Вы находитесь на странице: 1из 50

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) GASTRITIS

NUZULUL ZULKARNAIN HAQ

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi


dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan ini (gastritis) sering kali
adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut
yang paling sering ditemukan. Di negara berkembang prevalensi infeksi
Helicobacter Pylori pada orang dewasa mendekati angka 90%. Sedangkan pada
anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini
menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross
sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia.
Penyebab penyakit ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan
batang.

Namun, banyak faktor lain seperti cedera traumatis, penggunaan obat


penghilang rasa sakit tertentu atau minum alkohol terlalu banyak juga dapat
berkontribusi untuk terjadinya gastritis.

Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-
lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat
menyebabkan bisul ( ulkus )pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut.
Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda
bahkan sembuh dengan pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep pada Gastritis?

1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada Gastritis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada Gastritis .

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang :

Definis dari Gastritis.

Klasifikasi dari Gastritis.

Etiologi dari Gastritis.

Patifisiologi dari Gastritis.

Manifestasi klinis dari Gastritis.

Komplikasi yang terjadi pada Gastritis.

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada Gastritis.

Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis.

1.4 Manfaat

1.4.1 Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada


klien dengan gangguan Gastritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah
pencernaan.

1.4.2 Mahasiswa mwngetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat


menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gastritis

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis
adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi
Ketiga hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung( Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah ,Edisi Kedelapan hal 1062). Gastritis merupakan
suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronis, difus atau local(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).

Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai
suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke
dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.

2.2 Klasifikasi Gastritis

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :

1. Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti
bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi
bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung) ).

Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan ).

2. Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.
Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.
Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan
pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa
berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan
dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

2.3 Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang
berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau
minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan
melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap


melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung
(esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke
lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri
dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,
kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.

Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung
dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang
mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan
keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam
hidroklorida. Gastritisbiasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan
dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab
yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :

Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau
akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai
penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar
yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan
secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari
kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis
tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan
terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.

Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.

Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis


mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.

Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan


pendarahan dan gastritis.

Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.

Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem


kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal
ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia,
sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem
dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.

Crohns disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan


kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-
gejala dari Crohns disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan)
tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.

Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan


radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah
kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar
akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis
dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan,
empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.

Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan


lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

2.4 Pathofisiologi

1. Gastritis Akut

Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug
seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis.Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali
maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkangastritis dan peptic ulcer.Pemberian aspirin juga dapat menurunkan
sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu.

Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan
pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta
kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan
tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi
asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.

Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan


gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa
lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas
mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi
menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.

2. Gastritis Kronis

Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A


(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal,
yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung.

Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini


dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas,
penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam
lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini
dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini
dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh
sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik
asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan
tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-
butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya
tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan
lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus
meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak
radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk
menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H.
Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi
superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan).Dalam beberapa hari
gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

2.5 Manifestasi Klinis

a. Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat
berat, gejala yang sangat mencolok adalah :

1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai


terjadi renjatan karena kehilangan darah.

2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.


Keluhan keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak
dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.

3) Kadang kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.

4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.

5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar
pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda tanda anemia defisiensi dengan
etiologi yang tidak jelas.

6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka


yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala
gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin,
takikardia sampai gangguan kesadaran.

b. Gastritis kronis

1. Bervariasi dan tidak jelas

2. Perasaan penuh, anoreksia

3. Distress epigastrik yang tidak nyata

4. Cepat kenyang

2.6 Komplikasi pada Gastritis

1. Gastritis Akut

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan


saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir
sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan
tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak
peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum
dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan
endoskopi.

2. Gastritis Kronis

Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin


B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa,
penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis
Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan
ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu


etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun
secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
Gastritis Akut

Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi
diet yang tidak mengiritasi.

Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).

Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.

Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.

Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat
asam lambung dengan cepat.

Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.

Gastritis Kronis

Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.

Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi


jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara
teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-
obat golongan ini.Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate
yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.

Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari pompa-pompa ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah
omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini
juga menghambat kerja H. pylori.

H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan
garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory..Terapi terhadap H.
Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling
sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa
sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pyloritidak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan.
Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi
dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk
memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah
terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua
jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H.
pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa
bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.

2.8 Farmakologi

Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-
bahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh
sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak
kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak asam yang dapat
dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit gastritis dengan baik.

Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat konsumsi


alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat
sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat
infeksi bakteriH. pylori dapat diobati dengan terapi eradikasi H. pylori. Terapi
eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1 macam penghambat
produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor).

Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita
gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung,
misalnya (Mayo Clinic,2007) :

1. Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan
obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralkan
asam lambung sehingga cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.

2. Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati
gejala, dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin,
ranitidin, atau famotidin.
3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja
mengurangi asam lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel
penghasil asam. Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole,
lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H.
pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton,
dikombinasikan dengan antibiotika.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Gastritis

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnesa meliputi :

Identitas Pasien

Nama

Usia

Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin

Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan

Alamat

Suku/bangsa

agama

Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim


mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh
penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan
akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit
ini.

Riwayat sakit dan kesehatan

Keluhan utama

Riwayat penyakit saat ini

Riwayat penyakit dahulu


3.1.2 Pemeriksaan fisik : Review of System

B 1 (breath) : takhipnea

B 2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer


lambat, warna kulit pucat.

B 3 (brain) :sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,


disorientasi, nyeri epigastrum.

B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.

B 5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran


terhadap makanan pedas.

B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan

3.1.2 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil
tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang
terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.

b. Uji napas urea

Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO 2). CO2 cepat
diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

c. Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.

d. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan
tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.

e. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
di rontgen.

f. Analisis Lambung

Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis
basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat
untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang
menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan
asiditas nyata).

g. Analisis stimulasi

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum


acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti
histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau
tidak.

3.1.3 Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara


mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

3.2 Diagnosa keperawatan


Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah).

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan


intake asupan gizi.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

nyeri berhungangan dengan stress asam lambung.

3.3 Intervensi Keperawatan

Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah ).

- Tujuan :
Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.

Kriteria Hasil :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output
seimbang.

Intervensi :

Intervensi Rasional

Penuhi kebutuhan individual.


Anjurkan klien untuk minum
( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).

Mengganti kehilangan cairan


dan memperbaiki keseimbangan
cairan dalam fase segera.

Berikan cairan tambahan IV sesuai


indikasi.
Menunjukkan status dehidrasi
atau kemungkinan kebutuhan
untuk peningkatan penggantian
cairan.

Cimetidine dan ranitidine


Awasi tanda-tanda vital, evaluasi berfungsi untuk menghambat
turgor kulit, pengisian kapiler dan sekresi asam lambung
membran mukosa.

Kolaborasi pemberian cimetidine


dan ranitidine

Intake cairan yang adekuat akan


mengurangi resiko dehidrasi
pasien.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan


intake asupan gizi.

Tujuan :

Gangguan nutrisi teratasi

Kriteria Hasil :

Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.

Albumin,hemoglobin normal.

Klinis : terlihat segar.

Porsi makan habis.

Intervensi :
Intervensi Rasional

Reduksi stress dan farmakoterapi Stress menyebabkan peningkatan


seperti cytoprotective agent, produksi asam lambung, untuk
penghambat pompa proton, klien dengan gastritis penggunaan
anatasida. penghambat pompa proton
membantu untuk mengurangi asam
lambung dengan cara menutup
pompa asam dalam sel lambung Int
penghasil asam. Kemudian untuk
penggunaan cytoprotective agent
membantu untuk melindungi
jaringan yang melapisi lambung
dan usus kecil. pada klien dengan
gastritis antasida berfungsi untuk
menetralisir asam lambung dan
dapat mengurangi rasa sakit.

Dengan tranfusi albumin


diharapkan kadar albumin dalam
darah kembali normal sehingga
kebutuhan nutrisi kembali normal.

Pemasukan individu dapat


dikalkulasikan dengan berbagai
perhitungan yang berbeda, perlu
bantuan dalam perencanaan diet
yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

Mencegah terjadinya anemia.


Koloborasi transfusi albumin.
Keragu-raguan untuk makan
mungkin diakibatkan oleh takut
makanan yang menyebabkan
terjadinya gejala.

Konsul dengan ahli diet untuk


menentukan kalori / kebutuhan Program ini mengistirahatkan
nutrisi . saluran pencernaan sementara ,
dan memenuhi nutrisi sangat
penting dan dibutuhkan.

Tambahan vitamin seperti B12.

Batasi makanan yang


menyebabkan peningkatan asam
lambung berlebih, dorong klien
untuk menyatakan perasaan
masalah tentang makan diet.

Berikan nutrisi melalui IV sesuai


Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemaha fisik.

Tujuan :
Intoleransi aktifitas teratasi.

Kriteria Hasil :
Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.

Intervensi Rasional

Tingkatkan tirah baring atau duduk Tirah baring dapat meningkatkan


dan berikan obat sesuai dengan stamina tubuh pasien sehinggga
indikasi. pasien dapat beraktivitas
kembali.

Lingkungan yang nyaman dan


Berikan lingkungan yang tenang tenang dapat mendukung pola
dan nyaman. istirahat pasien.

Klien dapat beraktivitas secara


Ajarkan klien metode bertahap sehingga tidak terjadi
penghematan energy untuk kelemahan.
aktivitas (lebih baik duduk
daripada berdiri saat melakukan
aktivitas)

Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan :
Informasi tepat dan efektif.

Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan,
pencegahan dan pengobatan.

Intervensi Rasional

Beri pendidikan kesehatan


(penyuluhan) tentang penyakit,
beri kesempatan klien atau Pengkajian / evaluasi secara
keluarga untuk bertanya, beritahu periodik meningkatkan
tentang pentingnya obat-obatan pengenalan / pencegahan dini
untuk kesembuhan klien. terhadap komplikasi seperti ulkus
peptik dan pendarahan pada
lambung

Evaluasi tingkat pengetahuan


pasien.

Memberikan pengetahuan dasar


dimana klien dapat membuat
pilihan informasi tentang kontrol
masalah kesehatan. Keterlibatan
orang lain yang telah menerima
masalah yang sama dapat
meningkatkan koping , dapat
meningkatkan terapi dan proses
penyembuhan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel
radang pada daerah tersebut.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi
yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya,
peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan
bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Tetapi factor factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus
beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun
banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda tanda
penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta

http://en.wikipedia.org, Gastritis

http://digestive.niddk.nih.gov, Gastritis, National Digestive Diseases Information


Clearinghouse

Menurut data dari

World Health Organization

(WHO) bahwa Indonesia mendapaturutan yang ke empat banyaknya jumlah penderita Gastritis setelah
Negara Amerika,Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita Gastritis (Depkes RI,
2004).Di Inggris 6-20% menderita Gastritis pada usia 55 tahun dengan prevelensi 22% insidentotal untuk
segala umur pada tahun 1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok umur 45-64 tahun. Insiden sepanjang
usia untuk Gastritis adalah 10% (Riyanto, 2008). Gastritismerupakan penyakit terbesar di seluruh dunia
dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang infeksi
diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua (Budiana, 2006).Di
dunia, insiden Gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun danumumnya terjadi pada
penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun. Sedangkan di AsiaTenggara, insiden terjadinya Gastritis
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiaptahunnya. Prevalensi Gastritis yang dikonfirmasi melalui
endoskopi pada populasi diShanghai sekitar 17,2 % yang secara substantial lebih tingggi daripada
populasi di Baratyang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.Angka kejadian Gastritis pada beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah danUnun pada
tahun 2006, di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%,Denpasar 46%, sedangkan di
Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%(Anonim, 2010).
Di negara-negara Asia, Indonesia mendapat urutan ke tiga setelah Negara India danThailand yaitu
berjumlah 123 ribu penderita. Sedangkan di Indonesia sendiri kota
yang penduduknya paling banyak menderita penyakit Gastritis adalah kota Jakarta yaitu 25ribu penduduk.
Pemicu dari penyakit Gastritis di ibukota Jakarta yaitu dipengaruhi
oleh jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga mengakibatkan makanmenjadi tidak
teratur dan banyak menderita penyakit Gastritis ini (Profil Dinkes, 2004).Pada tahun 2004 penyakit
gastritis menempai urutan yang ke- 9 dan 50 peringkatutama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh
Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (DEPKES RI, 2004)

Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 - 6 tahun ini danmenyerang laki-laki lebih banyak dari pada
wanita. Laki-laki lebih banyak mengalamiGastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan
merokok. Prevalensi meningkatdengan meningkatnya umur. Jenis penyakit Gastritis yang paling tinggi
prevalensinya diIndonesia berdasarkan data dari RS Tegal, peningkatan kasus ini dimulai pada
1997dengan 248 kasus, kemudian melaju dengan cepat hingga mencapai puncak pada tahun2000 dengan
532 kasus. Sedangkan dari survey yang dilakukan pada masyarakat
jakarta pada tahun 2007 yang melibatkan 1.645 responden mendapatkan bahwa pasien denganmasalah
Gastritis ini mencapai 60% artinya masalah Gastritis ini memang adadimasyarakat dan tentunya harus
menjadi perhatian kita semua (Wijoyo,2009).Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
dijumpai di klinikPenyakit Dalam (Sopearman, 2001). Gastritis adalah radang pada jaringan
dindinglambung paling sering diakibatkan oleh ketidak teraturan diet, misalnya makan terlalu banyak,
makan terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan yangterinfeksi penyebab yang
lain termasuk alkohol, aspirin, refluk empedu atau terapi radiasi(Suddarth & Brunner, 2005). Adanya
penemuan infeksi Helicobacter Pylory

ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian Gastritis. Faktor etiologi Gastritis lainnya adalah

asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan(18%) dan
terapi radiasi (2%) (Herlan, 2001).Secara garis besar Gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan padamanifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi anatomi dan
kemungkinan patogenesis Gastritis. Berdasarkan pada manifestasi klinis, Gastritis dapat dibagi
menjadiakut dan kronik. Masalah yang sering timbul pada Gastritis umumnya mengalamimasalah
keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri.Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia,
misalnya obat-obatan danalkohol, makanan yang panas, pedas maupun asam. Pada orang yang mengalami
stressakan terjadi perangsang saraf simpatis nervus vagus yang akan meningkatkan produksiasam klorida
(HCL) di dalam lambung, adanya HCI yang ada didalam lambung akanmenimbulkan rasa mual, muntah
dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yangmerangsang akan menyebabkan sel epitel kalumner yang
berfungsi menghasilkan mucus,mengurangi produksinya sedangkan mucus itu fungsinya untuk
pemproteksi mukosalambung agar tidak ikut tercerna, respon mukosa lambung karena penurunan
sekresimucus bervariasi, di antaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gasterterdapat
sel yang memproduksi HCL (terutama daerah fundus ) dan pembuluh darah.Vasoditasi mukosa gaster
akan menyebabkan produksi HCL meningkat. PeningkatanHCL ini di samping dapat menimbulkan mual,
muntah dan anoreksia juga dapatmenyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak
HCL denganmukosa gaster (Underwood, 2002).Gastritis kronis terjadi karena Helicobacter pylori
merupakan bakteri gram negatif.Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya
desanuamasi selmuncullah respon radang kronis pada gaster, yaitu disfungsi kelenjar dan
metapiamia.Metapiamia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan

mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sub mukosa yang lebih kuat. Karena selsquoniasa lebih
kuat, maka diaktivasinya juga berkurang saat mencerna makanan,lambung melakukan gerakan pristalistik
tetapi karena penggantinya kurang elastis makaakan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan
rasa nyeri (Underwood, 2002).Komplikasi dari penyakit gastritis ini apabila tidak di tanggulangi dengan
baik akan berakibat diantaranya: perdarahan saluran cerna bagian atas ( SCBA ) berupahematemesis dan
melena dapat berakhir sebagai syok hemoragik, tukak peptik.Komplikasi gastritis kronis yaitu :
perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi,anemia Karena gangguan absorbs vitamin B

12

(Mansjoer, 2003).Masalah yang ditemukan dari penyakit gastritis adalah nyeri berhubungan
denganmukosa lambung yang teriritasi akibat peningkatan produksi HCl dimana nyeri dapatdisebabkan
adanya tanda-tanda inflamasi pada mukosa gaster seperti: pusing, nyeriepigastrium, rasa tidak nyaman
pada abdomen (perut terasa perih, panas dan muntah-muntah). Menurut Mansjoer (2003), tanda dan
gejala gastritis adalah nyeri epigastrium,mual, muntah, kembung, pusing, dan kelemahan. Akibat
peningkatan produksi HClsebagai prioritas utama karena berdasarkan triage konsep nyeri merupakan
ancaman dan pada hirarki Maslow nyeri adalah kebutuhan fisiologi yang harus dipenuhi.Untuk mengatasi
nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasiakibat peningkatan produksi HCl,
rencana asuhan keperawatan yang bertujuan untukmengurangi atau menghilangkan nyeri sehingga klien
bisa mengatasi nyerinya sendiri,yaitu : kaji skala nyeri, dengan mengkaji skala nyeri diketahui klien
berada dalam rentangrespon yang mana dan dapat menentukan kualitas dari nyeri, ringan, sedang dan
tidaktertahankan

B.

Tujuan Penulisan

1.

Tujuan UmumPenulis dapat memberikan Asuhan Keperawatan Gastritis secara optimal.2.

Tujuan Khususa.

Penulis dapat melakukan pengkajian fokus terkait kebutuhan nutrisi. b.


Penulis dapat menentukan pathways keperawatan sesuai kasusc.

Penulis dapat menentukan diagnosa keperawatan kebutuhan nutrisid.

Penulis dapat menuyusun fokus intervensi (dengan rasional) sesuai dengankebutuhan nutrisi.

C.

Metode Penulisan

Dalam penulisan Makalah Seminar ini penulis menggunakan metode deskriptifdengan pendekatan proses
keperawatan jiwa yang terdiri dari: pengkajian, diagnosakeperawatan, pelaksanaan dan evaluasi,
sedangkan tehnik penulisan yang digunakansebagai berikut :1.

Observasi PartisipasifYaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien


sertamelaksanakan asuhan keperawatan

sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dengantimbulnya perubahan klinis selama observasi.2.

WawancaraYaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pasien, perawat serta petugaskesehatan yang
bersangkutan dengan pasien.3.

Studi DokumentasiYaitu mempelajari buku-buku laporan dan catatan medis serta dokumen lainnya
untukmembandingkan dengan data yang ada.

4.

Studi PustakaYaitu mempelajari buku-buku referensi terkait dengan gastritis dan kebutuhan nutrisi.

D.
Sistematika Penulisan

Makalah seminar ini ditulis dalam lima bab yang ditulis secara sistematika dan tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa sub bab yaitu :Bab I : Pendahuluan, yang meliputi ;a.

Latar belakang, b. Tujuan penulisan,c.

Metode penulisan,d. Sistematika penulisan.Bab II : Konsep Dasar, yang berisi tentang ;a.

Pengertian b. Etiologic.

Patofisiologid. Manifestasi klinike.

Penatalaksanaanf.

Konsep kebutuhan dasar nutrisi, meliputi :1)

Pengkajian fokus kebutuhan nutrisi2)

Pathways keperawatan3)

Diagnosa keperawatan kebutuhan nutrisi4)

Fokus intervensiBab III : Resume Askep, meliputi:a.

Pengkajian fokus kebutuhan nutrisi b. Diagnosa keperawatan kebutuhan nutrisic.


Pathways keperawatan kasus

ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian Gastritis. Faktor etiologi Gastritis lainnya adalah

PENGERTIAN

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa lambung (Hirlan, 2006).Gastritis adalah
suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau
lokal (Price & Wilson,2006).Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut adalahkelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas,
biasanyaditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun yang disebabkan olehulkus dan
berhubungan dengan Helicobacter pylori.

B.

ETIOLOGI/PREDISPOSISI

Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah:1.

Gastritis Akuta.
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat inflamasi nonsteroid dalam dosisrendah sudah dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung. b.

Alkohol. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada lambung danmembuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun padakondisi normal.2.

Gastritis KronikPada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter pylori.Sedangkan menurut Smeltzer, 2001 penyebab gastritis adalah:1.

Gastritis AkutGastritis akut sering disebabkan akibat diit yang tidak benar, Penyebab lain darigastritis
akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.2.

Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna darilambung oleh
bakteri Helicobacter pylori.

C.

PATOFISIOLOGI

Menurut price (2006), gastritis biasanya bersifat jinak, merupakan respon mukosalambung terhadap iritan
lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makananterkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin
merupakan agen pencetus yang lazim, InfeksiH.pylori lebhih sering dianggap sebagai penyebab gastritis
akut. Organisme tersebutmelekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa
pelindung,meninggalkan daerah epitel yang gundul.Mukosa barrier lambung umumnya melindungi
lambung dari pencernaan terhadaplambungitu sendiri. Ketika mukosa barrier rusak maka timbul gastritis.
Setelah barrierrusak terjadi perlukaan mukosa dan di perburuk oleh histamine dan stimulasi
sarafcholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan
luka pada pembuluh darah yang kecil, yang mengakibatkan terjadi bengkak, perdarahan danerosi pada
lambung.

D.

MANIFESTASI KLINIK
1.

Nyeri ulu hatiDisebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi akibat adanya
iritasimukosa lambung.2.

Anoreksia, Nausea dan VomitusTanda ini sangat umum ditemukan. Terjadi karena adanya peningkatan
kadar asamlambung didalam tubuh khususnya pada organ lambung.3.

Melena dan HematemesisHal ini disebabkan karena adanya suatu proses peradanagan yang berawal dari
adanyairitasi dan erosi pada mukosa lambung.

E.

PENATALAKSANAAN

1.

Gastritis akuta.

Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang, ubah menjadidiit yang tidak
mengiritasi b.

Jika gejala menetap, diperlukan cairan IV.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmasukan nutrient yang tidak
adekuat4.

FOKUS INTERVENSI

Dx: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmasukan nutrient yang
tidak adekuatTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhannutrisi
terpenuhi.Kriteria hasil :a.
Nafsu makan bertambah b.

Mual dan muntah berkurangc.

Berat badan bertahap secara bertahapRencana tindakanIntervensi Rasional1.

Kaji faktor penyebab klien tidak nafsumakan2.

Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering3.

Hindari pemberian makanan yangdapat merangsang peningkatan asamlambung4.

Tanyakan pada klien tentang makanan5.

Kolaborasi pemberian antiemetik danantibiotikMenentukan intervensi selanjutnyaDilatasi gaster dapat


terjadi bila pemberian makanan terlalu cepatMengurangi pemberian asam lambungyang dapat
menyebabkan mual danmuntah.Menambah nafsu makanMenghilangkan mual

BAB IIIRESUME ASKEP1.

PENGKAJIAN FOKUS

a.

Identitas Pasien Nama : Ny.


SUmur : 64 TahunStatus : JandaAlamat : Jangling Krajan Rt 10/06, Candi sari, SemarangAgama : Islam
No. Register : 367801Tanggal masuk : 25 Juni 2014Diagnosa medis : Gastritis b.
Keluhan UtamaPasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan.c.

Riwayat penyakit SekarangPasien datang ke UGD dengan keluhan nyeri perut sejak 1 minggu. Nyeri
dirasakansampai tembus ke punggung belakang, mual,d.

Riwayat Penyakit dahuluHipertensi, Diabetes Melituse.

Riwayat Penyakit KeluargaKesehatan keluarga, keluarga ada yang menderita hipertensi.f.

Antropometri1.

Berat Badan dulu : 51 kg2.

Berat Badan sekarang: 49 kgDikarenakan tidak nafsu makan dan sekarang diprogramkan puasa.3.

Tinggi badan :150 cm4.

Lingkar lengan : 32 cm5.

IMT : 22,67g.

BiokimiaHasil pemeriksaan tanggal 29 Juni 2014 :1.

Hematologi rutin 11,0 g/dl 11,7

15,5 g/dl2.
Kimia klinikGDS 132 mg/dl 70-110 mg/dl

h.

Clinikal asesment :1.

Paien tampak lemas2.

Kesadaran cukup ( GCS : 15 )3.

Turgor kulit cukup yaitu bisa kembali dalam waktu < 3 detik4.

Capileri reffil < 2 detik5.

Nafas Iregular6.

Tidak ada edema7.

Pasien terpasang NGT8.

Pemeriksaan fisika.

TTV1.

Tekanan darah : 140 / 80 mmhg2.


RR : 24 x/ menit3.

Suhu

: 36,6 C

4.

Nadi : 100 x/ menit b.

Mulut1.

Bibir tampak kering2.

Ada sariawan ( stomatitis )c.

Abdomen1.

Inspeksi : Cembung2.

Auskultasi : peristaltik 4 kali/ menit3.

Perkusi : Hipertimpani4.

Palpasi : Nyeri pada kuadran II( skala 6 ), nyeri tekan pada abdomend.

Jantung1.
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak2.

Perkus : Pekak3.

Palpasi : Iktus cordis teraba, ICS 54.

Auskultasi : BJ I-II regulere.

Paru1.

Inspeksi : Simetris pasien terpasang O22.

Perkusi : Sonor3.

Palpasi : Teraba geraka takstil premitus sama4.

Auskultasi : Vesikuleri.

Muskuloskeletal1.

Pada ekstremitas atas terpasang infus R/L 20 tpm pada tangan kiri2.

Ekstremitas bawah tidak ada edema. j.

Pengkajian nyeriP : kien saat meringis saat epigastrium ditekanQ : nyeri seperti di remas

remasR : diulu hati ( di epigastrium )S : skala 6 ( skala nyeri 0

10 )T : nyeri hilang timbul saat epigastrium ditekan

BAB IVPEMBAHASAN

Pada pasien gastritis didapatkan pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan, tidaknafsu makan, bibir
tampak kering, pada pemeriksaan abdomen didapatkan perut tampakcekung, bunyi usus 4 kali/menit.
Pasien mengatakan kebiasaan makan tidak teratur.Hal tersebut sesuai dengan teori gastritis dalam buku
price (2006), yang
menunjukan bahwa penderita akan menjalani nyeri perut dan anoreksia akibat dari peradangan yangdiaki
batkan oleh peningkatan asam lambung yang menyebabkan kerusakan pada mukosalambung sehigga hal
tersebut mengakibatan iritasi pada lambung. Mukosa barrier lambungumumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambungitu sendiri. Ketika
mukosa barrier rusak maka timbul gastritis. Setelah barrier rusak terjadi perlukaan mukosa dan di perburu
k oleh histamine dan stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balikkedalam mucus dan
menyebabkan luka pada pembuluh darah yang kecil, yangmengakibatkan terjadi bengkak, perdarahan dan
erosi pada lambungPada penelitian oleh Rahmi kurnia (2011), menunjukan bahwa factor
kebiasaanmakanan dapat menyebabkan gastritis. Jika pola makan tidak teratur, telat hinga 2-3
jammenyebabkan asam lambung yang di produksi meningkat dan berlebihn dan akan mengirtasimukosa
lambung serta akan menimbulkan rasa nyeri.

BAB VPENUTUPA.

Kesimpulan

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengkajian focus sesuai dengan teori dan
hasil penelitian bahwa terdapat banyak factor yang menyebabkan gastritis diantaranyakebiasaan makan.

B.

Saran

Pelayanan sudah baik, namun akan lebih baik lagi sesuai dengan prosedur keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C.2000.

Keperawatan medikal bedah buku saku untuk Brunner Suddarth;alih bahasa Yasmin asih.
Jakarta:EGCDay, R. A. and A. L. Underwood. (2002).

Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta.Penerbit Erlangga. Hal 394, 396-404Depkes RI. 2004.
Profil Kesehatan Indonesia 2004. JakartaDepkes RI, 2004.

Sistem Kesehatan Nasional

. JakartaDinas Kesehatan Kota Semarang, 2011, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011,Semarang:
Dinas Kesehatan Kota SemarangHirlan dan Tarigan P . 2006. Buku Aja Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan IPDFK UI,Kurnia, Rahmi. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
gastritis yang berobat jalan di puskesmas gulai bancah kota bukit tinggi.Mansjoer, 2003,Kapita Selekta
Kedokteran, Ed.3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokterane edisi 3 jilid 1 dan 2.Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
penyakit Ed.6 Vol 1&2. Jakarta : EGC Priyanto, Agus.2008

Endoskopi Gastrointestinal Jakarta: Salemba Medika Riyanto, 2008


Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, dilengkapi Uji Validitas danReliabilitas serta Aplikasi Program
SPSS, Nuha Medika.Wiyono, D. M. S. (2009).

Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Surabaya : AirlanggaUniversity Press

LP DAN ASKEP PASIEN GASTRITIS

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang
tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner and Suddarth, 2001).
Sedangkan menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut adalah lesi
mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif
atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung. Gastritis adalah
proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. (Suyono Slamet, 2001). Gastritis adalah episode
berulang nyeri epigastrium, gejala sementara atau cepat hilang, dapat
berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan antasid atau
supresi asam. (Grace, Pierce A,dkk, 2006).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, penulis
dapat menyimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada
mukosa lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam
lambung (seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan
oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol. Gastritis dibagi menjadi 2
yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah kelainan
klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas,
biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis
kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan
Helicobacter pylori. (Mansjoer, 2001).
B. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid
dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.

b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
pada kondisi normal.
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
d. Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab
lain dari gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena
obat-obatan, alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa
lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam
jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung
terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi
mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang
dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi
meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam
dan basa kuat yang bersifat korosif dapat mengakibatkan peradangan dan
nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat
mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya
perdarahan dan peritonitis.
2. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
a. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehinggs
terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual hingga
muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
b. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
3. Komplikasi
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi dari gastritis adalah :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan
melena. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan syok hemoragik yang bisa mengakibatkan kematian.
2) Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan hamper
sama dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun pada tukak
peptic penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar
100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.

b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama yang disebabkan oleh
ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri H. Pylori.
1) Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terhadap
vitamin.
2) Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor intrinsik
dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap
vitamin B12.
3) Gangguan penyerapan zat besi.

D. Penatalaksanaan
1. Gastritis Akut
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alcohol dan makanan samapi gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran
dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam digunakan
antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya
perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat, 2004 penatalaksanaannya jika terjadi
perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan konservatif berupa
pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis reseptor H2.
Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.
2. Gastritis Kronik
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurangi stress dan memuli farmakoterapi. Helicobacter
pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
Sedangkan menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang dilakukan
pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu
dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian
diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat
dilakukan berikan terapi eradikasi.
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.
Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data
sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian
dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang
diperlukan pada klien Gastritis adalah sebagai berikut :
1. Data dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose
medis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien,
keluhan timbul secara mendadak atau bertahap, factor pencetus, upaya
yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
kecelakaan, riwayat dirawat dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi adakah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti
hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain.
e. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur,
aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi dan
perkusi. Menurut Doengoes, 2000 adapun hasil pengkajiannya yaitu :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram abdomen,
nyeri ulu hati.
Tanda : nyeri ulu hati saat istirahat.
b. Sirkulasi
Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik)
c. Eliminasi
Gejala : bising usus hiperperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba keras.
Distensi perubahan pola BAB.
Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk, konstipasi.
d. Integritas ego
Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak berdaya.
Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar.
e. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada abdomen,
sendawa bau busa, penurunan berat badan.
Tanda : membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang berwarna
kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram pada abdomen.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada otot
Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri yang
digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang.
h. Pernafasan
Gejala : sedikit sesak
i. Penyuluhan
Gejala : faktor makanan, pola makan yang tidak teratur, diet yang salah,
gaya hidup yang salah.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk
pasien gastritis adalah:
a. Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b. Pemeriksaan endoskopi.
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.

F. Diagnosa Keperawatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,
pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari
hasil pengkajian keperawatan.

Menurut Doengoes, 2000 diagnosa keperawatan pada klien dengan


Gastritis adalah :
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung
yang teriritasi.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
4. Gangguan personal hygiene rambut, kulit kotor berhubungan dengan
kelemahan fisik.
5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya insersi
IVFD yang menyebabkan masuknya mikroorganisme pathogen.
6. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.

G. Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intake klien
terpenuhi.

Kriteria Hasil :
a. Intake terpenuhi
b. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, S :
36-370 C)
c. Turgor kulit elastis
Rencana tindakan :
a. Kaji turgor kulit
Rasional : indikator dehidrasi atau hipovolemia, keadekuatan penggantian
cairan.
b. Catat intake dan output cairan
Rasional : mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit.
c. Pertahankan intake oral dan tingkatkan sesuai toleransi.
Rasional : mengurangi terjadinya dehidrasi.
d. Hindari cairan yang bersifat asam yang dapat meningkatkan asam
lambung
Rasional : makanan atau minuman yang dapat merangsang asam lambung
dapat mengakibatkan mual dan muntah.
e. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
f. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic
Rasional : mengurangi mual dan muntah.

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung


yang teriritasi.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Rasa nyeri berkurang
b. Keadaan klien tampak rileks
c. Skala nyeri : 0
d. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR :
16-20 x/mnt,
S : 36-370 C)
Rencana tindakan :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri
Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan
untuk memilih intervensi.
b. Kompres hangat pada daerah nyeri
Rasional : meningkatkan relaksasi otot.
c. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
d. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : menurunkan rasa nyeri.
e. Ajarkan teknik manajemen nyeri
Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi
rasa nyeri
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri sedang sampai berat.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan bertambah
b. Mual dan muntah berkurang
c. Makan habis 1 porsi
d. Berat badan bertambah secara bertahap

Rencana tindakan :
a. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya.
b. Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu
cepat
c. Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan asam
lambung
Rasional : mengurangi pemberian asam lambung yang dapat menyebabkan
mual dan muntah.
d. Hilangkan bau-bau yang menusuk dari lingkungan
Rasional : menurunkan stimulasi gejala mual dan muntah.
e. Tanyakan pada klien tentang makanan yang disukai atau tidak disukai.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik dan antibiotik
Rasional : menghilangkan mual.
f. Kolaborasi dengan dokter ahli gizi
Rasional : Menentukan diit makanan yang tepat.

4. Gangguan personal hygiene rambut, kulit kotor berhubungan dengan


kelemahan fisik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan personal
hygiene klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Klien merasa segar
b. Klien tampak tenang
c. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

Rencana tindakan :
a. Dorong perawatan diri
Rasional : meningkatkan perasaan harga diri
b. Bantu pasien untuk merawat dirinya
Rasional : meringankan beban klien
c. Kaji kemampuan pasien untuk memenuhi personal hygiene
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam memenuhi personal
hygiene
d. Libatkan keluarga dan klien saat memandikan
Rasional : meningkatkan kerja sama dan perkembangan kemandirian.
e. Gunakan perlengkapan khusus sesuai kebuutuhan seperti handuk dan
baju
Rasional : meningkatkan kemampuan untuk memindahkan dan menurunkan
aktivitas dengan aman.

5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya insersi


IVFD yang menyebabkan masuknya mikroorganisme pathogen.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tanda-tanda
infeksi tidak ada.
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda infeksi tidak terjadi.
b. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR :
16-20 x/mnt,
S : 36-370 C)
c. Klien tampak tenang

Rencana Tindakan :
a. Berikan perawatan infus setiap hari
Rasional : mengurangi terjadinya plebitis
b. Kaji tanda-tanda infeksi
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari pemasangan infus.
c. Kaji TTV
Rasional : melihat keadaan umum klien.
d. Gunakan teknik aseptik
Rasional : teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang.

6. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan


kurangnya informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
a. Klien mengerti tentang penyakitnya
b. Pengetahuan klien bertambah

Rencana tindakan :
a. Beri penkes tentang penyakitnya
Rasional : membantu individu dan keluarga untuk menggunakan gaya hidup
yang baik.
b. Berikan kesempatan pada klien untuk menanyakan hal yang ingin
diketahui berhubungan dengan penyakit yang dideritanya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat mengontrol
masalah kesehatan.
c. Berikan kesempatan pada klien untuk mengulangi kembali penjelasan
yang diberikan perawat
Rasional : mengidentifikasi keberhasilan penkes.
d. Lakukan evaluasi
Rasional : melihat apakah penkes berhasil atau tidak.

H. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu
cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan,


yaitu
independen, dependen, interdependen. Tindakan keperawatan secara
independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu
kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah
tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Keterampilan yang harus dipunyai perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yaitu kognitif, sikap dan psikomotor.
Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan gastritis yang
harus diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta melakukan
pendidikan kesehatan pada klien.
I. Evaluasi Keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat
diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul
masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan
terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang
dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai
dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun evaluasi dari diagnosa
keperawatan gastritis secara teoritis adalah apakah rasa nyeri klien
berkurang, apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan baik, apakah
terdapat tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya
secara mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit gastritis.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.search-document.com/pdf/1/2/pengertian-penyakit-
gastritis.html. Diunduh tanggal 31 Oktober 2013.
Dermawan, Deden, Tutik Rahayuningsih. Keperawatan Medikal Bedah
(Sistem Pencernaan). 2010. Penerbit Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Вам также может понравиться

  • Print
    Print
    Документ2 страницы
    Print
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    IRMA
    Оценок пока нет
  • Latar Belakang Pcare Betul
    Latar Belakang Pcare Betul
    Документ3 страницы
    Latar Belakang Pcare Betul
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Pelayanan Unit Loket Primary Care
    Pelayanan Unit Loket Primary Care
    Документ3 страницы
    Pelayanan Unit Loket Primary Care
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Uraian Tugas P-Care
    Uraian Tugas P-Care
    Документ3 страницы
    Uraian Tugas P-Care
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • 1.1.2.b Tips Wawancara 1
    1.1.2.b Tips Wawancara 1
    Документ1 страница
    1.1.2.b Tips Wawancara 1
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Laporan Kelas Ibu Balita
    Laporan Kelas Ibu Balita
    Документ8 страниц
    Laporan Kelas Ibu Balita
    Ima Fajriani
    Оценок пока нет
  • Uraian Tugas P-Care
    Uraian Tugas P-Care
    Документ3 страницы
    Uraian Tugas P-Care
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Rekapan STR 2020
    Rekapan STR 2020
    Документ5 страниц
    Rekapan STR 2020
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Rekap Data Kepeg 2019
    Rekap Data Kepeg 2019
    Документ2 страницы
    Rekap Data Kepeg 2019
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Kerangka Acuan Dan SOP KARTU
    Kerangka Acuan Dan SOP KARTU
    Документ9 страниц
    Kerangka Acuan Dan SOP KARTU
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Form PIP 2019 OKEY BETULL
    Form PIP 2019 OKEY BETULL
    Документ10 страниц
    Form PIP 2019 OKEY BETULL
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Ruswati
    Ruswati
    Документ11 страниц
    Ruswati
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Lembar Penolakan Tindakan Medis
    Lembar Penolakan Tindakan Medis
    Документ3 страницы
    Lembar Penolakan Tindakan Medis
    Budi Alan
    Оценок пока нет
  • KEHAMILAN
    KEHAMILAN
    Документ3 страницы
    KEHAMILAN
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Askep
    Askep
    Документ11 страниц
    Askep
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Absen Hut
    Absen Hut
    Документ17 страниц
    Absen Hut
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Bagian Jantung
    Bagian Jantung
    Документ2 страницы
    Bagian Jantung
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Bagian Bagian Lidah
    Bagian Bagian Lidah
    Документ5 страниц
    Bagian Bagian Lidah
    zaimaamelia
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ5 страниц
    Kata Pengantar
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Abort Us
    Abort Us
    Документ15 страниц
    Abort Us
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • 6 Bagian Paru
    6 Bagian Paru
    Документ3 страницы
    6 Bagian Paru
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Teling An
    Teling An
    Документ12 страниц
    Teling An
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Kehamilan
    Kehamilan
    Документ5 страниц
    Kehamilan
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • SK Pengkodean Kartu Hana Lon Teuoh
    SK Pengkodean Kartu Hana Lon Teuoh
    Документ2 страницы
    SK Pengkodean Kartu Hana Lon Teuoh
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • 7.1.3 SK Waktu Penyampaian Laporan Hasil Pem Lab Untuk Pasien Urgen Cito
    7.1.3 SK Waktu Penyampaian Laporan Hasil Pem Lab Untuk Pasien Urgen Cito
    Документ2 страницы
    7.1.3 SK Waktu Penyampaian Laporan Hasil Pem Lab Untuk Pasien Urgen Cito
    Ahmad Angkat
    Оценок пока нет
  • Makalah Jain
    Makalah Jain
    Документ11 страниц
    Makalah Jain
    Fhika Rofika
    Оценок пока нет
  • Makalah Ginjal
    Makalah Ginjal
    Документ6 страниц
    Makalah Ginjal
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • 5 Fungsi Air Mata Manusia NEW
    5 Fungsi Air Mata Manusia NEW
    Документ2 страницы
    5 Fungsi Air Mata Manusia NEW
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет
  • Macam Tulang Manusia
    Macam Tulang Manusia
    Документ2 страницы
    Macam Tulang Manusia
    Puskesmas Kuta Blang
    Оценок пока нет