Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Shelly (140405067)
Immanuel Putra Riau Hutagaol (140405071)
Indra Jaya Banjar Nahor (140405047)
Fakultas teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara
Medan 2014
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas berkat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul
Pandangan Kristen Tentang HIV & AIDS.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan dan memberi pemahaman tentang
pandangan yang benar terhadap HIV & AIDS menurut iman Kristen.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Pilemon Bukit, MTH
selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan yang turut serta membantu
dan bekerja sama dalam menyusun buku ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis makalah ini masih terbatas dan
jauh dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan
waktu yang dimiliki. Penulis meminta maaf atas kekurangan pada makalah ini, dan
berharap pembaca sekalian untuk menjadi orang kristen yang taat kepada Allah dan
Firman Tuhan.
Terima kasih.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemberian Judul
Demikian pula dengan perkembangan banyaknya penderita HIV & AIDS yang setiap
waktu semakin banyak. Banyak masyarakat yang belum memahami betul apa itu HIV &
AIDS, bahayanya, terutama cara penularannya. Stigma negatif terhadap penderita
penyakit ini lebih banyak beredar di masyarakat umum. Lalu bagaimana pandangan
yang benar tentang HIV & AIDS menurut iman Kristen?
Makalah ini membahas tentang pandangan yang benar terhadap HIV & AIDS dengan
menyesuaikan fakta yang ada secara ilmiah sekaligus benar menurut iman Kristen dan
ajaran Alkitab. Untuk alasan tersebut, maka penulis memilih judul Pandangan Kristen
Tentang HIV & AIDS pada makalah ini.
BAB 2
Pandangan Agama Kisten Tentang HIV & AIDS
2.1. Defenisi HIV & AIDS
Pengertian HIV merupakan singkatan dari 'Human Immunodeficiency Virus'. HIV adalah
suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan
menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam
melawan infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun. Definisi AIDS adalah singkatan dari 'Acquired
Immunodeficiency Syndrome / Acquired Immune Deficiency Syndrome' yang
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem
kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV
dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi
HIV telah berkembang menjadi AIDS.
Sebenarnya penyakit ini sudah lama ada hanya saja belum disadari oleh para ilmuwan
bahwa kasuskasus yang ditemukan adalah kasus AIDS. Baru pada tahun 1981
Amerika Serikat melaporkan kasuskasus penyakit infeksi yang jarang terjadi ditemukan
dikalangan homoseksual, yang kemudian dirumuskan sebagai penyakit Gay Related
Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan
dengan kaum gay/homoseksual.
Kemudian pada tahun 1982, CDUSA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat
untuk pertama kali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS dimulai.
Dan juga ditemukan penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenophaty Associaterd
Virus ) oleh Luc Montagnier dari pasteur Institut, Paris.
Pada tahun 1984 Gallo dan kawankawan dari National Institute of Health, Bethesda,
Amerika Serikat menemukan HTLV III ( Human T Lymphotropic Virus type III) sebagai
sebab kelainan ini.
Pada tahun 1985 ditemukan Antigen untuk melakukan tes ELISA, suatu tes untuk
mengetahui terinfeksi virus itu atau tidaknya seseorang.
15 April 1987, Kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan
berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali.
Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam orang yang
didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS.
Sejak ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai
dengan 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus. jumlah ini semakin meningkat dari
tahun ke tahun.
Data Kementerian Kesehatan akhir 2009 menyebutkan penderita AIDS kelompok umur
20-29 tahun di Indonesia mencapai 49,07 persen. Berikutnya kelompok umur 30-39
tahun dengan 30,14 persen. Berdasarkan jenis kelamin 14720 kasus atau 73,7 persen
diderita pria dan 5163 kasus adalah perempuan. Berdasarkan cara penularan, kasus
AIDS kumulatif tertinggi melalui hubungan heteroseksual (50,3 persen), pengguna
napza suntik/ penasun (40,2 persen), dan hubungan homoseksual (3,3 persen).Jumlah
kasus AIDS kumulatif 19.973 kasus yang tersebar di 32 Provinsi di Indonesia. Penderita
HIV positif terbanyak berada di DKI Jakarta dari Propinsi DKI Jakarta (7766), disusul
Jawa Timur (4553), Jawa Barat (3077), Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat
(1914).
Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar
79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus. Demikian
laporan triwulan ketiga tahun 2009 Surveilans AIDS Ditjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.
Bahaya HIV/AIDS
Studi dari UNDP (United Nation Development Program) menyatakan bahwa biaya
langsung dan tak langsung sampai meninggal menghabiskan dana sebesar 14 milyar.
1. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang
mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh
manusia, dengan akibat turunnya/hilangnya daya tahan tubuhnya sehingga mudah
terjangkit dan meninggal karena penyakit infeksi, kanker lainnya. Dan sampai saat ini
belum ditemukan vaksin pencegahnya atau obat untuk penyembuhannya.
2. Menurut perhitungan WHO (1992) tidak kurang dari 3 orang di seluruh dunia terkena
infeksi virus AIDS setiap menitnya. Dan yang mengerikan adalah jumlah penderita 70%
adalah kalangan pemuda, usia produktif.
4. Pola dan gaya hidup barat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah menyebabkan perubahan-perubahan
nilai kehidupan yang cenderung mengabaikan nilai-nilai moral, etik, dan agama,
termasuk nilai-nilai hubungan seksual antar individu.
5. Permasalahan lain yang berdampak sangat tinggi bagi penularan virus AIDS adalah
remaja yang meninggalkan rumah/minggat menjadi anak jalanan, dan tuna susila yang
melakukan seksual aktif dan pecandu narkoba secara bebas dan tidak terjaga
kebersihan/kesehatannya.
2.5. Pandangan Masyarakat Tentang HIV & AIDS
Mereka masih menganggap bahwa HIV/AIDS bisa ditularkan melalui hubungan seks
bebas dan narkoba saja dan yang paling parah adalah masih banyak masyarakat
Indonesia dan juga remaja yang mengira HIV/AIDS bisa menular hanya melalui jabat
tangan ataupun bergantian peralatan makan.
Dalam kaitannya dengan penyakit HIV/AIDS, aspek hukum tersebut perlu digarisbawahi
mengingat perlakuan terhadap penderita HIV/AIDS yang terlalu menekankan pada
aspek pencegahan meluasnya penyakit berpotensi menimbulkan persoalan hukum yang
serius. Memang benar bahwa hak masyarakat (social right) dan kepentingan
masyarakat (social interest) harus dilindungi, akan tetapi perlakuan yang terlalu
menekankan pada kepentingan masyarakat cenderung mengabaikan hak
pasien/penderita (individual right) dan kepentingan pasien/penderita (individual interest).
Jadi, permasalahan pokok yang menyangkut hukum berkaitan dengan penyakit
HIV/AIDS adalah bagaimana menarik garis keseimbangan antara kedua hak dan kedua
kepentingan tersebut. Dalam kaitannya dengan masalah hukum ini, maka Swedia
adalah negara pertama yang memberlakukan undang-undang yang mewajibkan dokter
melaporkan setiap pasien HIV/AIDS. Hingga bulan April 1988, tak kurang dari 60 negara
sudah memiliki instrumen hukum untuk mengatur aspek-aspek yang berkaitan dengan
penyakit ini. Beberapa aspek spesifik dari HIV/AIDS memang perlu dipersoalkan
kembali atau digarisbawahi mengenai kedudukan hukumnya. Aspek konfidensialitas
(kerahasiaan) medik misalnya, untuk penderita penyakit ini mestinya lebih diperhatikan
lagi, mengingat efek stigmatisasinya yang lebih menyakitkan dibandingkan penyakitnya
sendiri. Persoalan selanjutnya adalah, bagaimana istri atau suami serta masyarakat
yang terancam penularan, sebab tentunya masyarakat tidak bisa berharap bahwa
semua penderita penyakit ini akan mengikuti jejak Magic Johnson, seorang public figure
masyarakat Amerika Serikat, yang dengan sukarela dan penuh tanggung jawab
mengumumkan sendiri penyakitnya.
Bagi orang yang terkena penyakit HIV/AIDS dilarang hamil atau mempunyai keturunan,
demi menjaga tejadinya penularan penyakit HIV/AIDS terhadap anak tersebut.
Dikarnakan penyakit tersebut dapat mengakibatkan atau mempercepat kematian.
Bersikaplah optimistik
Seorang yang terjangkit virus HIV namun belum menderita AIDS dapat tetap sehat
selama berpuluh-puluh tahun dan masih bisa berumur panjang. Hendaknya hubungan
Anda dengan si sakit tidak menunjukkan pendapat yang sebaliknya. Bayangkan kalau
Anda mempunyai teman yang sakit diabetes dan Anda berkata kepadanya bahwa
sebentar lagi dia akan mati. Rasanya kejam sekali. Begitu pun kalau Anda berbicara
kepada anggota keluarga yang mengidap HIV. Berbicaralah tentang rencana masa
depannya.
Jadilah peka
Seseorang yang terkena AIDS dapat diobati dengan berhasil dan hidup normal selama
bertahun-tahun. Setiap kasus berbeda, karena itu bersikaplah peka terhadap apa yang
Anda lihat dan dengar dari anggota keluarga yang sakit itu.
Jangan menghakimi
Anda tidak akan menghakimi anggota keluarga yang sakit kanker, diabetes atau sakit
jantung. Jangan pula menghakimi anggota keluarga yang terkena HIV atau AIDS.
Carilah keterangan sebanyak mungkin tentang HIV/AIDS. Anda bisa mulai dengan
mencari di internet, misalnya WebMD HIV & AIDS Health Center.
Berikan dukungan
Nyatakan kasih
Banyak penderita HIV dan AIDS mengatakan bahwa orang-orang memperlakukan
mereka dengan berbeda bila penyakitnya diketahui. Pastikan bahwa Anda
memperlakukan anggota keluarga yang sakit itu sama seperti sebelum dia sakit.
Berlakulah gigih
Bila Anda bertanggung jawab mengurus anggota keluarga yang sakit AIDS, berlakulah
gigih dalam memberikan obat-obatan yang diberikan dokter.
Berikan bantuan
Pengobatan penyakit ini bisa mencapai Rp120 juta untuk obatnya saja. Bila Anda
mampu membantu si sakit yang keuangannya terbatas, bantulah dia.
Dalam diskusi mengenai para penderita HIV/AIDS, terkadang banyak pendapat yang
lansung bersifat menghakimi dari orang Kristen. Menurut mereka para penderita terkena
penyakit yang mematikan disebabkan oleh tindakan mereka yang melanggar perintah
Allah( Kel. 20 :14). Menurut pendapat mereka, virus yang mematikan ini sudah Tuhan
sediakan bagi orang yang melanggar kekudusan hidup, melakukan seks bebas.
Sehingga orang yang menderita virus ini sama saja terkena kutuk dari Allah. Allah
adalah kudus dan Dia menginginkan manusia hidup kudus. Oleh sebab itu menurut
mereka menjaga kekudusan perkawinan sangatlah penting. Pendapat ini sedemikian
berakar kuat didalam diri sebagian orang Kristen, sehingga banyak diantara mereka
yang sama sekali tidak mau mempedulikan para penderita.
Dipihak lain ada orang Kristen yang berjiwa sosial, sangat memperdulikan akan para
penderita. Dengan menerapkan hukum kasih, mereka berusaha untuk menjadi berkat
bagi orang lain. Mengadakan penyuluhan dan seminar bagi masyarakat mengenai
bahayanya penyakit ini. memberikan perhatian bagi yang sudah terinveksi, tanpa takut
terjangkit oleh virus mematikan ini.
Menekankan tentang kekudusan Allah itu adalah hal yang sangat penting dalam
kekristenan, Firman Allah mengatakan Kuduslah kamu sebab Aku kudus, oleh sebab
itu perkawinan adalah hal yang sangat kudus. Melakukan seks bebas adalah hal yang
bertentangan dengan kehendak Allah (kel. 20:14). Salah satu penyebaran virus ini
adalah melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu jagalah kekudusan hidup.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah orang yang terkena inveksi virus ini adalah kutuk
dari Allah?
Saya tidak lansung menjawab iya dan tidak. Tetapi mencoba memberikan argumen.
Manusia tidak berhak memvonis seseorang yang terkena virus ini adalah merupakan
kutuk dari Allah.hal ini merupakan suatu bentuk penghakiman kepada sesama kita.
Harus diketahui bahwa bentuk penyebaran virus ini bukan hanya melalui hubungan
seksual,tetapi berbagai macam cara( seperti penjelasan dalam halaman sebelumnya).
Bagaimanakah dengan anak bayi yang terinveksi virus dari ibunya semenjak dari
kandungan?apakah ini merupakan dosa kutukan? Atau dengan orang yang terinveksi
karena menggunakan donor darah yang sudah terinveksi ? (perlu pertimbangan).
Apakah yang harus kita lakukan sebagai hamba Tuhan ?
Prinsip yang harus diterapkan sebagai umat percaya adalah prinsip yang sudah
dilakukan oleh sang guru agung kita yaitu Tuhan Yesus. Selama pelayanannya di bumi,
Tuhan Yesus selalu memperhatikan orang orang yang sudah terbuang dikalangan
masyarakat marginal. Dia menunjukan kasihnya dengan menyembuhkan mereka, dan
memberikan pemulihan kerohanian.(luk. 17 :11-19).
Bagi mereka yang belum terkena inveksi dari virus mematikan ini, sebagai hamba
Tuhan, kita harus mengadakan penyuluhan, pembinaan kepada masyarakat, dengan
menekankan tentang kekudusan hidup berdasarkan firman Tuhan. Didalam 1 Tesalonika
4 :1-12 memberikan suatu pedoman untuk menjaga kekudusa hidup, dan Amsal 5:1-23
memberikan penjelasan yang sangat mendetail salah satu dampak dari hubungan
perzinahan, yang merupakan salah satu cara penularan virus ini.
Bagi yang sudah terinveksi, hal yang bisa dilakukan adalah, pemulihan kerohanian bagi
mereka, beritakan Injil kepada mereka sehingga walaupun tubuh mereka tidak mungkin
disembuhkan lagi tetapi yang terpenting jiwa mereka bisa dipulihkan dan bertobat
percaya kepada Yesus.(Kisa Para rasul 4: 12) Karena kesehatan rohani lebih penting
daripada kesehatan jasmani. Orang yang sudah terinveksi penyakit ini hanya
mengalami penyesalan dan keputusasaan yang mendalam selama mereka masih
hidup, tidak bisa lagi berbuat apa-apa, bagaikan burung yang terkena jerat, bagi mereka
kehidupan didunia tidak ada artinya lagi, tinggal menunggu saatnya untuk mati.
disanalah para hamba Tuhan hadir , membawa suatu harapan baru didalam Kristus,
yang lebih berharga dari kehidupan yang sangat singkat didunia ini.
Etika kristen ( salah satu cabang ilmu teologi praktika) menekankan tentang kepedulian
berupa tindakan lansung tanpa mempermasalahkan mengapa dia terinveksi virus yang
mematikan ini. pada waktu Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang terkena penyakit
kusta,(Mat. 8:1-4 ; Mrk.1:40-45 ;Luk. 5::12-26) dia tidak menanyakan mengapa mereka
terkena penyakit, tetapi tindakan yang dilakukan adalah menyembuhkan mereka. Kita
mungkin tidak bisa menyembuhkan mereka secara fisik tetapi yang bisa disembuhkan
adalah kerohanian mereka.
Peran Kristen dalam menangani masalah penyalahgunaan Narkoba dan masalah HIV /
AIDS antara lain :
a. Karena masalah Narkoba/Napza bukan soal kerentanan pribadi, tetapi juga
merupakan masalah politis dan ekonomis, maka Gereja Katolik menyatakan
kutukan terhadap kejahatan pribadi dan sosial yang menyebabkan dan
menguntungkan bagi penyalahgunaan Narkoba/Napza.
a. jangan menjauhi atau menolak mereka yang kecanduan Narkoba atau terinfeksi
HIV / AIDS, karena mereka adalah manusia yang paling kesepian di dunia ini.
3.2 Saran
Agar masyarakat menghilangkan stigma buruk untuk mengucilkan penderita HIV / AIDS,
tetapi menerapkan kasih menurut iman Kristen dan turut peduli dengan usaha-usaha
mengurangi perkembangan jumlah penularan penyakit ini melalui penyuluhan,
pendidikan sejak dini, dan pendidikan moral dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsah, Singgih. D., 1995. Pendidikan Seksual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sabas Hartono, Hadi. 2009. Makalah Dampak Seks Bebas Dikalangan Remaja. Dalam
http://www.google.com/hadi.asp
Anie AM. 2004. Resume Peraturan dan Peundangan yang Berkaitan dengan Peran
Serta Masyarakat. Tegalrejo : Karang Taruna Patria Muda Wiratama