Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 8 mgg, sedangkan yang
terpenting dalam nifas adalah masa involusi dan laktasi. Asuhan pada masa
nifas diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun
janin.
Perawatan masa nifas sangat di perlukan untuk mencegah dan
mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi setelah persalinan ,antara lain
perdarahan, infeksi, dan gangguan psikologis. Dengan latar belakang di atas
penulis tertarik untuk mengangkat kasus bendungan ASI.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Ingin mengetahui pengertian dari Masa Nifas
2. Ingin mengetahui Tujuan Asuhan Masa Nifas
3. Ingin mengetahui Program dan Kebijakan Teknis dalam Asuhan Masa
Nifas
4. Ingin mengetahui Konsep Bendungan ASI
5. Ingin mengetahuiPengertian Pembendungan ASI menurut bebarapa
ahli
6. Ingin mengetahui Faktor Penyebab Bendungan ASI
7. Ingin mengetahui Gejala Bendungan ASI
8. Ingin mengetahui Pencegahannya
9. Ingin mengetahui Patologinya
10. Ingin mengetahui Patofisiologinya
11. Ingin mengetahui Penatalaksanaannya
12. Ingin mengetahui Upaya pengobatan untuk bendungan ASI
13. Ingin mengetahui Terapi dan Pengobatannya Menurut Prawirohardjo
(2005) adalah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini
berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin, 2005).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

C. Program dan Kebijakan Teknis dalam Asuhan Masa Nifas


Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, yang
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi. Kunjungan pertama
dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan
tujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Mendeteksi dan
merawat penyebab perdarahan dan merujuk bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian
ASI membantu proses hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, serta
menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi (Winkjosastro
dkk,2006).
Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan
ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan
normal, yaitu uterus berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus. Menilai
adanya tanda infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapat
cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi.
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, yang
mana kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua. Setelah
kunjungan ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6 minggu setelah
persalinan yang merupakan kujungan terakhir selama masa nifas, yang mana
kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
yang ibu atau bayi alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan
pelayanan KB secara dini. (Saifuddin et al, 2005).

D. Konsep Bendungan ASI


Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga
atau hari ke empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan
pembuluh dasar bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai
banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang
disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang.
Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit
menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan
payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat =
obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus
akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembendungan ASI Menurut Beberapa Ahli


Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan
air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku
Obstetri Williams). Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan
pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan (Sarwono, 2005).
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga,
maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali
sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga
sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan,
payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut
pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada
bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan.
Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan
pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak,
merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis
maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak
terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan
kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan
sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu
teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan
bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi
yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang.
Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi
menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat,
ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196)
Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis
pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul
benjolan local (Wiknjosastro, 2006).
B. Faktor Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu
yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan
selesai menyusu & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat
sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan
dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering
mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan
bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi
menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi
tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat
bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan
merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI
tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

C. Gejala Bendungan ASI


Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
1. Bengkak pada payudara
2. Payudara terasa keras
3. Payudara terasa panas
4. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo, 2005)

D. Pencegahan
1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit)
setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan ( masa nifas ) menurut Depkes,
RI (1993) adalah dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak
(Baby oil) lakukan pengurutan 3 macam cara :
a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara
kemudian urut ke atas, terus ke samping, ke bawah dan
melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian
lepaskan tangan dari payudara.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari jari
tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan
mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula
payudara kanan.
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke -2 kemudian
jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan
mengurut dari pangkal ke arah puting.

5. Menyusui yang sering


6. Memakai kantong yang memadai
7. Hindari tekanan local pada payudara (Wiknjosastro, 2006)

E. Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
1. Faktor hormon
2. Hisapan bayi
3. Pengosongan payudara
4. Cara menyusui
5. Faktor gizi
6. Kelainan pada puting susu

F. Patofisiologi
1. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara
penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak
kemerahan.
2. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu
teregang menjadi rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya
akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).

G. Penatalaksanaan
1. Jika ibu menyusui :
Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari
luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu
dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama
mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat
menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh
semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa
mengeringkannya dengan efektif
Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap
kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar
menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air
hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari
(atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan
pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke
arah puting susu
Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam.
Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2. Jika ibu tidak menyusui:
Gunakan bra yang menopang
Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan
nyeri
Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

H. Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :


1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan
dihisap oleh bayi
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus.
(Sastrawinata, 2004)
I. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan
menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka
berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral
tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi
pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan
pijatan.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air
susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
2. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka
berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral
tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi
pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan
pijatan.

B. SARAN
Pada materi ini, kiranya dapat membantu kami sebagai mahasiswa
untuk lebih meningkatkan pelayanan kebidanan pada masa nifas khususnya,
ibu ibu yang mempunyai masalah dalam menyusui bayinya.

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka

Pritchard: Maedonal; Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga


University
Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP
http://kningsih.blogspot.com/2011/09/askeb-bendungan-asi-pada-masa-
nifas-ibu.html
http://bundowidiafitri.blogspot.com/
http://wiyantisetianingsih.blogspot.com/2013/04/makalah-dan-askeb-bendungan-
asi.html

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. N.A


UMUR 24 TAHUN P1A0Ah0 DENGAN BENDUNGAN ASI
Tempat : R. BAKUNG TIMUR
Tanggal : 28 FEBRUARI 2015
Pukul : 19.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 27-02-2015, jam : 19.30 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny. N.A Nama Suami : Tn. W.R
Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku : Bali Suku : Bali
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraaswasta
Alamat : Nusa dua Alamat : Nusa dua
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh ASInya belum keluar dan payudara terasa penuh,
tegang, dan terasa nyeri
3. Riwayat keluhan utama
ASI (colostrum) tidak keluar sejak dua hari yang lalu setelah
persalinan, dan terjadi sampai sekarang.
4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
NIFAS INI
5. Riwayat persalinan sekarang
a. Tanggal/jam persalian : 26/02/2015, jam: 23.18 wib
b. Tempat dan penolong persalinan : RS sanglah/Bidan
c. Jenis persalinan : Normal
d. Lama persalinan : 5 jam 05 menit

Kala I : 4 jam 35 menit


Kala II : 20 menit
Kala III : 10 menit +
Jumlah : 5 jam 05 menit
6. Keadaan bayi
a. Jenis kelamin :
b. BB/PB : 2100 gram/ 47 cm
c. Keadaan : baik
d. AS : 6/9 cm
e. Kelainan : tidak ada
7. Riwayat nifas sekarang
Ibu merasakan payudaranya nyeri dan tegang sejak 1 hari yang
lalu, dan ini sangat menggangu kenyamanan ibu.
8. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutisi
Sebelum melahirkan: ibu makan 3x sehari dengan porsi
sedang dengan nasi, lauk, sayur dan minum 8-10 gelas / har
Sesudah melahirkan: ibu makan 3x sehari dengan porsi
sedang dengan nasi, lauk, sayur terkadang buah, dan minum
9-12 gelas/ hari
b. Eliminasi
Sebelum melahirkan: ibu BAK 4x/ hari tanpa ada nyeri, dan
BAB tiap pagi dengan konsistensi lunak, kuning kecoklatan.
Setelah melahirkan: ibu BAK 4-5x/ hari dan BAB hanya 1x
setelah melahirkan.
c. Istirahat
sebelum melahirkan: ibu tidur siang selama 1 jam dan tidur
malam selama 7-8 jam/ hari
setelah melahirkan: ibu tidak bisa tidur siang, dan malam tidur
6-7 jam karena sering terbangun.
d. Aktivitas
Sebelum melahirkan: ibu biasanya melakukan aktivitas ibu
rumah tangga, seperti: menyapu, mengepel, cuci dll
Setelah melahirkan: ibu tidak melakukan aktivitas yang
berarti, ibu hanya merawat bayinya.
e. Personal hygine
Sebelum persalinan: ibu mandi 2x/ hari, keramas 3x/ minggu,
ganti pakanan dalam 2x/ hari, ganti pakainan 1x/ hari.
Setelah persalinan: ibu mandi 2x/ hari, keramas 1x setelah
persalinan, ganti pakainan dalam setiap setelah BAK dan
BAB, dan ganti pakain 1x/ hari.
9. Ambulasi / Mobilisasi Dini
Ibu sudah bisa jalan, sekitar kamar, dan sudah bisa ke kamar
mandi sendiri.
10. Data Psikososial
Ibu merasa cemas dengan keadaanya saat ini, dan takut
kebutuhan nutrisi bayinya tidak terpenuhi.
11. Riwayat kesehatan lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit sistemik, jantung, ginjal,
asma, hepatitis, DM, HT, kejang, dll
12. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik, baik dari
pihak istri dan suami.
13. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sama sekali.
14. Pengetahuan
Perawatan tali pusat: ibu sudah mengerti bagaimana cara merawat
tali pusat bayi, yaitu menganti setiap setelah mandi dengan kassa
steril dan tetap menjaga agar tetap kering.
Memandikan bayi: ibu sudah mengerti cara memandikan bayi,
yaitu: dengan air hangat, waslap, dan sabun. Memandikan bayi
setiap pagi dan sore.
Perawatan buah dada: ibu mengatakan belum mengerti cara
merawat payudaranya.
Cara meneteki: ibu belum mengerti cara meneteki yang benar.
Kapan hubungan seksual: ibu sudah mengerti kapan melakukan
hub. Seksual, yaitu: sesudah masa nifas selesai.
Kapan melakukan pemeriksaan ulang: ibu sudah mengerti kapan
melakukan pemeriksaaun ulang, yaitu sesuai jadwal yang telah
diberika oleh bidan dan kembali jika ada keluhan.
Kapan boleh hamil lagi: ibu sudah mengerti, yaitu: 2/3 tahun lagi.
Senam nifas: ibu mengatakan belum mengerti cara senam nifas.
Personal hygine: Ibu sudah mengerti personal hygine, yaitu:
menjaga kebersihan diri, terutama dibagaian genetalia. Ibu
mengganti pembalut setiap terasa penuh dan setiap setelah
BAK/BAB.
Mobilisasi : Ibu sudah melakukan mobilisasi
Obat-obatan : Ibu sudah mengerti bahwa obat yang bole
dikonsumsi hanyalah dari bidan/ petugas kesehatan

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan : compos mentis
KU : baik
TTV:
TD: 120/80 mmHg
N : 80x/ menit
RR : 20x/ menit
S : 36,4oC
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada benjolan, warna rambut hitam, tidak
ada ketombe, tidk rontok, dan bersih.
Muka : tidak pucat, tidak odema, tidak ikhterus.
Mata : simetris, conjungtivaj merah muda, sklera tdak ikhterus.
Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik.
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung, bersih.
Mulut : tidak kering, tidak ada stomatitis, tidak ada carries pada
gigi : tidak ada pembesaran pada tonsil.
Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid dan vena
jugularis.
Dada/payudara: simetris, puting susu menonjol, colostrum (-),
pembesaran pada mamae payudara kiri, terasa penuh dan
mengkilap, adanya hiperpigmentasi.
Abdomen : tidak ada bekas operasi, kontraksi uterus baik, TFU
3 jari bawah pusat.
Genetalia : ada pengeluaran darah dari vagina (lochea rubra),
vulva tidak odema, ada jahitan pada perineum. Anus tidak
hemoroid.
Ekstremitas : atas/bawah: simetris, tidak odema, akral hangat,
tidak ada varices, tidak ada kelainan.
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

II. ANALISA MASALAH/DIAGNOSA


Diagnosa : P10001 post partum fisiologis hari ke-2
DS : ibu mengalami nyeri payudara, dan merasa tegang pada
payudaranya.
DO:
TTV : TD: 120/80mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,4 0C
Asi beum keluar.
Kontraksi : baik/keras.
Terdapat jahitan perineum dengan baik.
Pengeluaran lochea rubra.
Masalah :
Ibu mengalami bendungan paydar
DS: pada payudara ibu sebelah kiri terasa penuh, tegang, dan ibu
mengalami nyeri pada payudara sebelah kirinya.
DO: mamae sebelah kiri: mengalam pembesaran, bengkak, merah
mengkilap dan terasa penuh
Kebutuhan :
KIE tentang perawatan payudara
KIE tentang cara meneteki yang benar
KIE tentang pola istirahat
Mengatasi rasa nyeri yang dialami ibu, dan memberi dukungan
emosional agar tidak cemas dengan masalah yang dialami.

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi mastitis
Dasar : payudara ibu membengkak, nyeri dan merah mengkil

III. TINDAKAN SEGERA


Melakukan perawatan payudara(mengompres dengan air hangat dan
air dingin secara bergantian)
Memeras ASI dan menyimpannya di lemari pendingin
Memberikan antibiotik untuk mengurangi rasa nyeri

V. PERENCANAAN
Tujuan jangka pendek: setelah diberikan asuhan kebidan 20 menit
diharapkan ibu dapat mengerti penjalasan bidan
KH:
1. Ibu mengerti penjelasan bidan
2. Ibu dapat mengulang kembali penjelasan bidan
3. ibu melaksanakan semua yang dianjurkan oleh bidan
Tujuan jangka panjang: setelah dilakakan asuhan kebidanan
selama 20 menit diharapkan ibu bisa menangani masalahnya, dan
tidak terjadi bendungan ASI kembali dan proses involusi berjan
dengann normal.
KH:
1. KU ibu baik
2. TTV dalam batas normal
3. Tidak terjadi tanda bahaya nifas
4. Tidak terjadi komplikasi
INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik
R/ agar ibu lebih kooperatif dengan petugas
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan
R/ hak pasien untuk mengetahui keadaannya
3. Jelskan pada ibu mengaa terjadi bendungan payudara
R/ agar pasien mengerti apa penyebab bendungan payudara
4. Beritahu cara mengatasi bendungan payudara
R/ mengatasi masalah ibu
5. Beritahu cara perawatan payudara
R/ untuk memperlancar produksi ASI
6. Beritahu cara meneteki yang benar
R/ mengurangi resiko terjadinya bendungan payudara
7. Anjurkan ibu untuk ikut kelas senam nifas
R/ untuk mempercepat pulihnya alat-alat reproduksi
8. Berikan KIE tentang pola istirahat
R/ agar kebutuhan istirah ibu terpenuhi.
9. Berikan terapi obat pada ibu untuk mengatasi rasa nyeri
R/ untuk mengatasi keluhan ibu
10. Jelaskan tentang gizi nifas
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi
11. Anjurkan tetap menjaga kebersihan vulva
R/ menjaga kondisinya agar tidak terjadi infeksi nifas
12. Anjurkan ibu kontrol 3 hari lagi dan kembali berkunjung bila ada
keluhan.
R/ memantau kondisi ibu.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal: 28-02-2015, jam: 19.37 WIB

1. Melakukan pendekatan terapeutik pada pasien dengan metode


komunikasi 2 arah, dan mendengarkan serta menyimak setiap
keluhan ibu.
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan, bahwa ibu sekarang dalam
kondisi baik-baik saja, hanya terjadi bendungan pada payudara
sebelah kiri.
3. Menjelaskan mengapa terjadi bendungan payudara, yaitu karena
adanya peningkatan aliran vena dan limve pada payudara. Dalam
rangka mempersiapakan untuk laktasi, selain itu dikarenakan
kurangnya perawatan payudara pada masa nifas.
4. Memberitahu cara mengatasi bendungan payudara, yaitu:
Berikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Berikan secara bergantian.
Kompres dengan air hangat sebelum disusukan pada bayi
Bantu dengan memijat payudar untuk permulaanmenyusui
5. Mengajari ibu cara merawat payudra, yaitu dengan cara: berikan
kapas yang telah diberi baby oil/minyak di puting susu ibu, biarkan
3-5 menit, kemudian olesi tangan dengan baby oil/ minyak lakukan
pemijatan secara melingkar pada payudara secara menyeluruh,
lakukan 15-20x. Setelah dilakaukan pemijatan kompres dengan air
hangat dan dengan air dingin. Kemudian keringkan payudar,
lakukan perawatan ini secara runtin.
6. Mengajari cara menetteki yang benar, yaitu: posisi ibu duduk tegak
dengan bersandar pada tempat duduk ibu, dagu bayi menempel
pada payudara, perut bayi menempel pada perut ibu, dan seluruh
areola masuk kemulut bayi.
7. Menganjurkan ibu untuk mengikuti senam nifas untuk mempercepat
pulihnya kembali oragn-organ reproduksi.
8. Menganjurkan ibu istirahat pada siang hari 1 jam dan malam 7-8
jam agar ibu tidak merasa lelah.
9. Memberikan obat pada ibu untuk mengurangi rasa nyeri yang
dialami oleh ibu.
10. Menganjurkan ibu untuk makan tanpa di batasi dengan jenis-jenis
tertentu, agar nutrisi ibu terpenui karena ini juag berhubungnan
dengan bayi.
11. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan vulva, yaitu
dengan mengajari cara cebok yang benar (dari depan kebelakang),
mengganti pembalut sesering mungkin, mengganti ceana secara
rutin.
12. Menganjurkan ibu kontrol kembali 3 hari kedepan, dan kembali bila
ada keluhan yang berlanjut, untuk mengetahui kondisi ibu.

VII. EVALUASI
Tanggal: 28-02-2015, jam : 16.50 WIB

S : ibu sudah mengerti dan bisa mengulangi yang telah djelaskan oleh bidan,
dan akan melakukan apa yang dianjurkan oleh bidan.
O : K/U: baik
TTV: TD: 120/80mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,4 0C
ASI belum keluar, TFU 3 jr bawah pusat, lochea rubra,
A: P10001 Post Partum Fisiologis H-3
P:
Memotivasi ibu untuk tetap melakukan personal hygine, teruama
dibagian vulva
Memberiksn KIE tentang alat Kontrasepsi
Memberitahu jadwal imuniasi pada anak, jadwal tertera pada buku KIA
Menganjurkan ibu kontrol ulang 3 hari lagi, dan segera kemali bila ada
keluhan.

Вам также может понравиться

  • Cover Sitry
    Cover Sitry
    Документ1 страница
    Cover Sitry
    Boma Jack Atakay
    Оценок пока нет
  • Cover Sitry
    Cover Sitry
    Документ1 страница
    Cover Sitry
    Boma Jack Atakay
    Оценок пока нет
  • Bendungan Asi (PRINT)
    Bendungan Asi (PRINT)
    Документ19 страниц
    Bendungan Asi (PRINT)
    Boma Jack Atakay
    Оценок пока нет
  • Bendungan Asi (PRINT)
    Bendungan Asi (PRINT)
    Документ19 страниц
    Bendungan Asi (PRINT)
    Boma Jack Atakay
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ1 страница
    Bab 1
    jae
    Оценок пока нет
  • Kti Indah
    Kti Indah
    Документ6 страниц
    Kti Indah
    Boma Jack Atakay
    Оценок пока нет
  • Bendungan Asi (PRINT)
    Bendungan Asi (PRINT)
    Документ19 страниц
    Bendungan Asi (PRINT)
    Boma Jack Atakay
    Оценок пока нет
  • Bendungan Asi (PRINT)
    Bendungan Asi (PRINT)
    Документ19 страниц
    Bendungan Asi (PRINT)
    Boma Jack Atakay
    Оценок пока нет
  • Kti Indah
    Kti Indah
    Документ6 страниц
    Kti Indah
    Boma Jack Atakay
    Оценок пока нет