Вы находитесь на странице: 1из 9

B.

Undang-Undang Tentang Kekerasan dan Perlindungan Perempuan dan Anak


Perlindungan hukum adalah suatu upaya melindungi hak setiap orang untuk

mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang-undang,

oleh karenanya untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan padanya serta dampak

yang diderita olehnya ia berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum yang

diperlukan sesuai dengan asas hukum.


Dalam upaya memberikan perlindungan hukum bagi perempuan, Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan Deklarasi Penghapusan Diskriminasi

Terhadap Perempuan, yang memuat hak dan kewajiban berdasarkan persamaan hak

dengan laki-laki. Berdasarkan deklarasi ini komisi PBB tentang Kedudukan Perempuan

menyusun rancangan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

Terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination

Against WomenCEDAW). Pada tanggal 18 Desember 1979, Majelis Umum PBB

menyetujui Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.

Karena konvensi tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila maupun UUD 1945,

maka Pemerintah Republik Indonesai ikut menanda tangani konvensi tersebut dan

diratifikasi dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang

Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap

Perempuan.
Dapat dikatakan bahwa perempuan berhak untuk menikmati dan memperoleh

perlindungan hak asasi manusia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil,

dan bidang-bidang lainya.


Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan perempuan dan anak

diantaranya adalah:
1. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 sebagai perubahan atas UU No 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak.


2. Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga

C. Peran Bidan dalam Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Kemampuan yang harus dimiliki bidan agar dapat berperan dalam mengatasi masalah

kekerasan terhadap perempuan dan penanganan korban

a. Memahami masalah kekerasan terhadap perempuandan ketidak berdayaan korban, yang

berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi perempuan


b. Dapat memeberikan penyuluhan yang tepat dan menyakinkan perempuan bahwa

berbagai bentuk penyalahgunaan atau kekerasan terhadap pasangan tidak dapat diterima

dan karena nya tidak ada perempuan yang pantas untu dipukul, dipaksa dalam

berhubungan seksual atau didera secara emosional.


c. Dapat melakukan anamnesis/bertanya kepada korban tentang kekerasan yang dialami

dengan cara simpatik, sehingga korban merasa mendapat pertolongan.


d. Dapat memberikan rasa empati dan dukungan terhadap korban
e. Dapat memberikan pelayanan medis, konsseling, visum, yangb sesuai dengan

kebutuhan, merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dengan cepat dan tepat.
f. Memberikan pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

sesuai dengan kebutuhan, serta mencegah dampak serius terhadap kesehatan reproduksi

korban.
g. Dapat mengindentifikasi korban kekerasan dan dapat menghubungkan mereka dengan

pelayanan dukungan masyarakat lainya misalnya politik LSM dan bantuan lainnya.

PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KTP :

A. Upaya pencegahan terhadap korban kekerasan di tiap tingkat pelayanan

Pelayanan kesehatan dilakukan di tingkat kesehatan dasar dan rujukan yang perlu

didukung adalah kegiatan di masyarakat oleh Bidan.


1. Kegiatan pelayanan di tingkat masyarakat

Bidan berperan menyebarluaskan informasi yang ditujukan kepada masyarakat

khususnya kepada kader kesehatan dan tokoh masyarakat agar mereka mampu

merespon secara simpatik terhadap korban KTP . kegiatan dilakukan oleh bidan dengan

memanfaatkan forum yang telah ada atau pelatihan yang sudah ada berupa:

- Mengenakan masalah KTP dan bentuk hubungan / interaksi yang sehat dalam keluarga
- Mempromosikan hubungan suami istri yang sehat dan alternative penanganan KTP

melalui pendidikan agama .


- Memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada korban KTP.

Selanjutnya secara bertahap dapat diperluas oleh bidan :

- emberi dukungan agar kader/tokoh masyarakat menjadi agen pembaharu di masyarakat

melalui penyuluhan di masyarakat dan pembahasan/identifikasi tentang norma dan sikap

masyarakat yang berisiko dan protektif terhadap kejadian KTP.


- Mengikutsertakan kader kesehatan dalam pelatihan agar dapat menjadi kelompok

pendukung bagi korban KTP.


- Memberi dukungan kepada kader agar mau mendampingi korban dalam mencari

pertolongan.

2. Kegiatan pelayanan di tingkat pelayanan dasar


Tindakan yang perlu dilakukan dii tingkat pelayanan dasar adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang KTP
- Selalu melatih diri mereka dalam mengidentifikasi korban KTP dan cara pencegahan

dan penanganannya
- Mencatat kasus KTP secara baik dan membuat catatan penanganan dan penyelamatan

yang dilakukan
- Melibatkan organisasi wanita setempat misalnya kelompok PKK, pengajian ,arisan

dan lain-lainnya dalam penanganan korban kekerasan.


- Menayangkan poster dan alat KIE lainnya diruang tunggu praktek bidan baik Polindes,

Rumah bersalin, Praktik perorangan, Puskesmas dimana bidan bertugas.


3. Pelayanan ditingkat rujukan primer :
- Melatih bidan untuk mengenali dan menanggapi korban KTP secara memadai
- Mengupayakan rencana penyelamatan diri dan pencatatan kasus
- Memasang poster dan pamphlet di ruang tunggu
- Melakukan skrining terhadap KTP terhadap kelompok tertentu , misalnya pasien

kebidanan , pasien unit gawat darurat, dan pasien kesehtan jiwa


- Menyusun prosedur tetap untuk penanganan korban KTP.
- Memasukan pertanyaan tentang KTP kedalam format pencatatan data klien yang sudah

ada.
- Mengorganisasi kelompok wanita dengan perempuan yang sudah pernah menjadi dan

memberi bantuan korban KTP, agar mampu mandiri serta meminjamkan tempat

kepada kelompok wanita untuk membantu perempuan korban kekerasan.


- Koordinasi dengan kelompok wanita setempat untuk menyediakan pelayanan melalui

telepon
- Mengadakan pelayanan khusus dengan privasi yang tinggi untuk korban perkosaan.
B. UPAYA KIE DALAM PENCEGAHAN KTP OLEH BIDAN
Strategi KIE yang dapat dilakukan oleh bidan dalam penanganan KTP dapat dilakukan

menurut sasaran yang dituju, antara lain :


1. Kelompok dewasa
- Melakukan sarasehan dan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan

menolak kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah, terutama dalam rumah

tangga.
- Memberi penyuluhan tentang jenis kekerasan dan akibatnya bagi keluarga dan

masyarakat
- Melakukan promosi tentang sikap yang mendukung dan atau tidak menyalahkan

korban melalui berbagai media


- Memasukan materi tentang kekerasan fisik dan seksual terhadap perempuan kepada

penyuluhan-penyuluhan berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang dilakukan

bidan
- Mengupayakan agar semua materi KIE yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

selalu mempromosikan kesetaraan gender melalui penampilan wanita yang berdaya

dan pasangan pria yang melindungi


- Melakukan kampanye pencegahan penyalahgunakan obat dan alcohol .

2. Kelompok remaja :
- Memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja yang meliputi norma

gender dan pencegahan perilaku seksual yang membahayakan.


- Melakukan pembahasan mengenai hubungan pria-wanita, cinta tentang

kecemburuan dan kekarasan , pendidikan hak perempuan bagi remaja putri.

3. Kelompok anak-anak
- Melakukan dukungan KIE melalui sekolah dan luar sekolah tentang keterampilan

dalam menghadapi masalah sehari-hari , termasuk mengatasi konflik , membangun

hubungan interpersonal yang sehat dan keamanan diri di sekolah maupun dalam

rumah tanga.
- Melakukan kampanye anti kekerasan , dengan promosi tangan bukan untuk

memukul

C. UPAYA PENANGANAN KASUS KTP

1. Menggali Informasi Dan Anamnesa

Bidan dapat membantu dalam mengatasi masalah dan penanganan kekerasan terhadap

perempuan,khususnya kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) Bidan, bila mampu

mengali informasi dari klien , mampu mengenali tanda-tanda korban yang mengalami

kekerasan domestic atau seksual, dan mampu membantu korban untuk membuat rencana
penyelamatan diri. bidan juga perlu mengenali berbagai tindakan yang dapat memperburuk

keadaan.

hal-hal yang harus diperhatikan bidan dalam membantu kornban , antara lain sebagai

berikut :

- Harus memperhatikan kerahasiaan klien ,pembicaraan perlu dilakukan di tempat yang

menjamin kerahasiaan klien tanpa dihadiri oleh anggota keluarga yang lain. hal ini

penting untuk mebangun kepercayaan dan rasa aman si korban.


- Memberikan kepercayaan kepada klien ,mendengarkan , memperhatikan , dan

menghargai perasaan klien serta mengatakan bahwa ia tidak sendiri karena banyak

perempuan lain mengalami hal yang sama.


- Memberikan penjelasan pada korban bahwa kekerasan yang dihadapinya tersebut

bukan merupakan kesalahannya , karena tak seorang pun layak diperlakukan dengan

kekerasan .
- Menghormati hak klien untuk mengambil keputusan yang dianggap terbaik bagi

dirinya ketika ia sudah mampu berfikir secara jernih.


- Membantu klien untuk rencana penyelamatn diri bila mengalami kekerasan , dengan

memperhatikan apa yang telah dilakukannya selam ini dan apakah ada tempat untuk

mendapatkan perlindungan aman .


- Membantu korban dan mengarahkan untuk mendapatkan pelayanan lain sesuai

kebutuhan bagi korban kekerasan .


- Menghindari rasa takut untuk bertanya , umumnya diyakini bahwa perempuan korban

kekerasan akan menutupi masalah mereka bila mendapat pertanyaan langsung dan

bernada dakwaan , padahal sebetulnya mereka sangat berharap seseorang akan

bertanya.
- Menciptakan suasana yang menukung dan tidak menuduh. diperlukan suasana yang

mendukung agar korban mau menceritakan masalahnya . pertanyaan bahwa tidak


seorang pun patut menerima kekerasan dalam keadaan apa pun akan membantu klien

mengemukakan masalahnya.
- Mencurigai kekerasan bila ada memar pada tubuh klien dan perlu ditanyakan adanya

tindak kekerasan dalam rumah tangga .


Beberapa tanda yang perlu menimbulkan keurigaan bidan terhadap adanya KTP antara

lain ;
a. Rasa lela yang berkepanjangan tanpa adanya anguan penyakit
b. Luka-luka yang tidak sesuai dengan keterangan yang diberikan
c. Kelakuan psangan yang terus mengawasi korban
d. Trauma fisik selama kehamilan
e. Riwayat mempunyai keinginan bunuh diri
f. Keterlambatan mencari pengobatan
g. Mempelajari kemungkinan bahwa korban berada dalam keadaan bahaya. bila ada perlu

diupayakan bantuan untuk mengatasinya


h. Memberikan pelayanan kesehatan yang memadai termasuk pemberian pil kontrasepsi

darurat ECP dan pengobatan pencegahan terhadap PMS sperti gonorrhea, sifilis pada

kasus perkosaan .
i. Membuat status lengkap korban termasuk siapa pelaku tindak kekerasan , hubungannya

dengan korban dan riwayat kekerasan .


j. Membantu membuat rencan penyelamatan diri ,
k. Menjelaskan bahwa korban berhak untuk diobati mendapat pertolongan dan

perlindungan secara hukum , sesuai dengan persetujuan klien ia dapat dirujuk kepada

lembaga bantuan hukum yang bergerak dalam bidang KTP


l. Meyediakan waktu untuk konsultasi lebih lanjut .
m. Apabila memungkinkan jangan memberikan obat penenang pada korban dengan

kekerasan rumah tangga . hal ini dapat membahayakan korban karena kehilangan

kemampuan untuk menduga dan bereaksi cepat bila diserang lagi oleh pasangannya.
n. Merujuk korban kekerasan kepada organisasi atau lembaga swadaya masyarakat sesuai

dengan persetujuannnya supaya mendapat pertolongan lebih lanjut. bila belum ada

hubungan dengan saran tersebut maka dikembangkan suatu jaringan dengan kelompok
LSM perempuan baik pemerintah maupun non pemerintah yang menyediakan bantuan

bagi korbnan kekerasan .


o. Menyediakan ruangan yang memadai untuk menjaga kerahasiaan di sarana kesehatan

dan memasang poster tentang KTP selain mengangkat kesadaran mengenai KTP , hal

ini dapat membuat korban mau melaporkan kekerasan yang dialaminya .

2. Tahap-Tahap Penanganan Kasus.


a. Anamnesis
Pertanyaan wawancara atau anamnesis dapat dilakukan oleh seorang bidan , untuk

memperoleh informasi pengalaman mengalami kekerasan , cara anamnesis

dibawahini dapat digunakan


1. Pertanyaan langsung
Beberapa contoh pertanyaan langsung sebagai berikut :
- Pada zaman sekarang sudah tidak pantas bahwa seorang perempuan menjadi

korban kekerasan baik fisik psikologis dan seksual dalam kehidupannya

yang kemungkinan akan berakibat pada kesehatan di waktu yang akan

datang. apakah ibu pernah mengalaminya ?


- Kadang-kadang bila saya melihat luka seperti ini sering berkaitan dengan

luka pukul oleh seseorang , apakah hal ini juga dialami oleh ibu ?
- Apakah pasangan atau bekas pasangan anda penah memukul atau

menyakiti?
- Apakah suami atau pasangan anda pernah memaksa anda untuk melakukan

hubungan intim ?
- Apakah anda pernah mengalami perlakuan yang berkaitan dengan masalah

seksual pada masa kanak-kanak ?

2. Menggunakan format pertanyaan yang digunakan dalam format

pencatatan pasien
Beberapa pertanyaan standar yang dapat dimasukan ke dalam format pencatatan

atau status medic pasien sebagai berikut :


- Apakah anada mengalami atau pernah mengalami kekerasan yang dilakukan

pasangan anda ?
- Apakah anda pernah diperkosda atau dipaksa melakukan hubungan intim ?
- Apakah anda pernah mengalami kekerasan seksual pada masa kanak-kanak

Petugas kesehatan khususnya bidan dapat berperan penting dalam kasus kekerasan pada
perempuan. Pertolongan sedini mungkin mencegah terjadinya masalah kesehatan yang serius dan
berlarut-larut akibat kekerasan.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga kesehatan harus


memperhatikan beberapa hal, diantaranya:

a. Memeriksa korban sesuai dengan standar profesi


b. Membuat laporan hasil tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban atau surat keterangan
medis yang memiliki kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti
c. Pelayanan dilakukan disarana kesehetan

Вам также может понравиться