Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I

A. Pengertian kekerasan terhadap anak menurut para ahli

kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih tua dengan
menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya
menjadi tanggung jawab dari orangtua atau pengasuh yang berakibat penderitaan,
kesengsaraan, cacat/kematian. Kekerasan pada anak lebih bersifat sebagai bentuk
penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak.
kekerasan anak sebagai bentuk penganiayaan baik fiisk maupun psikis.
Penganiayaan fisik adalah tindakan kasar yang mencelakakan anak dan segala bentuk
kekerasan fisik pada anak yang lainnya. Sedangkan penganiayaan psikis adalah semua
tindakan merendahkan/meremehkan anak. Nadia (2004)
kekerasan anak sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak-hak anak dan dibanyak
negara dikategorikan sebagai kejahatan sehingga untuk mencegahnya dapat dilakukan
oleh para petugas hukum. Hoesin (2006)
kekerasan merupakan perlakuan yang salah dari orangtua. Patilima
mendefinisikan perlakuan yang salah pada anak adalah segala perlakuan terhadap anak
yang akibat dari kekerasannya mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak,
baik secara fisik, psikologi sosial maupun mental. Patilima (2003)

B. Faktor faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan terhadap Anak

Ada banyak faktor kenapa terjadi kekerasan terhadap anak :

Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton tv, bermain
dll. Hal ini bukan berarti orang tua menjadi diktator/over protective, namun
maraknya kriminalitas di negeri ini membuat perlunya meningkatkan
kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar.
Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu
Kemiskinan keluarga (banyak anak) dan lemahnya pendidikan
Keluarga pecah (broken Home) akibat perceraian, ketiadaan Ibu dalam jangka
panjang.

1
Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik
anak, anak yang tidak diinginkan (Unwanted Child)atau anak lahir diluar
nikah.
Pengulangan sejarah kekerasan orang tua yang dulu sering memperlakukan
anak-anaknya dengan pola yang sama
Kondisi lingkungan yang buruk, keterbelakangan
Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu
kekerasan terhadap anak

C. Bentuk Kekerasan Terhadap Anak

1.Kekerasan Fisik
Bentuk kekerasan seperti ini mudah diketahui karena akibatnya bisa terlihat
pada tubuh korban Kasus physical abuse: persentase tertinggi usia 0-5 tahun (32.3%)
dan terendah usia 13-15 tahun (16.2%). Kekerasan biasanya meliputi memukul,
mencekik, menempelkan benda panas ke tubuh korban dan lain-lainnya. Dampak dari
kekerasan seperti ini selain menimbuBlkan luka dan trauma pada korban, juga
seringkali membuat korban meninggal

2. Kekerasan secara Verbal


Bentuk kekerasan seperti ini sering diabaikan dan dianggap biasa atau bahkan
dianggap sebagai candaan. Kekerasaan seperti ini biasanya meliputi hinaan, makian,
maupun celaan. Dampak dari kekerasaan seperti ini yaitu anak jadi belajar untuk
mengucapkan kata-kata kasar, tidak menghormati orang lain dan juga bisa
menyebabkan anak menjadi rendah diri.

3. Kekerasan secara Mental

Bentuk kekerasan seperti ini juga sering tidak terlihat, namun dampaknya bisa
lebih besar dari kekerasan secara verbal. Kasus emotional abuse: persentase tertinggi
usia 6-12 tahun (28.8%) dan terendah usia 16-18 tahun (0.9%) Kekerasaan seperti ini
meliputi pengabaian orang tua terhadap anak yang membutuhkan perhatian, teror,
celaan, maupun sering membanding-bandingkan hal-hal dalam diri anak tersebut
dengan yang lain, bisa menyebabkan mentalnya menjadi lemah. Dampak kekerasan

2
seperti ini yaitu anak merasa cemas, menjadi pendiam, belajar rendah diri, hanya bisa
iri tanpa mampu untuk bangkit.

4. Pelecehan Seksual

Bentuk kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal
anak, seperti keluarga, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kasus
pelecehan eksual: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (33%) danterendah usia 0-5
tahun (7,7%).Bentuk kekerasan seperti ini yaitu pelecehan, pencabulan maupun
pemerkosaan. Dampak kekerasan seperti ini selain menimbulkan trauma mendalam,
juga seringkali menimbulkan luka secara fisik.

Berikutnya hendak dikemukakan berbagai bentuk kekerasan terhadap anak


yang ditetapkan sebagai tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU Perlindungan
Anak. Seperti dikemukakan di atas, bahwa ada beberapa bentuk kekerasan terhadap
anak, yaitu kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Bentuk bentuk kekerasan terhadap
anak tersebut dijabarkan ke dalam berbagai tindak pidana, seperti diatur dalam Pasal
77 s/d Pasal 89. Berbagai bentuk tindak pidana kekerasan pada anak dalam UU
Perlindungan Anak adalah sebagai berikut:

1. diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak


mengalami kerugian materiil maupun moril sehingga
menghambat fungsi sosialnya (Pasal 77);
2. penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak
mengalami sakit atau penderitaan fisk, mental, maupun social
(Pasal 77);
3. membiarkan anak dalam situasi darurat, seperti dalam
pengusian, kerusuhan, bencana alam, dan/atau dalam situasi
konflik bersengjata (Pasal 78);
4. membiarkan anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari
kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara
ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan,
anakyang menjadi korban penyalahgunaan narkotika,
alkhohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya (napza), anak
korban penculikan, anak korban perdagangan, padahal anak

3
tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu (Pasal
78);
5. pengangkatan anak yang tidak sesuai dengan Pasal 39 (Pasal
79);
6. melakukan kekejaman, kekerasan atau penganiayaan
terhadap anak (Pasal 80);
7. melakukan kekerasan terhadap anak untuk melakukan
persetubuhan (Pasal 81)
8. melakukan kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk
melakukan atau membiarkan perbuatan cabul (Pasal 82);
9. memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri
sendiri atau untuk dijual (Pasal 83);
10. melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak
untuk pihak lain dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain, secara melawan hukum(Pasal 84);
11. melakukan jual beli organ tubuh dan/atau jaringan tubuh
anak(Pasal 85);
12. melakukan pengambilan organ tubuh dan/atau jaringan tubuh
anak, tanpa memperhatikan kesehatan anak, atau penelitian
kesehatan yang menggunakan anak sebagai objeknya tanpa
mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak, secara
melawan hukum (Pasal 85);
13. membujuk anak untuk memilih agama lain dengan
menggunakan tipu muslihat atau serangkaian kebohongan
(Pasal 86);
14. mengeksploitasi ekonomi dan seksual anak dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain (Pasal 88);
15. menempatkan, membiarkan, melibatkan,menuruh melibatkan
anak dalam penyalahgunaan produksi atau distribusi
narkotika, psikotropika, alkhohol, dan/atau zat adiktif lainya
(napza) (Pasal89).

D. Dampak dari Kekerasan pada Anak

Dampak kekerasan pada anak yang diakibatkan oleh orang tuanya sendiri atau orang
lain sangatlah buruk antara lain:

4
1. Agresif.
Sikap ini biasa ditujukan anak kepada pelaku kekerasan. Umumnya ditujukan
saat anak merasa tidak ada orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang
dianggap tidka bisa melindunginya itu ada disekitarnya, anak akan langsung
memukul datau melakukan tindak agresif terhadap si pelaku. Tetapi tidak semua
sikap agresif anak muncul karena telah mengalami tindak kekerasan.
2. Murung/Depresi
Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang
memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat badan. Ia
akan menjadi anak yang pemurung, pendiam, dan terlihat kurang ekspresif.
3. Memudah menangis
Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidka nyaman dan aman dengan
lingkungan sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa melindunginya,
kemungkinan besar pada saat dia besar, dia tidak akan mudah percaya pada orang
lain.
4. Melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain
Dari semua ini anak dapat melihat bagaimana orang dewasa
memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamannya, kemudian bereaksi sesuai
dengan apa yang dia alami.
5. mengalami gangguan Jiwa pada Anak

Disleksia, yang akan mempengaruhi kemampuan belajar

Gangguan konduksi, dimana anak-anak bertingkah laku buruk lebih dari


normal

Depresi, dimana anak-anak merasa sedih dan tidak gembira

Anak-anak juga akan menyita perhatian saat mereka menjadi korban penganiayaan.
Tanda-tanda khas gangguan jiwa pada anak, yaitu:

Anak yang mendapat nilai buruk dalam pelajaran meskipun ia cukup pintar

Anak yang selalu gelisah dan tidak mampu memperhatikan

Anak yang terus menerus membuat masalah dan berkelahi dengan anak lain

Anak yang menarik diri dan tidak mau bermain dengan anak lain

5
Anak yang menolak pergi sekolah

E. Solusi Mencegah Terjadinya Kekerasan pada Anak


Agar anak terhindar dari bentuk kekerasan seperti diatas perlu adanya pengawasan
dari orang tua, dan perlu diadakannya langkah-langkah sebagai berikut:
o Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagian dari terjadinya kekerasan
terhadap anak adalah kurangnya perhatian terhadap anak. Namun hal ini
berbeda dengan memanjakan anak.
o Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral
pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak
menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.
o Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak
agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa
mengenal anaknya dengan baik dan memberikan nasihat apa yang perlu
dilakukan terhadp anak, karena banyak sekali kekerasan pada anak terutama
pelecehan seksual yang terlambat diungkap.
o Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan
orang yang kurang dikenal dan lain-lain.
o Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang
anak tetaplah seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan
dan karena kurangnya kesabaran orang tua banyak kasus orang tua yang
menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hadisuprapto, Paulus, (5 Oktober 1996) Masalah Perlindungan Hukum Bagi


Anak,Jakarta:PT.Gramedia Indonesia

Wadong, Maulana Hassan, (2000) Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak,
Jakarta: PT. Gramedia Indonesia, Jakarta 2000

Arief, Barda Nawawi, (1998) Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan
Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti.D

Rani, (5 Oktober 1996) Makalah Masalah perlindungan anak ,

Вам также может понравиться