Вы находитесь на странице: 1из 5

Hiperhidrosis: tinjauan kondisi medis

Shavitri Mahendiran, Craig N. Burkhart and Craig G. Burkhart

1. University of Toledo College of Medicine, Toledo, OH, USA


2. Department of Dermatology, University of North Carolina at Chapel Hill, NC, USA

Abstrak: berkeringat merupakan hal yang normal dan penting dalam mekanisme
termoregulasi. Ketika berkeringat menjadi berlebih, kondisi ini disebut hiperhidrosis.
Hiperhidrosis tidak membahayakan nyawa, tetapi memberikan dampak yang besar terhadap
kualitas hidup dan berdampak terhadap sosial. Untuk mengetahui kondisi ini, perlu dilakukan
pemeriksaan biologi terhadap kelenjar keringat termasuk kelenjar ekrin, apokrin, dan
apoekrin. Penting untuk diketahui mengenai fisiologi dari berkeringat untuk menstabilkan
suhu tubuh agar berfungsi dengan baik. Hiperhidrosis terbagi menjadi primer dan sekunder
dengan berbagai macam kondisi yang luas. Banyak obat untuk mengurangi kelainan ini
antara lain campuran alumunium, aldehid, antikolinergik agen seperti glikopirolat,
benztropin, dan oksibutinin, botulinum toxin A, antiperspirants, simpatektomy, iontoforesis,
dan pengangkatan kelenjar keringat.

Hiperhidrosis didefinisikan sebagai keluarnya keringat berlebih dibandingkan


dengan normalnya pengaturan suhu tubuh dengan termoregulasi. Hiperhidrosis bukan
merupakan suatu kondisi yang fatal, tetapi sangat mempengaruhi kualitas kehidupan dan
berdampak pada kehidupan sosial. Hiperhidrosis juga dapat membuat kulit mudah terinfeksi
karena kelembaban kulit yang terus menerus. Dengan demikian penting untuk memahami
kondisi ini dan komplikasinya untuk lebih baik mengelola dan merawat pasien.

Untuk lebih mengetahui tentang kelainan hiperhidrosis, pertama-tama yang penting


untuk dilakukan yakni memeriksa kelenjar keringat. Terdapat tiga kelenjar keringat: ekrin,
apokrin, dan apoekrin. Kelenjar ekrin merupakan kelenjar keringat terbanyak dari semua dan
dapat ditemukan langsung di seluruh permukaan badan kecuali pada bibir dan glans penis.
Kelenjar keringat ekrin mempunyai saluran dan hasil sekret. Salah satu fungsi saluran dari
kelenjar ekrin yaitu reabsorbsi ion dari keringat untuk membuat larutan isotonik sodium
kloride. Keringat yang berasal dari kelenjar ekrin mayoritas terdiri dari air dengan tambahan
kandungan ion-ion, seperti sodium, klor, potasium, dan kalsium. Kelenjar keringat ekrin
berinervasi dengan saraf postganglion simpatik dan neurotransmiter yang berperan besar

1
yaitu asetilkolin. Banyak perbedaan pada reseptor muskarinik asetilkolin dapat ditemukan
pada kelenjar keringat ekrin dan reseptor-reseptor ini dapat di hambat dengan antimuskarinik.
Kelenjar apokrin dapat ditemukan pada daerah yang mempunyai rambut seperti pada ketiak,
mamae, perineum, dan regio genitalia. Keringat yang dihasilkan dari kelenjar apokrin
memiliki ciri berminyak, kurang berbau, dan kaya akan protein, lemak, dan steroid. Kelenjar
apokrin berinervasi dengan saraf simpatik dan neurotransmiter yang berperan yakni epinefrin
dan norepinefrin. Kedua kelenjar ini berkembang pada usia pubertas, dimana kelenjar ekrin
akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. Sekret yang dihasilkan kelenjar apokrin
semakin banyak mengadung cairan seperti yang dihasilkan kelenjar ekrin. Kedua kelenjar ini
mendapat inervasi kolinergik, alfa adrenergik, dan beta adrenergik.

Berkeringat merupakan suatu tanda vital bagi suatu individu untuk menjaga suhu
tubuh agar tetap berada pada suhu yang normal agar tubuh fungsi tubuh dapat bekerja secara
normal. Salah satu fungsi yang penting dari berkeringat yaitu menurunkan suhu tubuh ketika
suhu lingkungan melebihi suhu normal yang ditetapkan oleh tubuh, pengaturan ini diatur oleh
hipotalamus. Pengeluaran suhu tubuh ini dengan cara evaporasi dari cairan melewati kulit
serta melepaskan energi panas. Tubuh dapat berkeringat lebih dari 1,8 liter per jam pada suhu
yang ekstrim. Ketika suhu tubuh tetap berada diatas 400C, protein denaturasi dan kematian sel
dapat terjadi. Terjadinya keringat bermula pada area preoptik pada anterior hipotalamus dan
berjalan turun ke lateral funikulus dari brainstem dan bersinaps pada regio intermediolateral
pada medula spinalis.

Hiperhidrosis merupakan pengeluaran keringat berlebih yang dihasilkan kelenjar


keringat ekrin karena terlalu aktifnya inervasi kolinergik. Secara histologi, morfologi dan
fungsional dari kelenjar ekrin normal. Keadaan ini dapat berdampak pada seluruh tubuh.
Berdasarkan penelitian, hanya satu persen dari seluruh populasi menderita kelainan ini.
Patofisiologi dari hiperhidrosis dapat dibagi menjadi dua, yaitu primer (idiopatik/esensial)
atau sekunder dari keadaan lain. Hiperhidrosis sekunder diklasifikasikan generalisata, lokal,
atau hanya timbul pada emosional. Hiperhidrosis yang timbul karena emosional, pada
keadaan ketakutan atau ansiestas, yang timbul pada telapak tangan, telapak kaki, dan ketiak.
Hiperhidrosis generalisata dapat timbul pada ketidakseimbangan otonomik atau dapat timbul
pada keganasan, diabetes melitus, tirotoksikosis, diabetes insipidus, ansietas, menopause, dan

2
sindroma carcinoid, dan lain sebagainya. Hiperhidrosis lokalisata timbul pada abnormal
regenerasi dari persarafan simpatik yang rusak, kelainan ini berdampak pada distribusi
kelenjar keringat ekrin, atau dari defek vaskularisasi. Hiperhidrosis primer
(idiopatik/esensial) mempengaruhi kelenjar ekrin dan meningkatkan kerja simpatik, tetapi
tidak mempengaruhi endotel dari pembuluh darah. Pasien dengan esensial hiperhidrosis tetap
berkeringat dengan banyak yang membuat penderita ini malu bahkan enggan untuk berjabat
tangan.

Hiperhidrosis dapat menyertai penyakit lain seperti neuropati perifer, unilateral


circumscribed idiopathic hyperhidrosis, kelainan pada medula spinalis, tumor toraks,
penyakit cerebrovaskular, dan penyakit kulit. Hiperhidrosis dapat terstimulasi oleh makanan
dalam mulut yang disebut gustatory hiperhidrosis. Gejala klinis dari neuropati perifer yaitu
timbulnya nyeri, kesemutan, rasa terbakar, dan rasa baal terutama pada kaki dan tangan.
Hiperhidrosis kompensata sering terdapat pada neuropati perifer terutama pada regio
proksimal seperti pada kepala. Riley-Day sindrom merupakan pewarisan sensori dan otonom
neuropati ditandai dengan episodik hiperhidrosis yang mempengaruhi perkembangan dan
fungsi dari saraf-saraf yang diakibatkan defek dari gen IKBKAP. Hiperhidrosis idiopatik
unilateral ditandai dengan berkeringat berlebih pada area kulit yang normal yang dikelilingi
oleh kulit yang kering pada muka dan tangan. Disrefleksia otonom merupakan sindrom
dimana terjadi ketidakseimbangan persarafan simpatik yang mempengaruhi pasien dimana
terjadi cedera pada persarafan simpatik setinggi T6 (vertebrae torakal 6 pada medula
spinalis). Keadaan ini dapat terangsang oleh distensi usus dan kandung kencing, infeksi
saluran kemih, hemoroid, deep vein thrombosis, dan perangsangan pada visceral. Tumor pada
torak dapat menimbulkan gejala hiperhidrosis. Keganasan seperti mesotelioma, mieloma,
osteoma dapat menekan ganglion dari persarafan simpatik, yang menimbulkan gejala
unilateral hiperhidrosis pada wajah, leher, dan toraks. Infark pada hemisfer serebral, batang
otak, atau hipotalamus dapat mengakibatkan hiperhidrosis karena terganggunya jalur
penyilangan simpatoinhibitor dengan demikian menimbulkan gejala klinis dengan
berkeringat pada separuh badan. Hiperhidrosis dapat timbul pada berbagai macam kelainan
kulit seperti nevus sebaseus, ekrin nevus, ekrinepilar angio hamartoma, glomus tumor, dan
blue rubber bleb nevus. Gustatory sweating dapat terjadi akibat mengkonsumsi makanan
yang pedas. Sindrom frey memiliki ciri khas yaitu asimetrik gustatory sweating pada wajah

3
karena terjadinya cedera pada saraf-saraf otonom yang berinervasi pada kelenjar parotis dan
kelenjar keringat.

Ada berbagai macam obat yang dapat memicu terjadinya hiperhidrosis yang bekerja
pada hipotalamus, pusat termoregulator, ganglia simpatik, atau pada eccrine-neuroeffector
junction. Obat-obat tersebut antara lain kolinesterasi inhibitor, selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRI), opioid, dan trisiklik antidepresan. Kondisi ini dapat diatasi dengan
menurunkan dosis atau mengganti obat dengan yang lainnya.

Banyak pengobatan untuk mengatasi hiperhidrosis. Senyawa alumunium merupakan


antiperspirant untuk mengobati hiperhidrosis. Berdasarkan teori sebelumnya, aluminium
dapat menyumbat saluran kelenjar keringat. Berdasarkan data-data yang terkumpul
alumunium dapat mengubah aliran dari kelenjar ekrin. Alumunium mempunyai efek
antikolinergik dengan merangsang transport kolin pada ujuang saraf presinaptik. alumunium
mengatur aktivitas dari Na+/K+ enzin ATP-ase pada membran plasma yang berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan potensial sel dan volume sel. Selain itu juga mempengaruhi struktur
dari membran sel, intraselular homeostasis kalsium, dan transport dari ion-ion didalam
kelenjar sel sekretorik. Alumunium klorida mengakibatkan degenerasi dari kelenjar keringat
ekrin setelah pemakaian lama. Pada teori terbaru aluminium mempengaruhi sekresi dengan
cara konstriksi dari lumen duktus. Teori ini dibuktikan dengan mekanisme kerja secara
langsung pada struktur dan fungsi dari duktus atau dari efek antikolinergik.

Aldehid merupakan salah satu pilihan lain yang mempunyai fungsi untuk denaturasi
keratin pada kulit dan menyumbat pori-pori dari kelenjar keringat untuk mengurangi
berkeringat. Aldehid cukup efektif pada telapak tangan dan telapak kaki tetapi tidak pada
ketiak. Asetilkolin merupakan neurotransmiter utama yang memicu sekresi dari keringat.
Oleh karena itu, obat-obatan yang menghambat pengikatan asetilkolin, disebut antikolinergik,
yang dapat digunakan sebagai pengobatan hiperhidrosis. Glikopirolate merupakan
antikolinergik yang menghambat reseptor muskarinik asetilkolin pada otot polos, sistem saraf
pusar, dan kelenjar sekretorik. Benztropin merupakan antikolinergik lainnya yang dapat
bermanfaat dalam pengobatan hiperhidrosis. Oxybutinin menghambat otot polos terutama

4
dengan menghambat asetilkolin dan dapat digunakan untuk mengobati hiperhidrosis. Obat
yang menghambat neuromuskular seperti botulinum toxin-A dapat diberikan untuk mengatasi
hiperhidrosis dengan menginhibisi sinaps vesicle fusion dan melepas asetilkolin kedalam
celah sinaps sehingga menghambat kerja asetilkolin pada reseptor post-sinaps dan mencegah
terjadinya berkeringat. Antiperspirants mengurangi jumlah keringat yang keluarkan oleh
kelenjar ekrin. Antiperspirant bekerja dengan menutup duktus ekrin dengan garam metal dan
benang-benang keratin. Operasi pengangkatan rantai simpatis, disebut juga sympathectomy,
merupakan cara lain untuk terapi hiperhidrosis. Cara tersebut efektif mengobati hiperhidrosis
pada palmar, axilla, dan wajah. Komplikasi sympathectomy adalah hiperhidrosis kompensata
dan gustatory, sindrom Horners, dan neuralgia. Iontophoresis adalah terapi lain dengan cara
merendam kulit dan memberikan aliran listrik intensitas rendah yang menghantarkan ion
pada kulit dan menghambat fungsi kelenjar keringat pada daerah tersebut. Menghisap
kelenjar keringat merupakan teknik operasi baru dimana menggunakan anestesi lokal dan
mengangkat kelenjar keringat dengan hati-hati. Proses ini mirip dengan sedot lemak.

Berkeringat merupakan suatu hal yang normal dan merupakan mekanisme penting
dalam thermoregulation. Bila berkeringat berlebihan, keadaan tersebut disebut hiperhidrosis.
Hiperhidrosis sangat mempengaruhi individu dan dapat menyertai penyakit lain. Mengetahui
lebih dalam tentang penyakit ini, dan pengetahuan tentang pengobatan yang tersedia dan cara
mengatur sangat penting untuk pasien, yang mungkin merasa malu dan tidak nyaman, untuk
memperbaiki kualitas hidup mereka.

Вам также может понравиться