struktur Beton Prategang

an-perhitungan ; besarnya kesalahan dapat diperkirakan dan tidak akan menjadi serius, ke
cuali p ada kasus-kasus khusus .

Bila baja pada balok ditarik setelah b eton mengeras (pasca-tarik) dan direkatkan , untuk
setiap beban y ang bekerja setelah terjadi rekatan, penampang y ang ditransformasikan akan
digunakan sebagai balok pratarik. Tetapi, jika beban atau berat sendiri balok bekerja se
belum terjadi rekatan, penampang itu bekerja sebagai penampang netto beton yang menjadi
dasar perhitungan tegangan-tegangan. Untuk balok-balok pasca-tarik yang tanpa rekatan,
penampang netto beton merupakan satu-satunya yang tepat untuk perhitungan seluruh
tegangan. Hal ini dapat melahirkan pemikiran bahwa jika b alok tidak direkatkan , seti ap
lenturan balok dapat mengubah keseluruhan gaya prategang pada baja, dan pengaruhnya
dapat dihitung atau diperkirakan secara terpisah seperti dibahas pada Pasal 4-5.
Seringkali hanya diinginkan tegangan-tegangan yang dihasilkan pada beton akibat gaya
prategang dan beban-beban, sebagai pengganti nilai masing-masing. Kombinasi Persamaan
5-5 dan Persam aan 5-6 akan diberikan pada persamaan berikut.

(5-7)

Salah satu d ari ketiga bentuk ini dapat digunakan, tergantung mana yang paling menyenang
kan. Tetapi, agar betul, p enamp ang yang digunakan d alam perhitungan y dan I harus sesuai
dengan penampang yang sesungguhnya p ada gaya yang bekerja. Cukup sering terjadi gaya
prategang F bekerja pada penampang netto beton, sementara beban eksternal bekerja pada
penampang yang ditransformasikan. Harus dilatih untuk mengambil keputusan bilamana
harus dilakukan perhitungan yang lebih teliti dan bilamana perhitungan pendekatan dapat
dilakukan untuk setiap kasus.
Bila eksen trisitas gaya prategang dan momen ekstern al ada di sepanjang dua sumbu
utama, p ersamaan elastis umum dapat digunakan.

(5-8)

CONTOH 5-4
Sebuah balok beton pasca-tarik dengan rekatan, Gambar 5-8, mempunyai gaya prategang
sebesar 1 5 7 5 kN pad a baja segera setelah peralihan, yang mungkin harus direduksi menjadi

4,50 m 300 mm

n
- - - - - - - - - - - - -

Tampak Balok
c.g.s.
-ill
--rr
l
o ,
j

Penampang d i Tengah Bentang

Gambar 5-8. Contoh 5-4.


A nalisis Penampang untu k Menalzan Lenturan 121

1 3 5 0 k N akibat kehilangan gaya prategangnya. Ba1ok tersebut mernikul d u a beban hidup


masing-masing sebesar 45 kN di sarnping berat sendirinya yang 4,5 kNfm. Hitung tegangan
serat terbesar di tengah-tenga:h bentang, (a) akibat kondisi awal dengan gaya prategang
penuh dan tanpa be ban hid up, (b) akibat kondisi akhir setelah terjadi kehilangan gay a pra
tegang dan dengan b eban hidup penuh.
Penyelesaian Agar eksak secara teoretis, penampang netto beton harus digunakan
sarnpai waktu grouting, setelah itu penarnpang yang ditransformasikan harus dipertimbang
kan. Hal ini tidak sungguh-sungguh perlu, dan sebuah penyelesaian pendekatan tetapi cukup
eksak diberikan di bawah ini, yang menggunakan penampang bruto beton,

I = 300 X 6003/ 1 2 = 5400 X 1 0 6 mm4

1 . Kondisi awal. Mornen beban-rnati di tengah-tengah bentang, dengan m engasumsi


kan balok di atas dua turnpuan setelah proses prategang:

'L2 = 4500 X 1 2 2
M= -
= R I kN-m
R R
F Fer M r
J= -
A - I -I
- 1 .575.000 1 .575 .000 X 1 25 X 300 R l .OOO X l 000 X 300
I RO.OOO 5400 X 1 0 6 5400 X 1 0 6
== - 8 ,7 5 + 1 0 ,94 - 4 , 5 0 = - 2 , 3 1 MPa, serat atas
= - 8 ,7 5 - 1 0,94 + 4 , 5 0 = - 1 5 , 1 9 MPa, serat bawah

2. Kondisi akhir. Momen beban-hidup di tengah-tengah bentang 202,5 kN-m ; ka =

rena itu, mornen 1uar total 2 8 3 , 5 kN-rn, sementara gaya prategang direduksi rnenjadi
=

1 35 0 k N ; sehingga,

- 1 . 3 5 0 . 000 1 . 3 5 0.000 X 1 2 5 X 300 2 8 3 . 5 00 X 1 000 X 300


f + .::.::_:_::.-.:...
.:.. ..::.
.c. ..::.
..::. ..c.._..:...
..::. .:. ..:.
5400 X 1 0 6
-----

1 80. 000 5 400 X 1 06

= 75
- , + 9 , 3 8 - 1 5 ,7 5 = - 1 3 ,87 MPa, serat atas
= 7, 5
- - 9 , 3 8 + 1 5 ,75 = - 1 , 1 3 MPa, serat bawah

Contoh S-4 menjelaskan analisis tegangan beton prategang dengan cara konvensional, tetapi
diingatkan lagi bahwa pada Pasal 1-2 diterangkan metode pendekatan yang lain di mana
pusat tekanan C di beton diletakkan sejauh a dari pusat gaya prategang T di baja sehingga

Ta = Ca = M (5-9 )
Dengan metode ini, tegangan pada beton tidak dianggap sebagai yang dihasilkan oleh gaya
prategang dan momen ekstemal secara terpisah, tetapi ditentukan o!eh besar dan tempat
pusat tekanan C, Gambar 5-9. Hampir semua balok tidak memikul gaya aksial, karena itu C
sama dengan T dan ditempatkan sejarak a dari T.

a = M/ T
Karena nilai T a dalah nilai F pada balok prategang, maka itu diketahui dengan ce rmat.
Jadi perhitungan a untuk m omen M yang diketahui hanyalah persoalan statika. Sekali pusat
tekanan C ditempatkan pada penampang beton, distribusi tegangan dapat ditentukan, baik
dengan teori elastik maupun dengan teori plastis. Umumnya teori elastik diikuti pada kasus ,

mana diperoleh ,
1 22 Desain Struktur Beton Prategang

. --
--L_ _j e
,
-

--
- -- ----
k------------
----

a
---- ..._..-::-
_ ::._ - !2E
- i
C c.g.c.
T

Gambar S-9. Kopel penahan internal C-T dengan lengan a .

C = T = F, ( 5- 1 0)

di man a e adalah eksen trisitas C, bukan F.


Mengikuti cara pendekatan ini, sebuah balok prategang dipe rtimbangkan sama de ngan
balok be ton be rtu lang den gan baj a me mbe rikan tambahan gaya tarik T, dan beton mem
be rikan tambahan gaya tekan C. C dan T bersama- sama me mbentuk kopel penahan mome n
ekste rn al. O le h karena itu nilai A dan I yang digunakan pada pe rsamaan di atas harus pe
n ampang netto beton, dan buk an penampang yang ditransformasikan. J ika sebuah balok
mempunyai selubung yang digrout un tuk rekatan, tegangan pada grou t se su ngguhnya be r
beda dari beton yan g berbatasan; dan penyele:mian te ore tis yan g eksak harus dilakukan.
Untuk ke adaan seperti itu, disarankan u ntuk menggunakan penampang bru to be ton untuk
seluruh perhitungan agar le bih sederh ana. Hanya bila menyelidiki tegangan sebe lu m grou
ting se baiknya digunakan penampang netto beton dan pe nye mpurnaan tidak disyaratkan
dalam banyak kasu s desain .
Dapat diperhatikan bahwa Pe rsamaan 5 - 1 0 hanyalah ben tu k yang be rbe da dari Per
samaan 5 -7 , dengan e yan g di hitung dari C, j adi mengkombinasikan pe ngaruh M de ngan
eksentrisitas F. Meskipu n pe rsamaan terse bu t secara nyata identik, tetapi pe ndekatannya
be rbe da. Dengan mengikuti pendekatan kedu a, seluruh ke tidaktepatan dipindahkan ke
dalam perkiraan gaya prategang e fektif pada baj a, yang u mu mnya dipe rkirakan 5 %. Setelah
itu, letak C adalah soal sederhan a dalam statika, dan distribusi C ke se lu ruh pe nampang
dapat dihitu ng dan dibayangkan dengan mudah. Cara pe ndekatan ini akan dijelaskan kemu
dian pada bab beriku t pada desain penampang be ton.

CONTOH 5-5
Untuk soa1 yang sama dengan Contoh 5-4, hitung tegangan-tegangan beton akibat kondisi
pembebanan akhir dengan mcncmpatkan pusat tekanan C untuk penampang beton terscbut.
Penyelesaian Kemba1i ke Gambar 5- 1 0 , a dihitung dengan

a = ( 2 83,5 X 1 000)/ 1 350 = 2 1 0 m m

J adi e untuk C ada1ah 2 1 0 - 1 25 = 85 mm. Karena C = F = 1 350 kN.

j -=-
C Cer
A I
- 1 .350 .000 1 .350 .000 X 5 X 300
I 0 .000 54()() X 1 0 "
- 7 ,50 - 6 , 3 7 = - 1 3, 8 7 MPa, serat atas
- 7 ,50 + 6,37 = - 1 ,13 MPa, serat bawah
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 23

45 kN
m
4, 50 - 1 3 , 8 7 MPa

85 mm rl


c.g.c C
----=-=- 50 kN

2 1 0 mm 11
-1,13 MPa f.-
Tampak Separu h Balo k Distribusi Tegangan
di Tengah-tengah Bentang

Gambar S-10. Contoh 5-5 .

Dengan pem eriksaan, karena pusat tekanan dekat dengan titik ketiga, distribusi tegangan
harus hampir berbentuk segitiga seperti terlihat. Dengan membandingkan penyelesaian ini
dengan Contoh S-4, kelangsungan dan kesederhanaan cara ini terlihat dengan j elas.

5-4 Tegangan-tegangan pada Baja Akibat Beban


Pada beton p rategang, tegangan pada baj a diukur selama operasi penarikan, kemudian ke
hilangannya dihitung atau diperkirakan seperti dij elaskan pada Bab 4. Bila beban mati dan
be ban hid up bekerja pada komponen struktur , perubahan tegangan yang kecil akan terjadi
pada baj a . Pada balok beton bertulang, tegangan-tegangan baja dianggap berbanding lang
sung dengan momen lentur eksternal. Bila tidak ada momen, tidak ada tegangan. Bila mo
men bertambah, tegangan baja bertambah berbanding langsung dengannya. Hal ini tidak
benar untuk balok beton prategang, yang perlawanannya terhadap momen eksternal diberi
kan dengan pertambahan panjang lengan m omen antara gay a perlawanan C dan T yang re
latif tidak berubah besarnya.
Untuk memperoleh pengertian yang jelas mengenai tingkah laku balok beton p ra
tegang, akan menarik hila pertama-tama mempelajari variasi-variasi tegangan b aj a dengan
beban pada balok seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5 - 1 1 . Sepanjang sumbu X di
petakan be ban pada balok, dan sepanjang sumbu Y dipetakan tegangan baja. Saat gaya pra
tegang bekerja pada baja, tegangan pada baja berubah dari A ke B, di mana B pada ketinggi
an /0 , yang merupakan gay a prate gang awal pad a baja setelah terjadinya kehilangan gaya
prategang akibat pengangkuran dan perpendekan elastik.
Segera setelah peralihan , belum ada beban yang akan dipikul oleh balok jika balok
masih ditunjang di atas acuan dan j ika tidak ada lendutan ke atas akibat gaya prategang.
Bila acuan dibongkar, balok memikul beratnya sendiri dan melendut ke bawah sedikit, jadi
mengubah tegangan pada baj a , menambahnya dari B ke C. Bila beban-mati balok relatif
ringan, maka balok dapat melengkung ke atas selama peralihan gaya prategang. Sesungguh
nya balok baru mulai memikul be ban bila gaya prategang rata-rata pada baja ada di titik B ' .
Mungkin saja bekisting patah secara tiba-tiba sehingga berat balok mendadak dialihkan
untuk dipikul oleh balok sendiri, atau berat itu dapat dialihkan perlahan-lahan, tergantung
dari kondisi perletakan yang sesungguhnya. Tetapi pada setiap kej adian, tegangan baja akan
bertambah dari B ' sampai ke titik C'. Tegangan pada titik C' sedikit lebih rendah daripada
/0 yang disebabkan oleh kehilangan gaya prategang pada baja yang disebabkan oleh lentur
an ke atas dari balok. Pertimbangkan sekarang bahwa kehilangan gaya prategang terjadi se
hingga tegangan pad a baja tu run dari C atau C' ke titik D, yang menyatakan prategang
efektif le untuk balok terse but. Sesungguhnya, kehilangan ini tidak akan terjadi seluruhnya
1 24 Desain Struktur Beton Prategang

y
Kekuatan
b
atas [pu
.-/'' G

I Dengan

. /
/
/

..... ./ -"
G
t


/ .....
1 rekata n /

Prategang
I
0 I
o-
F'__.....- / --( _.... ....- ""
pl(>- - ,.- \.
engan
awa I
__

B
t0 - -o C
6,,
{'
r e k atan
-- F
-----frn
p
f!
Tanpa rekatan
_r t ganr;_l-
efektif fe
-==- -: =<F - -
o[
I
y

jI
I
Tanpa rekatan

iI

l
!1l B' I
]' :>--- - - ......



I
!
I
.

A
----8
- b-
I
n _________ bL-----
I
b--------------b---- X
"'
e a Be an Be a n Be a n
f-
b
gelagar kerja retak atas

b
Be a n pada ba l o k

Gambar S - 1 1 . Variasi tegangan baja terhadap beban.

seketika tetapi akan terjadi menerus sarnpai beberapa waktu. Tetapi, untuk memudahkan
pembahasan, anggaplah bahwa seluruh kehilangan terjadi sebelum pemakaian beban-mati
atau beban-hidup tarnbahan.
Sekarang tarnbahkanlah beban hidup pada balok sampai mencapai beban kerja penuh.
Balok akan melentur dan melendut ke bawah, dan tegangan pada baja akan bertambah.
Untuk balok terekat, penambahan seperti itu secara sederhana dapat dihitung dengan teori
elastik biasa,

My
af. = n'
s '.le = n -
/

di mana I dan y bersesuaian dengan penampang retak, dan n adalah perbandingan modulus
baja terhadap beton. Karena perubahan maksimum tegangan beton pada baja tidak lebih
daripadq sekitar 1 4 MPa untuk kebanyakan kasus, perubahan tegangan pada baja yang ber
hubungan dengan itu dibatasi sampai 2000n , atau 8 4 MPa untuk nilai n = 6. Tahap ini di
nyatakan dengan garis DE pada Gambar 5 - 1 1 . Besar artinya untuk memperhatikan bahwa
pada beton prategang, variasi tegangan baja untuk beban kerja dibatasi sampai sekitar 8 4
MPa meskipun gaya prategang mungkin sampai setinggi 1 035 MPa.
Jika balok dibebani berlebihan, di luar beban kerja dan mencapai titik retak, pertarn
bahan tegangan baja masih mengikuti teori elastik yang sama. Jadi garis DE diperpanjang
sampai ke titik F. Ini akan menyatakan tegangan tarik pada beton sekitar 3,5 MPa pada
baja yang menunjukkan pertambahan pada tegangan baja sekitar 6 X 3 , 5 = 2 1 MPa dari E
ke F.
Bila penampang retak, terjadi pertambahan tegangan yang mendadak pada baja, dari
F ke F ' untuk balok dengan rekatan. Setelah retak, tegangan pada baja akibat beban akan
bertambah lebih cepat. Bila beban kemudian bertambah, penampang akan perlahan-lahan
mendekati kekuatan batasnya, lengan m omen dari kopel C- T tidak dapat ditambahkan lagi,
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 25

dan pertambahan beban disertai dengan pertambahan yang seimbang pada tegangan baja.
Hal ini akan terus berlangsung sampai ke titik hancur. Dari hasil-hasil berbagai percobaan,
diketahui bahwa tegangan pada baja sangat mendekati kekuatan batasnya pada saat ke
runtuhan balok tidak diakibatkan oleh geser atau rekatan . Jadi kurva tegangan dapat di
gambarkan kira-kira dari F' ke G, biasanya sedikit di bawah fpu , kekuatan batas baja.
Perhitungan tegangan baja setelah retak dan sampai ke beban batas adalah persoalan
yang dapat lebih teliti diselesaikan dengan analisis seperti diperlihatkan kemudian pada bab
ini. Tetapi harus ditunjukkan bahwa di antara dua titik F' dan G ada sebuah titik di mami
baja tidak lagi elastis, elastis dalam arti tidak ada deformasi permanen yang disebabkan oleh
beban eksternal. Titik ini adalah batas di mana struktur, seperti jembatan atau gedung,
dapat dibebani tanpa terjadi kerusakan tetap, tetapi akan lebih tinggi dari tingkat beban
kerja. Jika dapat ditentukan dengan mudah, mungkin ini adalah kriteria yang lebih berarti
untuk desain daripada beban retak a tau beban batas untuk beberapa keadaan khusus.
Jika balok tidak terekat, tegangan pada baja akan berbeda daripada balok terekat.
Dengan menganggap bahwa prategang efektif diperoleh sebelum penambahan beban eks
ternal apa pun, tegangan pada tendon tanpa rekatan dapat dibahas sebagai berikut: Mulai
dari titik D, saat beban ditambahkan ke balok, maka balok akan melentur dan baja bergeser
terhadap beton. Karena pergeseran ini, metode penampang komposit baja dan beton tidak
lagi digunakan. Sebelum terjadi retak pada beton, tegangan pada beton akibat setiap mo
men eksternal M diberikan oleh
My
J=
I
di mana I dan y adalah untuk penampang net to be ton. Tetapi harus diingat bahwa tegangan
pada baja b erubah saat beban bekerja, Gambar 5 - 1 2. Karena itu persoalan menjadi lebih
rumit.
Pada bagian momen maksimum, tegangan pada tendon tanpa rekatan akan bertambah
lebih lambat daripada tendon dengan rekatan. Hal ini disebabkan setiap regangan pada se
buah tendon tanpa rekatan akan didistribusikan sepanjang tendon. Sehingga, bila beban di
tambahkan sampai beban kerja atau beban retak, tegangan baja akan bertambah masing
masing dari D ke E 1 , F 1 , dan F; , di bawah E, F, dan F', Gambar 5- 1 1 . Untuk menghitung
regangan rata-rata kabel, perlu untuk menentukan perpanjangan total tendon akibat mo
men pada balok. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegralkan regangan sepanj ang ten
don. Jika M adalah momen pada setiap titik dari balok tanpa rekatan ; tegangan satuan
beton pada setiap titik diberikan oleh
J=-
8= - My
E EJ

Sebelum pem bebanan

Gambar 5-12. Perubahan panjang kabel pada balok tanpa rekatan.


r
1 26 Desain Struktur Beton Prategang

Regangan total sepanjang kabel adalah

J
il = dx = J EJ
My dx

Regangan rata-rata adalah

il
L
= J LE
My dx
I c

Tegangan rata-rata adalah

(5- 1 0)

Jika y dan I konstan dan M adalah bentuk integral dari x, penyelesaian integral ini seder
hana. Jika tidak, lebih mudah untuk menggunakan grafik atau integral pendekatan.
Setelah retak terjadi pada balok tanpa rekatan, tegangan pada baja bertambah lebih
cepat akibat beban, tetapi tidak akan bertambah secepat pada bagian momen maksimum
pada balok dengan rekatan yang hampir sama. Pada balok tanpa rekatan, umumnya tidak
mungkin untuk mengembangkan kekuatan batas pada baja saat keruntuhan balok. Jadi
kurva tegangan diperlihatkan lebih ke atas dari F; ke G 1 , dengan G 1 di bawah G dengan
jumlah yang cukup besar. Jelaslah bahwa beban batas untuk balok tanpa rekatan kurang
daripada untuk balok dengan rekatan yang bersesuaian, meskipun mungkin ada perbedaan
yang sangat kecil antara beban retak untuk kedua balok terse but. Ada kecenderungan bah
wa balok tanpa rekatan akan memiliki retak-retak yang besar sebelum runtuh. Retak-retak
yang besar ini cenderung untuk mengkonsentrasikan regangan pada beberapa penampang
yang dialokasikan pada beton, jadi menurunkan kekuatan bat as. Karena itu, kekuatan balok
tanpa rekatan dapat ditam.bahkan cukup berarti dengan penambahan penulangan biasa yang
terekat, yang cenderung untuk menyebarkan retak-retak dan membatasi ukurannya, dan
juga memberikan pengaruh bagi gaya tarik pada momen penahan batas. Peraturan ACI me
nentukan jumlah minimum dari tulangan terekat tambahan seperti itu.

CONTOH 5-6
Sebuah ba1ok pasca-tarik di atas dua tumpuan dengan bentang 1 2 m diper1ihatkan pada
Gambar 5- 1 3 . Balok tersebut memikul beban ekstema1 1 1 kN/m di samping beratnya sen
diri sebesar 4 , 5 kN/m. Gaya prategang awa1 pada baja ada1ah 9 5 0 MPa, yang berkurang men
j adi 820 MPa sete1ah menguranginya dengan se1uruh kehi1angan gaya prategang dan meng
anggap tidak ada 1enturan pada balok. Kabe1 parabola itu mempunyai luas 1 600 mm 2 ,
n = 6. Hitung tegangan baja pada tengah-tengah bentang, dengan menganggap : ( 1 ) baja di
rekatkan dengan grouting: ( 2 ) baja tidak direkatkan dan bebas untuk bergerak.
Penyelesaian
1. Momen di tengah-tengah bentang akibat beban mati dan beban hidup adalah

wL 2 _ ( 1 1 + 4 ,5) X I OOO X I 2 2
8 8

= 279 kN-m
M om en di tengah-tengah bentang akibat gaya prategang ada1ah

1 600 X 820 X 1 25 = 1 64 kN-m


A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 27

300 mm
+ kN/m
11 4,5
II
_/ Kabel parabola
---L - - - - - -=-- - -- 1 25
JJ
. mm l600 mm
mm
1 75
0
- -

12 m
------------------ Penampang di
Tampak Balok Tengah-tengah Bentang

L/2

Diagram Momen Parabola

I D ia.9ram y parabola

Gambar 5 - 1 3 . Contoh 5-6.

Momen netto cti tengah-tengah bentang acta1ah 2 7 9 - 1 64 = 1 1 5 kN-m. Tegangan be


ton pacta baja akibat 1enturan ctengan menggunakan I ctari penampang bruto beton acta-
1ah

My _ 1 1 5 X 106 X 1 25
= 2 ' 66 MPa
l 5400 X 1 0 6
Tegangan pacta baja kemuctian ctitambahkan ctengan
fs = nfc = 6 X 2,66 = 1 6 MP a

Resu1tan tegangan pacta baja = 8 3 6 MPa cti tengah-tengah bentang.


Penyelesaian
2. Jika kabe1 tictak ctirekatkan ctan bebas untuk bergerak, regangan atau tegangan rata-rata
harus ctipero1eh untuk se1uruh panjang kabe1 ctengan Persamaan 5- 1 0,

n Mv
f=z J [ dx
Dengan menggunakan y0 ctan M0 untuk tengah-tengah bentang ctan mengukur x ctari
tengah-tengah ben tang, kit a ctapat menyatakan y ctan M cta1am x, j acti,
128 Desain Struktur Beton Prategang

[ I ( L2 r]
Y = Yo

Ll
f.. =
jn [ I ( Lj2x )2] 2 dx
+ L/2
MoYo

[ x 32 ( L/2/ x3 5( Lj2)4 x5 ] + '1 2


- I./2

, 12
n MoYo
-u +

=
(; )
8

1
5
n JYo

8
xang besarnya
5
f dari tegangan di tengah-tengah bentang balok yang terekat atau
Ts 0 6)
= 8 , MPa.
8
Resultan tegangan baja adalah 820 + 8 , 5 = 8 2 , 5 pada seluruh kabel. Pada per
hitungan ini digunakan 1 dari penampang bruto beton dan p engaruh pertambahan te
gangan baja pad a tegangan bet on juga diabaikan. Tetapi ini merupakan kesalahan pada
derajat dua. Karena perubahan pada tegangan baja relatif kecil, perhitungan eksak
j arang dibutuhkan dalam persoalan desain yang sesungguhnya.

5-5 Momen Retak


Momen yang menghasilkan retak-retak rambut pertama pada balok beton prategang di
hitung dengan teori elastik, dengan menganggap bahwa retak mulai terjadi saat tegangan
tarik pada serat terluar beton mencapai modulus keruntuhannya. Pertanyaan telah diajukan
mengenai kebenaran cara ini. Pertama-tama, beberapa insinyur yakin bahwa beton yang di
beri gaya prategang menjadi benda yang kompleks di mana perilaku tidak dapat diperkira
kan secara teliti dengan teori elastik. Kemudian dipertanyakan lagi apakah percobaan lentur
biasa untuk modulus keruntuhan akan memberikan angka-angka untuk menyatakan ke
kuatan tarik beton pada beton prategang. Tetapi banyak data percobaan yang tersedia ter
lihat menunjukkan bahwa teori elastik cukup teliti sampai ke titik retak, dan cara ini seka
rang digunakan. Nilai modulus keruntuhan fr pada Peraturan ACI adalah 0,62 Yf:: dengan
satuan untu k fr dan f dalam psi.
Harus dipe rhatikan fakta bahwa modulus keruntuhan hanyalah merupakan ukuran per
mulaan retak-retak rambut yang seringkali tidak terlihat oleh mata telanjang. Tegangan
tarik yang lebih tinggi dari modulus perlu untuk menghasilkan retak-retak yang terlihat.
Pada bagian lain, jika beton telah retak sebelumnya oleh beban berlebihan, susut, atau
sebab-sebab yang lain, retak-retak dapat terlihat kembali pada tegangan tarik yang terkecil.
Jika balok terbuat dari blok beton, kekuatan retak akan tergantung dari kekuatan tarik dari
material penyambung.
Kembali kepada Persamaan 5-7 , jika fr adalah modulus keruntuhan , diperlihatkan bah
wa, bila

retak-retak dianggap mulai terjadi. Dengan mentransposkan suku-suku pada persamaan di


atas, maka diperoleh nilai momen retak yang diberikan oleh

Fl !,. I
.M = Fe + - +- (5- 1 1 )
Ac c
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 29

j; _.j 1--
1 i 1/' f;l
+

B l ok Tegangan
untu k M 1
\
j Lr f'_J
Blok Tegangan Blok Tegangan
untu k M2'/ =
u ntukM1 + M2

Gambar 5-14. Momen retak.

di mana frf/c memberikan momen perlawanan akibat modulus keruntuhan beton, Fe mo


men perlawanan akibat eksentrisitas gaya prategang, dan FI/Ac akibat tekanan Iangsung
gaya prategang.
Persamaan 5- 1 1 dapat diturunkan dari pendekatan lain. Bila pusat tekanan beton ada
pada titik kern atas, pada serat bawah tegangan menjadi nol. Momen perlawanan diberikan
oleh gaya prategang F dikalikan lengan momen diukur dari titik kern atas (lihat Lampiran
A untuk definisi titik-titik kern kt dan kb), Gambar 5- 1 4, jadi,

Penambahan momen yang ditahan oleh beton sampai ke modulus keruntuhan adalah
M2 ftl/c. Sehingga momen total saat retak diberikan oleh
=

(5- 1 2)

yang dapat dilihat sama dengan P-ersamaan 5- 1 1 .


Agar secara teoretis betul bila menggunakan kedua persamaan di atas, kita harus hati
hati dalam memilih penampang yang benar untuk perhitungan /, r, e , dan c. Untuk meng
hitung suku frf/c, penampang yang ditransformasikan harus digunakan untuk balok tanpa
rekatan (perubahan secukupnya dibuat untuk nilai gaya prategang akibat lenturan balok

seperti yang dijelaskan pada Pasal 4-8). Untuk suku F ( e + :2 ), baik penampang bruto
maupun penampang netto harus dipertimbangkan, tergantung dari perhitungan gaya prate
gang efektif F. Untuk persoalan praktis, penyempurnaan seringkali tidak diperlukan, dan
akan lebih mudah menggunakan satu penampang untuk seluruh perhitungan. Untuk me
nyederhanakan perhitungan, penampang bruto beton paling sering digunakan. Jika luas
lubang merupakan bagian yang penting dari luas bruto, luas netto dapat digunakan. Jika
persentase baja adalah tinggi, luas yang ditransformasikan lebih disukai. Insinyur harus
membedakan dalam memilih cara penyelesaian yang konsisten dengan derajat ketelitian
yang disyaratkan untuk persoalannya.

CONTOH 5-7
Untuk soal yang diberikan pada Contoh S-6, hitung beban merata mati dan hidup total
yang dapat dipikul oleh balok, ( l ) Ufl:tuk tegangan tarik nol di serat bawah, ( 2 ) untuk retak
130 Desain Struktur Beton Prategang

E
300n mm E
8
-

nMPa -4,2 MPa


15
r -19,2 MPa
0 l n
!T-n-;
"'j_ :: 1350 nm k

'q
125 0
4,2 MPa J L 4,2 MPa I I
mm
Penampang Balok
--i
303,8 M = 75,6 379,4 kN -m
kN/m M = k N /m M =

Gambar 5-1 5 . Contoh 5 -7 .

pacta serat bawah pacta m odulus keruntuhan 4 , 2 MPa dan dengan mengasumsikan beton
menahan tarikan sampai nilai itu.
Penyelesaian
1 . Dengan mempertimbangkan penampang kritis di tengah-tengah bentang dan dengan
menggunakan penampang bruto bet on dalam seluruh perhitungan, kt diambil 1 00 m m
d i ata s tengah-tengah tinggi balok, Gam bar 5- 1 5 . Untuk memperoleh tegangan nol di
serat bawah, pusat tekanan harus ditempatkan pacta titik inti (kern) atas. Oleh karena
itu momen penahan diberikan oleh gaya prategang dikalikan dengan lengan momen,
jadi

F( e + k 1 ) = 1 350( 1 25 + 1 00) = 303,8 kN-m

Penyelesaian
2. Penambahan momen yang dipikul oleh penampang sampai permulaan retak adalah

frl _ 4,2 X 5 400 X 1 0 6


c 300
= 7 5 ,6 kN-m

Momen total saat retak adalah 3 0 3 ,8 + 7 5 ,6 = 3 79,4 kN-m, yang juga dapat diperoleh
langsung dengan menggunakan Persamaan 5 - 1 1 atau 5- 1 2 .

5-6 Momen Batas - Tendon Terekat


Analisis eksak kekuatan batas penampang beton prate gang akibat lenturan adalah persoalan
teoretis yang rumit, sebab baik baja maupun beton umumnya ditarik di luar daerah elastis
nya. Bagian berikut ini mengembangkan teknik analisis untuk balok dengan rekatan. Tetapi,
untuk tujuan desain praktis di mana ketelitian sebesar 5 - 1 0% dipertimbangkan cukup,
prosedur yang relatif sederhana dapat dikembangkan.
Banyak percobaan telah dilakukan dan banyak makalah telah dibuat mengenai kekuat
an batas penamp:mg beton bertulang yang mengalami lenturan. Patut diterangkan adanya
makalah-makalah di dalam tesis-tesis 2 yang disajikan sebelum Kongres Internasional Per
tama mengenai Beton Prategang yang diadakan di London pada bulan Oktober 1 9 53, dan
ringkasan makalah disajikan di Kongres Ketiga Federasi Internasional untuk Sistem Pra
tegang. 3 Di Amerika Serikat, penyelidikan laboratorium yang diadakan di Universitas
Illinois dan the Portland Cement Association memberikan hasil-hasil percobaan yang ba
nyak bersama-sama dengan rekomendasi-rekomendasi yang pasti. 4 5 6 Meskipun persan1a-
A na/isis Penampang untuk Menahan Lenturan 131

an-persamaan untuk kekuatan batas yang diusulkan oleh berbagai pengarang terlihat sangat
berbeda , umumnya dihasilkan angka-angka yang berbeda satu sama lainnya hanya beberapa
persen saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan batas beton prategang akibat
lenturan dapat diperkirakan cukup tepat .
Metode sederhana untuk menentukan kekuatan lentur batas mengikuti Peraturan ACI
diberikan di sini berdasarkan hasil-hasil percobaan yang telah diterangkan dan percobaan
percobaan lain. Metode ini dibatasi untuk kondisi-kondisi berikut .

1. Kehancuran yang terutama adalah akibat lentur, bukan kehancuran akibat geser, rekat
an, atau pengangkuran yang dapat mengurangi kekuatan penampang.

2. Balok-balok terekat. Balok-balok tanpa rekatan memiliki kekuatan batas yang berbeda
dan akan dibahas kemudian.

3. Balok-balok statis tertentu. Meskipun pembahasan sama seperti penampang balok me


nerus, kekuatan batas balok menerus secara keseluruhan diterangkan dengan teori
sendi p lastis yang akan dibahas pada Bab 1 0.
4. Beban yang dipertimbangkan adalah beban batas sebagai hasil dari percobaan statik
yang singkat . Pembebanan-pembebanan seperti kejut , kelelahan (fatigue) , atau untuk
jangka waktu yang panjang tidak dipertimbangkan.

Dari metode-metode yang diusulkan untuk menentukan kekuatan lentur batas penam
pang beton prategang , beberapa di antaranya merupakan metode empiris murni dan lainnya
sangat teoretis . Metode empiris umumnya sederhana tetapi dibatasi hanya untuk keadaan
keadaan yang dijumpai dalam percobaan-percobaan. Metode teoretis dimaksudkan untuk
studi riset dan karena itu untuk perancang tidak perlu begitu rumit. Untuk tujuan desain,
pendekatan secara rasional diberikan berikut ini, yang konsisten dengan hasil-hasil percoba
an , tetapi dengan mengabaikan penyempurnaan perhitungan sehingga nilai-nilai yang betul
dan layak dapat diterima dengan usaha yang minimum. Metode ini didasarkan pada prinsip
sederhana kopel penahan pada balok prategang seperti pada balok lainnya. Pada beban ba
tas, kopel terdiri dari dua gaya,T' dan C ' , yang bekerja dengan lengan momen a ' . Baja
memberikan gaya tarik T ' dan beton memberikan gaya tekan C ' .
Sebelum lebih lanjut membahas metode ini, dipelajari terlebih dahulu ragam kehancur
an penampang beton prategang . Kehancuran penampang dapat mulai pada baja atau beton
dan dapat berakhir pada satu atau lainnya. Kasus-kasus yang paling umum adalah pada
beton bertulang-lemah (underreinforced) di mana kehancuran mulai dengan perpanjangan
baja yang berlebihan dan diakhiri dengan hancurnya beton . Jenis kehancuran terjadi baik
pada balok beton prategang maupun beton bertulang bila balok bertulang lemah. Jarang
terjadi kehancuran pada baja di dalam balok ; hal itu mungkin terjadi, sebagai contoh, bila
flens yang tertekan ditahan dan memiliki kekuatan sesungguhnya yang lebih besar. Ragam
kehan curan yang relatif kurang umum adalah pada penampang bertulang-kuat , di mana
beton hancur sebelum baja ditarik sampai ke daerah plastisnya , sehingga hanya timbul
lendutan yang kecil sebelum han cur dan ragam kehancuran yang jelas terjadi . Hal ini serupa
dengan balok beton tak-prategang bertulang-kuat . Ragam kehancuran lain yang tidak umum
terjadi pada penampang beton yang bertulang terlalu ringan, di mana kehancuran terjadi
oleh putusnya baja seketika mengikuti retak-retak yang terjadi pada beton. Hal ini terjadi
bila gaya tarik pada beton tiba-tiba dialihkan ke baja yang luasnya terlalu kecil untuk me
nyerap tarikan tambahan.
Tidak ada garis pemisah yang tajam antara persentase penulangan untuk balok ber
tulang-kuat dan balok bertulang-lemah. Peralihan dari satu jenis ke jenis lainnya terjadi se
cara perlahan-lahan apabila persentase baja bervariasi. Definisi yang tepat dari "keadaan se
imbang" tidak dapat dibuat karena baja yang digunakan untuk prategang tidak menunjuk-
1 32 Desain Struktur Be ton Prategang

kan titik leleh yang tepat. Untuk bahan yang sekarang digunakan pada beton prategang,
indeks penulangan, wp , yang mendekati nilai batas untuk menjamin bahwa baja prategang
(Aps) akan sedikit lagi mencapai daerah lelehnya, diberikan oleh Peraturan ACI sebagai
berikut:

(5- 13)
di mana

Ada situasi di mana baja prategang (Aps) dan tulangan biasa (A.) digunakan bersama
sama pada balok prategang. Pada kasus ini total baja tarik dipertimbangkan sepanjang ke
mungkinan baja tekan (A). Perbandingan penulangan batas diberikan sebagai

( w + wP - w') ..; 0,30 (5- 1 4)


di mana
w = pf;, /J; dan p = Ajbd
w' = p 'J;, /J; dan p' =A/bd
Perbandingan penulangan hampir selalu berakhir pada kehancuran plastis dan dapat di
nyatakan sebagai perbandingan tulangan lemah. Jika perbandingan dari Persan1aan 5- 1 4 me
lampaui 1 , kehancuran beton secara tiba-tiba tanpa terjadi pertambahan panjang baja yang
nyata. Jika nilainya kurang dari sekitar 0, 1 0, putusnya kabel akan terjadi mengikuti terjadi
nya retak-retak pada beton.
Definisi yang pantas mengenai persentase baja p adalah penting bagi penampang beton
prategang karena bentuknya yang tidak beraturan. Untuk kekuatan batas, bukan luas beton
total atau bentuk penampang beton, tetapi luas beton pada flens yang tertekan; sehingga p
akan lebih menunjukkan kekuatan relatif beton dan baja jika dinyatakan dalam A5/bd, di
mana b adalah le bar atau lebar rata-rata flens yang tertekan dan d adalah tinggi efektif se
perti ditunjukkan di atas oleh persamaan-persamaan Peraturan ACI.
Ba1ok-ba1ok dengan Rekatan Peraturan ACI. Untuk balok dengan rekatan bertulang
lemah yang mengikuti Peraturan ACI, baja ditarik sampai ke tingkat tegangan yang men
dekati kekuatan batasnya pada titik kehancuran beton akibat lenturan. Untuk tujuan de
sain, akan cukup teliti untuk menganggap bahwa baja ditarik sampai ke tingkat tegangan
fps yang diberikan oleh persamaan balok-terekat dari Peraturan ACI yang sangat mendekati
hasil-hasil percobaan. 6 Asalkan gaya prategang efektif fse tidak kurang dari 0,5fpu , nilai pen
dekatan berikut untuk tegangan baja pada kapasitas momen-batas balok dapat digunakan
pad a balok terekat :

(5 - 1 5)

Perhatikan bahwa jika perbandingan baja P p direduksi ( dikurangi), tulangannya menjadi se


makin lemah, dan tegangan baja [p s mendekati kekuatan batas baja prategang. Kenyataan
nya, ada beberapa data percobaan yang menunjukkan bahwa baja ditarik sampai di luar ke
kuatan batasnya. Meskipun ini tidak mungkin, barangkali dapat dijelaskan oleh fakta bahwa
kekuatan untaian kawat baja yang dipaksa untuk putus bersama-sama pada satu bagian
balok mungkin lebih tinggi dari kekuatan baja yang dites dalam bentuk contoh-contoh,
karena, selama percobaan benda contoh dilakukan, hanya kekuatan dari hubungan yang
terlemah saja yang dicatat.
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 33

Peraturan ACI
k'd a
k, 0,85

Gambar 5-16. Momen batas.

Perhitungan momen-penahan batas relatif sederhana dan dapat dilakukan sebagai ber
ikut. Kembali ke Gambar 5- 1 6 , gaya tekan batas beton C ' sama dengan gaya tarik batas
pada baja T ' , jadi,

C' = T' = A sJ, s

Ambil a' sebagai lengan momen antara gaya-gaya C ' dan T ' ; kemudian momen-penahan
batas diberikan oleh

M'= T'a' = A s !, s = Mn (kekuatan nominal menurut Peraturan A C I)

Untuk menentukan lengan momen a ' , hanya perlu menempatkan pusat tekanan c ' . Banyak
teori plastis untuk distribusi tegangan-tekan beton pad a saat kehancuran, 7 dengan meng
anggap blok tegangan sebagai bentuk persegi panjang, trapesium, parabola, dan lain-lain.
Meskipun distribusi tegangan sebenarnya merupakan persoalan yang sangat menarik untuk
riset, untuk tujuan desain, setiap cara ini akan cukup teliti, karena akan menghasilkan lengan
momen a ' yang hampir sama, jarang berbeda lebih dari 5%.
Dengan memilih blok tegangan yang paling sederhana, empat per segi panjang, untuk
tekanan batas pada beton, tinggi garis netral batas k'd dihitung dengan

di mana k If;, adalah tegangan tekan beton rata-rata pada keruntuhan. Sehingga,

C' A psJ,s
k ,d= =
k I Jc{'b k J Jcf'b
AsJ,s
k'= _ (5 - 1 6)
k . J:bd
Persamaan-persamaan ini digunakan jika flens tekan mempunyai lebar b yang merata pada
saat kehancuran.
'
Dengan menempatkan C pada pusat b lok tegangan persegi panjang , maka lengan mo
men adalah
a' = d- k'd/2

( )
=d 1- 5- 17)

Sehingga, momen-penahan batas adalah

(5- 1 8)
134 Desain Struktur Beton Prategang

Sekarang penentuan nilai k1 mengundang beberapa komentar. Menurut teori p1astis


Whitney untuk ba1ok beton bertu1ang, k1 seharusnya 0,85, berdasarkan kekuatan silinder.
Menurut beberapa pengarang di Eropa, k1 seharusnya 0,60 sampai 0,70 berdasarkan ke
kuatan kubus; karena kekuatan kubus adalah 25% 1ebih tinggi dari kekuatan silinder, ini
akan mem berikan nilai kira-kira 0,75 sampai 0,88 untuk k 1 berdasarkan kekuatan si1inder.
Ha1 penting yang harus dilihat oleh perancang adalah kenyataan bahwa variasi nilai k 1 tidak
memberikan pengaruh yang berarti pada 1engan momen a'. Sehingga dipertimbangkan cu
kup teliti untuk mengambil beberapa nilai pendekatan, seperti 0,85 untuk k 1 . Dengan
menggunakan 0,85 untuk k 1 , Persam aan 5 - 1 6 dapat dituliskan sebagai

J
k ' = ps (5- 1 9)
0 ,8 5J;bd
Dengan mensubstitusikan persamaan k ' ke da1am Persamaan 5- 1 8 , dipero1eh

, (
M = A ,s J, s d 1 -
A , sJ,s
2 X 0 ,8 5J;bd
) (5-20 )

Untuk penampang persegi panjang untuk daerah tekan, Pp == Aps/bd. Maka kita pero1eh

( )
persamaan berikut ini:
0 ,59p,f,5
M = A, sJ,s d ; (5-2 I )
,
I -
J
atau dari Gambar 5- 1 6 dengan notasi ACI k 'd = a

(
Mn =A ,s J, s d - ) (5 -22)

yang identik dengan yang diberikan pada Commentary of the American Concrete Institute
dan sebagai yang pertama diusu1kan o1eh ACI-ASCE Recomendation. 8
Peraturan ACI memperkenalkan faktor reduksi kekuatan, rj>, dan menuliskan Persama
an 5-2 1 da1am bentuk wP untuk menye1esaikan momen batas desain sebagai beriku t :

(5-2 3 )

Persamaan alternatif (5-22) yang dituliskan langsung dalam bentuk kopel gaya T' dan
c' menjadi persamaan momen batas de sain Peraturan ACI berikut:

(5-24)

Untuk lenturan, Peraturan ACI menggunakan rf> 0,9 dalam dua persamaan untuk Mu
==

yang diberikan di atas, Persamaan (5-23) dan (5-24). Persamaan-persamaan ini digunakan
untuk balok-balok persegi panjang atau balok-balok yang mempunyai daerah tekan beton
untuk penan1pang berbentuk persegi panjang.

CONTOH 5-8
Sebuah balok berbentuk-I diberi gay a prategang dengan luas baj a prategang Aps = 1 7 5 0
m m 2 dengan tegangan efektif, fs e , 1 1 00 MPa. c.g.s. strand (garis yang melalui titik berat
strand) y ang menyalurkan gaya prategang ter1etak 1 1 5 mm di atas dasar ba1ok seperti ter
lihat pada Gambar 5- 1 7 berikut bentuk penampang betonnya. Sifat-sifat bahan adalah :
'! f!W = 1 8 60 MPa, f = 48 MPa. Carilah momen-penahan batas dari P,enampang untuk desain
mengikuti Peraturan ACI.
A na/isis Penampang untuk Menallan Lenturan 1 35

1L'
, 460 m
0,85/,'

-

. k'L..i
,

: 14
785 mm
-550r-900
t I I .'
m m mm I
'. J
mm
2

o t- j r
L
_L
A ps 1 7 50 m m 2
.

" --
1 1 5 IL 46o
mm mm
J g

Gambar 5-17. Contoh 5-8.

Penyelesaian

1 750
Pp = 460 X 785 = 0,0048 5

Perkirakan tegangan baja pacta keadaan batas dengan Persamaan ( 5- 1 5 ) ACI yang ber
laku sehingga fse = 1 1 0 0 MP a > 0,5/pu = 9 3 0 MPa .

[
JP , = 1 860 I -( 0 ,5 ) (0 ,004 85) ( !O ) ]
I ( 5- 1 5 )

= 1 685 MPa

Periksa indeks penulangan


( 0 ,0 0 4 8 5 )( 1 6 8 5 )
Wp = = 0, 1 7 < 0, 3 0 (5- 1 3)
48

Kembali ke Gambar 5- 1 7 , sketsa penampang


T' = A PJP, = 1 75 0 X 1 685 = 2949 kN
C= 0,85/.' X 1 8 X a = 2949 kN

2949 X 1 0 3
a = ) = 1 57 mm < 1 7 5 m m Perilaku penampang persegi OK
( 0,85 ( 48 ) ( 460)

M" = T'( d- ) = 2949 ( 785 - 1 7 ) = 2084 kN-m ( 5 - 22)

M" = 0,9M" = 1 876 kN-m ( 5-24)

Perhatikan bahwa meskipun penampang pada Contoh 5-8 berbentuk-I, tetapi ia dapat
dianggap seperti "penampang persegi panjang ' ' ; daerah tekan beton adalah persegi panjang
seperti yang diperliha tkan pada Gambar 5- 1 7 dengan luas yang diarsir. Contoh berikut
membahas kasus di mana daerah tekan tidak persegi panjang .
Untuk bagian flens (daerah tekan t idak persegi panjang) masih boleh digunakan Per
sa.rnaan 5- 1 5 untuk memperkirakan tegangan baja pada keadaan bata s, /p s Lua s total baja
pra tegang , A P B , d ibagi dalam dua bagian dengan A p t untuk bagian flens dan A p w untuk
bagian badan (web) seperti diperlihatkan pada Gambar 5- 1 8 . Momen batas secara sederhana
dihitung dari dua bagian : bagian flens mempunyai resultan gaya tekan yang bekerja pada

tengah-tengah tinggi flens, hr/2 , dan lengan kopel m omen adalah ( d- 'i); bagian bad an

mempunyai resultan gaya tekan yang bekerja pada a/2 dari atas balok, dan lengan kopel

momen adalah ( d- ) Blok tegangan persegi-panjang ekivalen d ianggap seperti sebelum-


1 36 Desain Struktur Be ton Prategang

Total (b - bw )

r7""7"ry
"7"? "T7"y- 1 E77""7"71:>1 _13 f

t
+

I
Ap.( Apf Apw

Penampang Total Bagian F lens Bagian Badan

Garnbar 5 - 1 8_ Penampang yang mempunyai f!ens.

nya, Gambar 5- 1 7 , dan tinggi a ditentukan dengan luas daerah tekan yang dibutuhkan ber
dasarkan gaya total tekan dan tarik yang sama pada keadaan batas. Pembahasan Peraturan
ACI berisi persamaan-persamaan untuk Mu mencakup kasus ini yang disebut "penampang
yang mempunyai flens (flanged section)."

(5-25)

di mana (5-26)
dan
(5-27)

CONTOH 5-9
Ba1ok beton prategang berbentuk-I seperti pada Contoh 5-8 tetapi 1uas bajanya ditambah
kan menjadi Ap s = 2 3 5 0 mm2 Tegangan baja efektif tetap 1 1 00 MPa. c.g.s. strand 1 1 5 m m
di atas dasar ba1ok seperti terlihat pad a Gambar 5- 1 9 berikut bentuk penampang ba1oknya;
sifat-sifat bahan sama seperti Contoh 5-8: !p u = 1 86 0 MPa, td = 48 MPa. Carilah momen
penahan batas penampang untuk desain yang mengikuti Peraturan ACI.
Penyelesaian

2350 0 0065 1
=
Pp = (460) (785) '

2f[
-
0,8 5/; .
460 _>-j 1 7 5
1 mm , mm

1-----
-- ---.
7:5
mm
f !
550 900 z
C'

1 40 .
- m m m. m
1----:::__-_-::_-_--=-----=--- c.g.s. _ , rT)m -B {- I
_ __

_
,;
r'
- i -- ' 460
mm

115
mm
mm

Garnbar 5-19_ Contoh 5-9.


Analisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 37

Gunakan Persamaan 5 - 1 5 untuk memperkirakan tegangan baja pada keadaan batas.

J;, , = . I R60 [ 1 -( 0 , 5 )(0,006 5 1 ) ( ! ) ]


I O

= 1 625 MPa

Periksa1ah indeks penu1angan sete1ah p enampang yang m empunyai flens dievaluasi di bawah
ini. Kembali kepada Gambar 5- 1 8 dan 5 - 1 9 tentukan luas daerah tekan.

T'( total ) = {2350 ) ( 1 62 5 ) = 3 8 1 9 kN

Luas daerah tekan -


-
0 85)r
38 1 9
, ,
-
--
93 ,6 X I 0 l mm2

Luas flens = 460 x 1 75 = R0,5 X 1 0 1 mm2


Luas bad an di bawah flens = 1 3 , 1 X 1 0 1 mm2
1 3 I X 101
a = l 75 + ' = 1 75 + 94 = 269 mm
1 40

Ini membuktikan bahwa penampang bersifat sebagai "flens" seperti terlihat pada Gam
bar 5- 1 8 dan Mu sekarang dapat dievaluasi.
Kembali kepada Gambar 5- 1 8 dan dengan menggunakan persamaan Pembahasan ACl'

A p f = { O,R5 )( 4 R ) ( 460 - 1 40) ( 1 75 ) j 1 625 = 1 406 mm2 ( 5-27 )

,
A " = 23S0 - 1 406 = 944 mm2 (5-26)

Periksalah indeks penulangan untuk p enampang yang mempunyai flens:

p" " = A"" / h" d = 944/( 1 40) ( 7R5) = O,OOR59


WP " = { 0 ,00859 ) ( 1 625)j4R = 0,29 < 0 ,30

M' untuk bagian badan = A " J" , d - ( )


Mbadan = (
( 944) ( 1 62 5 ) 785 - )
2 9
= 99R kN- m

M' untuk bagian flens = 0,85f'( h '- h" ) h1 d - ( ;)


Mens = (0 , 8 5 ) (48 ) {460 - 1 40) ( 1 75) 785 - ( 1 5
)= 1 594 kN- m

M;otal = 998 + 1 594 = 2592 kN-m = M,

Perhatikan bahwa Persamaan ( 5 -2 5 ) Pembahasan A CI berisi kedua suku ini, dan dapat di
tuliskan da1am bentuk :

jadi
Mu = (0,9)(2592 ) = 2333 kN -m

"
Contoh-contoh 5-8 dan 5-9 menjelaskan kesederhanaan analisis Mu , baik untuk pe
nampang yang bersifat seb agai " per seg i p anj a ng atau yang mernpunyai "flens". Hams di
perhatikan bahwa penambahan lebih banyak baja prategang pada penarnpang Contoh 5-9
rnenyebabkan penampang hampir rnencapai batas indeks penulangan, w 0,30, yang di =

izinkan oleh Peraturan ACI. Penarnbahan baja tarik selanjutnya akan rnenyebabkan balok
1 38 Desain Struktur Be ion Prategang

menjadi bertulang-kuat dan balok tidak akan mengalami keruntuhan daktil (ductile). Pe
nambahan tulangan tekan mungkin dibutuhkan untuk menjamin bahwa terjadi daktilitas
(Persamaan 5- 1 4). Untuk penampang flens kita gunakan badan dari penampang dengan bw
dan luas baja yang dibutuhkan untuk mengembangkan kekuatan-tekan badan hanya untuk
mencari Wp w < 0,30 seperti yang dije!askan pada Contoh 5-9. Peraturan ACI mempunyai
persyaratan yang menyatakan sebagai berikut: (sama dengan Persamaan 5 - 1 4):

( 5-28 )

Suku-suku yang mengandung tulangan biasa adalah ww (baja tarik) dan w (baja tekan)
untuk Persamaan 5-28. Pada Persamaan 5 - 1 4 suku-suku yang bersesuaian adalah w dan w'.
J adi, pada analisis beton-prategang, seperti juga pada beton-bertulang, penambahan baj a
tekan akan menambah daktilitas pada saat baja (batang yang tidak ditarik) pada sisi-tekan
balok memikul sebagian dari gaya tekan total, dengan meniadakan sebagian tekanan yang
seharusnya dipikul oleh beton.
Perlu diperhatikan juga pada Contoh 5-9 bahwa penambahan strand prategang menye
babkan tegangan baja pada keadaan batas dikurangi. Kurva tegangan-regangan baja pra
tegang, Gambar 2-7 , mempunyai karakteristik penambahan sedikit tegangan yang terus-me
nerus akibat regangan yang melalui batas leleh. Balok yang lebih daktil pada Contoh 5-8
(wp = 0 , 1 7 < 0,30) akan runtuh karena lentur dengan regangan baja yang lebih tinggi dan

kita dapati regangan baja dan daktilitas yang lebih kecil pada keadaan batas, dan fps =
fps = 1 685 MPa; dengan menambah Aps di dalam Contoh Soal 5-9 (wp w = 0,29 < 0,3 0)

1 625 MPa. Ha! ini akan dibahas lebih lanjut dalam hubungan dengan analisis momen-ke
lengkungan yang lebih eksak, tetapi kecenderungannya di dalam perilaku penting untuk
menyelidiki analisis Peraturan ACI, yang memberikan hasil mendekati hasil tes.
Jika kekuatan bahan dan dimensi fisis sesuai dengan nilai yang dianggap, momen batas
akan cukup dekat dengan M' yang dihitung dengan analisis Peraturan ACI . Faktor pengu
rangan kekuatan cp = 0,9 menambah keamanan dalam desain, ini dimaksudkan untuk men
menjaga kemungkinan kekuatan bahan yang kurang, kesalahan dimensi dalam pembangun
an dan kesalahan anggapan pada waktu perhitungan rancangan.

5-7 Analisis Momen-Kel engkungan - Balok dengan Rekatan


Analisis rasional yang mengikuti sifat beton-prategang dengan rekatan pada seluruh pem
bebanan total dari beban awal sampai beban hancur telah dikembangkan dan percobaan
telah menunjukkan hasil-hasil analisis yang cukup dapat diterima. Analisis momen-keleng
kungan berasal dari asumsi dasar tentang sifat bahan dan komponen struktur. Tekniknya
aka dijelaskan di baw(\h, dan sebuah contoh numerik akan menunjukkan bahwa kekuatan
batas yang didapat dengan prosedur yang lebih eksak ini dekat dengan hasil perki.raan Per
aturan ACI, M'. Tetapi pengertian tambahan dari perilaku yang dapat diperoleh dari keada
an pembebanan progresif yang menyebabkan kehancuran penting untuk ditekankan. Ana
lisis lengkap ini cukup umum dan program komputer telah dibuat untuk menghitung me
makai cara ini dengan cepat. Perhitungan dengan tangan dapat dipakai seperti akan diilus
trasikan melalui contoh soal.
Asumsi-asumsi berikut dibuat sehubungan dengan analisis momen-kelengkungan :
1. Tendon direkatkan ke beton. Perubahan regangan pada baja dan beton setelah rekatan
dianggap sama.
2. Regangan awal dari prategang efektif di tendon bila tidak ada momen yang bekerja
pada penampang digambarkan pada Gambar 5-20(a). Pada baja, terjadi regangan tekan
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 39

'/> ( Kelengkungan
Negatif)

(a) D istribusi Regangan (b) D istribusi Regangan


Pada Momen Nol Setelah Momen Bekerja

Gambar 5-20. Distribusi regangan yang diasumsikan.

beton, ece dan sementara itu tendon mengalami regangan tarik, e5e , yang bersesuaian
dengan tegangan fse , yang pada awalnya efektif.
3. Sifat tegangan-regangan bahan diketahui atau diasumsikan (Gambar 5-2 1 ) untuk di
gunakan dalam analisis.
4. Regangan diasumsikan terdistribusi secara linear sepanjang tinggi balok seperti terlihat
pada Gan1bar 5-20.
5. Gaya-gaya tarik dan tekan yang bekerja pada penampang harus dalam keseimbangan
balok yang hanya mengalami lentur tanpa beban aksial.
2

[
J; = J; -
( )]
2</>x <J>x
Tegangan beton = seperti terlihat pada Gambar 5-2 l e

di mana rpx = e pada persamaan Hognestad yang sama dengan Gambar 5-2 l a.

Cc =
le J;.b dx = bf:
le( 2 </>X
- - -2-
</>2X 2 ) dx (lihat Gambar 5-2 1 c)
o o
t: o
t: o

dengan menyelesaikan persamaan ini, r e sultan gaya tekan untuk penampang persegi panjang
adalah

C - b',le
c
- </> (
f' -
()
, 2 [1 </>C
--
3 ()
] ( 5- 29)

.X Cc fZ(fcb dx)x disubstitusikan ke dalam persamaan di atas untuk Cc dan susun kembali
=

suku-sukunya, jarak dari garis netral ke garis kerja result an gaya tekan adalah

.X = c[ 8 t:0 + 3 </> c
1 2 t: 0 - 4 </>c
] ( 5 -30 )

6. Momen batas (ultimate moment) sesuai dengan adanya regangan pada beton yang me
nyebabkan kehancuran (biasanya 0,003 mm/mm) atau regangan baja yang akan me
matahkan tendon (untuk kebanyakan baja prategang, regangan sekitar 5%).
140 Desain Struktur Beton Prategang

7. Kehancuran yang dianalisis adalah akibat lenturan, dan diasumsikan bahwa komponen
struktur akan memiliki kekuatan geser yang cukup untuk mencegah kehancuran.
Rekatan dan pengangkuran baja diasumsikan cukup untuk mencegah kehancuran se
belum mencapai kekuatan lentur pada penampang yang dianalisis.

Asumsi-asumsi yang didaftarkan di atas dikuatkan oleh data percobaan lain, dan ter
dapat beberapa komentar sebelum menerangkan prosedur analisis. Butir 1 sangat penting:
balok-balok pratarik dengan rekatan dan balok-balok pasca-tarik (tendon-tendon yang di
grout setelah penarikan) memenuhi asumsi-asumsi ini. Tendon-tendon tanpa rekatan akan
bergeser terhadap beton dan karena itu tidak memenuhi asumsi kecocokan perubahan re
gangan untuk baja dan beton. Butir 2 berhubungan dengan regangan awal yang terjadi se
belum momen eksternal bekerja. Baja akan mengalami kehilangan regangan yang akan di
perkirakan untuk mencari tegangan efektifJse yang merupakan titik awal analisis.
Setelah itu Butir 3, mengenai hubungan tegangan-regangan baja, karena se adalah
regangan baja yang bersesuaian terhadap tegangan fse dari kurva ini. Percobaan-percobaan
yang dilakukan terhadap bahan-bahan sejenis yang digunakan untuk tendon melengkapi
data ini (Lampiran B). Kurva tegangan-regangan beton di sini diasumsikan sebagai bentuk

"'
ll.
2 20
....::::

10

mm
0,001 0,002

mm
(a) Kurva Tegangan-Regangan Beton

mm
0,040
f - ---
mm
(b) K u rva Tegangan-Regangan Baja

Gambar 5-2 1 . Sifat-sifat tegangan-regangan untuk bahan.


A nalisis Penampang untuk Menahan Len turan 141

----- Sumbu netral

Tegangan Regangan

(c) Resu ltan Gaya Tekan

Gambar 5-21 (c). Resultan Gaya Tekan.

parabola yang sangat menyerupai grafik Hognestad. Ha! ini sangat disukai karena memung
kinkan pengintegralan untuk mencari resultan gaya tekan dan lokasinya dalam bentuk pe
nyelesaian yang teliti seperti diperlihatkan pada Gambar 5-2 l (c). Modulus elastisitas sekan
untuk beton, Gambar 5-2 l (a), dibuat bersesuaian dengan nilai Peraturan ACI untuk Ec , dan
5 diambil dari kurva tegangan-regangan baja yang digunakan pada b_alok. Respons mu_la
mula pada batang sebelum retak (pada tarikan di beton, fr = 0,62 vfc) adalah elastis,
dan nilai-nilai Ec dan 5 menghubungkan tegangan ke regangan bahan . Seperti diperlihat
kan pada Gambar 5-22, nilai [,. mengikuti Persamaan ACI dengan deviasi di atas atau di
bawah nilai ini.
Butir 4 berhubungan dengan regangan linear sepanjang tinggi balok, yang telah dipe
riksa oleh percobaan-percobaan balok dengan tendon terekat di mana pengukuran dilaku
kan oleh alat ukur (gage) termasuk retak. Rekatan yang baik dari baja mengakibatkan ter
j adinya banyak retak seperti diselidiki pada percobaan-percobaan yang dilakukan terhadap
balok-balok pratarik dan pasca-tarik, dan kelengkungan rata-rata cukup untuk menyatakan
respons balok terhadap momen, Gambar 5-23. Analisis ini berhubungan dengan nilai rata
rata kelengkungan dengan nilai tertinggi pada keadaan retak yang dirata-ratakan dengan
nilai yang lebih rendah, yang terjadi di antara keadaan retak. Sudut cp adalah kelengkungan
yang diukur dari regangan linear pada seluruh tinggi penampang, Gambar 5-20. Perhatikan
bahwa ini adalah nilai yang mula-mula negatif seperti terlihat pada Gambar 5-20(a) (akibat
lendutan ke atas) tetapi menjadi kelengkungan positif (lendutan ke bawah) karena momen
bertam bah, Gambar 5-20(b ) .
Keseimbangan gaya-gaya didapat dari statika, tetapi ada anggapan yang penting di sini
seperti pad a Butir 5 . Tarikan total T ' bekerja bersama-sama dengan result an tekanan C'
yang sama besarnya. Kurva tegangan-regangan untuk beton bersama-sama dengan bentuk
daerah tekan menentukan titik kerja C ' , sementara gaya tarik T' ditentukan dari penempat-
142 Desain Struktur Beton Prategang

a..
"' 4

I
2

'....!; 3

50
f-MP
a
10
Gambar 5-22. Hubungan antara modulus keruntuhan dan kekuatan tekan beton.

an tendon. Gaya tarik itu biasa bekerja pada pusat tendon baja. Bila tendon dan tulangan
baja digunakan pada balok yang sama sebagai tulangan tarik, T ' harus diselesaikan untuk
tiap jenis penulangan dan kedua gaya ini (bekerja pada titik berat tiap jenis baja) harus di
kombinasikan menjadi sebuah re sultan total T ' .
Regangan pada keadaan batas, Butir 6, didasarkan pada data percobaan. Untuk pe
rancangan, nilai menurut Peraturan ACI adalah 0,003 mm/mm, yang merupakan nilai batas
bawah dari data ini. Sesungguhnya, pengasumsian regangan yang lebih tinggi untuk ke
hancuran beton tidak membuat perubahan yang berarti pada perhitungan momen batas.
Regangan yang lebih tinggi pada keadaan batas akan menghasilkan deformasi yang lebih be
sar, jadi nilai menurut Peraturan ACI mungkin cukup aman untuk tujuan perancangan. Ha
nya beton bertulangan sedikit saja yang akan hancur akibat putusnya baja sebelum terca-

r::
0

a
( ) i"' !
a:
g> (a) Distribusi Regangan pada Serat Terluar Sepanjang Bentang

(b)

, , 11"'
r::--------------
.!!!

::.t
==== ------=====-
(c) Distribusi Kelengku ngan Sepanjang Bentang

Gambar 5-23. Distribusi regangan dan kelengkungan sepanjang bentang.


A nalisis Penampang untuk Menalwn Len turan 143

CD Asumsikanlah regangan pada serat atas-katakanlah c ; 0,00 1 5 u ntuk titi k ini

@ Asumsikanlah t i nggi garis netral c dan hitung gaya-gaya internal

, ; 0,00 1 5
[._.
I

T
-

Asumsi kan .c
<!J

- - ___ j

Tegangan Regangan

G) Periksa u n t u k mel ihat apakah c yang d i ambil menghasil kan C ' ; T'
@) Perbaiki asumsi untuk c sampai tercapai keseimbangan ( C ' ; T ' ) .
@ Dengan nilai a k h i r c carilah et> dan momen kopel.
Asu msikanlah regangan serat atas lain pada CD dan u langi
melalui u ntuk memperoleh et> dan momen.

Gambar 5-24. Analisis setelah retak untuk momenkelengkungan.

painya regangan-hancur beton pada se rat tekan ter!uar. Seperti ditunjukkan pada Bu tir 7,
kita asumsikan bahwa tidak ada tipe kehancuran yang lain ; yaitu, analisis akibat Jenturan ti
dak dapat menjamin kekuatan yang cukup terhadap geser, rekatan, atau pengangkuran,
karena ha! ini harus dicek secara terpisah.
Prosedur analisis dilakukan dengan mengasumsikan dua tahap perilaku : pertama, balok
adalah elastik dan tidak i:etak ; kedua, balok dalam keadaan retak dan sifat-sifat bahan yang
sesungguhnya digunakan untuk menganalisis respons penampang retak. Tahap pertama di
asum sikan elastik, tetapi tahap kedua tidak elastik mengikuti respons bahan. Gambar 5-24
menunjukkan Jangkah-langkah analisis penampang setelah keadaan retak. Pemeriksaan titik
ke titik dilakukan untuk serangkaian nilai yang diambil untuk regangan serat atas, di mana
titik-titik terse but secara kolektif menggambarkan. hubungan momen-kelengkungan seperti
diperlihatkan pada contoh numerik, Contoh 5 - 1 0.

CONTOH 5- 1 0
Penampang balok pada Contoh 5-8 akan dianalisis untuk menentukan hubungan momen
kelengkungan. Bahan berupa beton normal; f = 48 MPa, regangan batas pada keadaan
batas = 0,003 ; strand dengan 7-kawat dengan [p u 1 860 MPa ditentukan. Gunakan kurva
=

yang sesungguhnya pad a analisis, Gambar 5-25a, yang mempunyai kekuatan putus dari per
cobaan tipikal sebesar 1 93 0 M Pa. (Gam bar 5 -2 5 b menunjukkan fc terhadap Ec untuk be
ton.)
Carilah titik-titik untuk momen, M, dan kelengkungan, cp, untuk setiap tahap jika m o-
men bertam bah:
(a)Tahap awal - momen sama dengan no!, fse = 1 1 00 MP a.

}
(b)Regangan be ton adalah no! pada baja.
(c)Retakan pada f, 0,26 V1:, .
=

(d)Regangan serat at as 0,00 1


(e)Regangan serat atas 0,002 penampang retak
(f) Regangan serat atas 0,003
Buatlah ringkasan (ikhtisar) hasi1 termasuk tegangan baj a p ad a tiap tahap, d an petakan
kurva M terhadap cp.
144 Desain Struktur Beton Prategang

2000 Kekuatan patah j'"" " , 946 M P a


L
f f;, = 1 82 0 M Pa @l lf, " , 00 3
1 800

1 600

1 400


L
1 200

1 000
!
Strand-7 kawat yang
,
t-- "stress rel ieved"
-

800
( Hasi l percobaan dari pabr i k

r-
I
pembuatnya)
600

I
400

200

0,002 0,004 0,006 0,008 0,0 1 0 0,0 1 2 0,0 1 4 0,0 1 6 0,0 1 8


Regangan
la I Kurva Tegangan-Regangan pada Baja

J; = 48 M P a

c ) :J
50'cj;. ---"'- +---
1
1 1:,. = 3.28 x 1 04 M P a

I
_ _j

L------ Ec
t0 = 0,00248

l l>i Kurva Tegangan-Regangan pada Seton

Garnbar 5-25. Kurva tegangan-regangan bahan, Contoh 5-10.


A na/ists Penampang untuk Menahan Len turan 1 45

Penyelesaian (a) Tahap awal: asumsikan b a1ok e1astik d apat dianalisis untuk tegangan
tegangannya pada beton dengan menggunakan sifat penampang bruto dan F == Ap sfse
Sifat-sifat penampang: A = 2 3.8 X 1 03 mm2 c = 4 5 0 mm
(Gambar 5- 1 7 menunjukkan dimensi-dimensi penampang)
l, = 23 , 5 1 X 1 0 9 mm4 e = 3 3 5 mm
S, = 52,24 X 106 mm3
F = ( 1 750) ( 1 1 00) = 1 92 5 kN
E, = 4730[t' = 4730y'48 = 3 2 ,77 X 1 0 3 MPa

Hitung tegangan dan regangan yang bersesuaian p ada penampang akibat F = 440 k ( 1 9 5 7
k N ) pada e = 1 3 , 5 inci ( 3 42 ,9 mm).

1 ,3 X 1 0 - 4

1-+-p--- --=-&-&-
-8,09 + 1 2 ,34 +4,25

- -7 goTm - - 21
--=
-
X w- 4 = 'c

-8,09 - 1 2,34 - 20,43 -6,23 X 1 0 - 4

F Fee F Fe_c Teganga n


1 2 '34 A - I
I
=

8,09 MPa =
MPa
+
Regangan Seton
A
=

Ec
Tegangan (F = 1 925 k N )

Gambar 5-26(a). Tahap awal, Contoh 5-lu.

cp = kelengkungan (putaran su.dut gradien regangan pada Gambar 5-2 6(a))


_ 1 , 30 X 1 0- 4 + 6 ,23 X 1 0 -4
900

cp = - 8 ,3 7 X 1 0 -? radjmm pad a M = 0 ( momen yang bekerja)

Carilah ,e =_ regangan baja p ada fse = 1 1 00 MPa


1 1 00
.,c = = 5 79 X I Q - 3
1 90 X 1 0 3
'

Gambar 5-26(b). Regangan awal baja dan beton, Contoh 5-10.

(b) Regangan beton yang bernilai nol pada baja : momen y ang bekerja y ang menghasil
kan Ece 5 ,2 7 X I 0-4 pad a ketinggian (level) baj a akan menyebabkan regangan beton men
=

jadi no! seperti yang dikehendaki pada langkah ini. Perhatikan pula bahwa perubahan re-
1 46 Desain Struktur Beton Prategang

gangan y ang sama akan terjadi pad a baja yang terekat, j adi regangan pada baja akan men
j adi

( " , = ( ,. + ( ". = 5 ,79 X I O 3 + 0,527 X I O 3 = 6 ,32 X I O -'

f,, , = ( '" X t, = 6 ,32 X 1 0 -' X 1 90 X 1 0 3 = 1 20 1 MPa

F = ( 1 750) ( 1 20 1 ) = 2 1 02 kN

Jadi regangan efektif bertambah dari yang di (a), dan akan kita peroleh tegangan beton
yang dihasilkan dari penambahan gaya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5-26(c).

-8,83 + 1 3,48 +4,65

I , I J' '\-;,. .,
-8,83 - 1 3,48

. .81

-22,31
, ,

Tegangan
335
_M_x
23, 5 1 X 1 09
(F = 2 1 02 kN) - = 1 8,87 MPa

Gambar S-26(c). Tegangan-tegangan pada Contoh 5-10 pada tahap (b).

Dengan mencari M d ari tegangan untuk mereduksi kombinasi tegangan (dan regangan)
menj adi nol pad a baj a seperti terlihat pada Gambar 5 -2 6(c) dan dengan menggunakan 1 8,87
MPa

= 1 8,87 X 23 , 5 1 X t o Y
M = 1 324 kN-m
335

Lengkapi sketsa tegangan kombinasi dengan M y ang bekerja ini, dan carilah regangan
'
y ang bersesuaian (tegangan/Ec ) agar 1/J d apat diselesaikan seperti pada Gambar 5-26(d).

4:-=
-20,69

'
6,31 X 10 4

H,04 10 ' "Mm m

-22,31 +25,34 +3,03 0,925 X 10 4


A:1c
Tegangan
A - I I
f + fee

@ F = 2 1 02 k N @ M = 1 324 k N m q,
=
6,3 1 x l!L 4 9+o- ><_jQ _4_ = 8,04 10 7 rad/m m
x

Gambar 5-26(d). Mencari kelengkungan pada tahap (b), Contoh 5-10.

Dari perhitungan-perhitungan ini telah ditentukan titik kedua pada daerah elastis:

M= 1 324 kN-m
</> = 8 ,04 X 10 7 radjmm

(c) Kedua titik yang belakangan ini akan digunakan untuk menetapkan respons linear
elastis pada hubungan momen-kelengkungan, tetapi akan diperkirakan momen retak yang
merupakan titik akhir d ari analisis penampang tidak retak. Mer berhubungan dengan fr
v'J;,
=

0,62 modulus keruntuhan beton.

/,. = 0 ,62 /48 = 4,30 MPa


A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 147

Karena tegangan serat bawah mempunyai tegangan tarik pacta tahap (b) cti atas, kita
ctapat lihat bahwa hal tersebut hanya mem butuhkan sectikit penambahan momen untuk
memikul pertam bahan tegangan tarik

4,30 - 3 ,03 = 1 ,2 7 MPa

!l fl 9
( 1 ,27)( 2 3 ,5 1 X 1 0 )
!l M = 66 ' 4
c
= =
kN-m
450

Mer = 1 324 + 66 = 1 3 90 kN-m

Pertambahan regangan tarik pacta baj a yang sangat kecil yang menyertai momen ini
ctapat ctiabaikan. Ha! itu ctapat ctitentukan ctengan muctah karena

!l My
!l fps -
-n - 1-

cti m ana y = j arak ke c.g.s. = 335 mm

6
1 90 66,4 X 3 3 5 X 1 0
!l fps =
32, 7 7
X 9 - = 5 , 5 MPa
23,5 1 X 1 0

Tegangan baj a pacta Me r acta1ah

/ps = 1 20 1 + 5 , 5 = 1 207 MPa

Kita ctapat juga mengeva1uasi pertamb ahan ke1engkungan, yang harus ct ihubungkan
ctengan pertam bahan tegangan se rat ter1uar, Gambar 5 -2 6(e ), ct an mempero1eh kelengkung
an retak, c/>c r

-1,27 -0,39 X 10 4
(2) (0,39 X 1 0-4 ) . 0,87 x 1 0-7

\ 1; ",
rad/ mm
900 =

1 ,27 +0,39 X 1 0-4


Tegangan Regangan

tl>n Kelengku ngan tahap b + Af/J


<I>er = 8,04 x 1 0-7 + 0,87 x 1 0-7 = 8,91 x 10 7 rad/mm

Gambar S-26(e). Pertambahan kelengkungan untuk menyebabkan retak, Contoh 5-10.

(d) Regangan serat atas saat retak merupakan kombinasi hasil-hasil ( b ) ctan (c) :
c = -6 , 3 1 X 1 0- 4 - 0 , 3 9 X 1 0- 4 = -6,70 X 1 0- 4 < - 0,00 1 m m(mm
Diketahui bahwa analisis penampang retak berlaku untuk titik berikutnya yang cti
minta ctengan c = 0,00 1 .
Prosedur bertahap dari Gambar 5-24 sekarang ctapat ctiikuti untuk c = 0,00 1 (re gang
an serat atas). Persamaan ctari Gambar 5-2 l (c) untuk resultan gaya tekan dan titik kerj anya
akan aigunakan dalam persamaan ini. Kurva tegangan-regangan baja, Gambar 5-2 5 , diguna
kan seperti regangan baja terdahulu pada tahap ( b ) bila regangan bet on sama dengan no!
pad a ketinggian (level) baja. Dari ( b ) kita ketahui b ahwa
1 48 Desain Struktur Beton Prategang

Regangan "
'I' = Q,Q01 = 3'33 X 1 o-s rad/mm
300

Gambar 5-26(1). Tahap ,d) percobaan pertama, Contoh 5-10.

Percobaanpadapertama
terlihat Gambar gari5-26(s netral
j ). diasumsikan 12 inci (304,8 mm) di bawah serat atas seperti
tidakDaripersegisketsapanjang
di atas,sepertiperhatiyangkandiabahwa
sumsi kgarian pacts netral
a jatuh padapersamaan
penurunan web, jadiuntukdaerahresultekantan
gaya tekanterlipada
seperti h at Gambar
pact a 5-2l(c).
sketsa dan Pertama-tama
sel e sai k an resul asumsi
t an kan ltekan
gaya ebarb= 460Berikutnya,
C.
mm ke garikitas netral
akanse
mengoreksi
perti i n i dengan menggunakan le bar (b - bw) untuk 125 mm di at as gari s netral
dan reterlsulithanatgaypactaatekan
bagian sketsa
Cc
yang diarsijuml
akan merupakan r. Gayaah alj abarini akandanmemberikan tanda negatif,
C2
C1 C2 .

( 5-29)
Eo = 0,00248e1astisitas 2,48yang10-3diasumsikan
inci/inci da1dariamGambar
di mana sekan = X
bagian 5-26 sebe1umemberi
mnya. kan modulus
C.'' = (460)(300)2(4S) 2,3 ,433X8X1010 -61 [ 1- 3,(3)(2, 33X 4108X106 X300) ] 1

= 2310 kN
Gunakan b = 460 - 140 = 320 mm untuk koreksi
I O 6 [ I - 3,(3)3 3X2,4I08X-6X10 I 1)25 l
Cc 2 :

=
C'' -(320) (I 2S)\4S) 2,3 ,438X3X 10-1 (
-304 kN 2006 kN
C, == 2310-304 =

Dari Gambar 5-26(/) cari1ah regangan pada baja prategang


Eps = 6,32 10-3 1,615 10-3 7, 4 10-3
X + X = 9 X

Dari adal
besarnya Gambarah 5-2 51510
!ps =
kita MPa.tentukanUntuktegangan yang
Aps = 1750 mm berses2 , ugayaiaantaridengan
knya regangan
ada1ah ini yang
T= (1750)(1510) 2643 kN>C,= 2006 kN
=

Garis netra1Untukter1percobaan
kan Percobaan
T > Cc.
alu tinggi, kedua
mengakibuatlbatkanah jarak
regangan yang bajadianggap
ter1alkeu tigaringgis sehi nggaebihmenjadi
netral1 besar.
pacta Gambar 5-26(g). kedua - garis netra1 diasumsikan 420 mm di bawah serat atas seperti terlihat
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 149

----1 0,001

x,

I
365 mm
---- T

6,32 X 10- 3 5 = 0,87 X 1 0 -3


Regangan Gay a-gay a
"' = =
2 38 X 1 o--6
O,Q01
"' rad/mm
420

Gambar 5-26(g). Tahap (d) percobaan kedua, Contoh 5-1 0.

C, (460) (420)"(48) ( 2,2 ,438X8 X 10 -6 ) [ I _ (2,(3){2,


I
io 38 X 10- 6 )(420) ] (5-29)
3 3 )
=

48X 10
)(245) ] (5-29)
3236 kN
' _ (320) (245)\48) ( 22,,4388 xX 10-6 ) [ I _ (2(3){2,
=

C, =

w- 3
,38 X410-6
8x w- 3 )
-816 kN
=

C, 3236-816 2420 kN
= =

Dari Gambar 5-26(g) carilah regangan pacta baja prategang


Dari Gambar
yang besarnya5-25ada1akitah 1390tentukan
MPa dantegangan baja,
Aps 1750 mm2yangdiketahui
=
bersesuai, jadian dengan regangan ini
[p 5,

T= =
( 1750)( 1390) 2433 kN"" 2420 kN = C,

5-2l(c)Kembal
untuki kemenempatkan
Gambar 5-26(g) resuldantan gaya
dengan menggunakan Persamaan (5-30) dari Gambar
Cc :

x
_ [ _ ] dmkur dan gans netral
=c
8(0 - 3 </>c . . .
(5-30)
]
12(0 4 </>c
_ 420 [ ((8){2 , 4 8 x w- 3 ) -
(3){2 , 3 8 x )( 420) w-6
x1 -
-o

I 2)(2,4 x (4)(2,38 x 10 -6 )(420) 275 mm


S w- 3 ) -
=

-o _ 1 0 (3)(2,38 X 10- 6 ){245)) ] 162 mm


45- [ (12)(8){2(2,,448!\XX 110-3)-(4){2,
-
3
)-
=
x2 - 3 8X 10- 6)(245
Penjum1ahan momen sekitar lokasi baja tarik
M= C,,(365 C,,(365
+ x1 ) + + .X2 )
(3236)(365 275)-816(365 162)
= + +

1641 kN-m pada </> 2,3 8X 10-6 radjmm


= =

nya adalaDengan
(e)
h regangan serat atas 0,002 penyelesaian dibuat seperti di atas. Hasil-hasil
=
1 50 Desain Struktur Be ton Prategang

c = 255
mm-serat
C, = T= 3060 kN atas sampai garis netra1
MPa
/p , = 1 725
M= k 1 m radjmm
21 70 N -
<j> = 7,87 X 0 - 6

momen(f)Ambilbatas
Denganyangregangan
c = 205
seratdengan
bersesuaian atas batas regangan
penyeleyang
= 0,003 saianditentukan
akan diperlo1ihatkan.
e h Ini ada1ACI.ah
Peraturan
mm dengan regangan serat atas sebesar seperti diperlihatkan pada 0,003
Gambar
]
5-26(h):

(
C, ' = (460)(205) 2 (48) I ) [ I - (I
,46 X 1 0 - 5
2,48 x w - 3
,46 X 1 0 - 5 ) (205)
(3)(2,48 x w - 3 )

]
= 3265 kN (5-29)

C,' = _ (320) (30) \ 48)( ) [I _


1 ,46 X 10- 5
2 ,48 x w - 3
( 1 ,46 X 10- 5 ) ( 30)
(3)(2,48 x w - 3 )
= - 77 kN kN
C, = 3265 - 77 = 3 1 88

1-- 460 mm --j 1 0,003--j


c1 J 205 mm Cc 2
cl
, '
'

', 580 mm
--
1
i2
x,

'

T
'---v----'
6,32 X 1 0- 3 , = 8,49 X 1 0 3

Regangan Gay a-gay a

rp = 023 = J ,46 X 1 o-S rad/mm

Gambar 5-26(h). Tahap (f), Contoh 5-10.

Dari Gambar cari1ah regangan pada baja prategang


5-26(h)

ps 1
= 6,32 X1 0 3- + 8,49 X 0 3 = 1 4, 8 1 X 1 0-3
-

Dari Gambar dicari tegangan yang bersesuaian dengan regangan ini


5-25

fps = 1 820
MPa
kN kN
T = ( 1 750) ( 1 820) = 3 1 85 VS . C, = 3 1 88
lni dapat diterima dalam batas 1 ,5% .

[ ]
.X = 205 ( 8) ( 2 ,48 X I O 3 ) - ( 3 ) ( 1 ,46 X I O 5 )(205)
1 ( 1 2) ( 2 ,4S x w - 3 ) - (4) ( 1 ,46 x w - 5 ) ( 205)
= 1 25 mm (5 -30)
A na/isis Penampang untuk Menahan Len turan 151

(jl

--(e)---
fs 1 820
0,003 ---- --7 Ec =

Ec
z
MPa
fs = 1 842 MPa
0,0035
-"
= =

I
"'
E
o;
-o [; 48 MPa
c:
.,
=

[p u 1 946 MPa
( Be rat normal )
0
E =

:2

0 +20 +40 +60 +80 + 1 00 + 1 20 + 1 40 + 1 60


Kelengkungan-<t> X 1 0"7 rad/mm
Gambar S-27. Hasil-hasil momen-kelengkungan, Contoh 5 - 1 0 .

[
J
(8) { 2 ,48 X 1 0 3 ) - (3) ( 1 ,46 X 1 0 - 5 )(30)
x2 =
_

30
( 1 2) ( 2 ,48 X 10 3 ) - (4)( 1 ,46 X 1 0 5 ) ( 30)

=20mm ( 5-30)

Penjumlahan momen-momen sekitar baja tarik :


M' = (3265 ) ( 580 + 1 25) - (77) (5RO + 20)

kN-m at =
= 2256 cp 1 ,46 X 10 5 rad/mm

Ringkasan hasil-hasil dari Contoh Soal 5-l (diptakan pad a Gambar


0 5-2 7 ) :

Tahap Momen (kN-m) (radfmm)


Kelengkungan Tegangan Baja (MPa)
(a) 0 - 8,37 x w - 7 1 1 00
(b) 1 324 + S,04 x w - 7 1 20 1
(c) 1 390 + 8,9 1 x w - 7 1 207
(d) 1 64 1 + 23,s x w - 7 1 390
( e) 2 1 70 + 78,7 x w - 7 1 725
(f) 2256 + 1 46 X I 0 - 7 1 820

Penggunaan kurva percobaan yang sesungguhnya menghasilkan M ' = 2256 kN-m se


bagai momen batas pada Contoh 5- 1 0. Kita harus buat dua buah pengamatan untuk mem
bandingkan hasil ini dengan Peraturan ACI untuk penampang yang sama dengan Contoh
5-8. Pert am a, p erkiraan pad a Contoh 5-8 dibuat dengan /p u 1 860 MPa, kekuatan yang
lebih dij amin daripada /p u = 1 946 MPa, kekuatan sesungguhnya pada C ontoh 5- 1 0, (Cam
=

bar 5-2 5, kurva tegangan-regangan). Kedua, Mu pada Contoh 5-8 adalah perancangan batas
menurut Peraturan A Cl, Mu = ljJM ' 0,9M ' . Kita dapat melakukan koreksi atas kedua fak
=

tor tersebut dan kemudian membandingkan nilai-nilai Mu tersebut.


1 52 Desain Struktur Beton Prategang

Kita akan perkirakan bahwa momen batas bertambah sebanding dengan [pu untuk
Contoh 5- l 0. Buatlah koreksi ini m aka kita peroleh

M' = ( !!: ) (2256) = 2 1 56 kN-m


Mu = {0,9){2 1 56) = 1 940 kN-m vs. 1 876 kN-m
(Contoh 5-10) (Contoh 5-8)
Kedua hasil yang sangat mendekati ini menunjukkan bahwa perkiraan menurut Peraturan
ACI cukup untuk menganalisis rancangan berdasarkan kekuatan.
Analisis momen-kelengkungan memungkinkan untuk memeriksa sifat-sifat beton se
cara keseluruhan, dan titik terakhir pada Gambar 5-27 adalah momen batas. Akan kita
dapatkan bahwa kurva total ini kemudian akan berguna dalam membuat perkiraan lendut
an batas. Akan tetapi umumnya benar bahwa kurva beban-1endutan untuk sebuah balok
akan mempunyai bentuk yang sama dengan kurva M - </>. Jadi, kurva Gambar 5-27 menun
jukkan sifat daktil yang diinginkan da1am rancangan struktur. Ke1engkungan ba1ok beton
prategang membatasi tegangan pada beban kerja untuk menjaga agar balok tidak retak.
Pengamatan lain mengenai kurva momen-kelengkungan dari Gambar 5-27 adalah bah
wa perbandingan m omen batas terhadap momen retak adalah 1 ,62. Peraturan ACI men
syaratkan besar nilai perbandingan ini sekurang-kurangnya 1 ,2 untuk menjamin supaya
balok tidak mungkin runtuh akibat retak yang terjadi seketika. Dalam rancangan balok
beton prategang, perilaku yang dikehendaki adalah bertambahnya kekuatan setelah teijadi
retak seperti dapat diamati pada Gambar 5-27.
Keampuhan dan keandalan dari analisis momen-kelengkungan terlihat jelas pada hasil
percobaan yang diamati yang dibandingkan dengan respons yang dihitung yang diperlihat
kan pada Gambar 5-28. Perlu diperhatikan bahwa kurva ini ada1ah untuk komponen struk-

Keruntuhan akibat lentur

z
.>1.

"'
I



p/2 p/2
Q)
.>1.
c:
1 52
1 ,8 m t f
1m
1 ,8 m
"'
.0 l\ t
25
Q)
DJ
83
f-E----- 4,6 m
203
( Dimensi dalam mm) f = 48 MPa
- -0- -
= Strand 7-kawat </> 9,5 mm
N ilai yang diamati

Derajat 1 750 MPa


-- Dih itung
[y = 400 MPa

+1 0 30 40 50 60 70 80
Lendutan di Tengah-tengah Penampang (mm)

Gambar 5-28. Perbandingan beban-lendutan yang diamati (percobaan) dan dihitung (analisis dengan
menggunakan kurva M-</>).
A na/isis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 53

A p,
(strands)

Penampang Regangan Resultan Gaya

Garnbar 5-29. Gaya-gaya yang bekerja pada balok dari Gambar 5-28.

tur dengan untaian kawat (strand) yang diberi gaya prategang dan tulangan biasa. Prosedur
untuk mendapatkan momen dan kelengkungan yang sehubungan dengannya untuk titik
titik yang menentukan kurva M terhadap cp pada balok ini dikeijakan dengan cara langkah
demi-langkah seperti dituliskan pada Contoh 5-1 0.
Pertimbangan khusus satu-satunya di sini yang bukan bagian dari contoh sebelum im
dijelaskan pada Gambar 5-29, yang menunjukkan gaya-gaya internal. Perlu diperhatikan
bahwa kedua jenis baja dikerjakan secara terpisah, dan perbedaan pada perilaku regangan

diperhitungkan di dalam analisis. Gaya T 8 pada strand prategang akan diperhitungkan dari
Iuas Ap s untuk strand-strand dan tegangan untuk bahan strand berhubungan dengan regang
an total (Ec e + se + Esi), Gambar 5-29. Gaya T p ada batang baja yang tidak ditarik, A5,
akan diperhitungkan dari luas As dan tegangan bahan penulangan yang berhubungan dengan
regangan 8 2 , Gambar 5-29. Kedua gaya tarik ini digabungkan menjadi resultan total T' ,
yang harus sama besamya dengan resultan total gaya tekan C ', dan momen M' akan men-
jadi M ' T; = c; .
=
.
Gaya tekan C pada beton akan diltitung untuk posisi garis netral yang diambil dan
tegangan serat atas, Ec, seperti dilakukan pada Contoh 5- 1 0. Jika garis netral ada di web,
perhitungan ini mungkin dilakukan dalam dua bagian seperti diperlihatkan sebelumnya
dengan C menjadi resultan gaya tekan yang bekerja pada jarak xc di atas garis netral, Gam
bar 5-29. Baja tulangan tekan, A, mempunyai tegangan yang bersesuaian dengan e dari
kurva tegangan-regangan bahan ; jadi gay a c; dapat dicari. Gaya tekan total C ' merupakan
resultan gaya tekan baja dan betoil, Gambar 5-29.
Gambar 5-28 menunjukkan respons beban-lendutan yang mempunyai bentuk seperti
hubungan M -cp untuk penampang. Lendutan untuk tingkatan beban setelah retak hams di
hitung dengan menggunakan diagram momen untuk balok di atas dua tumpuan bersama
sama dengan hubungan M-cp yang diselesaikan dengan analisis penampang. Gambar 5-3 0
menunjukkan bentuk perubahan distribusi kelengkungan sepanjang bentang pada tingkat
pembebanan yang berbeda-beda. Bila beban mendekati keadaan batas, perhatikan bahwa
kelengkungan batas, cp, di tengah-tengah bentang lebih besar daripada kelengkungan pada.
penampang ini dalam keadaan retak. Seperti diperlihatkan oleh kurva beban-lendutan dari
Gambar 5-28, lendutan pada keadaan batas lebih besar daripada keadaan retak. Lendutan
dihitung dari distribusi kelengkungan sepanjang bentang, diperlihatkan pada Gambar 5-30
sebagai diagram cp. Kita> harus menjumlahkan momen sekitar A dari luas di bawah diagram
antara A dan B (yang diarsir pada Gambar 5-30) untuk memperoleh lendutan pada titik B.
Perhatikan bahwa perhitungan ini akan mencerminkan pengaruh yang besar terhadap len
dutan yang dihasilkan dari kelengkungan yang besar, yang terjadi pada bagian tengah ben
tang yang disebabkan oleh retak-retak akibat lentur. Daerah ujung dari balok tetap tidak
1 54 Desain Struktur Beton Prategang

Gambar 5-30. Momen dan kelengkungan pada berbagai tingkat pembebanan.

retak akibat lenturan (Gambar 5-30) karena momennya kurang dari momen retak pada
daerah ini, dan mereka tidak menyumbangkan lendutan yang berarti setelah terjadi retak
retak yang cukup banyak.
Banyak yang ak dibicarakan mengenai lendutan pada B ab 8, tetapi kaitan antara ke
lengkungan sepanjang ben tang dan lendutan yang dihasilkan harus dipikirkan sebagai bagi
an analisis lenturan. Seperti dibahas di sini, perilaku balok di atas dua perletakan akibat
.
lenturan dengan penulangan yang terekat dapat dianalisis untuk seluruh daerah beban yang
bekerja. Program komputer analisis ini dapat dibuat, tetapi beberapa titik saja dari per
hitungan dengan tangan dapat memberikan ketepatan yang cukup. Biasanya, yang kita ke
hendaki adalah sifat dari respons dan bukan perkiraan yang tepat dari lendutan dalan1 ke
adaan batas.

5-8 Momen Batas - Balok-balok Tanpa Rekatan


Perhitungan yang teliti untuk kekuatan batas balok-balok tanpa rekatan lebih sukar dari
pada balok dengan rekatan, karena tegangan baja pacta balok saat terjadinya keruntuhan
tidak dapat dihitung secara teliti. Juga tidak cukup tersedia data mengenai kekuatan batas
balok tanpa rekatan untuk menyusun dengan mantap suatu cara perhitungan yang dapat
diandalkan. Akan tetapi disepakati bahwa balok tanpa rekatan lebih lemah daripada yang
terekat pada kekuatan batasnya, dan perbedaannya kurang lebih 1 0-30%.
Dapat diterangkan bahwa kekuatan balok yang tidak terekat akan lebih rendah. Per
tama-tama, karena tendon bebas bergerak, regangan pada tendon kurang lebih disamakan
sepanjang tendon, dan regangan pada penampang kritis berkurang. J adi tegangan pada ten
don bertambah perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga, bila regangan hancur-beton telah
dicapai, tegangan pacta baja seringkali jauh di bawah kekuatan batasnya. Bila tidak terjadi
retak-retak pada balok, tegangan pada baja dapat dihitung seperti pada Penyelesaian 2,
A nalisis Pimampang untuk Menahan Lenturan 1 55

Contoh 5-6. Segera setelah terjadi retak-retak pada sebagian balok atau ditarik sampai ke
batas plastis, tegangan tidak dapat dihitung dengan mudah, akan tetapi untuk tujuan pe
rancangan adalah mungkin untuk memperkirakan tegangan baja pada keruntuhan dan un
tuk menghitung lengan m omen yang bersesuaian dengan iu untuk memperkirakan momen
penahan batas. Sampai tersedianya data percobaan yang lain, perkiraan seperti itu mem
buat kesalahan berkisar antara l 0- 1 5%. Untunglah, balok-balok tanpa rekatan tidak se ring
digunakan di mana kekuatan batas merupakan faktor penentu, dan umumnya mereka di
rancang untuk beban kerja dengan teori elastik dan bukan untuk be ban batas.
Alasan lain untuk kekuatan batas yang lebih rendah dari balok tanpa rekatan adalah
terlihatnya retak-retak yang le bar pada beton sebagai pengganti retak-retak kecil yang ter
distribusi merata. Retak-retak yang lebar seperti itu cenderung untuk memusatkan regang
an beton pada penampang ini, sehingga mengakibatkan keruntuhan yang lebih awal.
Percobaan-percobaan telah membuktikan bahwa kekuatan-batas balok tanpa rekatan
dalam hal bahan dapat bertambah, yaitu dengan penambahan tulangan biasa. Penan1bahan
seperti itu adalah sumbangan baja dari tulangan itu sendiri, seperti juga pengaruhnya di
dalam mendistribusikan dan membatasi retak-retak di beton. Ini akan dibicarakan dalam
Bab 1 1 . Peraturan ACI mensyaratkan jumlah minimum dari tulangan yang terekat untuk
menjamin bahwa retak-retak akan didistribusikan sepanjang bentang daripada membiarkan
terjadinya satu atau dua retak di balok terekat pada keadaan batas.
Persamaan umum untuk [p8, tegangan baja pada keadaan beban batas, untuk balok
tanpa rekatan adalah

di m ana fse adalah gaya prategang efektif baja dan A[8 adalah tegangan tambahan baja aki
bat pertambahan lenturan sampai beban batas. Percobaan di Universitas Illinois (Gambar
1 1 7 , Kepustakaan 6 ) memperlihatkan Afs bervariasi dari kira-ktra 70 sampai 5 5 0 MPa; per
cobaan pada Portland Cement Association memperlihatkan Af8 antara 280 MPa dan 4 1 0
MPa (halaman 6 1 5 , Kepustakaan 5). Percobaan yang terbatas di Universitas California me
nunjukkan Af8 berkisar antara 2 1 0 dan 550 MPa, dengan nilai yang Iebih tinggi dari A[8
terjadi untuk tendon yang melengkung, di mana gaya gesekan mungkin membatasi per
gesekan bebas dari kawat, dan untuk balok-balok yang memiliki baja tulangan yang cukup
besar. Percobaan di Universitas Texas di Austin dan Universitas Washington memperlihat
kan hasil yang mirip .
Percobaan-percobaan pada balok di atas dua tumpuan dan balok menerus oleh Mat
tock 1 1 1 2 di Universitas Washington m enghasilkan korelasi fps seperti terlihat pada Gambar
5- 1 3. Persamaan yang direkomendasikan untuk balok dengan tendon tanpa rekatan yang
dihasilkan dari balok-balok percobaan adalah sebagai berikut:

( 5- 3 1 )

Persamaan ini sedikit diubah oleh Komisi #423 ACI-ASCE untuk membuatnya agar
sedikit 1ebih aman, dengan memberikan persamaan Peraturan ACI berikut ini:
f
{ + 69 +
/,ps - Ju ( 5 -32)
Pp
-

di mana
lrs fry
fr fse + 4 1 4
,
1 56 Desain Struktur Be ton Prategang

600

500
6
fps fse + 100 + 69 MPa
1 ,4[;
Pp
-ro
"- 400

:2'
0 X
[ E q. 5-3 1 ]
6 0 X 0
I
6 fps = f._ + ( 2 1 0 - 1 010 Pp !{; ) M Pa

0
....:::
300

I
x ... ...
'0 > 0
o.

" 0 0
o 0
0
1 00

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Pp l[; x 1 05 ( MPa-1 I
0 Warwaruk et al., Dengan penambahan tulangan yang terekat
6 Mattock Dengan penambahan tulangan yang terekat
+ Janney et al., + Dengan penambahan tulangan yang terekat
X Gifford
+ I mperial College D.S. I . R . Group

Gambar 5-3 1 . Balok-balok pasca-tarik tanpa rekatan, tegangan tendon bertarnbah selama pembebanan
12
sampai k eadaan batas.

Umumnya, balok-balok sederhana dengan tendon-tendon yang tidak terekat akan di


analisis secara konservatif dengan persamaan [p s ini. Pelat-pelat tipis (bentang/tinggi = 45)
telah diamati untuk menghasilkan nilai yang sedikit lebih kecil dari [p5, tetapi kesalahan
nya tidak berarti. Geometri dari tendon akan mengalami pemanjangan yang terjadi pada
tendon yang tidak terekat. Hampir tidak ada penambahan melebihi fse yang terjadi sampai
setelah retak. Penambahan t..[5 akan berkembang karena lendutan akan menjadi bertambah
besar, dan Persamaan 5-30 cukup untuk analisis yang mensyaratkan tegangan-batas baja.
Analisis momen-batas M ' untuk balok yang tidak terekat akan dilanjutkan seperti di
berikan di atas dengan menggunakan Persamaan (5-30) Peraturan ACI untuk fps Penulang
an-terekat minimum yang harus diberikan pada balok dan pelat satu arah untuk mendistri
busikan retak dan juga memberikan kekuatan diberikan pada persamaan berikut:

As = 0,004A (5-3 1)

di mana
A = luas bagian dari penampang antara
permukaan tarik akibat lentur dan
titik berat penampang

Baja dengan luas A 5 bekerja pada titik leleh yang telah ditentukan untuk batang-batang
baja, tetapi yang tidak melampaui 4 1 0 MPa mungkin dapat dipakai. Hasil percobaan me
nunjukkan bahwa batang-batang baja terse but akan meleleh seperti yang diasumsikan dalam
analisis. Daktilitas yang besar dijumpai dengan pembatasan pada w seperti disyaratkan oleh
Peraturan ACI, yang menjamin balok-balok terse but akan bertulangan-lemah.
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 57

CONTOH 5- 1 1
Asumsikan ba1ok pada Contoh 5-8, Gambar 5-1 7 , dengan tendon-tendon yang tidak te
rekat. Berapa penu1angan-terekat harus diberikan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan
Peraturan ACI? Berapakah kemampuan momen batas penampang yang ditJerkirakan dengan
Ap s = 1 7 5 0 mm2 dan penu1angan terekat minimum yang disup1ai oleh batang berulir yang
mempunyai [y = 4 1 5 MPa? Anggap fse = 1 1 00 MPa untuk tendon-tendon yang tidak te
rekat, dan [py = 1 5 85 MP a;[ = 48 MP a seperti sebelumnya.
Penyelesaian
Pp == 0,0048 5 (sama seperti Contoh 5-8)
untuk analisis balok 1ebih baik digunakan Persamaan (5-3 1 ) di sini daripada Persamaan
(5-32) Peraturan ACI yang digunakan untuk rancangan.

- r + 69 +
/,ps -
1 ,4/,
Jse Pp

( 1 4) (48)
= 1 1 00 + 69 +
( 1 00) (0,00485)

= 1 100 + 69 + 1 36 = 1 305 MP a < J;,,. = 1 585 MPa

t:.J; = 69+ 1 3 6 = 205 MPa < 4 1 5 MPa

Penulangan-terekat yang disyaratkan o1eh Peraturan ACI :

As = 0 ,004A ( 5 -3 1 )
A = setengah 1uas penampang karena
garis netral ada pada tengah-tengah
ketinggian balok berbentuk-1 simetris
A = (460 - 1 40)( 1 7 5 ) + ( 1 40)(450) = 1 1 9 X 1 0 3 mm2
A8 = (0,004)( 1 1 9 X 1 5 3 ) = 476 mm2 ( 5-3 1 )
D
Gunakan em pat batang baj a dengan 1 4 mm - As = 4 X 1 54 = 6 1 6 mm2 .
Untuk soa1 ini anggap bahwa baja ditempatkan 5 0 mm di atas dasar penampang seperti
terlihat pada Gambar 5-3 2 .

; = J;, , AP, = ( 1 305) ( 1 750) = 2284 kN


r: = f,A, = (4 1 5)(6 1 6) = 256 kN
T'( tot al ) = 2284 + 256 = 2 5 1 0 kN
(2284 ) ( 1 1 5 ) + (256) ( 50)
g
-

-
25 1 0
-
- I 0 9 mm

T' = C ' = 25 1 0 kN = (0,85)( /,') ( b ) ( a )


25 1 0 X 1 0 3
a = = 1 34 mm
(0 ,85)( 48) ( 460)

z = 900 -
1 34
1 09 = 724 mm
T
-

M' = T'z = (25 10)(0 724) = 1 8 1 7 kN-m


,

M omen batas kurang daripada M ' = 2084 kN-m untuk ba1ok dengan rekatan Contoh
5-8 seperti diduga. Jika Peraturan ACI diikuti, tegangan baja untuk tendon yang tidak te
rekat dari Persamaan 5 - 3 2 sedikit 1ebih keci1 ifp s = 1 1 70 MPa), dan ini menghasilkan M ' =
1 58 Desain Struktur Be ton Prategang

Gambar 5-32. Contoh 5-1 1 .

1 6 5 3 kN-m yang sedikit 1ebih kecil. Da1am perancangan, ini harus direduksi o1eh faktor
pengurangan kekuatan cl> = 0,9. Ba1ok ini akan memiliki Mu = (0,9)( 1 6 5 3 ) = 1 48 8 kN-m
mengikuti Peraturan ACI untuk perancangan. Penambahan Aps atau A8 dapat digunakan
untuk menambahkan nilai ini menjadi Mu = 1 87 6 kN yang didapat untuk ba1ok dengan
rekatan pada Contoh 5-8 jika be ban rencana mensyaratkan kekuatan ini.

5-9 Penampang Komposit


Pada konstruksi beton-prategang seringkali menguntungkan untuk membuat beton pra
cetak sebagian pada penampang (baik dengan sistem pratarik atau dengan pasca-tarik),
mengangkat ke tempatnya, dan mencor sisa penampang di tempat. Beton pracetak dan
bagian yang dicor di tempat bekerja bersama-sama (bila perlu dengan sengkang) dan mem
bentuk penampang komposit. Komponen-komponen struktur dari penampang komposit
yang diletakkan bersisian mungkin dihubungkan bersama dengan memberi gaya prategang
ke arah transversal, sementara komponen struktur yang diletakkan ujung dengan ujung
kemudian dapat diberi gaya prategang secara longitudinal untuk mencapai kontinuitas.
Butir-butir ini akan dibahas pacta bab kemudian. Di sini kita akan membahas metode ana
lisis dasar yang biasa digunakan pada penampang komposit.
Gambar 5-33 menunjukkan penampang komposit di tengah-tengah bentang dari balok
di atas dua perletakan, yang stem (badan balok yang berbentuk-T) bagian bawah dipracetak
dan diangkat ke tempat, dan pelat atas yang dicor-di-tempat ditempatkan langsung di atas
stem tersebut. Bila tidak ada perletakan sementara di tengah-tengah, berat dari pelat dan
stem dipikul oleh stem sendiri. Setelah beton pelat mengeras, penampang komposit akan
memikul setiap be ban hidup atau be ban mati yang ditambahkan di atasnya.

F lens
cor-di-tempat

P ;,.i=<ir 'l,\ ,Ji,.k-{,


p
e ':a7:kang
(a)
, F0 + W0
(b)
F + t;; W,
(c) (d)
F + \\'" + IV,
(d (/)
WL F + I>;; + 11_, + Hi_

j;;ambar 5-33. Distribusi tegangan untuk sebuah penampang komposit.


A nalisis Penampang untuk Menailan Lentu ran 1 59

Pada gambar yang sama diperlihatkan distribusi tegangan untuk berbagai tahap pem
bebanan. Hal ini akan dibahas sebagai berikut:

(a) Karena gaya prategang awal dan berat dari stem, pada serat-serat bawah akan terjadi
tekanan yang besar dan kemungkinan sedikit tarikan pada serat-serat atas. Gaya tarik T
pada baja dan gaya tekan C pada beton membentuk kopel penahan dengan lengan
momen yang kecil di antaranya.
(b) Setelah terjadi kehilangan gaya prategang, gaya prategang efektif bersama-sama dengan
berat stem akan menghasilkan tekanan yang agak rendah pada serat-serat bawah dan
tarikan atau tekanan yang kecil pada serat-serat atas. Kopel C- T akan beketja dengan
lengan m omen yang lebih besar.
(c) Karena penambahan pelat, beratnya menimbulkan tambahan momen dan tegangan
seperti terlihat.
(d) Karena gaya prategang efektif ditambah berat stem dan pelat, (b) dapat ditambahkan
pada (c) dan tekanan yang lebih kecil akan terjadi pada serat-serat bawah dan sedikit
tekanan pada serat-serat atas. Lengan momen untuk kopel C- T kemudian bertambah.
(e) Tegangan-tegangan yang dihasilkan oleh momen beban-hidup diperlihatkan, di mana
momen ini ditahan oleh penampang komposit.
(j) Tambahkan (d) dengan (e) , maka blok tegangan akan seperti pada (j), dengan sedikit
tarikan atau tekanan pada serat-serat bawah, tetapi dengan tegangan tekan yang tinggi
pada serat-serat atas stem dan pelat. Kopel T dan C sekarang bekerja dengan lengan
momen yang cukup besar.

Distribusi tegangan pada kondisi beban kerja diperlihatkan di atas. Untuk beban-beban
berlebih, distribusi tegangan diperlihatkan pada Gambar 5-34. Untuk beban yang meng
hasilkan retak-retak permulaan, diasumsikan .bahwa serat-serat bawah mencapai tegangan
tarik yang sama dengan modulus keruntuhan. Ini diperoleh bila tegangan-tegangan yang di
perlihatkan pada Gambar 5-33(e) cukup besar untuk menghasilkan distribusi tegangan se
perti terlihat pada Gambar 5-34(a) yang dihitung dengan teori elastik.
Teori elastik tidak lagi berlaku untuk m omen pada keadaan batas. Sebagai pendekatan,
momen-penahan batas terbaik bila dinyatakan dengan gaya tarik T ' yang dihitung dengan
persamaan ACI untuk memperkirakan /ps yang bekerja dengan gaya tekan C' yang diberi
kan oleh beton. Bila kegagalan pada rekatan dan geser dicegah, kekuatan-batas penampang
komposit dapat diperkirakan dengan metode yang sama dengan sebelumnya yang dijelas
kan untuk penampang prategang sederhana. Akan tetapi, harus ditekankan bahwa penam
pang komposit dapat hancur akibat geseran horizontal antara bagian beton pracetak dan
bagian yang die or di tempat, kecuali bila diberikan sengkang a tau penghubung (connector)
yang secukupnya.

Penampang Balok
[, - - (a ) (h)

Kom p osit Beban Retak Beban Batas

Gambar 5-34. Distribusi tegangan untuk beban retak dan be ban batas.
160 Desain Struktur Beton Prategang

Bagian
F /ens cor-di-tempat

r-- T'

(a) (b) (d)


Penampang Komposit F + wG Beban Batas

Gambar 5-35. Distribusi tegangan untuk penampang komposit khusus.

Yang diterangkan di atas adalah kasus sederhana kerja-komposit ; ada banyak kemung
kinan variasinya. Pertama-tama, bagian beton pracetak dapat ditumpu oleh bekisting se
mentara pelat yang dicor di tempat sedang dicor atau ditempatkan ; bekisting (acuan) dapat
dibongkar hanya setelah pelat beton mengeras. Hal ini memungkinkan seluruh penampang
komposit untuk menahan momen yang dihasilkan oleh berat pelat. Juga mungkin untuk
menunjang bekisting, jadi stem praktis tidak memikul momen sendiri. Kemudian momen
akibat berat stem juga akan dipikul oleh penampang komposit. Karena penampang kompa
sit mempunyai modulus penampang yang lebih besar daripada stem saja, maka tegangan
tegangan yang dihasilkan akan lebih disukai. Pemakaian cara seperti ini tergantung pada
biaya bekisting untuk struktur tertentu.
Variasi lain terj adi bila pelat yang dicor-di-tempat tumpang-tindih (overlap) dengan
bagian beton pracetak seperti diperlihatkan pada Gambar 5-35. Di sini tegangan-tegangan
beton di antara ketinggian M dan N akan mengikuti dua variasi yang berbeda, seperti ter
lihat pada (c); satu untuk bagian beton pracetak dan l ainnya untuk bagian yang dicor-di-
tempat. Akan tetapi, pada daerah batas, seluruhnya akan ditegangkan sampai maksirnum
dan perbedaan akan hampir tidak perlu diperhatikan. Kemudian penampang tersebut dapat
dianalisis seperti penampang sederhana, Gambar 5-3 5(d).
Jika bagian beton pracetak hanya merupakan bagian yang kecil dari seluruh penam
pang, bagian ini dapat diberi gaya prategang hanya dengan tarikan langsung atau dengan
sedikit eksentrisitas gaya prategang. Satu metode yang digunakan di Inggris (dikenal sebagai
sistem Udall), Gambar 5-36, menggunakan kabel prategang maupun bukan prategang pada
lekukan blok prategang, dengan sebagian besar bagian atas dicor-di-tempat supaya terekat
dengan baik ke kabel. Untuk konstruksi seperti itu, tarikan yang besar mungkin terjadi
pada serat-serat bawah bagian yang dicor-di-tempat (c) , menimbulkan retak-retak akibat

Dicor-di c
tempat
Bagian yang
dicor-di-tempat
-+-- T'

(a) (d)
Penampang F Be ban
Komposit batas

Gambar 5-36. Distribusi tegangan untuk penampang komposit khusus (Udall).


A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 161

b eban kerja. Tetapi kekuatan batas pada lenturan tidak dipengaruhi oleh tegangan-tegangan
tarik (d).
Pada contoh-contoh lain, penampang diberi gaya prategang dalam dua tahap. Hanya
sebagian tendon ditarik lebih dulu untuk memegang stem bersama-sama. Tendon yang ter
tinggal ditarik setelah pelat dicor dan mengeras ; jika tidak, dengan cara lain, pertama-tama
tendon dapat ditarik sebagian, kemudian ditarik penuh. Jika proses penarikan-kembali tidak
terlalu mahal, hal ini dapat menghasilkan rancangan yang ekonomis. Distribusi tegangan
harus dipelajari untuk berbagai tahap, tetapi tegangan-tegangan yang diizinkan tidak perlu
sama dengan penampang sederhana biasa. Pada contoh-contoh tertentu, tarikan yang ber
arti mungkin diizinkan tanpa memberikan pengaruh buruk pada perilaku komponen.
Bila perbe daan susut dan rangkak antara bagian-bagian beton pracetak dan cor-di
tempat dipertimbangkan, diperoleh tegangan-tegangan yang tinggi. Praktek pengabaian
tegangan seperti itu dapat dibenarkan berdasarkan bahwa kekuatan-batas penampang jarang
dipengaruhi oleh tegangan-tegangan ini. Akan tetapi, sifat-sifat elastik seperti lendutan ke
atas (camber) dan lendutan ke bawah (deflection) dapat diubah secara serius. Dalam prak
tek, bagian yang dicor-di-tempat akan lebih banyak mengalami susut, karena susut pada
bagian beton pracetak sebagian besar telah terjadi; tetapi bagian beton pracetak akan meng
alami rangkak yang lebih besar karena biasanya di bawah p engaruh tekanan yang lebih
besar akibat prategang. Jika susut yang lebih tinggi pada bagian yang dicor-di-tempat dl
imbangi oleh rangkak yang lebih tinggi pada bagian beton pracetak, maka keduanya dapat
diabaikan. Akan tetapi, sering terjadi bahwa susut pada bagian yang dicor-di-tempat lebih
serius, terutama bila beton memiliki perbandingan air-semen (water-cement ratio) yang
tinggi. Pada keadaan ini, beton yang dicor-di-tempat dapat retak, atau seluruh komponen
komposit dapat dipaksa untuk melendut ke bawah.

CONTOH 5- 1 2
Penampang komposit cti tengah-tengah bentang ctiperlihatkan pacta Gambar 5 - 3 7 . Stem pra
cetak ukuran 300 X 920 mm ctiberi gaya pasca-tarik ctengan gaya awal 2 4 5 0 kN, Gambar
5-3 7(a). Gaya parategang efektif setelah kehi1angan gaya prategang ctiambil 2 1 50 kN.
M omen akibat berat penampang pracetak actalah 270 kN m cti tengah tengah bentang. Setelah
- -

ctiangkat ke tempatnya, pe1at atas 1 5 0 mm X 9 2 0 mm yang cticor-cti-tempat menghasilkan


momen sebesar 1 3 5 kN-m. Setelah pe1at beton mengeras, penampang komposit memikul
momen bebanhictup maksimum sebesar 7 5 0 kN-m. Hitung tegangan-tegangan penampang
pacta berbagai tahap. Aps = 2400 mm2 , !pu = 1 6 5 0 MPa, td = 34 MPa. Perkirakan momen
batas.
Penyelesaian C.g.c. penampang komposit ctitempatkan pacta 6 3 8 mm ctari serat bawah.
Luas ctan momen inersia penampaang empat persegi panjang ctan komposit ctihitung ctan

o
E 920
E
r-- - i --""'o.2""2
r-

JIu-- 1 7,5
MP&
2 1 50
kN

4 -14, 6 1 - 1 1.42

300
mm
(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Gambar 5-37. Contoh 5 - 1 2.


1 62 Desain Struktur Beton Prategang

dibuatkan daftarnya di bawah ini:

Penampang Penampang
Persegi Panjang Komposit
Luas, mm2
I, mm4
2,1, 97 56 1011050
X
X 4,4,146 2 1010
X
X
105
(a) Segera setelah pemberian gaya prategang, tegangan-tegangan pada penampang per
segi panjang akan menjadi

f= -F
A
( M - Fe ) c
-'-----'--
I

-
- -2,2450X
76XI05
103 (270X 106 -2450XI 103 X260)460
+ 2------------

- 1,95X 01 0
= -8, 8288, 66
= -0, 2 MPa serat atas
= -17,54 MPa serat bawah
(b) Setelah kehilangan gaya prategang, tegangan-tegangan akan menj adi

f
=
-2150XI 103 (270X 106 -2150X 1030 X260)460
2,76X 05 1,95Xl01
= -7-0,,7996,82
=

= -- 14,617 MPa serat atas


MPa serat bawah
(c) Setelah pengecoran pelat atas, tegangan-tegangan akan menjadi
_ -2150X 103 (405 +
X 106 -2150XI 103 X260)460
f- '
2 76XI05 -- 1 95X 01 0 '

= -7, 793,63
= -4,16 MPa serat atas
= -11 ,42 MPa serat bawah
(d) Beban hidup bekerja pacta penampang komposit, menghasilkan tegangan-tegangan,

=
f
-750XI06X432
4,62X I 01 0 -7,0 1 = MPa serat atas penampang kompos1t
.

=
750X4 62X106101X6380 10, 3 6
f ' . = + MPa serat bawah

Dengan perbandingan, tegangan serat-atas penampang persegi panjang akibat beban hidup
didapat 4, 5 7
MPa.
(e) Kombinasi tegangan-tegangan akibat gaya prategang, beban mati, dan beban hidup
diberikan pad a Gambar 5-37(e ), yang menghasilkan
-8, 7 3MPa untuk serat atas penampang persegi-panjang.
-1,0 6
MP a untuk serat bawah dan

(f) Kapasitas momen-batas penampang dapat diperkirakan sebagai berikut.

Pp =
2400 0,003
(920)(870) =

;;, , = ;; ,, ( I - 0, 5p, fr,, ) 1 650 [ (0,5)(0,003) ( 1650 )]


T
= 1- 34

fr , = 1530 MPa
A nalisis Penampang untukMenahan Lenturan 1.63

Gaya tarik total pada keadaan batas = [psAps


'T' = 1 530 X 2400 = 3672 kN
Luas beton tekan untuk tegangan rata-rata 0 , 85[ = 29 MPa, adalah

= 1 26 X 103 mm2
3672 X 1 03
29
atau tinggi sebesar 1 26 X 1 03/920 = 1 3 7 mm. Pusat gaya tekan sekitar 1 3 7/2 = 69 mm
ctari atas ; sehingga lengan momen penahan actalah I 070 -- 69 - 200 = 80 I mm, ctan kapa
sitas momen-batas act alah

3672 X 0,80 1 = 294 1 kN-m

M omen total akibat beban mati ctan beban hictup yang bekerj a hanya sebesar 1 155
kN-m, yang menunjukkan faktor beban (faktor keamanan) sebesar 294 1 / 1 1 5 5 = 2,5.
Peraturan A C I memperkenalkan faktor pengurangan kekuatan cf> = 0 , 9, yang akan
mengubah faktor beban yang ct itunjukkan menjacti 0,9 X 294 1 / 1 1 5 5 2 , 3 . Ini lebih ctari
=

cukup untuk beban berfaktor sebesar 1 ,4D + 1 ,7 L yang ctisyaratkan oleh A Cl.

5- 1 0 Perilaku Lenturan dan Kekuatan Batas saat Peralihan

Banyak studi yang telah dilakukan, baik secara analitis maupun percobaan-percobaan,
mengenai perilaku balok beton prategang akibat kondisi pembebanan akhir, tetapi hanya
sedikit penyelidikan yang dilakukan untuk menentukan perilakunya pada saat peralihan. 1 3
Istilah "saat peralihan" digunakan di sini dengan pengertian yang luas bahwa pada balok
bekerja momen eksternal positif yang kecil atau tidak ada sama sekali atau bekerja momen
eksternal negatif yang menambah eksentrisitas gaya prategang. Pengetahuan seperti ini
penting bila balok dibebani momen yang berbalik pada saat operasi penarikan dan peng
angkatan, atau pada waktu berfungsi. Bila retak- retak yang terjadi cukup berarti, penulang
an harus diberikan untuk mengonttol retak-retak atau untuk menambah kekuatan. Peran
cangan tulangan ini akan dibahas kemudian pada B ab 9.
Tegangan- tegangan elastik akibat gaya prategang telah dibahas pada Pasal 5"2, semen
tara akibat beban-beban eksternal dibahas pada Pasal 5-3. Tegangan-tegangan kombinasi
akibat gaya prategang dan pembebanan diberikan oleh Persamaan 5-7 yang terkenal

F Fey My
J= A II
Bila momen adalah negatif, yang bekerja u ntuk menambah eksentrisitas gaya prategang,
kita hanya perlu menyisipkan tanda yang sesuai pada suku ketiga My/! pada Persamaan
5-7, seperti yang dijelaskan pada Contoh 5- 1 3 .

CONTOH 5- 1 3
Sebuah balok pasca-tarik terekat ctengan gaya prategang pacta saat p eralihan Ft = 1 560 kN
salah ctiangkat pacta titik tengah bentang, Gambar 5-38. Hitung1ah tegangan kritis serat, cek
untuk keactaan retak ; [r = 0,62Vf: f = 34 MPa.
w = 4,5

Penyelesaian Hitung momen eksternal akibat berat senctiri balok sebesar


kN/m pacta sebuah kanti1ever ctengan panj ang bentang 6 m .

v.L2 4, 5 X 6 2
- M= - = --- = 81 kN-m
2 2
1 64 Desain Struktur Beton Prategang

(diangkat)

EE 300 mm +6,7 MPa


r1__i- 1 30 m m
"'UJ] E
c.g.s. -;
- - ""
%-----
LJ ___ ___-r}_ 470 m m
T
o

h--
Penampang 'di - 24,0 MPa
Tampak Balok Tengah-tengah Tegangan-tegangan
Ben tang . di Tengah-tengah
Ben tang
Gambar 5-38. Contoh 5-1 3 .

Tegangan-tegangan pada serat tengah-tengah bentang dihitung seperti berikut dan ditunjuk
kan pada Gambar 5-3 8 .

f_ Fev Mv
f=
A I I
::
- 1 .5 60.000 1 .560.000 X 1 25 X 300 -+-
8 1 X l0 X 300
1 80.000 5400 X 1 0 5400 X 10
= - 8 ,67 + 10,83 + 4 ,5 = + 6 ,7 MPa serat atas > fr
j, = 0,62 {f: = 3 ,62 MPa (penampang retak)
= - 8.67 - 1 0,83 - 4,5 = -24,0 MPa serat bawah

Tegangan-tegangan ini menunjukkan kemungkinan retak p ada serat-serat atas dan tekanan
yang tinggi pada serat-serat bawah. Jika tidak terjadi retak, distribusi tegangan harus diubah
dan tekanan pada bagian bawah akan menjadi sukar. Juga perhatikan bahwa bila serat
bawah ditekan, gaya prategang Ft = 1 5 60 kN sedikit berkurang, tetapi hal ini tidak akan
dibahas di sini karena perhitungan membuktikan terj adinya retak.
Kadang-kadang lebih disukai untuk menghitung tegangan serat dengan menempatkan
pusat tekanan C, kemudian menggunakan Persamaan 5- 1 0 dan penambahan eksentrisitas e.

Jadi Contoh 5 - 1 3 dapat diselesaikan dengan cara serupa dengan Contoh 5-5. Bila terjadi
retak, penempatan pusat tekanan C akan menghasilkan penyelesaian yang sederhana yang
dije1askan pada contoh berikut.

CONTOH 5- 1 4
Untuk balok yang diangkat pad a titik di tengah-tengah bentang seperti pada Contoh 5- 1 3 ,
jika serat atas retak dan beton dianggap tidak menerima tarikan, hitung tegangan serat
bawah.
Penyelesaian Dengan mengasumsikan gaya prategang F t tinggal 1 5 60 kN, dengan mo
men eksterna1 negatif 8 1 kN-m, pusat gaya tekan C akan bergerak ke bawah sej auh

M 81 X l03
F;
= 52 mm
1 560
dengan menempatkannya 1 2 5 mm di atas serat bawah, Gambar 5-39. Dengan mengasumsi
kan sebuah b1ok tegangan segitiga, tinggi segitiga adalah

3 X 1 2 5 = 3 7 5 mm
A nalisis Penampang untuk Menahan Lenturan 1 65

4,5 kN/m
-24 MPa .

Benda-bebas B l ok Tegangan
Setengah Balok di Tengah-tengah
Ben tang

Garnbar 5-39. Contoh 5 - 1 4 .

dan tegangan serat bawah ada1ah

- 1 . 5 6 0.000
X2 == 28 MPa
375 X 300
yang me1ampau i fc = 0,45(34) = 1 5 MPa tekanan yang diizinkan o1eh Peraturan ACI.
Bila pusat gaya tekan C bergerak ke bawah, b agian bawah b a1ok akan tertarik sampai
bat as p1astis. J adi pendekatan akan lebih baik bila dianggap b1ok tegangan berbentuk per
segi panjang atau trapesium untuk menentukan besarnya tegangan. Ha1 ini dije1askan pada
Contoh 5 - 1 5 :

CONTOH 5- 1 5
Dengan menganggap ba1ok pada Contoh 5- 1 5 diangkat secara tiba-tiba pada bagian tengah
ben tang sehingga faktor kejut 1 00% dipertimbangkan, hitung tegangan maksimum : f 34 =

MPa.
Penyelesaian Momen eksterna1 (momen 1uar) akan menjadi dua kali 1ebih besar karena
kejut 1 00%, j adi,
-M = 2 X 5 2 mm = 1 04 mm
atau ditempatkan 7 1 mm di atas serat bawah. B1ok tegangan segitiga akan menghasilkan
tegangan maksimum yang tinggi sebesar 2 X 1 . 5 60. 000/( 2 1 3 X 300) 49 MPa. Dengan =

mengasumsikan b1ok tegangan persegi panjang, didapat, Gambar 5-40.

c
Benda-bebas
-3 7 ,Lmm mm7f1
---
I
MPa
I.
B l o k Tegangan
Setengah Balok di Tengah-tengah
Bentang
Garnbar 5-40. Contoh 5-1 5 .
166 , Desain Struktur Beton Prategang

1 . 5 60.000
---- = 37 MPa > o, 8 5 x 3 4 = 2 9 MPa
1 42 X 300
Jadi balok akan hancur bila diangkat secara tiba-tiba pada titik angkat di tengah-tengah
bentang. Perhatikan bahwa blok tegangan trapesium, dengan menggunakan teori Jensen,
akan memberikan j awaban yang lebih akurat, 1 3 tetapi tidak akan dicoba di sini kaena telah
jelas dari perhitungan di atas bahwa titik angkat di tengah-tengah bentang melampaui te
gangan yang dapat dipikul oleh bet on yaitu f; = 34 MPa.
Kita akan memperbaiki cara pengangkatan dengan menggunakan dua buah titik yang
berj arak sama dari tengah-tengah bentang untuk menghindarkan kemungkinan terj adinya
kerusakan pada balok pada saat pengangkatan.
Tiga buah contoh soal di muka menjelaskan distribusi tegangan pada balok saat peralih
an sebelum retak, setelah retak, dan pada keadaan batas. Besarnya tegangan yang diizinkan,
baik pada t arik maupun tekan, tergantung dari banyak faktor, seperti bentuk penampang,
besar dan lokasi prategang, kemungkinan salah dalam menempatkan tendon, kemungkinan
terjadinya momen yang berbalik, dan retak-retak yang serius. Nilai-nilai yang ditentukan
oleh A CI dapat digunakan sebagai kepustakaan.

Kepustakaan

1 . G . L. Rogers, "Validity of Certain Assumptions in the Mechanics of Prestressed Con


crete," J. Am. Cone. Inst. , Desember 1 95 3 (Proc., Vol. 49), hal. 3 1 7-330.
2 . International Federation of Prestressing, Preliminary Publications, First International
Congress, London, Oktober 1 95 3 .
3 . G . S. Ramaswamy dan S.K. Narayana, "The Ultimate Flexural Strength o f Postten
sioned Grouted REctangular Beams," Papers, Third Congress of the International Fe
deration of Prestressing, Berlin, 1 95 8 .
4. D.F. Billet d an J.H. Appleton, "Flexural Strength o f Prestressed Concrete Beams,"
J. Am. Cone. Inst., Juni 1 95 4 (Proc., Vol. 5 0), ha!. 8 3 7 -8 54.
5. J . R. Janney, E. Hognestad, dan D. McHenry, "Ultimate Flexural Strength of Prestress
ed and Conventionally Reinforced Concrete Beams," J. A m. Cone. Inst., Februari
1 95 6 (Proc., Vol. 5 2), ha!. 6 0 1 -620.
6 . J. Warwaruk, M.A. Sozen, C.P. Siess, " Strength and Behavior in Flexure of Prestressed
Concrete Beams," Engineering Experiment Station Bull. No. 4 6 4 , University of Illinois,
1 962.
7 . E. Hognestad, H.W. Hanson, dan D. McHenry, "Concrete Stress Distribution in Ulti
mate Strength Design," J. Am. Cone. Inst., Desember 1 95 5 (Proc., Vol. 5 2 ), ha!. 4 5 5 -
479.
8 . "Tentative Recommendations for Prestressed Concrete," J. Am. Cone. Inst., Januari
1 9 5 8 (Proc., Vol. 5 4), hal. 5 4 5 - 5 7 8 .
9 . N. Burns, "Moment-Curvature Relationships o f Partially Prestressed Concrete Beams,"
J. Prestressed Cone. Inst. , Vol. 9. No. 1 , Februari 1 964, ha!. 52-63.
1 0. N. H. Burns, dan C.P. Siess, "Load-Deformation Characteristics of Beam-Column Con
nections in Reinforced Concrete," Civil Engineering Studies, Structural Research Series
No. 234, University of Illinois, Januari 1 96 2 .
1 1 . Jun, Yamazaki, Basil T . Kattula, dan Alan H . Mattock, "A Comparison o f the Beha
vior of Posttensioned Prestressed Concrete Beams With and Whitout Bond," R eport
SM69-3 , University of Washington, College of Engineering, Structures and Mechanics,
Desember 1 969, 94 hal.
1 2 . Alan H. Mattock, Jun Yamazaki, dan Basil T. Kattu1a, "Comparative Study of Pres
tressed Concrete Beams, With and Without Bond," J. A m. Cone. Inst., (Proc., Vol. 68)
Februari 1 97 1 , hal. 1 1 6- 1 2 5 .
1 3 . A.C. Scordelis, T. Y. Lin, dan H.R. May, "Flexural Strength o f Prestressed Concrete
Beams at Transfer," Proceedings World Conference on Prestressed Concrete, San Fran
cisco, 1 95 7 .
6
DESAIN PENAMPANG
UNTUK MENAHAN LENTURAN

6-1 Desain Pendahuluan


Desain pendahuluan penampang beton prategang untuk menahan lenturan dapat dibentuk
dengan prosedur yang sangat sederhana, berdasarkan pengetahuan mengenai kopel gaya
dalam C-T yang bekerja pada penampang. Dalam praktek, ,tinggi penampang h biasanya
sudah ditentukan, diketahui, atau diasumsikan, dan demikian juga momen total MT pada
penampang. Pada beban kerja, lengan momen untuk gaya-dalam dapat bervariasi antara 30
sampai 80% dari keseluruhan tinggi penampang h dan rata-rata sekitar 0,65 h. Gaya pra
tegang efektif F yang diperlukan adalah

MT (6-1)
F= T =
0 65h
jika diasumsikan lengan momen adalah 0, 6 Sh, Gambar 6-1. Jika gaya prategang satuan efek
tif untuk baja adalah/6, maka luas baja yang diperlukan adalah

F M T
A -=-
0 -:-"-:-
- (6-2)
fse 65h
, fse
= - =

ps

Gaya prategang total Apsfse adalah juga gaya C pada penampang beton. Gaya ini akan
menghasilkan tegangan satuan rata-rata pada betn, yaitu

C T Apsfse
Ac
-=-=--

Ac Ac
, 5/: , Gambar
Tegangan serat atas, fc, akibat beban kerja menurut Peraturan ACI adalah 04
6-1. Tabel 1-2, Bab I, mengikhtisarkan tegangan-tegangan yang diizinkan pada baja dan
beton untuk komponen struktur' beton prategang. Untuk desain pendahuluan, tegangan
rata-rata dapat diambil kira-kira50% dari tegangan izin maksimumfc, di bawah beban kerja.
Jadi,

Apsfse = 0 , .'\Oc
f
Ac

(6-3)
Perhatikan bahwa pada prosedur di atas, aproksimasi yang dilakukan hanya untuk koefi
sien-koefisien 0,6 5 dan 0,50. Koefisien-koefisien ini sangat bervariasi, tergantung pada ben
tuk penampang. Akan tetapi, dengan pengalainan dan pengetahuan yang cukup, angka
angka tersebut dapat diaproksimasi secara lebih mendekati untuk setiap penampang, se
hingga desain pendahuluan (preliminary design) dapat dibuat dengan lebih tepat.
168 Desain Struktur Be ton Prategang

I' .I

0,5fc

Penampang Balok Momen Penahan dan


Distribusi Tegangan

Gambar 6-l. Desain pendahuluan penampang balok.

Prosedur di atas dibuat berdasarkan desain untuk beban kerja dengan sedikit atau
tanpa tegangan tarik pada beton. Desain pendahuluan dapat juga dilakukan berdasarkan
teori kekuatan batas dengan faktor beban yang sesuai. Prosedur alterntif ini akan dibahas
pada Pasal 6-7.

CONTOH 6-1
Buat 1ah desain pendahuluan untuk penampang balok beton prategang untuk menahan mo
men totalsebesar 435 kN-m. Tinggi totalpenampang adalah 920 mm. Ga ya prategang efek
tif untuk baja 8 6 0 MPa, dan tegangan izin untuk beton pada beban kerja adalah -1 1 MPa.
Penyelesaian Dari Persamaan-persamaan 6 - 1 dan 6-3,

F=T= Mr/0,65h

435 X 103
= ?2?kN
0,65X0,92

AP,= Fjf". = 727X 103/860 = 845mm2

A,= 727X 103j(0,5X11) = 1 32X 103 mm2

Gambar 6-2. Contoh 6-1.


Desain Penampang untuk Menailan Lenturan 169

Sekarang penampang pada desain pend.ahuluan dapat digambar dengan luas total 132 X 10
3
mm2, tinggi 920 mm, dan luas'baja 845 mm2. Penampang ini terlihat pada Gambar 6-2. Pe
nampang-T dipilih di sini, karena bentuk ini ekonomis bila perbandingan Ma/MT besar.

Dalam melakukan estimasi terhadap tinggi penampang beton prategang, suatu aturan
aproksimasi adalah menggunakan 70% dari tinggi penampang beton bertulang konvensional.
Cara-cara empiris lainnya juga ada. Umpamanya, tebal pelat beton prategang bervariasi
antara L/ 35 untuk beban berat dan L/55 untuk beban yang ringan. Tinggi balok dengan
proporsi yang umum dapat diaproksimasikan dengan rumus berikut.

h=kv'M
di mana h = tinggi balok dalam inci
M = momen lentur maksimum dalam k-ft
k = koefisien yang bervariasi antara 1,5 sampai 2,0

Cara empiris di atas hanya berlaku untuk kondisi umum dan dipakai semata-mata un
tuk pendekatan pendahuluan.
Desain pendahuluan yang lebih tepat dapat dilakukan bilamana momen gelagar Me di
ketahui selain dari momen total Mr. BilaMe jauh lebih besar dari 20-30%Mr, maka kon
disi awal akibat Me umumnya tidak akan menentukan desain, dan desain pendahuluan di
buat hanya dengan memperhatikan Mr. Bila Me relatif kecil terhadap Mr, maka c.g.s.
tidak dapat ditempatkan terlalu jauh dari titik kern (inti), dan desain ditentukan oleh
ML = Mr - M0. Dalam hal ini, lengan momen penahan untuk ML diperkirakan sebesar
kt + kb, yang rata-rata sekitar 0,5 0h. Dengan demikian, total f> prategang efektif yang
.

diperlukan adalah

(6-4)
Bila Me/Mr kecil, persamaan ini seharusnya digunakan sebagai ganti Persamaan (6-1). Per
samaan 6-3 masih tetap berlaku.

CONTOH 62
Buatlah desain pendahuluan untuk penampang balok pada Contoh 6-1, dengan Mr = 435 -

kN-m, Ma =55 kN-m , h = 920 mmJse = 860 MPa ,.danfc =-11 MPa.
Penyelesaian Karena Mq besarn ya hanya 12%Mr,maka tidak mungkin c.g.s. diletak
kan terlalu jauh dari kern. Sehingga lebih tepat bila digunakan .Persamaan 6-4 disini. Jadi,

M1. = Mr- Me,== 435-55


== 380 kN-m
F = Mt.f0,50h == 380/(0,50X0,92)

= 826 kN
Dengan menggunakan bagian pertama dari Persamaan 6-2 dan juga Persamaan 6-3, kita
dapatkan

Aps = Fjf..e=826X 103/8 60

== 960 mm2

A,== Ap,/.e/0,50fc = 826X 103/(0,50X 1 1)

=I 50 X 103 mm 2
17()- ' Desain Strnktur Beton Prategang

m
E

E
E
a
"'
en

Gambar 6-3. Contoh 6-2.

Sekarang penampang pendahu1uan dapat digambar dengan1uas total beton sekitar 150 X 103
mm2 , tinggi 920 mm, dan 1 uas baja 960 mm2, seperti diper1ihatkan pada Garnbar 6-3. Pe
narnpang-I dipilih karena bentuk ini sesuai untuk perbandingan MG!MT yang kecil.
Bila tidak diketahui apakah MT atau ML yang akan rnenentukan desain, cara yang
tepat ada1 ah rnenggunakan kedua Persarnaan 6-1 dan 6-4, dan pilih nilai terbesar dari kedua
nilai ini. Sebagai contoh, jika M G = 110 kN-rn pada Contoh 6-1, kita dapatkan, dari Per
sarnaan 6-1 ,

F = MTf0,65h

= 435/(0,65 X 0,92)

= 727 kN

Dari Persarnaan 6-4, didapat

F = MLf0,50h

= ( 435 - 11 0)/(0,50 X 0,92)

= 707 kN

F = 727 kN yang rnenentukan da1 arn desain.

6-2 Desain dengan Teori Elastik, Konsep Umum


Menurut pendapat umum, desain penampang beton prategang jauh lebih rumit daripada
beton bertulang. Hal ini tidak benar jika prosedur yang disarankan pada bab ini diikuti.
Akan tetapi, desain sebuah penampang didasarkan pada pengetahuan mengenai analisisnya.
Jadi pembaca harus terbiasa dengan metode analisis yang dibahas pada bab sebelumnya
untuk dapat menguasai metode desain.
Metode desain pendahuluan pada Pasal 6-1 didasarkan pada kenyataan bahwa penam
pang ditentukan oleh dua nilai penentu dari momen lentur: momen total MT yang me
nentukan tegangan akibat beban kerja; dan momen beban gelagar MG yang menentukan
lokasi c.g.s. dan tegangan yang dialihkan.
Di sini perlu diuraikan konsep dasar dari kopel penahan pada penampang balok pra
tegang. Dari hukum statika, momen penahan pada balok prategang, seperti pada balok
Desain Penampang untuk ftfenahan Lenturan 17 1


r p!
A
P =O p = 1k

--- T c
-

P =O P = lk P = 3k

(a) Momen Eksternal = O, (b) Momen Eksternal Kecil, (c) Momen Eksternal Besar,
a = 0 a kecil a besar

Gambar 6-4. a yang bervariasi pada balok beton-prategang.

beton-bertulang, harus sama dengan momen ekstemal. Momen internal tersebut dapat di
wakili oleh sebuah kopel C-T, baik untuk penampang balok beton-prategang maupun untuk
beton-bertulang, Gambar 6-4 dan 6-5. T adalah titik pusat gaya prategang atau gaya tarik
pada baja; dan C adalah pusat tekanan atau pusat desakan pada beton.
Akan tetapi, ada perbedaan pokok antara sifat penampang balok beton-prategang dan
beton-bertulang. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada penampang balok-beton-bertulang, bila momen lentur bertambah, besarnya gaya


gaya C dan T dianggap bertambah sebanding, sedangkan lengan momen jd antara ke
dua gaya tersebut praktis tetap, tidak berubah, Gambar6-5.
2. Pada penampang balok-beton-prategang akibat beban kerja, bila momen lentur ber
tambah, besamya C dan T praktis tetap konstan sementara lengan momen a brtambah
besar hampir sebanding, Gambar6-4 .

Pada penampang prategang, karena letak T tetap, letak C akan berubah-ubah sesuai
dengan perubahan pada m omen lentur. Untuk momen M yang diketahui, letak C dapat di
tentukan dengan mudah, karena
Ca=Ta=M (6-5)
a=M/C=M/T (6-5a)

P = O P = lk P = 3k

(a) Momen Eksternal = 0, (b) Momen Eksternal Kecil, (c) Momen Eksternal Besar,
C= T= 0 C dan T kecil C dan T besar

Gambar 6-S. jd yang konstan pada balok beton bertulang.


172 Desain Struktur Be ton Prategang

Jadi, bila M = 0, a = 0, dan C harus berimpit dengan T, Gambar6-4 (a ). Bila M kecil, maka
a juga kecil, Gambar6-4 (b ). BilaM besar,a juga besar, Gambar6-4 ( c ).
Pacta balok-beton-prategang, besarnya gaya prategang awal F0 ctiukur dan ctapat dike
tahui dengan lebih tepat. Pacta waktu gaya prategang dialihkan, T = F0. Setelah seluruh ke
hilangan gaya prategang terjacti, T = F. Meskipun nilai T berubah pada waktu balok me
lentur akibat pembebanan, perubahan tersebut adalah kecil ctan ctalam ctesain dapat di
hitung maupun diabaikan.
Sekali pun besar nilai T ctiketahui, nilaia ctapat ihitung dari Persamaan6-5a untuk se
tiap nilai M. Dengan demikian letak C dapat ctitentukan. Dengan diketahuinya letak dan
besar C, distribusi tegangan pada seluruh penampang balok dapat ctiperoleh dengan teori
elastik atau teori plastis, meskipun biasanya teori elastik yang dipakai.
Selanjutnya, lebih baik dijelaskan hubungan dasar antara distribusi tegangan ctan letak
C, sesuai ctengan teori elastik, Gambar6-6. Bila C berimpit dengan titik inti (kern) atas atau
bawah, ctistribusi tegangan merupakan sebuah segitiga, ctengan tegangan nol masing-masing
pada serat bawah atau atas. Bila C terletak di dalam kern, seluruh penampang akan meng
alami tekanan; bila di luar kern, sebagian penampang akan mengalami tarikan. Bila C ber
impit dengan c.g.c., tegangan akan merata di seluruh penampang beton. (Lihat Lampiran A
untuk kt ctan kb, yang menentukan kern.)
Pacta desain penampang beton-prategang sesungguhnya, serupa ctengan sembarang pe
nampang lainnya, beberapa kali cara coba-coba (trial and error) tictak ctapat dielakkan. Acta
kerangka struktur yang harus dipilih sebagai permulaan 'dan mungkin dimodiflkasi pacta
waktu proses desain berlangsung. Ada berat sendiri komponen struktur yang mempengaruhi
desain, tetapi harus ctiasumsikan sebelum melakukan perhitungan momen. Acta bentuk
aproksimasi penampang beton yang ctitentukan oleh pertimbangan-pertimbangan praktis

kt
c
kb
T

(a) C di bawah kern bawah (d) C pada c.g.c.

,
c

T T

(b) C pada kern bawah (e) C pada kern atas

c
T

(j) C di atas kern atas


T
,
(c) C di dalam kern

Gambar 6-6. Distribusi tegangan pada beton berdasarkan teori elastik.


Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 173

dan teoretis yang harus diasumsikan untuk percobaan. Karena adanya variabel-variabel ini,
disimpulkan bahwa prosedur yang terbaik adalah suatu cara coba-coba yang berpedoman
pada hubungan-hubungan yang diketahui sehingga memungkinkan diperolehnya hasil akhir
dengan cepat.
Bila bentuk penampang dan pembebanan diketahui, besar dan letak gaya prategang
dapat diperoleh dengan menggunakan program komputer untuk menghasilkan tegangan
yang diperlukan pada titik-titik di sepanjang balok, sehingga mengurangi perhitungan
dengan tangan.

6.3 Desain dengan Teori Elastik, Tanpa Tarikan pada Beton


Pada bagian ini akan dibahas desain akhir untuk penampang akibat lenturan berdasarkan
teori elastik tanpa terjadi tegangan tarik pada penampang beton baik pada saat peralihan
maupun pada beban kerja. Meskipun dengan tidak mengizinkan adanya tegangan tarik
umumnya dianggap terlalu konservatif, kriteria ini membuat perhitungan menjadi seder
hana dan oleh karena itu akan dibahas terlebih dahulu. Dua kasus akan dibahas, yaitu un
tuk perbandingan Ma/MT yang kecil dan yang besar.
Perbandingan MG/MT yang Kecil. Untuk penampang yang didapat dari desain pen
dahuluan, nilai-nilai Ma, kt, kb, Ac dihitung. Bilamana perbandingan Ma/MT kecil, c.g.s.
ditempatkan di luar kern yang ditentukan oleh besarnyaMa. Berhubung tidak diperkenan
kan adanya tegangan tarik pada beton, c.g.s. akan ditempatkan di bawah kern dengan ke
tentuan sebagai berikut, Gambar6-7(b).

(6-6)
Bila c.g.s. ditempatkan sesuai dengan persamaan di atas, C akan berada tepat pada kern
bawah dan tegangan-tegangan pada serat atas dan bawah adalah

!,=0
F0 h
fb = -.. - < 0,6J:; (6-7)
c c,
Maka,

(6-7a)

(a) Sifat Penampang (c) Pada Beban Kerja


C pada kern atas

Gambar 6-7. Distribusi tegangan, tanpa tegangan tarik pada beton (perbandingan Ma/MT kecil).
174 Dsain Struktur Betrm Prafl'gang

Bila c.g.s. ditempatkan lebih ke atas, C akan berada di dalam kern; maka serat atas akan
mendapat tegangan tekan dan serat bawah akan mengalami tegangan yang lebih kecil dari
pada yang diberikan oleh Persamaan 6-7. Bila c.g.s. diletakkan lebih ke bawah, C akan ber
ada di luar kern; serat atas akan mengalami tarikan, dan tegangan pada serat bawah akan
lebih besar daripada yang diberikan oleh Persamaan 6-7. Tegangan izin pada serat bawah
adalah 0,60/; menurut Peraturan ACI, sedangkan F0 adalah gaya prategang yang bekerja
pada waktu peralihan.
Dengan c.g.s. diletakkan sedemikian rupa seperti di atas, lengan momen yang akan me
nahan momen adalah e + k1 dan gaya prategang efektif yang diperlukan adalah

F= MT -
(6-8)
e+k,
Akibat kerja yang dilakukan oleh gaya prategang efektif F dan momen total Mr, C akan
berada pada titik kern atas, dan tegangan-tegangan pada serat atas dan bawah adalah, Gam
bar6-7(c),

jb=O
J,= _!_ .!!_ < 0,45J;
A c cb (6-9)

Jadi,

Fh
A=- (6-9a)
J,cb
c

Bila F lebih kecil dari yang diberikan oleh Persamaan 6-8, maka akan terdapat tarikan pada
serat bawah, dan tegangan tekan pada serat atas akan lebih besar dari yang diberikan Per
samaan 6-9; bila F lebih besar, maka akan terdapat .ekanan sisa pada serat bawah, dan
tegangan tekan pada serat atas akan lebih kecil dari yang diberikan Persamaan6-9.
Bila fb atau ft melampaui nilai yang diizinkan, maka penampang beton Ac perlu diper
besar, atau mengurangi perbandingan hjc1 atau hjcb. Bila !b dan /1 keduanya kurang dari
masing-masing nilai yang diizinkan, maka Ac dapat diperkecil. Perubahan dimensi penam
pang yang tidak seberapa besar mungkin tidak mempengaruhi k1, kb, dan nilai lainnya.
Tetapi perubahan yang besar memerlukan perhitungan kembali dari awal untuk mendapat
kan letak c.g.s. dan nilai F yang baru serta menghitung Ac yang diperlukan.
Ikhtisar dari prosedur desain adalah sebagai berikut:

Langkah J. Dari penampang desain pendahuluan, tentukan letak c.g.s. dengan

e-kb =MGjF0

Langkah 2. Dengan letak c.g.s. seperti di atas, hitung gaya prategang efektif F( dan kemu
dian gaya prategang awal F0) dengan

MT
F= --

e+k,

Langkah 3. Hitung Ac yang diperlukan dengan

dan
Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 175

Langkah 4. Ganti penampang pendahuluan untuk memenuhi persyaratan. Ulangi Langkah


1 sampai dengan 4 hila perlu.

Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan berikut ini.


I. e + kt adalah ukuran dari kemampuan penampang balok untuk menahan momen total
sehingga makin besar nilai ini, makin disukai penampang yang bersangkutan.
2. e kb menentukan letak c.g.s. untuk penampang, dan tergantung pada besarnyaMe.
-

Jadi, dalam batas-batas tertentu, pengaruh besarnya Me tidak berarti terhadap ke


mampuan penampang untuk memikulM.
3 h/cb adalah perbandingan tegangan serat atas maksimum terhadap tegangan rata-rata
penampang pada beban kerja. Jadi, makin kecil angka perbandingan ini, makin rendah
tegangan serat atas maksimum.
4. h/ct adalah perbandingan tegangan serat bawah maksimum terhadap tegangan rata-rata
pada penampang saat peralihan. Sehingga makin kecil angka perbandingan ini, makin
rendah tegangan serat bawah maksimum.

Untuk memudahkan perhitungan, sifat-sifat dari berbagai penampang diberikan pada


Lampiran C, Tabel 1 sampai dengan 6. Nilai-nilai Ac, I, kt, kb, Ct. cb, dan seterusnya, di
berikan pada tabel-tabel ini. Sifat-sifat penampang persegi panjang dimasukkan pada Tabel1
di bawah judul b'/b t/h
= 1, yaitu bagian 1-q. Dengan menggunakan persamaan-persama
=

an dan tabel-tabel ini, dapat dikembangkan persamaan-persamaan yang akan memberikan


langsung nilai modulus penampang untuk suatu bentuk yang diketahui. Akan tetapi untuk
desain praktis, umumnya lebih disukai mengikuti cara coba-coba seperti telah dibuat bagan
nya, karena penentuan ukuran dan pertimbangan-pertimbangan praktis lainnya jarang se
suai- dengan bentuk penampang yang diasumsikan.

CONTOH 6-3
Dalam rancangan penctahuluan penampang beton yang ctictapat pacta Contoh 6-2, buatlah
ctesain a khir ctengan fb -1 2,5 MPa,/0 1 035 MPa. Nilai-nilai lain yang ctiberi kan actalah:
= =

Mr = 4 35 kN-m; Me =55 kN-m;ft -11 MPaJse = 860 MPa; F = 826 kN . Desain pen
=

ctahuluan ctari penampang actalah ;.nma seperti pacta Gambar 6-3.


Penyelesaian Untu k mencari ctesain penctahuluan penampang ctengan cara coba-coba,
hitung sifat-sifat penampang beri kut ini

A,= 2X100X38+ lOOX720=148X103mm2

380X9203 280X7203
I=
12 12
=15,95XI 09mm4
r2= 15,95X109ji48X103
= 108X103 mm2
k1 = kh = 108 X103/460 = 235mm

Langkah I. Dengan asmsi

F = 826 kN
1035
F0 (826) = 994 kN
860
=

ma ka c.g.s. harus ctitempat kan pacta e - kb cti bawah kern bawah, ctimana
Desain Struktur Beton Prategang

55XI03
= 55mm
994
e= 235+55= 290mm

Langkah 2. Ga ya prategang efe ktif yang diper1u kan dihitung kembali, yaitu

Mr 435X103
F= = =829 kN
e+k, 290+235
1035
F0 (829)=998 kN
860
=

Langkah 3. Ac yang diper1u kan ada1ah

998X103 X920
=160X I 0 mm-
- 0

12 5X460 ,

829X 103 X920 _


15I X I 03mm2
I 1 X 460
-

Langkah 4. Coba penampang baru seperti pada Gambar 6- 8, dengan Ac =1 5 8 X 103


mm2. Untu k penampang baru ini, I = 17,64 X 1 09 mm4; kt = kb = 243 mm; e- kb =55
mm; F = 435 X 1 03 /(2 9 8 + 243) 804 kN, F0
= 968 kN; Ac yang diper 1u kan untu k serat
=

bawah = 1 5 5 X 103 mm 2, untu k serat atas = 1 4 6 X 103 mm2 Sehingga penampang baru
ini kelihatan cu kup memuas kan dan tida k per1u diada kan perubahan 1agi .

Perbandingan Mc/Mr yang Besar. Bila perbandinganM0/MT besar, nilai e - kb yang


dihitung dari Persamaan 6-6 dapat menempatkan c.g.s. di luar batas praktis, sebagai contoh,
di bawah penampang balok. Maka perlu untuk menempatkan c.g.s. serendah mungkin dan
membuat desain yang sesuai.
Untuk kondisi seperti ini, tegangan pada serat bawah jarang menjadi kritis. Pada kon
disi awal, segera setelah peralihan, tegangan serat bawah diperlihatkan pada Gambar 6-9(b)
Desain Penamvang untuk Menahan Lenturan 177

h--i
rb
(a) Sifat-sifat Penampang (b) Tepat sesudah Peralihan (c) Pada Beban Kerja,
(Transfer), C pada titik kern atas
C di atas titik kern bawah

Gambar 6-9. Distribu.;i tegangan, tanpa tegangan tarik pada beton (perbandingan Ma/MT yang besar).

dan besarnya ditentukan dengan

sehingga iuas penampang Ac yang diperlukan dapat dihitung, yaitu

A=
Fa ( + _e_-(
I
M--=-d'--F.-=o-'-)
k,
) (6-10)
c fb

Serat atas selalu mendapatkan sedikit tekanan dan tidak menentukan desain di bawah kon
disi ini.
Pada beban kerja, distribusi tegangan sama seperti kasus pertama (perbandingan yang
kecil), dan terlihat pada Gambar6-9(c). Desain secara praktis sama seperti sebelumnya, ke
cuali Persamaan 6-10 harus dipakai sebagai pengganti Persamaan6-7a. Untuk mudahnya,
prosesdur di bawah ini dapat diikuti.

Langkah 1. Dari desain pendahuluan penampang, hitung letak c.g.s. secara teoretis dengan

Bila letak yang diperoleh dari persamaan ini layak, ikuti prosedur pertama.
Bila tidak, letakkan c.g.s pada batas praktis terendah dim selanjutnya ikuti
langkah-langkah berikut.
Langkah 2. Hitung F (dan kemudian F0) dengan

M -
F= + T
e k,
Langkah 3. Hitung luas penampang yang diperlukan dengan Persamaan-persamaan 6-9a
dan6-10.
l 78 Desain Struktur Beton Prategang

Langkah 4. Pergunakan nilai Ac yang lebih besar dari keduanya dan nilai F yang baru
untuk merevisi penampang pada desain pendahuluan. Ulangi Langkah 1 sam
pai dengan 4 bila perlu.

CONTOH 6-4
Buatlah ctesain akhir untuk penampang pacta ctesain penctahuluan yang ctiperoleh pacta Con
toh 6-1, Ma = 2 85 kN-m , cti mana fb = -12,5 MPa, fo = 1 036 MPa. Nilai-nilai lain yang
cit berikan actalah Mr 435 kN-m; h = 920 mm Jse = 860 MPa;ft = -1 1 MPa. Penampang
=

tersebut terlihat pacta Gambar 6-1 0,ctengan Ac = 128 X 1 03 mm 2 , Ct = 345 mm, cb = 575
mm, I = 1 0,87 X 109 mm4, kt = 148 mm, kb 246 mm, F = 727 kN, F0 727(1 035/
= =

1360) = 875 kN.


Pcnye/esaian Langkah 1. Letak c .g.s. terenctah secara teoretis actalah

e - kh=M,,/F0

={285X103 )/875
= 326 mm
berarti letakn ya 326 mm cti bawah kern bawah , a tau 3 mm cti atas serat bawah, hal ini jelas
tictak mungkin. Umpaman ya, untuk alasan-alasan praktis, c.g.s. harus ctiletakkan 75 mmcti
atas serat bawah untuk menctapatkan beton pelinctung yang cukup. Persoalan ini selanjut
n ya merupakan kasus kectua ctan kita beralih ke langkah berikut ini.
Langkah 2. Ga ya prategang efektif yang ctiperlukan, yang bersesuaian ctengan lengan
momen e + k1 575-75 + 1 4 8 64 8mm,actalah
= =

F={435XI 0 3)j648=671 kN
F0 = 671(1035/860) =808kN

Langkah 3. Hitunglah luas penampang yang ctiperlukan ctengan

671X 920 _
- - 98 X103mm 2
_

11 X575

460 mm
I I

r--[J

E
E
"'
..
M k1 =148 mm
E
!
kb=246mm
E
0
N
en
E
E
"'
.....
"'

j cgs
0
I 75 mm
...-nn,

Gambar 6-10. Contoh 6-4. Penampang percobaan (trial).


Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 179

,
AC - (
_ F0 ( I+
e - ( Me;/ F0) )
( )
lh kr

_ 285X.I03
500
808 808
I+
=
12,5 148

=
129X 103 mm2

yang menunjukkan bahwa penampang percobaan (trial) pendahuluan dengan Ac = 128 X


103 mm2 adalah hampir tepat untuk kontrol tegangan serat bawah, tetapi jauh lebih dari
cukup bila tegangan serat atas yang diperhatikan. Dengan perkataan lain, bila kondisi prak
tis mengizinkan, mungkin lebih baik hila luas beton flens atas dikurangi sedangkan luas
beton bagian bawah ditambah untuk mendapatkan penampang yang lebih ekonomis. Pem
baca dipersilakan untuk mencoba apakah penampang yang lebih baik bisa diperoleh untuk
contoh ini.

6-4 Desain dengan Teori Elastik, dengan Mengizinkan Adanya Tarikan

Pada bagian sebelumnya telah dibahas desain penampang beton-prategang tanpa meng
izinkan terjadinya tegangan tarik di seluruh penampang beton. Persyaratan ini seringkali
boros dan tidak dap at diterima. Bila dibandingkan dengan beton bertulang, di mana tegang-
\
an tarik yang tinggi dan retak selalu terjadi pada beban kerja, kelihatannya logis bahwa se-
tidak-tidaknya tegangan tarik yang kecil harus diizinkan pada beton prategang. Di lain
pihak, ada beberapa alasan untuk membatasi tegangan tarik pada beton prategang, yaitu:
1. Adanya tegangan tarik yang tinggi pada beton prategang menunjukkan tidak cukupnya
faktor keamanan terhadap kehancuran-batas. Pada waktu tegangan tarik yang tinggi
terjadi pada beton prategang, lengan momen a dari kopel penahan akan bertambah
besar, Gambar 6-11, sehingga tidak terjadi pertambahan yang berarti pada lengan mo
men dalam kasus beban berlebih (overloading). Jadi, tidak cukup aman. Pemeriksaan
kekuatan yang sesungguhnya adalah bagian yang terpisah dari desain dan dilakukan se
sudah persyaratan tegangan dipenuhi.
2 Adanya tegangan tarik dapat mengakibatkan kurangnya faktor keamanan terhadap
retak dan dapat memperbesar retak dengan mudah bila beton sudah retak sebelumnya.
Meskipun retak tidak begitu berpengaruh pada beban statis, kriteria ini dapat menjadi
ha! yang penting pad a beban berulang. Retak juga sangat mengurangi daya rekat (bond)

Lengan Lengan
lebih kect lebih besar

_j L_ Tarik

81ok Tegangan Blok Tegangan


Tanpa Tegangiln Tarik dengan Tegangan Tarik
pada Beton pada Beton

Gambar 6-1 I. Lengan lebih besar untuk baja bila ada tegangan tarik pada beton.
180 Desain Struktur Be ton Prategang

dan tegangan geser. Selanjutnya, tendon prategang yang kecil sangat mudah berkarat
pada retak yang tetap, meskipun retak pada beban bergerak jarang mengakibatkan
karat yang berarti.

Sejak semula ide beton prategang adalah menciptakan beton yang selalu mendapatkan
tekanan, di mana tegangan tarik tidak diizinkan pada beban kerja. Dengan pengalaman dan
pengetahuan yang didapat mengenai perilaku beton prategang, banyak ahli sekarang ber
pendapat bahwa tegangan tarik pada batas-batas tertentu dapat diizinkan. Maka persyarat
an-persyaratan Peraturan Bangunan ACI mengizinkan tegangan tarik sebagai berikut.

L Tegangan-tegangan pada saat peralihan:


Tegangan tarik pada komponen struktur tanpa besi tulangan-0,25 (0,5 pada
ujung-ujung balok pracetak di atas dua perletakan).
Tarikan pada komponen dengan besi tulangan yang cukup - tidak ada batasan.

2. Tegangan-tegangan pada waktu menahan be ban:


Tegangan tarik pada daerah tarik pratekan.
Tegangan tarik yang diizinkan jauh leb ih dari nilai-nilai batas di atas sejauh tidak ter
lihat adanya kerusakan pada sifat struktur yang layak (1 ,OOvfc\
Dari uraian di atas jelas bahwa, walaupun batas-batas empiris seringkali dibuat untuk
memudahkan desain dan pengecekan, besarnya tegangan geser yang diizinkan bervariasi ter
hadap kondisi-kondisi dan tidak mudah dipastikan menjadi satu a tau dua nilai tertentu.
Apabila tegangan tarik diizinkan pada beban kerja, istilah "prategang sebagian" sering
dipergunakan, yang berarti beton hanya diberi gaya prategang sebagian. Pengarang berpen
dapat bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan dasar antara gaya prategang sebagian dan
penuh. Perbedaannya hanyalah, pada gaya prategang sebagian, terdapat tegangan tarik di
beton pada beban kerja. Berhubung kebanyakan struktur kadang-kadang mendapat beban
yang berlebihan, tegangan tarik sebenarnya akan terjadi pada suatu waktu, baik pada gaya
prategang sebagian maupun penuh. Sehingga tidak ada perbedaan dasar antara keduanya.
Kadang-kadang diperdebatkan mengenai bahaya akibat diizinkannya tegangan tarik
pada beton, karena beton mungkin sudah retak sebelumnya sehingga tidak dapat menahan
tarikan. Hal ini benar bi:la gaya tarik pada beton merupakan bagian yang berarti terhadap
gaya tarikpada baja, dalam hal ini gaya tarik yang bisa didapat dari beton harus diabaikan,
Gambar 6-12. Di lain pihak, bila gaya tarik dari beton hanya merupakan bagian kecil dari
baja, perhitungan tidak berbeda banyak, apakah hal tersebut diabaikan atau diperhitung
kan.

j L Tarik
'

----
Tarik
Blok Tegangan dengan
Tegangan Tarik pada Beton Blok Tegangan dengan
Sebagian Kecil dari T Tegangan Tarik pada Beton
Sebagian Besar dari T

Gambar 6-12. Tegangan tarik pada beton.


Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 181

6-5 Desain dengan Teori Elastik, dengan Mengizinkan dan


Memperhitungkan Tarikan
Cara ini digunakan dengan pengertian bahwa tegangan yang diperhitungkan tidak tepat bila
tegangan tarik melampaui tegangan retak beton. Cara ini mudah dan memberikan hasil yang
sebanding dengan cara yang mengabaikan tegangan tarik pada beton bila gaya tarik pada
beton merupakan bagian kecil dari tegangan tarik keseluruhan (lihat Gambar 6-13). Cara ini
biasanya diikuti dalam desain yang menggunakan tegangan izin Peraturan ACI. Cara ini
akan dijelaskan sebagai berikut.
Perbandingan Mc/Mr yang Kecil. Bila tegangan tarik f/ diizinkan pada serat atas,
pusat gaya tekan C dapat ditempatkan di bawah kern bawah sejauh

(6-11)

Untuk m omen MG yang diketahui, c.g.s. dapat ditempatkan di bawah C sejauh

e2= Mc/Fo (6-12)

Sehingga letak c.g.s. yang terjauh di bawah kern bawah adalah

Me+J;'Akb
el+e2= F. (6-13)
0

Dengan menempatkan c.g.s. sejauh e di bawah c.g.c., lengan momen a pada beban kerja di
ketahui. Dengan tegangan tarik yang diizinkan pada serat bawah, momen yang dipikul be
ton adalah

Momen netto Mr fAkt harus dipikul oleh gaya prategang F dengan lengan momen sarn
-

pai ke titik kern atas; maka lengan total adalah (Gambar 6- 1 3).

a=k, +e (6-14)

dan gaya prategang F yang diperlukan adalah

Mr -f/,Ak1
F= -=----=--...:.
a
(6-15)

(a) Sifat-sifat (b) Distribusi Tegangan (c) Distribusi Tegangan


Penampang pada saat Peralihan pada Beban Kerja

Gambar 6-13. Dengan mengizinkan dan mempertirnbangkan tegangan tarik pada beton.
182 Desain Stmktur Seton Prategang

Tegangan serat bawah pada saat peralihan diberikan oleh rumus

F,h c
j = _o_
+ };'_.!:_ (6-16)
b Ace, t c,

yang memberikan

(6-16a)

Dengan cara yang sama, tegangan serat atas pada beton beban kerja didapat dari

(6-17)

sehingga

(6-17a)

CONTOH 6-5
Desain1ah kembali penampang ba1ok pada Contoh 6-3, dengan mengizinkan dan memper
hitungkan tegangan tarik pada beton. fi = 2,1 MP a, f = 1,65 MP a. Ni1 ai-ni1ai lain yang di
berikan ada1ah: MT =435 kN-m;Ma =5 5 kN-m;f1 =-1 1 MPa;[b =-1 2 ,5 MPa;F =804
kN;F0 =968 kN.
Penyelesaian Langkah 1. Dari Contoh 6-3, dipero1eh k1 = kb = 243 mm; Ac = 158 X
103 mm2. Dengan menggunakan Persamaan 6-13, didapat

55Xl06 + 2,1XI58X103X243
e 1 +e 2 =I40mm
=

968XJ03

Sehingga c.g.s. dapat diletakkan 140 mm di bawah kern bawah, atau 77 mm di atas serat
bawah, Gambar 6 - 14 .
Langkah 2. Momen sisa yang dipiku1 gaya prategang ada1ah

Mr- fAk, =435-1,65X!58X103X243


= 3 72 kN-m

"'
.,.
M k1 148 mm
c.g.c.
=

E E
E E
0 0
kb 246 mm
N
=

N
"'I "' E
E
I
0
"'
....
"'
<0
.,.
c.g.s.
75
mm
430mm

Gambar 6-14. Contoh 6-5. Gambar 6-15. Contoh 6-6.


Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 183

Untuk 1engan momen dengan panjang 243 + 243 + 1 40 = 626 mm, gaya prategang yang
kita butuhkan ada1ah

F= 372X l06j626 = 594 kN


F;1 = 594X 1035/860 = 715 kN

Langkah 3. Untuk membatasi tegangan serat bawah sebesar -12,5 MPa, kita per1ukan

A.== 715X920X 103


' l2,5X460-2,1 Y-460

= l38X 103 mm2

Untuk menjaga tegangan serat atas -1 1 MPa, kita perlukan

A.= 594X920X 103


' I! X460-! ,65X460

= l27X 103 mm2

yang memperlihatkan bahwa penampang percobaan dapat diperkecil dan penampang baru
dicoba lagi.
Perbandingan MG/Mr yang Besar. Bila M0/Mr besar, maka C akan berada di dalam
kern pada saat peralihan, dan dengan mengizinkan tegangan tarik pada serat atas tidak akan
berpengaruh pada desain. C.g.s harus diletakkan antara batas-batas praktis. Jika tidak, de
sain dibuat seperti pada kasus pertama. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.

CONTOH 6-6
Ubahlah desain penampang Contoh 6-4 dengan mengizinkan dan memperhitungkan tegang
an tarik pada beton. Nilai-nilai lain yang diberikan adalah Mr = 435 kN-m; M a 285
=

kN-m; F = 6 7 1 kN; F0 = 808 kN; Ac = 128 X 10 mm2; Ct = 345 mm; cb


3
= 575 mm;
kt =148 mm; kb = 246 mm (Gambar 6-15).
Penyelesaian Langkah 1. Berhubung secara teoretis letak c.g.s. yang paling jauh yang
tidak menimbulkan tarikan pada serat atas ada1ah 353 mm di bawah kern bawah (24 mm di
bawah serat bawah), sedangkan letak c.g.s. praktis harus 75 mm di atas serat bawah, maka
tidak akan terjadi tegangan tarik pada serat atas.
Langkah 2. Momen bersih yang dipikul gaya prategang ada1ah

A
M1- ff, k, = 435 -I ,65 X 128X !03 X 148
= 404 kN-m

Lengan momen yang menahan adalah

920-75-345+ 148 = 648 mm

Sehingga gaya prategang yang diperlukan adalah

F == 404 X l03j648 = 623 kN


F;1 = 623(1035j860) = 750 kN

Untuk menjaga agar tegangan serat bawah tetap da1am batas, kita dapat gunakan Persamaan
6- 10,

- )
(
e ( M<, IF;))
A,-
_
ff>
F;) I+ k I
184 Desa in Struktur Beton Prategang

-
_ 7SOX 10
'
( I+
SOO -
2XSX 10
--
'
)
12 S 14X

Untuk menjaga agar tegangan serat atas tetap dalam batas, kita peroleh, dari Persamaan
6-17a,

623 X 103 X 920


A,= IIXS7S-1,6SX34S

= lOO X 10 mm2

Luas penampang yang ada adalah 128 X 103 mm2, dapat diperkecil jika dikehendaki.

6-6 Desain dengan Teori Elastik, Penampang Komposit


Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sebuah penampang komposit terdiri dari bagian pra
tegang yang pracetak, digabungkan dengan bagian lain yang dicor-di-tempat yang biaanya
merupakan sebagian atau keseluruhan flens atas dari balok. Desain penampang komposit
lebih kompleks, karena terdapat banyak kemungkinan cara penggabungan dalam mem
bentuk penampang komposit. Di sini hanya kasus yang sangat umum yang akan dibahas,
sedangkan variasi-variasi lainnya dapat dikembangkan sendiri oleh perancang yang sudah
menguasai prinsip-prinsip yang diberikan di sini.
Pada kasus yang dibicarakan di sini, bagian pracetak adalah flens bawah dan badan
(web), sementara sebagian atau seluruh flens atas dicor-di-tempat. Tegangan tarik biasanya
diizinkan pad a flens atas waktu peralihan dan seringkali flens bawah juga pada beban kerja.
Sehingga persamaan-persamaan yang diturunkan mengandung tegangan tarik. Persoalan
dapat disederhanakan dengan mudah bila tegangan tarik tidak diizinkan. Untuk penampang
komposit seperti ini, tegangan tekan pada bagian yang dicor-di-tempat jarang menjadi kritis
sehingga akan dicek pada akhir perencanaan. Bila bagian yang dicor-di-tempat merupakan
bagian terbesar dari badan, atau bila bagian pracetak ditunjang oleh penyangga selama
pengecoran, maka metode yang diuraikan di sini harus disesuaikan.
Prosedur desain di sini mirip dengan pendekatan yang dilakukan sebelumnya untuk
penampang bukan komposit. Pada dasarnya, proses ini adalah coba-coba (trial and error),
disederhanakan dengan prosedur yang sistematik dan cepat mencapai hasil akhir yang di
bantu oleh penggunaan beberapa rumus dan persamaan. Sebuah konsep tambahan yang di
perkenankan untuk kerja komposit adalah pengurangan momen pada penampang komposit
terhadap momen ekivalen pada bagian pracetak yang besarnya sesuai dengan perbandingan
modulus penampang. Langkah-langkah desain dan persamaan-persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut.

Langkah 1. Letak c.g.s. Untuk sebuah penampang percobaan, c.g.s. harus diletakkan sede
mikian rupa sehingga bagian pracetak tidak mendapatkan tegangan yang ber
lebihan, akan tetapi mempunyai kemampuan optimal untuk menahan momen
eksternal. Jadi, c.g.s. harus ditempatkan serendah mungkin, tetapi tidak lebih
rendah dari besarnya eksentrisitas berikut ini, Gambar 6-16(a).
Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 185

Bagian

fi ---ll-
(a) Bagian Pracetak, Distribusi (b) Penampang Komposit, Distribusi
Tegangan pada saat Peralihan Tegangan pada Beban Kerja

Gambar 6-16. Dcsain dengan tcori clastik untuk penampang komposit.

dJ mana

e
f.'J
= ..:_:__
J c,Fo

A1G
e2 =
-Fo
di mana ft' tegangan t<J' j]._ 'Tl vada se rat atas bagian pracetak pada waktu transfer
I momen iner-:;ia b u gia n pracetak
ct = jarak antara c.g.c. dan serat atas bagian pracetak

Langkah 2. Hitunglah momen ekivalen pada bagian pracetak. Setiap momen Mc pada pe
narnpang komposit akan mengakibatkan tegangan pada bagian pracetak se
bagai berikut, Gambar 6-16(b),

di mana I' momen inersia penampang komposit, c = jarak serat bawah bagian pra
cetak yang diukur dari c.g.c: penampang komposit. Bila

1/c,
,
m =r;c;
dan

Kita peroleh
186 Desain Struktur Beton Prategang

=
=
di mana Ac luas penampang precetak

=
kb jarak kern bawah penampang pracetak
kt jarak kern atas penampang pracetak

Hal di atas menunjukkan bahwa Me dapat dimodifikasi dengan koefisien-koefisien mt dan


mb sehingga dapat direduksi menjadi momen ekivalen untuk perhitungan yang berdasarkan
sifat-sifat dari bagian pracetak.

Langkah 3.
=
Hitunglah gaya prategang yang diperlukan untuk momen-momen sebagai ber
ikut. Bila Mp jumlah momen yang bekerja pada bagian pracetak, danf =
tegangan tarik izin pada serat bawah, maka kita peroleh

F ( e
- -1-- +
Mp ) --
mbMc
+--=!
Ac k1 Ackt Ackt
Mp+mbMc -fk, A....:c.:..._ :.
F= ---'----'-..:...._-=-.... (6-18)
e + k,

atau

(6-18a)
jika

1=0
dan hitunglah gaya prategang awal F0 yang diperlukan. Ubahlah letak c.g.s. dengan me
makai nilai F 0 yang baru ini jika diperlukan.

Langkah 4. Untuk membatasi tegangan serat bawah sesuai dengan yang diizinkan pada
waktu peralihan, maka kita peroleh

sehingga

( 6-19)

Untuk membatasi tegangan serat atas pada bagian pracetak agar dalam batas tegangan tekan
yang diizinkan ft pad a beban kerja, m aka kita peroleh

I[Mp+m,Mc-Fe
Ac =- F + -----.,.---
] (6-20)
it kb
Nilai terbesar yang didapat dari kedua persamaan tersebut merupakan Ac bagian pracetak
yang diperlukan. Serat atas dari flens yang dicor-di-tempat dapat dihitung dengan persama
anf=MCj/.

CONTOH 6-7
Flens atas penampang komposit ada1ah pe1at dengan teba1 100 mm dan 1ebar 15 25 mm,
dicor-di-tempat. Batlah desain sebuah penampang pracetak dengan tinggi kese1uruhan
Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 187

9 2 0 mm (termasuk teba1 pe1at) untuk memiku1 momen-momen: Mr 435 kN-m; M a


= =

55 Kn-m, Mp = 135 kN-m, Me 300 kN-m. Tegangan-tegangan yang diizinkan: ft 11 =

MPa, fb - 1 2 , 5 MPa, t:
= 2, 1 MPa, f
= -1 , 1 MPa. Gaya prategang awal
= 1035 MPa, =

gaya prategang efektif =860 MPa.


Untuk asumsi penampang, buatlah desain pendahuluan, d engan lengan momen diasum
sikan sebesar 0,65h bagi gaya prategang untuk menahan momen total; kita dapatkan

MT
F=
0,65h
435X 103
0,65X 920
= 727 kN

F0 = 727 X 1035/860 = 875 kN. Untuk penampang-Tterbalik, luas penampang beton yang
diperlukan dapat diperkirakan sebagai berikut.

875XI03
= 1 ,5 12,5
=105X103 mm2

Berdasarkan penampang pendahuluan ini, sketsa dari penampang percobaan adalah seperti
Gambar 6-17 dan prosedur desain selanjutnya adalah sebagai berikut.
Untuk bagian pracetak, sifat-sifat penampang adalah

I 00X 355 = 35.500X 50=I . 775.000

720X 100= 72.000X 460 = 33.120.000

A,=107.500 34.895.000--o- 107.500

=325 mm =C, I
( 12 7) 7
35.500
1002
+ 275- =27,14X !Ox mm -
I!'
,,

72.000
( 12
7202 )
+ 135-o =44;23X 10 X mm-7 I
'I
11
I
71,37X !Ox --o-107.500 !
= 6,64X104 = r2

k, = 6,64X 104/325 = 204 mm

kh= 6,64X 104/495 = 134 mm

Desain penampang untuk lentur, sifat-sifat penampang komposit adalah


188 Desain Struktur Beton Prategang

1525 mm

Bagian cor-di-tempat r
II"lE
c.g.c.' :::E

E
E
0
N
en

Gambar 6-l 7. Contoh 6-7.

152.500X50= 7.625.000

107.500X595= 63.962.500

71.587.5007260.000=275 mm

152.500(1002jl2+2252)= 78,47X !OR

107.500(320)2=110,08X108

I bagian pracetak = 7l,J7X toR

= 260X !OR

I/er 71,37X108/495
=--= =0,10
m
t r;c; 260X IOR/175

ljc, 71,37X108/325
m,-
=0,54
_ _

-
I'/c 260X108/645
Langkah 1 . Letak c.g.s.

2' I X71 ,37X10 X


--"-__c_""---__:___ =35 mm
495X875X103

e2 =Mc; / F0

=55X103/875=63 mm

k,= 134 mm

e = 35+63 + 134 =232 mm

Jadi c.g.s. dapat di1etakkan pada 325 - 232 = 93 mm di atas serat bawah.
Langkah 2. Seperti te1ah dihitung di atas,

mt = 0 , 10

mb = 0,54
Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 189

Langkah 3. Hitung F yang diperlukan,

== (135X103+0,54X300X103)-1,1X10-3X204X107.500
232+204
== 626 kN
F;1 == 626X1035/860 == 753 kN

Untuk F0 = 753 kN sebagai ganti dari 875 kN, perbaiki e1 dan e2 sebagai berikut;

e1 == 35(875/753) = 41 mm
e2 63(875/753) 73 mm
==
==

e 134+ 41+ 73 248 mm


== ==

yang menunjukkan bahwa c.g.s. dapat ditempatkan pada 325 - 248 77 mm di atas serat =

bawah. Dengan e + kt yang baru, yaitu 248 + 204 4 5 2 mm, F dapat diubah menjadi =

626X 436/45 2 6 0 4 kN, F0


= 604 X 1035/86 0 727 kN.= =

Langkah 2. Untuk menjaga agar tegangan serat bawall. tetap dalam batas tegangan izin

I
A,-/;,
_ ( F; +
F;1e-Mc; )
, k1

==__
I (
n7+ 727X248-55X103 X 103 )
12,5 204
== 107X103 mm2

Untuk menjaga agar tegangan serat atas tetap dalam batas tegangan izin ft.

A,- 1
_ _!_ ( F+
M,, + m 1Me- Fe )
k"

)
/,

== _!_
11
( 604+
135X103 +0, I X300X103 -604X248
134
X I0
3

== 65X103 mm2

Di sini tegangan serat atas tidak menentukan, dan Ac yang diperlukan untuk kontrol te
gangan serat bawah adalah 107 X 103 mm2, yang sangat mendekati Ac penampang percoba
an sebesar 107,5 X I 03 mm2. Desain ini dianggap memuaskan.

Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 5-7, perbedaan susut dan rangkak antara bagian pra
cetak dan bagian cor-di-tempat dapat menimbulkan tegangan yang besar. Akan tetapi,
dalam proses desain biasanya tegangan ini diabaikan. Pertimbangannya adalah penampang
yang didapat dengan mengikuti prosedur konvensional dan menggunakan tegangan izin
umumnya menghasilkan proporsi yang cukup baik. Pertimbangan lainnya adalah kenyataan
bahwa kekuatan-batas penampang komposit jarang dipengaruhi susut dan rangkak secara
berarti. Bila lendutan ke bawah dan ke atas merupakan faktor yang harus diperhatikan,
pengaruh perbedaan susut dan rangkak harus diperhitungkan dalam desain.

6-7 Desain dengan Teori Kekuatan Batas


Di sini hanya akan dibahas desain dengan teori kekuatan batas (ultimate design) untuk pe
nampang sederhana dengan tendon yang terekat (bonded tendon). Prinsipnya, prosedur ini
190 Desain Struktur Beton Prategang

juga dapat dipakai untuk desain dengan teori kekuatan batas penampang komposit, tetapi
rinciannya diserahkan pada pembaca sendiri.
Desain Pendahuluan. Persoalan matematis yang terlibat dalam desain panmpang beton
prategang untuk desain dengan teori kekuatan batas lebih sedikit daripada untuk desain
dengan teori elastik, karena kekuatan-lentur batas pada penampang dapat dinyatakan
dengan persamaan-persamaan semi-empiris yang sederhana. Untuk desain pendahuluan,
dapat dianggap bahwa momen batas yang dipikul penampang prategang yang terekat adalah
kekuatan batas baja dikalikan dengan lengan momen. Lengan momen ini bervariasi, ter
gantung bentuk penampang, umumnya 0,6h sampai 0, 9h, dengan rata-rata umumnya 0,8h.
Dengan demikian, penampang baja yang diperlukan dapat diperkirakan, yaitu

MrXm
A=-...:.--
... (6-21)
s 0,801! XJ;, s
di mana m = faktor keamanan atau faktor beban.
Dengan anggapan bahwa beton pada sisi tekannya diberi tegangan sebesar 0,85[, maka
luas penampang beton yang diperlukan adalah

, MrXm
_
(6-22)
Ac- 0,80hX0,85f;
yang merupakan flens tekan(kadang-kadang dengan tambahan bagian dari badan atau web).
Bagian badan dan bagian yang tertarik pada penampang beton dirancang untuk menahan
geser (shear), di samping untuk pelindung baja. Selain itu, beton pada daerah tarik yang
mendapat pratekan juga hams menahan gaya prategang pada waktu peralihan. Untuk de
sain pendahuluan, besarnya bagian-bagian ini seringkali didapat dengan perbandingan ter
hadap rencana-rencana sebelumnya daripada membuat perhitungan-perhitungan tersendiri.
Kesulitan dalam desain dengan teori kekuatan batas terletak pada penentuan faktor ke
amanan atau faktor beban yang sesuai, yang besarnya tergantung pada peraturan yang di
pakai dalam desain. Untuk penyajian di sini, dianggap faktor beban sebesar 2 untuk baja
dan 2,5 untuk beton adalah cukup. Pemakaian cara ini dapat dilihat pada contoh berikut
ini.

CONTOH 6-8
Buatiah desain pendahu1uan penampang beton prategang dengan tinggi 92 0 mm untuk me

baja dengan kekuatan batas 152 0 MPa dan beton dengan


dengan teori kekuatan batas, dan asumsikan ba1ok dengan tendon terekat.
=
miku1 momen akibat beban tetap dan sementara sebesar 435 kN-m, dengan menggunakan
f 28 MPa. Gunakan desain

Penyelesaian Dengan faktor beban 2 untuk baja, dari Persamaan 6-21 didapat

435XJ06X2 2
778 mm
_ _

A,- 0.8X920X1520-
Dengan faktor beban 2,5 untuk beton, dari Persamaan (6-22),

' 435XI06X2,5 3 2
A = 62X J0 mm
_

' 0,8X920X0,85X28 -
Jadi penampang pendahu1uan dapat disketsa seperti pada Gambar 6-18, yang memberikan
daerah dengan tegangan-tekan batas seluas 62 X 103 mm2, dengan anggapan baha garis
netra1 terletak 270 mm di bawah serat atas. Perhatikan bahwa 1etak garis netra1 yang tepat
tidak dapat dan tidak perlu dicari pada desain pendahu1uan, akan tetapi dapat dianggap se
.kitar 3 0% dari tinggi penampang efektif.
Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 191

Gambar 6-18. Contoh 6-8 dan 6-9.

Desain Ak.hir. Meskipun gambaran di atas memperlihatkan desain pendahuluan ber


dasarkan teori kekuatan batas, desain akhir yang sesungguhnya akan lebih rumit, di mana
faktor-faktor berikut ini harus diperhatikan.

1. Faktor beban yang tepat dan sesuai ditentukan untuk baja maupun beton.
2. Tegangan-tekan pada waktu peralihan harus diselidiki untuk flens tarik, umumnya
dengan teori elastik. Di samping itu, flens tarik harus cukup besar untuk memungkin
kan penempatan baja dengan baik.
3. Lokasi garis netral untuk penampang-penampang tertentu tidak mudah ditentukan.
4. Desain badan (web) tergantung pada geser (shear) dan faktor-faktor lain.
5. Lengan momen efektif untuk kopel penahan dalam harus dihitung dengan lebih teliti.
6. Kontrol terhadap lendutan dan tegangan yang berlebihan harus dilakukan.

Meskipun demikian, desain akhir yang cukup baik untuk lentur dapat dibuat berdasar
kan pertimbangan kekuatan batas, seperti pada contoh berikut ini.

CONTOH 6-9
Buat desain akhir balok pacta Contoh 6-8, berdasarkan teori kekuatan batas.
Penyelesaian Prosedur coba-coba (trial and error) cocok untuk hal ini. Dengan pe
nampang pacta desain pendahuluan yang didapat pada Contoh 6-8 sebagai percobaan (trial)
yang pertama, Gambar 6-18, prosedur dapat dilanjutkan sebagai berikut.

Dengan garis netral sebesar 270 mm di bawah serat atas, pusat gaya-tekan batas ter
letak pada

47000X50+ 17000X185
= 86 mm
47000+17000
atau 86 mm di bawah serat atas. Dengan c.g.s. terletak 75 mm di atas serat bawah, lengan
momen adalah

920-86-75 = 759 mm

Sehingga penampang baja yang diperlukan dapat dihitung kembali, yaitu

435X106 X2 ,
754 mm
A,= 759X1520 =
192 Desain Struktur Beton Prategang

yang sangat dekat dengan hasil perhitungan terdahu1u, yaitu 778 mm2, sehingga percobaan
berikutnya tidak diper1ukan. Desain flens atas dapat dilakukan seperti pada Contoh 6-8.
Tegangan tarik flens atas juga harus dicek pada waktu peralihan gaya prategang. Karena
jarang dikontro1 atas dasar kekuatan hatas, maka flens bawah biasanya dicek berdasarkan
tegangan e1astis. Badan (web) tentunya harus didesain untuk menahan geser yang akan di
bahas da1am Bab 7.

Desain dengan Teori Kekuatan Batas vs Desain dengan Teori Elastik. Pada saat ini,
desain dengan teori kekuatan batas dan juga teori elastik digunakan pada beton prategang,
sebagian besar para perancang masih tetap memakai teori elastik. Sangat sulit untuk me
nyatakan preferensi satu dari yang lainnya. Masing-masing mempunyai keuntungan dan ke
kurangannya. Tetapi, metode apa pun yang dipakai untuk desain, yang lain harus dipakai
untuk pemeriksaan kembali. Sebagai contoh, pada waktu teori elastik dipakai dalam desain,
adalah umum untuk mengecek kekuatan-batas penampang untuk mengetahui apakah ada
kekuatan cadangan yang cukup untuk memikul beban-berlebih (overload). Pada waktu
teori kekuatan batas yang dipakai, teori elastik dipakai untuk menentukan apakah penam
pang ditegangkan berlebihan pada kondisi beban tertentu dan apakah lendutannya berlebih
an. Penegangan-berlebih (overstressing) tidak disukai karena dapat menimbulkan retak dan
rangkak dan pengaruh kelelahan. Jika desainnya konvensional dan sebanding, pemeriksaan
demikian tidak perlu, karena kemudian umumnya diketahui bahwa merancang dengan satu
cara akan menghasilkan desain yang aman jika diperiksa dengan cara lain. Kenyataarinya,
ini adalah alasan mengapa pemeriksaan demikian tidak dibutuhkan untuk konstruksi beton
yang didesain sesuai dengan peraturan. Jika kita berhubungan dengan tipe dan perbanding
an yang baru, mungkin desain elastik saja tidak menghasilkan struktur yang aman pada
pembebanan-berlebih, sementara itu desain dengan kekuatan batas dengan sendirinya mung
kin tidak menjamin terhadap kelebihan tegangan yang berlebihan pada beban kerja. Karena
itu sungguh diinginkan untuk memakai cara elastik dan cara kekuatan-batas, terutama s
kali untuk struktur dengan perbandingan yang tidak umum.
Suatu pengertian pada kedua teori desain struktur juga penting dalam membuat ke
putusan yang baik dalam desain struktur. Kadang-kadang, desain yang didasarkan pada satu
cara akan menghasilkan perbandingan yang berbeda dari yang dirancang dengan cara lain.
Untuk menggambarkan hal ini, marilah kita membandingkan penampang-1 simetris dan pe
nampang persegi panjang seperti pada Contoh 6-10. Berdasarkan cara elastik, dengan tidak
mengizinkan adanya tarikan pada beton, penampang-1 akan memikul momen yang lebih
besar daripada penampang persegi panjang, akan tetapi penampang persegi panjang dapat
memikul momen batas yang lebih besar. Jika kekuatan adalah pertimbangan yang lebih
penting, desain dapat didasarkan pada teori kekuatan batas. Jika tegangan tarik, retak,
rangkak, atau lendutan adalah batasan yang menentukan, cara teori elastik harus diikuti.
Jika kedua-duanya, yaitu kekuatan dan tegangan, merupakan kriteria yang menentukan
suatu struktur, kita terpaksa memakai kedua cara tersebut untuk menjamin keamanan dan
perilaku yang dapat diterima, seringkali dengan mengorbankan segi ekonomi.

CONTOH 6-10
Sebuah penampang-J dan penampang persegi panjang yang dibatasi diberi gaya prategang
dengan 1uas baja 580 mm2, Gambar 6- 19. f = 35 MPa, fs = 860 MPa, [pu = 1725 MPa.
Hitung (a) kapasitas momen-penahan tiap penampang dengan teori e1astik, tidak bo1eh ter
jadi tarikan pada beton; (b) kapasitas momen-batas tiap penampang.
Penyelesaian (a) Supaya tidak terjadi tarikan pada beton, dengan menggunakan Per
samaan 6-8, dipero1eh
Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 193

I' 305mm 1 1. 1
305 mm
k'd
k'd; 66mm k'd; ;55mm
8 0 r - l-----i 1 00 m r2
E .--- --
i-- -; -1 _ _ ,
mm _ +-'--- ----.
"' l l f/
,.... -
E ;---- L-- - I ---er
f k --+-----'- E
E E t; E
E t-- E '-;;:-L-
E E E 85mm J
' i E
E
-.--+--f-L. E E
E
::; 0
_

100 E
g "'E
M "'
i;';;n; 11 M11
"'

N E 11
Ltl
M
1t

_jr_-r-L_o:j= ====-----i_L
jr-- __o==----L
L38mm 38m;=r
Penampang-1 Penampang Persegi Panjang

Gambar 619. Contoh 6-10.

Penampang
Penampang-1 Persegi Panjang
81,75 X 10 155,55 X 10
3 3
Luas, mm2
25,75 X 10 33,72 X 10
8 8
I, mm4
kt, mm 124 85
Lengan momen antara c.g.s. dan kr, mm 341 302
Gaya prategang efektif, kN 499 499
Momen penahan, kN-m 170 151

(b) Untuk kapasitas-batas, dengan mengikuti cara pada Pasal 5-6 dengan mengambil
kd = 30 MPa, kita dapatkan

Penampang
Penampang-1 Persegi Panjang
k'd , mm 180 109
Jarak batas pusat gaya tekan
dari serat atas, mm 66 55
Lengan momen batas a' untuk kopel
penahan, mm 406 417
Tarikan batas baja, kN 1001 1001
Momen penahan batas, kN-m 406 417

Contoh di atas menjelaskan bahwa bila penampang didesain dengan teori elastik, pe
nampang-I dapat memikul momen yang lebih besar; bila didesain dengan kekuatan batas,
penampang persegi panjang dapat memikul momen yang lebih besar. Dari contoh ini jelas
lah bahwa penampang-I lebih efisien dalam menggunakan luas beton. Penampang persegi
panjang hampir mempunyai luas dua kali tetapi memikul momen penahan lebih kecil pada
(a) di atas dan hanya momen batas yang sedikit lebih besar pada (b). Dapat ditunjukkan
kemudian bahwa badan yang tipis dapat memikul tegangan geser dengan menggunakan
sengkang jika dibutuhkan.
Ada kasus lain di mana penggunaan desain elastik dan keadaan batas memberi hasil
yang sangat berbeda. Tinjaulah dua penampang dengan ukuran baja dan beton yang persis
sama, tetapi yang satu dengan baja yang terekat dan lainnya tidak terekat (lihat Pasal 5-6).
Dengan desain elastik, edua penampang akan memikul momen yang sama; tetapi dengan
desain kekuatan batas, penampang tidak terekat akan memikul momen yang jauh lebih
kecil. Cara mana yang akan digunakan dalam desain tergantung dari kondisi strukturnya.
Bila kekuatan batas merupakan pertimbangan yang penting, penampang dengan rekatan
lebih disukai. Lain daripada itu, bila beban yang berlebihan tidak dikehendaki, penampang
dengan rekatan dan tanpa rekatan dapat dipertimbangkan sama-sama memuaskan.
194 Desa in Struktur Be ton Prategang

6-8 Bentuk-bentuk Penampang Seton


Setelah mempelajari desain dengan teori elastik dan kekuatan batas, sekarang siap dibahas
mengenai pemilihan bentuk penampang yang terbaik untuk.beton prategang akibat lentur
an. Bentuk yang paling sederhana adalah bentuk persegi panjang yang dimiliki oleh semua
pelat pejal dan digunakan untuk beberapa balok bentang pendek. Sejauh pemikiran me
ngenai acuan (cetakan, bekisting), penampang persegi panjang adalah yang paling eknomis.
Tetapi jarak kern kecil dan lengan momen yang tersedia untuk baja terbatas. Beton dekat
sumbu yang melalui titik berat dan pada sisi tarik tidak efektif dalam menahan m omen, ter
utama pada tahap batas. Seperti diamati pada bab terdahulu, penampang persegi panjang
tidak seefisien penampang-1 dalam penggunaan penampang beton.
Sehingga bentuk-bentuk penampang lain seringkali digunakan untuk beton prategang,
Gambar 6-20:

I. Penampang-1 simetris.
2. Penampang-1 tidak simetris.
3. Penampang-T.
4. Penampang-T terbalik.
5. Penampang kotak {box).

D
(a) Penampang Persegi Panjang
TI
(b) Penampang-1 Simetris

(c) Penampang-1 Tidak Simetris

(d) Penampang-T dan T Terbalik

D
(e) Penampang Kotak

Gambar 6-20. Bentuk-bentuk penampang beton.


Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 195

Kecocokan bentuk-bentuk ini akan tergantung dari persyaratan-persyaratan utarna.


Penampang-1 mempunyai beton yang dikonsentrasikan dekat serat terluar di mana dapat
lebih efektif memberikan gaya tekan, baik pada saat peralihan maupun pada beban kerja
dan beban batas. Makin banyak beton dipusatkan (dikonsentrasikan) dekat serat terluar,
makin besar jarak kern dan makin besar lengan momeri yang diberikan untuk kopel pe
nahan dalam. Akan tetapi, prinsip pemusatan beton pada serat terluar tidak dapat dipakai
terlalu jauh karena lebar dan tebal flens ditentukan oleh pertimbangan praktis, dan web
(badan balok yang berpenampang-1) harus mempunyai tebal minimum untuk memikul
geser, untuk mencegah tekuk dan untuk memungkinkan pengecoran beton dengan lebih
mudah.
Jika perbandingan Ma/MT cukup besar, ada sedikit bahaya flens tertegang berlebihan
di saat peralihan, dan beton pada flens bawah akan turut mengecil. Hal ini akan mengakibat
kan penampang-1 tidak simetris dapat dianggap sebagai penampang berbentuk-T. Penam
pang-1, sama seperti untuk balok beton bertulang, seringkali lebih ekonomis karena beton
dikonsentrasikan pada flens atas di mana lebih efektif untuk mensuplai gaya tekan. Akan
tetapi, tidak ekonomis untuk digunakan bila perbandingan Ma/MT kecil karena pusat
tekanan saat peralihan akan terletak di bawah titik kern bawah. Maka tegangan tarik akan
terjadi pada flens atas dan tegangan tekan yang tinggi pada flens bawah.
Penampang-1 tidak simetris dengan flens bawah yang lebih besar, seperti penampang
jalan kereta api, tidak ekonomis untuk memikul momen batas karena ada beton yang rela
tif kecil pada flens tekan. Akan tetapi ada sejumlah besar material untuk menahan gaya
prategang awai. Untuk penampang-penampang komposit tertentu, itu dapat digunakan se
cara ekonomis di mana flens tarik dipracetak dan flens tekan dicor-di-tempat. Penampang
ini membutuhkan momen gelagar yang sangat kecil untuk membawa pusat tekanan ke
dalam kern dan oleh karenanya cocok bila perbandingan Ma/MT kecil. Bila dibawa ke bagi
an terluar penampang, ini menjadi penampang-T terbalik.
Penampang kotak (box) mempunyai sifat seperti penampang-1 dalam menahan momen.
Nyatanya, sifat-sifat penampangnya sama dan keduanya didaftarkan pada Tabel 6 dari
l:ampiran C. Pengambilan satu penampang atau yang lain tergantung dari persyaratan prak
tis tiap-tiap struktur.
Pembahasan di atas dapat diringkaskan sebagai berikut. Untuk penghematan baja dan
beton, yang terbaik adalah menempatkan beton dekat serat-serat terluar flens tekan. Bila
perbandingan Ma/MT kecil, lebih banyak began dekat flens tarik. Bila per
bandingan Ma/MT besar, sedikit berbahaya jika memberikan tegangan-berlebih di saat per
alihan, dan beton pada flens tarik hanya dibutuhkan untuk menempatkan tendon dengan
baik.
Dalam memilih bentuk-bentuk, yang penting diperhatikan adalah acuan yang seder
hana. Bila acuan hanya dipakai sekali saja, biaya balok menjadi mahal, sehingga setiap ben
tuk yang tidak beraturan dengan tujuan menghemat beton atau baja tidak merupakan ke
untungan dalam keseluruhan penghematan. Di lain pihak, bila acuan dapat digunakan ber
ulang-ulang, bentuk-bentuk yang lebih rumit dapat dibenarkan.
Bagi pabrik-pabrik yang memproduksi elemen-elemen pracetak, seringkali lebih eko
nomis membuat acuan yang dapat secara mudah diubah-ubah menjadi bentang dan tinggi
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dengan mengisi badan (stem) penampang pada Gambar
6-21(a) dan 6-21(b), beberapa macam tinggi dapat diperoleh. Lagi-lagi dengan menghilang
kan bagian tengah balok yang melancip (taper) atau mengurangi jarak antara sisi acuan,
satu set acuan dapat dibuat untuk cocok bagi banyak bentang yang lebih pendek.
Penampang-penampang kemudian harus didesain untuk mcmungkinkan penempatan
beton sekeliling tendon-tendon dan sudut-sudut. Ha! ini terutama benar bila penggetaran
tidak dilakukan dengan baik. Penggunaan fillet pada sudut-sudut seringkali disukai. Juga
7

196 Desain Struktur Beton Prategang

b-- _ _ -----1 38 mm

ll '
-j f--- 203-mm
Gambar 6-2l(a) Penampang-T tunggal tipikal (T Lin).

Tabel Sifat

v;s, mm
------ -----

286,9 254
--------------------

tanpa

703,
367,34 28-9 930 5955} 50
2438 914 36,8 660
lapisan
3048
2438
1219
914 + 50
50,5
739 atas
mm

dengan
lapisan
atas
50 mm
rabel beban superposisi yang aman untuk penarnpang ini tl'rdapat pada PC! Design Handbook.

merupakan hal yang biasa dalam praktek untuk membuat miring (taper) sisi dari flens.
Pengecilan seperti itu akan memudahkan pelepasan acuan dan mempermudah penempatan
beton.
Contoh-contoh beberapa penampang yang biasa digunakan di Amerika Serikat diper
lihatkan pada Gambar 6-21. Penampang tunggal (sering dikenal sebagai T Lin) untuk mana
satu set acuan dapat dipasang untuk mencocokkan beberapa perubahan diperlihatkan pada
Gambar 6-21{a). Tinggi penampang dapat diatur dengan meninggikan sofit (soffit). Lebar
stem dapat diubah-ubah dengan memisahkan kedua bagian setengah acuan. Lebar dan tebal
flens dapat dimodifikasi dengan mengubah pelat luar. Bila dirancang dengan seksama, pe
nampang setinggi 914 mm dapat digunakan untuk lantai sampai 30 m, atap sampai 36 m,
dan jembatan jalan raya sampai 21 m. Beberapa pabrik mempunyai bentuk baja untuk
menghasilkan bentuk-T ini sampai setinggi 1.219 mm dan lebar 3,0 m.
Penampang pelat dengan tebal sekitar 203 mm, dengan lubang bulat berdiameter se
kitar 140 mm dan mempunyai jarak 203 mm dari pusat ke pusat, seringkali digunakan un
tuk atap bentang pendek dan lantai di mana soffit rata dikehendaki. Beberapa perusahaan
telah membuat standar metode produksi dan bentuk-bentuk dalam ketinggian sampai se
kitar 305 mm untuk pelat berongga.
Gambar 6-2l{b) menunjukkan penampang-T ganda yang biasa digunakan untuk atap
dan lantai gedung. Beton ringan atau beton normal dapat digunakan dan lapisan atas beton
setebal 50 mm ditambahkan pada penampang dalam banyak kasus, membentuk sebuah
struktur komposit. Sifat-sifat penampang, terutama momen inersia, sangat berubah dengan
penambahan lapisan atas ini. Banyak struktur untuk keperluan parkir telah menggunakan
T-ganda ini dengan bentang 18,3 m, dan penampang yang lebih tinggi dari tipe ini telah di-
Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 197

Lapisan atas

I
50 mm 1
-----J 50
2
-
---
_Ll-_ !:

-rT.
----

.. ,_:r==:;=,
L__ V .
. __ - l_
!--- 1219mm J.1/
! ---J f...- 95 mm

Gambar 2l(b). Penampang-T ganda tipikal.

Tabel Sifat
------- --

h, mm A, X 104mm2 I, X I08mm4 y,,mm Yb,mm v;s, mm


-----

Tanpa 356 19,7 18,8 89 267 32


1apisan 457 22,2 38,7 120 337 34
atas 610 25,9 87,3 174 436 36

Dengan 356 + 50 29,9 315


lapisan 457 +50 57,4 394
at as 610+50 124,3 506
seteba1
50 mm

Penampang-penampang Iainnya dengan tinggi 305 mm, 406 :mn, 508 mm, dan 813 mm dibuat daftar
nya pada PC/ Design Handbook dengan tabcl beban superposisi yang aman.

Sifat-sifat Balok Balok-balok Jembatan

YB.mm
Luas, Momen i nersia, Ukuran
Tipe x 104 mm2 x 108 mm4 dalam mm
12
18
24
30
36
16,32
21,42
30,71
35,23
40,39
385
473
572
709
904
129,03
. 291,78
644,74
1036,42
1898,02

"'I
w'""
NW
_eo
I
,j
:i
!

18
Tipebentang nominal, m

Gambar 6-2l(c). Balok-balok standar di Negara Bagian Washington.


198 Desain Struktur Be ton Prategang

CX)

N N
n ':::
:!

;: "'

(")
"'
....
<0
(")
:! CX)
.q-


a;
.q-

c;; (")
c;;
CX)
':::
....
h
Tipe I

I
1067

l27
76 76
cor-di-tempat --=102

....
N .q-
CX)
"' 203 838
1600 1067
1829
203
0> 254
N
N
203 254
8
N 203

I
66,0

Tipe IV
>I w w
Tipe V Tipe VI

Gambar 6-21 (d). Standar AASHTO-PCI untuk balok-I beton prategang untuk jembatan-jembatan jalan
raya.2

Tabel Sifat-sifat
(Tanpa pelat dicor-di-tempat)
Batas Bentang
Luas, X 10 mm2 I, X 10 mm4
4 8
Tipe Balok cb,mm yang Diusulkan,
m

I 17,81 95 320 9,1 ""13,7


II 23,81 212 402 12,2 ""18,3
Ill 36,13 522 515 16,8 ""24,4
IV 50,90 1085 628 21,3 ""30,5
V 65,35 21 69 812 27 ,4""36,6
VI 70,00 3052 924 33,5 ""42,7
Desa in Penampang wztuk Jienailan Len ruran 199

gunakan untuk bentang sampai 30,5 m. PCI Design Handbook mencantumkan bantuan
desain untuk memilih ketinggian penampang-T ganda standar dan strand yang dibutuhkan
untuk memikul be ban kerja yang diketahui pada bentang yang telah ditentukan.
Balok jembatan di Negara Bagian Washington seperti yang diperlihatkan pada Gambar
6-21(c) digunakan untuk struktur komposit, di mana pelat dicor-di-tempat ditambahkan
pada bagian atas penampang ini dengan sifat yang sama dengan balok standar AASHTO-PCI
seperti diperlihatkan pada Gambar 6-21(d). Penampang jembatan mempunyai badan (web)

914 1219
127
10
19
rr-;-l
f:J' [!1976
660
-+;J10
+--.
I
127
" .
127 127 965

76 1..- ' <0 1..-


<l . d e..
'

-;-;w:::f
BI-36 BI-48

914 1219

BII-48

127
1
j
o 1
914

'I
1
127 127-+ I
--lrt- ,o
1219
965 f+---127

" =r: dD. ::.v. . c]


, mr\:Jj " " ,

. .
4 I>


BIII-36 BIII-48
>.----,r-e--
.: - p : ' _______!
. : --"'

BIV-36 BIV-48

(;ambar 6-21 (e). Standar AASHTO-PCI untuk balok kotak (box) beton prategang untuk jembatan-jem
. batan jalan ray a.
200 Desain Srrukrur Beron Praregang

Tabel Sifat-sifat
Batas Bentang
yang Diusulkan, m

4 8
Luas, X 10 mm I, X 10 mm4
2
Tipe Balok cb,mm Strand Tak Lurus Strand Lurus

BI-36 36,2 209,5 339 22,56 18,90


BI-48 44,7 274,5 340 22,25 19,20
BII-36 40,0 354,4 414 26,21 22,25
BII-48 48,5 459,9 415 26,21 22,56
BIII-36 43,9 545,9 489 29,57 25,30
BIII-48 52 ,4 700,8 490 29,26 25,30
BIV-36 45 ,8 660,3 527 31,39 26,52
BIV-48 54,4 845,3 528 31,39 26,8

yang lebih tipis daripada balok ASSTHTO-PCI, yang merupakan standar di banyak negara.
Badan yang tipis membuat penampang lebih efisien terhadap lenturan dan sengkang di
tambahkan sesuai kebutuhan untuk menjamin kekuatan geser yang cukup pada balok ini.
Penampang-I dari ukuran yang dijadikan standar untuk jembatan telah digunakan un
tuk gedung-gedung dengan pelat yang dicor-di-tempat untuk memperoleh kerja komposit.
AASHTO-PCI juga telah membuat standar 8 penampang untuk balok kotak (box), Gambar
6-2 l (e).

6-9 Desain dengan Penampang Pracetak Standar


Penampang bukan Komposit. Banyak desain untuk penampang-T tunggal, T ganda, dan
berongga dibuat dengan menggunakan bantuan desain yang memungkinkan dipilihnya pe
nampang percobaan dari tabel beban. Tabel ini membuat pemilihan lebih sederhana dari
pada prosedur coba-coba yang garis besrnya dibahas pada awal bab ini. Desain bantuan ini
dibuat untuk produk-produk ini dengan menganggap kehilangan gaya prategang sejumlah
tertentu yang harus dicek untuk memastikan bahwa ha! itu dapat diterima. Rekomendasi
Komisi ACI yang disajikan pada Bab 4 membuat ha! ini lebih mudah (atau metode yang di
sederhanakan boleh digunakan) dan para perancang harus membuktikan bahwa penan1pang
tersebut cukup untuk setiap tahap pembebanan.
Baik kemampulayanan (serviceability) maupun kekuatan harus dipenuhi. Perhitungan
perhitungan akan menunjukkan apakah tegangan-tegangan dipenuhi pada penampang kritis
pad a saat peralihan dan setelah kehilangan gay a prategang. Lendutan ke atas dan ke bawah
terhadap waktu dapat diperkirakan dengan menggunakan prosedur yang lebih sederhana
yang dijelaskan pada Bab 8. Kekuatan dianalisis dengan prosedur Peraturan ACI yang di
bahas pada Bab 5.
Pemeriksaan terhadap komponen yang dipilih lebih mudah daripada prosedur desain
umum karena penampang diketahui tanpa melalui prosedur percobaan berturut-turut. Pe
rancang bertanggung jawab untuk mencek komponen dan tidak boleh seluruhnya bergan
tung pada bantuan desain tanpa membuktikan bahwa penampang yang dipilih telah me
menuhi seluruhnya.
Penampang-penampang Komposit. Desain komponen struktur komposit juga sangat
banyak disederhanakan oleh tersedianya penampang-penampang standar. Biasanya peng
alaman akan menunjukkan penampang mana yang boleh digunakan untuk bentang yang di-
Desain Penampang tmtuk Menal!an Lentura11 201

ketahui dan hal yang penting untuk ditentukan adalah jarak balok komposit. Lagi pula,
seperti pada balok pracetak non-komposit, penampang yang diketahui untuk balok pra
cetak akan menghindarkan pendekatan desain dengan cara percobaan berturut-turut seperti
yang diberikan pada Pasal 6-7.
Mungkin lebih disukai menentukan gaya prategang yang akan seluruhnya mempra
tekan serat bawah balok pracetak, kemudian menentukan jarak yang dapat diakomodasi
kan balok. I ni adalah analisis prosedur dasar yang dapat dilakukan agak cepat. Penampang
yang lebih berat akan dipilih untuk balok pracetak bila jaraknya terlalu dekat, atau balok
yang lebih ringan jika jarak terlalu besar. Sistem komposit membuat efisien penggunaan
balok pracetak dan desain akan dibuat dengan kondisi "terpikul" atau "tanpa pemikul"
yang secara jelas dispesifikasikan dan diperhitungkan pada desain. Contoh 6-11 menjelas
kan proses perancangan ini.
Beton yang digunakan pada pelat seringkali ditentukan dengan f: yang lebih kecil dari
.
pada balok prategang pracetak. Ini dapat dihitung dalam perancangan dengan menggunakan
modifikasi lebar efektif seperti dijelaskan pada Gambar 6-22. Peraturan ACI untuk balok-T
banyak digunakan untuk desain sistem komposit dengan 8t sebagai lebar efektif sisi balok
seperti dijelaskan. Perhatikan bahwa ini tidak dapat melampaui jarak balok. s desain, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 6-22. Kita dapat memodifikasi lebar efektif, b, dengari
perbandingan modulus Ec (pelat)/Ec (balok) untuk memperhitungkan perbedaan kekuatan
beton seperti diperlihatkan pada Gambar 6-22(b). Analisis elastik dilakukan terhadap balok
yang terdiri dari material yang sama, pada kasus ini beton mempunyai t: = 42 MPa.
Modifikasi ini digunakan hanya untuk analisis elastik tegangan-tegangan pada berbagai
tahap. Perhatikan bahwa telah dinyatakan pada Pasal 6-6, pengaruh perbedaan susut dan

(b ma ksimum S)
lebar efe ktif, b

(a) Si stem Stru ktur Komposit

Ec (pelat)
x b 0,81b
Ec (balok)

I I

(b) Penampang untuk analisis elastik yang


dimodifikasi untuk nilai f yang berbeda

Gambar 6-22. Dcsain sistcm komposit dengan balok pracetak standar.


202 Desain Struktur Beton Praregang

rangkak antara beton pracetak dan beton cor-di-tempat dapat mengubah secara serius dis
tribusi tegangan yang sesungguhnya, meskipun seringkali tidak dihitung dalam analisis.
Bila kekuatan dicek, lebar efektif penuh, b, cukup layak dengan fd dari beton pelat
(contoh Gambar 6-22, fd = 28 MPa untuk pelat). M, untuk penampang komposit dihitung
secara eksak seperti penampang non-komposit dan daerah tekan akan terdapat dalam pelat
pada hampir seluruh perancangan praktis. Analisis yang mengikuti prosedur Peraturan ACI
adalah sederhana dan mencakup seluruh pengecekan kekuatan ini. Contoh 6-11 mencan
tumkan pengecekan kekuatan ini.

CONTOH 6-11
Buatlah desain sistem struktur sebuah balok beton prategang komposit di atas dua buah
perletakan dengan bentang 2 7,5 m. Balok adalah penampang standar Tipe Ill, Gambar
6-2ld, dengan tebal pelat komposit 150 mm. Beban desain untuk struktur adalah: beban
mati sistem komposit (beton berat normal), wa; beban mati tambahan w0 = 960 Pa; beban
hidup, w L = 2400 Pa. Beton berat normal untuk balok pracetak ditentukan: fi = 31 MPa,
f = 42 MPa dan untuk pelat fd = 28 MPa. Buatlah desain balok yang tidak dipikul (un
shored) pada saat konstruksi dengan mengikuti Peraturan ACI untuk penampang kritis di
tengah-tengah bentang. Asumsikan kehilangan total gaya prategang untuk penampang ini
sebesar 20 persen.

(a) Tentukan1ah susunan strand pratarik untuk penggunaan penuh ba1ok pracetak.
(b) Cari1ah jarak ba1ok maksimum untuk sistem struktur ini berdasarkan tegangan pada
beban kerja.
(c) Cek kekuatan mengikuti Peraturan ACI.

Pl'nyclesawn (a) Ambi1 g = 127 mm, Gambar 6-23, dan se1esaikan gaya batas, F0,
yang diizinkan pada tahap peralihan fatas < 0,25Vl:; = 1,39 MPa, fbawah < 0,6fd = 18,62
MPa.
Sifat-sifat penampang ba1ok pracetak:

361 10 111111
\\
8,51 kN/m
I '.22 Ill' 111nf 1
.\, I0 I IO' mm
'

(" 51 llllll '


), ,{I ' 11 I 1 111111

< 2S 111111

'I 127 JXX n11n \I, .'Oil kN m

!;, +
l ,(:1 X\) xoo
f at<1s 1,19 MP.t
1/1 X lfl X3
<
o ' I 0 ,,

1, (Jl'X) xoo
J ba\\ ah 'X,h :0.1P.
,.

1t- I , I0 101 Jl)1 I fl I I0

Gunakan-+ F0 = 4021 kN berdasarkan 0,6 fdi pada serat bawah.


4021
Jumlah strand = -- = 31,3. Coba 32 buah strand</> 12,7 mm
130
Cek c.g.s. untuk po1a, Gambar 6-23.
Desain Penampang untuk Menahan Lenf!aan 203

50 mm pola
Grid
T i pe Ill
Gambar 6-21 (d)

. . . . . . . .
---;-; -.---;---;--;-- -.- c.g.s.

8mm
g

Gambar 6-23. Contoh 6-11.

X>< 50=- 400

4100
X X lOO - XOO g =- =12X mm
32
X/ 150- 1200 e- 515-12X 3X7 mm

ox 200 =1200 F11 -32XI30 -4!14kN

2 < 250 500

32 4100

- 4114 - 4114(387) 800


fbawah sebenarnya =

+ -19 ' I MPa


101 X 10
=

361 X 10 101 X 10

. J fatas tidak kritis karena ) 2,6% lebih -- tegangan


Perhatlkan:
[ Fo = 4114 kN <5796 kN f izin 1 8, 6 MPa o.k.

(h) Jarak balok akan tergantung pacta beban kerja yang menentukan momen. Kita
anggap bahwa jarak itu cukup besar sehingga penampang komposit, Gambar 6-24, berlaku;
yaitu, jarak 2838 mm

(152)(2299)(1219) -t 361 X 101(515)


c ;, -
-- -- - X63 mm
(152)(2299)-i.-361 "101
c;- 2XO mm

A'-714..< 101 mm"


' (' 799)(1'\?)2 '
I'= 522 X 10' + (361 X 101 )(34Xr + ll -- - + ( 152)(2299)(356r
--

/'= 141 X 10 mm4

Setiap balok komposit memikul beban untuk jarak, s, yang memungkinkan untuk me
nyelesaikan momen di tengah-tengah bentang sebagai berikut (s =m).
2
(960)(.1 )(27,5)
M -
- - 90 85 kN
, X . .. , -m

(2400)(s )(27 ,5 )2
M1 -cc ?76
-- , 95 kN m
X

M ,1 .. h =
(3600)(s )(27,5)
2
= 340,35 kN-m
R
204 Desain Struktur Beton Prategang

Le bar efektif 2181 I 1521 + 406 = 2838 mm


Lebar efe ktif yang dimodifikasi = 0,81 x 2838 = 2299 mm

A'= 710 x 103 mm2 s; =5,04x 10S mm3


I' = 141 x 109 mm4 S/, = 1,63 X 1 (j mm3

Gambai 6-24. Penampang komposit, Contoh 6-11.

Setelah terjadi kehilangan, prategang efektif adalah:

F = 0,8F0 = 0,8 X 4114 = 3292 kN

Karena pelaksanaannya tidak dipikul (unshored), momen akibat berat pelat dipikul
oleh balok pracetak sendiri. Tegangan-tegangan pada bagian atas dan bagian bawah balok
pracetak yang dikombinasikan dari segala macam pengaruh adalah sebagai berikut:

3292X103 3292(388)X103 (800+ 340,3s)XI06 (90,85 X226,9s)XI01


fatas =- + --'-'--
-

361 X I03 83XI06 83 XI06 5,04XI0x


= -18,62 MPa
s = 3226mm

f _ 3292 X 103 3292(388)X103 (800+340,3s)X 106 (90,85+226, 9s) X103


bawah-- - + + -'--
--"--- -:<-
__

361 X I03 IOIX106 101XI06 1,63xJOx


= 3,20 MPa
s = 3226 mm

Jarak maksimum s = 3 200 mm melampaui lebar efektif pelat 2838 mm (Gambar 6-24)
seperti yang diasumsikan dan tarikan serat bawah untuk balok pracetak mengontrol jarak
di sini.
Dapat kita gunakan jarak s = 3,2 m tanpa tegangan yang berlebihan pada serat bawah
dan hanya sedikit lebih kecil dari tegangan izin serat atas.
Cek tegangan pada bagian atas pelat komposit yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja
hanya pada penampang komposit:

_
fatas(pe!at)- _
(90,8 + 226,9)(3,2 )(432)
- -3 . 1 0 MPa < -12, 41 MP a
_

141 X10
(c) Cek kekuatan dengan menggunakan lebar efektif pelat (berfungsi sebagai flens
tekan) sebesar 2838 mm, Gambar 6-24.

A '
= 32 x98,71= 3159 mm2 d=l 295-128=1167mm
P
Desain Penampang untuk Menailan Lenturan 205

3159

[ ]
= = = 0 000954
P,, bd (2838)(1167)

[ ]
'

f,, 1860
) "8 = 1801 MPa
u

J,,,=fpu 1-0,5p" =1860 1-0,5 (0,0009542


t
3159 X 1801 ( daerah tekan seluruhnya terletak
a= = 84 mm < 1 )_mm
.7
(0,85)(28)(2838) pada pelat seperti dianggap semula)

M, =0,9M' = (0,9)( 1801)(3159) 1167-


2
(
5761 kN-m
84
) =

Mu yang dibutuhkan untuk I ,4D +I ,7 L mengikuti Peraturan ACI:

M,= (I ,4)[800 + (90,8 + 340,3)(3,2)] + (1,7 )(226,9)(3,2)


= 3051,3 + 1234,3 = 4286 kN-m < 5761 kN-m
Kekuatan lebih daripada yang dibutuhkan.
Bila dicor di ternp:it, act.m yang sederhana rnerupakan hal yang paling penting. Jadi
pelat pejal dengan atau tanpa lubang dan bentuk-T dengan sisi vertikal atau sisi rnengecil
(taper) seringkali disukai. Hanya bila acuan (cetakan) dapat dipakai ulang beberapa kali
bentuk-1 dan bentuk lain yang rurnit dipertirnbangkan ekonornis.

6-10 Susunan Baja-Sistem Prategang dalam Tahapan


Susunan baja ditentukan oleh prinsip dasar: untuk mernperoleh lengan rnomen penahan
internal rnaksirnum, rnaka harus diternpatkan sedikit rnungkin ke tepi yang tertarik. Hal ini
sarna untuk penarnpang prategang seperti pada beton bertulang. Tetapi untuk beton pra
tegang, satu kondisi lagi harus ditinjau yaitu kondisi awal saat peralihan prategang. Jika
c.g.s. sarnpai dekat dengan tepi yang tertarik, dan jika tidak ada rnornen gelagar yang cukup
berarti yang rnernbawa pusat tekanan dekat atau di dalarn kern, Garnbar 6-25 , flens yang
tertarik mungkin tertekan secara berlebihan saat peralihan, sernentara flens t.ertekan mung
kin mengalarni tegangan tarik yang tinggi. Sehingga hal ini rnenirnbulkan kondisi khusus
pada beton prategang: rnornen yang besar dibutuhkan saat peralihan sehingga baja dapat
diternpatkan sedekat rnungkin ke tepi. Akan tetapi tidak dicapai yang ekonornis dengan
menarnbahkan beban mati yang tidak diperlukan pada struktur untuk rnemungkinkan
lengan mornen yang lebih besar pada baja, karena tarnbahan kernarnpuan momen apa pun
yang diperoleh akan dipakai dalarn rnemikul beban rnati tarnbahan, walaupun sejurnlah ke
mampuan cadangan diperoleh dalarn keadaan batas. Beban-beban yang mungkin harus di-

..-------,-- - ---- l r Tarikan

Kern bawah

tinggi
Pen am pang Distribusi Tegangan

Gambar 6-25. Momen gelagar tidak cukup untuk membawa C ke dalarn kern.
206 Dcsaill Srruktur Hetoll Pratega11g

Kern bawah
-+---
0

Penampang Prategang Sebagian Prategang Total T


T1 Hanva untu kM e untukMc+Ms

Gambar 6-26. Gaya prategang dalam dua tahap untuk menjaga C tetap dalam kern.

pikul oleh balok dapat lebih ekonomis bila diberikan pada struktur sebelum peralihan dari
pada sesudahnya, karena momen-momen yang dihasilkan oleh gaya-gaya seperti itu akan
memungkinkan penempatan baja lebih mendekati tepi yang tertarik.
Kadang-kadang digunakan cara lain untuk memungkinkan penempatan baja dekat tepi
yang tertarik yaitu dengan memprategangkan struktur dalam dua atau tiga tahap; hal ini
dikenal sebagai penarikan kembali (retensioning). Pada tahap pertama, bila momen balok
kecil, maka hanya sebagian gaya prategang yang digunakan; gaya prategang total hanya
akan digunakan bila penambahan beban mati yang ditempatkan di atas balok menimbulkan
momen yang lebih besar pada penampang, Gambar 6- 26. Jadi pusat tekanan dapat dijaga
tetap dalam kern sepanjang waktu, dan tarikan yang besarnya berlebihan pada flens ter
tekan, dan juga tekanan yang besar pada flens tertarik, dapat dihindarkan.

CONTOH 612
Buatlah desain penampang-1 simetris dengan h:::: I ,15 m (Gambar 6-27) untuk balok di atas
dua buah perletakan dengan bentang 27,5 m yang memikul beban kerja berikut: berat sen-

w (ljhat di bawah)

t;r::========i
l_
=;t sm
t t I l I I I I I I.I I I I I I I I I

m 27,5

Beban rencana (sebagai tam bahan


r-b pada berat balok):

= 10 kN/m

T
w0

"'L = 6 kN/m

31 MPa
} Beton berat

I
fri =
normal
[; = 42 MPa
2.400 kg/m3

....______J -----'j!---L!--

Gambar 6-27. Contoh 6-12.


Desain Penampang untuk Menalzan Lenturan 207

dari balok, we ; beban mati tambahan, wv 10 kNfm; beban hidup, wL 6 kNfm. Beton
= =

berat normal, f = 42 MP a. Gaya prategang akan dilakukan dengan strand diameter 1 2,7
mm tingkat 1860 MPa; [p u 1860 MPa dan APs l 00 mm2/strand. Ambillah 0,7 [pu saat
= =

peralihan (130 kN/strand) dengan kehilangan gaya prategang total yang diperkirakan 20%
untuk perancangan ini. Gunakan dua tahapan gaya prategang bila dihasilkan penampang
yang lebih ringan.

(a) Batasi desain supaya tidak terjadi tarikan pada beton dengan menginggap lingkungan
sekitarnya sangat korosif (dapat menyebabkan terjadinya karat). Anggap strand-strand
pasca-tarik tahap kedua akan digrout, membentuk balok terekat.
(h) Tegangan tarik izin beton 0,6YJ::. Cek kekuatan setelah tegangan, apakah memenuhi
nilai-nilai yang diizinkan berdasarkan Peraturan ACI.
Penyelesaian (d) Asumsikan berat ba1ok mula-mula w G = 7 30 kN/m. ,

I' 7.30'><27.52
.14,,- 11,, - - =690kN-m
R R

IOx-'17
- 52
- - 945 kN-m
R

6 ..... "'752
w,
(
R
-
' =567kN-m

M1 2202kN-m

2202
Perkirakan F 2946kN ( 6- 1 )
(0,65)( 1.15)
F. -_2946
11 3683kN
0.80

Perkirakan luas beton yang dibutuhkan jika tarikan tidak diizinkan: tekanan ft =
0,45 X 42 = 19 MPa boleh terjadi pada serat atas; tekanan fb = 0,60 X 3 1 = 19 MPa bo1eh
terjadi pada serat bawah.

4 F,,h 3683(1 15)X 10" _ ,0


mm
_ _ 1 2
- -
,
- - - 1oR '< I 0 (6.7a)
. ' j,({ 19(575) -
f77 2946(1, 15)" 10"
A
1 ,
/,-- --310 X I0 mnr (6-9o)
19(-:l7:l)
_ -

1"1

Dengan dua tahapan prategang, kita dapat menggunakan penampang yang 1ebih ringan
3 3
Ac = 310 X 10 mm2 akibat beban kerja, menghindarkan Ac =388 X 10 mm2 yang akan
dibutuhkan dengan tahap peralihan tunggal dari F0 total seperti diperlihakan di atas.

( 2 )( 175 )( h) + (XOO)( 1 5 0 ) = 3I0 X I0 1 - A,

h- 550 mm

"c. -7,5 kN/m A =312,5x 101 mm2


Me,= 709 kN-m I =52, 6 X 10 4 mm4
M1=2221kN-m k1=k,= 293mm

(beban kerja pe n uh) c, = c, = 575 mm

S,=91,5'<106mm1
208 Desain Struktur Beron Prategang

Asumsikan e == 470 mm (g == I00 mm)

M
F=
e
- 2202X I0-'/(470+ 293)= 2.886 kN
+ "r
2886
F= O O =3.608 kN
0
,S
Fh 2886X 10 3 (1150)
A - - - ------- --' -----'--
'- J,c,- (19)(575)
A,= 304X I 03 mm2 < 3 1 2 , 5 XI03 mm2 yang diberikan
gunakan h= 550 mm

Cek strand pra tarik peralihan Fo 1 = ??

( 6-7a)

F ( 1150)
3 I 2. 5X I 0 3 = -'-'0-'----
- '---
(19)(575)
2969
F11 = 2969 kN, n = !30 = 23 s1rand (maks.)

Cob a 22 buah strand 1/J 12,7 mm - F 01 2860 kN =

F0 2 pasca-tarik = 3608 - 2860 = 748 kN


Coba 6 buah strand 1/J 12,7 mm- F0 2 = 780 kN
Strand pratarik: penarikan tahap pertama

6 strand !OX 50= 500


(tahap kedua)
8X 100 = 800

4X 150 = 600

22 1900

g=86 mm

e 575-86 489 mm
Strand Contoh 6-12(a).
= =

Gamb:u 6-28(a).

Cek tengah ben tang (midspan) sa at peralihan (F 01 = 2860 kN) : (MG = 709 kN-m)

-1,62 2860 X 103 (2860 X 103)(489) 709 X106


fbawah= - -
3 12 ,5X1 03 91 ,5 XI06 +91,5X106

-9,15 - IS ,28 + 7,75 = -16,68 MPa < -18,9 MPa

fatas = -9,15 + 15,28-7,75 =-1,62 MPa <-18,9 MPa

-16,68

Gamb:u 6-28(b). Tegangan-tegangan di tengah bentang.


Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 209

Sekarang tambahkan strand pasca-tarik:


Karena g = I 25 mm seperti yang diperlihatkan di atas, Gambar 6-28, pada e = 57 5 -
I 25 = 450 mm coba 6 strand dengan diameter 12,7 mm (F 02 = 780 kN). Sebelum penarik
an F02: (wn tambahan diambi1 7,5 kNfm dari wn desain 10 kN/m). =

Ml!l =- 709 kN-m ( w0 = 7,5 kNfm)


f 709X10
= --- = 7 '75 MPa
91,5XI06

-1,62 -7,75 -9,37

-16,68 +7,75 -8,93

Gamb3I 6-28(c). Tegangan di tengah bentang sebelum penarikan F0


2

Sete1ah menambahkan F02 = 780 kN pada e = 450 mm (dengan wn yang bekerja = 7,5
kN):

f= 780X 103X450 = 3 84 MPa


91,5XIO '

+3,84 -5,53
Fa, + 'o2 +Me + M,,5 >Nim

O.K.
+

-8,93 -3,84 -12,77

Gambar 6-28{d). Tegangan pada tengah bentang setelah penarikan Fo


2

Penampang memenuhi syarat di saat peralihan dengan menggunakan dua tahapan .


Cek beban kerja setelah kehilangan gaya prategang:

F1 = 0,8 X 2860 = 2 288 kN pada e = 489 mm (tahap pertama)


F2 = 0,8 X 780 = 624 kN pacta e = 450 mm (tahap kedua)
F= 291 2 kN
29 1 2X 103 (2288X 103)(489 ) (624X 103)(450)
fatas
312,5XI03 91,5XI06 91,5XI06
2221X l06
+ - -----=-
91,5XI06
fatas = -9,32 + 1 2,23 + 3,07- 24,27 = -18,2 MPa < -19 MPa

fbawah = -9,32- 1 2,23 - 3,07 + 24,27 = -0,35 MPa.


210 Desain Struktur Beton Prategang

Menggunakan 6 buah strand pasca-tarik saat beban kerja adalah cukup memuaskan.
Lihat (b) berikut untuk memeriksa kekuatan pen ampang dalam memikul beban berfaktor
(factored load) dengan mengikuti Peraturan ACI. Penampang ini melampaui kekuatan yang
dibutuhkan untuk U= 1,4D + 1,7L.
(b) Tegangan tarik izin pada beban kerja 0,5y42 = 3,24 MPa: Dari penampang 6-6,
flfcb = ( 3,24)(91,5) X 106) 297 kN-m. =

Momen netto = 2221 - 297 = 1924 kN-m. Dari Gambar 6-28, perkirakan g:

22 'X6 IX92

6 / 12 5 750

2X 2642

11 94 Illlll

(' 575 94 4XI mm

(/ (' A.,

(/ 4XI +2lJ] 774 mm

F -1924 ,( 10' 24X6 I..N


774

;f
Fh ( 24X6 I 01 ) ( I 150) 10'
- ---
-
316 llllll' ((,.2()a)
/,c1, /,:er (1 9)t575)- (3,24)(575)
'

Penampang dengan b = 550 mm, Ac = 312,5X103 mm2

-316 101 mm2

(hanya 2% perbedaan, coba penampang yang sama di sini)


F = 2 486 kN ..... F0 = 3108 kN (total)

Coba 24 strand diameter I 2,7 mm F0 = 3120 kN

F = 24 96 kN

Cek tata 1etak dengan: l!l luru s pada e = 503 mm F1 = 187 2 kN


624 kN
6 dr a pe d pada e = 450 mm F2 2496 kN
=

Dari perhitimgan helakangan ini peralihan memuaskan.


Cek heban kerja sete!ah kehilangan gaya prategang:

2496X 103 ( 1872X 103 ){503) ( 624X toi ){ 450) - 2221X to>
fa =-
tas 312,5X103+ 91,5Xl03 + 91,5X106 91,5X106

= -7,99+ 10,29+3,07-24,27 =-18,9 MPa 3::-19 MPa

fbawah = -7,99-10,29- 3,07 + 24,27 = 2,92 MPa <o,5 vf: = 3,24 MPa
IOX50 =500
8X100=800
6X125=750
24 2050
g= 85 mm
e = 490 mm d =1065 mm
. '
Tegangan-tegangan memenuhi Peraturan ACI.
Desain Penampang unruk 1Henahan Lenturan 211

6-strand (pasca- tari k)

125 mm
._______ ____J _L

Gambar 6-28(e). Strand Contoh 6-12(b).

Cek kekuatan: b =550 mm d = 1065 mm


24 strand 1/> 12,7 mm

IOOX24
0 0041
P,, = (550)(1065) '
=

[
J;,s=I860 1-(0,5X0,0041) ( 1!0 )] =1691 MPa

IOOX24X 1691
07 mm> 175 mm
a=
(0,85 )(42)(S SO)= 2
peri1aku penampang flens
Luas yang dibutuhkan =113,7X 10 3 mm2

9 6 ,3X 10 3 mm2 flens

17,4X 10 3 mm2-badan

L_j,--- --Jit- --
--------------L_116mm
5 mm
1501
f-'-mm
Gambar 6-28(j). Daerah tekan.

Gam bar 6-28(j) menunjukkan daerah tekan.

17.400 550X1 75X&7,5 + 150X 160X233


a= 175 + --- =291 mm z= - -
-- = I 23 mm
1'0 113.XI03
Mu yang dibutuhkan =(I ,4)(16 54) + (1,7)(567) = 2316 + 964
Mu yang dibutuhkan = 3280 kN-m < 3440 kN-m
Kekuatan, Gambar 6-28(g) memenuhi Peraturan ACI

--.f-c
t---- 1150-85- 123 942 mm =

___ '-1 -
__ T = 1691 24 100 4058
X X = kN

M" = (0,9) (4058) (0,942) = 3440 kN-m

Gamhar o28(g). Kopel gaya momen batas.


21 2 Desain Struktur Be ton Prategang

-+------ ---t--r-- c
Lengan
kecil Lengan
'--='---- 't--t----'-- 1' besar

Gambar 6-29. Baja prategang pacta kedua flens m engurangi lengan momen penahan.

Untuk penampang-penampang tertentu, tendon-tendon ditempatkan pada flens yang


tertekan seperti pada flens yang tertarik, Gambar 6-29. Umumnya, ini bukan merupakan
susunan yang ekonomis karena akan menggeser c.g.s. lebih dekat ke c.g.c. dan oleh karena
nya mengurangi lengan momen penahan. Pada daerah batas (ultimate range), tendon-ten
don pada flens tertekan akan menetralkan sebagian kemampuannya dalam menahan tekan
an, sedangkan hanya yang terdapat pada flens tertarik yang efektif dalam menahan momen.
Akan tetapi pada situasi tertentu mungkin perlu meletakkan tendon pada kedua flens mes
kipun ada kerugiannya. Kondisi-kondisinya adalah:
I. Bila komponen struktur dibebani oleh gaya yang menimbulkan momen M+ dan M
pada penampang.
2. Bila komponen struktur mungkin dibebani oleh momen tak terduga yang berlawanan
tanda selama proses pengangkatannya.
3. Bila perbandingan M0/Mr kecil dan tendon tidak dapat digabungkan dekat titik kern.
Maka tendon akan berada pada flens tarik dan tekan dengan c.g.s. hasilnya yang ter
letak pada kern.
Beton minimum untuk melindungi tendon diatur oleh dua buah persyaratan: pertama
untuk perlawanan terhadap api yang dibahas pada Bab 16, kemudian oleh perlindungan ter
hadap karat yang kurang-lebih telah ditentukan dari pengalaman dan praktek. Persyaratan
Peraturan Bangunan ACI menentukan tebal penutup (selimut) beton minimum untuk baja
prategang, selubung (duct), dan baja biasa.

(ACI) 7.14.1.3 Komponen struktur beton prategang-Penulangan prategang dan penulang


an biasa, selubung (d uc t), dan fitting-fitting ujung

Dicor terhadap dan berh ubungan


tetap dengan tan ah 76 mm

Berhubungan dengan tanah atau cuaca.


Panel dinding, pelat, dan joist (balok rusuk) 25
Komponen-komponen struktur lain 38

Dilindungi terhadap cuaca atau


hubungan dengan tanah:
Pelat, dinding, dan joist 19

Balok, gelagar, kolom:


Pen ulangan utama 38
Kait, sengkang, atau spiral 25

Komponen struktur cangkang (shell) dan pelat lipat (folded plate):


Penulangan D 16 mm dan lebih kecil 9,5

Penulangan lain db tetapi tidak kurang dari 19


Desain Penampang untuk Menahan Lenturan 21 3

(ACI) 7.14.2 Pen utup pada penulangan biasa pada komponen struktur beton prategang
di bawah pengawasan pabrik m ungkin seperti yang diberikan pada komponen str uktur pra
cetak.
Penutup (selimut) beton yang ditentukan pada Bagian 7.14.1.3 adalah untu k kompo
nen struktur prategang dengan tegangan-tegangan yang kurang atau sama dengan batas
batas pada Bagian 18.4.2b. Bila tegangan-tegangan tarik melampaui nilai ini untuk kompo
nen struktur yang terbuka berhubungan dengan cuaca, tanah, atau lingkungan yang dapat
menimbulkan karat, penutup harus ditambahkan 50%.

Umumnya dipercaya bahwa perlindungan di atas adalah cukup bila penutup beton di
beri gaya prategang dan tidak mengalami retak akibat beban terus-menerus.
Jarak minimum tendon ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama, jarak bersih antara
tendon, atau antara tendon dan sisi acuan, harus cukup untuk dilalui oleh beton dengan
mudah. Di sini akan digunakan aturan yang umum untuk beton bertulang, yang membatasi
jarak bersih sampai minimum 1t kali ukuran agregat maksimum. Persyaratan ini dapat di
kurangi untuk beton prategang bila penggetaran yang baik dapat dijamin. Kedua, untuk
mengembangkan rekatan yang layak antara baja dan beton, kita mengikuti Persyaratan
Peraturan ACI untuk penulangan baja: jarak bersih antara tulangan sekurang-kurangnya se
besar diameter tulangan untuk pengangkuran khusus dan 1} kali diameter untuk peng
angkuran biasa, dengan minimum 25 mm. Pembatasan-pembatasan ini tidak perlu untuk
kawat kecil dan strand yang digunakan pada pekerjaan-pekerjaan prategang, dan seringkali
dibundel/diikat bersama-sama, terutama pada penampang-penampang dekat bagian tengah
bentang.
Persyaratan Peraturan Bangunan ACl mengharuskan jarak bersih minimum pada setiap
ujung komponen sebesar empat kali diameter kawat satuan atau tiga kali diameter strand,
untuk mengembangkan rekatan peralihan yang layak pada baja pratarik. Sepanjang bagian

tengah bentang, ikatan/bundel selalu diizinkan.


Selubung dapat dirancang berdekatan secara vertikal bila peraturan dibuat untuk men
cegah tendon putus pada selubung yang berbatasan. B ila tendon melengkung dengan tajam,
dorongan radial yang terjadi pada beton sepanjang bengkokan mungkin harus dipertimbang
kan. Penempatan selubung secara horizontal memungkinkan beton dicor dengan mudah.
Bila tendon ditempatkan di luar beton yang mungkin dapat ditutup oleh adukan semen/
mortar, persoalan yang perlu ditinjau hanyalah perlindungan terhadap a pi dan karat.
Untuk mempermudah penentuan dimensi/ukuran penampang balok, ukuran beberapa
tendon dan konduit (selubungnya) didaftarkan pada Lampiran B.

Kepustakaan

I. T.y. Lin dan A. C. Scordelis, "Selection and Design of Prestressed Concrete Beam Sec
tions," J. Am. Cone. Inst., November 1953 (Proc., Vol. 49), hal. 209-224.
2. "Tentative Standards for Prestressed Concrete Piles, Slabs, !-beams, and Box Beams,
and Interim Manual for Inspection of Such Construction," American Association of
State Highway Officials, 1963.
7
GESERAN; REKATAN; BANTALAN

7-1 Geseran, Pertimbangan Umum


Kekuatan beton prategang di dalam menahan lenturan telah cukup dikenal, tetapi kekuat
annya di dalam menahan geseran atau kombinasi geser dan lentur tidak dapat diramalkan
dengan teliti. Sekitar tahun 1 955, banyak balok beton prategang telah diuji kekuatannya
terhadap kekuatan lentur, tetapi hanya sedikit terhadap tarikan. Akan tetapi, antara tahun
1955 dan 1 961, ratusan beton contoh telah diuji untuk menentukan kekuatannya me
nahan geseran atau momen dan geser, dengan atau tanpa pemberian tulangan pada badan
beton.1-8 Percobaan tersebut kurang menguntungkan, karena rumitnya persoalan yang di
hadapi dan ketidakmampuan untuk mengisolasi variabel-variabel di dalam percobaan dan
analisis, kita tidak dapat menyatakan bahwa kita telah memecahkan seluruh permasalahan,
walaupun dengan banyaknya informasi yang tersedia pada kita sekarang.
Pengetahuan kita yang agak samar-samar mengenai geseran (shear) tidak menghentikan
kita dari perancangan beton prategang, seperti kekurangtahuan kita mengenai kekuatan
geser dari beton bertulang tidak menghentikan kita untuk merancangnya. Pada kenyataan
nya, dapat dikatakan bahwa balok beton prategang lebih dapat diandalkan untuk menahan
geseran daripada balok beton bertulang, karena dengan membuat prategang biasanya akan
mencegah terjadinya begitu banyak balok beton prategang yang dirancang dan dibangun
atas. dasar teori-teori anggapan mengenai kekuatan geser, dan karena balok-balok tidak
runtuh akibat geseran, dapat disimpulkan bahwa metode perancangan kita saat ini (pada
dasarnya tidak berubah sejak Peraturan ACI 1963) cukup aman.
Derajat keamanan struktur beton prategang yang dirancang untuk menahan geseran
dengan cara konvensional yang dipakai sebelum tahun 1963 sangat bervariasi. Beberapa
desain terlalu dibuat aman untuk menahan geseran, yang lain tidak begitu aman, walaupun
semuanya berfungsi untuk memikul beban kerja normal dengan aman. Kekuatan geser yang
dihasilkan beton dihitung dari persamaan perancangan yang merupakan perluasan dari
pengalaman terhadap struktur beton bertulang biasa. Persamaan untuk perancangan cukup
sederhana untuk dipakai, dan tidak memperhitungkan pengaruh bekerjanya prategang pada
perilaku sebenarnya dari komponen struktur prategang. Persamaan Peraturan ACI yang
sekarang untuk kekuatan geser jauh lebih rumit daripada persamaan sebelumnya yang se
derhana, tetapi mereka didasarkan pada teori dan percobaan yang memperlihatkan dengan
jelas bahwa kita merefleksikan penampilan yang sebenarnya. Faktor keamanan yang lebih
merata untuk kekuatan geser adalah hasil usaha tambahan kita di dalam desain.
Pendekatan yang sekarang ada di dalam Peraturan ACI mempunyai dasar yang rasional
untuk mempertimbangkan bagaimana retak akibat geser terjadi pada komponen-komponen
struktur prategang. Mekanisme retak yang diasumsikan adalah retak yang telah dibuktikan
melalui percobaan pada balok di atas dua tumpuan (simple beam) dan balok menerus (con
tinuous beam). Maka metode desain tersebut adalah semiempiris dan beberapa suku dalam
Geseran; Rekatan; Bantalan 215

B c D

(a) Batok dengan (b) Balok dengan (c) Balok dengan Sumbu
Tendon Lurus Tendon Miring Miring tetapi Tendon
Lurus
Gambar 7-1. Gaya geser (gaya !intang) yang dipikul oleh beton dan tendon.

persamaan pada peraturan tersebut didasarkan pada hasil percobaan. Dalam perkembangan
berikutnya mengenai latar-belakang pendekatan desain saat ini untuk kekuatan geser, data-
data percobaan akan ditekankan.
', l
Gambaran umum dari geseran pada balok prategang akan diterangkan pertama-tama.
Perhatikanlah tiga balok yang memikul beban transversal seperti yang ditunjukkan pada 1
Gambar 7-1. Balok (a) diberi gaya prategang dengan tendon lurus. Dengan meninjau pe-
nampang sembarang :4-A , gaya geser V pada penampang tersebut sepenuhnya dipikul oleh
.I
beton dan bukan oleh tendon yang diberi gaya prategang tegak lurus gaya geser. Balok (b)
diberi gaya prategang dengan tendon yang miring. Penampang B-B memperlihatkan bahwa
komponen transversal dari tendon memikul gaya lintang (gaya geser) dan meninggalkannya
sebagian lagi untuk dipikul oleh beton, sehingga,

VC= V-
Ini dapat dibandingkan dengan balok beton prategang dengan tulangan yang dibengkok
kan ke atas, di mana bagian tulangan yang ditekuk ke atas memikul sebagian dari gaya
geser. Perlu dicatat bahwa tendon horizontal, walaupun dibuat menyudut terhadap sumbu
balok, sedikit pun tidak memikul gaya geser vertikal, seperti yang diperlihatkan oleh pe
nampang C-C di balok (c). Pada waktu tendon tidak tegak lurus terhadap geseran, maka
sebagian geseran dipikul oleh tendon, sebagi contoh, penampang D-D. Cukup menarik
untuk dicatat bahwa dalam beberapa contoh yang jarang, komponen transversal dari pra
tegang menambah geseran pada beton.
Dengan mengikuti pendekatan beban berimbang (balanced load) untuk beton pra ):
tegang, adalah mungkin untuk merencanakan balok tanpa geseran di beton pada kondisi ,'j

pembebanan tertentu. Ambillah Gambar 7-2, sebagai contoh; jika balok di atas dua tumpu
an tersebut memikul beban merata, dan diberi gaya prategang dengan tendon yang mem
bentuk kurva parabola dengan sag (lendutan) sama dengan

F 1il':
di mana adalah gaya prategang pada tendon, maka komponen transversal dari tendon ,
,I
.. .
21 6 Desain Struktur Beton Prategang

(a) Balok Tanpa Geseran (b) Balok Menerus dengan


pada Seton Beban Terpusat

Gambar 7-2. Berbagai kemiringan tendon untuk memikul geseran.

sama dengan geseran pada tiap titik dan tidak ada gaya geseran yang harus dipikul oleh be
ton. Beban berimbang w selalu berkisar dalam batas-batas beban kerja, sehingga beton akan
memikul tegangan geser pada beban rencana yang didasarkan pada beban berfaktor (desain
tingkatan beban ACI). Untuk balok-balok yang memikul beban terpusat atau balok-balok
menerus di atas perletakan-antara, Gambar 7-2(b), permasalahan menjadi lebih rumit ka
rena tendon tidak dapat ditekuk dengan tajam dengan perubahan geseran yang secara teore
tis terjadi mendadak pada titik-titik konsentrasi beban.
Setelah besar geseran yang bekerja pada beton ditentukan, langkah berikutnya adalah
menghitung ketahanan terhadap geseran dari beton. Umumnya diyakini bahwa balok:balok
beton prategang, seperti juga balok beton bertulang, pada praktisnya tidak pernah runtuh
akibat geseran langsung atau punching shear. Mereka hancur sebagai akibat tegangan tarik
akibat geseran, dikenal sebagai tegangan tarik diagonal pada beton bertulang dan pada be
ton prategang dikenal sebagai tegangan tarik utama. Sebelum retak, beton prategang dapat
dianggap terbuat dari bahan yang homogen; perhitungan tegangan-tegangan tarik utama
dibuat dengan metode kekuatan bahan yang biasa dipakai untuk benda dengan bahan yang
homogen. Walaupun tegangan tarik utama dapat dihitung, kekuatan beton dalam memikul
tegangan yang demikian tidak diketahui dengan pasti, karena untuk beton banyak sekali
teori keruntuhan, sedangkan teori untuk tegangan tarik maksimum adalah satu. Setelah
beton retak dan dengan penambahan tulangan pada badan beton, permasalahannya makin
bertambah rumit.
Terbentuknya retak di badan (web) pada penampang 1-1 dari balok yang sebelumnya
tidak retak diperlihatkan pada Gambar 7-3. Perhatikan bahwa retak badan pada penampang
1-1 dan retak akibat geser-lentur pada penampang 2-2 yang dibahas di bawah ini dapat ter
jadi pada balok yang sama. Karena momen sangat rendah pada penampang 1-1, dapat di
gunakan teori klasik untuk menghitung tegangan tarik utama pada badan untuk memper
kirakan bentuk geser badan. Hal ini dibahas pada bagian berikutnya. Gambar 7-4 menunjuk
kan pemunculan retak bad an jenis ini pad a balok percobaan.
Percobaan-percobaan baik pada balok beton bertulang dan beton prategang menunjuk
kan bahwa, bila kehancuran akibat geseran terjadi pad a penampang, tidak hanya geser tetapi
juga momen pada penampang itu mempunyai pengaruh pada kekuatan batasnya. Retak
akibat lentur mulanya disebabkan oleh momen, Gambar 7-3(a); tetapi pengaruh kombinasi
geseran dan momen pada penampang kritis mengakibatkan kehancuran pada penampang
2-2, Gambar 7-3(b). Retak akibat lentur berkembang sebagai reaksi terhadap momen,
Gambar 7-3(c); tetapi geseran, Gambar 7-3(d), menyebabkan retak akibat lentur yang awal
nya vertikal menjadi retak miring pada badan di mana tegangan geser tinggi.
Kehancuran balok secara tiba-tiba dan menyeluruh dapat disebabkan oleh retak yang
miring akibat geser dan lentur seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7-3(b) dan 7-5.
Analisis yang tepat sulit untuk dilakukan di sini karena kenyataan bahwa geseran menye-
Geseran; Rekatan; Bantalan 21 7

P/2 P/2

t
! J I I I IJ

(a) Retak Awal Akibat Lentur (P sedikit lebih


besar dari beban kerja untuk balok tipikal)

P un Pu/2
Retak badan Retak badan

miring
(b) Retak Lentur-Geser pada Beban Berfaktor
2

11111111111 1 1 ll
1
2
M omen
1 2 (c) 1

....I. jllllil.l.lll iil.lli.Liii lll.1. .Uf


III 1lf--'-'-
.LI.. 1 1 L --lnlml
......

IIJTT
lllrrrn
Ill /I Jl
IIITr IIIITT II!rrrnl
Ga ya geser

2
2
(d)

Gambar 7-3. Perkembangan retak akibat geser.

babkan penjalaran retak awal akibat lentur. Teori mekanika klasik untuk penampang elas
tik yang sebelumnya tidak retak tidak digunakan di sini untuk menganalisis tegangan tarik
utama. Harus digabungkan retak akibat geser dan lentur dengan bentuk retak awal akibat
lentur pada daerah di mana geseran juga tinggi. Penampang 2-2 pada Gambar 7-3 meng
gambarkan kasus di mana retak akibat geser dan lentur adalah kritis.

dan

Gambar 7-4. Retak tarik miring akibat tarikan yang berasal dari badan. 2
21 8 Desain Struktur Beton Prategang

Gambar 7-S. Retak miring akibat tarikan yang berasal dari retak akibat lentur.

Untuk perancangan kekuatan geser yang mengikuti Peraturan ACI (seperti juga per
aturan-peraturan lainnya), metode semiempiris digunakan. Metode-metode ini relatif seder
hana dan disajikan pada bagian berikutnya. Untuk pengamatan lebih lanjut, silakan baca
tulisan yang terdaftar pada kepustakaan yang terdapat pada akhir bab ini.
Ada dua jenis kehancuran akibat geseran yang penting: pertama adalah di mana retak
dari badan akibat tarikan utama yang tinggi, Gambar 7-3, dan lainnya di mana retak akibat
lentur yang mula-mula vertikal dan sedikit demi sedikit berkembang menjadi retak miring
akibat geseran, Gambar 7-5. Tegangan-tegangan utama yang berkaitan dengan jenis retak
pertama akan dibahas pada Pasal 7-2 dan desain kedua jenis tersebut dibahas pada Pasal7-3.

7-2 Geseran, Tegangan Tarik Utama


Desain konvensional untuk retak akibat geseran di badan pada balok beton prategang di
dasarkan pada perhitungan tegangan tarik utama pada badan dan batas tegangan itu sampai
pada nilai yang ditentukan. Bagian pertama dari metode ini, yaitu perhitungan tegangan
tarik utama berdasarkan pendekatan klasik, merupakan prosedur yang benar sepanjang be
ton tidak retak. Bagian kedua dari metode ini, yaitu pembatasan tegangan tarik utama pada
nilai tertentu, tidak selalu merupakan pendekatan yang teliti, karena kenyataan menunjuk
kan bahwa daya dukung beton terhadap tegangan tarik utama tidak merupakan nilai yang
konsisten tetapi bervariasi terhadap besar tekanan aksial. 9 Akan tetapi tampaknya terlihat
bahwa bila tekanan aksial tidak terlalu tinggi, katakanlah kurang dari 0,50/c, perlawanan
beton terhadap tegangan tarik utama relatif konsisten. Balok beton prategang tipikal mem
punyai tekanan aksial kurang dari 0,5[;. Sehingga, perhitungan tegangan tarik utama dapat
dipandang sebagai kriteria yang layak untuk keadaan tegangan terse but dalam menentukan
bilamana beton telah retak.
Metode konvensional untuk menghitung tegangan tarik utama pada penampang balok
beton prategang didasarkan pada teori elastik dan pada metode klasik untuk menentukan
keadaan tegangan pada sebuah titik seperti dijelaskan pada tiap uraian mekanika bahan.
Metode itu dapat dijelaskan secara garis besar sebagai berikut:
1. Dari geseran eksternal total V pada penampang, kurangi geseran VP yang dipikul oleh
tendon untuk memperoleh geseran Vc yang dipikul oleh beton, jadi,

V,. = V- (7-1)
Perhatikan lagi bahwa kadang-kadang, meskipun jarang, Vc V + VP; hal ini terjadi
=

bila kemiringan tendon sedernikian rupa sehingga menambahkan gaya geser pada beton.
2. Hitung distribusi Vc di seluruh penampang beton dengan persamaan biasa, Gambar 7-6,
Geseran; Rekatan; Bantalan 21 9

AC8JI+-C
I+ Vc
..._

----
-..r
..._..._

v
k------11 p.

Sebagian dari Balok

-v
+-

!o -tl"71t
v v
[c
-+-
-l'

Elemen A dari atas Lingkaran Mohr dari Tegangan untuk Elemen A


(a) Balok Tipikal dengan Prategang Biasa

j" /v2v + 2 -+f[r


t
2 2
--

[,-- tl"711-- f,
dengan prategang vertikal
V V
-

Elemen dengan
L,
Gaya .Prategang
Vertikal
(b) Keadaan Khusus dengan Ga ya Prategang Vertikal
Gambar 7-6. Keadaan tegangan pada beton.

di mana v= tegangan geser satuan pada tiap ketinggian balok.


Q = momen statis luas penampang di atas (atau di bawah) ketinggian se

b = kitar sumbu yang melalui titik berat


lebar penampang pada ketinggian itu

3. Hitung distribusi tegangan serat untuk penampang tersebut akibat momen eksternalM,
gaya prategang F, dan eksentrisitas e dengan persamaan
I
j
I
4. v
Tegangan tarik utama maskimum !;' yang bersesuaian dengan dan fc di atas kemudian
l
/I
diberikan oleh persamaan
I'
i'
(7-2) I

Secara grafis ini dapat diselesaikan dengan lingkaran Mohr untuk tegangan* seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 7-6. Satu keuntungan dari metode grafis terletak pada pe-

*
Lingkaran Mohr dibuat sebagai berikut:
Pilihlah sepasang sumbu X- Y dengan titik asal 0. Ukuran OE sama dengan u. Ukur OF sama
dengan fc dan FD sama dengan u. Gambarkan lingkaran dengan DE sebagai garis tengah. Maka OB ada
lah tegangan tarik utama, OA adalah tegangan tekan utama, dan CG CH tegangan geser utama.
= =
220 Desain Struktur Beton Prategang

nunjukan bidang tegangan tarik utama seperti terlihat pada Gambar 7-6 dan disusun pada
tabel. (Catatan: AA bidang yang tegak lurus terhadapAB.)
=

Tegangan Tegangan

AD= bidang
Bidang Geser Normal

AE bidang vertikal
=
horizontal
V
-V
fc
0
t;'
AA bidang tegangan tekan utama
AB bidang tegangan tarik utama 0
0 !
'

Dapat dilihat dari tabel bahwa sudut antara bidang tegangan tarik utama AB dan bi
dang vertikalAD lebih besar dari 45. Juga perhatikan bahwa tegangan tekan utama, meski
pun lebih besar dari tegangan serat tekan, jarang ditinjau dalam desain. Dipertimbangkan
cukup untuk membatasi tegangan serat tekan sampai nilai yang diizinkan. Begitu juga te
gangan geser maksimum yang terjadi pada bidang 45 terhadap bidang utama tidak diper
hitungkan, karena merupakan tegangan tarik dan bukan tegangan geser yang menghasilkan
kehancuran batas.
Tegangan tarik utama terbesar tidak perlu terjadi pada sumbu yang melalui titik berat,
di mana tegangan geser vertikal maksimum terjadi. Pada beberapa titik, di manafc hilang,
Persamaan 7-2 akan menghasilkan tegangan tarik utama yang lebih tinggi meskipun v tidak
maksimum. Untilk penampang-1, hubungan badan dengan flens tarik seringkali merupakan
titik kritis dalam menghitung tegangan tarik utama yang terbesar. Hal ini dijelaskan pada
contoh berikut.

CONTOH 7-1
Sebuah penampang balok beton prategang yang dibebani oleh momen yang diketahui mem
punyai distribusi tegangan serat seperti diperlihatkan pada Gambar 7-7. Gaya geser vertikal
total yang bekerja pada penampang beton adalah 2340 kN. Hitung dan bandingkanlah
tegangan tarik utama pada s umbu yang melalui titik berat N-N dan pada sambungan web
dengan flens bawah M-M.
Penyelesaian Momen inersia, I, pada penampang sekitar garis berat dihitung sebagai
171 X 1010 mm4. Nilai-nilai lain didaftarkan secara terpisah untuk ketinggian M-M dan
N-N seperti ditabelkan.

DE
E
E
E E
E 0

;::
0
0
0
M
N E
E
0

L___L____ L----! ----'---------


0
en

J.12QQ ,J
---

mm u

Penampang Balok
Gambar 7-7. Contoh 7-1.
Geseran; Rekatan; Bantalan 221

M-M N-N
,
Penilmpang

Q mm3 1200X 900 X 770 600X320X 160


= 83 16X 105 +83 16X 105= 8623X 105
V,Q -y; , MPa
= ---- 2340X 103 X 83 16X 105 2340X 103 X 8623X 105
1 7 1 X 1010X600
v
17 1 X 1010 X600
= 1 ,90 = 1 ,97
f., MPa 4,97 6,9 8

//'= V + -
2 2 e;r --2 le ( r 4,:7
(I ,90 )2 + 4 7 _ (1 ,97 )2+ ( 6 ,;8 ) 6,8
2-

=0 ,6 4 =0 ,52

Sebagai p0ngganti pemakaian Persamaan 7-2 seperti di atas, f/' dapat diperoleh secara
langsung dari Gambar 7-8 , dengan menggunakan kurva yang dipetakan di dalamnya, atau
dapat diukur secara grafis dengan membuat lingkaran Mohr seperti pada Gambar 7-6.
Jawaban yang sama akan diperoleh dengan cara yang mana pun.
Pada contoh ini, tegangan tarik utama yang terbesar terjadi padaM-M lebih daripada
garis berat N-N di mana v maksimum. Seperti pada kebanyakan penampang beton pra
tegang, tegangan tarik utama lebih kecil dari tegangan geser vertikal.
Contoh berikut menjelaskan bagaimana tegangan tarik utama dapat bertambah lebih
cepat daripada pertambahan geseran. lni menunjukkan mengapa perancangan tegangan
geser untuk beban kerja saja tidak digunakan oleh Peraturan ACI. Tegangan-tarik utama
dan juga pengaruh retak-retak akibat lentur pada beban-batas harus diselidiki.

v (MPa)

Gambar 7-8. Grafik untuk tegangan tarik utama.


222 Desain Stroktur Beton Prategang

3,87
Penampang Balok u

Gambar 7-9. Contoh 7-2.

C O N T O H 7-2
Untuk penampang beton seperti pada Contoh 7- 1 , anggaplah bahwa beban eksternal ber

=
tambah sebesar 2 5% sehingga distribusi tegangan serat diperlihatkan pada Gambar 7-9 dan
gaya geser vertikal total pada beton adalah 2340 kN X 1 ,2 5 2 92 5 kN. Hitunglah tegangan
tarik utama M-M.
Penyelesaian Tegangan serat tekan pada M-M dihitung menjadi 3 ,86 MPa dengan
menganggap bahwa retak-'retak tidak terjadi pada serat bawah untuk tegangan tarik sebesar
3,87 Mpa. Tegangan-geser vertikal satuan adalah
V..Q 5
v= = 2925XI03X8316Xl0 =2'37 MPa
/b 600Xl71Xl010
Sehingga tegangan tarik u tarna pada M-M adalah

le
2

, (2
3 86 )2 3 86
.
(2 3 7 ) 2 +- T = 1 , 1 3 MPa
Dengan membandingkan nilai-nilai ini dengan fr" = 0 ,64 MPa pada Contoh 7-1 , dapat
dilihat bahwa untuk titik istimewa ini, pertambahan 77% pada tegangan tarik utama telah
terjadi sehubungan dengan pertambahan beban sebesar 2 5%. Catatlah bahwa, pada contoh
ini, Vp dianggap sama dengan nol. Jika VP tidak nol, persentase pertambahan pada nilaif;'
masih tetap lebih tinggi.
Beberapa jembatan yang besar telah menggunakan tendon vertikal atau miring yang
menyebabkan elemen mempunyai fx dan [y seperti terlihat pada Gambar 7-6(b). Perhati
kan bahwa tegangan utama, ft, akan tergantung pada ifx - [y) pad a kasus ini seperti dapat
dilihat dengan mudah dari perbandingan dari kedua persamaan untukf;' pada Gambar 7-6.
Untuk balok betbn prategang biasa, [y 0 (tidak ada gaya prategang vertikal pada badan)
=

dan kita mempunyai kasus yang telah didiskusikan di atas untuk analisis elastik dari tegang
an geser badan.
Pada konstruksi komposit, tegangan geser v antara bagian pracetak dan cor-di-tempat

dihitung atas dasar teori elastik biasa,

--
VQ
lb
v=
Geseran; Rekatan; Bantalan. 223
l
di mana V = gaya geser total dalam lb yang bekerja setelah bagian yang dicor-di

tempat telah selesai dicetak
Q = momen statis dari luas penampang bagian yang dicor di tempat yang
diambil terhadap sumbu yang melalui titik berat penampang kom
posit
1 = momen inersia penampang komposit
b = lebar bidang kontak antara bagian pracetak dan bagian yang dicor di
temp at
J elaslah, kekuatan geser sepanjang permukaan akan tergantung pada banyak faktor.
Akan tetapi, untuk tujuan perancangan, nilai-nilai empiris telah ditentukan oleh berbagai
badan yang berwenang. Sebagai contoh, Peraturan ACI mengizinkan nilai sebesar 0,55 MPa
untuk permukaan yng licin dengan kait pada beban berfaktor (beban desain) dan 2,41
MPa untuk permukaan kasar dengan kait yang cukup. Rekomendasi ini dianggap cukup
untuk desain.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kait tidak dibutuhkan untuk pelat atau panel
komposit di mana luas bidang kontak yang besar diberikan. l!ntuk balok-balok dengan
bagian flens atas yang kecil dibuat komposit dengan pelat-pelat yang dicor-di-tempat, kait
kait hampir selalu dibutuhkan. Meskipun didesain atas dasar perlawanan terhadap geseran,
fungsi utama kait-kait adalah untuk mencegah terpisahnya elemen-elemen komponen pada
arah yang tegak lums terhadap permukaan bidang kontak. Sehingga kait-kait hams diberi
kan jika ada bahaya pemisahan, tanpa memandang tegangan geser.
Percobaan "dorong ke luar" (push off) pada Portland Cement Association menghasil
kan beberapa faktor yang menarik. Ditunjukkan bahwa tegangan geser batas untuk aksi
komposit (antara pelat beton 21 MPa dan gelagar beton 35 MPa) adalah sekitar 3,5 MPa
untuk permukaan kasar yang terekat dan 2,1 MPa untuk permukaan licin yang terekat. Se
bagai tambahan pada nilai-nilai ini, kapasitas geseran kira-kira sebesar 1,2 MPa dapat di
tambahkan untuk setiap persen penulangan sengkang pada sambungan. Percobaan-percoba
an ini juga menunjukkan kebalikan dari yang dianut secara tradisi, bahwa "pengunci geser
an" (shear key) yang digunakan dengan permukaan kasar yang terekat tidak mengubah ke
kuatan sambungan. Hal ini dijelaskan oleh fakta bahwa pergeseran gelincir yang membutuh
kan penguncian ternyata lebih besar daripada pergeseran pada permukaan yang terekat;
karena itu, salah satu akan hancur terlebih dahulu dan akibat dari keduanya tidak saling
menambahkan.

7-3 Geseran, Kekuatan-Batas untuk Balok


Seperti telah dibahas pada bagian terdahulu, metode konvensional untuk "menganalisis"
tegangan tarik utama, berdasarkan keadaan tegangan pada bahan yang homogen, mempa
kan metode analisis yang rasional sejauh beton tidak retak. Akan tetapi, jika nilai batas
beban kerja dibentuk untuk "desain", komponen struktur yang diproporsikan akan mem
punyai perbedaan faktor keamanan. Sedikit penambahan pada beban akan menimbulkan
penambahan pada tegangan tarik utama yang cukup berarti dan berbeda-beda, sementara
perlawanan beton terhadap tegangan tarik utama juga berubah dengan besarnya tegangan
tekan. Lebih lanjut lagi, setelah terjadi retak pada beton, baik yang disebabkan oleh tegang
an tarik akibat lentur atau tegangan tarik utama, metode analisis ini tidak lagi terpakai.
Sehingga jelaslah bahwa desain geser beban kerja dengan analisis tegangan tidak memuas
kan, temtama bila komponen hams dibebani oleh beban-berlebih.
Untuk memperoleh desain geser yang lebih logis dan akurat, temtama pada stmktur
struktur dengan proporsi yang tidak biasa, diperlukan desain yang didasarkan atas kekuat-
224 Desain Struktur Beton Prategang

annya akibat beban-desain berfaktor. Tegangan-tegangan akibat beban kerja dicek untuk
mencegah retak pacta tahap pembebanan jika hal ini penting dalam perancangan.
Pacta balok beton prategang, retak-retak mungkin berupa retakan miring akibat lentur
atau akibat tegangan tarik utama (retak badan) (Gambar 7-3, 7-4, 7-5). Untuk balok-balok
tertentu, umumnya dengan persentase penulangan longitudinal yang rendah dan dengan
perbandingan momen-geser yang tinggi, retak akibat lentur akan berkembang lebih cepat
daripada retak akibat tegangan tarik utama pada badan, baja akan mengalami tegangan
tinggi pada daerah di mana momen lentur besar, dan kehancuran akhir akan terjadi dengan
hancurnya beton di atas retak-retak akibat lentur. Bila.balok diberi tulangan-berlebih tetapi
masih dibebani oleh momen yang besar dan bukan geseran yang besar, keruntuhan dapat
terjadi dengan hancurnya beton, sementara baja masih dalam batas elastik. Balok-balok se
perti itu tidak diizinkan di dalam desain dengan mengikuti pembatasan penulangan momen
pacta Peraturan ACI.
Bila geseran besar, retak-retak akibat tegangan tarik utama pada badan akan berkem
bang lebih cepat dibandingkan retak akibat lentur; adanya retak-retak akibat tegangan tarik
utama akan cenderung mengurangi tinggi bidang tekan pada beton, dan balok akan hancur
pacta beban yang lebih rendah dari kapasitas (kemampuannya) bila dibebani lentur murni.
Retak:retak akibat lentur tidak perlu ditolak, kecuali bila dikombinasikan dan berkembang
menjadi retak akibat tegangan tarik utama. Terjadi dengan sendirinya, retak-retak akibat
lentur tidak menunjukkan kemungkinan keruntuhan balok kecuali bila diberi tulangan yang
sangat kuat. Di lain pihak, bila retak akibat lentur berkembang menjadi retak miring akibat
tegangan tarik, kehancuran yang seketika dan hebat akan terjadi.
Desain kekuatan geser batas yang mengikuti Peraturan ACI didasarkan atas percobaan
laboratorium yang banyak dan menghasilkan struktur yang aman sehingga diterima pacta
tahun 1963. Pertama-tama desain lentur dari komponen struktur dilengkapi, dan kekuatan
geser kemudian dievaluasi. Jadi, prosedurnya adalah sebuah analisis untuk menentukan ke
kuatan geser beton Vc yang dibandingkan terhadap tegangan geser batas pacta penampang
yang diketahui Vu. Karena kekuatan geser mungkin ditentukan oleh kedua jenis mekanisme
retak yang dibahas di atas, maka keduanya harus ditinjau. Yang satu menghasilkan kekuat
an geser yang lebih kecil Vc pacta penampang yang diketahui.
Dimulai dari bagian ini, semua notasi yang berhubungan dengan desain geseran akan
mengikuti Peraturan ACI. Tegangan geser pacta saat terbentuknya retak-badan akibat te-

/ Wu = 1,4D + 1,7L

llllllll 011! I ll 11 II I


c.g.s.

h/2
I
i
Luas yang diarsir
membutuhkan sengkang
untuk kekuatan geser

Gaya min. 0,14JJ; bwd

geser
V
Jarak sepanjang bentang
I-
Gambar 7-10. Analisis ACI untuk kekuatan geser-distribusi gaya geser sepanjang bentang.
Geseran; Rekatan; Bantalan 225
l
TABEL 7-1 Persamaan ACI untuk evaluasi kekuatari geser.

Tegangan geser = ----


bwd
gaya geser

Persamaan Tegangan Geser Persamaan Gaya Geser


(mengikuti Peraturan ACI 1971) (mengikuti Peraturan ACI 1977)

( 7-3) Vu = Gaya geser berfaktor pada penampang


v.,.;;; <I> V., (7-6)
di mana Vu dalam desain adalah gaya Desain untuk Vu!et> sebagai kekuatan geser
geser berfaktor pada penampang. nominal, Vn Gunakan tP = 0,85.untuk geseran.

( )
Gunakan tJ> = 0,85 untuk geseran.

v+ V.M,,
f7' J M..,a, V, M , /['h,d
f7' (7-4)
v,,=0,05y1, + b"'d ;;>0,l4yf v.,=o,os {J: b,d+V,, + M ;;;, o,l4
fiJ(/\
f (7-7)

di mana M,= (I/y, )(0,5 {t + /pe- IJ ) (7-9) di manaM " = (ljy1)(0,5 {J: + !,".- /1) (7-9)
v.
V,,= 0,29 {1: +0,3/pc + h"pd (7-5) V. k = (0 ,29/[ +0,3/p, )h,.d + . (7-8)

gangan tarik utama disebut sebagai v6w; tegangan geser saatterbentuknya ret miring aki
bat lentur disebut Vci Sengkang akan dirancang untuk perbedaan, (vu - Vc), di mana Vc
adalah nilai yang lebih kecil dari vcw atau Vc;, seperti dibahas di atas. Gambar 7-10 me
nunjukkan tipe distribusi yang dapat diharapkan untuk balok di atas dua perletakan yang
dibebani secara merata. Yang diberikan pada Tabel 7-1 adalah persamaan-persamaan untuk
menghitung Vu, Vc;, dan Vcw bersamaan dengan persamaan gaya geser yang bersesuaian Vu,
Vc;, dan Vcw dari Peraturan ACI 1977 sebagai referensi terakhir.
Evaluasi Vcw (Retak Akibat Geseran pada Badan Penampang). Persamaan Peraturan
ACI untuk mengevaluasi Vcw merupakan perkiraan atau pendekatan dari persamaan yang
lebih rumit yang mana harus dipakai untuk menghitung tegangan tarik utama pada garis
berat balok beton prategang yang tidak komposit. Penyelidikan5 pada balok jenis ini mem
perlihatkan bahwa permulaan dari retak akibat geseran pada badan penampang balok yang
berkaitan dengan tegangan tarik utama pada pusat penampang adalah 0,33Vt:. Peraturan
ACI menyatakan bahwa:

"Sebagai alternatif, Vcw mungkin dapat diambil sebagai tegangan geser yang bersesuai
an dengan pelipatgandaan beban mati ditambah beban hidup yang menghasilkan per
hitungan tegangan tarik utama sebesar 0 ,3 3 v'J:
pada garis berat komponen struktur
atau pada perpotongan antara badan dan flens penampang jika garis berat (sumbu pu
sat) ada di dalam sayap (flange). Pada komponen struktur, tegangan tarik utama harus
dihitung dengan memakai penampang yang menahan beban hidup."

Kita dapat menunjukkan dasar persamaan Vcw dengan mengikuti Pembahasan Peratur
an ACI. Meskipun diperlihatkan pada Contoh 7-1 bahwa tegangan tarik utama yang lebih
besar dapat dihitung pada penampang di luar garis berat, perbedaannya tidak terlalu besar.
Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa tegangan tarik utama maksimum (dan juga retak
pada badan) akan terjadi dekat titik berat penampang, Gambar 7:_4. Tegangan yang dihitung
pada garis berat komponen struktur yang sama dengan 0,33 Vf berhubungan dengan ter-

1
jadinya retak pada badan akibat geseran. Ini memberikan dasar untuk menghitung kekuat-

!::
an geser beton dengan retak awal pada badan penampang (Vcw = Vcwbwd).
r
i
I
226 Desain Struktur Beton Prategang

Kemampuan komponen struktur akan tercapai jika:

it"= V
CW
2 ( tc_2 )2
+ _ tc
2

di mana !;' =
kekuatan tarik bet on, Vcw tegangan geser, dan /pc
= = tegangan tekan akibat
gaya prategang. Hubungan ini menghasilkan:

atau,

Sebuah nilai untuk ft" sebesar 0,33.../1:, tampak diperjelas oleh percobaan-percobaan,
tetapi karena Vcw adalah tegangan geser nominal dan bukan nilai maksimal sesungguhnya,
t;' = 0,29-..fi: digunakan dalam persamaan untuk Vcw:

I+
/pc
_
__,__
(7-11)
0,29{f

Kurva yang mewakili persamaan ini dipetakan pada Gambar 7-11, sebagai garis penuh.
Persamaan itu dapat disederhanakan menjadi bentuk:

--
-
-
-
-
-
-
-
-

"cw = 0,29)[; + 0,3fpc

Gambar 7-11. Hubungan antara tegangan geser nominal pada badan dalam keadaan retak dan tegangan
tekan pada titik berat. cw
Geseran; Rekatan; Bantalan 227

yang diperlihatkan oleh garis putus-putus.

CONTOH 7-3
Periksa1ah kekuatan geser ba1ok seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7-1 2 pada potong
an 1-1 yang berjarak h/ 2 dari per1etakan. Diketahui bahwa penampang ini cukup untuk
beban Wu 70 kNjm atas dasar kekuatan 1entur yang dihitung pada Contoh 5-8, f 49
= =

MPa.
Penyelesaian (a) Gunakan Persamaan 7-5 untuk Vcw, Tabe1 7-1 :
Seperti ter1ihat pada Gambar 7-1 0 , kita ketahui bahwa pada potongan 1 -1 dekat per-
1etakan kita hanya harus memeriksa Vcw. Me1a1ui pengamatan, penampang terse but tidak
akan menga1ami retak-retak akibat 1entur pada potongan 1-1 . Jadi vci tida akan menjadi
kri tis untuk kekuatan geser beton.
1 98 9 X1 03 .
fc = =8 48 MPa
p 23,45 X1 04 '

2 wu = 70 kN/m

5
"!__ - - 15m
49
Penampang balok pada Contoh 5-8:
5
90o
175mm
---
-T-

-- - . -14omm=bw

[;
wu
=

= 65kN/m- dari Mu pada kekuatan-lentur


MPa

penampang di tengah
=1105 1800 1989kN
bentang
r 450
r;c

L
x =

I mm
23,45 x 104mm2
=
A=

2 ,3 4 x0 1010mm4
66 1OQ50== 33QQ
1 =

5, 2 x

6QQ
1 107mm3
_
Perhati kan: pada potongan 2-2
S

618 300 2700 1800


X

_
J c.g.s. ditempatkan
X

113 mm di atas

300m-Ie _ ;:_;
X =

serat bawah.
300 2700
18 150mm
- -

-mm

I
g=
=

5, 5m---- 1 15 VP 05\ 1 663


<t.
L

r-
l-l0 =13,26kN
= x
Strand pada
jarak h/2 dari
__{_1
=4 _90mm _ -
_
perletakan
i +--
-

(potongan 1-1)
6 strand dibengkokkan pada bagian
ujungnya membentuk tirai
Fe= 663 kN
Gambar 7-12. Contoh 7-3.
228 Desain Struktur Beton Prategang

Perhatikan bahwa untuk penampang yang bukan komposit, [pc pada titik berat tidak
akan berubah o1eh momen yang dialihkan dari eksentrisitas gaya prategang (y 0 pada per =

samaan Fey /f).

13 26XI03
=0,29..j49 +0,3(8,48)+ (7-5)
v .
,

( 1 0)(750)
=2,03+2,54+0,13=4,7 MPa=vc

Vu= (7 ,5 -0,5)(70)= 490 kN (7-3)

490X103
v = =5 49MPa>v c
u
(0,85)(1 40)(750) '
jadi , sengkang dibutuhkan untuk memiku1 (vu -V c).

Vu- Vc= 5,49-4,70= 0,79 MPa

(b) Dengan menggunakan Persamaan Peraturan ACl 1977 untuk Vcw, Tabe1 7-1:

Vu = 490 kN dari (a) di atas.

(
v; = 0,29.;7:
. +0,3[p,.)bwd + vp
=494 kN {7-R)

jadi , sengkang dibutuhkan untuk memikul ( u- )


v;.w =83 kN

(c) Dengan menggunakan cara a1ternatif Peraturan ACI dengan tegangan utama sama
dengan 0,33 [J': di titik berat, cek V cw .

Q = (450)(1 75)(450-87 ,5)+(140)(27 5)(1 37 ,5)


= 33,84 X 1 06mm3

....
V,Q Vc(33,84 X 106) _

= =0,1 05X10-4Vc
lb
v=
(2,3o4x101o)(l 40)

F,
/p,=A= 8,48MPa

fr" ==
(7-2)

0,33..j49= (0,1 05X 10-4/ + ( ;r


8 8

8,48
2

(2,31 +4,24)2=(o,1 o5x w-4/ + ( 4,24)2


V,.=V:=475 kN
v; + vp
v,.,.=
w

475X103 +1 3,26X 103 _


v ,w = -4,7 MPa
_
< vu- 5,49MPa
(I40)(750)

Perhatikan bahwa untuk kasus ini cara alternatif untuk Vcw menghasilkan tegangan
geser yang sama sebesar 4,7 MPa seperti yang dipero1eh dari Persamaan 7- 5 pada bagian (a).
Persamaan ACI 1ebih sederhana untuk digunakan dan biasa digunakan da1am desain. Tentu
Geseran; Rekatan; Bantalan 229

saja dapat digunakan baik Vcw atau Vcw sesuai dengan keinginan perancang dan tidak ada
perbedaan pada hasil-hasil antara (a) dan (b) kecuali satuan yang digunakan dalam persama
an (Tabel 7-1).
Evaluasi Vc; (Retak Miring Akibat Lentur ). Tipe retak yang ada hubungannya dengan
ragam kehancuran akibat geseran yang potensial diperlihatkan pada Gambar 7-3(b) dan 7-5.
Pada waktu pendekatan analisis kekuatan-geser ini diperkenalkan sebagai bagian dari Per
aturan ACI tahun 1963, geseran total Vci pada retak miring akibat lentur ternyata berkait
an dengan (lihat Gambar 7-13) terbentuknya retak akibat lentur pada jarak d/2 dari pe
nampang yang sedang ditinjau ditambah dengan geseran yang merupakan fungsi dari ukur
an penampang dan kekuatan beton. Ini dinyatakan sebagai berikut:

(7-10)

Gambar 7-13 menunjukkan hasil yang sangat mendekati antara Persamaan Peraturan ACI
(318-63) dan data percobaan yang tersedia. Suku kedua mengandung Mer, yaitu momen
akibat beban yang bekeija saat terjadi retak akibat lentur. Suku ini sesungguhnya memberi
kan geseran akibat beban yang bekerja saat terjadinya retak akibat lentur meskipun di
nyatakan sebagai momen. Momen retak diperlihatkan oleh percobaan untuk menghubung
kan secara konservatif dengan 0,5.../f: sebagai moduluskeruntuhan beton:

(7-9)

Besarnya gaya pratekan (precompression) netto dalam persamaan ini pada serat terluar
dengan beban mati balok (Faktor Pembebanan = 1 ,0) adalah (/pe - fd). Retak teijadi pada
waktu tegangan ini telah dilampaui oleh momen beban yang bekeija dan tegangan tarik

2L_______3L_______4L_______L5 ------
6
O
L_______L_ ______

AV(: )bwdv[;
Gambar 7-13. Retak diagonal di dalam daerah pada balok yang sebelumnya retak akibat lentur.
230 Desain Struktur Beton Prategang

p.da serat terluar (yt diukur sampai ke serat ini) menjadi 0,5VJ;. Gaya geser total V ci aki
bat beban kerja dan beban mati pada waktu terjadi retak akibat lenturan adalah:

V
n
=- -
M
M,.,
---'-'-- + VJ
d
V 2

Penambahan sedikit geseran tambahan sebessar 0,05bwdVf: akan melengkapi Persamaan


(7-10),
.
Vci dan ini menyatakan sedikit geseran tambahan yang menyebabkan retak tarik
berubah menjadi retak miring akibat lentur, seperti dijelaskan pada Gambar 7-3(b)
Nilai M/V pada penampang merupakan fungsi distribusi pembebanan seperti yang di
perlihatkan pada Gambar 7-14 dan dapat lebih mudah dievaluasi untuk penampang yang
diketahui di mana Vci sedang diperiksa. Untuk balok yang tidak komposit di atas dua per
letakan dengan pembebanan terdistribusi untuk beban mati dan beban kerja, kita tidak
perlu membahas beban mati secara terpisah. J adi suku Vd pada Persamaan 7-10 dan suku
id pada Persamaan 7-9 menjadi nol, dan perhitungan Vci (bersesuaian dengan retak miring
akibat lentur) disederhanakan seperti dijelaskan pada Contoh 7-4.
Pada Peraturan ACI 318-77, sebuah persamaan untuk penyederhanaan telah dibuat
pada persamaan untuk Vci Penyebut pada Persamaan 7-10 disederhanakan untuk meniada
kan jarak d /2 . Persamaan yang dihasilkan untuk Vci adalah:

V _/x_/--2xx2_
M-
17 - 15)

I Wx

---
t
-- - - - X -- ---- -- -1 I

1l!l
2
(a) Balok di atas Dua Perletakan yang Dibebani Merata, M/V

V )
1 v
M
M
=x

tr--
- --X-
J
(b) Balok di atas Dua Perletakan, Beban Terpusat, M/V
Gambar 7-14. Perbandingan M/V untuk beban merata dan beban terpusat pada balok di atas dua per
letakan.
.
...

Geseran; Rekatan; Bantalan 231

(7-7)
Seperti telah disinggung di atas, untuk balok di atas dua perletakan yang bukan komposit
dan dibebani merata, persamaan ini menjadi:

Pembahasan ACI

di mana

M('r -
- !_ (o s V le +'f' 1. )
Yt
' pe

Untuk balok komposit, Mer dihitung untuk penampang komposit, jadi suku 1/Yt men
jadi I'jy;. Jumlah gaya pratekan netto untuk balok pracetak ifpe fd) adalah hanya untuk -

penampang pracetak saja. Untuk kasus ini, persamaan lengkap (7-7) digunakan di mana Vd
adalah gaya geser pada penampang yang ditinjau akibat berat balok pracetak (Faktor Pem
bebanan = 1 ,0).

CONTOH 7-4
Periksalah kekuatan geser untuk potongan 2-2 pada balok seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 7- 12. Penampang bukan komposit berbentuk-1 memiliki bentang 1 5 m, dan c.g.s.
terletak 113 mm dari serat bawah pada potongan 2-2. Keterangan lain mengenai balok di
berikan pada Gambar 7- 1 2. Fe = 1989 kN, e 3 37 mm, d = 7 87 mm, [ = 49 MPa, dan
=
wd = 5 ,6 5 kNjm (berat balok ).
Penyelesaian Gunakan Persamaan 7-7 untuk Vc, karena melalui pengamatan Vci akan
mengontrol kekuatan gaya geser.

J;,e = 8, 48+ 13,09 = 21, 57 MPa


Pertimbangkan beban-mati balok (Faktor Pembebanan = 1 ,0). Selesaikan untuk potongan
2-2,
wlx wx2 5,65(15)(6) 5,6 5(6)2
Md = _ =
_

2 2 2 2
Md = 153 kN-m
!, !53X106
=
= 2 99 MPa
d 5 12Xl07
'
'
vd (5,6 5)(1,5)
=
=
8,48 kN
Gunakan hubungan dari Gambar 7-14(a) untuk M/V, Persamaan 7-15,

Mmax lx-x2 (15)(6)-(6) 2


-'---"-"-"----"---'-- = I8 m
V, l-2x 1 5-2(6)

M,,= (o, 5[1: + ;;".- 1,,)


M"= ( 5,12X 107) 0, 5/49 +21,57-2,99 ( )
= 1130 kN-m

Gunakan Persamaan Peraturan ACI untuk Vci,


232 Desain Struktur Beton Prategang

(7-7)

v-;,=o,osp9(140)(787)+8,48+ 1:0
=110 kN
Periksa gaya geser batas pada potongan 2-2,

Vu= (1,5)(70) =105 kN


Vj<j> =105/0,85 124 kN
=
=

Sengkang dibutuhkan pada potongan 2-2 untuk Vu/cP- Vci 14 kN.


Perhatikan bahwa kita dapat menggunakan persamaan untuk Vci yang lebih sederhana
seperti diusulk an dalam Pembahasan Peraturan ACI untuk balok yang bukan komposit dan
dibebani se cara merata. Baik fd maupun Vd adalah nol, dan semua beban adalah terdistri
busi merata untuk Mmak.s/Vi pada potongan 2-2.

M,, = f (o,sp: +Ire)=(s,12x 107)(o,sp9 +21 ,57)


t

=
1284 kN-m
Mmaks f Vi = 18 m potongan 2-2 dari perhitungan di atas

Perhitungan kekuatan geser


Ringkasan hasil-hasil

3
(Contoh 7-3) (Contoh 7-4)

051-25m L1,5m- 1,5mt1,


I rn 70 5m
'
u kN/m

317 327 337


730050 767 777 787 d,
e, mm
1 mm

12649 128418
12444
(Gunakan nol di sini dengan beban terbagi.) fpe MPa


[do MPa
.\1cr kNm
.\1/V, m
*,

349 199 110


(Gunakan nol di sini dengan beban terbagi.) l-;1. kN
V,.;. kN

8,48
13.26 8,48
13,26
-------

494 504
[pc MPa
V/', kN

49077 313715 210 101245


cw kN

5 247 Vu, kN
!<;\. kN

*Mer dari persamaan Pembahasan ACI yang disederhanakan digunakan


di sini karena dilakukan pembebanan terdistribusi.

Gambar 7-15. Perhitungan kekuatan geser untuk balok pacta Contoh 7-3 dan 7-4.
Geseran; Rekatan; Bantalan 233

f7' Mer ) ) fAO 1284


J!;, =
0 , 05 b".dV" +M /V:.= ( 0,05 ( 140 ( 787) y49 +
maks 1

=
110 kN
Nilai ini bersesuaian ctengan hasil yang ctiperoleh cti atas. Harus cticek persyaratan-persyarat
an sengkang ctengan mengikuti Peraturan PCI seperti yang ctiperlihatkan pacta Pasal 7-4 ctan
Contoh 7-5.
Gambar 7-15 ctan 7-16 menunjukkan hasil-hasil analisis kekuatan geser ba1ok ctari Con
toh 7-3 ctan 7-4. Bentuk tabel yang ctiperlihatkan pacta Gambar 7-15 sangat ctisukai ctan
potongan 3 ctan 4 memungkinkan ctievaluasi secara mudah ctengan mengikuti Contoh 7-4
sebagai contoh perhitungan. Perhatikan bahwa pemetaan hasil-hasil ini pada Gambar 7-16
akan memberikan jaminan seperti pacta daerah yang paling kritis di mana sengkang disyarat
kan untuk kekuatan geser.

7-4 Geseran, Tulangan Badan (Web)


Karena kita kurang memahami perilaku balok beton-prategang atau balok beton-bertulang
tanpa penulangan badan, jelaslah akan lebih sulit lagi untuk menganalisis balok dengan pe
nulangan badan. Untunglah, serangkaian percobaan telah diadakan, 5 dan metode-metode
semiempiris telah dibuat yang memungkinkan dibuatnya desain geseran yang aman.
Persamaan untuk desain sengkang yang mengikuti Peraturan ACI dapat dinyatakan se
bagai berikut:

(7-ll)
di mana vs = vn- VC = VufrP- V C
(Kelebihan gaya geser nominal pada keadaan batas Vn = Vu/rl> lebih besar
daripada yang dapat dipikul oleh beton, V c. Di sini V c adalah nilai terkecil
antara Vcw atau Vci seperti dibahas pada Pasal 7-3).
Av = luas sengkang vertikal yang tidak ditarik dengan tegangan le!eh [y
s = jarak senkang
d = tinggi balok

700
83 kN
600
Vu/1> VC =
sengkang
500
400
';o.- 300
z
"' \
200
100
0 0, 5 3,0 45
, 7,5
CD @
Jarak sepanjang bentang, m
Garnbar 7-16. Pernetaan gaya geser terhadap jarak sepanjang ben tang balok pada Contoh 7-3 dan 7-4.
234 Desain Struktur Beton Prategang

2
Pvfy MPa

Garnbar 7-17. Peningkatan kekuatan geser pada komponen struktur prategang akibat penulangan ba
dan. 5

Pengembangan persamaan ini akan dibahas di bawah ini. Perhatikan bahwa perhitung
an Vcw dan Vc; menghasilkan Vc, yaitu kemampuan beton untuk memikul geseran pada
saat retak akibat geseran berkembang. Sengkang harus memikul kelebihan Vn di atas kapa
sitas geseran beton sebesar Vc. Luas yang diarsir pada Gambar 7-10 dan 7-16 menunjukkan
ini sebagai gambar secara grafis. Percobaan-percobaan membuktikan bahwa peningkatan
kapasitas balok dengan sengkang benar-benar terjadi, Gambar 7-17.
Kombinasi Momen dan Geseran. Akibat kombinasi yang besar antara momen dan
geseran, retak-retak akibat lentur berkembang menjadi retak-retak miring akibat tegangan
tarik yang akan mereduksi kapasitas momen dan mengakibatkan kehancuran penampang
secara mendadak dan keruntuhan fatal pada penampang jika penulangan tidak cukup di
berikan. Desain kombinasi momen dan geseran yang terbaik didasarkan pada sifat kekuat
an batas (ultimate strength) seperti dijelaskan pada Gambar 7-18. Karena momen dan geser
an yang besar, retak akibat lentur mulai dari titik A akan merambat ke atas dan mungkin
berubah menjadi retak miring. Sengkang badan yang masing-masing mensuplai gaya A11[y
akan mulai bekerja waktu retak mulai terjadi. Pada beban batas (ultimate load), retak miring
mungkin akan meluas sampai ke jarak proyeksi sebesar d, dan jumlah sengkang yang di
potong oleh retak menjadi djs. Jadi keseimbangan statis menghendaki bahwa

(7-12)

t ' 'd
t t
A,f I ];d
I
t
-----+- T ____
'
J ___ 1 ___ 1

Gambar 7-18. Desain kombinasi momen dan geseran pada keadaan batas.
Geseran; Rekatan; Bantalan 235

di mana vn = gaya geser eksternal batas desain pada penampang akibat beban berfaktor
( Vu /I/>)
Vc = gaya geser pada keadaan batas yang dipikul oleh beton pada flens tertekan.

[y =
A u = luas tiap sengkang
tegangan titik-leleh sengkang
d = tinggi efektif penampang
s = jarak sengkang

Perhatikan pada Gambar 7-17 bahwa hasil-hasil percobaan cenderung mengikuti per
samaan ini, dengan garis yang menyatakan Persamaan 7-12 ada di bawah hampir semua data
yang tersedia. Ini terletak pada bagian yang aman karena nilai-nilai ( Vn- Vc) dari titik-titik
percobaan jatuh di atas nilai-nilai yang dihitung oleh persamaan desain sengkang seperti di
perlihatkan pada Gambar 7-17 sebagai garis penuh.
Kesulitan yang besar mengenai hal di atas terletak pada penentuan Vc. Sementara Vc
akan tergantung pada luas beton tekan dalam keadaan batas dan jumlah gaya tekan C, Vc
dapat diperkirakan dengan beban geser yang menghasilkan retak akibat lentur pada titik se
jauh d dari beban. 5 Kemudian dapat dianggap bahwa setiap penambahan beban geser yang
menghasilkan retak akibat lentur harus dipikul oleh penulangan badan. Kehilangan akibat
kapasitas geseran sebagai hasil retak-retak pada badan tidak diperhitungkan; juga tidak di
tinjau pertambahan geseran yang dipikul oleh flens atas setelah retak miring terjadi. Per
samaan 7-12 selanjutnya membuat dua buah anggapan. Anggapan pertama adalah bahwa
semua sengkang ditegangkan sampai ke titik leleh. Hal ini mungkin tidak semuanya benar,
karena beberapa sengkang yang terpotong oleh retak mungkin tertarik di bawah titik leleh
nya. Anggapan lainnya adalah jarak retak miring yang diproyeksikan adalah d. Ini merupa
kan asumsi yang aman karena telah dijumpai dalam percobaan 5 bahwa jarak itu umumnya
lebih besar dari d, dan sekurang-kurangnya mungkin sama dengan 1,1d.
Metode Peraturan ACI untuk Desain Sengkang. Asal mula metode kekuatan batas yang
diusulkan pada Peraturan ACI tahun 1963 mengikuti pendekatan empiris berdasarkan pada
hasil-hasil percobaan dari Universitas illinois. 5 Metode itu menunjukkan bahwa kekuatan
leleh pada sengkang yang mencakup jarak d dapat dipertimbangkan efektif dalam memin
dahkan gaya geser sebesar V n- Vc;;jadi,

(7-13)
di mana Vn adalah gaya geser akibat beban-batas pada desain, dan Vc; adalah gaya geser
pada penampang di mana retak vertikal akibat lentur mulai berkembang menjadi retak
miring. Kriteria yang serupa direkomendasikan untuk keadaan retak pada badan balok yang
dimulai sendiri tanpa retak akibat lentur; jadi.

(7-14)
di mana Vcw adalah gaya geser pada penampang bila retak pada badan balok dimulai sen
diri tanpa retak akibat lentur.
Peraturan ACI menentukan kekuatan geser Vcw dan Vci dengan menggunakan per

Vn=
samaan-persamaan yang dikembangkan pada Pasal 7-3. Gaya geser nominal dianggap sebagai
Vufrl> dengan </> = 0,85 untuk desain kekuatan geser. Ini menambah keamanan dalam
desain di samping keamanan yang diberikan pada faktor beban yang digunakan untuk mem
peroleh Vu. Gaya geser yang dipikul oleh sengkang, Vs, dinyatakan sebagai berikut:

s
Vu
V=--V=
<P c
Avfyd
-- (7-12)
s
236 Desain Struktur Beton Prategang

Contoh 7-5 memperlihatkan prosedur perancangan sengkang. Luas yang diarsir dari Gambar
7-1 6 menunjukkan daerah di mana sengkang dibutuhkan untuk kekuatan geser.
Peraturan ACI mempunyai dua buah persamaan untuk A v minimum yang dibutuhkan,
dan jarak maksimum sengkang juga dibatasi. Jarak maksimum pada beton prategang ada1ah
0,75h, tetapi 1ebih kecil dari 610 mm. Kecuali Vu kurang dari setengah rf> Vc, persyaratan
A v minimum dipakai. Jika dapat diperlihatkan dengan percobaan bahwa kapasitas 1entur
dan geser pada keadaan batas yang disyaratkan dapat terjadi jika tu1angan geser dihilang
kan, persyaratan A v minimum tidak per1u diikuti di bawah Peraturan ACI. Untuk beberapa
produksi beton pracetak yang standar, percobaan ini telah dilakukan, dan beton sendiri me
mikul tegangan geser tanpa sengkang.
Nilai Av minimum da1am inci kuadrat diberikan dalam dua buah persamaan o1eh Per
aturan ACI:

( 7- 1 6 )

atau

( 7- 1 7)

Persamaan 7-1 7 dapat digunakan untuk komponen struktur prategang yang mempunyai
gaya prategang efektif sekurang-kurangnya 40% kekuatan tarik dari penu1angan akibat
lentur. Persamaan 7-16 dapat digunakan untuk komponen struktur prategang dan bukan
prategang. Penggunaan persamaan-persamaan tersebut dije1askan pada Contoh 7- 5.

CO NTOH 75
Buatlah desain sengkang untuk ba1ok pada Contoh 7- 3 dan 7- 4 dengan mengikuti Peraturan
ACI. Gunakan gambar tegangan geser, Gambar 7- 1 6, pada penye1esaian ini. Anggap1ah seng
kang tegak 1urus terhadap sumbu 10ngitudina1 dengan [y = 345 MPa.
Peny elesaian Coba sengkang U diameter 1 0 mm - A v = 79 X 2 = 1 5 8 mm2. Dari

V
Gambar 7-1 6, V5 = ___!! - Vc = 83 kN pada ujung.
rp
A J.. d
V = --
- (7- 12)
.\
s

(158)(345)( 7 50)
= --'------'---'------'---'-----'-

83 X 10 3
s

s = (jarak yang dibutuhkan dekat ujung). Gunakan s = 490 mm

Dari Gambar 7- 1 6 , pada jarak 493 mm dari per1etakan v; =


Vu / </> - v;. =
48 kN.
- (158)(345)(777)
s -

s
=
882 mm > 610 mm jarak maksirnum

Kontro1 jarak maksimum kecuali di ujung-ujung.


0,34bwS (0,34)( 1 40)(6 1 O)
Cek Av minimum = ---'--
- -=- ( 7-1 6)
[y 345
Av minimum = 84 mm 2 < 1 58 mm2
Geseran; Rekatan; Bantalan 237

Gunakan sengkang U diameter 1 0 mm berjarak 6 1 0 mm untuk se1uruh ba1ok kecuali dua


buah jarak 405 mm pacta tiap-tiap ujung. Letakkan sengkang pertama tidak 1ebih dari
200 mm dari ujung.

7-5 Rekatan Akibat Lentur pada Titik-Antara


Pada beton pasca-tarik, rekatan akibat lentur dihasilkan oleh grouting. Untuk beton pra
tarik, rekatan diberikan langsung pada saat pengecoran beton. Bila balok dengan rekatan
dibebani gaya geser, dihasilkan tegangan rekat. Untuk merancang perlawanan terhadap ke
hancuran rekatan, perlu untuk menentukan dua hal : pertama, besar tegangan retakan yang
ada antara baja dan beton; kedua, perlawanan rekatan antara kedua material tersebut. Gaya
prategang yang mengalihkan rekatan pada pratarik, di mana pengangkuran di ujung tendon
dijamin hanya oleh rekatan, dibahas pada bagian berikut. Rekatan pada titik-titik antara
di sepanjang balok, apakah pratarik atau pasca-tarik, akan dibahas sekarang.
Untuk menentukan tegangan rekatan yang ada antara beton dan tendon, harus ditinjau
dua tahapan sebelum dan setelah beton retak. Sebelum beton retak, tegangan rekat dapat
dihitung dengan menggunakan analisis elastik yang konvensional. Kabel atau untaian kawat
(strand) dijumpai memiliki tegangan rekat yang sangat rendah pada waktu soal ini dipecah
kan. Tegangan rekat akibat lentur antara baja prategang dan beton sekelilingnya (atau grout
pada konstruksi pasca-tarik) tidak menjadi masalah di dalam praktek pada komponen struk
tur yang tidak retak pada beban kerja. Peraturan desain saat ini tidak mensyaratkan para
insinyur untuk memeriksa rekatan akibat lentur sebagai hasil pengalaman yang memuaskan
ini. Penggunaan strand 7-kawat memperbaiki kekuatan rekatan dibandingkan dengan kawat
yang polos; jadi tegangan rekat yang rendah tidak lagi merupakan persoalan pada tipe ten
don yang umum ini.
Setelah retak, persoalan menjadi sedikit lebih rumit untuk perhitungan tegangan rekat.
Tegangan rekat berubah secara tiba-tiba pada saat retak karena peralihan mendadak dari
bet on ke baja pada titik-titik retak.
11 12 Penyelesaian yang dibuat dengan asumsi yang da

pat diterima menunjukkan bahwa terjadi tegangan rekat yang lebih tinggi pada daerah yang
berbatasan dengan retak, tetapi tidak tampak adanya persoalan dengan tegangan rekat
akibat lentur yang tinggi pada percobaan balok di laboratorium atau pada struktur yang se
sungguhnya. Kehancuran rekat lokal yang kecil tidak berarti dalam seluruh keamanan dan
segi manfaat balok. Untuk komponen struktur yang pernah mengalami pembebanan lelah
(fatigue) harus dihindarkan terjadinya retak pada beban kerja karena dapat membuat per
soalan rekatan menjadi lebih serius. Tidak dijumpai kesulitan pada rekatan akibat lentur de
ngan balok prategang sebagian dengan beban statis yang menyebabkan retak yang sangat
sedikit pada beban kerja.
Peraturan ACI hanya berkaitan dengan rekatan pada balok-balok beton bertulang dan
beton prategang dalam kaitannya dengan panjang penyaluran dan penulangan dan bukan
pada tegangan rekat. Kebanyakan balok beton prategang dirancang untuk tidak retak pada
beban kerja. Pembahasan di atas menunjukkan bahwa tegangan rekat akibat lentur sangat
rendah pada tahap ini dan tidak perlu diperiksa untuk menjamin kemanfaatannya. Desain
kemudian akan didasarkan pada panjang penyaluran (peralihan rekat) seperti dibahas pada
bagian berikut ini.

'
7-6 Rekatan pada Saat Peralihan Gaya Prategang pada Beton Pratarik

Sifat Rekatan dan Panjang Peralihan. Pada waktu tendon diberi gaya pratarik, tegangan
nya seringkali dialihkan ke beton hanya dengan rekatan antara kedua material yang ber-
238 Desain Struktur Beton Prategang

sangkutan. Jadi ada panjang peralihan pada setiap ujung tendon untuk memperlihatkan
fungsinya sebagai pengangkuran, bila pengangkuran ujung mekanis tidak diberikan. Keada
an tegangan rekat yang ada pada ujung-ujung ini sama sekali berbeda dari keadaan di se
panjang balok. Pada titik-antara, tegangan rekat dihasilkan oleh geseran eksternal atau oleh
adanya balok. Bila tidak ada retak dan geseran, tegangan rekat sama dengan nol. Pada peng
angkuran, tegangan rekat terjadi segera setelah peralihan. Tegangan pada tendon bervariasi
dari nol pad a ujung yang terbuk.a sampai mempunyai gaya prategang penuh pada jarak ter
tentu di dalam beton. Jarak itu dikenal sebagai panjang peralihan; dan tegangan rekat se
macam itu disebut rekatan pada saat peralihan gaya prategang. 12 Survai yang agak lengkap
pada kepustakaan mengenai panjang peralihan dan perkembangan rekatan dicakup pada
Kepustakaan 13.
Sifat rekatan pada saat peralihan gaya prategang sangat berbeda dari tegangan rekat
akibat lentur yang dihasilkan oleh geseran atau retakan. Pada titik-antara sepanjang balok,
tegangan rekat ditahan oleh adhesi antara baja dan beton, dibantu oleh perlawanan mekanis
yang diberikan oleh lekukan pada baja bila digunakan tulangan berulir. Pada ujung angkur,
tendon pratarik hampir selalu tergelincir dan terbenam ke dalam beton pada saat peralihan.
Penggelinciran ini menghancurkan hampir seluruh adhesi tersebut pada panjang peralihan
dan sebagian dari perlawanan-mekanis lekukan baja, meninggalkan tegangan rekat yang
harus dipikul sebagian besar oleh gesekan antara baja dan beton.
Segera setelah peralihan, pada ujung A , Gambar 7-19, kabel akan mempunyai tegangan
nol dan diameternya akan kembali pada diameter yang tidak ditarik. Pada titik B, ujung
dalam panjang peralihan, kabel hampir-hampir akan diberi gaya prategang penuh, dan ka
rena pengaruh angka Poisson, diameternya akan lebih kecil daripada diameter yang tidak
ditarik. Jadi di seluruh panjang peralihan, ada pertambahan pada diameter kabel yang meng
hasilkan tekanan radial terhadap bet on sekelilingnya. Gaya gesek yang dihasilkan dari tekan
an ini berfungsi untuk membagikan tegangan antara baja dan beton. Dengan perkataan lain,
semacam prinsip kerja baji terjadi pada panjang peralihan itu.
Dengan kemungkinan adanya pertambahan ke arah lateral, Hoyer 1 4 telah menurunkan
sebuah persamaan yang memberikan panjang peralihan, L r, sebagai

L = (l +m
I 2 p. c
)(..!!._ms__ - Ec!; )--.L
2 J; -fe
(7- 1 8)

di mana me = angka Poisson untuk beton


m,9 = angka Poisson untuk baja
n = E9/Ec
Ec = modulus elastisitas beton
fi = gaya prategang awal pada baja
fe = gaya p rategang efektif pada baja

- Mundurn y a kawat
setelah peralihan
Fi dari dinding penahan 1
sebelum ihan f.;-- -=
== =-t--=--=-
'

X B

Gambar 7-19. Peralihan gay a prate gang pada ujung balok pratarik.
Geseran; Rekatan; Bantalan 239

p. = koefisien gesekan antara baja dan beton


d = diameter kawat

Jika dianggap bahwa me = 0,1, m8 = 0,3, n = 6, Ec .= 35.000 MPa, /; = 1035 MPa,


dan fe = 860 MPa, maka Persamaan 7-18 akan direduksi menjadi

L, = 8djp.
Karena itu dapat diamati bahwa panjang peralihan bervariasi langsung terhadap diameter
kabel dan terbalik terhadap koefisien gesekan, dengan menganggap aksi baji hanya satu
satunya gaya rekat. Gambar 7-20 menunjukkan bentuk variasi tegangan pada panjang per
alihan.
Analisis elastik telah dibuat oleh Janney, 12 juga didasarkan pada teori elastik dari silin
der berdinding tebal, dengan meninjau hanya gejala rekat akibat lentur dan mengabaikan
tegangan tarik .atau rekatan mekanis akibat lekukan baja. Hasil analisis ini hanyalah merupa
kan pendekatan karena hanya gaya gesek saja yang ditinjau dan karena beton tidak elastik
sempurna.
Percobaan sesungguhnya yang dibuat oleh Janney 12 untuk mengukur variasi tegangan
baja pada panjang peralihan memperkuat analisis secara kualitatif, yang menunjukkan bah
wa rekatan pada saat peralihan gaya prategang untuk kabel adalah sebagian besar hasil ge
sekan antara beton. dan baja. Akan tetapi, tegangan tinggi yang terjadi di sekeliling beton
yang menunjukkan perilaku plastis dan ketidaktelitian dalam meramal panjang peralihan
yang diturunkan dari asumsi teori elastik harus diperhatikan.

--- Kawat

I-- dx
- --- -- -- - - - - - - - -
--- -
Panjang peralihan L t
Panjang peralihan L t
fsc f-o'-- - _-..:= =- =-
--_,.1 ____

fs I
Bentuk persamaan menurut Kepustakaan 12 dan 1 4.
I
I
I
I
I
O L-----x-
-L----
Gambar 7-20. Panjang peralihan.
240 Desain Struktur Be ton Prategang

Sejak dipe1ajarinya rekatan o1eh Hoyer 14 pada tahun 1 939, 1ebih dari 30 macam pe
nyelidikan te1ah dilaporkan pada kepustakaan (lihat Kepustakaan 1 3 sebagai daftar ). Ke
banyakan tes permu1aan tersebut berkaitan dengan panjang peralihan kabel kecil dari ber
bagai ukuran - baik polos, terpuntir, terlipat, berlekuk-lekuk, atau berulir. Hanya beberapa
studi yang dilakukan sekarang di Amerika Serikat dan Inggris yang membahas rekatan pada
strand dengan banyak kawat. Sebuah studi di Inggris oleh Base, 15 percobaan di Portland
Cement Association/ 6 1 7 18 1 9 dan sebuah studi o1eh Anderson20 berkaitan dengan per
tanyaan mengenai rekatan 1entur dan panjang perkembangan sebagai suatu peninjauan kom
binasi perilaku balok.

Panjang peralihan untuk baja-prategang dipengaruhi o1eh banyak parameter, 1 3 yang


paling penting di antaranya adalah:

1 . Jenis baja (misalnya, kabel, untaian kawat ).


2. Ukuran baja (diameter).
3. Besar tegangan baja.
4. Keadaan permukaan baja - bersih, berminyak, berkarat.
5. Kekuatan bet on.
6. Jenis pembebanan (misa1nya, statis, beru1ang, kejut).
7. J enis pe1epasan gaya prategang [ misa1nya, perlahan-lahan, tiba-tiba (pemotongan de
ngan las, digergaji)] .
8 . Ikatan perkuatan keliling baja (misalnya, spiral atau sengkang).
9. Pengaruh ketergantungan waktu.
1 0 . Konsolidasi dan konsistensi beton di sekeliling baja.
1 1 . Keteba1an selimut beton di sekeliling baja.

Umumnya disetujui bahwa panjang peralihan 1ebih panjang untuk ukuran baja yang
1ebih besar, gaya prategang yang 1ebih tinggi, dan kekuatan beton yang lebih rendah. Untai
an kawat (strand) memberikan sejumlah perlawanan mekanis sebagai tambahan pada gesek
an; jadi panjang peralihannya lebih pendek dari kawat po1os dengan diameter yang seban
ding. 2 1 Akibat pembebanan beru1ang yang dikerjakan di 1uar daerah peralihan, tidak ada
pengaruh yang berarti pada panjang pera1ihan. Akan tetapi, bila dikerjakan da1am daerah
peralihan, beban beru1ang dapat menyebabkan kehancuran akibat rekatan yang 1ebih awal
jika retak berkembang dekat panjang pera1ihan. 1 3
Peraturan ACI membuat aturan khusus untuk memeriksa kekuatan geser di dekat ujung
komponen struktur pratarik. Bila penampang tersebut pada jarak h/2 dari permukaan per
letakan ter1etak 1ebih dekat ke ujung ba1ok daripada panjang penya1uran dari tendon, di
perhitungkan gaya prategang yang direduksi pada waktu menghitung Vcw

Gaya prategang dapat dianggap berubah secara linear dari nol pada ujung tendon sam
pai maksimum pada suatu jarak dari ujung tendon yang sama dengan panjang peralih
an, ambil diameter 5 0 untuk strand dan diameter 1 00 untuk kawat tunggal.

Gambar 7-20 menunjukkan bahwa variasi sebenarnya dari fs sepanjang pera1ihan tidak
linear, t etapi asumsi penyederhanaan ACI untuk desain yang menganggap linear ada1ah
cukup aman.
Pemeriksaan yang seksama atas data-data percobaan panjang peralihan 12 menghasilkan
persamaan L 1 berikut untuk digunakan di da1am desain (pe1epasan sedikit demi sedikit atau
secara tiba-tiba pada peralihan):

L1 - I ,5 /,.f'; dh - 1 1 7 ( 7- 1 9)
lc1
Geseran; Rekatan; Bantalan 241

TABEL 7-2 Perbandingan Persamaan 7- 1 9 dengan persyaratan Peraturan ACI


untuk panjang peralihan Lr (mm)

Tingkat 1 720 MPa Tingkat 1 8 60 MPa


Ukuran fsi = 1 206 MPa. fse = 965 MPa fsi = 1 302 MPa . fse = I 040 MPa

Strand Persamaan 7- 1 9 Persam aan 7-1 9

mm. fi = 24 MPa f i = 28 MPa ACI ft = 24 MPa f i = 28 MPa A Cl

6,4 355 3 05 305 410 330 330


7,9 485 410 380 535 460 410
9,5 610 510 460 660 560 485
1 1,1 710 610 535 790 660 560
1 2,7 840 710 610 915 790 63 5

Peraturan ACI mengusulkan bahwa L t = 50db, yang sederhana tetapi tidak cukup aman se
perti Persamaan 7-1 9. Tabel 7-2 menunjukkan bahwa perbedaannya cukup kecil untuk
strand ukuran kecil tetapi menjadi semakin besar untuk strand ukuran besar, terutama hila
kekuatan beton pada saat peralihan cukup rendah.
Desain Peralihan Gaya Prategang oleh Rekatan. Desain komponen struktur gaya pra
tegang yang dipengaruhi oleh rekatan pada saat peralihan dapat dijelaskan dalam dua bagi
an. Yang pertama mencantumkan distribusi gaya prategang pada ujung komponen struktur,
karena gaya prategang tidak dipusatkan pada ujung bebas tetapi dailihkan sedikit demi se
dikit pada panjang tertentu. Karena itu konsentrasi tegangan pada ujung bebas sedikit ber
kurang, sementara itu tegangan yang ada pada beberapa inci di sebelah dalam ujung bebas
mungkin lebih kritis. Karena bagian tertentu dari ujung batang tidak sepenuhnya diberi
gaya prategang, ketahanannya terhadap lenturan, retak, dan geser harus ditentukan dengan
sesuai, dan tambahan tulangan baja harus diberikan jika perlu.
Dalam balok beton prategang, sangat berarti untuk menghindari retak akibat lentur di
dekat bagian-bagian ujung. Pada waktu beton retak akibat lentur, tegangan rekat di sekitar
retak bertambah besar, dan terjadi gelinciran pada sebagian kecil dari strand di dekat retak.
Dengan beban yang terus bertambah, tegangan rekat yang besar terus bertambah seperti
rambatan gelombang dari awal tempat retak ke ujung-ujung balok. Jika puncak dari tegang
an rekat yang besar mencapai daerah peralihan prategang, pepambahan tegangan baja akibat
tergelincirnya rekatan mengurangi diameter strand, mengurangi tahanan rekat akibat gesek
di kabel yang mempunyai tahanan mekanis yang kecil, dan kehancuran rekatan yang me
nyeluruh dapat terjadi. Untuk untaian kawat (strand), bentuk yang heliks dari setiap kawat
pun akan memberikan tahanan mekanis sedemikian rupa sehingga balok tersebut dapat
mendukung beban tambahan bahkan setelah strand pada ujung-ujung balok tergelincir.
Cukup jelaslah bahwa jika retak akibat lentur tidak dapat terjadi di dekat ujung balok,
maka tidak ada bahaya perambatan gelombang tegangan rekat yang tinggi yang mencapai
daerah peralihan gaya prategang, dan tidak ada bahaya keruntuhan balok akibat tergelincir
nya (slip) rekatan. Keruntuhan balok akibat tergelincirnya rekatan dapat diilustrasikan
pada Gambar 7-2 1 , yang memperlihatkan bagian ujung dari balok pratarik yang dibebani
sampai retak di dekat ujungnya. Garis penuh pada Gambar 7-2 1 menunjukkan tegangan di
tendon akibat beban normal sebelum retak, dengan panjang peralihan gaya prategang L t .
Akibat beban yang bertambah, pada saat retak terjadi d i C , tegangan d i dalam tendon ber
tambah menjadi tegangan maksimum [p s seperti diperlihatkan dengan garis putus-putus.
Pada bagian antara C sampai B terjadi tegangan rekat. Jika B mencapai titik A yang telah
242 Desain Stru.ktur Beton Prategang

F= =-=-_-_.c.-=-:-_--=---=----=---_--=--=--=---=' t- -=-=--=--=_-_--=-=-- . -I
I
c
L
I l
Panjang Panjang rekatan akibat
peralihan Lt lentur Lb
-,
,;:1
fp, --lt======ti-.--==== ..... "'

/ ', / ' ..... ...... /


/ ..... - .....

..... ,
//
...... ""/

A B

0 Jarak
Gambar 7-21. Rekatan akibat lentur yang bertumpang-tindih dengan panjang peralihan.

dilampaui, yaitu jika panjang rekatan sating tumpang-tindih dengan panjang peralihan,
maka tendon dapat tertarik keluar dari beton.
Panjang rekatan Lb adalah fungsi dari perbedaan tegangan fps - fse tegangan rekat u ,
diameter tendon db , dan faktor-faktor lain. Dengan mengasumsikan tegangan rekat yang
merata sepanjang L b , dan dengan menyamakan perbedaan tegangan total dengan total
tegangan rekat, didapat
7Td 2 = U7T
(J;" -fse)--f dbLb
Lb = (.lp, -fsJdb 4u
( 7-20)

Untuk menentukan nilai u , perlu diperhatikan bahwa tegangan rekat pada saat terge
lincir lebih kecil daripada tegangan rekat untuk panjang peralihan. Di dalam panjang per
alihan, strand cenderung untuk membesar dan menjangkar ke beton, sementarajtu pada
waktu strand ditegangkan melebihi fse ia akan mengecil dan tertarik keluar dari beton.
Panjang Lb menurut Peraturan ACI didasarkan pada u 1 725 kPa hasil percobaan, se
=

hingga panjang rekatan akibat lentur yang dibutuhkan adalah,

(7-2 1 )

Rekomendasi perancangan dari Kepustakaan 1 3 mengatakan agar panjang tersebut di


tambah dengan 25% yang didasarkan pada pembahasan selanjutnya dari hasil-hasil percoba
an.
Tergelincirnya rekatan pada umumnya ditahan oleh mekanisme saling mengunci antara
strand dan beton di sekitarnya, sehingga rekatan tambahan dapat .dikembangkan sebelum
strand tertarik keluar. Penggunaan angkur ujung untuk strand dapat mencegah strand agar
tidak tertarik keluar, tetapi itu tidak menjadi efektif sebelum gelinciran terjadi di seluruh
panjang yang tertanam. Maka balok akan bekerja seperti balok pasca-tarik yang direkatkan,
Geseran; Rekatan; Bantalan 243

dan momen batas yang dapat dipikul mungkin tidak jaub lebib tinggi daripada yang tanpa
pengangkuran.
Berdasarkan basil percobaan di laboratorium Portland Cement Association, 16 bersama
sama dengan basil dari Asosiasi Perkeretaapian Amerika, Peraturan ACI 1 977 merekomen
dasikan rumus empiris ini untuk panjabg penanaman minimum L untuk komponen struktur
pratarik yang menggunakan strand 7-kawat dengan diameter nominal db :
( 7 -22 )
di mana /ps dan fse adalah dalam MPa, dan L serta db dalam milimeter. Panjang penanam
an adalab jarak dari retak akibat lentur ke ujung balok, atau ke ujung rekatan antara strand
dan beton jika sebagian dari strand tidak direkatkan.
Dengan mengambil /ps = 1725 MPa dan fse 1 035 MPa, kita mendapatkan,
=

L = 0,1 45 ( 1 725 - t X 1 035) db = 1 50db ( 7-23 )


"Tarikan ke dalam" dari strand 7-kawat pada ujung-ujung komponen struktur pracetak
berongga inti telah dipakai sebagai salah satu bukti dari tergelincirnya rekatan di daerah
peraliban. Produk ini mempunyai tinggi yang kecil dan dicetak dengan memakai adukan
beton yang kental. Kesulitan yang mungkin terjadi adalah kebancuran tegangan rekat
mungkin lebih kecil daripada kebancuran strand yang ditanam di dasar balok dengan tinggi
yang lebib besar dengan beton yang mempunyai slump lebih tinggi (beton yang le bib encer).
Untuk penampang yang tengahnya berlubang dan unit-unit pracetak yang dipakai un
tuk bentang kecil, penampang kritis untuk momen (bampir sama dengan titik C di Gambar
7-2 1) mungkin lebih dekat ke ujung balok daripada panjang penyaluran menurut ACI (Per
samaan 7-22): Keadaari ini mungkin tidak aman dan barus dibindari. Sebenarnya, mungkin
yang terbaik adalah menjamin babwa panjang penyaluran yang lebih panjang diberikan
daripada panjang minimum ini. Panjang total ke penampang kritis seperti direkomendasi
kan dalam Kepustakaan 1 3 menjadi sebagai berikut:

( 7-24)

Ini memberikan panjang yang sedikit lebih besar daripada yang disyaratkan menurut Per
samaan (7-22) di Peraturan ACI, dan beberapa studi20 tidak menemukan adanya kebutub
an untuk panjang penyaluran tambaban.
Jika rekatan strand tidak meluas ke ujung komponen struktur, panjang penyaluran
rekatan baruslah dua kali panjang menurut Peraturan ACI. Persyaratan ini dipakai untuk
situasi di mana beberapa strand tidak direkatkan di daerah ujung dari komponen struktur
pratarik untuk mengbindari tegangan-berlebib pada beton.

7-7 Bantalan (Bearing) untuk Angkur


Untuk tendon dengan pengangkuran ujung, di mana gaya prategang dialihkan ke beton
dengan bantalan langsung, ada bermacam-macam cara desain yang mungkin dipakai untuk
memindahkan gaya prategang tersebut, antara lain: pelat baja, blok baja, atau blok beton
bertulang.
Desain pengangkuran terdiri dari dua bagian yaitu: menentukan luas bantalan yang di
butubkan beton, dan mendesain kekuatan dan rincian dari angkur itu sendiri. Analisis te
gangan untuk setiap pengangkuran adalah masalah yang rumit, karena bukan banya elastisi
tas beton tapi juga plastisitas beton muncul dalam permasalahan tersebut. Sebagai basilnya,
pengangkuran dirancang berdasarkan pengalaman, percobaan, dan pemakaian, lebih dari
244 Desain Struktur Beton Prategang

teori. Karena angkur-angkur umumnya dihasilkan oleh perusahaan prategang yang mem
punyai standar sendiri untuk setiap tendon yang berbeda, para insinyur tidak perlu me
rancangnya. Pengangkuran yang telah berhasil dipakai biasanya dapat diandalkan dan tidak
ada pemeriksaan teoretis yang harus dikerjakan untuk memeriksa tegangannya. Untuk se
tiap tepi angkur yang baru, pemeriksaan yang paling dapat diandalkan adalah melakukan
percobaan untuk mengetahui kekuatan batasnya. Faktor keamanan yang wajar dapat di
pakai untuk mendapatkan kekuatan izinnya.
Kadang-kadang luas bantalan untuk angkur ujung harus dirancang atau diperiksa, se
bagaimana ditentukan oleh bantalan izin pada beton. Karena biaya pengangkuran sangat
bertambah bila tegangan bantalan izin rendah, maka dalam p raktek dipakai b antalan de
ngan daya-dukung tinggi sejauh itu masih aman dan jauh lebih tinggi daripada yang diizin
kan pada beton bertulang. Hal ini benar untuk semua sistem gaya prategang. Di samping
alasan ekonomi, daya dukung bantalan yang tinggi diputuskan berdasarkan alasan sebagai
berikut :
1. Tegangan bantalan tertinggi yang akan selalu terjadi pada tempat pengangkuran di
waktu peralihan gaya prategang. Jika gaya prategang telah mengalami kehilangan, maka
tegangan p ada bantalan sedikit demi sedikit berkurang.
2. Kekuatan beton bertambah menurut waktu. Sehingga, jika kehancuran tidak terjadi
pada waktu peralihan gaya prategang, sangat kecil kemungkinan terjadinya kehancuran
di kemudian hari.
3. Untuk tendon terekat dengan angkur ujung, beban luar yang bekerja tidak menambah
gay a pada angkur. Untuk tendon tanpa rekatan, gaya pada angkur akan bertambah jika
beban bertambah, tetapi penambahannya sangat terbatas, sehingga tidak dibutuhkan
faktor keamanan yang terlalu besar.

Tegangan bantalan izin tergantung pada beberapa faktor, seperti jumlah tulangan pada
angkur, perbandingan luas bantalan terhadap luas total, dan metode perhitungan tegangan.
Persamaan-persamaan yang dipakai sebelum ini sangat aman 2 5 untuk desain. Pedoman
Spesifikasi Post-Tensioning Institute 2 6 dan Pembahasan ACI 1977 memakai persamaan ber
ikut ini untuk menghitung tegangan tumpuan rata-rata di beton, /cp :

Pada be ban kerja -

fcp =0,6J;YA/Ab (7-25)


tetapi tidak lebih besar dari fd
Pada be ban peralihan -

fcP =O,Sf;iy( A /Ab)-0,2 (7-26)


2
tetapi tidak lebih besar dari 1 , Sfd ;

di mana fcp = tegangan tekan izin beton


kekuatan-tekan beton
f i kekuatan-tekan beton pada saat pemberian gaya prategang awal
A = luas maksimum dari bagian permukaan beton di daerah pengangkuran yang
secara geometris mirip dan sepusat dengan luas angkur
Ab = luas b antalan angkur

Seperti dipakai dalam persamaan tadi, fcp adalah tegangan bantalan rata-rata, P/A , di
beton yang dihitung dengan membagi gaya pada baja prategang P dengan luas bersih yang
diproyeksikan, Ab, antara beton dan pelat bantalan atau elemen struktur yang lain di peng
angkuran yang berfungsi mengalihkan gaya ke beton.
Penulangan khusus, yang disyaratkan untuk pengangkuran, harus ditunjukkan oleh
P.ensuplai tendon.
Geseran; Rekatan; Bantalan 245

Pedoman Spesifikasi PTI 26 juga memberikan persyaratan percobaan statik dan dina
mik. Para pembuat tidak memerikan setiap hasil percobaan dari setiap proyek, tetapi
mereka berkewajiban memperlihatkan hasil percobaan sebelumnya yang telah dikerjakan
terhadap produk mereka menuru t Pedoman PTI.
Jika angkur tegar, variasi tekanan di dalam bidang kontak akan kecil; jika hanya di
pakai pelat tipis, tekanan bantalan yang besar mungkin terjadi di dekat tendon. Jika angkur
hanya ditumpu secara sederhana di ujung beton tanpa ditanamkan ke dalamnya, gaya pra
tegang dialihkan seluruhnya melalui bantalan. Jika angkur ditanamkan ke dalam beton,
maka sebagian gaya prategang akan dialihkan melalui rekatan sepanjang tepi angkur. Ambil
lah konus Freyssinet, sebagai contoh ; dapat dipercaya bahwa kurang lebih sepertiga gaya
prategang dialihkan melalui sisi konus.
Karena alasan ekonomi di dalam desain angkur ujung, bukanlah suatu yang tidak biasa
terjadi bahwa jika beton jelek pada waktu gaya prategang bekerja, beton akan hancur. Oleh
karena itu beton pada 'pekerjaan gaya prategang hams bermutu tinggi dan hams dituang
dengan hati-hati di sekitar pengangkuran.
Di samping memberikan kekuatan dan ketegaran, angkur hams dirancang agar dapat
sesuai dengan dongkrak (jack) dan ujung-ujung balok. Jika angkur dan dongkrak disuplai
oleh perusahaan prategangan, perancang tidak khawatir mengenai rinciannya. Jika tebal
pelat bantalan harus dihitung, cara yang mirip dengan yang dipakai untuk mendesain pelat
bantalan kolom dapat diikuti. Ini terdiri dari mendesain penampang kritis untuk lenturan
berdasarkan tegangan izin. Sekali lagi, tegangan izin dapat sedikit lebih tinggi dari biasanya,
karena tidak ada bahaya akibat beban-beban atau kelelahan.

CONTOH 7 -6
Tentukan1ah 1uas pe1at banta1an yang dibutuhkan untuk sebuah tendon yang terdiri dari

==
1 2 strand 7-kawat berg aris tengah 1 2 ,7 mm, G ambar 7-22. Pada saat gaya pasca-tarik be
kerja, asumsikan bahwa t;i kira-kira sebesar 2 8 MPa dan pada beban kerja sete1ah k ehilang
an, t; 3 8 MPa. Gaya tendon untuk desain ada1ah : 1 770 kN akibat gaya dongkrak maksi
mum dan 1 32 0 kN pada beban keJja sete1ah kehi1angan gaya prategang. Ikuti Pedoman
Spesifikasi dari Post-Tensioning Institute (PTI) untuk tegangan banta1an be ton yang diizin
kan.
Penyelesaian Perhatikan bahwa bo1eh dianggap A /A b > 1 ,0 seperti dije1askan pada
Gambar 7-22 dan perkirakan ukuran pe1at untuk persyaratan beban kerja:

400 mm
'-A
' - 2mm50 -:t
/
/

1200 mm
11 250 mm .,._.--- A/, = 400 xu480
a
= 192 x 103 mm 2
s a
300
o :r; s:r :
mm 480 mm
dan sepusat
dengan angkurl
V

I-- 400 mm ----j Ab


/L__
=62 x 103 mm2
__ __,

(a)
(luas netto
bantalan) (b)

Gambar 7-22. Contoh 7-6.


246 Desain Struktur Be ton Prategang

hp
{
o,6tc, yg
A h = ( 0, 6)(38)( 1 ) = 22, 8MPa (7 -25)

1 320 X1 03
Luas bantaian yang dibutuhkan = = 58X I 03 mm 2
22, 8
Asumsikan Iuas kira-kira se besar 1 3 X 1 03 mm 2 (luas lingkaran bergaris tengah 1 25
mm) hilang sebagai Iuas peiat bantaian yang ditembus oieh tendon.
Luas peiat total ::= 58 X 1 03 + I 3 X 1 03 = 7 1 X I 03 mm2. Coba peiat 250 mm X 300
mm (A b = 7 5 X 1 03 - I 3 X I 03
=
62X 1 03 mm 2 > 58X 1 03 mm2. ) Cek beban peraiihan.
=

Anggapiah beban dongkrak maksimum adalah 1 7 7 0 kN dan fi 28MPa

(7-26)

- 0, 2 = 3 8 M Pa
1 92X10 3
= (0, 8) ( 28)
62X1 0 3

A b = 1770 X103 = 47 XI 0 3 mm-7 < 62Xl 3


38 0 mm2 diberikan

Gunakan peiat ukuran 250 mm X300 mm (O. K. pada kedua tahap)

Perhatikan bahwa ukuran peiat dapat dikurangi jika periu dan tetap pada batas tegangan
1andasan fcp, yang diizinkan oieh spesifikasi PTI untuk kekuatan beton yang ditentukan.
Kemungkinan lain ada1ah mengizinkan peralihan pada fi kurang dari 28 MPa seperti ang
gapan semu1a. Jika tersedia tempat, pelat yang lebih besar dapat dipakai dan memberikan
faktor keamanan tambahan di pengangkuran.

Analisis elastik pelat bantalan dan beton pemikul yang dihasilkan dari gaya pasca-tarik
(posttensioning) telah dilakukan dengan pembuatan model elemen-hingga dan juga studi
fotoelastik telah dilakukan. Persoalan ini membutuhkan data percobaan untuk menentu
kan pengaruh inelastik yang penting di sini. Sebagai hasilnya, persamaan-persamaan empiris
seperti yang diberikan di atas dari PTI akan terus digunakan untuk desain. Percobaan-per
cobaan dilakukan pada angkur tendon yang besar dan tidak umum untuk membuktikan
bahwa hasilnya akan memuaskan. Studi-studi yang cukup banyak yang tengah dilakukan
sekarang di Universitas Texas di Austin akan memberikan hasil yang berguna untuk desain.

7-8 Tegangan Tarik Transversal pada Blok Ujung


Bagian dari komponen struktur prategang yang mengelilingi angkur tendon seringkali dise
but blok ujung. Pada eluruh panjang blok ujung, gaya prategang dialihkan dari luas yang
kurang lebih terpusat dan didistribusikan melalui seluruh penampang beton. Panjang teore
tis blok ujung adalah jarak di mana melalui jarak ini perubahan terjadi dan kadang-kadang
disebut panjang ancang (lead length). Diketahui dari pengamatan secara teoretis dan eks
perimen bahwa panjang ancang ini tidak lebih dari tinggi balok dan seringkali lebih kecil,
kecuali pada balok pratarik dengan panjang peralihan yang besar.
Dengan melihat Gambar 7-23, gaya prategang pada penampang A -A , baik horizontal
atau miring, digunakan sebagai beban terpusat atau terdistribusi. Pada penampang B-B,
ujung dari panjang ancang, perlawanan balok terdiri dari tegangan serat yang terdistribusi
secara linear dan tegangan geser yang bersesuaian dengannya seperti yang dihitung oleh
teori balok yang biasa. Untuk bagian antara penampang A -A dan B-B, distribusi tegangan
agak rumit. Jika penampang X-X dipotong secara memanjang dan benda-bebas (free body)
Geseran; Rekatan; Bantalan 247

tAr-------Bt=-----
-
-
-
X

(a) Ujung Balok

J - ---
-- ----X-
j
g __


Tegangan
t
Tegangan
! serat geser

I
Tekanan (y l
ri kan
(b) Variasi /y sepanjang X-X

Gambar 7-23. Tegangan-tegangan pada blok ujung.

diambil seperti pada Gambar 7 -23(b ), maka akan terdapat momen, geser, dan beban lang
sung pacta penampang itu. Komponen gaya-gaya ini dapat dihitung secara sederhana dengan
statika, tetapi distribusinya sepanjang X -X tidak dapat ditentukan dengan mudah. Tidak
lah mungkin untuk menggunakan teori balok biasa yang menganggap penampang datar
tetap tinggal datar, karena teori itu jauh dari benar bila digunakan pacta balok yang pendek
seperti A-A-B-B. Ha! itu hanya dapat diselesaikan dengan teori elastisitas lanjutan yang
rumit meskipun hanya untuk keadaan pembebanan yang paling sederhana.
Untuk menyederhanakan penyelesaian, dibuat asumsi bahwa beban didistribusikan se
cara merata sepanjang lebar balok; jadi, sebagai pengganti beban yang dipusatkan pacta satu
titik, kita dapat menganggap beban knife-edge yang bekerja pacta seluruh lebar balok. Ke
mudian persoalan dapat dikurangi dari persoalan tiga-dimensi menjadi dua-dimensi. Pacta
asumsi ini, dan pacta teori elastisitas, distribusi tegangan pacta blok ujung telah diselesaikan,
dan tabel-tabel beserta grafik-grafik tersedia untuk keadaan pembebanan tertentu. 21 Untuk
grafik-grafik pacta Gambar 7-24, !ebih disukai untuk menyatakan tegangan-tegangan dengan
istilah tekanan langsung rata-rata,!, di mana

f=F/A
F = gaya prategang aksial total pacta ujung balok, dan A = luas penampang balok.
Secara umum, sepanjang setiap penampang longitudinal, seperti X -X, pacta Gambar
7-23, tegangan geser adalah kecil dan tidak menimbulkan kesulitan; hanya tegangan tarik
transversal [y dapat menjadi serius. Sehingga kita hanya tertarik pada variasi [y.
Grafik pada Gambar 7-24 adalah untuk penampang persegi panjang dan dimaksudkan
untuk mcnunjukkan sifat umum tegangan tarik pada blok ujung. Garis-garis yang sama
248 Desain Struktur Be ton Prategang

(a) Sebuah Beban Terpusat (b) Dua Buah Beban Terdistribusi

' ,1
3a/8 3a/8

I a/8 a/8

0,1{

(c) Sebuah Beban Terdistribusi (d) Empat Buah Beban Terpusat

diarsir menyatakan daerah tertekan. (DariPrestressed Concrete, karangan Guyon.)


Garnbar 7-24. Isobar untuk tarikan transversal pada blok ujung (dalam tekanan rata-rata f>- Daerah yang
'

dengan [y, juga disebut "isobar," diperlihatkan pada grafik. Dari isobar ini dapat diamati
bahwa ada dua daerah tegangan tarik umum. Daerah pertama terdapat pada pusat penam
pang disebut "daerah yang lepas ke luar" (bursting zone), yang mempunyai tegangan tarik
maksimum sepanjang garis beban dan sejarak tertentu dari daerah itu. Daerah lainnya ter
dapat pada sisi-sisi beban dekat permukaan ujung, disebut "daerah yang terkelupas" (spall
ing zone). Daerah ini dibebani oleh tegangan tarik yang tinggi tetapi hanya pada daerah
yang kecil.
Grafik tambahan terdapat pada buku Prestressed Concrete,22 karangan Guyon. Meski
pun grafik-grafik ini secara teoretis benar dan beberapa di antaranya telah dikuatkan oleh
foto-elastisitas, penggunaannya di dalam desain masih merupakan persoalan lain. Pertama,
beton bukan merupakan bahan yang benar-benar elastis dan akan berperilaku plastis teru
tama bila sebagian beton mengalami tegangan tarik yang besar. Kedua, berapakah tegangan
tarik beton yang diizinkan? Ketiga, jika tegangan tarik izin dilampaui, bagaimana mende
sain tulangan baja? Keempat, pola gaya yang bekerja di ujung seringkali lebih sulit daripada
yang dapat dicakup oleh teori elastik. Sehingga, meskipun teori dibutuhkan dalam analisis,
pertimbangan harus diberikan dalam membuat keputusan di dalam desain.
Guyon merekomendasikan tegangan tarik izin ditetapkan sekitar sepersepuluh dari
tegangan tekan, yaitu sekitar 0,04[. Bila tegangan tarik melampaui nilai tersebut, tulangan
Geseran; Rekatan; Bantalan . 249

baja harus dirancang untuk menerima seluruh tegangan tarik atas dasar tegangan izin baja
yang biasa.
Pada daerah yang terkelupas, tegangan tarik sangat tinggi dan umumnya melampaui
nilai izin. Akan tetapi, tegangan-tegangan ini bekerja hanya pada daerah yang kecil, dan
total gaya tarik oleh karenanya kecil. Pada kebanyakan kasus, cukup bila diberikan baja
untuk tegangan tarik transversal total sebesar 0,03F. Untuk sistem pasca-tarik, baja ini di
tempatkan sedekat mungkin dari ujung. Baik kawat anyaman atau tulangan baja dapat di
gunakan.
Untuk memikul tegangan tarik pada daerah yang akan lepas keluar, baik sengkang
maupun baja spiral dapat digunakan. Untuk tulangan lokal pada saat pengangkuran, spiral
6,4 mm dengan jarak 50 mm atau spiral 9,5 mm pada jarak (38 mm) kadang-kadang di
pakai. Untuk penulangan keseluruhan, pemakaian sengkang cukup efisien. Desain sengkang
ini dijelaskan pada Contoh 7-7. Untunglah pada keadaan biasa jumlah sengkang yang di
butuhkan untuk menahan tarikan transversal tidak berlebihan. Sehingga jumlah tulangan
nominal sudah mencukupi. Akan tetapi, retak longitudinal ditimbulkan oleh tarikan trans
versal bila tulangan tidak diberikan atau tidak mencukupi.

CONTOH 7-7
Ujung sebuah balok prategang yang mempunyai penampang berbentuk persegi panjang
mengalami pembebanan akibat dua buah tendon prategang yang diangkurkan seperti ter
lihat pada Gambar 7-25. Gaya prategang awal adalah 7 60 kN tiap tendon, f = 28 MPa.
Buatlah desain tulangan blok ujung, tegangan tarik maksimum yang diizinkan
-
pada beton
adalah 0 , 85 MPa.

250 100

c --t:1Ll1 _ll_t- c .
I
-

4batang-#10
1 I I I I 4sengkang-U # 1 0

:lj_l__ l
D .___r=-kl
_zo n 1-- -D
(a) Tampak Ujung Balok (b) Blok Ujung Balok

1,09 MPa maks.


0,85 MPajarak
. yang diizinkan

Jarak dari permekaan, mm

(c) Varias1 Tegangan Tarik Transversal


sepanjang C-C atau D-D

Gambar 7-25. Contoh 7-9.


250 Desain Srruktur Beton Prategang
--
'

Penyelesaian Tegangan tarik pacta ctaerah yang akan lepas ke luar ctapat ctiperoleh dari
Gambar 7-24(b). Tegangan-tegangan tarik kritis terjacti pacta penampang C-C ctan D-D ctari
Gambar 7-25(b), ctan variasinya ctigambar pacta Gambar 7-25(c). Tegangan tarik terbesar cti
ketahu1 sebesar 0, 18/,

O ' l8f = O ' 18


( 2X760X 10-' )
250X 1000
= O,l8X6,08
= 1,09 MPa
Anggaplah bahwa tulangan ctibutuhkan untuk bagian cti mana tegangan tarik melampaui
0 ,85 MPa, jacti bagian yang ctiarsir sekitar 125 mm akan membutuhkan tulangan. Dengan
menganggap tegangan tarik rata-rata 0,97 MPa untuk panjang 125 mm, gaya tarik total
yang harus ctitahan oleh baja actalah

0,97 X125X250=30,31 kN

Untuk tegangan izin sebesar 140 MPa, luas baja yang ctibutuhkan actalah

30,31XI03
As = = 217 mm 2
140

Empat buah sengkang-U # 10 akan ctiberikan seperti terlihat, ctan luas totalnya adalah 568
mm2. Perhatikan bahwa perhitungan sederhana ini ctapat ctigunakan sebagai pedoman.
Kita harus terlatih membuat keputusan-keputusan di ctalam perancangan. Karena tegangan
tarik tictak berlebihan besarnya, aturan yang bebas untuk baja dimungkinkan tanpa banyak
penambahan biaya.
Jika beton sekeliling angkur tipis, sebaiknya ditambahkan beberapa spiral baja dengan
ukuran 6,35 mm dan jarak spiral 50 mm.
Untuk ctaerah di mana beton terkelupas/gugur (spalling), tegangan yan terjadi actalah
0,98! = 0,98 X 6,08 = 5,96 MPa. Akan tetapi gaya total actalah kecil dan dapat diperkira
kan dengan besar rata-rata 3 MPa sepanjang 50 mm, jacti besarnya

3X50X250=37,5 kN

Dengan menggunakan nilai 0,03F seperti yang ctiusulkan, akan diperoleh

0,03 X1520 = 45,6 kN

yang' menunjukkan hasil yang dapat ctiterima untuk soal ini. Baja yang ctibutuhkan untuk
menahan 37,5 kN adalah

yang cukup diberikan oleh empat tulangan baja # I0 yang ditempatkan di ctekat ujung per
mukaan balok.

Gergely dan Sozen2 7 mengusulkan pendekatan desain penulangan blok ujung yang di
tujukan kepada pertanyaan "Apa yang menghentikan retak?" sementara pendekatan elastik
yang lebih biasa digunakan pada pembahasan di atas telah didasarkan pada menjawab per
tanyaan, "Apa yang memulai terjadinya retak?" Tanpa membahas se cara terinci metode pe
rancangan ini, ha! itu didasarkan pada keseimbangan sebagian daerah yang diambil pada
blok ujung. Pengarang menyatakan bahwa cara ini paling cocok untuk merancang tulangan
daerah angkur untuk beban dengan eksentrisitas besar.
Sementara percobaan-percobaan yang baru23 menguatkan kebenaran teori-teori klasik
untuk tegangan daerah pengangkuran, termasuk metode Guyon seperti dituliskan dalam
garis besar di atas, percobaan-percobaan lain24 terlihat menunjukkan bahwa tegangan tarik
yang sesungguhnya dan gaya tarik transversal akan menjadi dua sampai tiga kali lebih tinggi
Geseran; Rekatan; Bantalan
251

dari yang dibahas di atas oleh metode Guyon. Karena banyaknya variabel yang terdapat pa
cta persoalan semacam ini, sangat sulit untuk mendapatkan hasil yang eksak. The AASHTO
Bridge Committee setelah berkonsultasi dengan PCI, memperbaiki AASHTO Bridge Speci
fications untuk dibaca sebagai berikut (edisi tahun 1977).

ARTIKEL 1.6.15-DAERAH PENGANGKURAN


Untuk balok-balok dengan tendon pasca-tarik (posttensioning), blok ujung akan digunakan
untuk mendistribusikan gaya prategang terpusat pada angkur. Bila seluruh tendon berupa
kawat pratarik atau strand 7-kawat, penggunaan blok ujung tidak dibutuhkan. Blok ujung
harus mempunyai luas yang cukup untuk memungkinkan jarak baja prategang seperti yang
dientukan pada Artikel 1.6. f6. Lebih disukai bila lebarnya seperti flens balok yang lebih
kecil. Panjangnya sekurang-kurangnya harus sama dengan tiga perempat tinggi balok dan
untuk setiap keadaan 0,6 m. Pada komponen struktur pasca-tarik, grid yang berjarak dekat,
baik tulangan vertikal maupun horizontal, harus ditempatkan dekat permukaan blok ujung
untuk menahan tegangan lepas (bursting). Jumlah baja/tulangan pada ujung grid harus
mengikuti rekomendasi pensuplai angkur. Bila rekomendasi tidak tersedia, grid akan terdiri
dari sekurang-kurangnya tulangan baja dengan diameter 10 mm berjarak 75 cm dari pusat
ke pusat pada tiap arah dan ditempatkan tidak lebih dari 38 mm dari permukaan dalam
pelat bantalan angkur.
Jarak tulangan yang rapat harus ditempatkan baik vertikal dan horizontal sepanjang
blok ujung sesuai dengan cara yang dapat diterima untuk analisis tegangan blok ujung.
Pada balok-balok pratarik, sengkang vertikal yang bekerja pada suatu tegangan satuan
sebesar 1 40 MPa untuk menahan sekurang-kurangnya 4% dari gaya prategang total harus
ditempatkan pada jarak d/4 dari ujung balok, sengkang ujung dalam praktek diletakkan se
dekat mungkin dari ujung balok. Untuk jarak sekurang-kurangnya d dari ujung balok, tu
langan nominal harus ditempatkan mengelilingi baja prategang pada flens bawah. Untuk
gelagar kotak, tulangan transversal harus diberikan dan diangkurkan dengan memperpanjang
kakinya ke da1am badan gelagar.

Pada balok-balok pratarik, sengkang vertikal yang bekerja pada tegangan satuan sebesar
140 MPa untuk menahan sekurang-kurangnya 4% dari gaya prategang total harus ditempat
kan dari jarak d/4 dari ujung balok, sengkang ujung dalam praktek diletakkan sedekat
mungkin pada ujung balok.
Studi-studi pada Portland Cement Association Laboratories28 menunjukkan persama
an empiris bagi desain sengkang untuk mengontrol retak horizontal pada ujung gelagar-I
yang diberi gaya pratarik,
T h
A, , -
1355 (7-27)
r ,,
di manaAt = luas total penarnpang sengkang yang dibutuhkan pada ujung gelagar, untuk
didistribusikan secara merata pada panjang yang sama dengan seperlima
tinggi ge1agar
T = gaya prategang efektif total, N
1 = tegangan izin sengkang baja, MPa
h = tinggi ge1agar, mm
ft = panjang peralihan yang diambil kira-kira50 kali diameter strand, mm

Persamaan di atas menunjukkan bahwa jumlah sengkang ujung akan bervariasi langsung
dengan tinggi penampang dan berbanding terbalik dengan panjang peralihan. Kesimpu1an .
ini terlihat cukup 1ogis dan dapat dibenarkan secara kualitatif.
252 Desain Struktur Beton Prategang

l-9 Kekuatan Puntir


Karena kekuatan geser beton yang tinggi digabungkan dengan kekuatan tarik yang rendah,
kehancuran balok beton akibat puntir jarang disebabkan oleh tegangan geser, melainkan
lebih disebabkan oleh tegangan tarik utama yang diakibatkan oleh tegangan geser. Bila
tegangan geser v dikombinasikan dengan tegangan langsungfc, tegangan tarik utama diberi
kan oleh persamaan biasa (kembali ke Pasal 7-2),

(7-2)
Tinjaulah kasus sederhana dari sebuah batang beton berbentuk bulat panjang yang di
bebani oleh puntir murni. Seperti bahan getas lainnya, batang tersebut akan hancur pada
bidang tegangan tarik utama, pada garis spiral 45 terhadap sumbu. Kehancuran dapat di
tunda oleh spiral biasa dan tulangan longitudinal. Akan tetapi, baja semacam itu belum
mulai bekerja sebelum beton retak, sehingga kekuatan puntir elastik balok beton tidak di
pengaruhi, meskipun ketahanan terhadap hancur pada keadaan batas dan daya lenting se
telah komponen struktur retak bertambah.
Karena nilai fc pada Persamaan 7-2 dapat bertambah cukup besar oleh gaya prategang
sepanjang komponen struktur, tegangan tarik utamaf;' berkurang untuk nilai v yang sama.
Sehingga perlawanan beton terhadap puntir dapat bertambah beberapa kali lipat oleh gaya
prategang, seperti telah dibuktikan dengan percobaan oleh beberapa peneliti. 2930 Jelaslah
juga bahwa pemberian gaya prategang kepada komponen struktur sepanjang tinggi dan
lebarnya akan menambah per!awanannya terhadap tarsi, meskipun dari segi ekonomi gaya
prategang dua atau tiga-dimensi dapat membatasi kepraktisannya pada saat ini.
Dengan membatasi pembahasan kita hanya pada gaya prategang satu-dimensi dan pe
nampang persegi panjang, maka pemakaian teori torsi/puntir umum yang dikembangkan
oleh St. Venant dapat disederhanakan. Menurut teori St. Venant, tegangan geser maksi
mum terjadi pada keliling pada bagian tengah sisi, nilai maksimum absolut Vmaks ada pada
tengah-tengah sisi yang lebih panjang dari persegi panjang,

Vmaks =ybGB (7-28)


dan
(7-29)
di mana b lebar terkecil (dimensi yang lebih kecil) dari persegi panjang
D
=

tinggi terbesar (dimensi yang lebih besar) dari persegi panjang


G = modulus geser beton
=

0 sudut puntir dalam radian


ya dan {3
=

konstanta, tergantung pad a proporsi persegi panjang (Tabel 7 -3)


=

Dengan mengambil a= {3/'y, Tabel 7-3, diperoleh


"'

(7-30)
atau

(7-31)

Maka tegangan tarik utama dapat dihitung dari Persamaan 7-2. Pada waktu tegangan tarik
utama ini mencapai kekuatan tarik batas beton, retak mulai terjadi dan penampang dapat
runtuh seketika tanpa banyak peringatan. Penambahan sengkang tertutup dan tulangan
longitudinal dapat menambah kekuatan dan daktilitas, tetapi bentuk retak akibat puntir
Gesera11; Rekata11; Ba11tala11 253

T ABEL 7-329 Konstanta-konstanta St. Venant untuk Perancangan Penampang


Persegi Panjang yang Dibebani Puntir

Dfb . Q (3 . 'Y

1,0 0,208 0,141 0,675


1,2 0,219 0,166 0,759
1,4 0,227 0,187 0,822
1,6 0,234 0,204 0,869
1,8 0,240 0,217 0,904
2,0 0,246 0,229 0,930
2,5 0,258 0,249 0,968
3,0 0,267 0,264 0,985
5,0 0,292 0,291 0,999
10,0 0,312 0,312 1,000
110,0 0,331 0,331 1,000
o<l 0,333 0,333 1,000

secara drastis mempengaruhi respons balok terhadap setiap penambahan momen puntir,
TM.
Bertentangan dengan ragam kehancuran akibat puntir, balok beton prategang di bawah
pengaruh lentur umumnya runtuh secara perlahan-lahan dan memiliki kekuatan cadangan
serta daktilitas setelah retak-retak pertama terlihat. Hal ini menjadi jelas bila disadari bahwa
kehancuran akibat lentur tergantung pada tegangan tarik dan regangan baja, bersama dengan
tegangan tekan dan regangan beton, sedangkan kekuatan puntir sebuah balok tanpa tulang
an badan untuk puntir lenyap bila batas tarik beton dicapai dan tidak ada daktilitas beton
akibat tegangan tarik.
Perilaku balok beton yang dibebani oleh lentur yang dikombinasikan dengan puntir
terletak di antara balok yang dibebani oleh puntir murni dan lentur murni. Untuk balok
balok prategang dengan perbandigan yang rendah antara momen akibat lentur M8 dan
momen akibat torsi TM, pembentukan retak pertama mengakibatkan kehancuran beton
seketika dan merusak seperti pada balok yang dibebani oleh puntir murni. Dengan perban
dingan M8/TM yang lebih tinggi, kehancuran menjadi lebih perlahan-lahan dan beban batas
menjadi lebih tinggi daripada beban yang menyebabkan terbentuknya retak-retak pertama.
Peraturan ACI tahun 1977 untuk desain terhadap puntir adalah untuk beton bertulang
dan tidak ada pasal untuk desain yang memanfaatkan keuntungan gaya prategang seperti
yang telah disinggung di atas. Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa kita boleh men
desain kekuatan puntir sebagai jumlah dari kekuatan yang diberikan oleh beton dan tulang
an pada badan seperti P?da keadaan (s.omponen struktur yang tidak diberi gaya prategang.
Pemberian gaya prategang menambah pengaruh beban pada kekuatan puntir batas diban
dingkan dengan komponen struktur yang tidak diberi gaya prategang seperti diperlihatkan
pada Gambar 7-26 dari Kepustakaan 31. Penjumlahan dapat dinyatakan sebagai

(7-32)

di mana T kekuatan puntir nominal


pengaruh beton yang dikurangi dari Tcr seperti yang diperlihatkan pada
=

r; =

Gambar 7-26 untuk sebuah komponen struktur beton bertulang yang sama
T5 = pengaruh sengkang terhadap puntir yang sama seperti pada balok yang diberi
gaya prategang
254 Desain Struktur Beton Prategang

/
/
/
/
/

/
/ I
/ I
/ 1 Tulangan
/ 1 minimum

:I
I

Garnbax 7-26_
31
Momen-puntir batas untuk komponen struktur beton bertulang dan beton prategang.

Bila sebuah komponen struktur dibebani oleh geseran akibat lentur dan puntir secara
menerus, maka diagram interaksi lingkaran dari Gambar 7-27 boleh digunakan untuk me
nyatakan kekuatan komponen struktur.

V
( )2 ( )2 + T =]
Vcr Tc,
(7-33)
n _n
_

1,0

0,8

T..
T,.,
0,6

0,4

0,2

Gamba.r 7-27. Kurva interaks i untuk kombinasi puntir ditambah geseran akibat lentur.
31
Geuran; Rekatan; Bantalan 255

di mana Vn = gaya geser pada kehancuran akibat beban kombinasi


Tn = momen puntir pada kehancuran akibat beban kombinasi
Vcr nilai terkecil dari Vci dan Vcw
Tcr = 0,5 fl: /1 + IOfpc/f 2:1)x2y
=

/ c gaya prategang longitudinal rata-rata, FjA


p
=

0,35
n = 0, 75+(b/d)

Pasal untuk desain balok terhadap puntir tanpa tulangan badan mungkin ditambahkan
pada Peraturan ACI dalam waktu dekat. Hal itu akan mengikuti pendekatan kekuatan yang
diterangkan di atas di mana beton dan baja (sengkang tertutup dibutuhkan untuk puntir)
dikombinasikan untuk memikul puntir dan geseran dari beban yang bekerja. Pendekatan
desain dari Kepustakaan 31 dirumuskan dengan baik untuk desain sesuai dengan jalur ini.

Kepustakaan

1. Rene Walther, "The Shear Strength of Prestressed Concrete Beams," Proceedings Third
Congress of ihe International Federation for Prestressing, Berlin, 1958.
2 . R.H. Evans dan A.H.H. Hosny, "The Shear Strength of Post-tensioned Prestressed Con
crete Beams," Proceedings Third Congress of the International Federation for Pre
stressing, Berlin, 1958.
3 . M.A. Sozen, "Strength in Shear of Prestressed Concrete Beams without Web Reinfor
cement," Structural Research Series No. 139, Univ. of Illinois, August 1957;juga lihat
J.G. MacGregor, "Effect of Draped Reinforcement on Behavior of Prestressed Con
crete Beams," Structural Research Series No. 154 , Univ. of Illinois, Mei 1958.
4. Rene E. Walther dan Robert F. Warner, Ultimate Strength Tests of Prestressed and
Conventionally Reinforced Concrete Beams in Combined Bending and Shear, Fritz
Engineering Laboratory, Legiht University, Institute of Research, September 1958.
5. J.G. MacGregor, M.A. Sozen, dan C.P. Siess, "Strength of Concrete Beams with Web
Reinforcement," J. A m. Cone. Inst., Vol. 62, No. 12; Desember 1965, ha!. 1503 -1519.
Juga-lihat Sturctural Research Series No. 201, University of Illinois, Agustus 1960.
6 . A.C. scordelis, T.Y. Lin, dan H.R. May, "Shearing Strength of Prestressed Lift Slabs,"
J. A m. Conct. Inst., Oktober 1958, ha!. 485-506.
7. Norman W. Hanson, "Precast-prestressed Concrete Birdges-2 . Horizontal Shear Con
nections," Journal of the PCA Research and Development Laboratories, Vol. 2, No. 2 ,
1960.
8. N. M. Hawkins, M.A. Sozen, dan C.P. Siess, "Strength and Behavior of Two-span Con
tinuous Prestressed Concrete Beams," Structural Research Series No. 225, Univ. of
Illinois, September 1961.
9. B. Bresler dan K.S. Pister, "Strength of Concrete under Combined Stresses," J. A m.
Cone. Inst., September 1958.
10. "The Structural Use of Prestressed Concrete in Buildings," British Standard Code of
Practice, The Council for Codes of Practice, British Standards Institution, 19 59.
11. R.M. Mains, "Measurement of the Distribution of Tensile and Bond Stresses along
Reinforcing Bars," J. A m. Cone. Inst., November 1951 (Proc., Vol. 47), ha!. 22 5-252.
12. J. R. Janney, "Nature of Bond in Pre-Tensioned Prestressed Concrete," J. A m. Cone.
Inst., Mei 1954 (Proc., Vol. 50), ha!. 717-736 . Juga E. Hognestad dan J. R. Janney,
"The Ultimate Strength of Pre-Tensioned Prestressed Concrete Failing in Bond," Maga
zine of Concrete Research, Juni 1954.
13 P. Zia dan T. Mostafa, "Development Length of Prestressing Strands," J. Prestressed
Cone. Inst., Vol. 2 2 , No. 5, September/Oktober 1977, ha!. 54-65.
256 Desain Struktur Beton Prategang

14. E. Hoyer dan E. Friedrich, " Beitrag zur Frage der Hafspannung in Eisenbetonbautei
len," Beton und Eisen, Berlin, 1939 (Vol, 38, No. 6), hal. 107-110. Juga K. Billig,
Prestressed Concrete, Van Nostrand Co., New York, 1953 .
15. G.D. Base, "An Investigation of Transmission Length in Pre-tensioned Concrete,"
Papers of Third Congress FIP, Berlin, 1958. .
16. N.W. Hanson dan P.H. Kaar, "Flexural Bond Tests of Pretensioned Prestressed Beams,"
J. Am. Cone. Inst., Januari 1959, hal. 783-802. Juga, Development Department Bulle
tin D28, Portland Cement Association, Skokie, Illinois.
17. W.T. Marshall dan A.H. Mattock, "Control of Horizontal Cracking in the Ends of Pre
tensioned Prestressed Concrete Girders," J. Prestressed Cone. Inst., Vol. 7, No. 5, Ok
tober 1962, hal. 56-74.
18. J.R. Janney, "Report of Stress Transfer Length Studies on 270K Prestressing Strand,"
J. Prestressed Cone. Inst., Vol. 8, No. 1, Februari 1963, hal. 41-43.
19. P.H. Kaar, R.W. Lafraugh, dan M.A. Mass, "Influence of Concrete Strength on Strand
Transfer Length," J. Prestressed Cone. Inst., Vol. 8, No. 5, Oktober 1963, hal. 47-67.
Juga, Development Department Bulletin D71, Portland Cement Association, Skokie,
Illinois.
20. A.R. Anderson dan R.G. Anderson, "An Assurance Criterion for Flexural Bond in Pre
tensioned Hollow Core Units," J. Am. Cone. Inst., Agustus 1976 (Proc., Vol. 73), hal.
457-464.
21. R.W. Kenning, M.A. Sozen, dan C.P. Siess, "A Study of Anchorage Bond in Prestressed
Concrete," Univ. of Illinois, Structural Research Series No. 251, Juni 1962.
22. Y. Guyon, Prestressed Concrete, John Wiley & Sons, New York, 1960, lihat hal. 127-
174.
23. J. Zielinski dan R.E. Rowe, "An Investigation of the Stress Distribution in the Ancho
rage Zones of Post-tensioned Concrete Members," Report No. 9, C. A. C. A., London,
September 1960.
24. S. Ban, H. Muguruma, dan Z. Ogaki, "Anchorage Zone Stress Distributions in Post
tensioned Concrete Members," Proceedings World Conference on Prestressed Concrete,
San Francisco, 1957.
25. K.H. Middendorf, "Anchorage Bearing Stresses in Post-Tensioned Concrete," J. Am.
Cone. Inst., November 1960, ha!. 580-584.
26. Post-Tensioning Institute, Post- Tensioning Manual, Post-Tensioning Institute, Glenview,
Illinois, 1976.
27. P. Gergely dan M.A. Sozen, "Design of Anchorage Zone Reinforcement in Prestressed
Concrete Beams," J. Prestressed Cone. Inst., April l 96 7, hal. 63 -75.
28. W.T. Marshall dan Allan H. Mattock, "Control of Horizontal Cracking in the Ends of
Pre-tensioned Prestressed Concrete Girders," J. Prestressed Cone. Inst., Oktober 1962.
29. H.J. Cowan dan S. Armstrong, "The Torsional Strength of Prestressed Concrete," Proc.
World Conference on Prestressed Concrete, 1957, San Francisco.
30. P. Zia, "Torsional Strength of Prestressed Concrete Members," J. Am. Cone. Inst., Vol.
32, No. 10, Apri11961, ha!. 133 7-1359.
31. P. Zia dan W. D. McGee, "Torsion Desgin of Prestressed Concrete," J. Prestressed Cone.
Inst., Vol. 19, No. 2, Maret(April 1974, ha!. 46-65.
8
LENDUTAN KE ATAS,
LENDUTAN KE BAWAH;
TATA-LETAK KABEL

8-1 Lendutan ke Atas; Lendutan ke Bawah


Sebelum retak, lendutn dari balok beton prategang dapat diramalkan dengan ketelitian
yang lebih besar daripada balok beton bertulang. Pada beban kerja, balok beton prategang
tidak akan retak; sedang beton bertulang akan retak. Karena sifat beton prategang mende
kati benda yang elastik homogen yang mematuhi hukum-hukum akibat lentur dan gaya ge
ser yang biasa, lendutan dapat dihitung dengan metode-metode yang tersedia dalam dasar
dasar kekuatan bahan.
Seperti biasa ditemukan pada tiap komponen beton, dua kesulitan maslh dlketemukan
jika kita ingin mendapatkan ramalan lendutan yang lebih teliti. Pertama, sulit untuk me
nentukan nilai Ec dengan ketelitian 10% atau malahan dengan 20%. Percobaan-percobaan
mengenai beton silinder contoh mungkin tidak memberikan nilai Ec yang tepat, karena
nilai Ec untuk balok dapat berbeda dari yang untuk silinder. Di samping itu, nilaiEc ber
ubah-ubah untuk besar tegangan yang berbeda dan berubah menurut usia dari beton. Ke
sukaran yang kedua terletak di dalam memperkirakan akibat rangkak pada lendutan.1'2
Nilai dari koefisien rangkak, seperti juga besar dan lamanya beban yang bekerja, tidak dapat
diperkirakan terlebih dulu. Akan tetapi, untuk tujuan praktis, keteltian dari 10% sampai
20% seringkali cukup dan dapat dicapai jika semua faktor dipertimbangkan dengan hati
hati.
Lendutan balok beton prategang berbeda dengan balok beton bertulang biasa sebagai
akibat dari gaya prategang. Sementara lendutan yang terkontrol akibat gaya prategang
dapat digunakan dengan lebih menguntungkan untuk menghasilkan lendutan ke atas yang
diinginkan dan menggeser lendutan akibat beban, juga diketahui adanya keadaan di mana
lendutan ke atas yang berlebihan akibat gaya prategang telah menyebabkan kesulitan yang
serius.
Perhitungan hubungan momen dan kelengkungan dari penampang dan penentuan res
pons beban dan lendutan tiibahas di Pasal 5-7 dari Bab 5. Dengan memakai prinsip-prinsip
yang diterangkan di bagian tersebut, respons dari komponen struktur terhadap gaya pra
tegang dan beban yang bekerja dapat ditentukan. Untuk bentang sederhana dengan penam
pang yang merata, ini dapat dilakukan dengan perhitungan manual untuk seluruh pem
bebanan dari daerah elastik sampai pada daerah batas. Sementara perhitungan dengan ma
nual membutuhkan waktu yang cukup banyak, maka akan semakin rumit untuk balok me
nerus atau pun untuk balok di atas dua per!etakan dengan penampang yang berubah-ubah.
Sebagai hasilnya, program komputer telah dibuat dengan memakai prinsip-prinsip hubung
an momen-lengkungan yang sama untuk menghitung respons beban-lendutan balok beton
prategang, baik yang tendonnya terekat34 maupun yang tidak terekat. 5 Program-program
ini tidak memperhitungkan akibat ketergantungan waktu dan mereka cukup rumit untuk
dipakai jika seseorang hanya tertarik untuk memperkirakan lendutan untuk desain yang
258 Desain Struktur Be ton Prategang

biasa. Untuk konstruksi khusus, program-program sedemikian mungkin sangat membantu,


terutama jika pembebanan menghasilkan retak-retak pada beberapa penampang dari balok'
atau jika kemampuan batas (daya dukung batas) merupakan ha! yang dicari.
Program komputer yang lain telah banyak dibuat yang memerhitungkan ketergantung
an akibat waktu untuk balok-balok prategang dalam keadaan beban kerja, dengan meng
anggap tidak terjadi retak di beton. 6 Program yang rumit telah dibuat untuk menghitung
balok dengan beberapa bentang 7 8 yang memakai prinsip superposisi akibat-akibat beban
dan ketergantungan terhadap waktu untuk memperoleh kelengkungan pada penampang
penampang sepanjang balok pada waktu tertentu dan menghitung respons lendutan ter
hadap beban terus-menerus. Kerumitan program-program ini lebih besar daripada yang di
sebutkan sebelumnya, tetapi mereka merupakan perkembangan terakhir dari pemecahan
perhitungan yang rumit untuk masalah-masalah yang umum dengan memakai komputer.
Untuk menggambarkan tipe respons lendutan yang mungkin terjadi pada balok pra
tegang sederhana di atas dua perletakan, program komputer PBEAM yang dibuat oleh
Suttikan pada Kepustakaan 8 digunakan untuk membuat ana!isis lendutan yang tergantung
dari waktu. Gambar 8-l(a dan b) memper!ihatkan rincian dari balok prategang sederhana
yang dipelajari dan Gambar 8-l(c) memperlihatkan strand lurus yang diambil di dalam ba-

I= 3,39 x 1010 mm4

(a) PenampangBalok - Strand</> 12,7 mm pa da grid 50 mm X 50 mm


(lihat Gambar 4-11 untuk X -Batang tulangan # 5 (tak ditarik)

(b) Rincian penulangan


penampang yang dii dealisasikan
dan sifat material balok)

rf we = 6 ,9 kN/m (berat balok)

I I l l 1 I lll I I ll l i 11 I t Strand lurus


-------------


'
Bentang 19 ,80m

(ljhat Tabel 8-1 untuk variasi


tegangan baja terha dap waktu
-mula-mula 1400 MPa sebelum
peralihan ga ya prategang pa da
em ur 48jam)

(c) Pembebanan Tetap-pa da 30hari pertama

w = 6,9 + 14,6 = 21,5 kN/m

(d) Pembebanan Tetap-30 hari sampai 5Y, tahun

Gambar 8-1. Respons tergantung-waktu dari balok yang dibebani beban tetap.
Lendutan ke aras, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel
259

50
1111111116111
40 ..., bentang19 8m
,
I
- --

Analisis dengan menggunakan program P BEA M oleh Suttikan

30
(e) Variasi .:.<;_ terhadap waktu

E
E 20

tanpa rebar

10 \/ 4batang-016
'-----
---

Skala berbeda
-10

6,9 kN/m 6,9 kN/m 14,6 kN/m 21,5 kN/m


Beban tetap ,kN/m
w = w = + =

(berat balok) (berat balok + 14,6 kN/m)

Gambar 81. (Sambungan)

lok sederhana dengan ben"tang 65 ft. Tabel 8-1 memperlihatkan data untuk analisis dengan
beban tetap.
Analisis menunjukkan bahwa tegangan baja pada tengah-tengah bentang berubah dari
1400 MPa pada awal penarikan di pelataran penarikan menjadi 1 234 MPa setelah 48 jam.
Perubahan tegangan di dalam 20 strand stress-relieved dengan diameter 1 2,7 mm disebab
kan oleh relaksasi baja ditambah perpendekan elast* dari beton pada waktu peralihan gaya
prategang. Gambar 8-1(e) memperlihatkan lendutan ke atas yang langsung terjadi pada saat
peralihan gaya prategang yaitu 28 mm akibat gaya prategang dan berat balok sebesar we =
6,9 kN/m pada bentang sejauh 1 9,8 m. Dengan gaya prategang dan beban we yang ditahan
selama 30 hari, kita dapatkan bahwa lendutan ke atas bertambah menjadi kurang lebih 44
mm untuk balok hanya dengan strand tetapi hanya sebesar 38 mm lebih sedikit pada balok
yang juga mengandung 4 batang tulangan berdiameter 1 6 mm seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 8-1(b).
Tambahan beban sebesar 14,6 kN/m pada balok seperti pada Gambar 8- 1(d)menghasil
kan lendutan langsung yang ke bawah sebesar 25,4 mm, Gambar 8- l(e). Tegangan baja di
strand berubah menurut waktu selama selang waktu penahanan pembebanan selama 30 hari
sebesar 1 155 MPa dan untuk 3 tahun menjadi 1 057 MPa. Lendutan dengan ketergantungan
waktu dengan beban balok ditambah 6,9 kN/m (seluruhnya 21,5 kN/m) dari 30 hari sampai
3 tahun diperlihatkan pada Gambar 8-l(e). Cukup menarik untuk diamati bahwa balok ini
dengan tanpa tulangan pada dasarnya tidak melendut sampai 3 tahun dengan perilaku pem
bebanan ini, sementara itu balok pasangannya dengan penambahan tulangan No. 5 sebanyak
4 batang (bar) mempunyai lendutan ke bawah (sedikit lebih besar dari 6,4 mm). Tegangan
akhir dari baja sebesar 1051 MPa adalah kurang lebih 24,7% kurang dari (semua kehi!ang
an) tegangan awal sebesar 1400 MPa.
260 Desain Struktur Be ton Prategang

Hasil-hasil analisis yang canggih, Tabel 8-1 dan Gambar 8-l(e), yang dijelaskan dengan
contoh akan menolong seseorang untuk membayangkan lendutan terhadap waktu yang
dapat diperkirakan pada balok beton prategang dengan perubahan pada .beban tetap. Me
tode pendekatan yang akan dibahas kemudian pada bab ini meninjau 30 hari pertama aki
bat berat balok baja sebagai selang waktu sampai waktu pengangkatan. Beban mati yang
tetap ditambahkan pada kira-kira 30 hari dan lendutan setelah 3 tahun dengan penambahan
beban ini boleh dipertimbangkan sebagai lendutan akhir komponen struktur tipikal. Se
mentara contoh di atas menjelaskan pengaruh penambahan tulangan baja biasa pada peri
laku lendutan, kita jumpai bahwa ketelitian sedemikian berada di luar lingkup dari banyak
metode pendekatan dan bahkan beberapa program komputer telah dikembangkan untuk
mengatasi analisis ini.
Pada bab ini hanya diberikan prosedur perhitungan pendekatan untuk memperkirakan
lendutan ke atas (camber) atau lendutan ke bawah pada balok beton prategang. Persyaratan
perancangan seringkali adalah untuk memperkirakan berapa lendutan yang diperkirakan
terjadi saat penarikan/pemberian gaya prategang pada balok, seperti juga lendutan yang ter
jadi beberapa waktu setelah balok memikul beban kerjanya selama beberapa bulan. Kerap
kali tidak dibtuhkan jawaban yang pasti karena lendutan yang diizinkan tidak didefinisi
kan dengan tepat. Sehingga, prosedur yang agak kasar dan kira-kira untuk mendapatkan
perkiraan lendutan di dalam perancangan sudah memadai dan prosedur yang lebih rumit
tidak dicakup (walaupun pembaca harus menyadari adanya program komputer seperti ter
tera pada Kepustakaan 8).

T ABEL 8-1 Hasil-hasil Anahsis dengan Program PBEAMa


(ba1ok dari Gambar 8 - 1 dan Contoh 8 - 1 )

. Balok dengan
Balok dengan 20 Strand

20 Strand Di_tambah Empat Tulangan


fsi awal et 1400 MPa Berdiameter 16 mm

=

et. !J.t
Beban waktu IJ.f,cr. /,cr. IJ.f,cr.
/,et.
(kNjm) (hari) (mm) (MPa) (MPa) (mm) (MPa) (MPa)
0 41,1 1209 39,3 1213 .
Wc=6,9 kNjm 27,3 1233 188 25,8 1233 163
31,6 1208 189 29, 7 1213 183
36,6 1175 222 34,0 1181 214
39,6 1153 244 36,4 1160 235
42,5 1129 268 38,6 1138 258
44,6 1109 288 40,2 1119 276
tambahan D.L. 19,1 1155 242 15,1 1156 212
=14,6 kNjm 13,4 1152 245 9,5 1160 235
+We= 6,9 kNjm
37 10,9 1150 247 7,0 1158 237
45 8,4 1145 252 4,3 1153 242
60 6,2 1130 1,9 1144
0, I
267 251
80 4, 7 1124 273 1134 261
110 3,6 1113 284 -1,5 434 272
2,7 1102 295 -2,7 1113
I ,5 I 082
150 282
300 315 -4,5 1094 301
1095 0.4 1057 340 -6,6 1070 325
2000 -0,3 1051 346 -7,7 1065 331

@2000 hari: !J.f;_' = 2 4 , 7% kehilangan total = 23 , 7% kehilangan total

3 Analisis lendutan yang tergantung waktu -lihat Kepustakaan 8.


Lendutan ke atas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 261

t-------------------i
Balok prategang

'------'Htttt11-t-----Jr-
Benda-bebas beton

Gambar 8-2. Perhitungan lendutan akibat gaya prategang.

Lendutan ke atas atau lendutan akibat gaya prategang dapat dihitung dengan dua me
tode. Metode pertama adalah dengan mengambil beton sebagai benda-bebas yang terpisah
dari tendon, yang digantian dengan sistem gaya yang bekerja pada beton, Gambar 8-2. Hal
ini membutuhkan perhitungan komponen gaya yang benar pada angkur ujung ditambah
dengan gaya transversal atau radial pada setiap lekukan tendon. Metode ini dapat dipakai
pada balok di atas dua perletakan atau balok menerus. Asumsi-asumsi berikut dibuat untuk
menyederhanakan:

I. Penampang bruto beton seringkali dapat digunakan dalam menghitung momen inersia,
meskipun penampang netto beton merupakan nilai yang lebih tepat.
2. Gaya prategang yang menyebabkan lendutan ada di antara nilai awal dan nilai akhir
efektif. Dipertimbangkan cukup teliti bila mengambil sebuah nilai yang layak untuk
perhitungan.
3. Komponen gaya prategang sepanjang balok dianggap konstan kecuali jika terjadi ke
miringan tendon yang cukup besar. Komponen yang melintang terhadap balok dihitung
sebagai gaya prategang dikalikan kemiringan dari kabel kecuali jika sudutnya terlalu
besar.

4. Di tempat di mana tendon melekuk dengan mendadak, komponen transversal dapat di


anggap sebagai gaya terpusat; bila tendon membentuk lengkungan yang cukup datar,
beban transversal dapat dianggap terdistribusi sepanjang lengkungan.
5. Semua perhitungan dapat didasarkan pada sumbu c.g.s. dan tendon diperlakukan se
bagai keseluruhan dan bukan terpisah-pisah.

6. Lendutan akibat geseran cukup kecil untuk balok-balok prategang dengan perbanding
an biasa dan dapat diabaikan.

Cara perhitungan yang kedua didasarkan pada anggapan yang sama dengan di atas, te
tapi, tanpa menghitung gaya-gaya dari kabel di tendon, sebuah diagram momen dihasilkan
oleh tendon yang digambarkan langsung dari profil c.g.s. Untuk balok-balok statis tertentu,
diagram bidang momen mirip dengan profil eksentrisitas dari garis c.g.s.; sehingga kita ha
nya perlu memetakan profil eksentrisitas dengan skala yang lain untuk mendapatkan dia
gram bidang momen. Maka perhitungan lendutan dari bidang momen dapat dilakukan
dengan cara apa saja seperti yang diberikan pada dasar-dasar kekuatan bahan (mekanika
teknik dasar). Prosedur ini seringkali lebih sederhana daripada yang pertama karena tidak
menyinggung perhitungan gaya-gaya akibat gaya tendon. Tetapi pada waktu dipakai pada
balok statis tak-tentu, cara !tu harus dimodifikasi disebabkan oleh momen yang dihasilkan
oleh gaya reaksi redundan sebagai akibat gaya prategang, yang akan diterangkan pada Bab
10.
erat sendiri balok akan bekerja bersamaan dengan gaya prategang, yang akan meng
hasilkan lendutan yang tergantung pada kondisi perletakan. Lendutan tersebut dapat dihi-

/
262 Desain Str'uktur Beton Prategang

tung dengan cara teori elastik biasa. Lendutan total dari balok didapat dengan menjumlah
kan secara aljabar lendutan akibat gaya prategang dan berat sendiri.

CONTOH 8-1

Sebuah balok beton di atas dua perletakan dengan bentang 10 m, Gam bar 8-3, diberi gaya
pasca-tarik dengan baja mutu-tinggi seluas 7 80 mm dengan gaya prategang awal 965 MPa
2

segera setelah diberi gaya prategang. Hitung lendutan awal pacta tengah-tengah bentang
akibat gaya prategang dan berat sendiri balok, anggaplah Ec = 2 8 X 103 MP a. Perkirakan
lendutan setelah bulan, anggaplah koefisien rangkak Cc= 1, 8 dan gaya prategang efektif
I!
saat itu 825 MPa.
Penyelesaian Gunakan metode pertama, ambil beton sebagai benda-bebas (free body)
dan gantilah tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pacta beton. Tendon parabola dengan
ordinat tengah 150 mm digantikan dengan beban merata yang bekerja sepanjang ba1ok
dengan besar
XFh X(965)(7l\0)(150)X10 6

L2
w = --= = 903kN/m
'

(10)

nimbulkan momen 965 X 780 X 25 X 10- 6


Sebagai tambahan, acta dua beban eksentris yang bekerja di ujung balok. Masing-masing me
18,8 kN-m.
Karena berat ba1ok adalah 3;25 kNjm, beban merata netto pacta beton ada1ah 9,03 -
=

3,25 = 5,78 kN/m, yang menimbulkan 1endutan ke atas pada tengah-tengah bentang yang
diketahui dengan rumus 1endutan biasa

I= 300X4503/12 = 22,78X 10 mm4


5wL4
!:,.

= 384/
5 (5 78X 10 3 )(10 4 )( 10 3 )3
,

384(28X 103)(22,78X 10)


=11,8 mm

p E 300
E mm


L 11 -
100 mm
-----1om-------
r r]
Tampak Ujung

753 kN
Tampak Balok
x 0,025 m

_____i

Momen Akibat Ga ya Prategang

Momen Akibat Berat Balok

Momen Akibat Beban Hidup P

Gambar 8-3. Contoh 8-1 dan 8-2.


Lendutan ke atas, Lendutdn ke bawah; Tata-letak Kabel 263

Momen-momen ujung menimbulkan lendutan ke atas yang diberikan oleh rumus

ML2

== (18,8X I06)(IOx 103)2


== 8/

== 3,7
8(28X 103)(22,78X !OH)
mm

8 -3 7 = 8
Jdi lendutan netto akibat gaya prategang dan berat balok adalah

11 , , ,l mm ke atas

Jika kita mengikuti metode kedua, tidaklah perlu untuk menghitung gaya-gaya antara
tendon dan beton. Sebagai gantinya, diagram momen digambarkan dari kurva eksentrisitas
tendon, dan lendutan dihitung dari sana. Untuk mempermudah perhitungan, diagram mo
men dapat dibagi dalam dua bagian, parabola dan persegi panjang (Gambar 8-3). Dengan
prinsip luas-momen (area-moment) atau metode yang serupa, lendutan ke atas akibat gaya
prategang menjadi

5FhL2 MC
== 48/ - 8/
5(965X 780)( !50)(10X 103) 2 (965X 780X 25)( !OX 103 ) 2

48(28X 103}(22,78X !OX) 8(28X 103)(22.78X IOR)


== 18,4-3,7
== 14,7 mm

Lendutan ke bawah akibat berat ba1ok 3,25 kNfm diberikan o1eh


== --
5wL4
384/
==
5(3,25X 103)(104)(103)3
384(28X 103)(22,78X l08)
== 6 6 mm
'
Resultan lendutan adalah 14,7- 6,6 = 8, 1 mm ke atas, jawaban ini sama dengan me
tode pertama.
Sementara pembahasan di atas memberikan lendutan awal, lendutan yang mungkin
terjadi harus dimodiflkasi oleh dua faktor: pertama, kehilangan gaya prategang, yang cen
derung untuk mengurangi lendutan; dan kedua, pengaruh rangkak, yang cenderung untuk
menambah lendutan. Karena gaya prategang berkurang dari 965 sampai 825 MPa, lendutan
akibat gaya prategang dapat diubah oleh faktor 825/965. Kemudian, untuk pengaruh rang
kak, lendutan netto harus ditambahkan dengan koefisien 1,8. Jadi, jika balok tidak di
bebani beban eksternal, lendutan yang mungkin terjadi setelah 14 bulan dapat diperkirakan

( 14,7X )
sebagai

825
965
-6,6 1,8 = 10,7 mm ke atas

Perhitungan lendutan akibat beban eksternal sama seperti pada balok tanpa gaya pra
tegang. Sepanjang beton belum retak, balok dapat diperlakukan sebagai benda homogen
dan teori elastisitas biasa dapat digunakan untuk perhitungan lendutan.
Jika balok direkatkan pada saat pemakaian beban, penampang yang ditransformasikan,
termasuk baja, harus dirnasukkan pada waktu menghitung momen inersia. Jika tidak di
rekatkan, agar secara teoretis benar, penampang netto beton harus digunakan dan pengaruh
perubahan gaya prategang pada tendon akibat pembebanan harus diperhitungkan. Akan
tetapi, untuk tujuan praktis, sudah cukup teliti jika dipakai penampang total beton di
dalam perhitungan dan mengabaikan perubahan gaya prategang. Hal ini akan banyak me-
264 Desain Struktur Beton Prategang

nyederhanakan prosedur dan praktis akan menghasilkan hasil yang sama. Harus selalu di
ingat bahwa kesulitan yang paling besar untuk menghasilkan lendutan yang benar adalah
pemilihan nilai Ec yang layak dan pertimbangan yang akurat untuk pengaruh rangkak.
Sewaktu balok dibebani oleh beban yang lebih besar dari beban kerjanya (atau men
dekati besarnya beban kerja), tegangan tarik akan timbul pada balok. Sepanjang balok
belum retak, teori elastisitas masih dapat digunakan untuk perhitungan lendutan. Meskipun
modulus elastisitas tarik mungkin berbeda dari tekan, perbedaannya tidak cukup berarti
untuk mengubah sifat lendutan karena pada tahap _itu tegangan tarik hanya timbul pada
bagian yang kecil dari balok.
Pada waktu retak-retak mulai terjadi pada balok, sifat lendutan akan mulai berubah.
Bahkan pada permulaan retak-retak, saat masih merupakan retak-retak rambut yang hampir
hampir tidak terlihat oleh mata telanjang, penampang efektif dalam melawan momen akan
menjadi penampang retak sebagai pengganti seluruh penampang beton. Bila retak-retak
makin bertambah dalam, momen inersia penampang akan makin bertambah kecil sampai
penampang retak mempunyai momen iPJ.ersia sekitar setengah atau sepertiga dari penam
pang tidak retak. Di samping itu, beton akan dibebani tegangan reta-rata yang lebih tinggi
dan oleh karena itu akan memiliki nilai Ec rata-rata yang lebih rendah. Sehingga lendutan
balok akan bertambah lebih cepat daripada sebelum retak. Akan tetapi, harus diketalrui
bahwa hanya sebagian dari balok yang mengalami momen yang lebih rendah masih tetap
tinggal dalam keadaan baik. J adi lendutan balok akan bertambah cepat jika retak-retak ber
tambah banyak. Ha! ini diperlihatkan secara grafis pada Gambar 8-4.
Pada waktu beban yang bekerja dilepaskan, balok akan kembali ke posisi semula meski
pun retak-retak telah banyak terjadi, dengan catatan bahwa gaya prategang pada baja tidak
mengalami kehilangan apa pun akibat beban berlebih. Umumnya akan ada lendutan sisa
yang tertinggal pada balok, tergantung dari tingkat dan lamanya pembebanan. Lendutan
sisa seperti itu seringkali diakibatkan o!eh plastisitas beton dan dapat sebesar beberapa per
sen lendutan total pada pembebanan pertama, tetapi sulit diketahui untuk pembebanan ke
dua dan ketiga. J ika beban tetap bekerja untuk beberapa lama, m aka lendutan sisa akan di-

Beban batas

Beban retak
c
"'
.0
Q)
m Beban kerja

Lendutan
akibat +[

I -
be ban gel agar

I/
I

Lend utan-

Lendu tan ke atas


(camber) aki bat gaya prategan

Ganibar 8-4. Kurva lendutan beban pada sebuah balok prategang.


Lendutan ke atas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 265

timbulkan sebagai hasil rangkak tetapi kebanyakan hal ini dapat hilang secara berangsur
angsur setelah beban diangkat.
Bila retak-retak telah berkembang sampai ke tingkat yang berarti, bagian dan baja di
dekat dan sepanjang retak mungkin tertarik sampai di luar batas elastis atau batas rangkak.
Pada keadaan seperti itu akan ada kehilangan gaya prategang atas pelepasan beban. Jumlah
kehilangan ini pada dasarnya tergantung dari tingkat beban-berlebih (overload); jika jumlah
deformasi yang tetap besarnya sama atau melampaui regangan gaya prategang, gaya pra
tegang dapat hilang seluruhnya. Jadi, pada waktu pembebanan kembali, penampang balok
akan berperilaku seperti bukan balok prategang (balok biasa) yang ditulangi oleh baja mutu
tinggi. Retak-retak akan terlihat/muncul lebih awal meskipun beban keruntuhan batas
mungkin tidak berkurang.
Uraian di atas mengenai lendutan balok dapat digunakan baik pada balok dengan ten
don terekat atau pun tictak terekat. Balok-balok dengan tendon tidak terekat seringkali di
percayai hampir sekuat balok dengan tendon terekat sejauh baja masih dalam batas elastis.
Akan tetapi, balok-balok dengan tendon terekat dapat memikul beban yang lebih tinggi se
belum terjadi kehancuian beton.
Setelah beton retak, retak-retak akan terlihat kembali segera setelah tegangan tarik
timbul kembali pada bagian itu. Tegangan tarik tidak harus mendekati modulus keruntuhan
agar retak-retak muncul kembali. Sehingga, antara beban kerja dan beban retak, balok akan
melendut sedikit lebih besar setelah retak yang terjadi sebelumnya.

CONTOH 8-2
Untuk balok pada Contoh 8-l, hitunglah lendutan di tengah-tengah akibat beban terpusat
1
45 kN yang bekerja di tengah-tengah bentang, bila balok berumur 1 bulan setelah .diberi
gaya prategang. Anggaplah lendutan ke atas (camber) sebesar 10,7 mm pada saat sebelum
bekerjanya beban 45 kN seperti yang dihitung pada Contoh 8-1.
Penyelesaian Jika balok dengan tendon terekat, momen inersia penampang harus di
hitung atas dasar penampang yang ditransformasikan termasuk baja, tetapi dapat diperkira
kan dengan menggunakan penampang total (bruto) beton. Perhatikan juga bahwa modulus
elastisits Ec mungkin lebih besar pada saat beban bekerja daripada saat peralihan gaya pra
tegang, tetapi untuk penyederhanaan dapat dianggap besarnya 28 X 103 MPa. Dengan meng
gunakan persamaan biasa untuk lendutan, diperoleh

pi_'
=
48El

(45 X 101 )(I 0 X I 01)1


48(28 X103 )(22,78 X108)

=
14,7 mm

yang merupakan lendutan sesaat ke bawah akibat sebuah beban sebesar 45 kN. Karena
lendutan sebelum beban bekerja adalah 10,7 mm ke atas, lendutan seluruhnya menjadi
14,7 mm- 10,7 = 4 mm ke bawah. Jika pembebanan ditahan untuk selang waktu tertentu,
akibat rangkak dari pembebanan tersebut harus diperhitungkan. Juga, jika beban cukup
berat untuk menimbulkan retak, maka teori elastik untuk menghitung lendutan hanya da
pat dipakai sebagai penuntun untuk perkiraan.

Pengalaman membuktikan bahwa sangat sulit untuk meramalkan lendutan ke atas pada
balok beton prategang dengan teliti, karena mereka berubah-ubah tidak hanya karena Ec
dan rangkak beton, tetapi juga usia beton, keadaan perletakan yang sebenarnya, perbedaan
suhu dan susut pada serat atas dan bawah, dan variasi sifat beton di atas dan di bawah.
Umumnya haruslah dipunyai pengalaman yang cukup mengenai hasil produksi dari suatu
pabrik sebelum ramalan lendutan yang teliti dibuat.
266 Desain Struktur Beton Prategang

Untuk balok pratarik, besar gaya prategang bervariasi selama peralihan pada ujung.
Variasi tegangan ini diabaikan pada waktu menghitung lendutan ke atas, tetapi mungkin itu
hams diperhitungkan jika ketelitian yang lebih besar diinginkan. Akan tetapi, modifikasi
terhadap waktu dari gaya prategang efektif rata-rata pada komponen stmktur sepanjang
ben tang merupakan faktor yang penting. Seperti yang digambarkan pada Contoh 8-1, len
dutan ke atas awal akibat gaya prategang adalah respons awal terhadap gaya prategang.
Pengurangan gaya prategang pada kemudian hari diperhitungkan dengan memakai per
bandingan gaya prategang efektif di kemudian hari dibagi dengan gaya prategang awal un
tuk memodifikasi perhitungan lendutan awal akibat gaya prategang.
Pemakaian koefisien rangkak, Cc, untuk lendutan yang tergantung. dari waktu digam
barkan di Contoh 8-1. Dalam soal itu dianggap Cc = 1,8 pada 14 bulan adalah layak untuk
memodifikasi lendutan elastik. Konsep modulus elastisitas yang direduksi, E, dari beton
telah pula dipakai untuk memperhitungkan akibat rangkak beton pada lendutan dengan
memakai persamaan-persamaan elastik. Kita hams menyadari bahwa hanya dengan metode
perhitungan saja, perkiraan lendutan tambahan terhadap waktu akibat beban-tetap dapat
diperoleh. Persentase rangkak yang akan terjadi akibat waktu diberikan dalam Gambar 2-3
di dalam membicarakan perilaku bahan beton. Juga, nilai Cc diambil sebesar 3,0 untuk
desain biasa di mana

di mana o t = regangan total


o; = regangan sesaat (elastik)
6c = regangan rangkak

Gambar 8-5 memperlihatkan 2 tingkatan tegangan di mana beban-tetap dapat meng


hasilkan regangan rangkak. Perhatikan dari gambar ini bahwa dengan memakai Cc 3 un =

tuk rangkak total setelah beban-tetap dalam jangka waktu yang lama (6c sama dengan dua
kali regangan 6;) akan dihasilkan modulus elastisitas yang direduksi yang kurang lebih
i dari modulus elastisitas beton. Jika tersedia keterangan mengenai sifat rangkak dari beton

c
"'
Ol
c
"'
Ol
.,
....

6;2
fc2
0,4x26;/(
6, ""26i1 / \
[cl Modulus yang direduksi setelah
selang waktu yang lama dari beban tetap

Regangan

Gambar 8-5. Modulus elastisitas beton yang direduksi.


Lendutan ke a tas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 267

pada balok tertentu, nilai dari modulus elastisitas yang direduksi ini dapat diperkirakan
lebih teliti daripada hanya menganggap E = Ec seperti terlihat pada Gambar 8-5.
Faktor penting adalah regangan rangkak De dari bahan. Jika kita ingin memakai modu
lus yang direduksi untuk beberapa saat dari pembebanan tetap yang menghasilkan kurang
dari 1 00% rangkak, Gambar 2-3 dapat dipakai untuk memperkirakan nilai De rata-rata un
tuk selang waktu yang diinginkan. Sebagai contoh, pembebanan tetap selama 45 hari akan
memberikan 40% rangkak total, menghasilkan modulus yang direduksi E =Eel1,8 seperti
terlihat pada Gambar 8-5. Persamaan-persamaan elastik untuk lendutan akan dipakai untuk
menghitung lendutan akibat beban tetap, dengan memasukkan nilai yang telah direduksi
sebagai ganti Ec. Perhatikan bahwa hal ini menghasilkan I ,8 kali lendutan elastik dan iden
tik dengan pemakaian Cc = 1,8 sebagai pengubah seperti yang dipakai dalam Contoh 8-1
untuk lendutan setelah 45 hari.
Metode pendekatan untuk memperkirakan lendutan ke atas dari sebuah komponen se
telah selang waktu tertentu adalah dengan memakai angka pengali yang memungkinkan
kita untuk memperhitungkan akibat rangkak (modulus reduksi) yang diterangkan sebelum
nya dan faktor-faktor lain. Tabel 8-2 memperlihatkan angka pengali yang diturunkan oleh
Martin.9 Tabel ini dipakai diPCI Design Handbook untuk memperkirakan lendutan ke atas

TABEL 8-2 Angka pengali yang diusulkan untuk digunakan sebagai pedoman dalam
memperkirakan lendutan ke atas dan lendutan jangka-panjang untuk
komponen struktur tipikala

Dengan
Tanpa Lapisan Lapisan Aras
Atas Komposit Komposit

Saat pengangkatan
1. Komponen lendutan (ke bawah) diguna
kan untuk lendutan elastik akibat berat
komponen struktur saat pelepasan gaya
prategang. 1,8 5 1,85
2. Komponen lendutan (ke atas) digunakan
untuk lendutan elastik ke atas akibat gaya
prategang saat pelepasan gaya prategang.
1,80 1,80
Akhir
3. Komponen lendutan (ke bawah) diguna
kan untuk lendutan yang dihitung pada
(1) di atas. 2,7 2,4
4. Komponen lendutan (ke atas) digunakan
pada lendutan ke atas (camber) yang di
hitung pada (2) di atas. 2,45 2,2
5. Lendutan (ke bawah) digunakan pada len
dutan elastik hanya akibat beban mati di
atasnya. 3,0 3,0
. 6. Lendutan (ke bawah) digunakan pada len
dutan elastik yang disebabkan oleh lapis
an atas komposit. 2,30

aDari Kepustakaan 9. PC! Design Handbook menggunakan angka pengali yang sama untuk memperoleh
lendutan.
268 Desain Struktur Beton Prategang

dan lendutan dalam jangka waktu yang panjang pada komponen struktur yang tipikal. Len
dutan pada waktu "pengangkatan" dan "tahap akhir" umumnya bersesuaian dengan waktu
seperti yang dibicarakan pada awal bab ini dan ditampilkan pada Gambar 8-1 dari analisis
yang lebih terinci. Kita dapat mengamati bahwa angka pengali pada Tabel 8-2 berbeda
beda menurut lamanya beban tetap. Faktor 1 ,8 untuk komponen lendutan ke atas akibat
gaya prategang bersesuaian dengan koefisien rangkak Cc = 1 ,8, dipakai pada Contoh 8 - 1
untuk lendutan setelah 1 bulan. Gambar 8-4 memperlihatkan bagaimana pengaruh waktu
dapat diatasi dengan memakai modulus yang direduksi, , untuk menghitung lendutan.
Dijumpai bahwa Cc = 1 ,8 (atau = Ec/1 ,8) bersesuaian dengan sekitar 40% pengaruh
rangkak yang mungkin terjadi pada pembebanan jangka-panjang. Koefisien rangkak sebesar
3,0 untuk lendutan jangka panjang {atau = Ec/3) diperlihatkan pada Tabel 8-1 sebagai
angka pengali pada perhitungan lendutan akhir ke bawah akibat beban mati di atasnya..
Tabel ini juga mengusulkan angka pengali untuk digunakan pada komponen struktur dengan
lapisan atas komposit. Angka pengali pada Tabel 8-2 membutuhkan pembaharuanfmodifi
kasi berdasarkan pengalaman sehingga diperoleh data yang lebih aktual untuk dibandingkan
dengan lendutan tergantung-waktu yang diperkirakan, tetapi sudah cukup teliti untuk
menghindarkan terjadinya problem lendutan yang tergantung-waktu yang serius dalam
desain komponen struktur beton prategang.

CONTOH 8-3
(kehilangan gaya prategang terhadap waktu untuk ba1ok yang sama ini dihitung pada Con
toh 4-5).
Gunakan angka-pengali 1endutan dari Tabe1 8-2 untuk memperkirakan 1endutan ba1ok yang
diberikan da1am Gambar 8-1. Sifat-sifat penampang diketahui: A = 2 86 X103 mm2, I=
3 ,39 X 1010 mm4, Sx = 70 X 106 mm3, wa = 6,86 kN/m, dan M a = 3 36,6 kN-m.
Penyelesaian Se1esaikan 1endutan dengan menggunakan angka pengali dari Tabe1 8 - 1
'
untuk tahap sete1ah pera1ihan (tanpa tu1angan baja):
(a) Saat pera1ihan:
PeL2 (1 2 24 X 1975)(340)( 19, 8 )2 X 106
(gaya prategang) = 45 mm(t)
8EI 8 (26,34 X 103 )(3 ,39 X1010)

5waL4 5(6,9 )( 19, 8 )4 X 1012


(beban wa) -- ----'---'------
-'--2 -::-'-
-' ---=- = 16 mm( -1.-)
3 84/ 3 84 (26,34 X 103 )(3,39 X1010)

Perkiraan 1endutan ke atas saat peralihan = 29 mm(t)

(b) Saat pengangkatan: (anggap 30 hari sebagai perkiraan, gunakan angka pengali saat
pengangkatan dari Tabel 8 -2 )

PeL2
(gaya prategang) -- = (45)( 1 ,80) = 8 1 mm(t)
8EI

5waL4
(beban wa) = (16)(1,85) = 30 mm(-1.-)
8EI
Perkiraan 1endutan ke atas saat pengangkatan = 51 mm(t)
(c) Sete1ah 3 tahun: (beban tetap sebesar 14,6 kNfm ditambahkan pada 30 hari dengan
menggunakan angka pengali Tabe1 8-2 , akhir)

PeL2
(gaya prategang) -- = (45)(2,45) = 1 10 mm(t)
8EI
Lendutan ke atas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 269
5 wal4
= ( 16)(2 ,70) = 43 mm(t)
3 84/
4 (5 )(14,6 )( 19,8)4 X10 12
.::l(beban w) --
5 wl
0 (3 , 0) = 85 mm( t)
3 841 3 84(3 0,2 9 X10 3)( 3,3 9 X10 1 )

.::1 akhir yang diperkirakan = 18 mm(t)

Bandingkan hasil-hasil lendutan balok yang diperkirakan tanpa penulangan dengan


hasil-hasil analisis yang lebih eksak dengan PBEAM seperti diperlihatkan pada Gambar
8- l (e):

.:l .:l
(Angka pengali PCI, Tabel 8-2) (PBEAM)

Peralihan 29 mm(t) 2 7 mm(t)


Pengangkatan (3 0 hari) 5 1 mm(t) 45 mm(t)
Akhir (5 tahun) 18 mm(t) 0,3 mm(t)

Perkiraan lendutan saat pengangkatan dengan menggunakan angka pengali PCI sedikit lebih
tinggi dari hasil analisis yang lebih eksak (PBEAM). Jika pengangkatan diadakan setelah
lebih dari 30 hari, lendutan ke atas akan bertambah tetapi pemetaan .::1 terhadap waktu
pada Gambar 8 - l (e) menunjukkan bahwa besarnya lendutan ke atas pada saat berumur
50 hari masih kurang dari 50 mm. Untuk balok ini perkiraan lendutan ke atas saat peng
angkatan sedikit lebih tinggi dengan menggunakan angka pengali yang diusulkan. Perhati
kan bahwa kita dapat memodifikasi angka pengali untuk mnghasilkan ketepatan yang lebih
baik jika itu diperlihatkan sebagai keadaan yang berlaku. Pengamatan yang sama dapat di
lakukan terhadap lendutan akhir. Angka pengali menghasilkan lendutan yang lebih besar
sekitar.16 mm daripada yang diperkirakan PBEAM. Lendutan ke bawah ini, meskipun lebih
aman bila dibandingkan dengan hasil PBEAM, masih tetap kurang dari 3 ! 0 X bentang =55
mm. Pembatasan lendutan mengikuti Tabel 9-S(b) dari Peraturan ACI bukanlah merupakan
suatu masalah. Alasan dibuatnya perkiraan lendutan ini adalah untuk menjamin kemampu
layanan yang memenuhi syarat, dan perkiraan lendutan dengan angka pengali PCI akan
memberikan ketelitian yang cukup untuk melakukan pengecekan terhadap kasus-kasus yang
dijumpai dalam desain.
Respon lendutan terhadap beban hidup transien dapat dibuat dengan menggunakan
modulus elastisitas beton, Ec. Perkiraan yang realistis mengenai kekuatan beton yang se
sungguhnya pada saat pembebanan harus dilakukan dan persamaan ACI untuk Ec akan
memberikan perkiraan modulus elastisitas, yang layak untuk digunakan dalam perhitungan
lendutan.

(2-1)

di mana w = berat satuan beton


!' = kekuatan ,beton
Ec = modulus elastisitas beton

Perhatikan bahwa persamaan ini berlaku untuk beton-ringan seperti juga pada beton
normal. Untuk beton-ringan tipikal, nilai Ec akan sekitar 75% nilai beton-normal.
Dalam praktek sebaiknya dapat dibuat keseimbangan lendutan yang dihasilkan oleh
beban mati dengan lendutan ke atas yang dihasilkan oleh gaya prategang jika memungkir.-
270 Desain Struktur Beton Prategang

(a) Parabola L'


=-(5/'yf)
Sederhana 8/ 6 1

(b) Parabola
Offset

-
(c) c.g.s.
Lurus i L'
tl.=-
8/
(M,)

t
(d)
tl.=!!._(M,+M,l
1-Titik
Patah
Y2 8/

(e) 2-Titik
Patah

Garnbar 8-6. Persamaan-persamaan untuk menghitung lendutan ke atas di tengah bentang akibat gaya
prategang (balok di atas dua perletakan).

kan. Bila hal ini tercapai, rangkak akibat lendutan dan nilai variabel Ec yang tinggi akan
memiliki pengaruh yang kecil pada lendutan ke atas atau lendutan. Seringkali seorang pe
rancang dapat mengambil sedikit lendutan ke atas pada balok sehingga rangkak akibat len
dutan cenderung untuk mengangkat balok ke atas yang akan membuat seimbang lendutan
ke bawah yang diakibatkan oleh kehilangan gaya prategang. Juga perlu dipethatikan bahwa
jika lendutan ke atas (camber) awal terlalu kecil, kadang-kadang dapat timbul sag,.* Lendut
an ke bawah ini pada struktur beratap datar dapat menyebabkan genangan air selama hujan
deras, terutama bila saluran air tidak cukup tersedia atau penempatannya tidak tepat, atau
jika saluran air tersumbat. Penambahan beban dari air yang tergenang telah diketahui akan
dapat menimbulkan kerusakan pada komponen struktur atap yang langsung dan peka ter
hadap lendutan, karena jumlah air yang banyak dapat terkumpul akibat hujan yang sangat
deras. Untuk mengalirkan air di atap, tindakan pencegahan yang positif berupa drainase
yang baik lebih dapat diandalkan daripada tergantung dari lendutan ke atas.
Beberapa persamaan yang sederhana dituliskan pada Gambar 8-6 untuk menghitung
lendutan ke atas akibat gaya prategang. Persamaan-persamaan ini diturunkan dari prinsip
luas-momen yang telat dikenal. Dengan memisahkan nilai M dan menggabungkan suku
suku L, E , dan I bersama-sama, pekerjaan perhitungan berkurang dan pengecekan jawab an
dibuat lebih mudah. Pada persamaan-persamaan ini, momen M di setiap penampang di
hitung dengan gaya prategang F (atau lebih teliti lagi komponen horizontal dariF) dikali
kan dengan ordinaty yang bersesuaian,jadi
=
M1 Fy1
dan

*cekungan.
Lendutan ke atas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 271

Data yang akurat mengenai lendutan balok beton prategang setelah retak sangat ku
rang. Karena kelangsingannya, 'kebanyakan dari balok ini mengalami lendutan yang cukup
besar sebelum mengalami keruntuhan batas. Sehingga mereka cukup lenting di daerah plas
tis seperti juga pada daerah elastik dan memiliki kemamp,uan menyerap energi yang tinggi.
Sudut rotasi batas dari penampang balok dapat diperkirakan dengan menempatkan garis
netral batas dari dengan menggunakan regangan tekan satuan maksimum pada beton se
besar 0,003 . Lendutan-batas balok dapat ditentukan secara akurat dengan porsedur pen
jumlahan jika hubungan momen-kelengkungan diketahui untuk setiap penampang balok
(Bab 5, Pasal 5-7). Perhatikan bahwa bila sebuah balok runtuh, hanya bagian terbatas yang
mengembangkan kemampuan rotasi penuh, sementara bagian-bagian lainnya akan dibebani
momen yang lebih kecil dan oleh karenanya juga rotasi yang lebih kecil.

8-2 Tata-Letak Balok di Atas Dua Perletakan


Tata-letak sebuah balok beton prategang di atas dua perletakan ditentukan oleh dua pe
nampang kritis: penampang di mana momen maksimum dan penampang di ujung. Setelah
penampang-penampang ini didesain, penampang di antaranya seringkali dapat ditentukan
dengan pengawasan tetapi harus diamati secara terpisah bila perlu. Penampang momen
maksimum ditentukan dari dua tahap pembebanan, tahap awal saat peralihan dengan mo.
men minimum M a yang bekerja pada balok dan tahap beban keija dengan momen desain
maksimum Mr. Penampang-penampang ujung dikontrol dengan luas yang dibutuhkan
untuk perlawanan terhadap geseran, pelat bantalan, jarak angkur, dan jarak bersih dong
krak. Seluruh penampang-antara dirancang dengan satu atau lebih dari persyaratan di atas,
tergantung dari jarak masing-masing terhadap penampang yang menentukan. Desain bentuk
yang biasa dipakai untuk komponen struktur pasca-tarik adalah I atau T, untuk penampang
momen maksimum dan menyederhanakan bentuknya menjadi persegi panjang pada ujung
ujung balok. Untuk balok-balok pasca-tarik, ini biasa dikenal sebagai blok ujung. Untuk
komponen struktur pratarik yang dihasilkan melalui proses jalur memanjang (long line), pe
nampang bentuk-1 yang merata, T-ganda, atau penampang dengan lubang di tengah (cored
section) dibuat sama pacta seluruh panjang. Perancangan untuk masing-masing penampang
telah dijelaskan pacta Bab 5, 6, dan 7, dan tata-letak kabel pada balok di atas dua perletak
an akan dibahas sekarang.
Tata-letak sebuah ba!ok dapat disesuaikan dengan mengubah-ubah baik beton maupun
baja. Penampang beton dapat diubah-ubah terhadap tinggi, lebar, bentuk, dan kelengkung
an sofit (soffit) atau ekstrados-nya. Luas baja kadang-kadang dapat diubah, tetapi ke
banyakan pada posisinya relatif terhadap sumbu yang melalui titik berat tendon. Dengan
menyesuaikan variabel-variabel ini, banyak kombinasi tata-letak mungkin cocok terhadap
kondisi pembebanan yang berbeda. Hal ini agak berbeda dari perancangan balok beton-ber
tulang di mana tata-letak yang biasa adalah penampang persegi panjang merata atau penam
pang-T merata dan posisi baja selalu sedekat mungkin dengan serat bawah.
Pertama-tama tinjaulah sebuah balok pratarik, Gambar 8-7. Di sini lebih disukai ten
don-tendon yang lurus karena tendon-tendon ini lebih mudah ditarik di antara dua buah
tumpuan. Mulailah dengan sebuah tendon lurus pada sebuah penampang merata balok lu
rus, (a). Hal ini sederhana sejauh menyangkut bentuk dan hasil kerja. Tetapi penampang
seperti ini seringkali tidak dapat dirancang secara ekonomis, karena persyaratan-persyaratan
yang bertentangan dari penampang di tengah-tengah bentang dan di ujung. Pada penampang
di mana momen adalah maksimum, yang umumnya terjadi di tengah-tengah bentang, se
baiknya kabel tendon diletakkan sedekat mungkin dari bagian bawah supaya lengan momen
penahan-dalam menjadi maksimum. Bila Me di tengah-tengah bentang cukup berarti, c:g.s.
272 Desain Struktur Be ton Prategang

Gambar 8-7. Tata-letak balok-balok pratarik.

mungkin ditempatkan jauh di bawah kern tanpa menimbulkan tegangan tarik pada serat
atas saat peralihan. Akan tetapi, penampang ujung memberikan persyaratan-persyaratan
yang seluruhnya berbeda. Karena tidak ada momen luar di ujung, yang terbaik adalah me
rancang tendon sedemikian rupa sehingga c.g.s. akan berimpit dengan c.g.c. pada penam
pang ujung, untuk memperoleh distribusi tegangan yang merata. Pada kasus lain, c.g.s. ha
ms diletakkan di dalam kern jika tegangan tarik tidak boleh terjadi di bagian ujung, dan
tidak terlalu jauh di luar kern untuk mencegah tegangan tarik yang melampaui nilai yang
diizinkan.
Tidaklah mungkin untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang berbeda di tengah
tengah bentang dan di ujung balok dengan tata-letak seperti pada (a). Sebagai contoh, jika
c.g.s. diletakkan seluruhnya sepanjang titik kern yang Gi bawah, yang merupakan titik te
rendah yang diizinkan oleh penampang ujung, lengan momen yang memenuhi syarat belum
dicapai untuk momen pada tengah-tengah bentang. Jika c.g.s. diletakkan di bawah kern,
lengan n.omen yang lebih besar diperoleh untuk menahan momen di tengah-tengah bentang
tetapi distribusi tegangan akan menjadi lebih tidak menguntungkan pada bagian_ujung ba
lok. Di samping itu, lendutan ke atas yang ditimbulkan oleh tata-letak seperti itu terlalu
besar, karena seluruh panjang balok dibebani lenturan negatif akibat gaya prategang. Se
bagai pengganti keberatan ini, seringkali dibuat desain yang sederhana, terutama untuk
bentang-bentang pendek.
Untuk penampang beton merata dan tendon lurus, mungkin digunakan tata-letak yang
lebih disukai daripada (a) dengan secara sederhana mengubah sofit dari balok, seperti pada
Gambar 8-7(b) dan (c); (b) mempunyai sofit bengkok, dan (c) melengkung. Untuk kedua
tata-letak tersebut, c.g.s. pada tengah-tengah bentang dapat direndahkan seperti dikehen
daki, sementara pada bagian ujung dijaga agar dekat c.g.c. Jika sofit dapat diubah sesuai ke
inginan, sangat mungkin untuk memperoleh kelengkungan terbaik yang akan memenuhi
kondisi pembebanan yang diketahui. Sementara kedua tata-letak ini efisien menahan mo
men dan menguntungkan dalam distribusi tegangan, ada tiga kerugian yang dimiliki. Per
tama, acuan lebih rumit daripada (a). Kedua, sofit lengkung atau bengkok seringkali tidak
pr<Jktis di dalam struktur untuk alasan arsitektur atau pun fungsional. Ketiga, tidak dapat
diproduksi pada peralatan pratarik yang berjajar memanjang.
Lendutan ke atas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 273

Bila dimungkinkan untuk mengubah ekstrados beton, sebuah tata-letak seperti pada
Gambar 8-7(d) atau (e) dapat digunakan secara menguntungkan. Ini akan memberikan ke
tinggian yang menguntungkan di tengah-tengah bentang, yang memang sangat dibutuhkan,
dan menghasilkan gaya prategang konsentris atau mendekati konsentris pada penampang
penampang ujung. Karena tingginya direduksi untuk penampang-penampang ujung, maka
harus dicek dalam hal perlawanan terhadap geseran. Untuk (d), harus juga diperhatikan
bahwa penampang kritis tidak boleh ada di tengah-tengah bentang tetapi pada titik di luar
itu di mana tinggi telah sangat berkurang sementara momen eksternal masih mendekati
maksimum. Akan tetapi, balok (d) lebih sederhana dalam acuannya daripada (e) yang mem
punyai ekstrados lengkung.
Kebanyakan pabrik pracetak di Amerika Serikat telah menanam angkur sepanjang pe
lataran kerja sehingga tendon-tendon untuk balok pratarik dapat dibengkokkan, Gambar
8-7(j) dan (g). Mungkin lebih ekonomis bila dilakukan demikian, jika balok harus berpe
nampang lurus dan merata, dan jikaMa cukup besar untuk mengimbangi akibat tambahan
lenturan. Sarana harus diberikan untuk mengurangi kehilangan gaya prategang akibat gesek
an yang ditimbulkan oleh lenturan tendon. Sebagai contoh, tendon-tendon dapat ditarik
mula-mula dari ujung dan kemudian dibengkokkan pada titik patah.
Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa banyak kemungkinan tata-letak yang berbeda
beda. Hanya beberapa bentuk dasar yang dijelaskan di sini, variasi dan kombinasinya di
serahkan pada perancang. Tata-letak yang betul untuk tiap struktur akan tergantung pada
kondisi setempat dan persyaratan-persyaratan praktis seperti juga pertimbangan-pertim
bangan teoretis.
Kebanyakan tata-letak balok-balok pratarik dapat digunakan juga untuk balok-balok
pasca-tarik. Tetapi untuk balok-balok pasca-tarik, Gambar 8-8, tendon-tendonnya tidak
perlu dibuat lurus karena tendon-tendon yang sedikit dibengkokkan atau dilengkungkan
dapat ditarik semudah tendon lurus. J adi untuk penampang balok lurus dan merata, ten
don-tendon seringkali dilengkungan seperti pada Gambar 8-8(a). Dengan melengkungkan
tendon akan diperoleh letak c.g.s. yang diinginkan pada penampang-penampang ujung dan
tengah-tengah bentang dan juga pada titik-titik lain.
Kombinasi tendon lengkung atau bengkok dengan sofit lengkung atau bengkok sering
kali digunakan, Gambar 8-8(b ), jika sofit yang lurus tidak disyaratkan. Hal ini akan me
mungkinkan lengkungan yang lebih kecil pada tendon, jadi mengurangi gesekan. Tendon
tendon lengkung atau bengkok juga dikombinasikan dengan balok-balok yang bervariasi
tingginya, seperti pada (c). Kombinasi tendon lurus dan lengkung kadang-kadang disukai,
seperti pa a (d).

t---:---i fOO== l
t= <::...._
-- ::::::.._ --

(b) (e) ./ ;JY

F-," -4 f"'--:--:;-;
Gambar 8-8. Tata-letak balok-balok pasca-tarik.
274 Desain Struktur Beton Prategang

Luas baja yang bervariasi sepanjang balok kadang-kadang disukai. Hal ini membutuh
kan desain khusus dari balok dan mengikut-sertakan rincian yang mungkin dapat meng
imbangi pemakaian baja. Pada Gambar 8-8(e), beberapa tendon dibengkokkan ke atas dan
diangkur ke flens atas. Pada (f), beberapa tendon diputus di tengah jalan pada flens bawah.
Rancangan ini akan menghemat baja tetapi tidak dapat dibenarkan kecuali penghematan
tersebut cukup besar seperti pada bentang sangat panjang yang memikul beban berat.

8-3 Profil-profil Kabel


Telah dinyatakan pada bagian terdahulu bahwa tata-letak balok di atas dua perletakan di
ten.tukan oleh penampang-penamparig momen maksimum dan penampang ujung sehingga
setelah kedua penampang ini didesain, penampang-penampang lain dapat ditentukan dengan
pengawasan. Akan tetapi, kadang-kadang terjadi di mana titik-antara sepanjang balok dapat
juga menjadi kritis, dan pada banyak contoh akan menguntungkan untuk menentukan pro
fll-profll yang diizinkan dan dikehendaki untuk tendon. Untuk melakukan hal ini, daerah
batas letak c.g.s. pertama-tama ditentukan, kemudian tendon dirancang sedemikian rupa
sehingga titik beratnya akan terletak di dalam daerah ini.
Metode yang dijelaskan di sini ditujukan bagi balok-balok di atas dua perletakan, tetapi
juga sebagai pendahuluan penyelesaian tata-letak yang lebih rumit, seperti kantilever dan
bentang menerus, di mana letak kabel tidak dapat ditentukan dengan mudah dengan peng
awasan. Metode ini adalah metode grafis yang memberikan daerah batas di dalam daerah
mana c.g.s. harus lewat supaya tidak tirnbul tegangan tarik. Tegangan tekan beton tidak di
periksa dengan metode ini. Diasumsikan bahwa tata-letak penampang beton dan luas baja
prategang telah ditentukan. Hanya letak profil c.g.s. yang harus ditentukan.
Dengan melihat Gambar 8-9, setelah menentukan tata-letak penampang beton, kita
lanjutkan untuk menghitung titik-titik kernnya, jadi menghasilkan dua buah garis kern, satu
di atas dan satu di bawah, (c). Catatlah bahwa untuk penampang-penampang yang ber-

(a) Tampak Balok

(c) Daerah Batas untuk c.g.s.

Gambar 8-9. Letak daerah batas untuk c.g.s.


Lendutan ke atas, Lendu tan ke bawah; Tata-/etak Kabe/ 275
l!
variasi, garis-garis kern ini akan melengkung, meskipun untuk mudahnya diperlihatkan lurus
pada gambar yang menyajikan sebuah balok dengan penampang merata.
Untuk sebuah balok yang dibebani seperti diperlihatkan pada (a), diagram momen
minimum dan maksimum untuk beban gelagar dan untuk beban kerja total masing-masing
disebut Me dan MT pada (b). Agar pengaruh beban kerja, pusat tekanan, daerah-C (C-line,
yang diarsir) tidak akan jatuh di atas garis kern atas, jelaslah bahwa c.g.s. harus diletakkan
di bawah kern atas sekurang-kurangnya berjarak

(8-1)
Jika c.g.s. jatuh di atas batas atas pada setiap titik, maka daerah-C yang bersesuaian dengan
momen Mr dan gaya prategang F akan jatuh di atas kern atas, menimbulkan tegangan tarik
pada serat bawah.
Dengan cara yang sama, agar daerah-C tidak jatuh di bawah garis kern bawah, garis
c.g.s. tidak boleh ditempatkan di bawah kern bawah dengan jarak yang lebih besar dari

(8-2)
yang memberikan batas bawah letak c.g.s. Jika c.g.s. diletakkan di atas batas bawah, ter
lihat bahwa daerah-C akan di ata:t kern bawah daf! tidak terjadi tegangan tarik pada serat
atas akibat beban gelagar dan gaya prategang awal F0.
Jadi, jelaslah bahwa daerah batas untuk c.g.s. diberikan dalam luas yang diarsir pada
Gambar 8-9(c), dengan maksud agar tidak terjadi tegangan tarik baik akibat beban gelagar ,
atau beban kerja. Akan tetapi, masing-masing tendon dapat diletakkan pada posisi mana
pun, sepanjang c.g.s. seluruh tendon tetap tinggal dalam daerah batas.
Posisi dan lebar daerah batas seringkali menjadi petunjuk desain yang memadai dan
ekonomis, Gambar 8-10. Jika sebagian batas atas jatuh di luar atau terlalu dekat serat
bawah, pada (a), baik gaya prategang F atau tinggi balok pada bagian itu harus ditambah.
Pada bagian lain, jika jatuhnya terlalu jauh di atas serat bawah, pada (b), baik gaya pra-
tegang maupun tinggi balok dapat dikurangi. Jika batas bawah memotong batas atas, pada ',I..
ii
,,
'II.
If
I
11
1
'I
1

.,

Batas Atas Terlalu Dekat Dasar

(b) Batas Atas Terlalu Jauh di Atas Dasar

(c) Batas Atas dan Batas Bawah Berpotongan

Gambar 8-10. Posisi yang tidak dikehendaki untuk qaerah batas c. g.s.
276 Desain Struktur Beton Prategag

(c), hal itu berarti bahwa tidak ada daerah yang tersedia untuk letak c.g.s. dan baik gay a
prategang F atau tinggi balok harus ditambah atau momen gelagar harus ditambahkan
untuk menurunkan batas bawah jika dapat dilakukan. Pada bagian lain, seperti akan di
bahas kemudian, kasus yang diperlihatkan pada Gambar 8-1 O(c) akap sangat memuaskan
bila diizinkan terjadi tegangan tarik pada beton.
Pemakaian metode grafis di atas dijelaskan pada Contoh 8-4.

CONTOH 8-4
Desain pendahuluan untuk balok pratarik sepanjang 15 m memberikan tata-letak dengan
flens atas yang meruncing dan membentuk penampang-1 yang simetris. Sepuluh buah kabel
berdiameter 9 , 5 mm dengan pengangkuran digunakan untuk gaya pr.ategang. fo = 8 9 5 MPa,
fse 7 6 0 MPa, f 35 MPa. Tentukan posisi garis c.g.s. Beban hidup dan beban mati yang
= =

ditambahkan di atas balok total adalah 6 ,5 kNfm sebagai tambahan terhadap berat sendiri
balok. M G = 80 kN-m dan M T 2 6 5 kN-m di tengah-tengah bentang.
=

Penyelesaian Untuk memperoleh penyelesaian grafis yang teliti, harus dihitung 4 atau
5 buah titik untuk separuh bentang, tetapi hanya perhitungan penampang di tengah bentang
yang akan diperlihatkan di sini. Perhatikan bahwa penampang dekat ujung berbentuk per
segi panjang, sehingga ada lompatan tiba-tiba pacta garis kern (teras) di pertemuan. Juga se
cara teoretis tidak ada momen eksternal pada bagian yang langsung di atas perletakan.
Pertama-tama, tentukan letak garis kern (teras). Nilai-nilai untuk penampang di tengah-
tengah bentang adalah sebagai berikut:
I penampang 1 1 , 2 X 109 mm4
=

A penampang 129 X 1 03 mm2


=

r2 penampang 86,7 X 10 3 mm 2
=

'l k1 dan kb = 86,7 X 10 3/42 5 = 204 mm

S imetris terhadap
'i _:
t
15 m dari ujung ke ujung
j 300
I
'-'- _ __ __

I mm
:'";J90mm
I
1t '.La mm
, _

= =======
==================== = ==
= ======== = ,
=
= ==

ft bentang bersih

Tampak Separuh Balok


Penampang
Tengah

-:-- ----r

-tT
,. E I
E I
E E
E E

Lokasi Garis c.g.s.

Gambar 8-ll. Contoh 8-4.


Lendutan ke atas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 277

Dengan F 1 0 X 7 1,3 X7 6 0 = 5 4 1 , 9 kN, 1engan per1awanan minimum yang dibutuh


=

kan untuk M T ada1ah, dari Persamaan 8- 1 ,

Mr/F = ( 2 6 5 X106) /( 5 41,9 X10 3) = 4 8 9 mm

yang diukur ke bawah dari garis kern atas dan ditempatkan seperti ter1ihat.
Untuk gaya prategang awa1 F0 1 0 X7 1,3 X8 9 5 = 638 kN, 1engan momen yang ber
=

sesuaian dengan M a = 8 0 kN ada1ah, dari Persamaan 8-2,

Titik-titik batas ini dihitung untuk beberapa penampang yang lain, dan daerah batas
ditentukan oleh luas yang diarsir. Tendon-tendon lurus lebih disukai untuk pratarik, se
mentara tidak1ah mungkin memperoleh garis c.g.s. yang lurus pada luas yang diarsir. Cara
lain yang terbaik pada desain ini adalah memperbo1ehkan terjadinya sedikit tarikan di dekat
perletakan dan memerkuat ujung-ujung dengan baja lunak jika tegangan tarik melampaui
nilai-nilai izin. Maka kita dapat mengambil garis c.g.s. seperti terlihat yang tidak akan meng
akibatkan terjadinya tarikan pada serat bawah di bawah beban kerja tetapi akan terjadi
tarikan pada serat atas dekat perletakan. Jika tarikan ini hendak dihindarkan, maka perlu
digunakan gaya prategang yang lebih besar, jadi menaikkan batas atas daerah tersebut dan
memungkinkan garis c.g.s. untuk diletakkan sekitar 1 2 5 mm dari dasar. Lendutan balok ini
saat peralihan harus dihitung untuk melihat apakah 1endutan ke atas (camber) terlalu besar,
tetapi ha! itu tidak akan dijelaskan pada contoh ini.

Lokasi garis c.g.s. yang baru dibahas didasarkan atas teori elastik dengan tidak mengi
zinkan terjadinya tegangan tarik baik pada peralihan maupun akibat beban kerja. Jika ter
jadinya tarikan diperbolehkan, maka kita dapat menempatkan garis c.g.s. sedikit di luar
daerah yang dibatasi sebelumnya. Dengan mengacu ke Gambar 8-12, untuk suatu tegangan
tarik izin 1; pad a serat atas saat peralihan, diperoleh
, Me,
!, =--

=
Foebc,
I
(8-3)

di mana eb besarnya c.g.s. yang boleh jatuh di bawah batas bawah. Untuk tegangan tarik
=

izin f pada serat bawah akibat beban kerja, kita dapatkan

(8-4)

Batas atas yang memperbolehkan


terjadinya tegangan tarik

Batas atas yang tidak memperbolehkan


terjadinya tegangan tarik
Ba as bawah yang tidak memperbol ehkan
.
ter]ad1nya tegangan tarik

t=::=t==::S Batas bawah yang memperbolehkan


'terjadinya tegangan tarik

Gambar 8-12. Daerah batas untuk c.g.s. yang memperbolehkan terjadinya tegangan tarik pada beton.
278 Desain Struktur Beton Prategang

di mana et besarnya c.g.s. yang boleh timbul di atas batas atas. Dari Persamaan 8-3 dan
=

8-4, dapat dituliskan

(8-5)

dan

e
f/ fAk1
1 Fcb F (8-6)
=-=--

Sehingga, batas daerah di mana tidak ada tegangan tarik dapat diperluas sampai ke garis 1-1
dan 2-2 jika tegangan tarik diizinkan, Gambar 8-12.
Metode grafis di atas juga dapat digunakan bila ada perubahan-perubahan pada luas pe
nampang baja. Kita hanya perlu menggunakan besar gaya prategang yang bersesuaian yang
ada pada titik tertentu sewaktu menghitung posisi daerah batas. Jadi, pada titik perubahan
luas baja, akan terdapat loncatan tiba-tiba pada garis batas. Jika gaya prategang dikerjakan
dalam dua tahap, dua batas bawah harus dihitung, masing-masing berdasarkan gaya pra
tegangnya sendiri. Akan tetapi, jika terlalu rumit, metode grafis ini tidak akan efisien.
Jika desain kekuatan-batas digunakan, letak garis c.g.s. juga dapat ditentukan de
ngan metode grafis, Gambar 8-13. Tetapi, karena desain kekuatan-batas hanya digunakan
pada tahap pembebanan maksimum, batas bawah c.g.s. masih harus ditentukan dengan
teori elastik atau beberapa cara lain. Akan tetapi, batas aas dapat diperoleh dengan teori
kekuatan batas sebagai berikut. Jika MT adalah momen total, dan m adalah faktor beban,
maka momen batas adalah mMT, yang harus ditahan oleh kekuatan-batas baja (pada keada-

(a) Diagram Momen untuk


Beban Kerja Total

(b) Diagram Momen untuk Beban Batas

k'd/2

(c) Batas c.g.s.

Gambar 8-13. Letak c.g.s. dengan desain kekuatan batas.


Lendutan ke atas, Lendutan ke bawah; Tfta-letak Kabel 279.

an tulangan terekat) dengan lengan momen sebesar,


, mMT
a =--
AJ;
Garis tekanan pada beban batas diletakkan pada k'd/2 di bawah serat atas, di mana k'd
diperoleh dengan

jika le bar merata b diperoleh untuk flens atas pada beban batas.

8-4 Tata-Letak Balok Kantilever


Karena keseimbangan dan pengurangan momen, balok kantilever dapat secara ekonomis di
gunakan pada struktur beton prategang, terutama untuk perbandingan bentang tertentu
yang menguntungkan dan untuk balok yang panjang dan berat. Teori dasar dan metode de
sain balok kantilever sama seperti balok di atas dua perletakan. Tetapi pekerjaan desain
nya lebih rumit karena harus mempertimbangkan dengan seksama beberapa faktor, yaitu:
1. Bagian-bagian kantilever tertentu dibebani oleh momen-momen positif dan negatif, ter
gantung dari letak beban hidup.
2. Untuk memperoleh kondisi pembebanan yang paling berbahaya, pembebanan sebagian
bentang kadang-kadang perlu ditinjau.
3. Pada sebuah kantilever, momen yang ditimbulkan oleh beban pada bagian tertentu
seringkali diimbangi oleh beban pada bagian lain. Sehingga momen sensitif (peka) ter
hadap perubahan beban eksternal. Karenanya, urutan penerapan beban pada balok
harus ditinjau dan dipertimbangkan secara seksama.
4. Jika balok adalah pracetak, kita harus hati-hati dalam pengangkatan dan pengangkutan
balok. Kondisi perletakan yang diambil dalam desain balok harus selalu diketahui. Se
dikit saja perubahan letak perletakan akan mempengaruhi momen secara serius.
5. Balok-balok kantilever lebih peka terhadap perubahan temperatur yang akan menim
bulkan lendutan yang berlebihan.
6. Kemampuan-batas balok kantilever mungkin relatif rendah jika terjadi kemungkinan
pembebanan sebagian yang berat. Momen dan geseran yang besar yang terjadi bersama
an pada penampang kritis tertentu juga cenderung mengurangi kekuatan batas pada se
buah kantilever.
Di samping kesulitan tersebut, balok-balok kantilever seringkali digunakan karena ke
ekonomisannya dan kemampuannya untuk beradaptasi terhadap struktur tertentu. Kenya
annya, kesulitan-kesulitan yang disebutkan di atas tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak
menggunakan balok kantilever. Kesulitan-kesulitan tersebut hanya menunjukkan bahwa
perhatian yang besar harus diberikan pada waktu desain dan pelaksanaan.
Dua buah tata-letak umum yang mungkin untuk kantilever adalah: kantilever tunggal
dan ganda. Beberapa tata-letak tipikal untuk kantilever tunggal diperlihatkan pada Gambar
8-14. Bagian (a) menunjukkan tata-letak bentang pendek dengan kantilever yang pendek
di mana penampang yang lurus dan merata adalah yang paling ekonomis. Pada desain se
perti itu, kita hanya perlu mengubah profil c.g.s. sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
r-------
280 Desain Struktur Beton Prategang

f
(a) Bentang Pendek

t (b) Kantilever Panjang

(c) Bentang Angkur Panjang

f (d) Tendon Lurus

Gambar 8-14. Tata-letak tipikal untuk kantilever tunggal.

persyaratan diagram momen. Bila bentang kantilever menjadi lebih panjang, maka disaran
kan untuk membuat balok yang meruncing (taper) seperti pada {b). Jika bentang angkur
pendek bila dibandingkan terhadap kantilever, maka seluruhnya mungkin untuk dibebani
momen negatif, dan c.g.s. harus ditempatkan di atas c.g.c. pada setiap titik.
Untuk bentang angkur yang lebih panjang, lebih disukai untuk membuat balok haunch
seperti pada (c) dan {d). Jadi profil c.g.s. dapat dilengkungkan sewajarnya seperti pada (c)
atau praktis tetap tinggal lurus seperti pada {d) apabila keadaan mengizinkan.
Untuk kantilever ganda yang pendek, penampang lurus dan merata dapat diambil se
perti pada Gambar 8-lS{a). Bila kantilever panjang, maka dapat dibuat meruncing seperti
pada {b). Jika beiltang angkur panjang, maka dapat dibuat balok haunch seperti pada (c).
Jika bentang angkur pendek dibandingkan dengan kantilever, garis c.g.s. dapat diletakkan
dekat bagian atas balok pada setiap titik, seperti pada {d).
Letak tendon pada kantilever dapat diperoleh secara grafis seperti pada balok di atas
dua perletakan, kecuali itu, pemikiran yang lebih banyak harus diberikan untuk kemungkin
an adanya beban hidup parsial atau momen yang berbalik. Gambar 8-16{a) menunjukkan
sebuah balok kantilever. Anggaplah bahwa balok dibebani oleh berat sendirinya dan beban
hidup merata pada tiap bagian. Momen akibat beban mati balok digambarkan pada {b).
Momen akibat beban hidup pada bentang angkur diperlihatkan pada (c); momen akibat
beban hidup pada kantilever diperlihatkan pada {d). Supaya pembahasan lebih mudah, mo
men maksimum akan memperbesar momen positif terbesar atau momen negatif terkecil,
sementara momen minimum akan berarti momen positif terkecil atau momen negatif ter-
r Lendutan ke atas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 281

(a) Bentang Pendek

------------------
/r /r
(b) Kantilever Meruncing

(c) Tendon Lurus

(d) Kantilever Panjang

Gambar 8-15. Tata-letal tipikal untuk kantilever ganda.

besar. Maka, untuk balok ini, momen maksimum akan diberikan dengan (b) +(c), dan mo
men minimum dengan (b) +(d). Keduanya dipetakan pada (e).
Untuk memperoleh daerah batas garis c.g.s., pertama-tama petakan garis kern atas dan
bawah balok, garis kt dan kb pada (/). Jika tidak boleh terjadi tegangan tarik pada beton,
sa tu garis batas diperoleh dengan memetakan dari setiap garis kern eksentrisitas yang diizin
kan e, dengan
e=M/F
Perhatikan bahwa e dapat dipetakan baik dari garis kt atau kb mana saja yang memberikan
bat as yang lebih kritis. Tetapi e akibat M+ selalu digambarkan ke bawah, karena cenderung
untuk menggeser garis c.g.s. yang dibutuhkan ke bawah. Untuk alasan yang sama, e akibat
M- selalu digambarkan ke atas. Secara umum batas atas untuk daerah itu dipetakan dari
garis kt dengan jarak

Batas bawah daerah itu dipetakan dari garis kb dengan jarak

e2 =Mmin/F
Pertimbangan hams diberikan juga terhadap kerja beban mati saja, karena pada kasus
ini gaya prategang awal lebih besar daripada gaya prategang efektif dan dapat menimbulkan
' '
282 Desain Struktur Be ton Prategang

f
rI ;t:=l
(a) Balok Kantilever

(b) Momen Beban-Mati

i
(c) Momen Beban-Hidup


pada Bentangan Angkur

(d) Momen Beban-Hidup


pada Kantilever

(j) Letak daerah batas c.g.s.

Gambar 8-16. Metode grafis untuk menentukan letak c.g.s.

situasi yang lebih kritis. Dengan beban mati saja yang bekerja, batas lain diperoleh dengan
memetakan dari garis kt sejarak

petakan lagi M+ ke bawah dan M- ke atas. Pada gambar ini tidaklah perlu untuk meng
'
gambarkan e 1 dari garis kb, karena itu jelas tidak menentukan. Bila dipetakan dari garis k1,
dapat dilihat bahwa, pada bagian tertentu balok, e ; lebih menentukan daripada e1. Hasil
dari daerah batas terse but diarsir seperti pada (f).
Untuk kantilever panjang yang memikul beban berat, kadang-kadang ekonomis untuk
memutuskan kawat gaya prategang pada titik-antara. Jumlah dan letak pemutusan dapat
juga ditentukan dengan metode grafis, yang merupakan kebalikan dari prosedur di atas dan
akan dijelaskan pada Contoh 8-5.

CONTOH 8-5
Hitung perubahan/variasi 1uas baja yang dibutuhkan pada ge1agar atap kantilever sepanjang
42 m yang mempunyai tata-1etak seperti diper1ihatkan pada Gambar 8-17. Diketahui data
sebagai berikut.
1. Beton: ! 35 MPa, fc yang diizinkan untuk beban kerja
= 15,8 MPa, dan 17 MPa
=

akibat gaya prategang awa1, tegangan tarik yang diizinkan pada beton akibat beban kerja = 0.
2. Baja: fs =1655 MP a, gaya prategang awa1 103 5 MP a, gaya prategang efektif akhir
=

= 860 MPa.

3. Beban hidup dan beban mati yang ditambahkan 23,4 kN/m, menghasilkan mo-
=
Lendu tan ke a tas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel 283

'--- --;;; A':'ii -


12 m 9m 9m 15 m

-:-:::(=_,J=:-:1;:-,::' -j i!===-Ji
12m

=
; b I I
- -

4,5 m
----l
1 '2 m __
A_____ 4_1; ---C_--' _
!J .-J\ \ ___ 1 5 m____,

__
_ _
---
Tampak Separuh Balok 90

- "
f-- - -i 325 mm

J1
lF-/:
LJL
mm
' mm

200 m m 250 m 225 m m

-
l' I r--i ;
--1 050 mm
--1 ,_ -- 1 250 m m

Pen am pang A -A Penampang B-B


1 500 1 500

'"::ttiolf
250 mm mm 250 mm mm

J:-: :
"tdh:'
'

275 ,_ .,
mm mm

r ' "
75 900 m m

db
mm

'" m,m mm
200
mm

T
1---- --
Penampang C-C
1 400 m m
T j
r - --
Penampa n g D-D
-
I
- -, 1 550 mm

o
Gambar 8-17. C nto h 8-5. Penampang-penampang gelagar.

men pacta perletakan

wL 2 /2 = 23,4 X4 2 2 /2 = 20.640 kN-m

4. Momen-momen akibat berat gelagar : Untuk tata-letak percobaan, momen gelagar


ctihitung untuk berbagai titik pacta kantilever ctengan maksimum sebesar 20.6 10 kN-m pacta
perletakan.
Penyelesaian Setelah ctiactakan beberapa penyelictikan penctahuluan, ctitemukan bahwa,
karena momen beban gelagar relatif berat, akan timbul tegangan tekan sepanjang kebanyak
an flens bawah. Sehingga tictak perlu untuk memeriksa tegangan tarik apa pun pacta flens
bawah kecuali ctekat ujung kantilever. Untuk tata-letak yang ctiketahui, garis c.g. s. ctihitung
ctan ctigambarkan pacta Gambar 8-18 . Lengan momen penahan a 1 yang tersectia untuk kopel
penahan internal ctihitung ctari garis c.g.s. sampai ke garis kb pacta tiap titik. Bersesuaian
ctengan a 1 , jumlah gay a prategang minimum yang ctibutuhkan actalah

ctan luas baja yang ctibutuhkan

A , = Fj860 = MrJ860 a 1

Dengan cara yang sama, baja maksimum yang ctiizinkan tanpa tegangan tarik yang timbul
pacta serat bawah actalah
284 Desain Struktur Beton Prategang

-
I
'i
M 0
0
L!)

-- J
0
oo E
E

Lengan Momen Kopel I nternal

E
z
""'
0
L!)
N

i
I
T
S> I
------ MT X 103 1 X I
LO

- Mi---8-60aL--_;-_-_,_ ______.__-'--

As M i n i mu m yang Di but u h kan dan As Maksimum y a ng Di izi n kan

Gambar 8-18. Contoh 8-4. Perhitungan As.

di mana a2 adalah jarak antara garis c.g.s. dan garis kt .


Pertama-tama, gambarkan diagram momen MT dan M0 . Berikutnya j arak a1 dan a2
di antara garis c.g.s. dan kb serta kt diukur. Kemudian garis A s minimum dan maksimum
dihitung dengan persamaan-persamaan di atas. Beberapa buah titik mungkin perlu untuk
penentuan kurva yang teliti, tetapi hanya beberapa contoh perhitungan saja akan dijelaskan
di sini. Pacta perletakan, momen total adalah

MT = 20 .640 + 20 .6 10 = 4 1.250 kN-m

c.g.s. diletakkan 230 mm dari atas, dan kb diletakkan 10 80 mm di atas serat-serat bawah;
sehingga lengan m omen a 1 yang tersedia adalah

a 1 = 4500 - 10 80 -230 = 31 90 mm

Luas baja minimum yang dibutuhkan pacta perletakan adalah, karena itu,

MT 41 .250 X 10 6 3 2
As min =
= -
- l5 X 10 mm
860 a 1 0
86 X3 1 09
Lendutan ke a tas, Lendutan ke bawah; Tata-letak Kabel . 285

Pada j arak 1 0,5 m dari uj ung kantilever,

Mc = 8 1 5 kN-m

a2 diukur menjadi 265 mm. Luas baj a maksimum yang diizinkan pada titik ini adalah

A
s maks - - S I S X I 0 6 - 3 X 10 3 mm2
- 1 03 5 a - 1 035 X 265 -

Perhitungan-perhitungan yang sama dibuat untuk titik-titik lain, dan kurva-kurva digambar
kan seperti terlihat. Dapat dilihat bahwa kurva A s maksimum sesungguhnya hanya dibutuh
kan untuk bagian pendek balok dekat uj ung kantilever. Dengan menjaga sedekat mungkin
terhadap kurva A s , tetapi tanpa memotong kurva As maksimum , luas baja yang diambil
dapat dibuat dan diputus sesuai keinginan.
Pemeriksaan tegangan tekan pada beton dan desain lain tidak akan dibahas di sini. Per
hatikan bahwa semua momen terlihat negatif pada penyelesaian ini, sehingga tidak perlu
diperhatikan tanda dari momen.
Satu keuntungan dari penyelesaian grafis seperti ini adalah bahwa itu dapat digam bar
kan secara visual. Variasi lengan momen a1 dan a2 dan dari kurva A s keduanya mengikuti
aturan sederhana tertentu sehingga modifikasi yang perlu untuk menyesuaikan perubahan
dalam desain dapat dibuat dengan mudah, baik dengan menggeser lokasi c.g.s. atau dengan
mengubah-ubah luas baja,

8-5 Pem batasan Perbandingan Bentang-Tinggi


Untuk alasan ekonomis dan estetika, perbandingan bentang-tinggi yang lebih besar hampir
selalu digunakan untuk beton prategang daripada untuk beton bertulang. Perbandingan
yang lebih tinggi dimungkinkan karena lendutan lebih dapat dikontrol pada desain pra
tegang. Pada pertimbangan lain, bila perbandingan ini terlalu besar, lendutan ke atas dan
lendutan ke bawah menjadi cukup peka terhadap variasi pembebanan, sifat material, besar
dan letak gaya prategang, serta temperatur. Selanjutnya, pengaruh getaran menjadi lebih
banyak.
Sulit untuk menentukan pembatasan perbandingan bentang-tinggi karena pembatasan
yang layak untuk beton prategang atau untuk tipe-tipe konstruksi lain akan bervariasi ter
hadap sifat dan besarnya beban hidup, karakteristik redaman, syarat-syarat batas, bentuk
dan variasi penampang, m odulus elastisitas, dan panjang bentang itu sendiri. Pada kenyata
annya, jika sebuah struktur diamati secara seksama terhadap kemungkinan lendutan ke
atas, lendutan ke bawah, dan getaran, tidak ada alasan untuk berpegang pada perbandingan
tertentu . Akan tetapi, sebagai hasil pengalaman yang diakumulasikan, nilai-nilai pada Tabel
8-3 dapat diambil sebagai pedoman pendahuluan desain bangunan.
Untuk pelat padat (solid) kantilever, perbandingan bentang-tinggi sebesar 18 untuk
lantai dan 20 untuk atap ternyata cukup memuaskan. Tetapi kantilever peka terhadap len
dutan dan getaran, dan harus dilakukan dengan lebih hati-hati. Sebagai contoh, lendutan
ke atas pada bentang angkur akan selalu menimbulkan dip (lendutan ke b awah) pada kanti
lever.
Secara umum, bila perbandingan bentang-tinggi adalah 1 0% di bawah nilai-nilai yang
disusun pada Tabel 8-3 , persoalan lendutan ke atas, lendutan ke bawah, dan getaran tidak
akan terjadi kecuali pembebanan bersifat terlalu berat dan bergetar. Kadang-kadang per
bandingan dapat melampaui lebih dari 1 0%, jika studi yang seksama akan membenarkan
dan menjamin sifat yang layak.
286 . Desain Struktur Beton Prategang

TABEL 8-3 B atas- batas Pendekatan Perbandingan Bentang-Tinggi

. Bentang di A tas Dua


Bentang Menerus Perletakan

Atap Lantai Atap Lantai

Pelat padat satu-arah 52 48 48 44


Pelat padat dua-arah (hanya ditumpu
oleh kolom) 48 44 44 40
Pelat wafel dua-arah (wafel 0,9 m) 40 36 36 32
Pelat wafel dua-arah (wafel 3,6 m) 36 32 32 28
Pelat satu-arah dengan core kecil 50 46 46 42
Pelat satu-arah dengan core besar 48 44 44 40
T ganda dan tunggal (bersisian) 40 36 36 32
T tunggal (berjarak 6 m dari pusat
ke pusat) 36 32 32 28

Nilai-nilai di atas ditujukan untuk beton dengan batu-keras dan beton-ringan, tetapi
harus direduksi sekitar 5% untuk beton-ringan yang mempunyai Ec kurang dari 21 .000
MPa. Untuk bentang-bentang panjang (katakan, yang melampaui sekitar 21 m) dan untuk
beban yang berat (katakan, beban hidup di atas 4,8 kN/m2 ), nilai-nilai di atas harus dire
duksi dengan 5 sampai 1 0%. Untuk beton yang dicor di tempat dalam kerja komposit
dengan elemen-elemen pracetak, tinggi total dapat dipertimbangkan dalam menghitung per
bandingan bentang-tinggi di atas.
Harus ditekankan bahwa tabel di atas dimaksudkan sebagai pedoman dan tidak harus
digunakan secara sembarangan tanpa mempertimbangkan kondisi-kondisi setempat. Sebagai
contoh, derajat kontinuitas (apakah penuh atau sebagian), adanya kerja portal kaku, kon
trol terhadap produksi dan konstruksi yang dapat dipercaya, perbedaan temperatur lokal
akan seluruhnya mempengaruhi pembatasal). perbandingan.
Persoalan keberatan terhadap getaran dapat dipelajari dengan menentukan amplitude
1
dan frekuensi alami dari struktur. Kepekaan seseorang terhadap getaran bertambah ter
hadap frekuensi dan amplitude. Bila getaran ditimbulkan oleh pembebanan mekanis, de
rajat kerusakan juga sebanding terhadap frekuensi dan amplitudo. Keterpaduan beban yang
digunakan terhadap frekuensi alami struktur tentu saja akan memperbesar getaran,sedang
kan redaman akan menolong untuk memperkecil pengaruh-pengaruh itu.
Sedikit pengalaman telah diperole!l bagi jembatan-jembatan jalan kereta api beton pra
tegang untuk membenarkan setiap pembatasan terhadap perbandingan bentang-tinggi ; per
bandingan untuk penampang kotak (box) sampai 30 m atau lebih biasanya sekitar 1 0 sam
pai 1 4. Untuk jembatan-jembatan jalan raya di atas dua perletakan dengan tipe balok-I sam
60 m, perbandingan bentang-tinggi 20 dipertimbangkan aman, 22 sampai 24 ada
pai sekitar
lah normal, sementara 26 sampai 28 akan menjadi batas kritis. Penampang kotak dapat
mempunyai perbandingan sekitar sampai 1 0% lebih tinggi dari balok-I, sementara penam
pang-T yang berjarak terpisah jauh akan memiliki perbandingan sekitar 5 sampai 1 0% lebih
rendah dari balok-I. Sekali lagi, tidak ada alasan untuk percaya bahwa perbandingan ben
tang-tinggi yang tetap dapat digunakan pada seluruh kasus. Pengaruh kontinuitas, perubah
an momen inersia, dan lain-lain, harus dipertimbangkan. Jembatan Pejalan Kaki Union Oil,
Gambar 1 1 -24, mempunyai tinggi struktur 686 mm dan bentang 31 m (perbandingan ben
tang-tinggi 45), tetapi didesain secara seksama t.erhadap lendutan ke atas, lendutan ke ba
wah, dan getaran. Jembatan ini memuaskan sejak selesai dibangun pada tahun 1 9 56.
Lendutan ke atas, Lendutan ke bawh; Tata-letak Kabel 287

Kepustakaan
1 . W.G. Corley, M.A. Sozen, dan C.P. Siess, "Time-Dependent Deflections of Prestressed
Concrete Beams," Bulletin No. 3 0 7, Highway Research Board, Washington, D. C. , 1 96 1.
2. S . L. Bugg, "Long-time Creep of Prestressed Concrete !-beams," Technical Report
R-2 1 2. U. S. Naval Civil Engineering Laboratory, Port Hueneme, California, 1 962.
3 . W.D. Atkins, "A Generalized Numerical Solution for Prestressed Concrete Beams,"
unpublished Master's thesis supervised by N.H. Burns, The University of Texas, Austin,
Texas, Agustus 1 96 5 .
4 . D.C. Chang, " A Numerical Method o f Analyzing Composite Prestressed Concrete Mem
bers,"unpublished Master's thesis supervised by N. H. Burns, The University of Texas,
Austin, Texas, Mei 1 969.
5. D.M. Pierce, "A Numerical Method of Analyzing Prestressed Concrete Members Con
taining Unbonded Tendons," Ph.D. Dissertation supervised by N.H. Burns, The Univer
sity of Texas, Austin, Texas, Juni 1 96 8 .
6. R . Sinno, dan H . L. Furr, "Computer Program for Predicting Prestress Loss and Cam
ber, ', V. Prestressed Cone. Inst., Vol. 1 7 , No. 5, September-Oktober 1 97 2.
7 . A. I. Fad!, W. L. Gamble, dan B. Mohraz, "Tests of a Precast Posttensioned Composite
Bridge Girder Having Two Spans of 1 24 Feet," University of Illinois Engineering Expe-
riment Station, S tructural Research Series No. 4 3 9, April 1 97 7 . .
8. C. Suttikan, "A Generalized Solution for Time-Dependent Response and Strength of
Noncomposite and Composite Prestressed Concrete Beams," Ph.D. Dissertation super
vised by N. H. Burns, The University of Texas, Austin, Texas, Agustus 1 97 8.
9. L.D. Martin, "A Rational Method for Estimating Camber and Deflection of Precast
Prestressed Members," V. Prestressed Cone. Inst., Vol. 2 2 , No. I , Januari/Februari
1 97 7 , ha!. 1 00 - 1 08.
I 0. "Vibrations in Buildings," Building R esearch Station Digest, No. 78, London, England,
Juni 1 95 5.
. LAMPI RAN A
D E F I N I S I , N OTAS I , S I N G KATA N

Defin isi

I. Pratarik dan pascatarik. Metode pemberian prategang pada komponen-struktur be


ton dalam mana tulangan ditarik sebelum (sesudah) beton dicor.
2. Prategang penuh dan sebagian. Tingkat prategang yang diterapkan pada be ton dalam
mana tidak boleh ada tarikan sama sekali (sebagian) pada beton yang bersangkutan
di bawah beban kerja.
3. Prategang melingkar dan linear. Prategang melingkar berkenaan dengan prategang
pada komponen-struktur bundar seperti tangki dan pipa; prategang pada seluruh
komponen-struktur lainnya disebut linear.
4. Transfer (Peralihan). Transfer gaya prategang ke beton. Pada komponen-struktur
pratarik, transfer berlangsung pada saat terlepasnya gaya prategang dari dinding pe
nahan ; pada komponen-struktur pascatarik, transfer berlangsung setelah selesainya
proses penarikan.
5. Tulangan terekat dan tak-terekat. Tulangan yang seluruh panjangnya terekat (tak
terekat) pada beton di sekelilingnya.
6. Tulangan terangkur dan tanpa angkur ujung. Tulangan pada komponen beton pra
tegang yang ujungnya diangkurkan (tak-diangkurkan) dengan menggunakan alat me
kanis yang dapat mentransmisikan gaya tarik ke beton.
7. Tulangan prategang dan tak-prategang. Tulangan pada komponen beton-prategang,
yang dapat (tidak dapat) mengalami perpanjangan terhadap beton di sekelilingnya.
8. Tendon. Nama lain untuk tulangan prategang, dapat berupa kawat, batang, atau
strand (untaian kawat).
9. Kabel. Sekumpulan tendon, atau pusat gravitasi baja ( c.g.s.) dari seluruh tendon.
10. Kabel konkordan dan tak-konkordan. Kabel atau garis c.g.s. yang menghasilkan
suatu garis-C atau garis tekanan yang berimpit (tak-berimpit) dengan garis c.g.s. itu
sendiri.
1 1. Transformasi linear. Pemindahan posisi garis c.g.s. di atas tumpuan-dalam dari suatu
balok menerus tanpa mengubah bentuk hakiki garis terse but di dalam masing-masing
ben tang.
1 2. Beban gelagar, beban kerja, beban layan, beban retak, dan beban batas. BEBAN GE
LAGAR: Berat sendiri dari balok atau gelagar ditambah berat lainnya yang terletak
di atasnya pada saat transfer. BEBAN K ERJA ATAU BEBAN LAYAN: Beban total
maksimum normal yang telah ditentukan atau diperkirakan untuk dipikul oleh struk
tur. BEBAN RETAK : Be ban total yang dibutuhkan untuk memulai terjadinya retak
pada suatu komponen beton-prategang. BEBAN BATAS: Beban total maksimum
yang masih dapat dipikul oleh suatu komponen atau struktur sebelum mengalami
ktruntuhan total.
Lampiran A Definisi, Notasi, Singkatan 289

1 3. Faktor beban. Konstanta yang digunak.an untuk meningkatkan beban keija atau be
ban layan untuk mencapai beban batas yang dibutuhkan dalam desain kekuatan. Ta
bel l -2 mencantumkan beberapa nilai faktor beban ini.
1 4. Rangkak. Deformasi inelastik yang tergantung pada waktu dari beton atau baja yang
teijadi hanya akibat adanya tegangan dan fungsi daripadanya.
1 5. Susut be to n. Kontraksi beton akibat pengeringan dan perubahan kimiawi, tergan
tung pada waktu tetapi tidak tergantung langsung pada tegangan yang disebabkan
oleh beban eksternal.
1 6. Relaksasi. Deformasi inelastik yang tergantung pada waktu dari baja yang teijadi aki
bat tegangan yang diberikan terus-menerus dan fungsi daripadanya.

Notasi

Huruf Junani

A= lendutan balok.
Aa = deformasi-total dari angkur.
As = regangan total pada baja.
8= regangan satuan.
8; = regangan satuan awal pada beton, akibat perpendekan elastik.
8, = regangan satuan akhir pada be ton, termasuk pengaruh rangkak. tetapi tidak
termasuk susut.
8s = regangan satuan pad a baja.
J.l = koefisien gesek.
8 atau CX = perubahan sudut tendon; sudut.
a, f3, y = konstanta puntir (tor si).
p= As/bd.
rasio tulangan tarik tak-prategang.
p' = A /bd.
Pp = Aps/bd.
rasio tulangan prategang.
<P = faktor reduksi kapasitas (kemampuan) .
w = p.f;, /J; .
w' = p '.f;, /J; .
wP = Pp f;,JJ; .

, wp w ' w = indeks penulangan untuk penampang flens yang dihitung seperti perhitung
an untuk w, wp, dan w' kecuali bahwa b harus diambil sebagai le bar badan,
dan luas baja harus seperti yang disyaratkan untuk mengembangkan kekuat
an-tekan badan saja.

Huruf Inggris

A= luas penampang.
Ac = luas penampang-netto beton; atau luas bagian pracetak.
Ag = luas penampang-bruto beton.
A, = luas penampang-bruto beton, termasuk baja yang ditransformasikan dengan
rasio n.
290 Struktur Be ton Prategang

C = pusat gaya-tekan, pusat tekanan, atau pusat gaya aksial; a tau momen induk
si, dalam distribusi momen.
C' = C pada beban-batas.
cc = koefisien rangkak otf oi.
=

e = jarak dari c.g.c. ke serat terluar.

eb , e1 = e untuk serat bawah (atas ): eb 1 , e t ! , '- b 2 , e12 berturut-turut untuk bagian te

kan pada saat transfer atau pada beban-kerja; e; , c untuk penampang kom
posit.
c.g.s. = pusat gravitasi luas baja.
c.g.c. = pusat gravitasi (titik berat) penampang beton : c .g .c .' untuk penampang
komposit.
e = eksentrisitas.
e I e2 , e b e 1 = bermacam-macam eksentrisitas sebagaimana didefinisikan dalam teks.
F= gaya prategang efektif total setelah dikurangi kehilangan.
Fa = gaya prategang rata-rata pada baja untuk suatu panjang tertentu.
F1 , F2 = gaya prategang total berturut-turut pada titik I dan 2.
F; = gaya prategang awal total sebelum transfer.
F0 = gaya prategang total, sesaat setelah transfer.
FEM = momen jepit-ujung, dalam distribusi momen.
J= tegangan satuan.
j1 , j2 = tegangan satuan berturut-turut pada tahap-tahap atau titik-titik I dan 2.
J, = modulus-keruntuhan beton.
fa = tegangan satuan rata-rata pada baja untuk suatu panjang tertentu.
fc = tegangan satuan pada beton.
J; = tegangan satuan batas pada beton, umumnya pada umur 28 hari.
J;; = tegangan satuan batas pada beton, pada saat transfer.
J; = gaya prategang satuan awal pada baja sebelum transfer.
fo = \gaya prategang satuan pada baja , sesaat setelah transfel:.._,
fe = gaya prategang satuan efektif pada baja setelah dikurangi kehilangan.
D. f. = perubahan fs.
J;, fb = tegangan serat atas (bawah).
J;' , f = tegangan tarik pada se rat atas (bawah).
J;' = tegangan tekan utama.
J;" = tegangan tarik utama.
k = koefisien tinggi dari luas tekan kd pada sebuah penampang balok ; atau se
perti yang didefinisikan secara lokal.
k ' = k pada beban batas.
k 1 = rasio tegangan rata-rata dalam luas tekan batas balok dari fc.
k t > k h = jarak kern dari c.g.c. untuk atas (bawah) = r2 jcb(r2 !et); kn , kb 1 , kt 2 , kb 2
berturut-turut untuk bagian tekan pada saat transfer atau di bawah beban
kerja; k, k; untuk penampang komposit.
M = momen pada beban-berfaktor.
Mn , M = kapasitas (kemampuan) momen batas ;;;,: Mu/1/J .
, MA , M8 = momen pada titik A(B).
Me = momen yang bekerja pada penampang komposit.
Me, = momen retak.
ML = momen akibat beban hidup saja.
Me = momen akibat beban gelagar, termasuk semua beban pada balok atau gela
gar pada saat transfer.
Mp = momen pada bagian pracetak dari penampang komposit.
Ms = momen akibat beban wajib (superimposed load).
Lampiran A Definisi, No tasi, Singkatan 291

Mr = momen akibat beban total.


M 1 , M2 = m omen primer (hasil) pada balok menerus.
m= faktor be ban atau faktor keamanan.
m h, m 1= rasio modulus penampang dari bagian pracetak terhadap penampang kompo
sit untuk serat bawah (atas).
n= rasio modulus Es/E.
T= tarikan total pada baja prategang atau pusat tarikan total.
T' = T pada be ban batas.
T1 = T pada baja tak-prategang.
T( = T' pad a baja tak-prategang.
Vu = geser total pada balok pada beban-berfaktor.
= geser total yang dipikul oleh be ton, (nilai terkecil dari Vci atau Vcw ).
V, = geser total yang dipikul oleh baja.
Vn = kekuatan geser batas nominal ;;;;. Vu/1>
w= be ban a tau be rat per panjang.
w' = w pada be ban batas.
'
we , w;. = w dan w untuk balok menerus.
we = beban gelagar, kN/m.
w5 = beban wajib (superimposed load), kN/m .
y= jarak tegak-lurus dari garis e.g. c. ke se rat yang ditinjau.

Lihat Lampiran dari Peraturan ACI untuk semua persamaan peraturan dalam satuan
lazim di Amerika Serikat dan satuan metrik SI. Faktor konversi berikut akan membantu,
bersama dengan persamaan-persamaan lainnya, pada saat mulai melakukan konversi ini.

FAKTOR K O N V E RS I-SATUAN LAZ I M AM E R I KA SE R I KAT K E


SATUAN S I

G E OM ET R I , K ES E L U R UHAN

Bentang 1 ft 0,3048 m
Perpindahan 1 in. 2 5 ,4 mm
Luas permukaan 1 ft2 0,0929 m2
Volume 1 ft3 0,0283 m3
1 yd3 0 , 7 6 5 m3

SI FAT STR U K T U R

Dimensi penampang 1 in. 25,4 mm


Luas 1 in. 2 645 ,2 mm2
Modulus penampang 1 in. 3 1 6,39 x 1 03 mm3
Momen inersia 1 in.4 0,4 1 62 x 1 06 mm4

S I F AT BAHAN

Rapat massa 1 lb/ft3 1 6,03 kg/m3


Modulus dan tegangan 1 lb/in. 2 0,006895 N/mm2
1 k/in. 2 6,895 N/mm2
292 Struktur Beton Prategang

PEMBEBANAN

Beban terpusat l ib = 4,448 N


1 k = 4,448 kN
Kerapatan l lb/ft3 = 0, 1 5 7 1 kN/m3
Beban linear 1 k/ft = 1 4,59 kN/m
Beban permukaan 1 lb/ft 2 = 0,0479 kN/m2
l k/ft2 = 47,9 kN/m2

TEGANGAN DAN MOMEN

Tegangan l lb/in.2 = 0,006895 N/mm2


1 k/in.2 = 6,895 N/mm2
Momen atau puntir (torsi) 1 ft-lb = 1 ,356 N-in
1 ft-k = 1 ,356 kN-m

Ekivalen metrik dari nilai-nilai batas


LAZIM A.S. METR I K S I

rv'E 0.25 Vij


6Vij o.so Vij

7.5 Vij 0.62Vij


LAMPIRAN B
DATA U NT U K B E B ERAPA
S I STE M P RATEGAN G

POSTTENSIONING COMPANIES-ADDRESSES
CONCRETE CONSTRUCTION SUPPLY, INC.
3609 Dividend Drive
Garland. Texas 75042

CONTINENTAL CONCRETE STRUCTURES


4487 C" Park Drive
..

Norcross, GA 30091

CONTINENTAL STRUCTURES, INC.


208 1 5 Belshaw Avenue
Carson, C:alifornia 90746

DYCKERHOFF AND ;DMANN, INC.


Dywidag Prestressed Concrete
529 Fifth Avenue
New York, NY 1 00 1 7
(Other offices :
Baltimore, Maryland
Greenville, South Carolina
Lemont, Illinois
Lincoln Park, New Jersey
Richardson, Texas
San Diego, California]

INRYCO, INC.
Post-Tensioning Division
P. 0. Box 1 056
Melrose Park, I L 601 60
THE PRESCON CORPORATION PRESCON / FREYSSINET INTERNATIONAL
89 1 8 Tesoro Drive 66, Route de la Reine
P. 0. Box 1 7450 92 100 Boulogne, Billancourt
San Antonio, TX 782 1 7 France
[Other offices i n or near:
Atlanta, GA ; Baltil]1ore, M D ;
Columbus, O H ; Denver CO;
Houston, TX ; Los Angeles, CA ;
Memphis, TN ; New York, NY;
San Francisco, CA]
294 . Stru ktur Be ton Prategang

TITAN PRESTRESSING CORPORATION, LTD


# 209- 1 035-64 Avenue S . E .
Calgary, Alberta T 2 H 2J7
Canada

VSL CORPORATION
1 0 1 Albright Way
P. 0. Box 459
Los Gatos, CA 95 030
(Other offices in or near:
Atlanta, GA; Chicago, I L ;
Dallas, TX; Denver, CO;
Honolulu, H I ; Houston, TX ;
Los Angeles, CA ; Miami, F L ;
Washington, DC]

WESTERN CONCRETE STRUCTURES CO., INC.


9 1 1 3 South Hamilton Avenue
P. 0. Box 440
Gardena, CA 90247
(Other offices in or near: New
Orleans, LA ; Atlanta, GA]

2000

V
1 500 /

V [
!?.

c'

[
"' Strand 7 -kawat- d iameter 1 2,7 m m
Cl
c Luas = 98,7 m m
2

I
1 000
Ql Strand 7-kawat-diameter 9,5 m m
f-
11 Luas = 5 1 ,6 m m
2
...:::
P u t u s pada regangan sebesar 6 %
I
500

0 V
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05

Gambar B- 1 . Kurva tegangan-regangan untuk baja prategang.


Lampiran B Data untuk Beberapa Sjstem Prategang 295 '\
Sifat-sifat Baja Prategang
---

Lazim A.S. Metrik


Diameter Luas B erat Diameter Luas Massa
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal
Tipe (in.) (in. 2 ) (lb/ft) (mm) ( mm2 ) (kg/m)

Strand 7-kawat -}(o, 2 5 0) 0,036 0, 1 2 6,350 23,2 0, 1 79


fi-(0,3 1 3 ) 0,058 0,20 7,950 37,4 0,28
( Deraj at 250) 0,375) 0,080 0,27 9,525 5 1 ,6 0,402
-ft{0,438) 0, 1 08 0,37 1 1 , I 25 69,7 0,5 5 1
t\0,500) 0, 1 44 0,49 I 2,700 92,9 0,729
(0,600) 0,2 1 6 0,74 1 5,240 1 39,4 l ,1 0 I

Strand 7-kawat 0,37 5 ) 0,085 0,29 9,525 5 4,8 0,432


-ft(o,438) 0, 1 1 5 0,40 1 1 , 1 25 74,2 0,595
( Derajat 270) -}(o,5 oo) 0, 1 53 0,5 3 1 2,700 98,7 0,789
(0,600) 0,2 1 5 0,74 1 5, 240 1 38,7 I, I O I

Kawat O, I 92 0,029 0,098 4,877 I 8, 7 0, 1 46


prategang 0, 1 96 0,030 0, 1 0 4,978 1 9,4 0, 1 49
0,250 0,049 O,I 7 6,350 3 1 ,6 0,253
0,276 0,060 0,20 7,0 1 0 38,7 0,298
Lazim A.S. Metrik
Diameter Luas B er a t Diameter Luas Massa
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal
Tipe (in.) (in. 2 ) (lb/ft) ( mm) (mm2 ) (kg/m)

Batang 3 0,44 1 ,5 0 1 9,050 283,9 2,232


4
7
prategang 'S" 0,60 2,04 22,225 3 87, 1 3 ,036
(mulus) 1 0,7 8 2,67 25,400 503,2 3,973
I {r 0,99 3,38 28,575 638,7 5,030
I 1 ,2 3 4, 1 7 3 1 ,750 793,5 6,206
1 1 ,48 5,05 34,925 95 4,8 7,5 1 5
5
Batang 15 0,28 0,98 1 5,87 5 1 80,6 1, 45 8
prateganng 3 0,42 1 ,49 1 9,050 27 1 ,0 2,2 1 7
4
( terdeformasi) 1 0,8 5 3,0 1 25,400 5 48,4 4,480
1 1 ,25 4,39 3 1 ,750 806,5 6,535
It 1 ,5 8 5,56 34,925 1 006,5 8,274
296 Struktur Be ton Prategang

Sifat-sifa t Baja Tulangan (tak-tertegang)


Batang Tulangan
Lazim A.S. Metrik
Ukuran Diameter Luas Berat Diameter Luas Mass a
Batang Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal
(in.) (in. 2 ) (lb/ft) ( mm) ( mm2 ) (kg/m)

3 0,375 0,1 1 0,376 9,525 71 0,560


4 0,500 0,20 0,668 1 2,700 1 29 0,994
5 0,6 2 5 0,3 1 1 ,043 1 5,875 200 1 ,5 5 2
6 0,7 5 0 0,44 1 ,502 1 9,050 284 2,235
7 0,875 0,60 2,044 22,225 . 387 3,042
8 1 ,000 0,79 2 ,670 25.,400 510 3,973
9 1 , 1 28 1 ,00 3,400 28,65 1 645 5 ,060
10 1 ,270 1 ,2 7 4,303 32,2 5 8 819 6,404
l1 1 ,4 1 0 1 ,5 6 5,3 1 3 35,8 1 4 1 .006 7,907
14 1 ,693 2,25 7,650 43,002 1.452 1 1 ,385
18 2,257 4,00 1 3,600 57,328 2.58 1 20,240

Tu1angan Kawat
Lazim A.S. Metrik
Ukuran W dan D Diameter Luas B erat Diameter Luas Massa
Nominal No minal Nominal Nominal Nominal Nominal
Mulus Terde- (in.) (in. 2 ) (lb/ft) (mm) ( mm2 ) (kg/m)
formasi

W3 1 D3 1 0,628 0,3 10 1 ,054 1 5,95 1 200,0 1 ,569


W-3 0 03 0 0,6 1 8 0,300 1 ,020 1 5 ,697 1 93,6 1 ,5 1 8
W28 028 0,597 0,280 0,9 5 2 1 5 , 1 64 1 80,7 1 ,4 1 7
W26 D26 0,57 5 0,260 0,934 1 4,605 1 67,7 1 ,390
W24 D24 0, 5 5 3 0,240 0,8 1 6 1 4,016 1 54,8 1 ,2 1 4
W22 D22 0,529 0,220 0,748 1 3,437 1 4 1 ,9 1,113
W20 020 0,504 0,200 0,680 1 2,802 1 29,0 I ,0 1 2
Wl8 018 0,478 0, 1 80 0,6 1 2 1 2, 1 4 1 1 16,1 0,9 1 1
W16 D16 0,45 1 0, 1 60 0,544 1 1 ,455 1 03,2 0,8 1 0
W14 D14 0,422 0, 1 60 0,476 1 0,7 1 9 90,3 0,708
W12 D12 0,390 0, 1 20 0,408 9,906 77 ,4 0,607
Wll Dl l 0,374 0, 1 1 0 0,374 9,5 00 7 1 ,0 0,5 5 7
Wl 0,5 0,366 0, 1 05 0,357 9,296 67,7 0,5 3 1
WIO 010 0,356 0, 1 00 0,340 9,042 64,5 0,506
W9 ,5 0,348 0,095 0,323 8,839 6 1 ,3 0,4 8 1
W9 D9 0, 3 3 8 0,090 0,306 8,5 85 5 8, 1 0,455
W8,5 0,329 0,85 0,289 8,357 54,8 0,430
W8 D8 0,3 1 9 0,080 0,272 8, 1 03 5 1 ,6 0,405
W7 ,5 0,309 0,075 0,2 5 5 7,849 48,4 0,380
W7 D7 0,298 0,070 0,238 7,569 45,2 0,354
W6,5 0,288 0,065 0,221 7,3 1 5 4 1 ,9 0,329
W6 D6 0,276 0,060 0,204 7,0 1 0 38,7 0,304
Lampiran B Data untuk Beberapa Sistem Prategang 297

R I NC IAN S ISTEM PASCATA R I K DYW I DAG*

Tersedia dalam diameter nominal in. , 1 in. , Ii- in. , dan I in. , Batang-ulir Dywidag di
buat dari baja-paduan (alloy steel) yang dibuat dengan proses penggilingan panas (hot
rolled) dan batas-regang (proof stress) sesuai dengan ASTM A-7 2 2-7 5 .
Baja prategang Batang-ulir Dywidag mempunyai pola penggilingan menerus dari defor
masi yang menyerupai uliran di seluruh panjangnya. Lebih awet dari uliran mesin, deforma
si ini memungkinkan angkur dan perangkai (coupler) menyusup ke dalam batang-ulir terse
but pada setiap titik.
Tersedia dalam gulungan sampai sepanjang 60 ft ( 1 8 m), batang-ulir ini dapat dipo
tong menjadi panjang tertentu sebelum dikirim ke lokasi pekerjaan. A tau bila keadaannya
membahayakan, batang-ulir tersebut dapat dikirim ke lokasi pekerjaan dalam bentuk gu
lungan panjang untuk kemudian dipotong di lapangan dengan menggunakan alat gesekan
portabel atau gergaji. Beberapa batang-ulir dapat disambung untuk memudahkan pengerja
an atau untuk memper i?anjang sebuah batang prategang sebelumnya.

Sifat-sifat baja prategang

Diameter Tegangan Luas Kekuatan Gaya Prategang-(k) Beratb Jari-jari


Batang- Batas Penampang Batas (Ib/ft) Lentur
u lir ifpu - ksi) (Aps - in2 ) ifpu Aps)
0,80 0,70 0,60 Elastik
Nominal J;,uAps J;,uA ps J;,uAps Minimum
(in.) (ft)
5
lf 1 57 0,28 43,5 34,8 3 0, 5 26, 1 0,98 26
1 1 50 0,85 1 2 7,5 1 02,0 8 9,3 76,5 3,0 1 52
I 1 608 0,85 1 3 6,0 1 08 , 8 95,2 8 1 ,6 3 ,0 1 ' 49
I! I SO I ,25 1 87,5 1 5 0,0 1 3 1 ,3 1 1 2 ,5 4,47 64
,I 1 608 1 ,2 5 2 00, 0 1 60,0 1 40,0 1 20,0 4,47 60
I t 1 50 1 ,58 237,0 1 89,6 1 65 , 9 1 42,2 5,56 72

8Periksa ketersediaannya sebelum menentukan.


b Berat pengangkutan mungkin bervariasi.

Rincian Angkur
5 1 4'
Diameter batang-ulir 1f 1i
(in.)
3 !- rt> X J! Stc!> X 2 6tc!> X 2f 7 !-cl> X 3 {-
Ukuran angkur "lonceng"

3 X 3 Xt St lt 6
(in.)
5 X X X 7 X 1 7 X 7t X 1
Ukuran pelat angkur8
(in.)
2 X 5 X 1 4 X 6t X 1 5 X 8 X 1 5 X 9t X lt
Perpanjangan mur I It 2t 2.!.
4
(in.) b
32'
Tonjolan batang minimum
(in.)
2t 3 4

*Dari Post- Tensioning Manual, 1 9 8 1 . Digunakan atas izin Post-Tensioning Institute dan Dyckerhoff dan
Widmann, Inc. Konversi S.I. menggunakan faktor konversi pada hal 5 96.
298 Struktur Beton Prategang

Rincian Perangkai (Coupler)


5
--- --------- ----- - -

Diameter batang-ulir (in.) 'If 1 1 13


Panjang (in.) 3t 5t 6 sf
Diameter (in.) It 2 2t 2i
Rincian Selongsong (Sheath)

Diameter batang-ulir (in.)


5
'If 1 41 I}
Selongsong batang-ulir O.D. (in.) I3 It 1 2

S elongsong batang ulir I.D. (in.) 4 1 It I


Selongsong perangkai O.D. (in.) d- 2 3 3
Selongsong perangkai I.D. (in.) It 2t 2t 3t
Rincian Pembentuk Kantung

Diameter batang-ulir (in.)


5
'If 1 1 I}
Panjang (in.) 4 7 s si I
Diameter maksimum (in.) 3t st 6t 62

aukuran pelat lain tersedia menurut pesanan.


b Untuk mengakomodasi tegangan.
(1" = 25,4 mm)

Susunan Tendon dengan Angkur lonceng

K o mpo nen - k o mp o nen S i stem Batang-u l i r


Dywidag dibuat d i Amerika


Serikat hanya oleh Dyc kerhoff
dan Widmann, I nc.

Se lc n gsc n g p ,

-
- - -
._ - - _-_ -_ --_-_ --_
I --
=

Perangkaj
Lampiran B Data untuk Beberapa Sistem Prategang 299

ANG K U R DAN T E NDON BBRV*

Sistem pascatarik BBRV dikembangkan pada tahun 1 949 oleh empat orang insinyur ber
kebangsaan Swiss, yang bernama Birkenmeier, Brandestini, Ros dan Vogt, di mana inisial
nama-nama mereka digunakan untuk nama sistem ini.
Sebuah tendon BBRV terdiri dari beberapa (atau banyak) kawat berkekuatan-tinggi
diameter } in, yang ditempatkan sejajar di mana setiap ujung dari setiap kawat berakhir
di dalam sebuah "kepala" berbentuk setengah bola yang dibuat dengan cara cetak-dingin
(cold-formed buttonhead), setelah kawat tersebut dimasukkan se cara terpisah melalui
sebuah alat pengangkur bermesin. Sistem ini memungkinkan penarikan semua kawat secara
bersamaan di dalam suatu tendon dan "kepala"nya memungkinkan dicapainya gaya tendon
batas (ultimate tendon force).
Tendon BBRV biasanya digunakan dalam pemasangan sistem terekat (bonded), dan
tendon tersebut dibuat di pabrik agar dapat disesuaikan dengan spesifikasi di lokasi peker
jaan.
Untuk bangunan-bangunan gedung biasanya digunakan kawat sampai sebanyak 52
buah, sedangkan kawat sampai sebanyak 1 70 buah biasanya dibutuhkan untuk konstruksi
jembatan, pengangkuran pada batuan besar, dan dalam struktur penahan pada pembang
kit tenaga nuklir.

Angkur Prategang u ntuk Tendon B B R V

Tipe BG (lihat hal. 300)


Tanda angkur 18 BG 24 BG 30 BG 38 BG 46 BG 52 BG
Jumlah kawat ( maks.) 1 8 24 30 38 46 52

I
Ukuran pelat A 7 f x 7f 8f x 8f 9f X 9f IOt X !Of l lfx llf 1 2 X 12
bantalan (in.) B 6 x 9f 7 x !Of 8x ! I f 9 x 12 !O x 13f 11 X 13f
Tro mp et O . D. (in.) 3 14 4 !2 5 5 !4 5 !2 51 4
Kabel O. D. (in.) P -8 r8 2 2 18 218 2 14
Gaya prategang 1 27,3 1 6 9,7 2 1 2, I 268,7 325,2 3 67,6
efektif pada 0,6/p, u (k)
"Angkur yang diistirahatkan" digunakan bila kedalaman kantung tegangan terbatas. Tipe BM
juga tersedia.

Tipe MG (Jihat hal. 300)


Tanda angkur 8 MG 1 2 MG 1 8 MG 24 M G 3 0 MG 38 MG 46 MG
Jumlah k awat ( maks. ) 8 12 18 24 30 38 46

I
Ukuran p elat A 3t X 8 4 X 8t 5 X 1 0 6 X l i t 7 X 1 2t 8 X 1 3 9 X 1 4
bantalan ( in.) B 3t X 1 0 5 X 7 6 X 9 7 X 1 1 8 X 1 2 9 X 1 4 10 X 15
T ro mpet O . D. (in.) p2. 3 3 4 4!.2 5 5 !.2
Kabel O.D. (in.) }!. p . p . 2 21. 2.?.8
4 1 !.8
Gaya prategang 56 6 84,8 1 27,3 1 69,7 2 1 2, 1 268,7 3 2 5 ,2
efektif pada 0 6/p u (k )
, '

Tipe "angkur yang tidak diistirahatkan" digunakan bila kedalaman kantung tegangan tidak dibatasi.
o" = 2 5 ,4 mm)

* Digunakan atas izin Inryco, Inc. Konversi S.I menggunakan faktor konversi ha !. 596.
300 Struktur Beton Prategang

Tendon dengan Kawat in.-Konstanta


( Prescon, BB RV, Western Concrete Systems)

Kawat Luas Berat p P; Pmaks p""


tiap Tendon Tendon 144 ksi 168 ksi 192 ksi 240 ksi
Tendon (in. 2 ) (lb/ft) (k) (k) (k) (k)
( 0,6[pu ) ( 0, 7[pu ) ( 0,8[pu ) ([pu )
4 0, 1 964 0,667 28,3 33,0 37,7 47, 1
5' 0,2455 0,83 3 35,4 4 1 ,2 47, 1 5 8,9
6 0,2946 1 ,000 42,4 49,5 56,6 7,7
7 0,3437 1 , 1 67 49, 5 5 7,7 66,0 82,5
8 0,3928 1 ,333 56,6 66,0 75,4 94,3
9 0,44 1 9 1 ,5 00 63,6 74,2 84,8 1 06, 1
10 0,49 1 0 1 ,.6 67 70,7 82,5 94,3 1 1 7,8
12 0,5 892 2 ,000 84,8 99,0 1 1 3,1 1 4 1 ,4
14 0,6874 2,333 99,0 1 1 5,5 1 32,0 1 65,0
16 0,7856 2 ,667 1 1 3, 1 1 3 2,0 1 50,8 1 88,5
18 0,8 838 3,000 1 '27,3 1 48,5 1 69,7 2 1 2, 1
20 0,9820 3,333 1 4 1 ,4 1 65,0 1 88,5 235,7
24 1 , 1 7 84 4,000 1 69,7 1 98,0 2 26,2 282,8
30 1 ,4730 5 ,000 2 1 2, 1 247,5 2 82,8 3'5 3,5
38 1 ,8658 6,333 268,7 3 1 3,5 3 58 ,2 447,8
(I k = 4,448 kl\')

Angkur tegangar. Angkur mati


TIPE BG Tipe SG

In/

(c) T I P E MG (d) T I P E BG
Lampiran B Pata untuk Beberapa Sistem Prategang 301

Sistem Batas- K Freyssinet*

Umum Semua tendon dalam sistem K (K-Range) dapat dibuat sebelumnya atau dita
rik ke dalam selongsong maupun strand yang didorong satu demi satu ke dalam selongsong,
sebelum atau sesudah beton dicor, untuk memenuhi urut-umtan pelaksanaan.
Gesekan pipa Diameter pipa dipilih berdasarkan pengalaman untuk memperoleh jalan
tengah yang terbaik di antara masalah-masalah praktis dalam penguliran tendon dan pe
nyuntikan adukan semen dan faktor-faktor ekonomis dalam pemusatan tendon dan biaya
material.
Konstantakonstanta berikut disarankan untuk tujuan desain bila menggunakan selong
song baja normal.

Untuk kelengkungan: p. = 0,26


Untuk variasi yang tak disengaja (naik turunnya kabel) : K = 0, 001 0/ft.

Angka-angka di atas yang didasarkan pada Rekomendasi FIP adalah untuk strand ber
sih dan selongsong yang permukaan-dalamnya bebas karat . Tetapi, bila selongsong yang dila
pisi khusus atau emulsi yang dapat larut dalam air digunakan pada kabel, diambil angka
yang lebih rendah dan angka-angka tersebut disarankan untuk masing-masing keadaan.
Operasi khusus Semua tendon Batas-K (K-Range) pada saat ditegangkan (ditarik) da
pat:

1. Ditarik-ulang beberapa kali menumt kebutuhan untuk mencapai perbesaran gaya yang
dibutuhkan.
2. Ditarik dalam beberapa gerakan menurut kebutuhan berdasarkan pertimbangan stmk
tural.
3. Ditahan-operasi ini dilakukan terhadap setiap strand satu-persatu dengan mengguna
kan suatu jenis dongkrak strand-tunggal yang hams disediakan. Operasi ini hams dila
kukan hanya dalam keadaan darurat saja.

Batas-batas monogrup K 0,5 in.

Diameter Se-
longsong Dalam Gaya Prategang (k} Sistem dan
Tipe Jumlah (min} %Kekuatan-Patah Minimum Tipe
Angkur Strand (in.} 70% 80% 100% Dongkrak
I M5 28 9 33 0 4 1 3 Monostrand
7K5 2 57 8 66 0 82 6 K I OO
3 86 7 99 0 1 24
4 1 16 1 32 1 65
5 1 45 1 65 207
6 1 74 1 98 248
7 2!8 202 23 1 289
( I k = 4,448 kNJ

*Digunakan atas izin Frey ssinet International.


. K onversi S.I. menggunakan faktor-faktor konversi pada
hal.OOO.
..--

302 Struktur Beton Prateg"ng

Batas-batas monogrup K 0,5 i n .

Diameter
Selongsong Gaya Prategang (k) Sistem dan
Tipe Jumlah Dalam (min) % Kekuatan.Patah Mill. Tipe
Angkur Strand (in.) 70% 80% IOOo/o Dongkrak

12K5 8 23 1 264 330 K200


9 260 297 372
10 289 330 413
363
496
11 318 454
12 2 !2 347 396

1 9K5 13 376 429 537 K350


14 405 462 578
15 434 495 620
16 463 528 66 1
17 491 56 1 702
18 520 594 743
19 3 549 627 785

27K5 20 578 660 826 K500


21 607 693 8 67
22 636 726 909
23 665 759 950
24 694 792 991
2) 729 825 1032
26 752 858 1 074
27 3 . 78 1 891 1 1 15
37K5 28 8 10 . 924 1 1 56 K700
29 838 957 1198
30 867 990 1 239
31 896 1 023 1 28 0
32 925 10 56 1322
33 9 54 1 089 1363
34 982 1122 1404
35 1 0 12 1 1 55 1033
36 1 04 1 1188 1 074
37 4 !2 1070 1221 1 528
55K5 38 KIOOO
to
55 S I! 1590 1817 2271

(I k = 4,448 kN)
-- -.....

Larnpiran B Data untuk Beberapa Sistem Prategang 303

Rincian

Inci ( 1 in. = 25,4 mm)


7KS 12KS 12K6 l9KS 27KS 37KS SSKS
IMS l M6 4K6 7K6 l9K6 27K6 37K6
----
a
b
7,75 7 ,75 7 ,7 5 1 0,5 1 1 ,7 5 1 2,75 1 4,75 1 7 ,75 20,75
3,5 3,5 4,5 5 ,0 6,75 7,75 9,25 1 0,75 1 2,75
c 3 ,5 3,5 7,0 9,75 1 1 ,75 1 3 ,75 9,75 2 1 ,75 25,5
d 3 ,5 3,5 4,0 4,75 5,0 5,0 5,5 6,0 6,25
e
8,75 10,5 1 4,0 1 5 ,0 1 7,75 2 1 ,5 25,0
f 4,25 5 ,0 6,75 7 ,0 8,25 1 0,0 1 1 ,75
g - 2 7 ,5 34,5 39,25 39,25 49,25 5 9 ,0 6 9,0
h 4,5 6 ,0 7,0 7 ,7 5 9,25 1 0,75 1 2,75
k - 1 3,0 1 5 ,0 1 7 ,75 1 7,7 5 22,5 27,25 31.5
I - 1 0,5 1 1 ,7 5 1 4, 7 5 1 4,75 1 9,0 22,75 26,25

Reses
mtring

l -@E -J -- ]
Pusat angkur dan Reses
ujung
kebebasa n tep i
normal

Dongkrak Batas-K Dongkrak Batas-K (K-Range iack) adalah blok-piston (ram) yang
tengahnya berlubang dari tipe hidrolik yang bekeij a dua-arah dengan silinder tetap dan pis
ton bergerak.
Pemasa!lgan strand pada dongkrak dilakukan dengan rahang multiguna sudut-lebar
yang didesain secara khusus, yang akan terlepas dengan sendirinya setelah pendongkrakan
selesai.
"'
'
Port
hidro l i k B l o k angkur

Rahang
Pegas karet
tekanan

Strand
304 Struktur Beton Prategang

Sistem M u ltistrand*

Strand 7-kawat 270-k untuk beton prategang dengan tegangan batas (/.) sebesar
270.000 psi diproduksi dan diuji menurut persyaratan-perzyaratan ASTM A-4 16. Sifat-sifat
fisis dari strand 270K diameter t in. yang tak dilapisi dan stress-relieved adalah sebagai beri
kut :

Kekuatan batas 41 .300 lb


Kekuatan leleh (pada pe'rpanjangan 1%) 3 5 .1 00 lb
Modulus elastisitas pendekatan 27.000.000 psia
Perpanjangan minimum pada keadaan runtuh 3,5% dalam 24 in.

Angkur
Angkur Tegangan VSL Tipe E Angkur tegangan, VSL tipe E, terdiri dari sebuah kepa
la angkur, pemegang VSL, pelat bantalan dan klep.
Angkur ini dapat juga digunakan sebagai angkur tetap (angkur mati) bila suatu gaya
prategang penuh diperlukan segera pada ujung komponen-struktur yang akan diprategang.
Pelat bantalan yang diperlihatkan adalah dari jenis standar dan didasarkan pada suatu
tegangan bantalan sebesar 3000 psi pada gaya keij a. Kekuatan-tekan beton pada saat prate
gang awal /,; 3500 psi.
=

Unit Q b c

ES-3 5* X 5i J !2 4
E5-4 6i X 6i J!2 4 !2
E5-7 8x8 3 !2 8
a E5- 12 10! X IOi 3 !2 12
E5- 19 13 X 13 4 23
E5-22 14i X 14 4!2 26
ES-3 1 17X 17 5 34
E5-55 23 X 23 8 42
Dimensi dalam inci ( 1 in . = 25,4 mm)

*Digunakan atas izin VSL Corporation. Konversi S.I. menggunakan faktor konversi hal. 000.
a
Pabrik yang berbeda mungkin memiliki gambar yang agak berbeda.
Lampiran B Data untuk Beberapa Sistem Prategang 305

Strand 270 k si d iameter Y2 i n .


, Diamete.t: Selongsong
dalanl Inci ..,


uaya
Pipa lom Pif'a Dinding l'emp . Milks, .Awli.l
lumlah l.ua Ba.ia: B\ll!at Lenttl.t - l'is l'ar Gaya0,8fpu O,"l!Jp.
Unit Strand (in.2) }JII>tf:O I.D. O.D. (k} tl) ::
E5-3 0,306 1 ,050 Jl }! 66,1 57,8
2 2

0,459 1 ,575 Jl p 99, 1 86,7


2
3
E5-4 4 0,6 1 2 2, 1 00 p8 p 1 32,2 1 1 5,6
E5-7 5 0,765 2,625 p 2T, 1 65,2 1 44,5
6 0,9 1 8 3,1 50 I 87 2T, 1 98,2 1 73,5
7 1 ,07 1 3,675 2 2 ! 2 3 1 ,3 202,4
E5-1 2 8 1 ,224 4,200 2 2 !4 264,3 231,3
9 I ,37.7 4,725 2l 2-k 2 97,4 260,2
10 1 ,530 5 ,2 50 2 l 2-k 330,4 289, 1
11 1 ,683 5,775 21 2f6 363,4 3 1 8,0
12 1 ,836 6,300 2 !2 16
2!:1 396,5 346,9
E5- 1 9 13 1 ,989 6,825 218 3 429,5 375,8
14 2 , 1 42 7,350 28 3 462,6 404,7
15 2 ,295 7,875 2: 3
-f. 495,6 433,6
16 2 ,448 8,400 2 28 3
f. 5 28,6 462,6
17 2 ,601 8,925 3 3 5 6 1 ,7 49 1 ,5
fo
18 2 ,754 9,450 3 3
fo 5 94,7 5 20,4
19 2,907 9,975 3l
8
3
fo 6 27,8 549,3
3 ,060 10,5 00 3l 3 1 660,8 5 78,2
E5-22 20

21 3 ,2 1 3 1 1 ,025 3l

31
693,8 607, 1
22 3,366 1 1 ,550 31
8
31
7 26,9 636,0
E5-3 J 23 3,5 1 9 1 2,075 3!
2
3 !1
16 759,9 664,9
24 3 ,672 1 2,600 31 3 ll
16 793,0 693,8
25 3 ,825 1 3, 1 25 31

3 !1
16
826,0 722,7
3 ,978 13,650 31 3ll
16 859,0 7 5 1 ,7
8
26
27 4, 1 3 1 14, 1 75 31
4f. 892,1 780,6
28 4,284 1 4,700 31
8
4f. 925 , 1 809,5
29 4,437 1 5,225 31
8
4f. 958,2 838,4
30 4,590 1 5 ,7 5 0 4 4 !2 991,2 867,3
31 4,743 16,275 4 4 l2 1 024,2 896,2
E5-55 55 8 ,4 1 5 28,875 5 !2 6 1 8 1 7,6 1 590,4
(1 in. = 25,4 mm) (1 k = 4,448 kN)
,..--

LAM PI RAN C
KO N STANTA-KO N STANTA
U NT U K P E N AM PA N G BALO K

Tabel C-1 Konstanta-konstanta u ntuk Penampang-T


,2 d
Penampang b'/b t/ lr A" cb b cI b J< kI b kb b

l -a 0, 1 0, 1 0, 1 9bh 0,7 1 4h 0,286h 0,0 1 79bh 3 0,0945h 5 0, 1 32h 0,3 3 3h


1 -b 0, 1 0,2 0,28 0,7 5 6 0,244 0,0 1 92 0, 06 8 8 0,09 1 0 0,282
l-e 0, 1 0,3 0,37 0,7 5 5 0,245 0,0 1 9 3 0,0520 0,068 9 0,2 1 2
l-d 0, 1 0,4 0,46 0,7 3 5 0,2 6 5 0,0202 0,043 9 0,05 97 0, 1 65
l-e . 0,2 0,1 0,28 0,6 29 0,3 7 1 0,0283 0, 1 0 1 0 0, 1 6 1 0,272
l-f 0 ,2 0 ,2 0 ,36 0 ,678 0 ,322 0 ,0 3 1 5 0 ,0875 0 ,1 2 9 0 ,272
l-g 0,2 0,3 0,4 4 0 ,6 9 1 0,3 0 9 0,03 1 9 0,0725 0, 1 05 0,234
20h 0,2 0,4 0,5 2 0, 6 84 0,3 1 6 0,03 1 6 0,06 1 6 0,090 0, 1 95
l -i 0,3 0, 1 0,3 7 0, 5 85 0,4 1 5 0,036 5 0,098 5 0, 1 6 9 0,237
l:i 0,3 0,2 0,44 0,6 26 0,374 0,0408 0,0928 0, 1 48 0,248
t -k 0,3 0,3 0,5 1 0,6 45 0,3 5 5 0,04 1 7 0,08 1 9 0, 1 27 0,23 1
1-/ 0,3 0,4 0,5 8 0, 6 45 0,3 5 5 0,04 1 7 0,0720 0, 1 1 2 0,203
1-m 0,4 0, 1 0,4 6 0,5 5 9 0,44 1 0,0440 0,0954 0, 1 7 1 0,2 1 6
1 -n 0,4 0,2 0 ,5 2 0,5 9 2 0,408 0 ,0486 0,0935 0, 1 5 8 0,229
l -o 0,4 0,3 0, 5 8 0,609 0, 3 9 1 0,0499 0,0860 0, 1 4 1 0,220
l-p 0,4 0 ,4 0,64 0,6 1 2 0,3 8 8 0,0502 0,0 7 8 5 0, 1 28 0,20 5
l -q 1 ,0 1 ,0 1 ,00 0,5 00 0, 5 00 0,08 3 3 0,0833 0, 1 6 7 0, 1 67

aoiberikan sebagai fungsi bh.


bDiberikan sebagai fungsi h.
CDiberikan sebagai fungsi bh 3 .
dDiberikan sebagai fungsi h 2

TABEL 1

Konstanta-konstanta untuk Penampang-T


Penampang u n t u k konstanta-konstanta Tabel C- 1 .
Lampiran C Konstanta-konstan ta untuk Penampang Balok 307

Tabel C-2 K onstanta-konstanta u ntu k Penam pa n g- 1


(' b JC ,2 d
Penampang b'/b t/h A" cb b t kt b kb b
3 2
2-a 0, 1 0, 1 0 , 2 1 bh 0,6 5 0h 0 , 3 5 0h 0,0260bh 0, 1 2 3 6h 0, 1 90h 0, 3 5 4h
2-b 0,1 0,2 0,3 2 0,6 7 5 0,325 0,0345 0, 1 0 8 0 0, 1 6 0 0, 3 3 2
2-c 0,1 0,3 0,43 0,672 0,328 0,0387 0,0900 0, 1 34 0,274
2-d 0,2 0, 1 0,29 0,6 1 0 0, 3 9 0 0,03 1 6 0, 1 0 9 0 0, 1 79 0,280
2-e 0 ,2 0,2 0,3 8 0,647 0, 3 5 3 0,0 3 7 8 0, 0 994 0,1 53 0, 2 8 2
2-j 0,2 0,3 0,47 0,6 5 5 0,345 0,0402 0,0856 0, 1 3 1 0,248
aviberikan sebagai tungsi bh.
bDiberikan sebagai fungsi h.
CDiberikan sebagai fungsi bh 3
2
dDiberikan sebagai fungsi h .

Penampang u ntuk konstanta-konstanta Tabel C-2.

Tabel C-3 Konstanta-konstanta u ntuk Penampang- 1


,2 d
Penampang b'/b tjh A" cb b ct b JC kt b kb b
3 2
3-a 0,1 0,1 0,2 3bh 0 , 5 97h 0,403h a,o 3 2 6bh 0, 1 4 2 0h 0 , 2 3 8 h 0,3 5 2h
3-b 0, 1 0,2 0,3 6 0,6 1 1 0, 3 8 9 0,0464 0 , 1 288 0 ,2 1 0 0,33 1
3-c 0,1 0,3 0,49 0,606 0,39 4 0,05 3 5 0, 1 090 0, 1 8 0 0,274
3-d 0,2 0, 1 0,3 1 0,5 7 2 0,4 2 8 0,0373 0, 1 204 0,2 1 0 0,282
3-e 0,2 0,2 0 ,4 2 0 ,5 9 5 0,40 5 0,0488 0, 1 1 60 0, 1 9 5 0,286
3-j 0,2 0,3 0, 5 3 0,599 0,40 1 0,0540 0, 1 0 2 0 0, 1 70 0,254
3 -g 0,3 0, 1 0,3 9 0, 5 5 7 0,43 0 0,0443 0, 1 1 03 0, 1 98 0, 2 5 0
3-h 0,3 0 ,2 0,48 0,5 8 2 0,4 1 8 0,05 1 0 0, 1 06 5 0, 1 8 3 0, 2 5 5
3-i 0,3 0,3 0,5 7 0,5 9 2 0,408 0,0553 0,0970 0, 1 64 0,238

a oiberikan sebagai fungsi bh.


bDiberikan sebagai fungsi h.
C Diberikan sebagai fungsi bh 3 .
2
dDiberikan sebagai fungsi h .

Penampang u ntuk konstanta-konstanta Tabe l C-3.


308 Struktur Beton Pratef(ang

Tabel C-4 Konstanta-konstanta u nt u k Penampang- 1


-
,z d
Penampang b'/b t/h A cb b c' b [< k' b kb b
2
4-a 0, 1 0, I 0 , 2 5 bh 0,554 0,446h 0 , 03 8 1 b h 3 0, 1 5 2 5 h 0 , 2 7 6h 0,342h
4-b 0, 1 0,2 0,40 0,560 0,440 0,05 60 0, 1 3 9 1 0, 248 0,3 1 6
4-c 0, 1 0, 3 0,55 0,5 5 7 0,443 0,065 1 0, 1 1 8 2 0, 2 1 2 0,267
4-d 0, 2 0, 1 0,33 0,540 0,460 0,04 2 5 0, 1 2 9 0 0,239 0,280
4-e 0,2 0,2 0,46 0, 5 5 2 0,448 0,05 7 8 0, 1 2 5 8 0,228 0,28 1
4-f 0,2 0,3 0,59 0,5 5 3 0,447 0 , 06 5 7 0, 1 1 1 3 0,202 0,249
4-g 0,3 0, 1 0,4 1 0,534 0,466 0,0467 0, 1 1 40 0,2 1 4 0,244
4-h 0,3 0,2 0,52 0,546 0,454 0,0598 0, 1 1 5 0 0,2 1 0 0, 2 5 4
4-i 0,3 0,3 0,63 0, 5 5 0 0,4 5 0 0,0663 0, 1 05 1 0, 1 9 1 0,234
aDiberikan sebagai fungsi bh.
bDiberikan sebagai fungsi h.
cDiberikan sebagai fungsi bh 3 .
d Diberikan sebagai fungsi h 2
b

Penampang untuk konstanta-konstanta Tabel C-4

Tabel C-5 Konstanta-konstanta u ntuk Penampang- 1


,z d
Penampang b'jb t/h A cb b c' b JC k' b kb b
5-a 0, 1 0, 1 0 , 2 1 bh 0, 3 5 0h 0 , 6 5 0h 0,0260bh 3 0, 1 2 3 6h 2 0,354h 0, 1 90h
5-b 0, 1 0,2 0,32 0,325 0,675 0,0345 0 , 1 080 0,3 3 2 0, 1 60
5-c 0, 1 0,3 0,43 0,328 0,672 0,03 8 7 0,0900 0,274 0, 1 3 4
Sd 0,2 0, 1 0 , 29 0,390 0,6 1 0 0,03 1 6 0, 1 09 0 0,280 0, 1 7 9
5-e 0,2 0,2 0,38 0,353 0,647 0,0378 0,0994 0,282 0, 1 5 3
5-f 0,2 0,3 0,47 0,345 0,65 5 0,0402 0,0856 0,248 0, 1 3 1
aoiberikan sebagai fungsi bh.
b oiberikan sebagai fungsi h.
CDiberikan sebagai fungsi bh 3 .
d oiberikan sebagai fungsi h2.
-jo.3 bf-

Penampang u ntuk konstanta-konstanta Tabel C-5.


"""
Lampiran C Konstanta-konstanta untuk Penampang Balok 309

Tabel C-6 k onstanta-konstanta u ntuk Penampang- 1 Simetris dan Penampang Kotak

Penampang b'/b tjh A cb b c, b r r2 d


'
k b kb b

6-a 0, 1 0, 1 0,2 8bh 0 , 5 00h 0 , 5 0 0h 0,0449bh


3
0, 1 60h
2
0, 3 2 0h 0,3 20h
6-b 0,1 0,2 0,46 0,500 0,500 0,06 7 1 0, 1 46 0,292 0, 2 9 2
6-c 0, 1 0,3 0,64 0,500 0 , 5 00 0,0785 0, 1 23 0,246 0,246
6-d 0,2 0, 1 0,36 0,5 00 0,500 0,0492 0 , 1 37 0,274 0,274
6-e 0,2 0,2 0,5 2 0,500 0,500 0,0689 0, 1 3 2 0,264 0,264
6-j 0,2 0, 3 0,68 0,500 0,500 0 , 07 9 1 0, 1 1 7 0,234 0,234
6-g 0,3 0, 1 0,44 0,500 0,500 0, 0 5 3 5 0, 1 2 1 0 , 24 3 0,243
6-h 0,3 0,2 0,58 0,5 00 0,500 0,0707 0, 1 2 2 0 , 2 44 0, 244
6-i 0,3 0, 0,72 0,500 0,500 0 , 07 9 6 0, I l l 0, 2 2 2 0, 2 2 2
6-j 0,4 0, 1 0,5 2 0,500 0,5 0 0 0,0577 0, I l l 0,222 0, 2 2 2
6-k 0,4 0, 2 0,64 0,500 0,500 0,0725 0, 1 1 3 0,226 0,226
6-1 0,4 0,3 0,76 0 , 5 00 0,500 0,08 0 1 0, 1 05 0, 2 1 1 0, 2 1 1
aoiberikan sebagai fungsi bh.
b oiberikan sebagai fungsi h.
COiberikan sebagai fungsi bh 3
d oiberikan sebagai fungsi h 2

-<:
0.5 b'
6
I b
I b
I
Pena m pang u ntuk konstanta-konstanta Tabel C-6.
LAM PI RAN D
K E H I LA N G A N P RATEG A N G
PADA B ETO N P RATEGA N G *

METODE U M U M-PCI COMMITT E E


K E H I LANGAN P RATEGA N G

2.4 Kehilangan yang Tergantu ng pada Waktu ( U mu m )

Kehilangan prategang akibat relaksasi baja dan rangkak serta susut pada beton adalah sating
berkaitan dan tergantung pada waktu. Untuk memperhitungkan perubahan pengaruh ini
terhadap waktu, dapat digunakan prosedur bertahap dengan selang waktu yang meningkat
sesuai dengan umur beton. Susut yang terjadi pada saat pengerasan (curing) berhenti sam
pai dengan pemberian prategang pada beton harus dikurangkan dari susut total yang dihi
tung untuk konstruksi pascatarik. Disarankan agar setidaknya digunakan empat selang
waktu seperti dalam Tabel 2.
Bila diperhitungkan akan ada perubahan yang nyata dalam pembebanan, maka selang
waktu yang berbeda dengan yang disarankan harus digunakan. Selain itu, kita tidaklah
perlu ataupun selalu menginginkan untuk mengasumsikan bahwa beban hidup rencana sela
lu ada terus-menerus. Keempat selang waktu di atas disarankan untuk perhitungan tanpa

sarana bantuan komputer.

2.5 Kehilangan Akibat Rangkak Beton (CR)

2.5.1 Keh i la n gan pada setiap tahap

Kehilangan pada setiap selang waktu diberikan oleh

CR =( UCR )( SCF )( MCF ) x ( PCR )( fc ) (6)


di mana fc adalah tegangan tekan beton netto pad a pusat gravitasi gaya prategang pada saat
t 1 , dengan memperhitungkan kehilangan gaya prategang yang teijadi pada selang waktu se
belumnya.
Tegangan beton fc pada saat t1 juga harus mencakup perubahan dalam beban terapan
selama selang waktu sebelumnya. J angan ikutkan faktor MCF untuk be ton dengan penge
rasan yang dipercepat.

*Beberapa pasal dari PCI Committee Report "Recommendations for Estimating Prestressed Losse s , "
Zurnal Prestressed Cone. Inst. , Juli-Agustus, 1 9 7 5 . Kehilangan yang tergantung pada waktu berdasar
kan Metode Umum, dan persamaan-persamaan Metode Sederhana.
Digunakan atas izin Prestressed Concrete Institute.
Perhitungan untuk Contoh 4-5 (b ) d engan menggu nakan persamaan-persamaan dari PCI Committee
Report Oihat ringkasan hasil-hasil dalam Contoh 4-5 , Bab 4, beserta contoh soalnya.)
Lampiran D Perhitungan Kehilangan Prategang pada Beton Prategang 311

Tabel 2 Se lang Wa k t u

Tahap Waktu mulai, t1 Waktu akhir, t.

Pratarik: pengang-
kuran baja pra-
tegang
1 Umur pacta pemrategangan beton
Pratarik: akhir
ctari pengerasan
be ton

Umur = 30 hari, atau waktu pacta saat


2 Akhir tahap 1 suatu komponen struktur ctibebani se-
bagai perubahan terhactap beratnya
senctiri.

3 Akhir tahap 2 Umur = 1 tahun

4 Akhir tahap 3 Akhir umur layan

2.5.2 Kehi la ngan rangkak batas

2.5.2.1 Beton berat normal (UCR)

Pengerasan basah (moist curing) tictak lebih ctari 7 hari:

(7)
Pengerasan yang ctipercepat:

(8)

2.5.2.2 Beton ringan (UCR)

Pengerasan basah (moist curing) lebih ct ari 7 hari:

(9)
Pengerasan yang ctipercepat:

( 10)

2.5.3 Pengaruh u k u ran dan bentu k komponen (SC F )

Untuk memperhitungkan pengaruh ukuran ctan bentuk komponen prategang, nilai SCF
ctalam Persamaan 6 ctiberikan dalam Tabel 3.
312 Stru ktur Beton Prategang

Tabel 3 Faktor rangkak untuk berbagai n il a i


rasio volume terhadap permukaan

Rasio volume terhadap Faktor rangkak


permukaan, in. SCF

1 1 ,05
2 0,96
3 0,87
4 0,77
5 0,68
>5 0,68

Tabel 4 Faktor rangkak u nt u k berbagai u m u r

Umur transfer
l------
prategang d a n periode pengerasan

Periode penge- Faktor rangkak


prategang, hari rasan, hari MCF

3 3 I, 14
5 5 1 ,07
7 7 1 ,00
10 7 0,96
20 7 0,84
30 7 0,72
40 7 0,60

Tabel 5 Variasi rangkak menu rut waktu setelah


transfer prategang

Waktu setelah Bagian dari


transfer pra tegang , rangkak batas,
hari A UC

1 0,08
2 0, 1 5
5 0, 1 8
7 0,23
10 0,24
20 0,30
30 0,35
60 0,45
90 0,5 1
180 0,6 1
365 0,74
Akhir umur 1ayan 1 ,00
, _______ _i__________
T
Lampiran D Perhitungan Kehilangan Prategang pada Beton Prategang 313

Tabel 6 F aktor susut untuk berbagai rasio


volume terhadap permukaan

Rasio volume terhadap Faktor susut,


permukaan , in . SSF
1 1 ,04
2 0,96
3 0,86
4 0,77
5 0,69
6 0,60

2 . 5 .4 Pengaruh u m u r prategang dan lama pengerasan ( M C F )

Untuk menghitung pengaruh akibat umur prategang dari beton dengan pengerasan basah
(moist cured concrete), nilai MCF dalam Persamaan 6 diberikan dalam Tabel 4. Faktor-fak
tor dalam tabel ini tidak berlaku untuk be ton dengan pengerasan yang dipercepat ( acce
lerated cured concrete) atau sebagai faktor susut.

2 .5 .5 Variasi rangkak men urut waktu ( A U C )

Variasi rangkak menurut waktu harus diperkirakan dengan nilai yang tercantum dalam Ta
bel 5 . Interpolasi linear harus digunakan untuk nilai di antara nilai-nilai yang tercantum.

2.5.6 Ju m lah ra ngkak pada setiap tahap (PCR )

Bagian dari rangkak bat as pad a selang waktu t 1 sampai t, yaitu PCR dalam Persamaan 6,
diberikan oleh rumus berikut:

(I I)

2.6 Kehi langan akibat Susut Beton ( S H )

2.6. 1 Kehi langan pada setiap tahap

Kehilangan pada setiap selang waktu diberikan oleh


SH = (USH )(SSF )( PSH) ( 12)

2 .6.2 Keh i l angan batas akibat susut beton

Persamaan berikut berlaku baik untuk beton dengan pengerasan basah (moist cured) mau
pun beton dengan pengerasan yang dipercepat (accelerate cured).

2.6. 2 . 1 Seton berat normal (USH)

USH = 2 7 .000 - 3000 Er / 1 0 6 ( 1 3)


tetapi tidak kurang dari 1 2.000 psi ( 1 000 = 6 , 9 MPa)
314 Struktur Betan Prategang

2 . 6.2.2 Beton ringan (USH)

USH = 4 1 .000 - I O .OOO EC I 1 0 6 ( 1 4)

tetapi tidak kurang dari 1 2.000 psi.

2 .6 .3 Pengaruh u ku ra n dan bentu k komponen ( S S F )

Untuk menghitung pengaruh akibat ukuran dan bentuk komponen prategang, nilai SSF
dalam Persamaan 1 2 diberikan dalam Tabel 6 .

2.6.4 Variasi susut menurut waktu ( A U S)

Variasi susut menurut waktu hams diperkirakan dengan menggunakan nilai yang diberikan
di dalam Tabel 7 . Interpolasi linear harus digunakan untuk nilai di antara nilai-nilai yang
tercantum.

2.6.5 J u m lah susut pada setiap tahap ( PSH )

Bagian dari susut batas pada selang waktu t1 sampai t, yaitu PSH dalam Persamaan 1 2 , di
berikan oleh persamaan berikut:

( 1 5)

2.7 Kehilangan akibat Relaksasi Baja (RET)

Kehilangan prategang akibat relaksasi baja pada selang waktu t1 sampai t dapat diperkira
kan dengan menggunakan persamaan berikut. (Untuk ketelitian matematis, nilai untuk t1
pada waktu pengangkuran baja prategang harus diambil sebesar {4 dari suatu hari sedemi
kian rupa sehingga log t 1 pada waktu ini adalah nol.)

2.7 . 1 Baja bebas-prategang ( Stress-re l i eved ste e l )

RET= f. { [ log 24t - log 241 J I 1 0 }


,
X [ fs ly - 0 ,55 ] ( 1 6)

Tabel 7 Koefisien susut untuk berbagai waktu pengerasan

Waktu setelah akhir Bagian dari susut batas1


pengerasan, hari A US

1 0,08
3 0, 1 5
5 0,20
7 0 ,2 2
10 0,27
20 0,36

I
30 0,42
60 0,5 5

1I
90 0,62
1 80 0,68
365 0,86
Akhir dari umur 1ayan 1 ,00
_l__
. ..

___
Lampiran D Perhitungan Kehilangan Prategang p ada Beton Prategang 315

di mana

hr /.ipy - 0,55 ;;_, 0,05


.ipy 0,85_.ipu
=

2.7 . 2 Baja relaksasi-rendah

Persamaan berikut berlaku untuk baja prategang dengan sifat relaksasi rendah yang diper
oleh dengan pemanasan dan penarikan yang dilakukan secara bersamaan.
RET=hr { [ l o g 2 4 t - log24t 1 J / 45 }
X [ hr /fP> - 0, 55 J (17)
di mana
hr /.ipy - 0,55 > 0,05
.ipy = 0 ,90.ipu

2.7 .3 Baja prategang lai nnya

Relaksasi jenis baja prategang lainnya hams didasarkan atas rekomendasi pabrik pembuat
nya yang disokong oleh data pengujian.

BAB 3-METODE S E D E R HANA U N T U K M E N G H ITUNG


K E HI LANGAN P RATEGANG

3.1 R uang Lingkup

Perhitungan kehilangan tegangan menurut Metode Umum (General Method) mungkin ter
lalu p anjang b agi seorang perancang yang tidak memiliki prosedur perhitungan yang disu
sun dalam bentuk program komputer. Metode sederhana didasarkan pada sejumlah besar
contoh desain yang parameter-parameternya divariasikan untuk menunjukkan tingkat
pengaruh yang berbeda dalam tegangan beton, tegangan beban-mati, dan faktor-faktor lain
nya. Contoh-contoh ini menuruti Metode Umum dan prosedur-prosedur yang ada dalam
Contoh Desain.

3.2 Prinsip-prinsip Metode Sederhana

3.2 . 1 Tegangan beton pada l okasi kritis

Hitunglah fer dan feds pada lokasi kritis pada bentang. Lokasi kritis adalah titik pada ben
tang di mana tegangan beton akibat beban-hidup penuh merupakan tarikan maksimum atau
tekanan minimum. Jika feds melampaui .fcr , metode sederhana tidak berlaku.
Tegangan fcr dan feds adalah tegangan pada beton pada elevasi pusat gravitasi tendon
pada lokasi kritis. fer adalah tegangan netto akibat gaya prategang ditambah berat sendiri
komponen prategang dan beban tetap lainnya pada komponen tersebut pada saat pene
rapan gaya prategang. Gaya prategang yang digunakan dalam menghitung fcr adalah gaya
yang ada segera setelah prate gang diterapkan pada bet on. fcds adalah tegangan akibat semua
beban tetap (mati) yang tidak digunakan dalam menghitung fer
316 Struktur Beton Prategang

Tabel 8 Persamaan-persamaan dalam metode sederhana u ntuk menghitung keh i l angan


prategang total { TL )

Berat
Nomor beton Tipe tendon Penarikan Persamaan
Persamaan NW LW SR LR BAR PRE POST
N-SR-PRE-70 X X X TL = 33,0 + 13,8fcr - 4,5fcds
L-SR-PRE-70 X X X TL = 3 1 ,2 + 1 6,8fcr - 3,8fcds
N-LR-PRE-75 X X X TL = 1 9,8 + 1 6,3/cr - 5 ,4fcds
L- LR-PRE-7 5 X X X TL = 1 7,5 + 20,4fcr - 4 ,8fcds
N-SR-POST-68,5 X X X TL = 29,3 + 5 , 1 fer - 3,0fcds
L-SR-POST-68,5 X X X TL = 27, 1 + 10,1/cr - 4,9fcds
N-LR-POST-68,5 X X X TL = 1 2,5 + 7,0 fer - 4, lfeds
L-LR-POST-68,5 X X X TL = 1 1 ,9 + 1 1 , 1fer - 6,2fcds
N-BAR-POST-70 X X X TL = 1 2,8 + 6,9 fer - 4,0fcds
L-BAR-POST-70 X X X TL = 1 2,5 + 1 0,9fer - 6,0fcds
Catatan : Nilai TL, fer, dan fall' dinyatakan dalam k si.
( 1 ksi = 6,9 MPa)

3.2.2 Persamaan sederhana u ntuk kehi l angan prategang

Pilihlah persamaan yang berlaku dari Tabel 8 atau 9 dan masukkan nilai untuk fer dan feds;
dan hitung TL atau fse, apabila diinginkan.
3 . 2 .3 . Parameter-parameter dasar

Persamaan-persamaan didasarkan atas komponen yang mempunyai sifat-sifat berikut:


1. Rasio volume terhadap permukaan = 2 , 0
2. Tarikan tendon seperti yang dinyatakan dalam persamaan.
3. Kekuatan beton pada saat penerapan gaya prategang:
3500 psi untuk komponen pratarik
5000 psi untuk komponen pascatarik.
4. Kekuatan tekan beton 28 hari = 5000 psi.
5. Umur p ada saat penerapan prategang:
1 8 jam untuk komponen pratarik
30 hari untuk komponen pascatarik
6. Beban-mati tambahan diterapkan 30 hari setelah penerapan prategang.

Bandingkan sifat-sifat balok yang sedang diperiksa dengan butir 1 dan 2. Jika terdapat
perbedaan yang cukup besar, lakukanlah penyesuaian seperti yang tercantum dalam Pasal
3 .4 .
Didapatkan bahwa kenaikan kekuatan beton pada saat penerapan prategang atau pada
umur 28 hari hanya mengakibatkan suatu perbedaan nominal dalam kehilangan akhir dan
dapat diabaikan. Untuk kekuatan pada prategang yang kurang dari 3500 p si atau untuk ke
kuatan 28-hari yang kurang dari 4 500 psi, suatu analisis harus dilakukan menurut Contoh
Desain 1 .
Variasi yang besar dalam butir 5 dan 6 hanya mengakibatkan perubahan nominal da
lam kehilangan netto, sehingga analisis terinci lebih lanjut hanya diperlukan untuk kasus
ekstrim saja.

3.2.4 Perhitungan fer

( 1 8)
Lampiran D Perhitungan Kehilangan Prategang pada Beton Prategang .
Tabel 9 Persamaan metode sederhana untuk mengh itu ng gay a prategang efektif (f.re )

Berat
Nomor bet on Tipe tendon Penarikan Persamaan
persamaan NW LW SR LR BAR PRE POST
N-S R-PRE-70 X X X f. e =J,. - ( 3 3 , 0 + 1 3 , 8fer - 1 1 fcds)
L-S R-PRE-70 X X X J.. =J, - ( 3 1 ,2 + 1 6 , 8fer - 1 3 , 5fcds)
N-LR-PRE-7 5 X X X f. e =J, - ( 1 9 , 8 + 1 6 , 3fer - 1 1 , 9/cds)
L-LR-PRE-7 5 X X X f. . =j, - ( 1 7 , 5 + 20 , 4fcr - 1 4, 5/cds)
N-S R-POST- 6 8 , 5 X X X f. . =f.; - ( 2 9 , 3 + 5 , 1fer 9 , 5/cds)
X X X
--

L-SR-POST-68 ,5 J.. =f. ; - ( 27 , 1 + 1 0 , 1/er - 1 4, 6feds)


N-LR-POST-6 8 , 5 X X X f. . =f. ; - ( 1 2 , 5 + 7 , Ofer I 0 , 6/eds)
X X X
--

L-LR-POST- 6 8,5 f. . =f. ; - ( 1 1 , 9 + 1 1 , I fer - 1 5 , 9fcds )


N-BA R-POST-7 0 X X X f. . =f. ; - ( 1 2 , 8 + 6 , 9fcr I 0 , 5/eds)
X X X
-

L-BAR-POST-70 J. . =f.; - ( 1 2 , 5 + 1 0, 9fer - 1 5 , 7fcds )


Catatan : Nilai dari ft, fst, fer, dan feds dinyatakan dalam ksi.
(1 ksi 6,9 M Pa)

3.2.5 Tegangan tendon u ntu k komponen pratari k

Kecuali untuk komponen dengan gaya prategang yang sangat besar atau sangat kecil, fsi
dapat diambil sebagai berikut:
Untuk baja bebas-tegangan (stress-relieved)

!si = 0, 90 ft ( 1 9)

Untuk baja relaksasi-rendah

fsi = 0,9 2 5ft ( 20)

3.2.6 Tegangan tendon u ntuk komponen pascatarik

Kecuali untuk komponen dengaR gaya prategang yang sangat besar atau sangat kecil , fsi
dapat diambil sebagai

fsi = 0 , 95 ( T0 - FR) (2 1 )

3.3 Persamaan-persamaan u ntuk Metode Sederhana

3.3.1 Keh ilangan prategang total

Persamaan-persamaan dalam Tabel 8 memberikan kehilangan prategang total TL dalam ksi.


Nilai ini bersesuaian dengan TL yang diperlihatkan dalam kesimpulan Contoh Desain 1 dan
3.

3 .3.2 Tegangan efektif

Persamaan-persamaan dalam Tabel 9 memberikan tegangan efektif pada baja prategang


akibat beban mati setelah kehilangan prategang. Nilai ini bersesuaian dengan fse yang dibe
rikan dalam kesimpulan Contoh Desain 1.

*Bila fer dihitung dengan Persamaan (1 8 ) dengan fsi pendekatan lebih dari 1 600 psi atau kurang dari
800 psi , maka nilai fsi harus diperiksa sebagaimana dijelaskan dalam Contoh Desain 2 .
r
318 Struktur Beton Prategang

Seperti ditunjukkan dalam Contoh Desain 1 tegangan yang terjadi pada tendon
,

akibat beban mati setelah terjadinya semua kehilangan prategang adalah tarikan awal
yang dikurangi oleh jumlah kehilangan total dan ditambah oleh tegangan pada tendon aki
bat beban-mati tambahan setelah beton diberi prategang. Kenaikan tegangan tendon akibat
beban-mati tambahan adalah sama dengan fcds (Es/Ec).
(22)

3.3.3 Penjelasan mengenai nomor persamaan

Nomor persamaan dalam Tabel 8 dan 9 mendefmisikan kondisi untuk mana masing-ma
sing persamaan berlaku:

1. Suku pertama menunjukkan jenis b eton:


N = berat normal = sekitar 1 45 lb/ft3
L = berat ringan = sekitar 1 1 5 lbIft 3
2. Suku kedua menunjukkan baja dalam tendon:
SR = bebas tegangan (stress-relieved)
LR = relakasi rendah
BAR = batang b erkekuatan tinggi
3. Suku ketiga menunjukkan jenis penarikan:
PRE = pratarik, berdasarkan pengerasan yang dipercepat (accelerated curing)
POST = pascatarik, berdasarkan pengerasan basah (moist curing)
4. Suku keempat menunjukkan tarikan awal dalam persentase dari fpu :
Untuk tendon pratarik, merupakan tarikan pada mana tendon diangkurkan dalam alas
cetakan sebelum beton dicor.
Untuk tendon pascatarik, merupakan tarikan awal pada tendon di lokasi kritis
dalam komponen beton setelah kehilangan akibat gesekan dan susunan angkur diku
rangi.

Notasi u ntu k Metode P C I

Ac= luas penampang-bruto komponen beton, in. 2


As = luas pen ampang tendon prate gang, in. 2
A NC = kehilangan prate gang akibat pengangkuran baja prate gang, psi
A VC = bagian rangkak b atas pada saat setelah transfer prate gang
A US = bagian susut oatas pada saat setelah berakhirnya pengerasan
CR = kehilangan prategang akibat rangkak beton pada selang waktu dari t1 sampai t,
psi.
DEF= kehilangan prategang akibat alat yang melendut pada konstruksi pratarik, psi
e = eksentrisitas tendon diukur dari pusat gravitasi pen ampang beton ke pusat gra-
vitasi tendon, in.
Ec = modulus elastisitas be ton pad a 28 hari, diambil sebesar 33w312Vf:, psi
E, ; = modulus elastisitas beton pada saat prategang awal, psi
5 = modulus elastisitas baja, psi
ES = kehilangan prategang akibat perpendekan elastik, psi
fcds = tegangan-tekan beton pad a pusat gravitasi gaya prategang akibat semu a be ban te
tap (mati) yang tidak digunakan untuk menghitung fer , psi
fc = tegangan-tekan be ton pada pusat gravitasi baja prategang, psi
J; = kekuatan-tekan beton pada umur 28 hari , psi
Lllmpinm D Perhitungan Kehilangan .fratrtgang pada Beton Prategang 319

J;; = kekuatan-tekan betqn awal pad a saat transfer, psi


fc, = tegangan beton pad a pusat gravitasi gaya prate gang segera setelah transfer, psi
J;,u = kekuatan-tarik batas yang dijamin untuk baj a prategang, psi
J;,Y = tegangan pada perpanjangan (elongation) I % baja prategang, psi
he = tegangan e fektif pada baja prategang setelah kehilangan, akibat beban mati
h; = tegangan pad a tendon pad a lokasi kritis segera setelah gaya prategang diterapkan
pada beton
/y1 = tegangan pada baj a prategang pada saat t 1 , psi
J, = tegangan pada mana tendon diangkurkan pada alas pratarik, psi
FR = kehilangan akibat gesekan pada penampang yang ditinjau, psi
le = m omen inersia penampang bruto komponen be ton, in.4
K = koefisien goyang gesek per ft baja prate gang
lrx = panjang baja prate gang dari ujung angkur ke titik x, ft
MCF= faktor yang memperhitungkan pengaruh umur pada prategang dan lamanya pe
ngerasan basah (moist curing) terhadap rangkak beton
Mds = momen akibat beban-mati tarnbahan setelah komponen diprategang
M ' = m omen akibat be ban, termasuk berat-sendiri komponen, pad a saat prategang
diterapkan pada beton.
P = gaya prategang akhir pada komponen setelah kehilangan prategang
P0 = gaya prate gang awal pad a komponen
PCR = besar rangkak selama selang waktu dari t 1 sampai t
PSH = besar susu t se lama selang waktu dari t 1 sampai t
RE = kehilangan prate gang total akibat relaksasi baja prate gang pada konstruksi pra
tarik, psi
REP = kehilangan prategang total akibat relaksasi baj a prategang pada konstruksi pasca
tarik, psi
RET= kehilangan prategang akibat relaksasi baj a se lama selang waktu dari t 1 sampai t,
psi
SCF= faktor yang memperhitungkan pengaruh ukuran dan bentuk suatu komponen
terhadap rangkak beton
SH = kehilangan prategang akibat susut beton se lama selang waktu dari t 1 sampai t ,
psi
SSF= faktor yang memperhitungkan pengaruh ukuran dan bentuk suatu komponen
terhadap susut beton
t = waktu pada akhir selang waktu, hari
t 1 = waktu pad a permulaan selang waktu, hari
To = tegangan baja pada ujung angkur tendon pascatarik, psi
Tx = tegangan baja pada suatu titik x sembarang, psi
TL = kehilangan prate gang total, psi
VCR = kehilangan prategang batas akibat rangkak beton, psi per psi tegangan tekan pada
bet on
USH = kehilangan prategang batas akibat susut bet on, psi
w = be rat beton, lb/ft3

a = perubahan sudut total dari profil tendon pascatarik dari ujung angkur ke titik x,
radian
Jl = koefisien kelengkungan gesekan
3 20 Struktur Be ton Prategang

Perh itungan u ntuk Contoh 4-5*

Lihat Gambar 4- 1 1 untuk rincian bahan dan beban yang teijadi pada balok ini. Di bawah
ini ditunjukkan perhitungan Metode Umum Komisi PCI (referensi 1 , Bab 4) untuk penye
lesaian kehi1angan prategang seperti yang disimpulkan dalam tabel bagian (b) dari Contoh
4-5 .
Untuk menghitung gaya prategang pada beberapa tahap, asumsikanlah data dasar beri
kut ini:

/,', = 4500 psi (3 1 MPa), Eci = 3,824 ksi (26,4 MPa), n ' = 7,2

f/ = 6000 psi ( 4 1 ,4 MPa), Ec = 4,4 15 ksi ( 30,4 MPa), n ' = 6,2

= 3, SSF = 0,86, SCF = 0,87

VCR = 95 - 20 x 4,4 1 5 = 6,7 1 1 . Gunakan UCR = 1 1 .

VSH = 27 - 3
( 4 4 1 5 ) = 1 3,76 ksi > 1 2 ksi O.K.
-'-1
10

( VCR ) ( SCF ) = 9,57 ksi (66,0 MPa)

( USH ) ( SSF ) = 1 1 ,83 ksi (8 1 ,6 MPa)

Tahap 1 . Dari waktu penarikan awal tendon hingga transfer pad a 48 j am


Relaksasi

t1 = 14 , t = 2 , fs, = 0,7 5 (270) = 202,5 ksi ( 1 396 MPa)

Is, I. = (0,75)(270)/(0,85)(270) 0,8 82 =

RET = (202,5) [ (log482 log l ) ] co,882 - 0,5 5) = 1 1 ,30 ksi (77,9 MPa)

Perpendekan elastik pada saat transfer

M
G
=
(047)( 5)2( 1 2)
= 2979 in.-k (33 6 ,6 kN-m)

/c(akibat Me G) = 2979 X
S;O = 0,479 ksi (3,30 MPa)
Misalkan ES = 1 3,4 ksi (92,4 MPa)

fsi = 202,5 - 1 1 ,30 - 1 3 ,4 = 1 77,8 ksi ( 1 226 MPa)


P0 = 1 77,8 X 20 X 0, 1 5 3 544 k (2,420 kN)
=

Dari pasal 4 - 1 1 : Menggambarkan Perhitungan Kehilangan Prategang.


Lampiran D Perhitungan Kehilangan Prategang pada Beton Prategang 321

5 44 544( 1 3 2) 2
J;er(akibat P0 ) = + = 2 3 5 7 ksi ( 1 6 25 MPa)
452 82, 1 70 ' '

fer = 2,357 - 0,479 = 1 ,878 ksi ( 95 MPa)


ES = fer X n ' 1 ,878 X 7,2 = 1 3,5 ksi ='= 1 3,4 ksi O.K.
=

Tidak ada kehilangan akibat susut dan rangkak dalam j angka pendek sebelum transfer

SH = O , CR = 0

Kehilangan total
TL = 1 1 ,30 + 1 3,50 = 24,8 ksi ( 17 1 MPa)
fst = 202,5 - 24,8 = 1 77,7 ksi ( 1 225 MPa) (vs. 1 78,9 ksi = 1 2.234 MPa
dari analisis PBEAM, Tabel 4-8)

Tahap 2: Waktu dari transfer sampai 30 hari (hanya we = 0,470 k/ft)


Relaksasi
!si 1 77,7
t1 = 2, t = 30, /sr = 1 77,7 ksi ( l 225 MPa), - = = 0,774
!py (0,85)(270)

RET = ( 1 77 ,7) [(log 720 - log 48)/ I 0] (0, 774 - 0,5 5) = 4,68 ksi (32,3 MPa)

Rangkak
CR = (UCR )(SCF) (PCR )fc = (9,57)(0,35)( 1 ,878) = 6,29 ksi (43,4 MPa)
(di mana PCR = 0,35 pada 30 hari)

Su su t
SH = ( USH)(SSF)(PSH) ( 1 1 ,83)(0,42) = 4,97 ksi (34,3 MPa)
=

(di m ana PSH = 0,42 pad a 30 hari)

Kehilangan total
TL = 4,68 +
6,29 + 4,97 1 5 ,94 ksi ( 1 09,9 MPa)
=

fst = 1 77,7 - 1 5 ,94 = 1 6 1 ,76 ksi ( 1 1 1 5 MPa) (vs. 1 6 1 ksi = 1 1 1 0 MPa dari
analisis PBEAM, Tabel 4-8)

Tahap _3: Waktu sampai dengan akhir 3 tahun (dengan tambahan 1 k/ft pada 30 hari)
Relaksasi

11 = 30, t = 30 X 365 = 1095


MDL = 1 /8( 1 ,0) (65) 2 ( 1 2) = 6338 in. -kip (7 1 6 kN-m)

fe (akibat DL ) = 6338 X
8
{o = 1 ,0 1 8 ksi (7,0 MPa)

fs1 = 1 6 1 ,76 + 1 ,0 1 8(6,2) = 1 68,07 ksi ( 1 1 5 9 MPa),


1 68,07
fs t /J;, r = = 0,732
0 , 85 X 270
322 Struktur Beton Prategang

RET = [( 1 68,07)(log 26 280- log no) ] (0,732 - 0,5 5 )


= 4,78 ksi (33,0 MPa)

Rangkak
fc = 2,357( 1 6 1 ,76/ 1 77,7) - 0,479 - 1 ,0 1 8 = 0,649 ksi (4,47 MPa)
CR = (9,57)( 1 - 0,35)(0,649) = 4,04 ksi (27,8 MPa)
Susut

SH = ( 1 1 ,83)( 1 - 0,42) = 6,86 ksi ( 47,3 MPa)

Kehilangan total
TL = 4,78 + 4,04 + 6,86 = 1 5,68 ksi ( 108, 1 MPa)
fst = 1 6 1 ,76 - 1 5,68 + 1 ,0 1 8(6,2) = 1 5 2,4 ksi ( I 05 1 MPa) (vs. I 53,4 ksi =
1 058 MPa dari analisis PBEAM, Tabel 4-8)

Perhatikan bahwa fst = 1 52,4 ksi ( I 05 1 MPa) ini sangat bersesuaian dengan hasil analisis
PBEAM pad a 5 tahun yang besarnya adalah 1 52,5 ksi ( 1 05 1 MPa). Kita sebenarnya tidak
mempunyai ketelitian yang perlu diperdebatkan da1am ketepatan seperti ini dalam desain.
Hasil-hasil ini kelihatannya sangat baik untuk semua tahap .
LAM PI RAN E
SOAL-SOAL

Analisis Lentu r - Beban Layan

Soal-soal dalam kelompok ini mengasumsikan bahwa konsep-konsep dalam Bab 1 , 2, dan
5 yang berkenaan dengan bahan dan analisis lentur telah dikuasai. Kehilangan prategang
diberikan sebagai bagian dari soal (Soal-soal 1 -5) di mana perlu.

Soal 1 (a)

Diketahui: Penampang A seperti dalam Gambar E- 1 . Be ton berat normal 2 4 kN/m3 sehing
ga Wg = 2,88 k/m. Tegangan ijin: tekan 2 1 MPa; tarik nol.
Tentukan : Apakah gaya prategang awal F0 dan e akan bersesuaian dengan penggunaan pe
nuh tegangan beton ijin yang diberikan? Perhatikan pemeriksaan tegangan serat
atas dan bawah pada penampang tumpuan dan penampang tengah-tengah ben
tang. Tunjukkan penampang mana yang menentukan F0 dan e batas.

Soa1 1 (b)
Diketahui : Informasi yang sama dengan Soal 1 (a), kecuali tarikan sebesar 2, 1 MPa diijin
kan pada beton (Gambar E- 1 ).
Tentukan: Sama seperti Soal 1(a). Bandingkan hasil-hasilnya jika anda telah menentukan
F0 dan e dengan atau tanpa mengijinkan adanya tarikan.

wK 2,88 kN/m

200 m m

Penampang A F0 (transfer)
--- -- 1 2 m - - --

Gambar E- 1 . Soal-soal 1 , 3, dan 4 (a ) ( Hanya penampang Soal-soal 8 dan 9 saj a ) .


324 Struktur Beton Prategang

Soal 1 (c )
Diketahui: Balok seperti terlihat dalam Gambar E-1 memiliki F0 = 1 05 5 kN (prategang
saat transfer) dan e = 1 3 8 mm. Kita ingin mengijinkan tekanan 2 1 MPa dan ta
rikan 3,4 MPa pada beton. Setelah terjadinya kehilangan prategang, misalkan
F = 0,80 F0 untuk balok ini.
Tentukan : Apakah tegangan melebihi nilai tegangan ijin pada saat transfer? Berapakah be
ban-wajib (superimposed load) ws di samping berat sendiri balok wg yang di
ijinkan berdasarkan tegangan-tegangan ini?

Soal 2 (a )

Diketahui: Penampang B dalam Gambar E-2 dengan luas dan Wg yang sama dengan penam
pang A dalam Soal 1 . Tegangan ijin: tekan 2 1 MPa, tarik nol.
Tentukan : Berapakah gaya prategang awal F0 dan e yang akan sepenuhnya menggunakan
tegangan ijin yang diberikan? Perlihatkan pusat dari tegangan serat atas dan
bawah dan tunjukkan penampang mana, tumpuan atau tengah-tengah bentang,
yang menentukan F0 dan e.

Soal 2 (b)

Diketahui: Informasi yang sama (Gambar E-2) seperti Soal 2(a), kecuali tarikan 21 MPa
pada beton diizinkan.
Tentukan: Sama seperti Soal 1 (a). Bandingkan hasilnya jika anda telah menentukan F0
dan e dengan dan tanpa mengijinkan terjadinya tarikan.

Soal 2 (c )

Diketahui: Balok seperti dalam Gambar E-2, dengan F0 = 1 055 kN dan e = 1 90 mm. Te
gangan ijin: 2 1 MPa untuk tekan dan 3,3 MPa untuk tarik. Gaya F (sete tah ke
hilangan prategang) sama seperti dalam Soal 1(c).
Tentukan: Periksalah tegangan pada saat transfer dan tentukanlah Ws sama seperti dalam
Soal 1 (c).

Soa1 3

Diketahui: Penampang A dan B seperti dalam Gambar E- 1 dan E-2 untuk bentang sederha
na sepanjang 1 2 m yang sama. Efisiensi penampang dapat dinyatakan dengan

Wg = 2.88 kN/m

r,
- c.g.c. - -
_ _ _ [_1- - - c.g.s. - - - -- - - - -
Penampang 8
----- 1 2 m ------

Gambar E2. Soal-soal 2, 3, dan 4(b).


Lampiran E Soa/

menggunakan dua faktor: faktor efisiensi beton = wiA dengan satuan N/m/
mm2 dan faktor efisiensi baja prategang = ws/F0 dengan satuan kN/m/kN.
Tentukan : Bandingkanlah efisiensi penampang persegi dan penampang I dalam dua faktor
efisiensi di atas, (a) dengan tegangan-tekan ijin 2 1 MPa dan tarik nol; (b) de
ngan tegangan-tekan ijin 2 1 MPa dan tegangan tarik 3,3 MPa. Tabelkanlah hasil
hasilnya dan bahaslah keuntungan dari penampang I bila dibandingkan dengan
penampang persegi, dan juga keuntungan dari diijinkannya tarikan pada beton.

Soa l 4(a)

Diketahui : Ba1ok persegi dalam Gambar E- l . fci = 35 MPa, 1: = 40 MPa , F = 0,80 F0 , te


gangan-tegangan ijin menurut Peraturan ACI.
Tentukan: Berapakah.F0 dan e yang bersesuaian dengan pemanfaatan sepenuhnya dari te
gangan ijin dengan strand lurus? Berapakah ws (beban wajib) di samping wg =
2,88 kN/m yang diijinkan tanpa mengakibatkan tegangan-berlebih (overstress)?

Soal 4(b)

Sama dengan Soal 4(a) kecuali gunakanlah Gambar E-2 dan penampang I yang diberi
kan.

Soal 5 (a )

Diketahui: Penampang A (Gambar E- 1 ) dengan tendon tirai (draped tendon) seperti da1am
Gambar E-3 . Tegangan ijin menurut Peraturan ACI. F = 0,80 F0 akibat kehi
langan prategang.
Tentukan: Berapakah F0 pada saat transfer dan e (e1 pada ujung dan e pada et. ) yang se
penuhnya menggunakan tegangan ijin beton? Apakah Llct. dibatasi oleh g = 75
mm minimum untuk selimut (cover) (Gambar E-3)? Dengan F dan tata-letak
tendon parabolik anda, berapakah beban-wajib ws yang dapat dipikul oleh ba
lok tersebut tanpa mengakibatkan tegangan-berlebih pada beton?

Soal 5 (b)

Sama seperti Soal 5(a) kecuali gunakanlah Gambar E-2 untuk penampang I dan Gam
bar E-3 untuk tata-letak tendon.

/ wg = 2.88 kN/m

0 F0 (tirai parabo l i k ) I g = 75 m m
I
r- --- 12 m -

Gambar E-3. Seal 5.


,.

326 Struktur Beton Prategang

Keh ilangan Prategang

Analisis untuk lentur d.an bahan dalam Bab 2 dan 4 harus dicakup sebagai latar belakang
untuk soal-soal berikut.

Soal 6

Diketahui : Balok dalam Gambar E-4.


f;i 30 MPa
=

f = 40 MPa
(Beton berat normal.)
fpu = 1 862 MPa
(lihat Lampiran B. Gambar B-1 untuk kurva tegangan-regangan untuk strand
7-kawat).
Tentukan : (a)Jika strand (Aps = 1 8 strand <P 1 2,7 mm) pada awalnya ditarik dalam alat
pratarik hingga 0,70 fpw tentukanlah kehilangan akibat elastisitas pada
tumpuan (di mana M = 0) dan pada tengah-tengah bentang segera setelah
transfer. Gunakan sifat-sifat penampang bruto dalam melakukan perhitung
an dan asumsikan bahwa transfer teijadi 48 jam setelah penarikan awal.
(b) Gunakan ACI Committee Recommendation untuk menghitung kehilangan
total pada tengah-tengah ben tang jika balok terse but memiku1 beban-wajib
tetap Ws = I S kN/m di samping berat sendiri wg seperti terlihat dalam Gam
bar E-4. Misalkan bahwa kelembaban relatif rata-rata terhadap mana balok
tersebut terbuka adalah 7 0%.
(c) Bandingkanlah kehilangan yang dihitung dari butir (b) dengan rekomendasi
"jumlah bulat" (lump sum) menurut AASHTO (Tabel 4- 1 ) sebesar sekitar
3 1 0 MPa.

Soal 7

Diketahui: Balok dalam Gambar E-4


.C, = 25 MPa
J;' = 35 MPa
(Beton berat normal.)
f, u = 1 862 MPa
Strand 7 -kawat <P 1 2 ,7 mm

!
I -- - - --

Gambar E-4. Soal-soal 6 , 7 , dan 1 3 ( H anya penampang untu k Soal-soal 10, 1 1 , dan 1 2 saj a) .
Lampiran E Soa/ 327

Tentukan : (a)Perkirakanlah kehilangan prategang pada tengah-tengah bentang dari balok


yang memikul beban tetap sebesar 1 2 kN/m di samping berat sendiri wg
untuk beberapa tahun. Gunakanlah ACI Committee Recommendation dari
Bab 4 dan asumsikan bahwa kelembaban refatif rata-rata adalah 75%.
(b) Ikutilah metode sederhana PCI dengan menggunakan persamaan-persamaan
dari Lampiran D untuk menghitung kehilangan prategang.
(c)Bandingkanlah kehilangan yang dihitung ini dengan rekomendasi "jumlah
bulat" sebesar 3 1 0 MPa dari AASHTO (Tabel 4- 1 ).

H u bu ngan Momen-Kelengkungan dan Kekuatan

Materi Bab 5 mengenai analisis lentur, khususnya Pasal 5-6 dan 5-7 merupakan latar bela
kang yang diperlukan untuk soal-soal berikut.

Soal 8

Diketahui : Penampang balok persegi dengan b = 200 mm dan


d =480 mm. Strand direkatkan (b onded) ke beton.
f = 35 MPa (beton berat normal.)
Aps = 494 mm2 (5 strand </> 1 2 ,7 mm), fpu 1 862 MPa
=

(Gambar B- 1 , Lampiran B memberikan kurva tegangan-regangan)


fo = 1 300 MPa (segera setelah transfer)
fse 1 070 MPa (setelah kehilangan)
=

Strand lurus dengan e 1 7 5 mm


=

Tentukan : (a)Jika tendon terekat, hitunglah tegangan dan regangan pada beton sepanjang
ketinggian balok akibat tegangan baja efektif fse (Fe fse Aps) Asumsikan
=

bahwa m omen M = 0 dan fse 1 070 MP a.


=

(b) Hitunglah M dan </> yang bersesuaian dengan regangan no! pada beton pada
elevasi baja.
(c) Hitunglah M dan </> bila regangan pada serat atas be ton adalah 0,00 1 5 .
(d) Hitunglah M dan </> bila regangan pada se rat atas beton adalah 0,003. Ang
gaplah ini sebagai kekuatan momen nominal untuk penampang tersebut.
(e) Gambarlah hubungan antara M dan </> untuk penampang ini.

Soal 9

Diketahui: Sama seperti penampang dalam Soal 8.


Tentukan: (a) Gunakanlah persamaan Peraturan ACI untuk balok terekat untuk menghi
tung tegangan baja fps pada m omen batas. Berapakah kapasitas m omen ba
tas untuk penampang terse but dengan menggunakan perhitungan ini?
(b) Jika balok terse but memiliki tendon tak-terekat, hitunglah As minimum
yang disyaratkan oleh Peraturan ACI sebagai tulangan tambahan terekat.
Jika baja ini mempunyai fy = 400 MPa dan strand mempunyai fps dari persa
maan peraturan ACI, hitunglah kapasitas momen batas untuk penampang
tersebut. Asumsikan c.g.s. dari tulangan tambahan berada pada g = 75 mm,
e 230 mm.
=
328 Struktur Beton Prategang

Soal 1 0 (Catatan: Soal l 3 adalah analisis kekuatan geser untuk balok ini.)

Diketahui: Balok bentuk-I dalam Gambar E-4


f = 35 MPa (beton berat normal)
/pu = 1 862 Mpa (kurva tegangan-regangan dari Gambar B- 1 Lampiran B)
Balok terekat (bonded beam) dengan Aps = 1 774 mm 2 dan f.re = 1 070 MPa.
Tentukan: Tentukan respons momen-kelengkungan untuk penampang ini. Ikuti b utir (a)
sampai (e) sebagai yarig tercantum dalam oal 8, tetapi gunakan penampang-I
dalam Gambar E-4 untuk soal fui.

Soal 1 1

Diketahui : Balok bentuk-I dalam Soal 1 0 (Gambar E-4). Semua b ahan untuk balok terekat
{bonded beam) sama seperti Soal 1 0.
Tentukan: Gunakanlah persamaan Peraturan ACI untuk balok terekat dalam menghitung
tegangan baja /ps pada keadaan batas. Berapakah kekuatan momen yang dapat
kita gunakan dalam desain j ika <P = 0,9 untuk lentur dan Mu = 0,9 x (kapasitas
momen terhitung dari penampang)?

Soal 1 2

Diketahui: Data berikut ini dari analisis mo:nen-kelengkungan suatu balok-I yang serupa
dengan Gambar E-4.

/p, (MPa)
>

(mm) (m-kN)

l
c M Catatan
1062 0 - 0, 5 9 Tidak ada momen

J
1 145 1 466 + 0,65 Regangan beton nol @ e
- 1 145 + 1 538 __
- + 0,72 Retak
3& 1 1 345 1819 + 2,63 0,00 1 0
279 1551 2 1 47 a + 5 ,3 1 0,00 1 5
23 1 1 641 2282 .s + 8,66 0,0020
203 1 689 2339 + 1 2,28 0,0025
191 1 703 2344 - + 1 5,75 0,0030 (batas)

Tentukan : Jika dua beban dikerjakan pada titik sejarak 7 ,5 m dari tumpuan ujung
.(masing-masing 3 m dari tengah-tengah bentang) akan menimbulkan momen
yang bersesuaian dengan regangan beton sebesar 0,003, hitung1ah besar beban
tersebut. Hitunglah lendutan akibat beban ini dengan menggunakan distribusi
kelengkungan sepanjang bentang yang konsisten dengan data respons momen
ke1engkungan yang diberikan.

Kekuatan Geser

Soal-soal berikut memerlukan pengertian akan analisis lentur di samping analisis kekuatan
geser dalam Bab 7 .

Soal 1 3 (Catatan: Soal l 0 mencakup analisis kekuatan lentur dari balok ini.)

Diketahui: Balok dalam Gambar E-4.


1; = 35 MPa (beton berat normal)
fse = 1 070 MPa ( tegangan baja setelah kehilangan-strand terekat)
Lampiran E Soal _ 329

Tentukan: (a) Pada potongan 1 -1 sejarak h/2 dari tumpuan, hitunglah kontribusi beton
pada kekuatan geser ( Vcw ) .
(b) Pada potongan 2 -2 sejarak 6 m dari tumpuan, periksalah mekanisme re
tak yang mana, Vcw atau Vch yang menentukan Vc Hitung kedua nilai ter
sebut dan hitung Vc
(c) Pada potongan 3-3 sejarak 9 m dari tumpuan, hitung Vc . Apakah -vcw
atau Vci menentukan? Mengapa?

Soa1 1 4

Diketahui: Balok dalam Soal 1 3, Gambar E-4.


Beban-Gambar E-5 (beban 1ayan diberikan)
Bahan-Soal 1 3
Terapkan faktor beban ACl U = 1 , 4D + 1,7L untuk mendapatkan be ban batas
untuk desain.
Tentukan : (a) Tunjukkan gaya geser beban -berfaktor b ersama dengan kekuatan geser
yang dapat dipikul beton (Soal l 3), dan tunjukkan gaya geser untuk mana
sengkang harus didesain. Tabelkan nilai-nilai dari hasil analisis untuk Vc;
dan Vcw dalam suatu bentuk yang sama dengan Gambar 7-1 5 dan gambar
kan hasilnya dalam bentuk yang sama dengan Gambar 7 -1 6. Gunakan
lokasi sejarak 1 ,5 m dari setengah ben tang ditambah suatu lokasi tambahan
sejarak h/2 dari tumpuan.
(b) Hitung jamk yang disyaratkan untuk sengkang-U No. 3 pada suatu posisi
tepat di luar beban titik 1 60 kN. Gunakan [y = 400 MPa. Periksa persyarat
an kekuatan geser dan persyaratan sengkang minimum menurut Peraturan
ACl.

Balok Komposit

Bahan dalam Bab 5 dan 6 untuk balok komposit harus dicakup sebagai latar belakang pe
nyelesaian soal-soal berikut.

Soal 1 5
Diketahui: Penampang-T pracetak pratarik dalam Gambar E-6{a). Tata-letak dari "strand
tirai" (draped strands) ditunjukkan dalam Gambar E-6{b). Be ton berat normal
dengan [;; = 30 MPa dan _k = 35 MPa, strand 7-kawat berdiameter 1 2,7 mm de
ngan fpu = 1 862 MPa. Asumsikan F0 berdasarkan 0,7 [pu dan F= 0,78 F0

1 60 kN 160 k N Beban layan

Gambar E-5. Soal 1 4. Lihat penampang, Gambar E-4.


330 Struktur Beton Prategang

Tentukan: (a) Jika digunakan 1 6 strand dalam dua baris @ 8 strand seperti dalam Gambar
E-6(b), tentukanlah eksentrisitas e1 dan e2 yang sepenuhnya menggunakan
tegangan ijin beton menurut ACI pada saat transfer. Kedelapan strand di
bundel vertikal pada bagian tengah sepanjang 6 m, tetapi pada bagian
ujung balok, strand-strand ini berbentuk seperti kipas dengan jarak vertikal
antar strand sebesar 5 1 mm.
(b) Berapakah beban layan wajib maksimum (maximum superimposed service
load) dalam Pa yang dapat anda ijinkan pada penampang ini tanpa lapisan
atas beton setebal 5 1 mm? Batasi tegangan sebagai nilai "setelah transfer"
dari ACI dengan tarikan maksimum } v'f:.

(c) Ulangilah pertanyaan (b) untuk penampang dengan meminjam lapisan-atas


beton komposit setebal 5 1 mm dengan menganggap bahwa lapisan-atas be
ton ini ditambahkan pada balok tanpa topangan dan _k = 30 MPa.

I I
2438 m m

5 1 mm
76
914 mm

r--- 8"

Hanya T Pracetak Penampang Komposit

A = 367,7 x 1 03 mm1 I = 34,64 x 1 09 mm4


I = 28,68 x 1 09 mm4
Yb = 7 1 8 m m
e = 565 mm y, = 247 mm

Yb = 660 mm sb = 48, 2 x 1 06 mm3


y, = 254 mm S1 = 1 40,2 x 1 06 mm3
Sb = 43,5 X 1 06 mm3 t.:1 = 1 1, 8 1 kN/m
S1 = 1 1 3,0 x 1 06 mm3
w1 = 8.82 kN/m

( a) Sifat-sifat Penampang dan Potongan

(b) 1 6 Strand dalam Dua Baris Masing-masing 8 Strand

mbar E-6. Soal 1 5.


Lampiran E Soal

Soal 1 6

Diketahui: Sebuah lantai struktur komposit terdiri atas balok Tipe I I pracetak pratarik
[Gambar 6-2 1 (d)] yang ditopang selama pembuatan pelat komposit cor-di
tempat setebal 1 50 mm yang memberikan tebal struktur total 1 065 mm . Ben
tang sederhana untuk struktur komposit tersebut adalah 1 8 m dan balok pra
cetak ditempatkan dengan jarak merata S. Beton berat normal: Balok, /; = 35
MPa, f = 5 0 MPa; pelat komposit, f = 30 MPa. Beban layan untuk struktur
tersebut (di samping berat sendiri balok dan pelat) adalah: Beban mati tambah
an 960 Pa dan beban hid up 2400 Pa.
Tentukan: (a) Berdasarkan penampang tengah-tengah bentang untuk balok pracetak, hi
tunglah gaya prategang F0 (transfer) dan e yang sepenuhnya memanfaat
kan tegangan batas yang diijinkan oleh ACI. Tentukan jumlah dan pola
strand yang akan memberikan nilai F0 dan e dengan mengasumsikan bah
wa strand mempunyai 0 , 7fpu segera setelah transfer. Apakah kita perlu
membuat beberapa strand menjadi bentuk tirai (drape)?
(b) Misalkan kehilangan prategang adalah 20% (F = 0,80 F0). Periksalah te
gangan sepanjang ketinggian balok komposit tersebut akibat beban la
yan penuh dengan S = 3 m untuk jarak balok . Bandingkan tegangan yang
diperoleh dengan nilai ijin menurut ACI. Dapatkah jarak S diperbesar atau
haruskah diperkecil berdasarkan tegangan ijin?
(c) Periksalah tegangan geser horisontal antara balok pracetak dan pelat kern
posit pada ujung balok dengan S 3 m. Dengan beban berfaktor yang be

f1.,j
=

kerja dan menimbulkan tegangan geser horisontal maksimum, apakah te-


gangan. ini melampaui 2 ,4 MPa? Berapakah tebal permukaan beton untuk
lapisan atas balok pracetak dan bantalan antara balok dan pelat yang akan
anda gunakan di sini?
(d) Periksalah balok komposit tersebut dengan F0 dan e yang anda tetapkan
dalam pertanyaan (a) dan jarak S maksimum dari pertanyaan (b) untuk
kekuatan lentur.

Balok Menerus

Bab 1 0 harus dicakup sebagai latar belakang penyelesaian soal-soal berikut. Bahan dalam
Bab 1 1 juga berguna untuk analisis dan desain balok menerus ini.

Soal 1 7

Diketahui: Tata-letak tendon parabolik ideal seperti dalam Gambar E-7 diberi gaya pra
tegang sebesar 1 780 kN pada tendon di seluruh panjangnya.

380 m m

1 90 m m

- --
-,--- - ,' :s4=- .;;;o

21 m

Gambar E-7. Soal 1 7 : tata-letak c.g.s.


332 Struktur Be ton Prategang

Tentukan: (a) Berapakah beban-berimbang ke atas sepanjang balok A terhadap C yang


ditimbulkan oleh tendon seperti dalam Gambar E-7?
(b) Hitunglah momen akibat prategang pada B dan pada tengah-tengah bentang
akibat pascatarik pada tendon ini. Apakah ada momen sekunder pada B
akibat pascatarik? Hitunglah reaksi tumpuan eksternal pada A, B, dan
C akibat pascatarik ini.
(c) Tentukanlah letak garis-C pada B dengan hanya memberikan pascatarik pa
da tendon dalam Gambar E-7 dan tunjukkanlah letak garis-C pada A hing
ga C pada sebuah sketsa beserta tata-letak c .g.s.nya.
(d) Buatlah suatu tata-letak aktual untuk tendon tersebut dan ulangi kembali
pertanyaan (a), (b), dan (c -

Soal 1 8

Diketahui: Balok beton prategang menerus yang terdiri atas 3 bentang (Gambar E-8) mem
punyai profil c.g.s. seperti yang terlihat, dengan gaya efektif Fe = 2670 kN,
f = 35 MPa, !pu = 1 862 MPaJse = 1 1 1 5 MPa. Tendon terekat. /c penampang =
37,7 x 1 09 mm4 , Ac 5 00 x 1 0 3 mm2 .
=

Tentukan : (a) Tentukan letak garis-C akibat aksi prategang saja. Hitunglah momen sekun
der pada B, dan hitung reaksi pada B.
(b) Akibat berat sendiri balok sebesar 1 2 kN/m dan pengaruh prategang, hi
tunglah tegangan serat terluar yang teijadi di atas tumpuan B, juga reaksi
di B. Tentukanlah tegangan serat terluar pada tengah-tengah bentang AB
dan BC
(c) Jika beban hidup merata sebesar 32 kN/m bekeija pada balok, hitunglah
momen akibat beban hidup pada B dan tegangan serat terluar yang timbul
akibat prategang, berat balok, dan beban hidup. Bahaslah apakah tegangan
ini diperkenankan.

' ' ..... __


_ _
_ ..-- / / T.
i5mm
21m 21 m
I -
, 'T
-0
/ I y-
,;
D[
A - -- - - C:.l_


150 91-5
- - -- - - --

( a) Tampak Balok

630
f------ 1 80D_ ---j
28Sf-' u - -
c.g.s.

l . ---- ----- --


( b ) Penampang

Gambar E-8. Soal 1 8.


...,

Lampiran E Soal 333

25 mm 25 mm
...... /
- -

...... ....._ _ __.

Gambar E-9. Soal 1 9

Simetri

IQ.3 m
J
70 mm
c.g.c.
Minimu m = 25 mm Parabolik 1 40 mm
_1_ 1 _1_
-----=--
-T-
70 mm -r-
50 x 350 mm
Tampak ' panjang 3 m

Gambar E-10. Soal 20; Pelat P.C. menerus.


33'4 Stru ktur Beton Prategang

(d) Hitunglah kapasitas momen batas Mu penamparig balok tersebut pada B ,


dengan menggunakan rumus fp s = [p u { 1 - 0,5/pu/f) dan asumsi yang
layak lainnya untuk mernilih Aps untuk tendon. Apakah kekuatan balok
di B memenuhi untuk pembebanan 1 ,4 D + 1 ,7 L?
(e) Buatlah suatu tata-letak tendon aktual dan u1angilah pertanyaan (a),
(b), dan (c).

Pelat

Bab 1 0 dan 1 1 serta Bab 1 2 harus dicakup sebagai latar belakang penyelesaian soal-soal
berikut.

Soal 1 9

Diketahui: Suatu pelat satu-arah dengan tebal merata 1 50 mm dibuat di atas tiga bentang
berturutan masing-masing sepanjang 6 m. Tendon pascatarik akan dibuat ber
bentuk tirai (draped) sebesar 25 mm dari atas se rat bawah pelat dan menggu
nakan eksentrisitas maksimum yang tersedia pada penampang tumpuan-dalam
dan tengah-tengah bentang. Tendon adalah tak-terekat (unbonded) dan tulang
an terekat (bonded) akan ditambahkan (Peraturan ACI). f = 30 MPa untuk be
ton berat normal dan fpu = 1 862 MPa untuk strand pascatarik. Beban layan
adalah beban pelat dan beban hidup sebesar 2400 Pa.
Tentukan : (a) Jika tendon mula-mula dianggap sebagai parabola ideal dalam masing-ma
sing ben tang, hitunglah F yang mengimbangi 8 5% be rat pelat pada ben tang
BC Berapakah beban yang diimbangi pada bentang luar? Misalkan F sete
lah kehilangan adalah 0,6 fpu .
(b) Dengan tendon dalam soal (a), berapakah tegangan yang terjadi pada B de
ngan beban yang menimbulkan momen maksimum pada B? Gunakan tata
letak ideal untuk perhitungan ini.
(c) Hitung tulangan-tambahan (terekat) minimum yang harus ditambahkan
berbarengan dengan tendon tak-terekat ini dan asumsikan !y = 400 MPa.
Dengan tulangan ini berikut tendon (dengan e yang sama) pada B, apakah
kekuatannya memuaskan atau apakah diperlukan tulangan yang lebih ba
nyak dari beban minimum?

Soal 20

Diketahui: Diminta un"tuk mendesain suatu pelat beton menerus pascatarik, Gambar E- 1 0,
dan menyelidiki perilaku dan kekuatannya. Pelat setebal 1 40 mm mempunyai
dua bentang 6 m dalam setiap arah dan akan diprategang secara identik di ke
dua arah. Beton yang digunakan adalah beton berat normal @ 24 kN/m 3 de
ngan f = 35 MPa, /pu = 1 862 MPa.
Tentukan: (a) Desain1ah gaya prategang dan profil c.g.s. , dengan menggunakan metode
ba1ok, untuk mengimbangi 7 2% dari berat sendiri pelat. Distribusikan ten
don di antara j!llur-tengah dan jalur-kolom dalam proporsi yang layak.
(b) Untuk desain dalam (a), hitunglah tegangan aktual secara pendekatan
akibat prategang dan beban mati.
(c) Untuk beban hidup merata sebesar 2400 MPa untuk keseluruhan luas per
mukaan, hitunglah tegangan yap.g timbul pada penampang kritis dengan
metode balok.
Lampiran E .Soal
-

3351
(d) Untuk kondii yang diberikan dalam (c), berapakah tegangan sebenarnya
pada penampang kritis (referensi 1 )*.
(e) Hitunglah beban total batas Wu (dalam Pa) di atas seluruh permukaan de
ngan menggunakan metode balok dan mengasumsikan aksi plastis dengan
redistribusi momen yang diijinkan oleh Peraturan ACI. Berapakah beban
hidup yang dapat diperkenankan, berdasarkan Wu , dengan menggunakan
beban yang semestinya dan faktor "phi "?

*REF. 1 "Behavior of a Continuous Slab Prestressed in Two Directions," A. C. Scordelis, T. Y. Lin,


dan R. Itaya, J. Am. Cone. Inst., Des. 1 959, ha!. 4 4 1 -459.

Вам также может понравиться